Anda di halaman 1dari 99

DOKUMEN

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)

KEGIATAN:
PEMBANGUNAN HUNIAN TETAP (HUNTAP) KAWASAN TONDO 2
KELURAHAN TONDO, KECAMATAN MANTIKULORE, KOTA PALU
DAFTAR ISI

A. INFORMASI UMUM ......................................................................................................... A-1


A.1. Identitas Pemrakarsa ................................................................................................ A-1
A.2. Identitas Penyusun .................................................................................................... A-1
A.3. Latar Belakang Penyusunan Dokumen .................................................................... A-2
B. RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN ................................................................... B-1
B.1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan .............................................................. B-1
B.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ............................................................. B-1
B.2.1. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ................................................... B-1
B.2.2. Rona Lingkungan ............................................................................................ B-2
B.2.2.1. Komponen Geo-Fisik dan Kimia ....................................................... B-3
B.2.2.2. Komponen Biologi .............................................................................. B-11
B.2.2.3. Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Masyarakat . B-12
B.3. Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan .............................................. B-15
B.3.1. Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan .................................................... B-15
B.3.2. Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan .................................... B-15
B.4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ................................. B-16
B.4.1. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang ........................ B-16
B.4.2. Penjelasan Mengenai Persetujuan Prinsip Atas Rencana Kegiatan .......... B-16
B.4.3. Uraian Mengenai Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat
Menimbulkan Dampak Lingkungan .............................................................. B-17
C. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN C-1
C.1. Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan .................................................................. C-1
C.2. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup ...................................... C-9
D. JENIS DAN JUMLAH IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN ............................................... D-1
E. SURAT PERNYATAAN ................................................................................................... E-1
F. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ F-1
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel A.I. Susunan Tim Penyusun .................................................................................. A-2


Tabel B.I. Batas Administrasi Kelurahan Tondo .......................................................... B-2
Tabel B.II. Batas Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ....................................... B-2
Tabel B.III. Kondisi Iklim Kecamatan Mantikulore Tahun 2018 .................................... B-5
Tabel B.IV. Kondisi Meteorologi Lokasi Pembangunan Huntap Tondo 2 ....................... B-10
Tabel B.V. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan ............................. B-10
Tabel B.VI. Inventarisasi Flora di Lokasi Pembangunan Huntap Tondo 2 ................... B-12
Tabel B.VII. Inventarisasi Fauna di Lokasi Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 . B-12
Tabel B.VIII. Kependudukan Kelurahan Tondo dan Kecamatan Mantikulore Tahun 2018 B-13
Tabel B.IX. Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Tondo dan Kecamatan
Mantikulore Tahun 2018 ................................................................................ B-14
Tabel B.X. Fasilitas Keagamaan di Kelurahan Tondo dan Kecamatan Mantikulore
Tahun 2018 ...................................................................................................... B-14
Tabel B.XI. Fasilitas kesehatan di Kelurahan Tondo dan Kecamatan Mantikulore
Tahun 2018 .................................................................................................................. B-14
Tabel B.XII. Skala/Besaran Rencana Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 .......... B-15
Tabel B.XIII. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi ....................................... B-18
Tabel B.XIV. Kebutuhan Peralatan Konstruksi .................................................................. B-20
Tabel B.XV. Kebutuhan Material Konstruksi .................................................................... B-21
Tabel B.XVI. Contoh Vegetasi yang dapat Ditanam untuk RTH ............................................... B-25
Tabel C.I. Dampak dan Sumber Dampak Kegiatan Pembangunan Huntap
Kawasan Tondo 2 ............................................................................................ C-4
Tabel C.II. Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL) .................................................................................. C-11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar B.1. Peta Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ............................................... B-1
Gambar B.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ....................................................... B-2
Gambar B.3. Karakteristik Topografi Kota Palu ..................................................................... B-3
Gambar B.4. Mekanismefokal Gempa Bumi Palu-Donggala-Sigi 28 September 2018 .......... B-9
Gambar B.5. Pengujian Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan .......................................... B-11
Gambar B.6. Tahap Pra Konstruksi .................................................................................................... B-17
Gambar B.7. Tahap Konstruksi ........................................................................................................... B-18
Gambar B.1. Bagan Alir Identifikasi Dampak Tahap Pra Konstruksi Huntap
Kawasan Tondo 2 .................................................................................................. C-2
Gambar B.2. Bagan Alir Identifikasi Dampak Tahap Konstruksi Huntap Kawasan Tondo 2 C-3
Gambar B.3. Bagan Alir Identifikasi Dampak Tahap Pasca Konstruksi/Operasional
Huntap Kawasan Tondo 2 ................................................................................... C-4

iv
A. INFORMASI UMUM

A.1. Identitas Pemrakarsa


Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
1. Nama Rencana Usaha dan/atau : Pembangunan Hunian Tetap (Huntap)
Kegiatan Kawasan Tondo 2
2. Alamat Rencana Usaha :
dan/Kegiatan
Kelurahan : Tondo
Kecamatan : Mantikulore
Kota : Kota Palu
Provinsi : Sulawesi Tengah
3. Nama Pemrakarsa Rencana Usaha : Balai Prasarana Permukiman Wilayah
dan/atau Kegiatan Sulawesi Tengah
4. Alamat Pemarakarsa Rencana : Jln. Soekarno Hatta No. 30 Palu
Usaha dan/Kegiatan
Kelurahan : Talise
Kecamatan : Palu Timur
Kota : Kota Palu
Provinsi : Sulawesi Tengah
5. Alamat Email Pemrakarsa : balaipraskimsulteng72@gmail.com
6. Nama Penanggung Jawab Usaha : Ferdinand Kana Lo, ST., M.T.
dan/atau Kegiatan
7. Jabatan Penanggung Jawab : Kepala Balai Prasarana Permukiman
Usaha dan/atau Kegiatan Wilayah Sulawesi Tengah

A.2. Identitas Penyusun


1. Nama Lembaga : National Management Consultant - CERC
2. Alamat Lembaga : Jl. Nuri No.12
Kelurahan : Tanamodindi
Kecamatan : Mantikulore
Kota : Palu

A-1
Provinsi : Sulawesi Tengah

Tabel A-I. Susunan Tim Penyusun


No. Nama Tenaga Ahli Kualifikasi
1. Rusnita A. Tahir Ketua Tim
2. Rukmini Ahli Lingkungan Kompetensi Penyusun AMDAL
Senior
3. Asrullah Bilmona Ahli Lingkungan
4. Primanda Kiky Widyaputra Ahli GIS
5. Husnah Ahli Sosial
6. Hairun M. Saleh Tasuma Ahli Fisika
7. Sarloce Apang Ahli Kimia
8. Ahmad Riefai Ahli Biologi

