Contents [hide]
Abstraksi
Latar Belakang
Teori/Penjelasan Materi
Metode
Pembagian Peran
Lesson Learned
Kesimpulan
Abstraksi
Latar Belakang
Kondisi Kelas
Jumlah siswa dalam satu kelas sebanyak 17 siswa. Siswa tidak menyukai pelajaran PKn karena banyak
bacaannya. Siswa sebagian besar adalah anak yang kinestetis.
Metode praktek dipilih karena cocok dengan siswa yang kinestetiknya tinggi, atau tidak bisa diam.
Apalagi hanya mendengarkan penjelasan atau membaca teks, dapat dipastikan tidak banyak materi yang
dapat tersampaikan. Oleh karena itu, dipilih metode simulasi / praktek langsung.
Pemilu merupakan bagian terpenting dari sebuah negara demokrasi. Maka siswa harus mengerti seluk
beluk pemilu dengan baik, dan memasukkannya ke Long Term Memory. Karena suatu saat siswa akan
merasakan hal tersebut secara langsung, bukan lagi sekedar simulasi.
Teori/Penjelasan Materi
Umum artinya pemilu dilaksanakan untuk seluruh warga negara yang memenuhi syarat tanpa
perbedaan.
Bebas artinya pemilih menentukan pilihannya sesuai keinginan sendiri tanpa tekanan dan paksaan dari
siapapun.
Rahasia artinya apa yang telah dipilih dijamin tidak ada pihak manapun yang mengetahui dengan cara
apapun.
Jujur artinya semua yang terlibat dalam pelaksanaan pemilu harus bertindak jujur sesuai ketentuan yang
berlaku.
Adil artinya setiap pemilih dan peserta pemilu diperlakukan adil dan bebas dari kecurangan pihak
manapun.
2. Pendaftaran pemilih
4. Kampanye
6. Perhitungan suara
Metode
Pembagian Peran
Sesuaikan jumlah siswa dalam satu kelas dengan peran yang tersedia. Peran yang harus ada
diantaranya:
- Pasangan Calon Presiden dan Wapres / ketua kelas dan wakil (minimal 2 atau 3 pasangan)
- Pemilih (siswa yang tersisa)
2. Panitia menentukan syarat calon presiden dan wapres, serta syarat pemilih (Contoh: Syarat pemilih
yaitu; WNI/warga kelas 6, Usia diatas 10 tahun, dsb. Syarat pasangan calon yaitu; WNI/warga kelas 6,
berani, jujur, rapih, disiplin, dsb).
4. Pasangan calon presiden dan wapres/ketua kelas dan wakil mendaftarkan diri ke panitia.
5. Pasangan calon melakukan kampanye di depan kelas secara bergiliran. “Teman-teman pilih kami,
insya Allah kelas 6 jadi anak baik semua dan lulus UN. Amin.”
6. Pelaksanaan Pemilu.
c) Jangan lupa buat Bilik Suara dan Kotak Suara dari kardus bekas, serta tinta. Jika tinta tidak ada, dapat
menggunakan Tipe-X.
d) Mintalah tim panitia untuk membuat Kertas Suara. Seperti ini contohnya. Lucu.
Kertas Suara Pemilu Buatan Murid-murid Kelas 6 SDN 2 Kepuh Legundi, Bawean
e) Setelah semuanya siap. Guru memanggil siswa satu per satu untuk masuk ke kelas (TPS).
f) Pastikan sebelumnya siswa mengerti apa saja yang harus dilakukan di dalam TPS:
g) Setelah semua pemilih memberikan hak suaranya, perkenankan panitia untuk memberikan hak
suaranya juga.
7. Tim panitia melakukan perhitungan suara di depan kelas disertai minimal 2 orang saksi.
8. Tim panitia mengumumkan hasil perhitungan suara dan pasangan calon yang menang.
9. Pasangan calon dilantik di depan kelas dan memberikan sepatah-dua patah kata.
Setelah simulasi Pemilu selesai, lakukan Recalling / Review jalannya pemilu yang baru saja mereka
lakukan, berikut urutan proses pelaksanaan pemilu. Sampaikan juga mengenai Asas Pemilu
(LUBERJURDIL). Berikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan sendiri di bagian mana dari
Pelaksanaan Pemilu tadi yang bersifat Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil.
