Buku Ajar
Hermeneutika
(2 SKS)
4. Kesenjangan sejarah
Seseorang di masa kini mempelajari sebuah dokumen dari masa lampau secara
kronologis terpisah dari masa ketika dokumen itu dihasilkan. Kesenjangan antara masa
lampau dan masa kini merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerumitan dalam
penafsiran. Misalnya sebuah surat kabar yang terbit 50 tahun yang lampau apabila
dibaca ulang pada tahun sekarang, maka akan terjadi pebedaan sejarah antara tahun
limapuluhan dengan tahun sekarang. Karya-karya klasik mengenai masa lampau perlu
dilengkapi dengan catatan-catatan untuk menjelaskan fakta-fakta dan segi-segi
kesejarahan penting yang terjadi pada masa lampau dan bukan lagi bagian dari
kehidupan masa kini.
7. Faktor ketujuh adalah beberapa teks dipandang suci dan dengan demikian sedikit
banyak berbeda dari semua karya tulis lainnya.
Teks yang dianggap suci sedikit banyak mengharuskan pembaca untuk
memperlakukannya lebih dari sekedar sebagai sastra yang baik atau sebagai karya
klasik. Karekteristik sebuah tulisan dianggapsuci yakni:
1. Alkitab memiliki kewibawaan untuk seseorang atau beberapa kelompok
orang yang melampaui keadaan-keadaan biasa.
2. Sebagi dokumen yang berwibawa, kitab suci mendukung posisiresmi di
dalm kehidupan penguyuban atau kelompok yang memandangnya sebagai
kitab suci.
3. Kitab suci dipahami berisi renungan dan pengetian yang lebih baik atau lebih
benar daripada yang dapat diberikan oleh tulisan-tulisan lain.
4. Suara, pikiran atau perkataan Allah dipercaya terkait dengan kitab suci di
dalam cara yang tidak ditemukan di dalam tulisan-tulisan lain.
a. Metode Peshat
Ini adalah metode penafsiran literal yang paling dasar dan paling kuno yang
kebanyakan dipergunakan oleh kaum awam sekalipun biasanya mereka tidak
membakukannya sebagai suatu metode. Teori dasar metode ini yakni menyimak arti
kata sebaagimana yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya.
b. Metode Midrashic
Ini adalah metode penafsiran yang berkembang seiring dengan kecenderungan
untuk mencari arti dibalik pemahaman yang umum. Kadang-kadang bersifat alegoris
tergantung maksud penafsir.
c. Metode Pesher
Metode ini dikembangkan oleh para rabi di Qumran, dimana mereka menekankan
makna eskatologis, yakni segala sesuatu dicocokan dengan akhir zaman.
d. Metode Allegorical
Metode ini dikembangkan oleh Philo yang terpengaruh oleh filsuf Yunani. Inti
metode ini ialah mengallegorikan suatu bagian Alkitab untuk memaknarohanikan
sesuatu.
Hampir sepuluh persen lebih isi PB adalah kutipan atau penjelasan dari kitab
PL. Sistim penafsiran pada jaman Yesus dan para Rasul selalu melihat pada PL. Yesus
konsisten menafsirkan Alkitab secara literal dan historikal. Ia melihat Abraha, Ishak
dan Yakub (Patriakh) sebagai pribadi yang betul-betul pernah hidup dan menafsirkan
pengalaman mereka secara literal. Ia juga memberi arti yang lebih dalam berdasarkan
bagian kecil yang kurang diperhatikan orang, yakni lebih menekankan makna suatu
cerita atau perintah daripada arti yang legalis. Untuk itu, orang-orang Farisi dan ahli
Taurat menuduh Yesus menghujat Allah dan memakai kuasa Beetsebul (iblis) namun
meeka tidak pernah menuduh Ia salah menafsirkan PL; sehingga massa yang
mendengar-Nya menyatakan bahwa pengajaran-Nya berbeda dengan para ahli Taurat
(Matius 7:27-28).
Para Rasul mengikuti sistim penafsiran Yesus dimana melihat PL sebagai
perkataan Allah yang harus diperhatikan secara literal, grammatikal dan historikal.