A.3. Latar Belakang Penyusunan Dokumen


Terjadinya gempa bumi di Sulawesi Tengah yang menimpa 3 Kabupaten/Kota yaitu Kota
Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi pada tanggal 28 September 2018 telah
menimbulkan dampak besar mulai dari korban jiwa dan kerusakan bangunan. Ribuan
masyarakat kehilangan tempat tinggal mereka yang roboh akibat gempa. Gempa yang
terjadi akibat 3 Kabupaten/Kota tersebut disebabkan oleh aktivitas sesar Palu Koro.
Pasca gempa terjadi, korban yang kehilangan tempat tinggal terpaksa harus mengungsi di
tenda-tenda pengungsian. Pada bulan Desember Tahun 2018, korban gempa telah
dipindahkan dari tempat pengungsian ke hunian sementara (huntara) yang dibangun oleh
Pemerintah dan beberapa bantuan/hibah dari pihak swasta dan dari luar negeri. Mengingat
kebutuhan akan tempat tinggal yang layak huni dari segi luasan bangunan, struktur
bangunan hingga fasilitas bangunan sangat mendesak bagi korban gempa yang saat ini
masih tinggal di huntara, maka Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan merencanakan
pembangunan Hunian Tetap (Huntap) di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten
Donggala dengan sumber pendanaan dari Pemerintah dan bantuan dari pihak lain.
Salah satu Huntap yang dibangun yaitu Huntap Kawasan Tondo 2, Kelurahan Tondo, Kota
Palu. Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 direncanakan diatas lahan milik

A-2
Pemerintah Kota Palu dengan luas lahan 65,3 Ha. Pembangunan Huntap Kawasan Tondo
2 unit rumah yang terdiri dari 2134 unit rumah.
Rencana pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 merupakan kegiatan mendesak dan
bersifat sosial sehingga harus segera direalisasikan dengan dikantonginya Izin Mendirikan
Bangunan (IMB). Sebagai wujud ketaatan terhadap peraturan dan perundangan yang
berlaku, pemrakarsa akan mengurus izin tersebut yang diawali dengan pembuatan
dokumen lingkungan sebagai syarat pengajuan izin berikutnya.
Berdasarkan kesepakatan bersama dengan beberapa pihak terkait, maka jenis dokumen
lingkungan untuk rencana pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 adalah Dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).
Adapun sistematika penulisan dokumen UKL-UPL mengacu pada Permen LHK No P.26
Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik

A-3
B. RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN
B.1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Nama usaha dan/atau kegiatan adalah Pembangunan Hunian Tetap (Huntap) Kawasan
Tondo 2
B.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
B.2.1. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Lokasi rencana pembangunan Hunian Tetap (Huntap) Kawasan Tondo 2 berada pada
koordinat 0°51'6.22"S 119°54'11.86"E, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mnatikulore, Kota
Palu. Lokasi rencana pembangunan Hunian Tetap (Huntap) Kawasan Tondo 2 disajikan
pada Gambar B-1. Batas administrasi Kelurahan Tondo diuraikan pada Tabel B-I
sedangkan batas lokasi kegiatan diuraikan pada Tabel B-II.

Gambar B-1. Peta Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

B-1
Gambar B-2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Tabel B-I.Batas Administrasi Kelurahan Tondo


Uraian Keterangan
Sebelah Utara Kelurahan Layanan Indah
Sebelah Selatan Kelurahan Poboya dan Talise
Sebelah Barat Teluk Palu dan Kecamatan Palu Timur
Sebelah Timur Kabupaten Parigi Moutong

Tabel B-II.Batas Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Uraian Keterangan
Sebelah Utara Lahan Kosong
Sebelah Selatan Jalan
Sebelah Barat Jalan
Sebelah Timur Lahan Kosong

B.2.2. Rona Lingkungan


Rona lingkungan yang diperlukan dan relevan untuk ditelaah dalam Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Huntap Kawasan Tondo II, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota
Palu meliputi komponen fisik-kimia, biologi, dan sosial ekonomi serta sosial budaya. Data
rona lingkungan hidup berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari
studi dokumen dan kepustakaan, sedangkan data primer diperoleh dari hasil pengukuran,
pengamatan (observasi), dan wawancara dengan beberapa responden.

B-2
Berdasarkan hasil telaah yang berkaitan dengan komponen kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak dan jenis dampak potensial yang ditimbulkannya, maka berikut ini
disajikan mengenai komponen lingkungan yang relevan untuk ditelaah dalam Dokumen
UKL-UPL Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2, Kelurahan Tondo, Kecamatan
Mantikulore, Kota Palu. Adapun komponen lingkungan yang ditelaah meliputi:
1. Komponen geo-fisik-kimia yang meliputi iklim dan kualitas udara ambien, kebisingan,
hidrologi, kualitas air, topografi, geologi dan jenis tanah
2. Komponen biologi meliputi flora dan fauna
3. Komponen sosial-budaya meliputi kependudukan, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya
4. Komponen kesehatan masyarakat meliputi sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan
masyarakat
B.2.2.1. Komponen Geo-Fisik dan Kimia
A. Geografi
Kota Palu berada pada kawasan dataran Lembah Palu dan Teluk Palu, secara
astronomis terletak antara 0º,36” - 0º,56” Lintang Selatan dan 119º,45” - 121º,1” Bujur
Timur. Kota Palu berada di sekitar garis Khatulistiwa dengan ketinggian 0 - 700 meter
dari permukaan laut dengan garis pantai yang terbentang sepanjang 42 km. Kota Palu
yang terdiri dari 46 (empat puluh enam) Kelurahan, sebagian besar terletak pada
dataran Lembah Palu dengan jumlah Kelurahan sebanyak 28 (dua puluh delapan),
sementara 17 (tujuh belas) Kelurahan lainnya terletak di sepanjang Pantai Teluk Palu.
Terdapat 44 (empat puluh empat) Kelurahan di Kota Palu berada pada ketinggian
kurang dari 500 meter dari permukaan laut dan 2 (dua) kelurahan berada pada
ketinggian antara 500 – 700 meter di atas permukaan laut.
Lokasi usaha dan/atau kegiatan berada di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore.
Kecamatan Mantikulore mempunyai batas-batas administrasi sebagai berikut:
▪ Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kec. Palu Utara dan Kab. Donggala
▪ Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kec. Palu Timur dan Kec. Palu Selatan
▪ Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Palu dan Kec. Palu Timur
▪ Sebelah Timur : Berbatasan Kab. Parigi Moutong

B-3
Kecamatan Mantikulore terdiri dari 8 kelurahan, yaitu: Kelurahan Talise, Kelurahan
Tanamodindi, Kelurahan Lasoani, Kelurahan Kawatuna, Kelurahan Poboya,
Kelurahan Tondo, Kelurahan Layana, Kelurahan Talise Valangguni.
B. Topografi
Keadaan tanah berdasarkan persentase bentuk permukaan tanah menurut Kelurahan
di Kecamatan Mantikulore, Kelurahan Tondo memiliki dataran bentuk permukaan
bumi 75%, perbukitan dan pegunungan 25%. Ketinggian wilayah Kelurahan Tondo dari
permukaan laut 2 m. Berikut Gambar yang menunjukan gambaran karakteristik
kondisi topografi wilayah Kota Palu saat ini.