Pastikan pemahaman siswa tentang Asas Pemilu tertanam di pikiran mereka. Berikan contoh kasus
seperti, “Andi diberikan sejumlah uang oleh paman nya agar mencoblos pasangan calon tertentu. Asas
Pemilu manakah yang dilanggar?”. Berikan contoh-contoh kasus lainnya agar siswa mengerti benar
mana hal yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam Pemilu. Jangan biarkan
kecurangan merajalela di dalam proses pemilihan wakil rakyat.
Lesson Learned
Kesimpulan
Pemilu bukanlah materi yang cukup dipahami dengan membaca. Efetktivitas daya serap siswa terhadap
materi Pemilu jauh lebih tinggi apabila di praktekkan langsung. Melalui praktek pemilu, mereka juga
merasakan langsung penerapan asas-asas pemilu (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil).
Satu hal lagi, melalui metode simulasi dan bermain peran ini, mereka belajar banyak pendidikan
karakter dibandingkan dengan hanya membaca buku atau mendengarkan penjelasan guru. Jadi, teruslah
menciptakan pembelajaran yang kontekstual, kreatif dan menyenangkan untuk siswa !
LATAR BELAKANG
Siswa saya biasanya malu ketika diminta ke depan untuk membacapuisi atau bercerita. Selain itu,
suasana kelas yang ramai membuat penjelasan guru tidak terserap dengan
baik. Teleconference dengantelepon kaleng bisa digunakan untuk melatih keberanian siswa
dalamberbicara karena biasanya anak akan tertarik untuk berbicara menggunakan media, mereka
merasa sedang bermain saat belajar. Selain itu, dengan telepon tali akan menciptakan suasana kelas
yang lebih tenang.
Gelas bekas air mineral.
Tali rafia
Gunting
Sedotan
CARA KERJA
Siapkan gelas bekas minuman mineral sebanyak siswa di kelas ditambah satu gelas untuk guru pengajar.
Pada ujung talia rafia yang lain, ikatkan menjadi satu dari seluruh gelas.
Teleconference ala Telepon Tali
Guru meminta siswa memegang masing-masing gelas dan menegangkan tali. Namun, jangan terlalu kuat
karena tali bisa putus.
Guru meminta salah satu anak untuk bercerita atau membaca puisi lewat telepon tali sedangkan yang
lain mendengarkan. Pada saat berbicara menggunakan telepon tali, tidak perlu dengan suara keras,
cukup dengan suara pelan saja.
Pada saat guru menjelaskan dan memberikan pertanyaan kepada anak bisa menggunakan telepon tali
juga. Sekali lagi perlu diperhatikan, suara cukup pelan saja sehingga suasana kelas akan lebih tenan
Pendidikan Karakter »
Kelas 4 » Bahasa Indonesia 4 »
Alat dan Bahan » Sumber Daya Lokal » Tags: berbicara, kartu, terima kasih
Contents [hide]
Abstrak
Latar Belakang
Langkah Bermain
Lesson learned
Catatan pribadi
Abstrak
Kartu terima kasih adalah suatu kartu yang berisikan tulisan terima kasih yang bisa ditujukan kepada
siapa saja dengan menghiasnya sesuai dengan kreativitas anak-anak. Dalam kesempatan kali ini siswa-
siswi SDN 6 Kadur, Rupat Utara, Bengkalis akan merangkai kalimat terima kasih kepada guru-guru di
sekolah.
Latar Belakang
Ucapan terima kasih adalah ucapan sederhana yang banyak diajarkan namun kadang sulit untuk
diucapkan. Tingkat apresiasi siswa di sekolah masih rendah bahkan kepada gurunya sendiri. Untuk
sekedar mengucapkan terima kasih saja mereka malu padahal ucapan terima kasih adalah ucapan
sederhana namun bermakna karena dapat mempererat ikatan persaudaraan namun selama ini mereka
tidak menyadari itu. Untuk itu dalam pelajaranBahasa Indonesia, guru mencoba mengajak siswa kelas
4 SDN 6 Kadur mengucapkan terima kasih kepada guru mereka dan diharapkan bisa menjadi kebiasaan
bagi mereka.
