Anda di halaman 1dari 38

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI VICTORY JAKARTA (STTV)

Kampus: Komp. GBI Mawar Saron Cileungsi-Bogor


Alamat Surat: Perum. Cikeas Gardenia Blok G 9 No. 18 Cikeas, Gunung Putri - Bogor
Telp. 08128274159 E-Mail: sttvictory153@gmail.com

Buku Ajar

Hermeneutika
(2 SKS)

Dr. Pieter Otta


Cibubur 2021
HERMENEUTIK (2 SKS)
Dr. Pieter Otta
Nama Hermenutika berasal dari kata Hermes, nama seorang dewa Yunani yang
berperan sebagai jurubicara (Henry A. Virkler: Hermeneutics, principles and processes
of biblical interpretation, 1981). Menurut Kisah Para Rasul 14:12, Barnabas diberi
nama Zeus, sang dewa dan Paulus diberi nama Hermes sang jurubicara karena dia yang
berbicara dalam kasus penyembuhan seorang yang kakinya lemah. Kemudian nama
Hermes diartikan sebagai juru tafsir (hermeneutik).
Menafsir adalah kegiatan sehari-hari. Pada saat kita mendengar pernyataan lisan
atau membaca pernyataan tertulis maka kita berusaha untuk memahaminya atau
melakukan penafsiran (eksegese). Istilah eksegesis beraal dari bahasa Yunani
exegiomai yang berarti “membawa ke luar” atau “mengeluarkan”. Apabila dikenakan
pada tulisan atau ayat Alkitab maka berarti menggali apa arti makna tulisan tersebut.
Alkitab ditulis dalam bahasa Yunani dan Ibrani, budaya dan konteks saat itu,
untuk itu setiap pembaca Alkitab perlu memahami teks yang memakai bahasa simbolis
atau metaforis. Tingkat kesulitan yang timbul dalam penafsiran atas sebuah teks
bergantung pada dua variabel dasar:
1. Faktor pertama mencakup seberapa jauh pihak yang membuka komunikasi
(pembicara atau pengarang), dan pihak penerima komunikasi (pendengar atau
pembaca ) mengambil bagian dalam dunia bahasa dan pengalaman yang sama.
Apabila kedua pihak tersebut memiliki kesamaan budaya maka sedikit tingkat
kesulitan yang dihadapi.
2. Faktor selanjutnya mencakup seberapa jauh komunikasi dan bemtuknya
memuat isi dan bentuk-bentuk ekspresi yang khusus. Contoh: surat-surat
pribadi yang isi dan bentuknya beragam bergantung kepada kedekatan pihak-
pihak yang berkomunikasi dan pada isi komunikasinya.

Kerumitan proses penafsiran ditimbulkan oleh beberapa faktor:


1. Sudut pandang pihak ketiga
Dalam upaya memahami sebuah teks perlu disadari bahwa pembaca bukanlah pihak
kedua atau pihak pertama sebagai penerima wahyu. Pembaca sebagai pihak ketiga,
pihak pertama adalah Allah, pihak kedua adalah penulis.

2. Sudut pandang bahasa


Kerumitan kedua muncul apabila teks atau dokumen disusun dalam bahasa yang
berbeda dari bahasa si penafsir. Sebagai contoh: Jika seorang berbahasa Inggris ingin
membaca sebuah buku berbahasa Jerman, maka penafsir atau pembaca diperhadapkan
pada persoalan khusus yakni masalah bahasa. Setiap bahasa mempunyai struktur, tata
bahasa dan nuansa kosa kata sendiri yang khas, maka amatlah sulit bagi seorang luar
untuk memiliki keahlian seperti yang dipunyai oleh si pemakai ahli bahasa itu. Seorang
penterjemah sebenarnya adalah transferensi atau pemindah kata demi kata ke bahasa
lain. Namun penafsiran sebuah kata tidaklah setepat mungkin seperti bahasa aslinya.
Jadi meskipun terjemahan menolong untuk menjembatani kesenjangan antara suatu
bahasa dengan bahasa lainnya, terjemahan itu sendiri tidak pernah dapat melakukan hal
itu dengan sempurna atau seutuhnya.

3. Faktor adalah kesenjangan budaya.


Dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam suatu konteks kebudayaan dihasilkan
dalam budaya si penulis. Dokumen itu menggambarkan atau menyinggung gagasan
khusus, praktek-praktek atau kebiasaan-kebiasaan yang dapat dimengerti dengan jelas
oleh orang yang membaca dokumen itu di dalam kebudayaan asli, tetapi menimbulkan
kebingungan bagi pembaca dari budaya lain. Juga komunikasi dilakukan di dalam suatu
kebudayaan seringkali memakai sekumpulan pengertian budaya yang dimengerti
bersama. Sekumpulan budaya ini tidaklah dimengerti oleh pembaca. Pada umumnya,
semakin jauh dan berbedanya kebudayaan yang diandaikan dan tercermin dalam
sebuah dokumen dari kebudayaan si penafsir, maka semakin besar kesulitan yang
dihadapi dalam menafsirkannya.

4. Kesenjangan sejarah
Seseorang di masa kini mempelajari sebuah dokumen dari masa lampau secara
kronologis terpisah dari masa ketika dokumen itu dihasilkan. Kesenjangan antara masa
lampau dan masa kini merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerumitan dalam
penafsiran. Misalnya sebuah surat kabar yang terbit 50 tahun yang lampau apabila
dibaca ulang pada tahun sekarang, maka akan terjadi pebedaan sejarah antara tahun
limapuluhan dengan tahun sekarang. Karya-karya klasik mengenai masa lampau perlu
dilengkapi dengan catatan-catatan untuk menjelaskan fakta-fakta dan segi-segi
kesejarahan penting yang terjadi pada masa lampau dan bukan lagi bagian dari
kehidupan masa kini.

5. Faktor kesenjangan hostoris dan kolektif


Maksudnya bahwa sebuah naskah kadang kala bukanlah produk seorang pengarang
dan juga bukan produk suatu periode waktu tertentu saja. Pada zaman dulu, adanya
kecenderungan yang lebih besar untuk menghasilkan karya-karya tulis secara kolektif
dibandingkan dengan masa kini. Ini berarti bahwa karya-karya kuno seringkali adalah
produk-produk dari proses penyuntingan yang rumit dan berlangsung lama serta
berisikan lapisan-lapisan bahan dan tradisi pemikiran.

6. Faktor teks yang berlainan dari dokumen-dokumen yang sama.


Sering kali suatu dokumen terdapat dua atau lebih salinan yang sedikit banyak
berbeda satu sama yang lain. Tidak ada satu pun salinan dari teks yang berukuran
besar, maka mengharuskan si penafsir untuk menentukan bentuk asli teks atau teks
yang berasal dari pengarangnya sendiri. Apabila terdapat perbedaan penting di antara
teks-teks itu, penafsir harus bekerj keras melintasi batas-batas bahasa dalam upayanya
untuk menemukan apa yang nampaknya merupakan pembacaan yang paling mungkin.

7. Faktor ketujuh adalah beberapa teks dipandang suci dan dengan demikian sedikit
banyak berbeda dari semua karya tulis lainnya.
Teks yang dianggap suci sedikit banyak mengharuskan pembaca untuk
memperlakukannya lebih dari sekedar sebagai sastra yang baik atau sebagai karya
klasik. Karekteristik sebuah tulisan dianggapsuci yakni:
1. Alkitab memiliki kewibawaan untuk seseorang atau beberapa kelompok
orang yang melampaui keadaan-keadaan biasa.
2. Sebagi dokumen yang berwibawa, kitab suci mendukung posisiresmi di
dalm kehidupan penguyuban atau kelompok yang memandangnya sebagai
kitab suci.
3. Kitab suci dipahami berisi renungan dan pengetian yang lebih baik atau lebih
benar daripada yang dapat diberikan oleh tulisan-tulisan lain.
4. Suara, pikiran atau perkataan Allah dipercaya terkait dengan kitab suci di
dalam cara yang tidak ditemukan di dalam tulisan-tulisan lain.

Mengapa Alkitab Perlu Ditulisakan

Alkitab adalah sumber pernyataan Allah. Allah berbicara kepada manusia


tidalh menggunakan bahasa sorga ataupun bahasa malaikat namun menggunakan
bahasa dan simbol yang dapat dimengeti manusia. Seringkali seorang nabi berbicara
dengan bahasa perumpamaan dan bahasa kiasan, sehingga pendengar sulit memahami
maksud sesungguhnya. Bahkan Tuhan Yesus sendiri pun sering kali memakai bahasa
perumpamaan sehingga pendengar pada saat itu tidak memahami maksud-Nya.
Alkitab ditulis dalam jangka waktu yang sangat panjang, yaitu sekitar 1.600
(seribu enam ratus tahun). Dalam jangka waktu yang begitu panjang itu, kebudayaan,
sistem yang berlaku di suatu masyarakat telah berubah, poletik berubah, ekonomi juga
berubah; sehingga sesuatu yang dimaksudkan oleh penulis sulit dipahami oleh
pembacanya yang telah berselang waktu ribuan tahun. Misalnya, bagi orang yang hidup
ditahun 2000-an ini, sulitlah memahami sesuatu yang dilakukan oleh orang ysng hidup
pada zaman Abraham :
- menurut Kejadian 24:47, menceritaksn bahwa pembantu Abraham
mengenakan anting-anting pada hihung Ribka sedangkan wanita
sekarang menggunakan anting-anting pada telinga.
- Kejadian 15:17 mencacat peneguhan sumpah dengan melewati daging yang
terbelah, sedangkan peneguhkan sumpah pada saat ini melalui pengadilan.
Tujuan penafsiran Alkitab yakni agar maksud penulis yang sebenarnya bisa diketahui,
dan setelah diparelkan dengan ayat-ayat lain dalam Alkitab maka diperoleh kesimpulan
yang final dari keseluruhan Alkitab.
Sejarah Penafsiran Alkitab

Sejarah penafsiran Alkitab berkembang seiring dengan perkembangan zaman.


Sejak zaman Yahudi purba telah ada usaha penafsiran Alkitab. Hampir semua ahli
teologi sepakat bahwa Ezra adalah penafsir Alkitab tertua. Menurut Nehemia 8:8
mencatat bahwa Taurat ALLAH dibacakan dengan jelas kemudia diberi keterangan-
keterangan, sehingga pembacaan dimengerti oleh orang-orang Yahudi yang sudah
kurang fasih berbahasa Yahudi.
Adapun sejarah penafsiran Alkitab dibagi dalam beberapa zaman sebagai
berikut:

1. Zaman Yahudi Kuno


Setelah masa pasca pembuangan, terjadilah revival (kebangunan) rohani pada
bangsa Yahudi. Tujuh puluh tahun dipembuangan membuat mereka menyadari dosa
dan perlu berbalik kepada Allah dengan sepenuh hati. Seiring dengan itu muncullah
sinagoge-sinagoge untuk memenuhi kebutuhan rohani yang meningkat. Para rabi
penafsir Alkitab mulai muncul, salah satu adalah Rabi Hillel, yang menetapkan aturan
penafsiran yang berdasarkan pada perbandingan beberapa teks, dan berbagai aturan
dasar penafsiran seperti memperhatikan konteks dan lain sebagainya. Ada empat
metode penafsiran yang dipakai pada zaman Yahudi kuno antara lain,

a. Metode Peshat
Ini adalah metode penafsiran literal yang paling dasar dan paling kuno yang
kebanyakan dipergunakan oleh kaum awam sekalipun biasanya mereka tidak
membakukannya sebagai suatu metode. Teori dasar metode ini yakni menyimak arti
kata sebaagimana yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya.
b. Metode Midrashic
Ini adalah metode penafsiran yang berkembang seiring dengan kecenderungan
untuk mencari arti dibalik pemahaman yang umum. Kadang-kadang bersifat alegoris
tergantung maksud penafsir.
c. Metode Pesher
Metode ini dikembangkan oleh para rabi di Qumran, dimana mereka menekankan
makna eskatologis, yakni segala sesuatu dicocokan dengan akhir zaman.
d. Metode Allegorical
Metode ini dikembangkan oleh Philo yang terpengaruh oleh filsuf Yunani. Inti
metode ini ialah mengallegorikan suatu bagian Alkitab untuk memaknarohanikan
sesuatu.