Apabila kita membaca PB maka timbullah pertanyaan “mengapa penulis PB mengutip
PL sering terjadi modifikasi?” Untuk menanggapi hal ini, ada beberapa jawaban:
1. Fersi bahasa PL yang beredar saat itu yakni bahasa Ibrani, Aramik dan Yunani,
dan mungkin lebih lagi. Untuk itu penterjemahan sulit dilakukan secara kata
perkata melainkan memindahkan konsep.
2. Tidak ada kebutuhan untuk mengutip secara kata-perkata karena sang penulis
tidak memberi instruksi bahwa itu adalah kutipan langsung. Contoh: Matius
menggabungkan kebenaran yang dinubuatkan oleh nabi Yeremia dan Zakaria
yang berbeda masa hidup mereka, namun seolah-olah itu dikatakan oleh satu
orang (Matius 27:9-10).
3. Pada zaman itu seorang yang mengutip perkataan orang lain membahasakannya
sesuai dengan gayanya sendiri.
Zaman yang dimaksud yakni sekitar tahun 100 hingga tahun 300-an yakni tahun
sebelum gereja Roma Katolik menemukan dan mengendalikan dunia. Pada masa ini
muncul dua aliran penafsiran yakni: Kelompok Alexandria dan Antiokhia Syria. Yang
termasuk kelompok Alexandria ialah Clement dari Alexandria (150 – 215 AD) dan
Origenes ( 185 – 254 AD ). Kelompok ini mengutamakan pendekatan alegoris (kiasan).
Kelompok Antiokhia Syria yakni Irenius, Theophilus dan Eusebius. Mereka
menekankan sistim penafsiran literal grammatikal yang berlawanan dengan sistim
penafsiran alegoris dari kelompok Alexandria. Kelompok ini lebih cenderung
mendahulukan arti alegorisnya sehingga muncul banyak bidat. Sedangkan kelompok
Antiokhia Syria hingga kini tetap dipegang teguh oleh kaum Fundamentalis.
5. Zaman Reformasi
Zaman ini sekitar abad 14 –15 . Pada zaman ini para penafsir mengabaikan isi
kebenaran Alkitab. Namun ada beberapa faktor yang merubah keburukan masa ini
yakni:
- Masa pencerahan (Renainssance) yakni manusia dibangkitkan
keingintahuannya
- Dengan ditemukannya alat cetak serta kesediaan Alkitab PB, bahasa asli
oleh Erasmus.
Luther (1483 – 1546 ) hidup pada masa ini yang pecaya bahwa iman dan
penerangan Roh Kudus (illumination) adalah pra kondisi bagi usaha penafsiran
Alkitab. Ia menyatakan bahwa gereja tidak boleh menetapkan apa yang diajarkan oleh
Alkitab, melainkan Alkitablah yang menekankan apa yang harus diajarkan oleh gereja.
Calvin (1509 –1564 ) adalah seorang exegator yang diakui. Ia pecaya bahwa
penyerangan (illumination ) Roh Kudus itu penting dalam proses penafsiran, bahkan ia
sangat mengancam sistem penafsiran allegoris. Ia terkenal dengan ungkapannya
“Alkitab menafsirkan Alkitab”. Ini menunjukkan bahwa semua fenomena apapun dapat
ditemukan jawabannya dalam Alkitab. Apabila kita membaca Alkitab dan menemukan
ada ayat-ayat yang kontradiktif, tidak berarti bahwa Alkitab saling bertentangan tetapi
bagian yang satu lebih menjelaskan bagian yang lain.
7. Zaman Modern
Penafsian di zaman modern ini, sesungguhnya lebih memudahkan karena
kemajuan teknologi. Zaman modern ditandai dengan munculnya liberalisasi yang
melanda dunia Eropa pada akhir abad 19. Ekses dari liberalisme yakni menggandrungi
orang Kristen sehingga menyebabkan mereka kehilangan iman. Dunia Eropa semakin
mundur terlebih dengan adanya perang dunia I dan II.