Gunting
Lem
Kertas lipat
Penggaris
Langkah Bermain
Minta siswa memilih satu atau dua guru untuk diucapkan terima kasih
Minta siswa membuat kartu ucapan dengan bentuk apa saja dan dihias sesuai keinginan mereka
menggunakan alat yang telah disediakan di meja.
Setelah kartu jadi, siswa diminta mencari guru yang telah dipilihnya kemudian menyerahkan secara
langsung sambil mengucapkan terima kasih.
Bagi yang tidak menemukan gurunya di kantor guru, mereka bisa mencarinya di segala ruangan di
sekolah.
Siswa tidak diperkenankan menitip atau menyuruh temannya untuk menyeraahkan kartu kepada guru
tersebut.
Lesson learned
Siswa juga dilatih berbicara di depan orang lain sehingga bagi siswa yang pendiam mendapatkan
kesempatan untuk melatih dirinya agar lebih berani.
Mengajarkan siswa agar tidak malu mengucapkan terima kasih terhadap sesuatu hal meskipun sekecil
apapun dan menanamkan kepada mereka bahwa ucapan terima kasih adalah bagian dari sopan santun.
Catatan pribadi
Sebaiknya guru mendampingi siswa dalam menulis dan memberikan kartu terima kasih kepada guru
khususnya bgai siswa yang pemalu atau pendiam.
Jangan lupa beri apresisasi kepada siswa karena sudah berani mengucapkan terima kasih.
Abstraksi
Semakin dini kita menanamkan budaya berterima kasih pada seseorang, diharapkan akan mengakar dan
menjadi kebiasaan baik, sehingga seorang anak bisa menghargai orang lain sekaligus mensyukuri yang ia
dapatkan, mulai dari hal-hal kecil. Berikut ini adalah beberapa cara untuk menanamkan budaya
berterima kasih kepada anak-anak.
Latar Belakang
“Terima kasih” adalah salah satu frase terpenting dalam hidup kita. “Terima kasih” menunjukkan
penghargaan kita terhadap seseorang yang melakukan sesuatu kepada kita, merupakan wujud rasa
syukur atas apa yang kita dapatkan, dan seolah juga membayar lunas utang budi kita kepada yang kita
terima-kasihi.
Sayangnya, frase sederhana ini justru sering terlupakan. Entah karena rasa gengsi atau tidak acuh,
semakin sedikit kita menemukan orang yang mau berterima kasih, terutama pada hal-hal kecil. Padahal,
semakin kita mensyukuri hal kecil, akan semakin mudah kita menghargai hal-hal yang lebih besar.
Budaya terima kasih ini bisa dibangun perlahan melalui kebiasaan. Karena ini merupakan pelajaran budi
pekerti, teori tidaklah cukup. Harus langsung dipraktekkan. Ketika kita menjelaskan pentingnya
berterima kasih kepada anak-anak berusia 6 tahun, mungkin mereka tidak akan mengerti. Tetapi jika
mereka terbiasa mengucapkan “terima kasih” sejak kecil, pada usia yang lebih dewasa mereka akan
mulai menyadari makna pentingnya menghargai orang lain lewat ucapan “ajaib” tersebut.
Metode
Seperti biasa, pembelajaran ini dikemas sebagai “permainan” supaya lebih menarik bagi anak-anak.
Dalam permainan ini, tugas setiap anak adalah mengucapkan “terima kasih” sesuai dengan bahasa yang
mereka dapatkan. Berikut ini adalah langkah-langkahnya.
Gamsahamnida (Korea)
Arigatou (Jepang)
Bedankt (Belanda)
Grazie (Italia)
Merci (Perancis)
Gracias (Spanyol)
Hal ini sangat ditentukan oleh jumlah murid dibandingkan jumlah kosakata yang kita dapatkan. Jika di
kelas Anda terdapat 30 anak dan Anda mendapatkan 16 bahasa, maka setiap 2 anak mendapatkan
bahasa yang sama. Namun agar optimal, sebisa mungkin jadikan jumlah bahasa seimbang dengan
jumlah murid.