2. Zaman Perjanjian Baru.

Hampir sepuluh persen lebih isi PB adalah kutipan atau penjelasan dari kitab
PL. Sistim penafsiran pada jaman Yesus dan para Rasul selalu melihat pada PL. Yesus
konsisten menafsirkan Alkitab secara literal dan historikal. Ia melihat Abraha, Ishak
dan Yakub (Patriakh) sebagai pribadi yang betul-betul pernah hidup dan menafsirkan
pengalaman mereka secara literal. Ia juga memberi arti yang lebih dalam berdasarkan
bagian kecil yang kurang diperhatikan orang, yakni lebih menekankan makna suatu
cerita atau perintah daripada arti yang legalis. Untuk itu, orang-orang Farisi dan ahli
Taurat menuduh Yesus menghujat Allah dan memakai kuasa Beetsebul (iblis) namun
meeka tidak pernah menuduh Ia salah menafsirkan PL; sehingga massa yang
mendengar-Nya menyatakan bahwa pengajaran-Nya berbeda dengan para ahli Taurat
(Matius 7:27-28).
Para Rasul mengikuti sistim penafsiran Yesus dimana melihat PL sebagai
perkataan Allah yang harus diperhatikan secara literal, grammatikal dan historikal.
Apabila kita membaca PB maka timbullah pertanyaan “mengapa penulis PB mengutip
PL sering terjadi modifikasi?” Untuk menanggapi hal ini, ada beberapa jawaban:
1. Fersi bahasa PL yang beredar saat itu yakni bahasa Ibrani, Aramik dan Yunani,
dan mungkin lebih lagi. Untuk itu penterjemahan sulit dilakukan secara kata
perkata melainkan memindahkan konsep.
2. Tidak ada kebutuhan untuk mengutip secara kata-perkata karena sang penulis
tidak memberi instruksi bahwa itu adalah kutipan langsung. Contoh: Matius
menggabungkan kebenaran yang dinubuatkan oleh nabi Yeremia dan Zakaria
yang berbeda masa hidup mereka, namun seolah-olah itu dikatakan oleh satu
orang (Matius 27:9-10).
3. Pada zaman itu seorang yang mengutip perkataan orang lain membahasakannya
sesuai dengan gayanya sendiri.

3. Zaman Bapa-Bapa Gereja

Zaman yang dimaksud yakni sekitar tahun 100 hingga tahun 300-an yakni tahun
sebelum gereja Roma Katolik menemukan dan mengendalikan dunia. Pada masa ini
muncul dua aliran penafsiran yakni: Kelompok Alexandria dan Antiokhia Syria. Yang
termasuk kelompok Alexandria ialah Clement dari Alexandria (150 – 215 AD) dan
Origenes ( 185 – 254 AD ). Kelompok ini mengutamakan pendekatan alegoris (kiasan).
Kelompok Antiokhia Syria yakni Irenius, Theophilus dan Eusebius. Mereka
menekankan sistim penafsiran literal grammatikal yang berlawanan dengan sistim
penafsiran alegoris dari kelompok Alexandria. Kelompok ini lebih cenderung
mendahulukan arti alegorisnya sehingga muncul banyak bidat. Sedangkan kelompok
Antiokhia Syria hingga kini tetap dipegang teguh oleh kaum Fundamentalis.

4. Zaman Abad Pertengahan


Masa ini dimulai dari tahun 600-an sampai 1500-an. Penafsiran pada masa ini
dilakukan sesuai dengan tradisi dan kecenderungan sistimnya ialah alegoris. Ada empat
sikap dari para penafsir pada zaman ini yakni:
a. Huruf atau kata memperlihatkan apa yang Allah dan Bapa lakukan.
b. Kiasan, memperlihatkan dimana iman disembunyikan.
c. Pengajaran moral menunjukkan aturan kehidupan sehari-hari.
d. Pengajaran rohani memperlihatkan dimana menghentikan suatu
pertengkaran.

5. Zaman Reformasi
Zaman ini sekitar abad 14 –15 . Pada zaman ini para penafsir mengabaikan isi
kebenaran Alkitab. Namun ada beberapa faktor yang merubah keburukan masa ini
yakni:
- Masa pencerahan (Renainssance) yakni manusia dibangkitkan
keingintahuannya
- Dengan ditemukannya alat cetak serta kesediaan Alkitab PB, bahasa asli
oleh Erasmus.
Luther (1483 – 1546 ) hidup pada masa ini yang pecaya bahwa iman dan
penerangan Roh Kudus (illumination) adalah pra kondisi bagi usaha penafsiran
Alkitab. Ia menyatakan bahwa gereja tidak boleh menetapkan apa yang diajarkan oleh
Alkitab, melainkan Alkitablah yang menekankan apa yang harus diajarkan oleh gereja.
Calvin (1509 –1564 ) adalah seorang exegator yang diakui. Ia pecaya bahwa
penyerangan (illumination ) Roh Kudus itu penting dalam proses penafsiran, bahkan ia
sangat mengancam sistem penafsiran allegoris. Ia terkenal dengan ungkapannya
“Alkitab menafsirkan Alkitab”. Ini menunjukkan bahwa semua fenomena apapun dapat
ditemukan jawabannya dalam Alkitab. Apabila kita membaca Alkitab dan menemukan
ada ayat-ayat yang kontradiktif, tidak berarti bahwa Alkitab saling bertentangan tetapi
bagian yang satu lebih menjelaskan bagian yang lain.

6. Zaman Sesudah Reformasi


Masa ini sekitar tahun 1545 hingga 1563. Pada masa ini terjadi beberapa kali
sidang yang dikenal dengan The Councel of Trent. Oleh pihak gerja Katolik yang
menghasilkan kesimpulan yang menentang gerakan Protestan. Pada masa ini terdapat
tiga kelompok penafsiran yakni:
1. Konfesionalisme yakni Kelompok yang banyak mengeluarkan Kredo untuk
menghadapi serangan geeja Katolik.
2. Pietisme dipolopori oleh Philip Jakop Spener (1635 – 1705). Dalam artikel
berjudul Pious Longings, ia menghimbau agar semua kontraversi dan pertikaian
dihentikan agar kekristenan kembali bertumbuh, pengetahuan Alkitab yang
memadai, bekerja dengan baik, dan pengkaderan pelayanan yang baik.
Kelompok ini lebih menekankan inward light atau mencari pengurapan dari
yang Maha Kudus.
3. Rasionalis, Kelompok ini menekankan memaksimalkan kemampuan akal budi
sehingga mengagung-agungkan nalar dalam menafsirkan Alkitab. Namun perlu
disadari sikap, meragukan Alkitab yang disebabkan karena keterbatasan akal
budi itulah yang merusak dan menghasilkan sikap para penafsir ke sikap yang
liar atau bebas (liberal).

7. Zaman Modern
Penafsian di zaman modern ini, sesungguhnya lebih memudahkan karena
kemajuan teknologi. Zaman modern ditandai dengan munculnya liberalisasi yang
melanda dunia Eropa pada akhir abad 19. Ekses dari liberalisme yakni menggandrungi
orang Kristen sehingga menyebabkan mereka kehilangan iman. Dunia Eropa semakin
mundur terlebih dengan adanya perang dunia I dan II.
Dalam keadaan yang kalut seperti itu, muncullah Karl Barth. Masa ini disebut
zaman Neo ortodox. Barth menyadari bahwa Eropa telah hancur karena pandangan
liberal yang mendiskreditkan Alkitab. Karl Barth baerkata bahwa Alkitab adalah
Firman Tuhan tetapi tidak seluruhnya Firman Tuhan, melainkan ketika kita
membacanya dan terjadi pertemuan (encounter), atau menyimak sesuatu pesan maka
itulah Firman Tuhan. Sesungguhnya ia ingin mengajak dunia Eropa kembali kepada
Alkitab namun ia tidak melihat Alkitab sebagai keseluruhan Alkitab yang
diinspirasikan tanpa salah.
Selain itu muncul juga kelompok Fundamentalis yang mempertahankan sistim
penafsiran literal, grammatikal dan historikal. Kelompok ini memahami Alkitab secara
literal (tulisan), struktur bahasa dan sejarah Alkitab.

Prinsip-Prinsip Umum dalam Interpretasi

A. Hal-hal yang harus kita yakini sebelum penafsiran :


1. Kita harus percaya Alkitab adalah Firman Allah yang berotoritas.
2. Petunjuk-petunjuk menafsirkan alkitab ada dalam Alkitab sendiri bukan dengan
yang di luar Alkitab misalnya sains dan sebagainya.
3. Tujuan penafsiran untuk menemkan arti yang sebenarnya yang dimaksud oleh
penulis.
4. Bahasa dapat menyampaikan kebenaran rohani
5. Empat langkah untuk memahami Alkitab :
a. Penyelidikan (apa yang ada dalam ayat atau pasal)
b. Penafsiran (apa arti ayat dan pasal)
c. Penghubungan (apakah hubungannya dengan bagian-bagian lain dalam
Alkitab)
d. Penerapan (apakah artinya bagi saya)