Dalam keadaan yang kalut seperti itu, muncullah Karl Barth. Masa ini disebut
zaman Neo ortodox. Barth menyadari bahwa Eropa telah hancur karena pandangan
liberal yang mendiskreditkan Alkitab. Karl Barth baerkata bahwa Alkitab adalah
Firman Tuhan tetapi tidak seluruhnya Firman Tuhan, melainkan ketika kita
membacanya dan terjadi pertemuan (encounter), atau menyimak sesuatu pesan maka
itulah Firman Tuhan. Sesungguhnya ia ingin mengajak dunia Eropa kembali kepada
Alkitab namun ia tidak melihat Alkitab sebagai keseluruhan Alkitab yang
diinspirasikan tanpa salah.
Selain itu muncul juga kelompok Fundamentalis yang mempertahankan sistim
penafsiran literal, grammatikal dan historikal. Kelompok ini memahami Alkitab secara
literal (tulisan), struktur bahasa dan sejarah Alkitab.
BAB I
A. Diskripsi Context
Context dari suatu teks, atau perikop adalah apa yang mendahului dan
mengikuti teks atau perikop tersebut.
B. Macam-macam context:
1. Context langsung / immediate context
Adalah teks yang mengikuti perikop yang sedang ditafsirkan. Batasan-batasan
Context langsung ditentukan oleh batasan-batasan prinsip pengajaran, aktivitas,
atau topik dari perikop yang ditafsirkan. Contoh, Filipi 4:19 ditemukan dalam
context langsung dari ayat yang mana di sini Paulus memberi jaminan kepada
pembacabya bahwa ia memiliki segala sesuatu yang diperlukan (18) dan bahwa
Allah akan mencukupkan keperluannya (19). Prinsip pengajaran di sini adalah
‘jaminan’
C. Pentingnya Context
Interpretasi teks atau perikop sesuai dengan konteksnya akan memberikan
penafsiran yang akurat.
F. Latihan
Interpretasikan Yohanes 9:3 dan Daniel 6:4 menurut prinsip-prinsip di atas.
Apakah orang-orang ini tidak ada dosa?
BAB II
A. Pengantar
Keseluruhan alkitab adalah ultimate context dari tiap-tiap bagian Alkitab. Sejak
Alkitab adalah firman Allah, kita menemukan kekonsistenan atau kleharmonisan dalam
seluruh pengajaran alkitab. Karena Allah tidak mungkin berfirman di suatu bagian
kontradiksi dengan bagian yang lain. Allah adalah Allah yang Mahabesar.
Prinsip kekonsistenan Alkitab ini didasarkan pada kesimpulan bahwa di dalam
Alkitab ada persetujuan sempurna di antara bagian-bagian yang saling mengklaim
bagian lain adalah firman Allah. Misalnya, Petrus mengklaim tulisan Paulus firman
Allah dan sebagainya. Oleh karena seluruh catatan Alkitab dipercaya sebagai satu
Wahyu kebenaran Ilahi, kita harus memahami bahwa Alkitab hanya memiliki satu arti
dan memiliki kesatuan pengajaran.
Orang-orang yang mempertahankan pandangan doktrin yang tidak alkitabiah
seringkali mmbuat kesalahan penafsiran karena hanya mendasarkan pengajarannya di
atas sebagian Alkitab yang membicarakan doktrin itu, bukan di atas semua yang ia
(Alkitab) katakan. Untuk memperoleh pemahaman Alkitab yang akurat kita harus
meneliti dan mempelajari apa yang alkitab secara keseluruhan ajarkan berhubungan
dengan subjek tersebut.
D. Latihan
Tafsirkan ayat-ayat ini menurut prosedur di atas :
1. Markus 8:34 dalam terang Roma 6:1-13. Apakah hubungannya?
2. Markus 12:30 dalam terang Yoh. 14:15, 31. Apakah arti “mengasihi Allah “?
3. Yak. 4:17, dalam terang Ibr 13:21. Apakah arti “melakukan perbuatan baik”?
1
‘Apodosis’ adalah klausa yang menyatakan hasil dalam kalimat conditional. Misalnya “kalau saya
kaya, maka saya akan menolong orang miskin”.William H.Nault, Ed. The World Book
Dictionary.Doubleday & company, Inc. 1974, Vol. A-K, hal. 100.