Metode penyampaian
Mulailah dengan menyebutkan bahwa Anda punya permainan, dan permainan ini akan dilakukan hingga
(misalnya) akhir semester. Tunjukkan bahasa-bahasa yang Anda punya (bisa berupa flash cards atau
sekedar tulisan di papan tulis). Tanya apa pendapat mereka mengenai kata-kata tersebut, dan minta
mereka menebak apa artinya, atau bahasa apakah itu. Setelah proses curah ide, jelaskan bahwa kata-
kata tersebut memiliki arti yang sama, yaitu “terima kasih”. Tengahkan bahwa semua orang di dunia
mengenal ungkapan “terima kasih”, dan ini salah satu kata paling penting ketika kita mempelajari suatu
bahasa.
beberapa ucapan terima kasih dalam berbagai bahasa yang ditulis di papan tulis
Bagilah murid sesuai jumlah bahasa yang tersedia (metode bebas). Jangan lupa sebutkan kata tersebut
berasal dari negara mana. Terangkan bahwa mulai saat ini, setiap anak harus mengucapkan “terima
kasih” dalam bahasa yang mereka masing-masing dapatkan. Sedangkan Anda, sebagai guru, akan tetap
mengucapkan “terima kasih” dalam Bahasa Indonesia. Tekankan pula bahwa kata ini harus sesering
mungkin diucapkan, sekecil apapun seseorang melakukan sesuatu untuknya.
Mulailah dengan permainan yang sifatnya sound check seperti “terima kasih Itali mana?” “terima kasih
Belanda?” dan perhatikan apakah setiap anak sudah lancar dengan pengucapannya.
Sebagai uji coba, mintalah salah satu murid melakukan sesuatu untuk seluruh kelas (misal: mengambil
buku yang telah dinilai dari meja guru dan membagikannya kembali kepada teman-teman). Perhatikan
apakah setiap murid yang menerima buku sudah mengucapkan “terima kasih” dalam bahasa masing-
masing.
Salah satu sinyal yang dipakai di kelas saya adalah “tepuk terima kasih”. Tepuk ini digunakan untuk
memberikan apresiasi kepada seseorang. Begini bunyinya:
<Jawaban> (tepuk tangan 3x) terima kasih (tepuk tangan 3x) terima kasih (tepuk tangan 3x) kamu hebat!
“Tepuk terima kasih” ini bisa dimodifikasi menggunakan pembelajaran ini. Mintalah murid-murid
secara serempak melakukan “tepuk terima kasih” namun dalam bahasa masing-masing. Untuk bagian
“kamu hebat” boleh dibiarkan dalam Bahasa Indonesia. Contoh:
Lesson Learned
Selain menggunakan bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Perancis, dan sebagainya, sebaiknya gunakan
pula bahasa daerah, misalnya “hatur nuhun” (Bahasa Sunda), “matur nuwun” (Bahasa Jawa), dan
sebagainya. Nilai tambahan yang bisa didapat dari alternatif ini adalah mengajarkan kepada anak-anak
keanekaragaman budaya Indonesia, sehingga menimbulkan afeksi berupa rasa “memiliki” kepada
kekayaan bangsa ini. Kendalanya memang bagaimana mendapatkan kosa-bahasa tersebut. Jika bahasa
asing, kita bisa dengan mudah mengandalkan google translator. Apakah sudah ada situs serupa untuk
mengkonversi kalimat ke berbagai bahasa daerah? Cara untuk menyiasatinya adalah dengan
mempunyai program tambahan seperti sahabat pena yang menghubungkan murid-murid dengan teman
sejawat mereka yang terpencar di titik-titik lain di seluruh Indonesia. Fasilitasi pembelajaran bahasa
mereka dengan ini. Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Mudah kan?
Jangan berhenti pada mengucapkan “terima kasih”. Ajak pula anak-anak membuat kartu terima kasih
(thank you card) kreasi mereka sendiri untuk orang-orang yang berjasa bagi mereka.