B. Prinsip dasar untuk menafsirkan Alkitab:


1. Alkitab satu-satunya ukuran Allah bagi manusia
a. Hal-hal yang dapat mengatur manusia :
 Adat istiadat atau tradisi
 Akal atau pikirannya sendiri
 Tulisan yang dianggap dari Allah
b. Cara Alkitab menunjukkan otoritasnya sebagai firman Allah merupakan
satu-satunya yang harus mengatur kehidupan manusia
 Ada pernyataan kehendak Tuhan secara langsung
 Ada tindakan manusia diceritakan dalam Alkitab dan Alkitab
langsung menunjukkan perbuatan manusia itu salah atau benar
 Ada tindakan manusia diceritakan yang tidak dijelaskan itu benar
atau salah. Oleh sebab itu, harus dipertimbangkan dengan bagian
lain Alkitab
2. Alkitab harus menafsirkan Alkitab
a. Bahaya menafsirkan Alkitab
1. Kita tidak melihat keseluruhan Alkitab, tetapi hanya
sebagian Alkitab
2. Kita menambah atau mengurangi apa yang ada dalam
firman Allah
3. Menghubungkan konteks yang tidak sama dalam Alkitab
3. Iman dan Roh Kudus dibutuhkan untuk menafsirkan Alkitab (1 Kor. 2:14)
a. Tidak boleh menerima tafsiran Alkitab dari orang yang tidak percaya
Alkitab
b. Tidak boleh menerima tafsiran Alkitab dari orang yang tidak dipimpin
Roh Kudus
4. Pengalaman pribadi harus ditafsirkan Alkitab, bukan sebaliknya
a. Bukan hal yang terjadi itu benar, tetapi karena benar maka itu terjadi
(Alkitab)
b. Pengalaman pribadi dipakai sebagai saksi kebenaran dan bukanlah dasar
kebenaran
5. Contoh-contoh Alkitab hanya boleh diikuti kalau diperintahkan
a. Contoh Yesus: “kita harus seperti Yesus”, apakah ini berarti semua yang
Yesus miliki harus kita miliki?
b. Contoh-contoh dalam Alkitab boleh menjadi contoh orang lain, artinya
kita memberitakan firman Allah untuk kita atau orang lain ikuti
6. Tujuan utama Alkitab adalah untuk mengubah hidup kita masing-masing agar
kita menjadi suci.
a. Alkitab diberikan bukan semata-mata untuk menambah pengetahuan
tetapi untuk dilakukan supaya kita menghidupi kehidupan yang suci.
b. Jadi Alkitab bukan hanya memberi pengetahuan tetapi juga hikmat.
Hikmat adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang
seseorang peroleh.
7. Setiap orang kristen berhak dan wajib menafsirkan Alkitab sesuai dengan
kaidah (1 Yoh. 2:27-29; Yoh. 8:31; Yoh. 17:17)
a. Hal ini menentang orang-orang tertentu yang berpikir bahwa hanya
merekalah yang berhak menafsirkan Alkitab.
b. Orang kristen bertanggungjawab atas imannya sendiri (Kol. 3:16; Rm.
14:12)
8. Komentar-komentar penting dalam penafsiran Alkitab, tetapi tidak mutlak:
a. Doktrin-doktrin yang dipegang oleh gereja harus berdasarkan Alkitab.
b. Komentar-komentar para tokoh kristen harus diuji dalam Alkitab
9. Janji-janji dalam Alkitab berlaku dalam hidup kita masing-masing asalkan
berdasarkan penafsiran yang benar dan dalam pimpinan Roh Kudus.
a. Janji-janji dalam Alkitab
1. Janji umum (untuk semua orang), Yoh. 3:16; 1 Yoh. 1:9.
2. Ada yang dibatasi karena beberapa hal:
 Karena hanya bagi oknum tertentu. Contoh. Kis. 18:9-10; janji
kepada Abraham, Yakub
 Karena bersyarat (Yak. 4:8)
 Karena masa atau waktu (Why. 21:4)
b. Maksud janji Tuhan :
1. Untuk menunujukkan kehendak Tuhan bagi hidup kita,
supaya kita tidak melakukan kehendak kita sendiri. Dalam janji itu
Ia akan melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita.
2. Untuk memimpin, menghibur dan memberkati kita (Yoh.
14:1-3; 1 Yoh. 4:16)
c. Bagaimana cara memahami janji Allah:
1. Carilah tafsiran yang benar, lihatlah janji itu bagi siapa,
syaratnya yang harus dipenuhi apa, dan apakah arti janji itu bagi
kita.
2. Carilah kehendak Allah dan bertindak dengan iman.
3. Hati-hatilah, janganlah menerapkan janji yang
sebenarnya bukan untuk kita (tidak bersifat umum).
d. Petunjuk-petunjuk penerapan janji Allah yang tidak ditujukan kepada
kita tetapi bermanfaat dalam hidup kita:
1. Roh Allah memberikan janji kepada orang-orang
tertentu, pada waktu tertentu sesuai dengan kehendak-Nya
2. Janji-janji itu seringkali bersyarat dan syarta utamanya
adalah ketaatan
3. Roh Kudus berdaulat
4. Jangan mempunyai prasangka bahwa janji itu harus
dipenuhi bagi anda, karena Tuhan tidak dapat diatur oleh manusia
5. Tujuan janji-janji Tuhan adalah supaya kita dapat
bersandar dan bergantung kepada Dia, dan biarlah nama Tuhan
dimuliakan bukan nama kita (2 Kor. 1:8)
10. Setiap ayat Alkitab hanya memiliki satu arti dan itu harus ditafsirkan secara
literal
a. Untuk berkomunikasi dengan baik kita harus percaya dua hal di bawah
ini:
1. Tujuan pernyataan yang sejati untuk menyatakan pikiran
2. Bahasa adalah suatu saluran komunikasi yang dapat
dipercaya
b. Bagaimana kalau kelihatannya mempunyai dua arti?
1. Pilihlah tafsiran yang lebih jelas dan berarti yang
sederhana
2. Yang kuang jelas harus ditafsirkan dengan apa yang lebih
jelas
11. Bagaimana jika ada dua atau lebih catatan tentang hal pembicaraan yang
sama atau peristiwa yang sama kelihatan bertentangan atau bagian yang satu
kelihatannya kontradiksi dengan yang lain?
a. Kita harus percaya bahwa Alkitab ditulis oleh Allah yang Mahabenar
yang tidak mungkin membuat kesalahan
b. Jika Alkitab ditulis oleh Allah yang Mahabenar memang demikian maka
Alkitab tidak mungkin saling bertentangan antara satu dengan yang
lainnya
c. Jika kita menemukan dua hal yang seakan saling bertentangan, jangan
katakan Alkitab yang salah, tetapi kemungkinan besar adalah bahwa
anda belum memahami maksud bagian tersebut dan anda salah
menafsirkan.

PRINSIP DAN METODE INTERPRETASI

BAB I

MENAFSIRKAN SESUAI KONTEKSNYA

A. Diskripsi Context
Context dari suatu teks, atau perikop adalah apa yang mendahului dan
mengikuti teks atau perikop tersebut.

B. Macam-macam context:
1. Context langsung / immediate context
Adalah teks yang mengikuti perikop yang sedang ditafsirkan. Batasan-batasan
Context langsung ditentukan oleh batasan-batasan prinsip pengajaran, aktivitas,
atau topik dari perikop yang ditafsirkan. Contoh, Filipi 4:19 ditemukan dalam
context langsung dari ayat yang mana di sini Paulus memberi jaminan kepada
pembacabya bahwa ia memiliki segala sesuatu yang diperlukan (18) dan bahwa
Allah akan mencukupkan keperluannya (19). Prinsip pengajaran di sini adalah
‘jaminan’

2. Context yang lebih besar/larger context


Berisi seksi yang lebih besar dari kitab atau Mazmur, yang mana konsep
langsung adalah sub-pembagiannya. Batasan context yang lebih besar ini
ditentukan oleh tema utamanya. Contoh, Larger context dari Filipi 4:19 adalah ayat
10-20. Tema perikop ini adalah “penganalan Paulus terhadap karunia-karunia
Jemaat Filipi” (4:10-20). Perhatikan Outline berikut ini:
A. Sukacita Paulus (4:10-17)
1. Ekspresi sukacitanya (10)
a. Pernyataan (10a)
b. Alasan (10b)
2. Motivasi untuk sukacitanya (11-17)
a. Bukan karena kecukuipan keperluannya (11-13)
 Pernyataan (11a)
 Penjelasan (11b-13)
b. Kesempatan mereka untuk melayani (14-17)
 Pernyataan (14)
 Penjelasan (15-17)
B. Jaminannya kepada pembacanya (18-19)
1. Bahwa ia memilki segala sesuatu yang ia butuhkan (18)
2. Bahwa Allah akan mencukupkan keperluan mereka (19)
C. Ucapan syukur kepada Allah (20)

C. Pentingnya Context
Interpretasi teks atau perikop sesuai dengan konteksnya akan memberikan
penafsiran yang akurat.

D. Prosedur Dalam Penerapan Prinsip Ini


Carilah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Apakah konteks langsung dari perikop yang ditafsirkan dan temanya?
2. Apakah Larger Context dari perikop yang ditafsirkan dan temanya?
3. Siapa penulis atau pembicaranya?
4. Dialamatkan kepada siapa?
5. Apakah kontribusi konteks pada perikop yang ditafsirkan?
6. Apakah yang sedang perikop itu katakan dalam terang konteksnya? (Berikan
kesimpulan pernyataan)
7. Apakah yang perikop kontribusikan untuk konteks dan temanya?

E. Contoh Penerapan Prinsip ini


Tafsirkan Filipi 4:19 menurut konteksnya! Terapkan sistem pertanyaan di atas
dan cari jawabannya:
Pertanyaan 1 : Konteks langsungnya adalah ayat 18-19. “Jaminan”
Pertanyaan 2 : Larger Context adalah ayat 10-20. temanya adalah ‘Pengenalan Paulus
akan Karunia-Karunia Jemaat Filipi’
Pertanyaan 3 : Penulisnya adalah Paulus (1:1,3)
Pertanyaan 4 : Dialamartkan kepada Jemaat Filipi (1:1)
Pertanyaan 5 : Konteks menceritakan mengapa allah akan memenuhi kepenuhan
jemaat
Filipi (14-18). Mereka telah bermurah hati kepada Paulus.
Pertanyaan 6 : Dalam terang konteksnya, teks tersebut menjamin bahwa Allah akan
mencukupkan keperluan jemaat Filipi segaimana mereka memenuhi
keperluan Paulus
Pertanyaan 7 : Paulus menjamin pembacaannya bahwa Allah akan mencukupkan
segala kebutuhan mereka karena kebaikan mereka terhadap dirinya.

F. Latihan
Interpretasikan Yohanes 9:3 dan Daniel 6:4 menurut prinsip-prinsip di atas.
Apakah orang-orang ini tidak ada dosa?

BAB II

MENAFSIRKAN BAGIAN DALAM TERANG KESELURUHAN


PENGAJARAN ALKITAB

A. Pengantar
Keseluruhan alkitab adalah ultimate context dari tiap-tiap bagian Alkitab. Sejak
Alkitab adalah firman Allah, kita menemukan kekonsistenan atau kleharmonisan dalam
seluruh pengajaran alkitab. Karena Allah tidak mungkin berfirman di suatu bagian
kontradiksi dengan bagian yang lain. Allah adalah Allah yang Mahabesar.
Prinsip kekonsistenan Alkitab ini didasarkan pada kesimpulan bahwa di dalam
Alkitab ada persetujuan sempurna di antara bagian-bagian yang saling mengklaim
bagian lain adalah firman Allah. Misalnya, Petrus mengklaim tulisan Paulus firman
Allah dan sebagainya. Oleh karena seluruh catatan Alkitab dipercaya sebagai satu
Wahyu kebenaran Ilahi, kita harus memahami bahwa Alkitab hanya memiliki satu arti
dan memiliki kesatuan pengajaran.
Orang-orang yang mempertahankan pandangan doktrin yang tidak alkitabiah
seringkali mmbuat kesalahan penafsiran karena hanya mendasarkan pengajarannya di
atas sebagian Alkitab yang membicarakan doktrin itu, bukan di atas semua yang ia
(Alkitab) katakan. Untuk memperoleh pemahaman Alkitab yang akurat kita harus
meneliti dan mempelajari apa yang alkitab secara keseluruhan ajarkan berhubungan
dengan subjek tersebut.

B. Prosedur Penerapan prinsip Ini


Untuk mempelajari apa arti bagian Alkitab yang kita tafsirkan sesuai pengajaran
keseluruhan Alkitab, kita dapat menerpakan langkah-langkah yang berikut ini:
1. Setelah mempelajari bagian yang ditafsirkan menurut konteksnya, catat atau list
kebenaran-kebenaran, topik-topik, dari bagian itu sebagimana bagian tersebut
diekspresikan/diterangkan oleh kunci kata-kata dan ide-ide.
2. Lihat bagaimana topik-topik ini diekspresikan oleh kunci kata-kata dan id-
idenya, yang terdapat di keseluruhan Alkitab dan apakah informasi tambahan
bagian ini memberikan penjelasan tentang topik ini.
a. Periksalah dalam konkordansi lengkap dari versi Alkitab yang anda
gunakan, untuk mempelajari jika topik-topik ni diekspresikan oleh
kuncu kata, yang terdapat dalam keseluruhan Alkitab. Gunakan
konkordan topikal Alkitab untuk referensi ide-ide yang
mengekspresikan tema ini. Juga, carilah cross-references di margin
Alkitab anda atau the treasury of scripture knowledge atau buku-buku
referensi Alkitab yang lain.
b. Pelajari referensi-rederensi ini dalam konteks lengkapnya untuk
memahami apakah topik yang ditekankan dalam bagian yang kita
tafsirkan.
c. Dalam terang informasi-informasi yang anda peroleh melalui research
anda, tentukan apa fakta yang terutama yang berhubungan dengan topik
yang diekspresikan dalam bagian yang sedang kita tafsirkan.
d. Dalam kasus bagian yang memiliki lebih dari satu tafsiran alkitabiah ,
pilihlah salah satu yang paling sederhana, paling jelas, paling sesuai
dengan topik dan konteksnya.
e. Pertimbangkan pengertian yang data-data Alkitab yang telah diseleksi
ini berikan kepada topik dalam bagian yang sedang ditafsirkan. Pastikan
penafsiran anda dari topik-topik ini, dalam terang keseluruhan
pengajaran Alkitab adalah harmonis dengan konteksnya. (catatan :
Selalu tafsirkan prtanyaan-pertanyaan yang tidak jelas dengan
kebenaran yang jelas diajarkan oleh keseluruhan Alkitab.