Gambar B-3. Karakteristik Topografi Kota Palu


Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2019

Gambar di atas menunjukan bahwa sebagian besar wilayah Kota Palu memiliki
permukaan yang datar dengan persentase hampir 75% dari total luas wilayah. Sebesar
5% wilayah memiliki permukaan bergelombang yaitu dengan kemiringan diantara 2-
15 derajat. Namun yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa 7.901,2 Ha wilayah
Kota Palu memiliki kemiringan antara 15-40 derajat atau dengan kata lain 20%
wilayah Kota Palu termasuk dalam kategori curam sehingga perumahan maupun
aktivitas rumah tangga lainnya sulit untuk dilakukan pada areal tersebut.
C. Klimatologi
Kelurahan Tondo berada di Kecamatan Mantikulore yang pada umumnya terjadi hujan
secara rutin terjadi setiap bulannya. Curah hujan dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan geografi dan perputaran arus udara. Rata-rata curah hujan setiap tahun

B-4
bervariasi, pada tahun 2018 sebesar 48,6 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Juli yaitu sebesar 94 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada
bulan Desember yaitu sebesar 9 mm. Jumlah hari hujan di Kota Palu pada tahun 2019
sebanyak 190 hari dengan curah hujan rata-rata sebesar 76,9 mm/bulan.

Tabel B-III.Kondisi Iklim Kecamatan Mantikulore Tahun 2018


Suhu Penyinaran Curah Kecepatan
Tekanan Kelembaban Arah Angin
No Bulan Udara Matahari Hujan Angin
(mb) Udara (%) Terbanyak
(ºC) (%) (mm) (Knots)
1 Januari 27,8 1009,5 75 47 10 5 Utara
2 Februari 27,5 1011,3 78,3 50 21 5 Utara
3 Maret 27,6 1010,8 76,4 60 53 5 Utara
4 April 28,1 1010,6 76,4 64 20 5 Utara
5 Mei 28,4 1010,7 77,8 69 47 4 Barat Laut
6 Juni 27,4 1010,8 80,5 59 74 4 Barat Laut
7 Juli 27,6 1011,0 78,9 76 94 4 Barat Laut
8 Agustus 27,7 1011,7 76.3 76 81 4 Utara
9 September 27,9 1011,6 74,4 80 81 5 Utara
10 Oktober 28,6 1011,5 75,7 74 57 5 Utara
11 November 28,5 1011,4 74,9 68 36 4 Utara
12 Desember 28,7 1010,7 72,7 47 9 4 Utara
Rata-Rata 33,3 28,0 1011,0 76,5 64,2 48,6 4,5
Sumber: Kecamatan Mantikulore Dalam Angka, 2019

D. Geologi
Geologi tanah dataran lembah Palu ini terdiri dari bahan-bahan alluvial dan colluvial
yang berasal dari metamorfosis yang telah membeku. Disamping itu tanahnya
kemungkinan bertekstur sedang. Secara umum batuan yang menyusun terdiri atas
Aluvium muda, berasal dari endapan sungai, Aluvium, endapan kipas aluvial,
koluvium, Andesit basalt, batu pasir, konglomerat, batu lumpur, Granit, granodiorit,
riolit, Quartzite, filit, serpih dan schist yang kesemuanya tersebar pada daerah di
wilayah Kota Palu. Secara geologis, orientasi fisiografi Kota Palu berhubungan
dengan proses struktur yang terjadi serta jenis batuan yang menyusun Kota Palu, di
mana sisi kiri dan kanan Kota Palu merupakan jalur patahan utama, yaitu patahan
Palu-Koro serta wilayahnya di susun oleh batuan yang lebih keras dibanding material
penyusun bagian lembah. Berdasarkan hubungan geologi tersebut, Kota Palu dibagi
kedalam tiga satuan geomorfologi, yaitu:
1. Satuan Geomorfologi Dataran, dengan kenampakan morfologi berupa topografi
tidak teratur, lemah, merupakan wilayah dengan banjir musiman, dasar sungai

B-5
umumnya meninggi akibat sedimentasi fluvial. Morfologi ini disusun oleh material
utama berupa aluvial sungai dan pantai. Wilayah tengah Kota Palu didominasi oleh
satuan geomorfologi ini.
2. Satuan Geomorfologi Denudasi dan Perbukitan, dengan kenampakan berupa
morfologi bergelombang lemah sampai bergelombang kuat. Wilayah kipas aluvial
(aluvial fan) termasuk dalam satuan morfologi ini. Di wilayah Palu morfologi ini
meluas di wilayah Palu Timur, Palu Utara, membatasi antara wilayah morfologi
dataran dengan morfologi pegunungan.
3. Satuan Geomorfologi Pegunungan Tebing Patahan, merupakan wilayah dengan
elevasi yang lebih tinggi. Kenampakan umum berupa tebing-tebing terjal dan
pelurusan morfologi akibat proses patahan. Arah pegunungan ini hampir utara-
selatan, baik di timur maupun di barat dan menunjukkan pengaruh
struktur/tektonik terhadap bentuk kini morfologi Kota berupa lembah. Umumnya
wilayah ini bukan merupakan wilayah hunian.
Kota Palu dibentuk dari formasi dasar, yaitu: tanah Alluvium dan endapan pasir yang
memanjang di sepanjang pantai sebelah utara kota dicirikan oleh banyaknya material
pasir untuk bahan bangunan. Molasa Celebes dan Sarasin berupa konglomerat, batu
pasir, batu lumpur, batu gamping, koral, dan napal yang tersebar dari arah utara
sampai selatan Kota Palu.
a) Komplek Batuan Metamorf
Batuan ini terdapat di sekitar perbatasan timur Kota Palu dengan Kabupaten
Parigi Moutong, umumnya bersusunan sekis dan sebagian kecil genes. Batuan
sekis pada umumnya terkekarkan dengan tingkat pelapukan permukaan yang lebih
intensif dibanding batuan genes. Batuan lain penyusun formasi ini adalah kuarsit
dan pualam dengan umur formasi adalah pra tersier.
b) Formasi Tinombo
Formasi ini disusun oleh batuan-batuan berupa serpih, batu pasir, batu lanau,
konglomerat, batuan vulkanik, batu gamping dan rijang, termasuk pula filit, batu
sabak dan kuarsit. Umur formasi Eosen – Oligosen, formasi ini terdapat di wilayah
Palu Barat bagian barat.