Ingatlah bahwa guru berarti digugu dan ditiru. Murid akan meneladani gurunya. Jangan heran murid
Anda tidak pernah berterima kasih jika Anda pun jarang berterima kasih. Ucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada murid Anda, apresiasikan setiap usaha yang mereka lakukan, dan mereka
akan mencontoh kebiasaan baik tersebut.
Contents[hide]
Abstraksi
Latar Belakang
Langkah
Pengembangan
Abstraksi
Kali ini kita akan berlatih membuat percakapanmelalui telepon. Tidak hanya menuliskannya, tapi kita
juga akan mempraktikkan isi percakapan melalui telepon! Mau coba? Ayo kita coba !
Percakapan via telepon terjadi di SDN 018 Tanah Grogot, Paser. Walaupun di desa belum ada saluran
telepon maupun PLN, siswa-siswi kelas 3 SDN 018 Tanah Grogot sudah berlatih bagaimana bercakap-
cakap melalui telepon. Telepon kardus tentunya!
Latar Belakang
Siswa seringkali merasa malu jika diminta untuk tampil ke depan kelas, seperti malu saat diminta untuk
memperagakan percakapan, membaca karyanya, atau yang lain. Kondisi seperti ini merupakan
kesempatan bagi guru untuk mengembangkanmetode baru agar siswa mau dan tertarik untuk tampil di
depan kelas.
Khusus untuk materi percakapan melalui telepon ini, latar belakang tambahannya adalah beberapa
siswa belum familiar dengan pesawat telepon atau telepon seluler karena desa kami belum terjamah
aliran listrik PLN.
Langkah
Sebelum memulai kelas, guru menyiapkan alat
peraga telepon mainan. Telepon mainan yang kami punya terbuat dari kardus bekas sedangkan
kabelnya terbuat dari tali rafia .
Tiap kelompok diminta untuk menuliskan percakapan via telepon dengan teman sekelompoknya.
Masing-masing kelompok akan maju mempraktekkan percakapan mereka dengan pesawat telepon
“tercanggih” buatan Ibu Guru!
Jangan lupa “Lampu, camera, action”-nya sebelum mereka beraksi di depan kelas
Pengembangan
Agar siswa merasa lebih dilibatkan, guru bisa mengajak siswa membuat alat peraga telepon mainan
sebelum siswa melakukan praktik percakapan telepon.
Latar Belakang
Standar Kompetensi
Kegiatan Awal
Guru mengulang (recall) materi tentang pecahan, bentuk persamaannya, dan bentuk lain pecahan
(desimal dan persen) di papan tulis.Contoh :
1/2 = 2/4 = 50% = 50/100 = 0,5
1/4 = 2/8 = 25% = 25/100 = 0,25
3/4 = 6/8 = 75% = 75/100 = 0,75 dst
Guru mengajak siswa untuk menuliskan setiap bentuk pecahan dalam Flash Card.
Masing-masing siswa membuat satu kartu yang berbeda, sesuai dengan nilai pecahan yang tertulis di
papan tulis.Usahakan setiap kelompok persamaan memiliki jumlah kartu yang sama (kelompok 1/2
berjumlah 5 kartu, kelompok 1/4 juga berjumlah 5 kartu). Gunakan pensil warna atau spidol yang
berbeda warna agar lebih menarik. Setelah selesai guru mengumpulkan kartu tersebut kembali dan
mengacaknya.
Bila dirasa proses ini terlalu memakan waktu, guru bisa mempersiapkan flash card yang sudah berisi
angka pecahan sebelum memulai pelajaran.
Kegiatan: Variasi 1
Contoh : barisan siswa yang memegang kartu bernilai 1/2 berisi siswa-siswa yang memegang kartu 1/2,
2/4, 50%, 50/100, 0,5 dst
Guru membagikan satu kartu kepada setiap siswa dalam keadaan tertutup (bagian yang berisi tulisan
menghadap bawah)Ket : siswa tidak diperbolehkan membuka sebelum diberikan aba-aba.
Siswa mulai mencari barisannya berdasar kartu yang dimilikinya.Ket : Siswa melakukannya dengan diam,
mengeluarkan suara merupakan pelanggaran terhadap aturan permainan.