C. Contoh Penerapan Prinsip ini


Menurut prosedur yang diberikan di atas marilah kita menafsirkan kata-kata Tuhan
Yesus ini dalam terang konteksnya dan pengajaran umum Alkitab.
“……jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh……” Yoh. 3:5
1. Kita mempelajari dari konteks ini bahwa Tuhan yesus sedang berbicara tentang
kelahiran baru (6-7). Pertanyaan yang kita pertimbangkan di sini apa arti fase
‘lahir dari air’. Apakah kata ini berhubungan dengan air baptisan dan
mengajarkan bahwa rituil ini diperlukan untuk kelahiran baru? Juga, apakah arti
kata ‘Roh?’
2. Dalam kseluruhan Alkitab kita menemukan sebagai berikut tentang ‘kelahiran
baru’, ‘air’, dan ‘Roh’ :
Pertama, untuk bagian lain yang membicarakan tentang kelahiran baru, lihat
Yoh. 1:12-13; Tit. 3:5; 1 Pet. 1:3,23; 1 Yoh. 2:29; 4:7; 5:1,4,18. dari ayat-ayat
ini tidak mengindikasikan baptisan diperlukan.
Kedua, preposisi ‘dari’ (ek, Yun) menunjukkan ‘asal’ atau ‘penyebab’ (mis.
Gal. 4:4, ‘lahir dari seorang perempuan’).
Ketiga, dalam Alkitab “roh” dapat berarti Allah Roh Kudus, malaikat suci, iblis,
atau roh manusia.
Keempat, “air” memiliki arti literal dan figuratif dalam Alkitab.
3. dalam terang informasi ini, berikut ini adalah fakta yang berhubungan dengan
bagian ini.
Pertama, “Roh” berhubungan dengan Roh Kudus (ay. 6-8; Tit. 3:5).
Kedua, sejak “air” memilki arti literal dan figuratif, yang mana yang lebih tepat
di sini? Kalau arti literal ini harus berhubungan dengan “air baptisan”.Tetapi
perlunya baptisan untuk keselamatan tidak disetujui oleh keseluruhan
pengajaran Alkitab (Kis. 10:43 ; 16:31 ; Ef 2:8-9.). Kami percaya bahwa “air
baptisan”, sebagai suatu kesaksian formal seseorang untuk keselamatam
imannya.Baptisan mengikuti keselamatan, dan bukan yang menyelamatkan atau
memiliki andil untuk keselamatan (Kis. 18:8).
Saya percaya bahwa”air” disini memiliki pengertian yang figuratif bukan literal.
Dan arti figuratif yang digunakan Alkitab,”air”bisa menunjukkan “kehidupan
rohani” (Yoh 4:14), Roh kudus ( 7:37-39) ; firman Allah (Ef 5:26), atau
“bangsa-bangsa”(Why. 17:1,15).
4. Arti figuratif dari air adalah Roh kudus dan firman Allah. Kedua konsep ini
berhubungan dengan kelahiran baru (Yoh 3:6-8 ; I Ptr 1:23). Jadi yang mana
yang lebih cocok dengan konteks ini ? ketika firman Allah diperlukan untuk
kelahiran baru, namun dalam ayat ini tidak nampak, demi kekonsistenan
kelihatannya Tuhan menggunakan ini dalam pengertian figuratif untuk Roh
kudus dan bukan Alkitab. Karena ketidakjelasan pernyataan Tuhan Yesus
dalam konteks ini (6-8), nampaknya lebih baik kita menafsirkan “air” berarti
Roh kudus yang aktif dalam karya ilahi dalam proses kelahiran baru (Tit 3:5)
dan yang menghadirkan Alkitab melalui air (Yoh 7:37-39).
5. Sebagaimana saya percaya “air” berhubungan dengan Roh kudus, kemudian
conjuction “dan” (‘kai’- Yunani-bisa berarti pengantar apodosis1 kalimat 2,)
lebih tepat sebagai pengantar dari pada penambahan. Ini menjelaskan bahwa air
berarti Roh Kudus. Sehingga saya melihat Tuhan Yesus berkata,
“Sesungguhnya seseorang tidak dilahirkan dari air, yaitu Roh, ia tidak dapat
masuk ke dalam Kerajaan Allah “. Tafsiran ini disetujui oleh konteks dan
dengan pengajaran keseluruhan Alkitab.

D. Latihan
Tafsirkan ayat-ayat ini menurut prosedur di atas :
1. Markus 8:34 dalam terang Roma 6:1-13. Apakah hubungannya?
2. Markus 12:30 dalam terang Yoh. 14:15, 31. Apakah arti “mengasihi Allah “?
3. Yak. 4:17, dalam terang Ibr 13:21. Apakah arti “melakukan perbuatan baik”?

1
‘Apodosis’ adalah klausa yang menyatakan hasil dalam kalimat conditional. Misalnya “kalau saya
kaya, maka saya akan menolong orang miskin”.William H.Nault, Ed. The World Book
Dictionary.Doubleday & company, Inc. 1974, Vol. A-K, hal. 100.
2
Menurut Wesley J. Perschbacher, The New Analitical Greek Lexicon. Peabody : Massachussetts,
Hendrikson Publisher, 1990, hal. 215.
BAB III

MEMAHAMI ARTI KATA DALAM BAGIAN TERTENTU

A. Pengantar
1. Kata adalah dasar kesatuan bahasa yang memiliki arti.
2. Karena sering kali satu kata memiliki lebih dari satu arti, maka kita harus
mempertimbangkan macam-macam artinya dan memilih satu arti yang paling
sesuai dengan bagian atau konteksnya.

B. Perlunya Mempertimbangkan Arti Kata Alkitab


1. Kata-kata bisa berubah setelah periode waktu tertentu.
Misalnya kita menemukan kata ‘let’ untuk ‘restrain’/ ‘menahan’(2 Tes 2:7/ KJV) ;
‘prevant’ untuk ‘go before’/ ‘mendahului’ (1 Tes 4:15 /KJV) ; ‘conversation’ untuk
‘behavior’/ ‘tingkah laku’ (1 Tim 4:12 /KJV) ; dan ‘carriage’ untuk ‘baggage’/ ‘barang’
(1 sam 17:22/KJV).

2. kata-kata yang berbeda memiliki arti yang jelas


Ini secara khusus kita temukan dalam KJV, dimana para penerjemah lebih suka
memakai sinonim-sinonim daripada pengulangan kata yang sama. Misalnya bermacam-
macam terjemahan dari kata kerja Yunani ‘meno’ yang diterjemahkan ‘abode’ (Yoh
1:32), ‘remaining’ (33), ‘dwelt’(39), ‘continued’ (2:12), ‘tarry’(4;40), dan ‘endures’
(6:27).
3.Kata yang sama bisa memiliki arti yang berbeda, sebagaimana ditentukan oleh
penggunaan dalam konteks alkitabiahnya
Misalnya kita mempertimbangkan kata ‘daging’ (flesh) yang memiliki
beberapa arti alkitabiah berikut ini :
1. menunjukkan struktur manusia dan binatang (Kel 29:14 ; Luk 24:39 ; 1Kor 5:5)
2. menunjukkan kehidupan manusia dan binatang (Kej 6:17 ; Kis 2:17)3
3. menunjukkan apakah manusia itu (Ef. 6:5)
4. menunjukkan hubngan, nenek moyang, atau keturunan seseorang (Kej. 29:14;
Rm. 9:3)
5. menunjukkan kelemahan dan kefanaan manusia (Mzm. 78:39; Yes. 40:6; Rm.
6:19)
6. menunjukkan respon manusia kepada Allah (Yeh. 36:26)
7. menunjukkan karya penebusan Kristus (Yoh. 6:53-56; Ef. 2:15)
8. menunjukkan keadaan secara total seeorang (2 Kor. 7:5)
9. menunjukkan nature manusia yang didominasi oleh dosa (Ef. 2:3)
3
Dalam KJV diterjemahkan ‘Flesh’.
10. menunjukkan dosa yang mendominasi nature manusia (Gal. 5:16; 6:8; Ef. 2:3)
11.
4. Seringkali suatu kata digunakan sebagai literal dan figuratif
Misalnya kata ‘salib’ memilki arti literal dalam Yoh. 19:17 dan figuratif
dalam 1 Kor. 1:18, yang menyatakan karya penebusan Tuhan kita.

5. Beberapa kata yang digunakan dalam bentuk khotbah dan nyanyian, seringkali
disalah-mengertikan atau tidak dimengerti
Misalnya kata “pengampunan” (Ef. 1:7), “kasih” (Mat. 5:44), “jiwa” (Mar.
8:35-36), dan “penebusan” (Kol. 1:14).

C. Prosedur Penerapan Metode Ini


1. Gunakan kamus standar Alkitab bahasa Inggris (untuk Alkitab Bahasa Inggris),
kamus istilah-istilah Alkitab bahasa Indonesia untuk mempelajari arti kata yang
anda tidak pahami.
2. Pelajari arti kata menurut penggunaannya dalam Alkitab.
a. Carilah konkordansi Alkitab sesuai dengan versi Alkitab yang anda
gunakan, yaitu konkordansi yang memberi akar kata dari bahasa Ibrani
dan Yunani.
b. Tentukan arti kata tersebut dalam berbagai macam bagian dan konteks
dimana kata ditemukan.
c. Untuk lebih menolong gunakan buku-buku studi kata Alkitab dan kamus
Alkitab atau Ensiklopedi.
3. Dari bermacam-macam arti kata mngkin memiliki penggunaan alkitabiahnya
pilihlah salah satu yang paling utama atau paling sesuai dengan bagian yang
ditafsirkan, konteksnya dan pengajaran umum Alkitab.

D. Contoh Penerapan
Pertimbangkan atau tafsirkan kata “flesh” dalam Rm. 13:14. “Tetapi
kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah
merawat tubuhmu {dagingmu} untuk memuaskan keinginannya”.
1. Dalam Webster’s Collegiate Dictionary: “flesh” : 1. soft part of the body of an
animal; 2. Edible parts of an animal; 3. a: physicalbeing man; b: human
nature; 4. a: human beings; b: living beings; 5. fleshy plant use as food. Dan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: “daging” berarti; 1. gumpal (berkas)
lembut yang terdiri dari urat-urat atas tubuh manusia atau binatang (di antara
kulit dan tulang); 2. bagian tubuh binatang sembelihan yang dijadikan makanan;
3. tubuh manusia (sebagai imbangan jiwa dan batin); 4. bagian dari buah yang
lunak di bawah kulit yang biasanya boleh dimakan.
2. Untuk bermacam-macam pengertian “daging” dalam penggunaan alkitabiahnya
(lihat sub-bagian B,3 di atas). Coba carilah apa arti daging yang cocok di sini?
3. Dalam konteks ini pilihan arti yang paling cocok untuk “daging” dalam Rm.
13:14, yaitu “dosa yang mendominasi sifat manusia” (sub-bagian B,3,10).
Sebagai orang percaya kita harus menyerahkan diri kepada Kristus dan
pengaruh atau kehendak-Nya dan bukan menyerahkan diri kita di bawah kuasa
dosa. Interpretasi tentang “daging” ini harmonis dengan Rm. 6:11-13.

E. Latihan
Dengan mengikuti prosedur di atas, pelajarilah arti penggunaan kata
alkitabiah dari kata-kata berikut ini: hati, roh, kasih, mati (sleep), buah.