B-6
c) Batuan Vulkanik
Batuan gunung api umumnya bersifat andesitik, tersebar di banyak tempat namun
tidak meluas. Ukuran kristal batuannya umumnya halus. Juga terdapat batuan lain
berupa lava, breksi andesit dan basal. Di sekitar wilayah Kota Palu dan Kabupaten
Donggala batuan ini terdapat di Lolioge yang selanjutnya menerus ke wilayah
Kabupaten Donggala. Umur batuan ini diperkirakan menjemari dengan Formasi
Tinombo, yaitu pada skala Eosen.
d) Batuan Intrusi
Batuan intrusi yang terbentuk di Kota Palu berkomposisi granitgranodioritik.
Penyebaran utama adalah di bagian barat (sisi timur Gawalise), di Watutela dan
sekitar perbukitan Poboya. Sifat fisik batuan telah terkekarkan dan sebagian telah
mengalami pelapukan kuat. Batuan ini relatif tidak terpetakan namun dapat
dijumpai singkapan setempat-setempat.
e) Formasi Molase Sarasin dan Sarasin
Formasi ini terdiri dari konglomerat, batu pasir, batu lanau dan batu lempung.
Penyebarannya yang cukup luas adalah di bagian utara, timur, selatan dan barat.
Batuan ini merupakan penyusun utama material di wilayah pinggiran Kota Palu.
Sifat perlapisan pada batuan ini sangat buruk sampai dengan tidak nampak
perlapisannya.
f) Aluvium dan Endapan Pantai
Material ini merupakan penyusun utama wilayah lembah Palu. Komposisi material
penyusun berupa pasir, lanau, kerikil dan kerakal dengan komposisi/persentase
ukuran material yang tidak seragam antara tempat satu dengan lainnya.
E. Hidrologi
Wilayah di Kota Palu yang tanahnya terdiri atas lapisan rembes air seperti daerah
berpasir, pada umumnya kerapatan sungainya kecil. Akan tetapi pada daerah-daerah
yang terdiri dari tanah kedap air, kerapatan sungainya besar. Kerapatan sungai di
daerah berhutan dan padang rumput tampak lebih besar dibandingkan dengan daerah
yang gundul. Kerapatan sungai pada dataran tinggi dan terutama di lereng-lereng
pegunungan lebih besar dibandingkan dengan dataran rendah. Angka kerapatan pada
daerah yang banyak hujan lebih besar dibandingkan dengan di daerah kering.

B-7
Umumnya wilayah DAS Palu memiliki pola aliran sungai berbentuk denderitik dan
paralel. Wilayah DAS besar umumnya memiliki pola aliran sungai denderitik,
sedangkan sungai-sungai kecil pola alirannya paralel. Sistem jaringan sumber daya
air Kota Palu meliputi wilayah sungai, jaringan irigasi, jaringan air baku dan sistem
pengendalian banjir di wilayah kota. Adapun wilayah Sungai di Kota Palu meliputi:
Sungai Palu, Sungai Tipo, Sungai Watusampu, Sungai Buluri, Sungai Lewara, Sungai
Kawatuna, Sungai Poboya, Sungai Watutela, Sungai Taipa, Sungai Tawaeli dan
Sungai Lambagu. Jaringan irigasi di wilayah Kota Palu meliputi: Daerah Irigasi
Kawatuna, Daerah Irigasi Kayu Malue Ngapa, Daerah Irigasi Lambara, Daerah Irigasi
Mamboro, Daerah Irigasi Pantoloan, Daerah Irigasi Poboya, Daerah Irigasi
Tanamodindi, Daerah Irigasi Mpanau, Daerah Irigasi Duyu, dan Daerah Irigasi
Donggala Kodi. Identifikasi/pemantauan kualitas air diarahkan pada sumber-sumber
air seperti sungai, danau dan mata air yang airnya banyak dimanfaatkan untuk
masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Sumber-sumber mata air dimaksud antara
lain:
a) Sungai Kawatuna dan Sungai Mamara di wilayah DAS Palu Timur. Aliran sungai
diduga telah tercemar akibat adanya aktivitas penambangan emas oleh sekelompok
masyarakat. Sungai Kawatuna adalah sumber air bersih bagi masyarakat Kota
Palu di bagian selatan, termasuk Lasoani
b) Sungai Lewara di wilayah DAS Palu Barat. Sungai menjadi penyumbang
sedimenter besar apabila terjadi hujan di daerah hulu. Sumber mata air Ranjori
Desa Beka Kecamatan Dolo Barat DAS Palu Barat. Sumber air ini menjadi sumber
air utama bagi masyarakat Desa Beka dan desa sekitarnya.
F. Seismotektonik
Sulawesi Tengah merupakan daerah rawan gempa karena memiliki aktivitas tektonik
tinggi akibat adanya beberapa jalur patahan dan subduksi mikro lempeng. Stasiun
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Palu (2005) mencatat bahwa tidak kurang
dari 4 kali dalam sehari terjadi gempa-gempa kecil (< 3 SR) di Lembah Palu. Catatan
sejarah gempabumi sejak tahun 1927, memperlihatkan bahwa telah terjadi beberapa
peristiwa gempabumi merusak di Lembah Palu. Gempabumi Donggala (1927) yang
berpusat di selatan Kota Donggala (Kota Palu sekarang), gempabumi Tambu (1968)

B-8
yang berpusat di Teluk Tambu dengan kekuatan 6 SR, gempabumi yang terjadi di
Lembah Palu (Februari 2005), dan gempabumi yang terjadi di Kulawi (Agustus, 2012).
Semua gempabumi yang terjadi di Lembah Palu adalah gempabumi dengan kedalaman
dangkal (<70 Km) yang berarti jika terjadi akan sangat merusak. Dari perhitungan
terhadap pergerakan patahan Palu-Koro ini diperoleh data kisaran pergerakan
lempeng, yaitu 35 ± 8 mm per tahun. Hal ini pula yang menyebabkan gempabumi
berkekuatan 7,4 SR yang meluluhlantakan wilayah pesisir Teluk Palu pada 28
September 2018. Gempa dahsyat itu juga memicu likuifaksi dan tsunami. Dua tempat
yang paling nyata mengalami bencana ini adalah Petobo dan Balaroa di Kota Palu.
Kedua lokasi terdapat ratusan rumah tertimbun lumpur. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban tewas akibat bencana gempa dan
tsunami di Sulawesi Tengah tercatat 2.113 orang meninggal dunia. Sebaran korban
tewas itu di Kota Palu 1.703 orang, Kabupaten Donggala 171 orang, Kabupaten Sigi
223 orang, Kabupaten Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang. Jumlah
tersebut termasuk 1 orang warga Korea Selatan yang meninggal dunia tertimbun
reruntuhan Hotel Roa-Roa Kota Palu (Di Balik Pesona Palu, 2018).