Guru memberikan batas waktu dalam membentuk barisan (berdasarkan kemampuan siswa, jumlah
siswa, dan level soal yang diberikan). Jangan lupa lakukan hitung mundur ketika sudah hampir selesai.
Ketika waktu telah habis dan ternyata masih ada siswa yang belum menemukan barisannya, sediakan
bagi mereka tempat khusus.
Guru mengajak siswa untuk mencek setiap barisan, apakah semua siswa telah masuk ke barisan yang
seharusnya. Bila ada yang tidak sesuai , misalkan murid dengan kartu 25% berada di barisan 1/2
(seharusnya di barisan 1/4) maka dipersilahkan untuk masuk ke tempat khusus bersama siswa yang
belum mendapat barisan.
Guru memberikan apresiasi kepada barisan yang telah benar dan lengkap. Sebaliknya, guru memberikan
hukuman kepada siswa tidak menemukan barisannya dan siswa yang salah masuk barisan.Ket :
usahakan berikan hukuman yang mendidikatau yang bersifat lucu (jaga suasana menyenangkan di kelas)
Permainan ini dapat dikembangkan(ditingkatkan levelnya) dengan mengganti nilai kartu menjadi lebih
sulit (misal 2/3, 66,67%, 0,667 ,dst).
Kegiatan: Variasi 2
Guru membagikan 1 set kartu yang berisi pecahan yang bervariasi ( 1/2; 3/9; 0,75, 20% dst) kepada
setiap kelompok (dalam keadaan tertutup).
Guru memberikan aba-aba, meminta siswa untuk membuka kartu, dan meminta mereka untuk
mengurutkannya (bisa dari kecil ke besar atau sebaliknya).
Guru berkeliling untuk mengamati, kelompok yang selesai lebih dulu harus mengumpulkan set kartunya
ke depan dan menuliskan nama kelompoknya di papan, begitu seterusnya sehingga diperoleh urutan
kelompok.
Guru memberikan apresiasi ke kelompok yang selesai lebih dulu dan tepat dalam mengurutkan pecahan.
Sebaliknya guru bisa juga memberikan hukuman ke kelompok yang salah mengurutkan. Sekali lagi,
hukuman sebaiknya berbentuk hukuman yang mendidik atau menyenangkan.
Sedang serius mencek kartu anggota barisannya. :-)
under Barang Bekas, Gambar
Metode :: Gambar Tags: Paser
Contents [hide]
Abstraksi
Latar belakang
Prasyarat
Metode
Abstraksi
Peserta didik di SDN 002 Labuang Kallo pada
umumnya memiliki peralatan sekolah yang kurang lengkap. Kondisi ini sering ditemui di sekolah yang
terletak di daerah terpencil. Ketika diminta untukmenggambar dan mewarnai hasil karya dengan bagus
dan menarik, peserta didik sering berkilah, “Tapi saya kan tidak punya alat tulis Pak, tidak memiliki
pensil warna maupun krayon.” Meskipun demikian, keterbatasan peralatan sekolah seharusnya tidak
menjadi penghalang kreativitas peserta didik. Siapa bilang mewarnai hanya bisa dengan pensil warna,
spidol, atau krayon? Tulisan ini mendeskripsikan cara pendidik menggunakan bahan yang sudah tidak
terpakai, salah satunya adalah sedotan, untuk mewarnai gambar. Selain itu, penggunaan
sedotan bekas dapat mengurangi sampah di sekitar lingkungan sekolah.
Latar belakang
Ketika pembelajaran menggambar banyak peserta didik yang tidak memiliki alat untuk mewarnai,
sehingga pendidikterpikir untuk menggunakan benda yang memiliki beranekaragam warna dan mudah
diperoleh.Menurut pendidik, sedotan minuman dapat didayagunakan lebih dari fungsi
utamanya, mengingat banyaknya peserta didik yang mengonsumsi minuman es yang menggunakan
sedotan. Hampir setiap hari ada sekitar 100 sedotan yang terbuang, Akhirnya pendidikmencoba untuk
mendayagunakan sampah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Metode
Prasyarat
Pola gambar disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik. Contoh: untuk kelas I pola
dasar bangun datar seperti persegi atau segitiga, kelas II kombinasi pola dasar bangun datar, dan
seterusnya.