BAB IV

MENAFSIRKAN BAGIAN ALKITAB DARI TERANG


LATAR BELAKANGNYA

A. Pengantar
1. Latar Belakang / Back Ground dari suatu passage / bagian berbeda dengan
konteksnya.
2. Konteks berhubungan dengan ayat-ayat sebelum dan sesudah, atau bagian yang
mendahului dan mengikuti bagian yang ditafsirkan.
3. Sedangkan latar belakang menyangkut tujuan atau alasan penulis, misalnya:
data-data historical, geografi atau kultur yang mungkin ada dalam bagian yang
ditafsirkan.

B. Ciri-ciri Latar belakang


1. Tujuan, alasan dan rencana penulis
Tujuan berhubungan dengan target atau goal dari tulisan tersebut, yaitu
apakah yang ingin ia harapkan untuk dilakukan (band. Yoh. 20:31; 2 Kor. 2:1-3).
Alasan berhubungan dengan motivasi atau justifikasi untuk menulis (Ams. 1:1-7).
Kedua hal ini mungkin bisa menjadi tumpang tindih, seperti yang terlihat dalam 1
Kor. 1:10; 5:1; 6:1,9; 7:1; 8:1; 11:2; 15:12; 16:1. Tujuan dan alasan harus
dibedakan dengan rencana penulis. Rencana penulis memberikan Outline utama
dari karya sastranya (lihat prinsip 1, seksi 2). Rencana penulis ditunjukkan oleh ide
utama dari karya sastranya, sedangkan tujuan dan alasan diimplikasikan oleh
nasehat-nasehat atau dorongan-dorongan penulis untuk dilakukan oleh
pembacanya.
2. Data-data historical
Ini berhubungan dengan pribadi-pribadi, bangsa-bangsa, peristiwa-peristiwa,
dan tanggal-tanggal yang ditemukan dalam bagian yang akan ditafsirkan. Sebagai
contoh, pembunuhan bayi-bayi di Betlehem (Mat. 2:16) oleh herodes akan lebih
mudah dipahami jika kita tahu bahwa Herodes bahkan membunuh keluarganya
sendiri bahkan anak-anaknya yang dicurigai ingin menjadi raja demi
mempertahankan kekuasaannya.
3. Data-data geografis
Ini berhubungan dengan nama-nama tempat dan gambaran geografi lainnya
yang ditemukan dalam bagian yang akan ditafsirkan. Sebagai contoh dalam Kis.
16:12, Filipi adalah sebuah kota kolonial. Ketika Paulus dan rekan-rekan
pelayanannya tiba di kota ini, mereka tidak menemukan sinagoge di sana. Ini
mungkin sekali karena kota Filipi adalah pusat kemiliteran Romawi dari pada
sebagai pusat perdagangan seperti di Tesalonika, karena orang Yahudi cenderung
menyukai kehidupan berdagang.
4. Data-data kultural
Ini berhubungan dengan adat istiadat, hubungan sosial, cara hidup, religius, dan
produktivitas masyarakat yang berhubungan dengan bagian yang akan ditafsirkan.
Sebagai contoh, Tuhan berkata, “maut (gerbang Hades. Yun) tidak akan berkuasa
atas jemaat-Ku” (Mat. 16:18). Kata “gerbang” dalam ayat ini menunjukkan
otoritas. Pada zaman alkitab, gerbang kota adalah tempat dimana pemimpin-
pemimpin setempat bertemu dan mendengarkan keluhan-keluhan dari rakyat dan
menetapkan hukum (Rut 4:1-2). Pemimpin-pemimpin itu duduk di gerbang untuk
menerima laporan dari hasil pertanian ataupun penghasilan yang lain dari
masyarakat kota. Jadi gerbang kota menjadi tempat otoritas. Dari terang latar
belakang ini kita bisa memahami perkataan Tuhan Yesus tentang jemaat-Nya.
Tidak seperti orang percaya sebelum penyaliban, orang percaya tidak berada lagi di
bawah otoritas “Hades”. Orang-orang percaya yang mati setelah penyaliban tidak
lagi masuk ke “Hades”, tetapi langsung pergi ke Sorga dan tinggal bersama Kristus,
sejak ia meninggal (2 Kor. 5:6,8).

C. Sumber-sumber Informasi Latar Belakang


1. Buku-buku tentang sejarah Alkitab
2. Ensiklopedia, kamus, sejarah, dan biografi Alkitab
3. Peta dan atlas Alkitab
4. Pengantar PL dan PB
5. Buku-buku Bible Custom & Manner
6. Buku-buku tafsiran
7. Catatan-catatan atau komentar-komentar

D. Prosedur Penerapan Metode Ini


Carilah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah tujuan penulis untuk tulisannya ini? Alasannya? Dan apa rencana dari
karya tulisnya tersebut?
2. Apakah ada data historikal dalam bagian yang diinterpretasikan atau dalam
konteksnya?
3. Apakah ada data geografi dalam bagian yang ditafsirkan atau dalam
konteksnya?
4. Apakah ada data kultural dalam bagianyang ditafsirkan atau dalam konteksnya?

E. Contoh Penerapan
Contoh interpretasi dari Yoh. 8:48. mengapa orang Yahudi menyebut Yesus
adalah orang Samaria, walaupun mereka tahu bahwa Yesus adalah orang Yahudi.
Pertanyaan 1 : menyatakan bahwa Kristus adalah Anak Allah atau Allah sendiri
(Yoh. 1)
Pertanyaan 2 : data-data historikal yang dapat kita temukan dalam konteks ini antara
lain: (1) terjadi pada sekitar hari raya Pondok Daun (Yoh. 7); dan (2)
ini menceritakan tentang orang-orang Yahudi yang mencoba yesus
dan menentang perkataan Kristus yang menyatakan diri-Nya sebagai
Anak Allah.
Pertanyaan 3 : peristiwa percakapan Yesus dengan orang-orang Yahudi
kemungkinan terjadi di dekat perbendaharaan Bait Suci di Yerusalem
(Yoh 8:20)
Pertanyaan 4 : orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria, karena bagi
mereka orang samaria adalah orang-orang kafir sejak akibat politik
bangsa Asyur yang membawa orang-orang Samaria berasimilasi
dengan bangsa lain. Jadi bangsa samaia bukan bangsa Yahudi asli,
walaupun masih ada darah Yahudi. Dengan mengatakan Kristus
adalah orang Samaria maka berarti orang Yahudi menganggap kristus
adalah orang kafir, karena mereka menganggap kristus sebagi manusia
biasa yang berani mengatakan diri-Nya tidak ada dosa (Yoh 8:46) dan
adalah Anak Allah (Yoh. 8:42)

F. Latihan
Tafsirkan bagian Alkitab di bawah ini sesuai dengan latar belakangnya; Yoh.
13:4-6. mengapa Petrus menolak mengijinkan Yesus mencuci kakinya?

BAB V

MEMPERTIMBANGKAN IDENTIVIKASI DAN INTERPRETASI


BEBERAPA EKSPRESI FIGURATIF DALAM ALKITAB

A. Pengantar
1. Ekspresi figurati adalah sebuah kata, frase, atau kalusa yang digunakan untuk
menyampaikan arti selain dari yang digunakan secara literal, atau alamiah.
Sebagai contoh yesusu menyebut nabi palsu dengan “serigala berbulu domba”
(Mat. 7:15). Tentu ini bukan “serigala” secara literal, atau kelihatannya tidak
2. selaras dengan pengajaran seluruh Alkitab.

B. Tujuan Alkitab Menyampaikan Firman Allah Secara Figurartif


1. karena ekspresi figuratif menyampaikan kebenaran lebih hidup/gamblang dan
penuh kuasa dari pada menggunakan kata-kata secara literal
2. karena ekspresi figuratif menyembunyikan kebenaran bagi orang yang tidak
mau diselamatkan (Mat. 13:10-15), tetapi menyampaikan kebenaran bagi orang-
orang yang mau diselamatkan (16)

C. Beberapa Macam Figuratif


1. Simile
Adalah bahasa kiasan yang membandingkan dua obyek dengan memakai kata-kata,
“seperti” atau “bagaikan”. Contoh dalam Wahyu 1:14, “Kepala dan rambutn-Nya
putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api”.

2. Metaphor
Adalah bahasa kiasan yang membandingkan scara langsung dua obyek dengan
tujuan yang jelas. Contoh Lukas 13:32. “Jawab Yesus kepada mereka: “Pergilah
dan katakan kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang ,
pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai .” Efesus 1:18
“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan
apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: Betapa kayanya kemuliaan bagian
yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.”

3. Symbol
Ini lebih jelas dari Metaphor. Kalau Metaphor selalu memiliki makna figuratif,
sedangkan Symbol memiliki dua arti yaitu secara Literal maupun Figuratif pada
saat yang sama. Contoh Lukas 22:20, Demikian juga dibuat-Nya juga dengan
cawan sesudah makan Ia berkata: “Cawan ini adala perjanjian baru oleh darah-Ku,
yang ditumpahkan bagi kamu.”

4. Idiom
Ini adalah frase atau klausa metaforikal yang memiliki arti selain dari pengetian
literal dan yang disetujui penggunaannya secara umum. Contoh Efesus 2:2-3
“Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu
mentaati penguasaan kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di
antara orang-orang durhaka (Children of disobidience/KJV). Sebenarnya dahulu
kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa
nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada
dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai (Children of
wrath/KJV), sama seperti mereka yang lain.”

5. Synecdoche
a. Bahasa kiasan yang mengasosiasikan dua obyek yang sebenarnya mempunyai
hubungan “bagian” dengan menghadirkan “keseluruhan”. Contoh Kisah 27:37
“Jumlah kami semua yang ada di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa.”
b. Synecdoke juga dapat mengasosiasikan hubungan kata untuk
“keseluruhan” dengan menghadirkan “sebagian”. Contoh Roma 11:26
“Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada
tertulis “dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala
kefasikan dari pada Yakub.”

6. Metonomy
Hampir sama dengan Synecdoche, tetapi tidak nyata bagian yang
dipresentasikan. Metonomy adalah bahasa kiasan yang mencoba menghubungkan
satu hal dengan hal lain, karena keduanya sering diasosiasikan , atau yang satu
dapat menunjuk yang lain . Contoh: I Korintus 1:18, “Sebab pemberitaan tentang
salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita
yang diselamatkan, pembeitaan itu adalah kekuatan Allah.” Di sini ‘salib’
menunjukkan karya penebusan Tuhan. Yohanes 1:12, “Tetapi semua orang yang
merima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu meeka yang
percaya dalam nama-Nya; Di sini nama ‘nama’ memprsentasikan karya Kristus.

7. Hyperbole
Bahasa kiasan yang bersifat membesar-besarkan guna menegaskan hal yang
dibicarakan. Contoh: Maz. 119: 136 “Air mataku berlinang seperti aliran air, karena
orang tidak berpegang pada Taurat-Mu.” ; Yoh. 21:25 “masih banyak hal-hal lain
yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per
satu, maka agaknya dunia tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.”

8. Rhetorical Question
Adalah pertanyaan yang hanya memilki satu jawaban yang sudah jelas yang
tidak (memang tidak perlu) dijawab. Contoh: Luk. 14:5 “Kemudian Ia berkata
kepada mereka: “Siapakah yang di antara kamu yang tidak segera menarik keluar
anaknyag atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada
hari Sabat?”

9. Irony
Bahasa sindiran yang seringkali menyampaikan arti yang sebaliknya demi
penegasan. Contoh: 2 Sam. 6:20 “Ketika Daud pulang untuk memberi salam
kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud,
katanya: “Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di
depan mata budak-budak peempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada
hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!” I Raj.
22:15, “Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: “Mikha, apakah
kami boleh pergi berpeang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?”
Jawabnya kepadanya:”Majulah dan engkau akan beruntung, sebab Tuhan akan
menyerahkannya ke dalam tangan raja.” I Korintus 4:8 “Kamu telah kenyang,
kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah
baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kamipun
turut menjadi raja dengan kamu.”