Gambar B-4. Mekanismefokal Gempa Bumi Palu-Donggala-Sigi 28 September 2018

G. Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan


Pengumpulan data kualitas udara dilakukan dengan cara pengamatan/pengukuran
langsung di lapangan kemudian dilakukan analisis sampel di laboratorium.
Pengambilan sampel udara bertujuan untuk mengetahui kondisi udara di sekitar

B-9
lokasi kegiatan.
Kondisi meteorologi di lokasi pembangunan Huntap Tondo 2 meliputi temperatur,
tekanan udara, kelembapan udara, kecepatan angin, arah angin dan cuaca.
Temperatur rata-rata sebesar 29,7 °C, tekanan udara rata-rata sebesar 747,9 mmHg,
kelembapan udara rata-rata sebesar 65% RH, kecepatan angin rata-rata sebesar 1
m/s, arah angin dari selatan ke utara dan cuaca cerah. Kondisi meteorologi di lokasi
kegiatan dapat dilihat pada Tabel B-IV.

Tabel B-IV. Kondisi Meteorologi Lokasi Pembangunan Huntap Tondo 2


Nilai
No Parameter
Titik I Titik II Rata-Rata
1 Temperatur 29,6 °C 29,8 °C 29,7°C
2 Tekanan Udara 746,4 mmHg 749,4 mmHg 747,9 mmHg
3 Kelembapan 66,8 %RH 63,2 %RH 65%RH
4 Kecepatan Angin 0.9 m/s 1,1 m/s 1m/s
5 Arah Angin Selatan Ke Utara Selatan Ke Utara Selatan Ke Utara
6 Cuaca Cerah Cerah Cerah
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PT. GreenLab Indo Global (Terakreditasi KAN), 2019
Titik I = Sisi Timur
Titik II = Sisi Barat

Data kualitas udara ambien diperoleh dari hasil pengukuran di lokasi Pembangunan
Huntap Kawasan Tondo 2. Pengambilan contoh udara dilakukan pada tanggal 11
September 2019. Hasil analisis Laboratorium kualitas udara disajikan pada Tabel B-
V.

Tabel B-V. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan


Hasil Uji
No Parameter Satuan Baku Mutu Keterangan
Titik I Titik II
1 Sulfur Dioksida (SO2) (*) µg/Nm3 193,3 169,3 365 Memenuhi baku mutu
2 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 3147 3158 10000 Memenuhi baku mutu
3 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 81,6 46,3 150 Memenuhi baku mutu
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 3,7 3,3 235 Memenuhi baku mutu
5 Hidrokarbon (HC) µg/Nm3 2,5 1,7 160 Memenuhi baku mutu
6 Amonia (NH3) µg/Nm3 5,8 6,3 -
7 Hidrogen Sulfida (H2S) µg/Nm3 4,4 5,3 -
8 Debu (TSP) (*) µg/Nm3 22,2 21,3 230 Memenuhi baku mutu
9 Timbal (Pb) (*) µg/Nm3 0,026 0,026 2 Memenuhi baku mutu
10 Kebisingan dB (A) 52,6 52,9 55 Memenuhi baku mutu
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PT. GreenLab Indo Global (Terakreditasi KAN), 2019
Baku mutu kualitas udara ambien : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999
Baku mutu kebisingan : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
Titik I = Sisi Timur
Titik II = Sisi Barat

B-10
Dari hasil uji laboratorium, maka kualitas udara ambien dan kebisingan pada 2 titik
di lokasi pembangunan Huntap Tondo 2 memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 48 Tahun 1996.
Data kualitas udara dan kebisingan pada Tabel B-V digunakan sebagai tolok ukur
kualitas udara dan kebisingan pada tahap konstruksi dan operasional sebagai upaya
pemantauan lingkungan dan sebagai indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan.

Titik I Titik II

Gambar B-5. Pengujian Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan

B.2.2.2. Komponen Biologi


Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, yang flora dan
faunanya berbeda jauh dengan flora dan fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas
Kalimantan, juga berbeda dengan flora dan fauna Oceania yang berada di Australia
hingga Papua dan Pulau Timor. Garis maya yang membatasi wilayah geografi Asia dan
Australia disebut Wallace Line, sementara kekhasan flora dan faunanya disebut
Wallacea, karena teori ini dikemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut
menemukan teori evolusi bersama Darwin.
Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang
mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier,
monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang
merupakan varietas binatang berkantung serta burung maleo yang bertelur pada pasir
yang panas.

B-11
A. Flora
Inventarisasi flora yang dilakukan di lokasi pembangunan Huntap Tondo 2 dengan
metode pengamatan langsung. Berdasarkan dari hasil inventarisasi kemudian
dikomparasi dengan melakukan studi literatur maka diketahui terdapat beberapa
macam jenis vegetasi meliputi pohon, tanaman dan rumput. Hasil inventarisasi
ditunjukkan dalam Tabel B-VI.
Tabel B-VI.Inventarisasi Flora di Lokasi Pembangunan Huntap Tondo 2
No Nama Lokal Famili Nama Ilmiah
1. Pohon Asam Hutan Fabaceae Tamarindus indica
2. Pohon Lamtoro Fabaceae Leucaena leucocephala
3. Tanaman Jarak Euphorbiaceae Ricinus communis
4. Tanaman Beluntas Asteraceae Pluchea indica
5. Tanaman Ceplukan Solanaceae Physalis angulata L.
6. Tanaman Laban
7. Tanaman Daun Meniran Phyllanthaceae Phyllanthus urinaria
8. Rumput Bambu Poaceae Lophatherum gracile
Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

B. Fauna
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, diperoleh gambaran fauna di lokasi
pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 dapat ditunjukkan pada Tabel B-VII.