2
Menurut Wesley J. Perschbacher, The New Analitical Greek Lexicon. Peabody : Massachussetts,
Hendrikson Publisher, 1990, hal. 215.
BAB III
A. Pengantar
1. Kata adalah dasar kesatuan bahasa yang memiliki arti.
2. Karena sering kali satu kata memiliki lebih dari satu arti, maka kita harus
mempertimbangkan macam-macam artinya dan memilih satu arti yang paling
sesuai dengan bagian atau konteksnya.
5. Beberapa kata yang digunakan dalam bentuk khotbah dan nyanyian, seringkali
disalah-mengertikan atau tidak dimengerti
Misalnya kata “pengampunan” (Ef. 1:7), “kasih” (Mat. 5:44), “jiwa” (Mar.
8:35-36), dan “penebusan” (Kol. 1:14).
D. Contoh Penerapan
Pertimbangkan atau tafsirkan kata “flesh” dalam Rm. 13:14. “Tetapi
kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah
merawat tubuhmu {dagingmu} untuk memuaskan keinginannya”.
1. Dalam Webster’s Collegiate Dictionary: “flesh” : 1. soft part of the body of an
animal; 2. Edible parts of an animal; 3. a: physicalbeing man; b: human
nature; 4. a: human beings; b: living beings; 5. fleshy plant use as food. Dan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: “daging” berarti; 1. gumpal (berkas)
lembut yang terdiri dari urat-urat atas tubuh manusia atau binatang (di antara
kulit dan tulang); 2. bagian tubuh binatang sembelihan yang dijadikan makanan;
3. tubuh manusia (sebagai imbangan jiwa dan batin); 4. bagian dari buah yang
lunak di bawah kulit yang biasanya boleh dimakan.
2. Untuk bermacam-macam pengertian “daging” dalam penggunaan alkitabiahnya
(lihat sub-bagian B,3 di atas). Coba carilah apa arti daging yang cocok di sini?
3. Dalam konteks ini pilihan arti yang paling cocok untuk “daging” dalam Rm.
13:14, yaitu “dosa yang mendominasi sifat manusia” (sub-bagian B,3,10).
Sebagai orang percaya kita harus menyerahkan diri kepada Kristus dan
pengaruh atau kehendak-Nya dan bukan menyerahkan diri kita di bawah kuasa
dosa. Interpretasi tentang “daging” ini harmonis dengan Rm. 6:11-13.
E. Latihan
Dengan mengikuti prosedur di atas, pelajarilah arti penggunaan kata
alkitabiah dari kata-kata berikut ini: hati, roh, kasih, mati (sleep), buah.
BAB IV
A. Pengantar
1. Latar Belakang / Back Ground dari suatu passage / bagian berbeda dengan
konteksnya.
2. Konteks berhubungan dengan ayat-ayat sebelum dan sesudah, atau bagian yang
mendahului dan mengikuti bagian yang ditafsirkan.
3. Sedangkan latar belakang menyangkut tujuan atau alasan penulis, misalnya:
data-data historical, geografi atau kultur yang mungkin ada dalam bagian yang
ditafsirkan.
E. Contoh Penerapan
Contoh interpretasi dari Yoh. 8:48. mengapa orang Yahudi menyebut Yesus
adalah orang Samaria, walaupun mereka tahu bahwa Yesus adalah orang Yahudi.
Pertanyaan 1 : menyatakan bahwa Kristus adalah Anak Allah atau Allah sendiri
(Yoh. 1)
Pertanyaan 2 : data-data historikal yang dapat kita temukan dalam konteks ini antara
lain: (1) terjadi pada sekitar hari raya Pondok Daun (Yoh. 7); dan (2)
ini menceritakan tentang orang-orang Yahudi yang mencoba yesus
dan menentang perkataan Kristus yang menyatakan diri-Nya sebagai
Anak Allah.