10. Sarcasme
Bahasa teguran yang mana dalam kasus ini ingin menunjukkan kesombongan
dari kemunafikan pendengarnya. Ini mirip irony tetapi lebih keras. Contoh: Matius
23:14 “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu
mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti
akan menerima hukuman yang lebih berat.”

11. Euphemisme
Bahasa kiasan yang mengganti suatu kata atau ungkapan dengan kata/ungkapan
lain yang walaupun tidak saling berhubungan , namn dianggap lebih halus/sopan.
Contoh: Imamat 18:6 “Siapapun di antaramu janganlah menghampiri seorang
keabatnya yang terdekat untuk menyingkapkan auratnya; Akulah Tuhan.” Kisah
1:25 “Untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan
Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.”

12. Litotes
Mengingkari sesuatu supaya dapat mengekspresikan yang sebaliknya. Contoh:
Amsal 28:20 “Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang
yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.”

13. Pleonasm
Pengulangan kata yang dipakai untuk menegaskan. Contoh: Roma 12:14
“Berkatilah siapa yang meganiayakami, berkatilah dan jangan mengutuk!”

14. Ellipsis
Penghapusan kata-kata untuk menyempurnakan pikiran atau kalimat dalam
menerjemahkan dari bahasa asli tanpa mengurangi makna. Contoh: II Kor. 5:20,
“Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu
dengan perantaran kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah
dirimu didamakan dengan Allah.”

15. Personifikasi
Kiasan mempribadikan sesuatu yang yang non pribadi. Contoh: Mazmur 98:8,
“Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai
bersama-sama.”

16. Anthropomorphism
Bagian, tindakan atau karakteristik manusia yang diatributkan untuk Allah.
Contoh: Keluaran 15:3, “Tuhan itu Pahlawan perang; Tuhan, itulah nama-Nya.”

17. Anthropopathisme
Keinginan, emosi atau perasaan manusia yang diatributkan untuk Allah.
Contoh: Ibrani 10:31 “Ngeri benar, kalau jatuh ke tangan Allah yang hidup.”

18. Zoomorphism
Bagian, tindakan, atau karakteristik binatang yang diatributkan untuk Allah.
Contoh: Mazmur 91:4, “Dengan kapak-Nya. Ia akan menudungi engkau, di bawah
sayap-Nya Engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar
tembok.”

D. Beberapa Observasi tentang Ekspresi Figuratif


1. Memiliki konsep yang jelas tentang hal-hal Figuratif yang dijadikan dasar atau
dari yang ia pinjam. Ini khususnya dalam menafsirkan similes, metaphor,
symbol, idyom, antropomorphism. Sebagai contoh Yohanes menulis tentang
Yesus sesuai visi yang dilihatnya, “dan di tangan kanan-Nya Ia memegang
tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua,
dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.” (Wahyu 1:16). Ini
adalah pedang romawi, yang dua puluh sampai dua puluh empat panjangnya,
degan kedua mata yang tajam.
2. Kita harus menemukan ide utama / penuntun yang diungkapkan oleh ekspresi
figuratif. Sebagai contoh: “pedang” yang ada dalam Wahyu 1:16 adalah Firman
Kristus, seperti ditunjukkan dalam Yesaya 11:4 dan I Tes. 2:8.
3. Obsevasi yang ada dalam kasus dimana figuratif memberikan beberapa arti atau
fungsi untuk ide utamanya, konteksnya menentukan kebenaran arti atau fungsi.
4. Ketika mereka tidak dipakai secara literal, figuratif menyatakan literal.
Kebenaran aktual yang Allah ingin agar umat-Nya fahami.

E. Prosedur Penerapan Metode ini


1. Kenali beberapa ekspresi figuratif dalam bagian Alkitab.
2. Kenali ekspresi figuratif, identifikasi bentuk figuratifnya sesuai dengan macam
dan contoh yang diberikan dalam seksi C.
3. Pikirkan macam ide yang memberikan ekspresi figuratif, khususnya jika itu
simile, metaphor, atau symbol. Dan pilihlah satu yang paling cocok sesuai
dengan konteksnya seperti dalam seksi D, 1 & 2 .
4. Berikan arti dalam ekspresi figuratif itu:
a. Lakukan menurut macam figuratifnya (seksi C) dan ide yang menjadi
sifatnya yang menunjukkan ekspresi figuratif ( seksi E, 3).
b. Carilah interpretasi figuratif dalam konteksnya
c. Tafsirkan figuratif sesuai / harmoni dengan konteksnya dan pengajaran
umum Alkitab.
d. Catatlah interpretasi tentang figuratif.
5. Bacalah bagian Alkitab besama interpretasi figuratif anda supaya anda melihat
apakah tafsiran anda harmonis dengan perikop dan konteksnya dan apakah itu
yang dimaksudkan oleh konteksnya.

F. Contoh Penerapan
Roma 12:1, “ Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati”.
Berikut ini adalah penggunaan tafsiran pada seksi 5 di atas:
1. Ayat ini memiliki dua ekspresi figuratif, yaitu “tubuh” dan “persembahan”.
Apakah ini berarti kita harus hanya mempersembahkan tubuh kita secara literal?
Biasanya persembahan berhubungan dengan persembahan binatang. Oleh sebab
itu ini lebih tepat menunjukkan ekspresi figuratif.
2. Bentuk figuratif dari “tubuh” adalah synedoche, dan “persembahan” adalah
metaphor.
3. Ide yang diekspresikan bentuk figuratif di sini ialah “tubuh” adalah “tubuh
orang Kristen” atau “pembaca surat Paulus” dan “persembahan” adalah
“penebusan”, “penyembahan”, “pembayaran”.
4. “Tubuh” adalah synedoche yang menunjukkan bagian/ yang mewakili
keseluruhan struktur manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dalam
Efesus 5:23, suami dijelaskan sebagai pelindung istrinya yang direpresentasikan
dengan kata “tubuh” (bdk. Filipi 1:20 ; Yak. 3:6 ; Rm. 12:1). Jadi ide yang ada
di sini adalah mempersembahkan keseluruhan hidup kita. “Persembahan”
adalah metaphor yang menunjukkan ide persembahan korban bakaran dalam PL
( Im. 1 – 5 ). Dalam Roma 1:12 ini adalah perbandingan bahwa persembahan
PL berupa persembahan yang mati, namun di sini adalah persembahan yang
hidup.
5. Dari ekspresi figuratif ini kita memahami bahwa Paulus ingin berkata: “karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati, supaya kamu
mempersembahkan “seluruh hidupmu” sebagai korban persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati.”

BAB VI

MENGENALI ATAU MENAFSIRKAN TYPE DALAM


BAGIAN ALKITAB

A. Pengantar

Type adalah pribadi, peristiwa, atau hal-hal dalam PL yang mengilustrasikan


kebenaran PB dan kadang-kadang juga mengilustrasikan hubungan manusia dengan
Allah. Kata ini berasal dari kaa Yunani “Tupos” yang memiliki bermacam-macam
denotasi dalam PB. Contoh menurut klasifikasinya4:
1. Typical Person: Adam adalah Type dari Kristus (Rm. 5:14-21; 1Kor. 15:44-49).
Batu karang yang dipukul oleh Musa juga merupakan Type dari Kristus (Kel.
17:6; 1Kor. 10:4)
2. Typical Events: Penghakiman Israel sebagai type penghakiman orang Kristen
(1Kor. 1:1-11).
3. Typical Institution: Darah domba type dari darah Kristus (Im. 17:11;1 Pet. 1:9).
4. Typical Actions: Hosea menikahi sundal type dari hubungan Allah dengan Israel
5. Typical Offices: Jabatan nabi Musa type dari Kristus (Ul. 18:15 band. Kis 3:22-
24); Jabatan Imam besar Melkisedek adalah type Kristus (Ibr. 5:6)

B. Beberapa Observasi Untuk Type

1. Tidak seperti simbol, type mencakup manusia dan kejadian-kejadian sejarah,


bahkan hal-hal lain.

4
Henry A. Virkler, hermeneutics: Principples and Processes of Biblical Interpretation. (Grand Rapids:
Michigan, Baker Book House, 1981), hal. 187-189.
2. Pribadi, peristiwa atau halhal yang ada dalam PB yang merupakan gambaran
dari type PL disebut Anti-type
3. Walaupun banyak type yang melukiskan Tuhan Yesus, namun tidak semua
tentang Dia.
4. Ada beberpa pandangan yang menyatakan bahwa type hanya terdiri dari
pribadi, kejadian-kejadian, dan hal-hal yang PB katakan itu sebagai type.
5. Pertimbangan, interpretasi dan aplikasi type menciptakan ketertarikan yang
sangat besar dalam PL dan membuatnya sering digunakan (Lihat 1Kor 10:11;
Rm.15:4)

C. Prosedur Penerapan Metode Ini

1. Kenalilah type, jika ada dalam perikop yang kita tafsirkan.


2. Identifikasi kebenaran Anti-type PB yang dilukiskan oleh type.
3. Catatlah type yang menonjol yang mengilustrasikan Anti-type-nya, kebenaran
PB yang merupakan gambaran dari type.

D. Contoh Penerapan

Dengan menerapkan prosedur di atas, marilah kita melihat bagaimana domba


paskah merupakan type dari Kristus, domba Allah yang menghapus seisi dunia (Kel.
12:3-13; Yoh. 1:29)
1. Type ini adalah domba yang Allah perintahkan kepada Israel untuk disembelih
dan dimakan domba paskah pada malam itu ketika Malaikat maut melewati di
seluruh tanah Mesir. Allah juga memerintahkan supaya darah domba itu
dipercikkan di rumah mereka (kel. 12:3-13)
2. Tuhan Yesus Kristus adalah anti-type, seperti terlihata dalam Yoh. 1:29; Kis.
8:32; 1Pet 1:19; dan Wah. 5:5-14.
3. Observasi beberapa paralel berikut ini, dari ciri-ciri utama yang ditemukan
dalam Kel. 12:3-13:
a. Domba itu tidak bercacat (ay. 5; band. 1Pet 1:19; 2:22; 1Yoh. 3:5).
Tuhan Yesus tanpa dosa
b. Domba itu dikurung untuk beberapa waktu (ay. 6, band. Luk. 2:52;
3:23). Tuhan Yesus hidup sekitar tiga puluh tahun di antara orang
Nazaret
c. Domba itu disembelih oleh orang Israel (ay. 6, band. Kis. 3:12-15)
d. Darah domba itu dipercikkan di ambang pintu (ay. 7, band. Ef. 1:7; 1
Pet. 1:2) darah Kristus dicurahkan untuk penebusan dosa.
e. Daging domba itu dimakan (ay. 8, band. Yoh. 6:53). Kita melihat
Hyperbole yang mengekspresikan perlunya penebusan kristus melalui
iman.
f. Dagingnya harus dipanggang dan bukan direbus (ay. 8, band. Yes.
53:10). Api digambarkan sebagai murka Allah, yang mana Kristus
menerima karena dosa-dosa kita (Ibr. 12:29; Yes. 53:10)
g. Daging yang tersisa harus dibakar habis (ay. 10, band. Kis 2:22-27).
Setelah kematian tubuh Tuhan kita berarti karya keselamatan sudah
selesai.

E. Latihan
Dengan memakai prosedur yang telah diberikan di atas, tafsirkan type yang terdapat
dalam ayat-ayat di bawah ini:
1. Ul. 18:18
2. Kej. 4:1-5
3. 2 Sam. 9

BAB VII

MENAFSIRKAN PERUMPAMAAN ATAU ALLEGORIS

A. Diskripsi Perumpamaan dan Allegoris

1. Perumpamaan adalah pernyataan atau kisah singkat, yang diambil dari


kehidupan sehari-hari untuk mengajarkan kebenaran rohani.
2. Allegoris adalah metephor dalam bentuk yang luas yang mana melaluinya
kebenaran rohani diilustrasikan. Tidak seperti perumpamaan, allegoris tidak
menceritakan suatu kisah (Contoh mat. 13:31-32).