Tabel B-VII.Inventarisasi Fauna di Lokasi Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2


No Nama Indonesia Nama Ilmiah Keterangan
1. Semut Merah Moraceae Tidak dilindungi
2. Burung Gereja Arecaceae Tidak dilindungi
3. Kupu-Kupu Laxmanniaceae Tidak dilindungi
4. Lebah Sapotaceae Tidak dilindungi
5. Ulat Bulu Casuarinaceae Tidak dilindungi
6. Semut Cactaceae Tidak dilindungi
7. Cacing Araceae Tidak dilindungi
8. Capung Araliaceae Tidak dilindungi
Sumber: Hasil Pengamatan, 2019

B.2.2.3. Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Masyarakat


Lokasi pembangunan Huntap Tondo 2 Kota Palu secara administratif berada di dalam
wilayah Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Provinsi Sulawesi
Tengah.

B-12
A. Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Mantikulore tahun 2018 sebesar 64.785 jiwa dengan
jumlah rumah tangga sebesar 14.822, rata-rata penduduk per rumah tangga adalah 4
jiwa. Dengan luas wilayah 206,80 km² dan jumlah penduduk pada tahun 2018 sebanyak
64.785 jiwa, kepadatan penduduk Kecamatan Mantikulore rata-rata 313 jiwa/km².
Pada tahun 2018 jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 32.835 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 31.950 jiwa. Penduduk jenis kelamin laki-laki lebih
banyak daripada penduduk jenis kelamin perempuan. Selisihnya sebanyak 885 jiwa
sedangkan rasio jenis kelamin sebesar 103.
Jumlah penduduk Kelurahan Tondo pada tahun 2018 adalah 12.998 jiwa dengan
jumlah rumah tangga sebesar 2.862, jumlah rata-rata penduduk per rumah tangga
adalah 5. Dengan luas wilayah 55,16 km² dan jumlah penduduk pada tahun 2018
sebanyak 12.998 jiwa, kepadatan penduduk Kelurahan Tondo rata-rata 236 jiwa/km².
Rasio jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 99, dengan jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 6.454 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 6.544 jiwa.

Tabel B-VIII. Kependudukan Kelurahan Tondo dan Kecamatan Mantikulore Tahun 2018
Luas Jumlah Kepadatan Jumlah Jumlah Jiwa
No Wilayah Administratif Penduduk Penduduk Rumah per Rumah
(Km2) (jiwa) (jiwa/ Km2) Tangga Tangga (jiwa)
1. Kelurahan Tondo 55,16 12.998 236 2.862 5
2. Kecamatan 206,80 64.785 313 14.822 4
Mantikulore
Sumber: Kecamatan Mantikulore Dalam Angka, 2019

B. Pendidikan
Pada tahun 2018 jumlah Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di
Kecamatan Mantikulore tercatat sebanyak 27 unit. Jumlah sekolah Menengah Pertama
(SMP) termasuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) terdapat 10 unit yang terdiri dari 5 unit
SMP dan 5 unit MTs. Pada jenjang Pendidikan Menengah atas seperti Sekolah
Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA)
baik negeri maupun swasta pada tahun 2018 di Kecamatan Mantikulore tercatat
sebanyak 15 unit yang terdiri dari 5 unit SMU, 3 unit MA, dan 7 unit SMK.

B-13
Tabel B-IX. Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Tondo dan Kecamatan Mantikulore
Tahun 2018
No Wilayah TK/RA SD/MI SMP/MTs SMA/SMK Univ/Akademi
1. Kelurahan Tondo 3 5 2 2 2
2. Kecamatan 17 27 10 8 7
Mantikulore
Sumber: Kecamatan Mantikulore Dalam Angka, 2019

C. Keagamaan
Penduduk Kecamatan Mantikulore sangat heterogen, namun kerukunan hidup
beragama nampaknya sangat terjaga dengan baik sehingga hubungan antar umat
beragama terjalin. Hal ini terlihat dari tumbuhnya fasilitas peribadatan bagi semua
pemeluk agama yang ada.
Tabel B-X. Fasilitas Keagamaan di Kelurahan Tondo dan
Kecamatan Mantikulore Tahun 2018
Masjid Mushola Gereja Pura Vihara
No Wilayah
(unit) (unit) (unit) (unit) (unit)
1. Kelurahan Tondo 17 10 3 - -
2. Kecamatan Mantikulore 83 18 5 2 -
Sumber: Kecamatan Mantikulore Dalam Angka, 2019

D. Kesehatan Masyarakat
Pemerintah menyediakan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Hingga akhir tahun 2018
terdapat 2 unit Puskesmas di wilayah Kecamatan Mantikulore yaitu Puskesmas Talise
dan Puskesmas Kawatuna. Selain puskesmas pemerintah juga membangun 9 unit
Puskesmas Pembantu (Pustu), 9 unit pos Kesehatan desa (Poskesdes) dan pondok
bersalin desa (polindes). Untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak pemerintah juga
mendirikan 41 pos pelyanan terpadu (Posyandu) atau pos KB.

Tabel B-XI. Fasilitas kesehatan di Kelurahan Tondo dan Kecamatan Mantikulore


Tahun 2018
Rumah Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pos Posyandu
No Wilayah
Sakit (unit) Khusus (unit) (unit) Pembantu KB (unit)
1. Kelurahan Tondo 1 2 2 7 1 2
2. Kecamatan
3 11 12 33 3 11
Mantikulore
Sumber: Kecamatan Mantikulore Dalam Angka, 2019

B-14
B.3. Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
B.3.1. Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Jenis kegiatan yang di prakarsai oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sulawesi Tengah
kegiatan Pembangunan Hunian Tetap Kawasan Tondo 2 di Kelurahan Tondo, Kecamatan
Mantikuore, dengan luas lahan ± 65,3 Ha dan lingkup kegiatan sebagai berikut;
a. Pembangunan hunian tetap
b. Pembangunan infrastruktur jalan utama dan jalan lingkungan
c. Pembangunan saluran drainase
d. Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
e. Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T)
f. Pembangunan instalasi listrik
g. Pembangunan Mushola
h. Pembangunan Pasar
i. Pembangunan Puskesmas
j. Pembangunan Penerangan Jalan Umum (PJU)
k. Pembangunan Gedung Serbaguna

B.3.2. Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Rencana pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 yang berada di Kelurahan Tondo,
Kecamatan Mantikulore, Kota Palu diatas lahan seluar 65,3 Ha direncanakan akan
dibangun hunian tetap dan sarana pendukung serta sarana penunjang. Skala/Besaran
Rencana Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 dapat dilihat pada Tabel B-XII.