Pertanyaan 3 : peristiwa percakapan Yesus dengan orang-orang Yahudi
kemungkinan terjadi di dekat perbendaharaan Bait Suci di Yerusalem
(Yoh 8:20)
Pertanyaan 4 : orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria, karena bagi
mereka orang samaria adalah orang-orang kafir sejak akibat politik
bangsa Asyur yang membawa orang-orang Samaria berasimilasi
dengan bangsa lain. Jadi bangsa samaia bukan bangsa Yahudi asli,
walaupun masih ada darah Yahudi. Dengan mengatakan Kristus
adalah orang Samaria maka berarti orang Yahudi menganggap kristus
adalah orang kafir, karena mereka menganggap kristus sebagi manusia
biasa yang berani mengatakan diri-Nya tidak ada dosa (Yoh 8:46) dan
adalah Anak Allah (Yoh. 8:42)
F. Latihan
Tafsirkan bagian Alkitab di bawah ini sesuai dengan latar belakangnya; Yoh.
13:4-6. mengapa Petrus menolak mengijinkan Yesus mencuci kakinya?
BAB V
A. Pengantar
1. Ekspresi figurati adalah sebuah kata, frase, atau kalusa yang digunakan untuk
menyampaikan arti selain dari yang digunakan secara literal, atau alamiah.
Sebagai contoh yesusu menyebut nabi palsu dengan “serigala berbulu domba”
(Mat. 7:15). Tentu ini bukan “serigala” secara literal, atau kelihatannya tidak
2. selaras dengan pengajaran seluruh Alkitab.
2. Metaphor
Adalah bahasa kiasan yang membandingkan scara langsung dua obyek dengan
tujuan yang jelas. Contoh Lukas 13:32. “Jawab Yesus kepada mereka: “Pergilah
dan katakan kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang ,
pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai .” Efesus 1:18
“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan
apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: Betapa kayanya kemuliaan bagian
yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.”
3. Symbol
Ini lebih jelas dari Metaphor. Kalau Metaphor selalu memiliki makna figuratif,
sedangkan Symbol memiliki dua arti yaitu secara Literal maupun Figuratif pada
saat yang sama. Contoh Lukas 22:20, Demikian juga dibuat-Nya juga dengan
cawan sesudah makan Ia berkata: “Cawan ini adala perjanjian baru oleh darah-Ku,
yang ditumpahkan bagi kamu.”
4. Idiom
Ini adalah frase atau klausa metaforikal yang memiliki arti selain dari pengetian
literal dan yang disetujui penggunaannya secara umum. Contoh Efesus 2:2-3
“Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu
mentaati penguasaan kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di
antara orang-orang durhaka (Children of disobidience/KJV). Sebenarnya dahulu
kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa
nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada
dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai (Children of
wrath/KJV), sama seperti mereka yang lain.”
5. Synecdoche
a. Bahasa kiasan yang mengasosiasikan dua obyek yang sebenarnya mempunyai
hubungan “bagian” dengan menghadirkan “keseluruhan”. Contoh Kisah 27:37
“Jumlah kami semua yang ada di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa.”
b. Synecdoke juga dapat mengasosiasikan hubungan kata untuk
“keseluruhan” dengan menghadirkan “sebagian”. Contoh Roma 11:26
“Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada
tertulis “dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala
kefasikan dari pada Yakub.”
6. Metonomy
Hampir sama dengan Synecdoche, tetapi tidak nyata bagian yang
dipresentasikan. Metonomy adalah bahasa kiasan yang mencoba menghubungkan
satu hal dengan hal lain, karena keduanya sering diasosiasikan , atau yang satu
dapat menunjuk yang lain . Contoh: I Korintus 1:18, “Sebab pemberitaan tentang
salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita
yang diselamatkan, pembeitaan itu adalah kekuatan Allah.” Di sini ‘salib’
menunjukkan karya penebusan Tuhan. Yohanes 1:12, “Tetapi semua orang yang
merima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu meeka yang
percaya dalam nama-Nya; Di sini nama ‘nama’ memprsentasikan karya Kristus.
7. Hyperbole
Bahasa kiasan yang bersifat membesar-besarkan guna menegaskan hal yang
dibicarakan. Contoh: Maz. 119: 136 “Air mataku berlinang seperti aliran air, karena
orang tidak berpegang pada Taurat-Mu.” ; Yoh. 21:25 “masih banyak hal-hal lain
yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per
satu, maka agaknya dunia tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.”