B. Tujuan Perumpamaan dan Alegoris

Banyak sekali perumpamaan dan allegoris yang kita temukan dalam Alkitab yang
diberikan oleh Tuhan Yesus dan tujuan menggunakan metode ini adalah dalam Mat.
13:10-17.
1. Menyembunyikan kebenaran dari mereka yang tidak mau menerima
pengajaran-Nya (ay. 11-15 band. Yoh. 10:1-6 ; Mat. 11:20 ; 12:22-24,34,38-42)
2. Untuk menyampaikan kebenaran kepada mereka yang mau menerima
pengajaran-Nya (ay. 16-17 band. Yoh 14:17).

C. Dua Observarsi Tentang Perumpaman dan Allegoris

1. Baik perumpaman maupun allegoris diinterpretasikan dengan cara yang sama


2. Adalah penting membedakan antara apa pengajaran perumpamaan dan apa itu
allegoris dan apa yang mereka ilustrasikan

D. Prosedur Penerapan Metode Ini


Keitka kita menafirkan perumpamaan dan allegoris, kita harus mencari jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

1. Siapakah dan tentang apa yang pembicara ceritakan? (lihat konteksnya)


2. Apakah yang mendorong pembicara untuk memberikan perumpamaan atau
allegoris itu? (lihat konteksnya)
3. Kepada siapakah perumpamaan atau allegoris itu ditujukan? (lihat konteksnya)
4. Apakah sifat natural, kebenaran dari cerita yang hidup dari perumpamaan atau
allegoris itu?
5. Apakah data-data yang parallel dengan perikop tersebut, dimana saja di dalam
Alkitab yang dapat menambah pengertian anda tentang perumpamaan atau
allegoris tersebut?
6. Apakah pembicara memberikan penjelasan tentang kisah perumpamaan atau
allegoris tersebut?
7. Apakah kebenaran atau tugas utama yang diajarkan oleh perumpamaan atau
allegoris tersebut?
8. Bagaimana penerapan perumpaaan atau allegoris tersebut terhadap orang atau
orang-orang yang menerimanya?
9. Apakah aplikasi dari pengajaran ini dapat dibuat untuk diri Anda sendiri atau
orang lain, yaitu orang yang Anda layani?
10. Catatan tambahan, apakah ilustrasi kebenaran Alkitab yang perumpamaan atau
allegoris ajarkan lebih dari apa yang pembicara tekankan dalam penyampaian?
11. Jika perumpamaan atau allegoris diberikan oleh Yesus, apakah itu pengajaran
tentang Dia?

E. Catatan Tambahan

1. Setiap perumpamaan hanya berbicara satu pokok utama.


2. Jangan mendirikan doktrin di atas perumpamaan. Karena perumpamaan
berfungsi menguatkan doktrin dan bukan untuk mendirikan doktrin.

F. Contoh Menafsirkan Perumpamaan

Perumpamaan tentang “orang Samaria yang baik hati” (Luk. 10:30-35 ; konteksnya
dalam ay. 25-27). Berikut ini jawaban-jawaban dengan menggunakan prosedur
penafsiran di atas :
Pertanyaan 1: dalam perumpamaan ini Yesus sedang mendiskusikan tentang apa yang
diajarkan oleh hukum Taurat unutk memperoleh hidup kekal
Pertanyaan 2: Yesus menceritakan perumpamaan ini merupakan respon terhadap
pertanyaan orang Yahudi tentang hukum (ay.29). Mula-mula orang
Yahudi bertanya kepada Yesus tentang bagaimana supaya mereka
memiliki hidup kekal (catatan : mereka tidak bertanya bagauman
diselamatkan). Respon Tuhan ini adalah Ia menghubunkan orang itu
dengan apa yang dikatakan oleh hukum Musa tentang hal ini (ay. 26-
28 ; Ul 6:5 ; Im 19:8 ;18:5). Mengasihi Allah dan sesama adalah tugas
utama orang Yahudi. Mengetahui bahwa ia tidak memelihara aspek
hukum Taurat ini, orang Yahudi mencoba membenarkan dirinya
sendiri dengan bertanya siapakah sesamanya itu. Yesus menjawab
pertanyaan melalui perumpamaan.
Pertanyaan 3 : Perumpamaan ini dialamatkan kepada orang yang memelihara hukum
Taurat.
Pertanyaan 4 : Ada seorang yang pergi dari Yerusalem ke Yerikho yang jatuh di
tangan para perampok dan dianiaya sampai setengah mati. Imam dan
orang Lewi yang lewat di jalan itu justru menyebrang jalan untuk
menghindari korban itu. Namun akhirnya ada orang Samaria yang
dinilai orang Yahudi sebagai orang kafir justru mau menolong orang
itu.
Pertanyaan 5 : Catatan tentang perumpamaan ini hanya terdapat di sini.
Pertanyaan 6: Yesus tidak memberikan penjelasan tentang perumpamaan tersebut.
Justru Ia meminta orang Yahudi itu untuk memikirkannya (ay. 36).
Pertanyaa 7: Melalui perumpamaan ini Yesus mengajar bahwa sesamanya adalah
setiap orang yang memerlukan pelayanannya bahkan harus rela
mengeluarkan uang pribadi jka memang dibutuhkan.
Pertanyaan 8 : Perumpamaan ini menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi itu (ay.
39). Bahwa Ia memahami jawaban ini diindikasikan dalam ayat 36
sampai 37.
Pertanyaan 9 : Kita yang mengaku adalah orang-orang yang telah diselamatkan,
memiliki tugas untuk melayani setiap orang yang membutuhkan
pelayanan kita. Ini adalah ekspresi kasih orang Kristen (I Yoh. 3:16 –
18 ; Galatia 6:10 ; I Tim. 6:17-18 ).
Pertanyaan 10: Perumpamaan ini dengan jelas mengilustrasikan tentang keselamatan.
Imam dan orang Lewi yang memlihara hukum Taurat dan berpikir
bahwa bisa diselamatkan dengan usaha mereka sendiri untuk
memelihara hukum Taurat, menolak Kristus. Sementara orang
Samaria yang mereka anggap sebagai orang kafir, menunjukkan
kasihnya yang besar sebagaimana dituntut hukum Taurat. Yesus ingin
memaksudkan walaupun orang Samaria dikenal sebagai orang kafir,
namun jika mereka menerimanya, mereka akan diselamatkan. Tetapi
orang Yahudi yang memelihara hukum Taurat namun menolaknya,
tidak akan beroleh selamat.
Pertanyaan 11: Perumpamaan ini mengilustrasikan kasih Kristus yang tidak terbatas
dalam menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita ketika kita
mengharapkan pertolongan untuk menolong kita (Roma 5:6).

G. Contoh Interpretasi Allegoris


Dengan memakai sistem penafsiran di atas, marilah kita menafsirkan allegoris
Pokok anggur dan cabang-cabangnya ( Yoh. 15:1-6 ; konteks 13:31 – 16:33).
Pertanyaan 1 : Allegoris ini dikatakan Yesus kepada murid-murid-Nya pada malam
menjelang kematian-Nya. Ia berbicara tentang bagaimana kehidupan
dan pelayanan anak-anak-Nya ( Lihat Yoh. 13:33 ; 14:12 – 16:33 ).
Pertanyaan 2 : Allegoris ini didorong oleh fakta bahwa sebentar lagi orang-orang
ini harus melayani sebagaimana diamanatkan Tuhan dan harus
memberitakan Injil ke seluruh dunia.
Pertanyaan 3 : Allegoris ini dialamatkan kepada murid-murid Tuhan (Yoh. 13:33 ).
Pertanyaan 4 : Ciri-ciri dari allegoris adalah pokok anggur, cabang-cabangnya,
pengusaha kebun anggur dan tentang buah yang dihasilkannya.
Pertanyaan 5 : Tidak ada bagian lain Alkitab yang paralel dengan perikop ini.
Bagian-bagian Alkitab yang lain yang mungkin berhubungan dengan
konteks ini adalah Galatia 5:22-23 ; Kolose 1:10 ; Roma 1:13 , yang
mengindikasikan sifat dari buah yang kita hasilkan .
Pertanyaan 6 : Yesus mengidentifikasi diri-Nya sendiri sebagai pokok anggur yang
benar, anak-anak-Nya adalah cabang-cabang-Nya dan Allah adalah
Pengusahanya. (1-3).
Pertanyaan 7 : Melalui allegoris ini, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa untu
menghasilkan buah-buah rohani harus ada kerja sama di antara
Pokok anggur, cabang-cabangnya, dan Pengusahanya. Tuhan Yesus
yang adalah pokok anggur menghasilkan buah dalam hidup anak-
anak-Nya. Tugas anak-anak-Nya yang adalah cabang-cabang pokok
anggur itu ialah tetap tinggal di dalam-Nya, dan membiarkan Dia
menghasilkan buah ini di dalam hidup mereka. Tugas Allah Bapa,
sebagai Pengusahanya adalah memotong cabang yang tidak berbuah
dan membersihkan/merawat cabang yang menghasilkan buah.
Pertanyaan 8 : Allegoris ini menunjukkan bahwa tugas orang percaya harus tetap
tinggal di dalam Dia dan untuk membersihkan / merawat cabang-
cabang yang berbuah ini, Allah menggunakan Firman Allah (ay. 3)
dan disiplin (Ibrani 12:11). Bukti bahwa kita tinggal di dalam Dia
dan Dia di dalam kita untuk menghasilkan buah rohani dalam hidup
kita nampak dari apakah kita menaati Dia, percaya kepada-Nya,
memilki komunikasi dengan-Nya dan sebagainya (lihat Mat. 11:28 –
30 ; Galatia 2:20 ; I Kor. 1:9 ; Kol. 3:16 ; Filipi 4:13 ).
Pertanyaan 9 : Kurang lebih sama dengan jawaban pertanyaan nomor 8. Di luar
Kristus kita tidak dapat berbuah atau melakukan apa-apa yang
menyenangkan Dia ( Yoh. 15:5 bdk. Filipi 4:13).
Pertanyaan 10: Sejauh yang saya lihat tidak ada.
Pertanyaan 11: Allegoris ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah sumber
kehidupan baru (kehidupan kekal ) bagi anak-anak-Nya
sebagaimana diekspresikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Ini
juga mengajarkan kita bahwa kita harus menghasilkan buah untuk
menyenangkan Allah Bapa sebagai Pengusahanya dan menjadi saksi
Kristus sebagaimana kita adalah hamba-Nya (Yoh. 15:2, 6 bdk.
Ibrani 12:5 – 11 ; II Kor. 5:10).
H. Latihan
Pilihlah satu perumpmaan atau allegoris dari bagian Alkitab dan tafsirkan menurut
prinsip penafsiran di atas.

BAB VIII

MEMPERTIMBANGKAN & MENAFSIRKAN BENTUK


NUBUATAN DALAM ALKITAB

A. Pengantar
1. Arti nubuatan yang paling tepat menurut Alkitab adalah suatu komunikasi dari
Allah melalui kata-kata yang diinspirasikan kepada pribadi yang ingin dipakai-
Nya (Ul. 18:18 ; Ibr. 1:1-2 ; Petrus 1:21).
2. Metode menafsirkan nubuatan ini berhubungan dengan nubuatan dalam
pengertian populernya, yaitu suatu prediksi atau visi tentang masa yang akan
datang yang melampaui waktu dari ketika itu diberikan.