Tabel B-XII. Skala/Besaran Rencana Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2


No Komponen Skala/Besaran (Ha)
Area Hunian Tetap 2134
1 31,10
unit (Data tahun 2019)
Jalan Utama & lingkungan
2 15,00
serta drainase
Sistem Penyediaan Air
3 1,8
Minum (SPAM)
Sistem Pengelolaan Air
4 Limbah Domestik Terpusat 1,6
(SPALD-T)
5 Mushola 0,005
6 Pasar 2,0

B-15
No Komponen Skala/Besaran (Ha)
7 Puskesmas 0,2
8 Gedung Serbaguna (1 unit) 0,2
9 RTH/RTP 12,48
Jumlah 65,3
Sumber: DED Huntap Kawasan Tondo 2, 2019

B.4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


B.4.1. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang
Surat rencana kota No. 650/577/X/DPRP/2020 menyebutkan bahwa berdasarkan Arahan
Pola Ruang dalam Peraturan Daerah Kota Palu No. 16 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palu Tahun 2010-2030 bahwa lokasi rencana pembangunan
Huntap Tondo 2 berada pada Kawasan Perlindungan Setempat Jenis Sempadan Sungai 15
m dan Kawasan Peruntukkan lainnya jenis Alur Sungai. Berdasarkan Surat Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/BPN RI Nomor. PB.01/426-200/VIII/2020 lokasi pembangunan
huntap Kawasan Tondo 2 telah berubah fungsi menjadi Kawasan Permukiman. Sehingga
kegiatan pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 diperbolehkan dan bersyarat.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 06 tahun 2011 tentang Bangunan Gedung
menyebutkan jika setiap orang/Badan yang mendirikan bangunan gedung wajib memiliki
IMB. Lokasi yang dimohonkan harus sesuai dengan Surat Kepemilikan Tanah tidak dalam
sengketa dan tidak dalam status jaminan. Berdasarkan Peta Zona Ruang Rawan Bencana
Palu dan Sekitarnya yang dikeluarkan oleh Pemerintah bahwa lokasi yang dimaksud
berada pada Zona ZRB 2G (Zona Bersyarat) dengan kriteria Zona Rawan Gerakan Tanah
Menengah sehingga pembangunan baru harus mengikuti standar yang berlaku (SNI 1726).
Surat keterangan kesesuaian lokasi usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Huntap
Kawasan Tondo 2 dengan RTRW Kota Palu yang dikeluarkan Dinas Penataan Ruang dan
Pertanahan Kota Palu terlampir.

B.4.2. Penjelasan Mengenai Persetujuan Prinsip Atas Rencana Kegiatan


Kegiatan Pembangunan Huntap Tondo 2 merupakan upaya Pemerintah dalam menyediakan
tempat tinggal layak bagi warga terdampak bencana gempa bumi dan tsunami. Sesuai
dengan aturan perundangan yang berlaku, yakni Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor P.26 Tahun 2018, tentang Pedoman Penyusunan dan
Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup dalam Pelaksanaan Pelayanan

B-16
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik; maka dokumen UKL-UPL ini sudah
dilengkapi bukti formal berupa: Surat Keterangan Rencana Kota oleh Kepala Dinas
Penataan Ruang dan Pertanahan Kota Palu dan Surat Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN RI Nomor. PB.01/426-200/VIII/2020.
B.4.3. Uraian Mengenai Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat Menimbulkan Dampak
Lingkungan
Komponen usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 Kota Palu
yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu tahap pra konstruksi,
konstruksi dan tahap pasca konstruksi/operasional saat memulai kembali kegiatan
belajar-mengajar.
a. Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan pada tahap ini meliputi:
B.
A.
Rekrutmen dan
Survei Lokasi
MobilisasiTenaga Kerja
Kegiatan
Konstruksi

Gambar B-6. Tahap Pra Konstruksi

1) Survei Lokasi Kegiatan


Survei lokasi kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi real di lapangan
dengan dokumen DED selain itu survei lokasi kegiatan dilakukan dengan melakukan
pengukuran ulang dan penyiapan lokasi kegiatan pembangunan huntap Kawasan
Tondo 2
2) Rekrutmen dan Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Rekrutmen tenaga kerja konstruksi menjadi wewenang Kontraktor Pelaksana
Konstruksi. Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja konstruksi diprioritaskan untuk
masyarakat sekitar lokasi kegiatan yaitu masyarakat Kelurahan Tondo, Kecamatan
Mantikulore, apabila kualifikasi tenaga kerja konstruksi yang dibutuhkan tersedia.
Perkiraan jumlah dan komposisi tenaga kerja pada tahap konstruksi Huntap Kawasan
Tondo 2 dapat dilihat pada Tabel B-XIII.

B-17
Tabel B-XIII. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi
Jumlah
No Jenis Tenaga Kerja Kualifikasi Minimal
(Orang)
1 Site Engineer Sarjana Teknik Sipil/S1 15
2 Pengawas Lapangan/Inspector D3 Teknik Sipil/S1 10
3 Administrator Sarjana Ekonomi 5
4 Drafter STM/Sederajat 5
5 Mandor STM/Sederajat 5
6 Kepala Tukang STM/Sederajat 10
7 Tukang STM/Sederajat 25
8 Pekerja STM/Sederajat 37
Total 112
Sumber: Data diambil dari Analogi Kegiatan Sejenis

b. Tahap Konstruksi
Kegiatan tahap konstruksi terdiri dari: mobilisasi tenaga kerja konstruksi dan
pengoperasian basecamp, mobilisasi peralatan dan material dan pembangunan Huntap
Kawasan Tondo 2 serta prasarana dan sarana penunjang.

D. Pembangunan
Huntap Kawasan
C. Penyiapan Tondo 2
Lokasi Kegiatan
B. Mobilisasi
Peralatan dan
A. Penyediaan dan Material
Pengoperasian
Basecamp

Gambar B-7. Tahap Konstruksi

1) Penyediaan dan Pengoperasian Basecamp


Sebelum kegiatan pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 dimulai, maka
dilakukan pembangunan basecamp/ barak kerja untuk pekerja yang dibangun di
sekitar tapak proyek, merupakan bangunan tidak permanen untuk pekerja selama
kegiatan konstruksi berlangsung. Basecamp tersebut akan dibuat supaya dapat
menampung 112 tenaga kerja. Untuk itu basecamp dilengkapi dengan MCK
sementara, tempat penampungan sementara (TPS), peralatan kantor dan peralatan
kendaraan/ pertukangan. Untuk menunjang kegiatan di basecamp bagi 40 orang
tenaga kerja ini, maka diperlukan penyediaan air bersih, sarana-prasarana
persampahan dan sarana air limbah/MCK pekerja.