8. Rhetorical Question
Adalah pertanyaan yang hanya memilki satu jawaban yang sudah jelas yang
tidak (memang tidak perlu) dijawab. Contoh: Luk. 14:5 “Kemudian Ia berkata
kepada mereka: “Siapakah yang di antara kamu yang tidak segera menarik keluar
anaknyag atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada
hari Sabat?”
9. Irony
Bahasa sindiran yang seringkali menyampaikan arti yang sebaliknya demi
penegasan. Contoh: 2 Sam. 6:20 “Ketika Daud pulang untuk memberi salam
kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud,
katanya: “Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di
depan mata budak-budak peempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada
hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!” I Raj.
22:15, “Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: “Mikha, apakah
kami boleh pergi berpeang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?”
Jawabnya kepadanya:”Majulah dan engkau akan beruntung, sebab Tuhan akan
menyerahkannya ke dalam tangan raja.” I Korintus 4:8 “Kamu telah kenyang,
kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah
baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kamipun
turut menjadi raja dengan kamu.”
10. Sarcasme
Bahasa teguran yang mana dalam kasus ini ingin menunjukkan kesombongan
dari kemunafikan pendengarnya. Ini mirip irony tetapi lebih keras. Contoh: Matius
23:14 “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu
mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti
akan menerima hukuman yang lebih berat.”
11. Euphemisme
Bahasa kiasan yang mengganti suatu kata atau ungkapan dengan kata/ungkapan
lain yang walaupun tidak saling berhubungan , namn dianggap lebih halus/sopan.
Contoh: Imamat 18:6 “Siapapun di antaramu janganlah menghampiri seorang
keabatnya yang terdekat untuk menyingkapkan auratnya; Akulah Tuhan.” Kisah
1:25 “Untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan
Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.”
12. Litotes
Mengingkari sesuatu supaya dapat mengekspresikan yang sebaliknya. Contoh:
Amsal 28:20 “Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang
yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.”
13. Pleonasm
Pengulangan kata yang dipakai untuk menegaskan. Contoh: Roma 12:14
“Berkatilah siapa yang meganiayakami, berkatilah dan jangan mengutuk!”
14. Ellipsis
Penghapusan kata-kata untuk menyempurnakan pikiran atau kalimat dalam
menerjemahkan dari bahasa asli tanpa mengurangi makna. Contoh: II Kor. 5:20,
“Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu
dengan perantaran kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah
dirimu didamakan dengan Allah.”
15. Personifikasi
Kiasan mempribadikan sesuatu yang yang non pribadi. Contoh: Mazmur 98:8,
“Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai
bersama-sama.”
16. Anthropomorphism
Bagian, tindakan atau karakteristik manusia yang diatributkan untuk Allah.
Contoh: Keluaran 15:3, “Tuhan itu Pahlawan perang; Tuhan, itulah nama-Nya.”
17. Anthropopathisme
Keinginan, emosi atau perasaan manusia yang diatributkan untuk Allah.
Contoh: Ibrani 10:31 “Ngeri benar, kalau jatuh ke tangan Allah yang hidup.”
18. Zoomorphism
Bagian, tindakan, atau karakteristik binatang yang diatributkan untuk Allah.
Contoh: Mazmur 91:4, “Dengan kapak-Nya. Ia akan menudungi engkau, di bawah
sayap-Nya Engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar
tembok.”
F. Contoh Penerapan
Roma 12:1, “ Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati”.
Berikut ini adalah penggunaan tafsiran pada seksi 5 di atas:
1. Ayat ini memiliki dua ekspresi figuratif, yaitu “tubuh” dan “persembahan”.
Apakah ini berarti kita harus hanya mempersembahkan tubuh kita secara literal?
Biasanya persembahan berhubungan dengan persembahan binatang. Oleh sebab
itu ini lebih tepat menunjukkan ekspresi figuratif.
2. Bentuk figuratif dari “tubuh” adalah synedoche, dan “persembahan” adalah
metaphor.