Metode
Langkah pelaksanaan 1.
Peserta didik mencuci bersih sedotan bekas pakai yang telah dikumpulkan.
Langkah pelaksanaan 2.
Langkah pelaksanaan 3
Pendidik mengajak peserta didik untuk mengukur sedotan yang akan digunakan untuk menempel pada
pola gambar. Ajak peserta didik untuk menggunting sedotan sesuai dengan ukuran pola gambar.
Langkah pelaksanaan 4
Potongan sedotan ditempelkan pada pola gambar yang telah diolesi lem sebelumnya. Usahakan arah
sedotan dan warna selaras dan teratur agar hasil pewarnaan gambar maksimal. Gunting sisi-sisi sedotan
yang masih berlebihan pada pola gambar.
Pengukuran.
Belajar Bilangan Romawi: Berpunggung II
Pendidikan Karakter »
Kelas 4 » Matematika 4 » Tags: Berpunggung II, bilangan, bilangan
romawi, cacah,kerja
Metode :: Permainan sama, Matematika, romawi, tanggung jawab
Contents [hide]
Abstraksi
Latar Belakang
Metode Penyampaian
Tips
Abstraksi
Latar Belakang
Meski dengan penggunaan terbatas di kehidupan sehari-hari, siswa kelas IV SD Trans Batui 5 di
Kabupaten Banggai sebagian sudah familiar dengan penulisan bilangan Romawi untuk angka 1-6 (karena
angka tersebut biasa dipakai untuk menuliskan kelas). Namun, untuk bilangan yang lebih tinggi banyak
dari mereka yang masih kesulitan.
Contoh Kartu BIlangan Romawi
Kertas bekas, dibagi-bagi menjadi potongan kecil dengan tulisan berbagai angka Romawi dan bilangan
cacahnya dalam potongan yang terpisah.
Selotip dua sisi (double tape) atau selotip kertas (masking tape) atau lakban untuk menempelkan kertas
di punggung siswa.
Metode Penyampaian
Siswa diminta untuk berdiri membentuk lingkaran menghadap keluar sembari menutup mata.
Guru/salah seorang siswa menempelkan kertas bertuliskan angka di punggung peserta permainan.
Ketika semua siswa sudah ditempeli kertas bernomor di punggungnya, guru memberi aba-aba untuk
membuka mata dan mencari pasangan angka tersebut.
Setelah semua menemukan pasangannya, guru bisa meminta anak untuk berbaris bersama pasangannya
dari nomor terkecil hingga terbesar (atau sebaliknya) sembari mencek apakah bilangan yang mereka
pasangkan memang betul.
Pelajaran yang Bisa Dipetik
Para siswa bisa belajar bekerja sama dan percaya pada teman karena mereka harus mengandalkan
temannya untuk memberi tahu besar angka yang tertempel di punggung mereka. Selain itu, nilai
kepatuhan dan kejujuran juga bisa ditanamkan ketika siswa diminta untuk menutup mata.
Para siswa bisa diajak untuk membuat pasangan bilangan baru untuk dipakai dalam permainan, sembari
mengkonfirmasi pemahaman mereka dalam pelajaran bilanan Romawi.
Tips
Contents [hide]
Latar Belakang
Standar Kompetensi
Langkah Pelaksanaan
Bermainlah!
Latar Belakang
Menurut beberapa sumber yang saya baca, pembelajaran kreatif setidaknya memuat 3
elemen: guru yang kreatif, tidak tergantung dengan ruang fisik kelas, dan media yang dipakai unik dan
tetap berguna.
Berikut ini adalah salah satu usaha untuk menerapkan pembelajaran kreatif untuk pelajaranmatematika.
Catatan ini saya buat saat saya mengajar kelas rangkap untuk rombongan belajar kelas IV, V, dan VI
di SDN Tarak, Distrik Karas, Kab. Fakfak, Papua Barat.