B. Beberapa Observasi tentang Nubuatan


1. Ada dua dasar metode interpretasi nubuatan:
a. Metode allegoris
Metode ini secara subyektif melihat adanya arti lain yang tersembunyi dari
suatu nubuatan dari pada arti yang literal seperti yang dikatakan, metode ini
mengijinkan spekulasi yang serampangan dan mengingkari interpretasi yang
obyektif. Oleh sebab itu metode demikian harus dihindari.
b. Metode Literal
Metode inilah yang harus kita pakai untuk menginterpretasikan nubuatan.

2. Metode interpretasi literal untuk nubuatan mempertimbangkan ekspresi figuratif


dan mencari pengertian kebenaran literal yang disampaikan.
3. Beberapa nubuatan Alkitab berhubungan dengan dua kedatangan Tuhan Yesus
ke bumi dan peristiwa-peristiwa yang menyertai kedatangan-Nya. Beberapa
nubuatan dalam PB juga berhubungan dengan keatangan Kristus untuk jemaat-
Nya (I Tes. 4:13-17 ; II Tes. 2:1).
4. Kaum dispensationalism sangat setuju dengan metode interpretasi literal
terhadap nubuatan.
5. Berkenaan dengan waktu penggenapan nubuatan:
a. Beberapa nubuatan PL digenapi dalam periode PL.
Contoh: Pelepasan Israel dari Mesir (Kej. 15:13-14 dengan Kel.
12:31-41).
b. Beberapa nubuatan PL digenapi dalam periode PB.
Contoh: Inkarnasi Kristus dan pelayanan-Nya kepada Israel sebagai
Mesias (Yes. 7:14 ; 61:1-2 dengan Lukas 4:16-21).
c. Beberapa nubuatan PB digenapi dalam periode PB.
Contoh: Pembaptisan Roh Kudus (Mat. 3:11 band. Kisah 2).
d. Beberapa nubuatan PL dan PB digenapi pada masa yang akan datang.
Contoh: Kerajaan Millenium Tuhan di bumi (Yes. 11:1-9 ; Wahyu 20:4-
6).
6. Suatu nubuatan hanya digenapi satu kali (Yes 7:14 hanya digenapi Mat. 1:23)
7. Suatu nubuatan kadang-kadang digenapi sekali dan tuntas atau sebagian-
sebagian, mis. Yoel 2:28-32, sebagian digenapi pada periode PB. (Kisah 2:17-
18), tetapi sebagian digenapi pada masa yang akan datang (Kisah 2:19-20

C. Prosedur Penerapan Metode ini


1. Identifikasi porsi nubuatannya, jika ada dalam bagian yang ditafsirkan ini.
2. Berhubungan dengan isi atau tema nubuatan atau bentuk kata kerja (verb)
yang dimiliki, atau apakah future tense-nya.
3. Pertimbangkan, identifikasikan dan tafsirkan beberapa figuratif yang
mungkin ditemukan dalam perikop tersebut, karena nubuatan Alkitab
seringkali memiliki ekspresi figuratif , juga dalam konteks atau dalam
beberapa tempat di Alkitab.
4. Pelajari bagian-bagian lain Alkitab yang berhubungan dengan bagian
nubuatan tersebut. Juga pertimbangkan apa yang Alkitab secara
keseluruhan ajarkan tentang tema nubuatan tersebut.
5. Seobyektif mungkin, tafsirkan nubuatan secara literal, dan harmoniskan
dengan koneksnya dan pengajaran umum Alkitab.
6. Ketika suatu nubuatan kelihatannya mengijinkan lebih dari satu nubuatan,
pilihlah satu yang paling sesuai dengan konteksnya, dan yang
menghadirkan problem-problem interpretasi yang paling sedikit.
7. Pelajarilah mengapa nubuatan ini diberikan dan apa maksud tujuannya
(lihat konteksnya).
8. Pelajarilah melalui siapa dan kepada siapakah nubuatan ini diberikan
(lihat konteksnya).
9. Pelajarilah apakah kontribusi-kontribusi nubuatan tersebut terhadap
konteksnya sesuai dengan pengajaran Alkitab tentang hal ini.
10. Tentukan jika atau bagaimana nubuatan tersebut berhubungan dengan
Tuhan Yesus dan kedatangan pertama atau kedua-Nya ke bumi, atau
kdatangan-Nya bagi jemaat bukan subyek nubuatan PL itu yang harus
dicatat.

D. Contoh Penerapan Metode ini


Marilah kita menafsirkan Yesaya 7:14 tentang nubuatan Mesianis.
1. Nubuatan ini adalah: “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan
kepadamu suatu pertanda : Sesungguhnya seoang anak dara (KJV)
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan
menamakan Dia Immanuel”.
2. Konteks (ayat 1-6 ; juga lihat II Raja-raja 16) menyatakan suatu koalisi antara
Israel dan Syria untuk menyerang Yehuda. Ahaz, raja Yehuda meminta tanda
kepada Tuhan sebagai tanda jaminan bahwa Allah akan memeliharanya (ay. 10-
12). Oleh sebab itu Allah memberikan tanda kelahiran anak laki-laki dari
seorang anak dara.
3. Tidak ada ekspresi figuratif dalam ayat ini. Bagaimanapun juga nama anak itu
sangat penting. Namanya adalah “Allah beserta kita”.
4. Nubuatan ini dikutip oleh Matius 1:23. Kita tahu dari PB bahwa ketika Ia
datang ke bumi, Anak Allah menmpatkan diri-Nya dalam sifat kemanusian-
Nya, Ia adalah Ilahi yang dikandung dalam rahim anak dara Maria (Luk. 1:26-
38).
5. Nubuatan ini secara sederhana mengatakan bahwa seorang anak dara akan
mengandung, melahirkan anak laki-laki, yang akan diberi nama Immanuel.
Akhirnya ini dikutip oleh Matius (Mat. 1:23), menunujkkan ini berhubungan
dengan Yesus Kristus. Patut dicatat bahwa penggunaan kata Ibrani untuk ‘anak
dara’ ( = parthenos) digunakan dalam Matius 1:21. Kata Ibrani untuk
‘perempuan muda’ (almah), yang dipakai di sini selalu digunakan dalam PL
untuk ‘anak dara’ dalam terjemahan KJV (Kej. 24:43; Kel. 2:8; I Taw. 15:20;
Mzm. 48:1, 68:25; Amz. 30:19; Kid. 1:3; 6:8; dan Yes. 7:14).
6. Nubuatan ini hanya memiliki satu arti interpretasi.
7. Nubuatan ini diberikan sebagai tanda kepada Ahaz dan Yehuda atau keluarga
Daud (ayat 13) untuk menjamin mereka bahwa mereka tidak akan dihancurkan
oleh koalisi Israel dan Syria (Asyur) (lih. Ayat 16).
8. Dari konteksnya kita melihat nubuatan ini diberikan kepada keluarga Daud
(ayat 12-13) oleh Tuhan (ayat 10).
9. Nubuatan ini adalah tanda yang diberikan Tuhan sebagai jaminan pemeliharaan
Allah terhaap Yehuda. Dan terbukti sampai 700 th. Kemudianketika nubuatan
ini digenapi Yehuda masih ada. Bagaimanapun juga nama ‘Immanuel’ yang
berarti ALLAH beserta kita, tidak ada orang lain yang berhak mendapat sebutan
itu selain Kristus sendiri.
10. Nubuatan ini berhubungan dengan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama ke
bumi ini.

E. Latihan :
Tafsirkan nubuatan yang terdapat dalm Mikha 5:2 atau dalam Yohanes 14:1-3 menurut
prinsip atau metode di atas.

Metode Terstruktur

Garis Besar Mazmur 15:1-5


Bacalah keseluruhan ayat dengan teliti, kemudian daftarkan kebenaran yang didapat
dari bacaan tersebut.

Pendahuluan :

I. Hidup orang yang berkenan kepada Allah

 tidak berlaku celah


 melakukan apa yang adil
 mengatakan kebenaran dengan segenap hati
 tidak menyebarkan fitnah
 tidak berbuat jahat
 tidak menimpakan celah
 memandang hina orang yang tersingkir
 memuliakan orang yang takut akan Tuhan
 berpegang pada sumpah
 tidak meminjamkan uang dengan makan riba
 tidak menerima suap melawan orang yang tidak
bersalah
II. Jaminan bagi orang yang berkenan di hadapan Allah
 Tidak akan goyah selama-lamanya.

Penerapan

Mazmur Daud …….. (pembukaan)

Tuhan ……..(subyek)

Siapakah yang boleh menumpang dalam kemah-Mu


Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus
yaitu ……… (jawab)
(obyek)…… dia yang berlaku tidak cela
yang melakukan apa yang adil
dan yangmengatkan kebenaran dengan segenap hatinya
yang (pangulangan)
(kesejajaran) …… yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidanya
yang
tidak berbuat jahat terhadap temannya
dan yang
tidak menimpakan cela kepada tetangganya
yang memandang hina orang
yang
tersingkir
tetapi memuliakan orang …….
(kontra)
(kesejajaran) yang takut akan Tuhan
yang berpegang pada sumpah walaupun rugi
yang
tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba
yang
dan tidak menerima suap
melawan orang yang tak bersalah
siapa yang berlaku demikian
(akibat)…… tidak akan goyah selama-lamanya

Garis Besar Yeremia 29:11

Pendahuluan

I. Rancangan Allah
- rancangan damai sejahtera
- bukan rancangan kecelakaan

II. Rancangan yang membawa berkat


- memberi hari depan yang penuh harapan

Penerapan

Sebab

 ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada 

Demikianlah firman 

yaitu rancangan damai sejahtera


(bukti) dan bukan (kontras)
rancangan kecelakaan

Untuk memberikan kepadamu hari depan


(tujuan)
yang penuh harapan
Garis besar Amzal 6:20-23

Pendahuluan

I. Menghormati orang tua


- memeliharav perintah Ayahnya
- tidak menyia-nyiakan ajaran ibu

II. Sikap menghormati perintah dan ajaran


- menambatkannya pada hati
- mengalungkan pada leher

III. Akibat
- Jika kita berjalan, berbaring dan bangun :
a. kita akan dipimpin
b. kita akan dijaga
c. disapa oleh Tuhan

I.

Penerapan

Hai anakku, peliharalah perintah Ayahmu


dan jangan
menyia-nyiakan ajaran ibumu
tambatkan senantiasa semuanya itu pada hatimu
kalungkanlah pada lehermu
(Sebab-akibat)
jikalau engkau berjalan
engkau akan dipimpinnya
jikalau engkau berbaring
engkau akan dijaganya (peningkatan)
jikalau engkau bangun
engkau akan disapanya

karena perintah itu pelita


dan
ajaran itu cahaya (pengulangan)
dan
teguran
yang mendidik itu
jalan kehidupan (klimaks)

garis besar II Timotius 4:2-5

Pendahuluan

I. Panggilan dan tugas orang percaya


- Beritakan Firman (lakukan pekerjaan pemberian Injil)
- Siap sedia
- Baik atau tidak baik
- Nyatakan apa yang salah
- Tegur dan nasehati
- Dengan segala kesabaran
- Dengan pengajaran
- Menguasai diri dalam segala hal
- Menunaikan tugas pelayanan

II. Sikap orang yang tidak takut Tuhan


- tidak menerima ajaran sesat
- mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya
- untuk memuaskan telinganya
- memalingkan telinga
* dari kebenaran
* membukanya bagi dogeng

Penerapan

Beritakanlah Firman
baik atau
tidak baik waktunya

nyatakan apa yang salah


tegurlah
dan
nasehatilah dengan segala kesabaran
dan ……..(peningkatan)
pengajaran
karena akan datang waktunya
orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat
tetapi …….. (kontras)
mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya
untuk memuaskan keinginan telinganya ……..(pengulangan)
mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran
dan membukanya bagi dogeng

tetapi

kuasailah dirimu dalam segala hal


sabarlah menderita
lakukanlah pekerjaan pemberitaaan Injil
dan
tunaikanlah tugas pelayananmu

Anda mungkin juga menyukai