3. Ide yang diekspresikan bentuk figuratif di sini ialah “tubuh” adalah “tubuh
orang Kristen” atau “pembaca surat Paulus” dan “persembahan” adalah
“penebusan”, “penyembahan”, “pembayaran”.
4. “Tubuh” adalah synedoche yang menunjukkan bagian/ yang mewakili
keseluruhan struktur manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dalam
Efesus 5:23, suami dijelaskan sebagai pelindung istrinya yang direpresentasikan
dengan kata “tubuh” (bdk. Filipi 1:20 ; Yak. 3:6 ; Rm. 12:1). Jadi ide yang ada
di sini adalah mempersembahkan keseluruhan hidup kita. “Persembahan”
adalah metaphor yang menunjukkan ide persembahan korban bakaran dalam PL
( Im. 1 – 5 ). Dalam Roma 1:12 ini adalah perbandingan bahwa persembahan
PL berupa persembahan yang mati, namun di sini adalah persembahan yang
hidup.
5. Dari ekspresi figuratif ini kita memahami bahwa Paulus ingin berkata: “karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati, supaya kamu
mempersembahkan “seluruh hidupmu” sebagai korban persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati.”
BAB VI
A. Pengantar
4
Henry A. Virkler, hermeneutics: Principples and Processes of Biblical Interpretation. (Grand Rapids:
Michigan, Baker Book House, 1981), hal. 187-189.
2. Pribadi, peristiwa atau halhal yang ada dalam PB yang merupakan gambaran
dari type PL disebut Anti-type
3. Walaupun banyak type yang melukiskan Tuhan Yesus, namun tidak semua
tentang Dia.
4. Ada beberpa pandangan yang menyatakan bahwa type hanya terdiri dari
pribadi, kejadian-kejadian, dan hal-hal yang PB katakan itu sebagai type.
5. Pertimbangan, interpretasi dan aplikasi type menciptakan ketertarikan yang
sangat besar dalam PL dan membuatnya sering digunakan (Lihat 1Kor 10:11;
Rm.15:4)
D. Contoh Penerapan
E. Latihan
Dengan memakai prosedur yang telah diberikan di atas, tafsirkan type yang terdapat
dalam ayat-ayat di bawah ini:
1. Ul. 18:18
2. Kej. 4:1-5
3. 2 Sam. 9
BAB VII
Banyak sekali perumpamaan dan allegoris yang kita temukan dalam Alkitab yang
diberikan oleh Tuhan Yesus dan tujuan menggunakan metode ini adalah dalam Mat.
13:10-17.
1. Menyembunyikan kebenaran dari mereka yang tidak mau menerima
pengajaran-Nya (ay. 11-15 band. Yoh. 10:1-6 ; Mat. 11:20 ; 12:22-24,34,38-42)
2. Untuk menyampaikan kebenaran kepada mereka yang mau menerima
pengajaran-Nya (ay. 16-17 band. Yoh 14:17).
E. Catatan Tambahan
Perumpamaan tentang “orang Samaria yang baik hati” (Luk. 10:30-35 ; konteksnya
dalam ay. 25-27). Berikut ini jawaban-jawaban dengan menggunakan prosedur
penafsiran di atas :
Pertanyaan 1: dalam perumpamaan ini Yesus sedang mendiskusikan tentang apa yang
diajarkan oleh hukum Taurat unutk memperoleh hidup kekal
Pertanyaan 2: Yesus menceritakan perumpamaan ini merupakan respon terhadap
pertanyaan orang Yahudi tentang hukum (ay.29). Mula-mula orang
Yahudi bertanya kepada Yesus tentang bagaimana supaya mereka
memiliki hidup kekal (catatan : mereka tidak bertanya bagauman
diselamatkan). Respon Tuhan ini adalah Ia menghubunkan orang itu
dengan apa yang dikatakan oleh hukum Musa tentang hal ini (ay. 26-
28 ; Ul 6:5 ; Im 19:8 ;18:5). Mengasihi Allah dan sesama adalah tugas
utama orang Yahudi. Mengetahui bahwa ia tidak memelihara aspek
hukum Taurat ini, orang Yahudi mencoba membenarkan dirinya
sendiri dengan bertanya siapakah sesamanya itu. Yesus menjawab
pertanyaan melalui perumpamaan.