Standar Kompetensi
Pembelajaran ini bisa diintegrasikan sebagai tahapan untuk mencapai standar kompetensi
Kelas IV: Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
Kelas V: Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah
Kelas VI: Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah
Langkah Pelaksanaan
Guru Mengajak anak untuk keluar kelas. Bebaskan pikiran anak, guru membuat pelajaran matematika
menjadi menyenangkan.
Guru membuat rambu-rambu sesuai aturan garis bilangan di mana 0 menjadi titik tengahnya.
Sebelah kanan 0 (nol) adalah positif, sebelah kiri 0 (nol) adalah negatif.
Yang perlu diingat, guru membuat garis bilangan menggunakan media yang murah seperti: tali rafia,
akar pohon, atau bahkan garis yang kita buat di atas tanah.
Tandai deretan bilangan sampai dengan angka tertentu baik untuk bilangan bulat positif maupun
negatifnya.
Sekali lagi, sebaiknya guru menggunakan media yang murah dan mudah didapat: kertas bekas, bungkus
snack, atau kita tulis di atas tanah menggunakan kayu.
Tanamkan kepada anak-anak untuk mematuhi rambu-rambu (ke kanan positif, ke kiri negatif).
Bermainlah!
Contoh soal
7 + (-4)
7 adalah bilangan positif. Sesuai rambu-rambu, jika positif akan melangkah ke kanan 7 kali. Setelah
melangkah, kita akan berdiri di atas angka 7.
(-4) adalah bilangan negatif. Sesuai rambu-ramu, jika negatif akan melangkah ke kiri 4 kali. Maka kita
akan berdiri di atas angka 3.
Jadi, 7 + (-4) = 3
Contents[hide]
Abstraksi
Metode
Lesson Learned
Abstraksi
Dalam tulisan kali ini saya mencoba untuk berbagi pengalaman saya mengajarkan bilangan
primadengan metode konstruktivisme menggunakan tabel bilangan dan batu-batu kerikil sebagai alat
bantu hitungnya. Siswa yang saya ajar adalah siswa-siswa kelas 4 SD.
Metode
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan batu-batu kecil di halaman sekolah sejumlah 15 butir
Guru menggambarkan bagan lembar kerja yang harus diisi oleh siswa. Bagannya sederhana saja, seperti
tabel perkalian yang banyak ditemui seperti di bawah ini
Siswa diminta mengisi lembar tersebut melalui praktik pembagian menggunakan bebatuan yang sudah
dikumpulkan. Barisan angka 1-15 vertikal di sebelah kiri bertindak sebagai pembilang, sementara barisan
angka 1-15 horizontal bertindak sebagai penyebut.
Siswa diminta mengisi kolom-kolom tersebut dengan membagi hasil perhitungan menjadi tiga klasifikasi
hasil : pembagian bersisa (misal 4 dibagi 3), pembagian tidak bersisa (misal 6 dibagi 2),
dan pembagian desimal (jika belum kenal desimal, bisa dikomunikasikan sebagai pembagian “yang harus
meminjam” atau disesuaikan dengan pengertian anak, misalnya 1 dibagi 2 atau 2 bagi 5).
Agar lebih memudahkan siswa, tiga warna yang berbeda digunakan untuk menandai masing-masing
klasifikasi. Selain warna, bisa juga digunakan simbol-simbol yang lain yang dirasa lebih menarik, misalnya
bentuk persegi, lingkaran, dll.
Hijau adalah pembagian tidak bersisa, merah adalah pembagian bersisa, biru adalah pembagian desimal.
Setelah siswa selesai melakukan pekerjaannya, guru membimbing siswa untuk mencari angka mana saja
yang ada di kolom sebelah kiri yang jika ditarik ke kanan (horizontal) hanya memiliki 2 hasil pembagian
tanpa sisa (dalam contoh di atas: hanya memiliki 2 buah kotak warna hijau). Bilangan itulah yang akan
dijelaskan sebagai BILANGAN PRIMA, yaitu hanya habis dibagi 1 dan bilangan itu sendiri.
Lesson Learned
Siswa dapat secara langsung mengetahui konsep awal pembagian bersisa, tanpa sisa, dan pembagian
desimal.