Pertanyaan 3 : Perumpamaan ini dialamatkan kepada orang yang memelihara hukum
Taurat.
Pertanyaan 4 : Ada seorang yang pergi dari Yerusalem ke Yerikho yang jatuh di
tangan para perampok dan dianiaya sampai setengah mati. Imam dan
orang Lewi yang lewat di jalan itu justru menyebrang jalan untuk
menghindari korban itu. Namun akhirnya ada orang Samaria yang
dinilai orang Yahudi sebagai orang kafir justru mau menolong orang
itu.
Pertanyaan 5 : Catatan tentang perumpamaan ini hanya terdapat di sini.
Pertanyaan 6: Yesus tidak memberikan penjelasan tentang perumpamaan tersebut.
Justru Ia meminta orang Yahudi itu untuk memikirkannya (ay. 36).
Pertanyaa 7: Melalui perumpamaan ini Yesus mengajar bahwa sesamanya adalah
setiap orang yang memerlukan pelayanannya bahkan harus rela
mengeluarkan uang pribadi jka memang dibutuhkan.
Pertanyaan 8 : Perumpamaan ini menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi itu (ay.
39). Bahwa Ia memahami jawaban ini diindikasikan dalam ayat 36
sampai 37.
Pertanyaan 9 : Kita yang mengaku adalah orang-orang yang telah diselamatkan,
memiliki tugas untuk melayani setiap orang yang membutuhkan
pelayanan kita. Ini adalah ekspresi kasih orang Kristen (I Yoh. 3:16 –
18 ; Galatia 6:10 ; I Tim. 6:17-18 ).
Pertanyaan 10: Perumpamaan ini dengan jelas mengilustrasikan tentang keselamatan.
Imam dan orang Lewi yang memlihara hukum Taurat dan berpikir
bahwa bisa diselamatkan dengan usaha mereka sendiri untuk
memelihara hukum Taurat, menolak Kristus. Sementara orang
Samaria yang mereka anggap sebagai orang kafir, menunjukkan
kasihnya yang besar sebagaimana dituntut hukum Taurat. Yesus ingin
memaksudkan walaupun orang Samaria dikenal sebagai orang kafir,
namun jika mereka menerimanya, mereka akan diselamatkan. Tetapi
orang Yahudi yang memelihara hukum Taurat namun menolaknya,
tidak akan beroleh selamat.
Pertanyaan 11: Perumpamaan ini mengilustrasikan kasih Kristus yang tidak terbatas
dalam menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita ketika kita
mengharapkan pertolongan untuk menolong kita (Roma 5:6).
BAB VIII
A. Pengantar
1. Arti nubuatan yang paling tepat menurut Alkitab adalah suatu komunikasi dari
Allah melalui kata-kata yang diinspirasikan kepada pribadi yang ingin dipakai-
Nya (Ul. 18:18 ; Ibr. 1:1-2 ; Petrus 1:21).
2. Metode menafsirkan nubuatan ini berhubungan dengan nubuatan dalam
pengertian populernya, yaitu suatu prediksi atau visi tentang masa yang akan
datang yang melampaui waktu dari ketika itu diberikan.
E. Latihan :
Tafsirkan nubuatan yang terdapat dalm Mikha 5:2 atau dalam Yohanes 14:1-3 menurut
prinsip atau metode di atas.
Metode Terstruktur
Pendahuluan :
Penerapan
Tuhan ……..(subyek)
Pendahuluan
I. Rancangan Allah
- rancangan damai sejahtera
- bukan rancangan kecelakaan
Penerapan
Sebab
Pendahuluan
III. Akibat
- Jika kita berjalan, berbaring dan bangun :
a. kita akan dipimpin
b. kita akan dijaga
c. disapa oleh Tuhan
I.
Penerapan
Pendahuluan
Penerapan
Beritakanlah Firman
baik atau
tidak baik waktunya
tetapi