B-18
a) Air Bersih
Air bersih yang diperlukan untuk keperluan MCK/sanitasi pekerja dengan
standar kebutuhan 60 ltr/orang/hari berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (selain untuk minum karena
dipenuhi dari air minum dalam kemasan), maka diperlukan;
60 lt x 112 orang = 6720 ltr/hari atau 6,7 m3/hari.
Total kebutuhan air bersih selama kegiatan konstruksi sebesar 6,7 m3/hari x
730 hari = 4905 m3
Kebutuhan air dapat dipenuhi dengan membeli air atau menyambung dari
sambungan air bersih milik masyarakat di sekitar lokasi kegiatan sebelum
sumur dalam yang dibuat dapat difungsikan.
b) Air Limbah Domestik
Air limbah domestik yang dihasilkan dari aktivitas domestik tenaga kerja
konstruksi terdiri dari air limbah grey water dan black water. Volume limbah
yang dihasilkan dari aktivitas domestik pekerja adalah sebagai berikut;
− Volume air limbah grey water sebesar 80% x 6,7 m3/hari = 5,376 m3/hari
− Total volume air limbah grey water selama kegiatan konstruksi sebesar
5,376 m3/hari x 730 hari = 3.924,48 m3
− Volume air limbah black water sebesar 5x10-3 m3/hari x 112 org = 0,056
m3/hari
− Total volume air limbah black water selama kegiatan konstruksi sebesar
0,056 m3/hari x 730 hari = 40,88 m3
Air limbah tersebut akan dikelola dengan MCK yang dilengkapi dengan tangki
septik.
c) Persampahan
Sampah yang dihasilkan dari aktivitas tenaga kerja konstruksi
diperhitungkan dengan 112 orang pekerja dan standar 2,5 ltr/org/hari (Enri
Damanhuri, 2005) adalah sebesar;
112 x 2,5 ltr/org/hari = 280 ltr/hari atau 0,28 m3/hari.
Total timbulan sampah selama kegiatan konstruksi sebesar = 0,28 m3/hari x

B-19
730 hari =204,4 m3
Sampah sebanyak ini ditangani dengan penyediaan tempat sampah terpilah,
kemudian setiap harinya pada sore hari sampah yang terkumpul dibawa ke
TPS terdekat oleh pekerja konstruksi.
2) Mobilisasi Peralatan dan Material
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi dilakukan melalui jalur
jalan yang sudah ditentukan oleh pihak pengelola. Bobot yang diangkut oleh
kendaraan harus menyesuaikan dengan kondisi jalan. Kendaraan yang digunakan
harus memenuhi standar kelaikan. Dalam menunjang aktivitas pembangunan
Huntap Kawasan Tondo 2 maka diperlukan peralatan yang tertera pada Tabel B-
XIV.
Tabel B-XIV. Kebutuhan Peralatan Konstruksi
No Jenis Peralatan Jumlah (unit)
1 Stone Crusher 1
2 Amp 1
3 Dump Truck 10
4 Flate Bed Truck 1
5 Asphalt Finisher 1
6 Tyred Roller 1
7 Tandem Roller 1
8 Steel Wheel Roller 1
9 Vibratory Roller 1
10 Wheel Loader 1
11 Truck Loader 1
12 Buldozer 1
13 Excavator 5
14 Motor Grader 2
15 Asphalt Sprayer 1
16 Water Tanker 10
17 Concrete Mixer 10
18 Generator Set 5
19 Crane Scale 2
20 Air Compressor 1
21 Scale Bridge 1
22 Survey Equipment 1
23 Concrete Vibrator 1
24 Vibratory Compactor 1
25 Water Pump 1
26 File Hammer 1

B-20
No Jenis Peralatan Jumlah (unit)
27 Water pass 5
28 Jangka sorong 10
29 Stemper 5
30 Ember 50
31 Alat Pelindung Diri 112
Sumber: Data diambil dari Analogi Kegiatan Sejenis

Jenis alat angkut material yang digunakan untuk kegiatan konstruksi ini akan
didatangkan dari Kota Palu dan sekitarnya (Sulawesi Tengah). Adapun jenis
material dan bahan utama yang akan digunakan untuk pembangunan Huntap
Kawasan Tondo 2, tertera pada Tabel B-XV.

Tabel B-XV. Kebutuhan Material Konstruksi


No Jenis Peralatan Jumlah (unit) Keterangan
1 Material yang dibutuhkan untuk 1 (satu) unit Risha
Pondasi pelat Ukuran 65 x 65 6 unit Pondasi pelat Ukuran
cm, tinggi 12 cm 65 x 65 cm, tinggi 12
cm
Panel penyambung Bentuk “L” 16 panel Panel penyambung
30.30.30.10 cm Bentuk “L”
30.30.30.10 cm
Panel kolom beton bertulang 20 panel Panel kolom beton
Ukuran 30 x 120 x 10 cm bertulang Ukuran 30
x 120 x 10 cm
Panel kolom beton bertulang 12 panel Panel kolom beton
Ukuran 20 x 120 x 10 cm bertulang Ukuran 20
x 120 x 10 cm
Panel balok beton bertulang 28 panel Panel balok beton
Ukuran 30 x 120 x 10 cm bertulang Ukuran 30
x 120 x 10 cm
Panel dinding Ukuran 120 x 5 panel Panel dinding
240 cm Ukuran 120 x 240 cm
Panel pintu (lengkap dengan 2 panel Panel pintu (lengkap
daun pintu) dengan daun pintu)
Panel jendela (lengkap dengan 1 panel Panel jendela
daun jendela) (lengkap dengan
daun jendela)
Panel ampig 4 panel Panel ampig
Panel lantai Ukuran 20 x 20 18 m2 Panel lantai Ukuran
cm 20 x 20 cm
Kamar mandi dan kakus 1 unit Kamar mandi dan
(kapsul dari fiberglass) kakus (kapsul dari
fiberglass)

B-21
No Jenis Peralatan Jumlah (unit) Keterangan
Instalasi air kotor 1 unit Cubluk dan instalasi
Kaki kuda Bahan dari kayu 4 batang, panjang 4 Kaki kuda Bahan
5/10 cm m dari kayu 5/10 cm
2 BBM ltr
3 Kayu dolken m3
4 Papan kayu m3
5 Air ltr
6 Agregat Kelas B m3
7 Agregat Kelas A m2
8 Kerosin ltr
9 Aspal cair m3
10 Lapis Aus (AC-WC) m2
11 Laston Lapis Antara (AC-
m2
BC)
12 Filler bh
13 Termoplastik m2
14 u-dicth bh
15 Koral m3
16 Besi tulagan kg
17 Strous pile cm
18 Pilecap cm
19 Baja m3
20 Atap m3
21 Cat ltr
22 Fiberglass m2
23 manhole precast bh
24 Semen zak
25 Pasir Urug m3
26 Besi Beton m3
27 Kawat Beton bh
28 Batu Bata bh
29 Keramik bh
30 Rangka Plafond bh
31 Ring Balok m2
32 Lisplank Kasiboard m2
33 Plafond m2
34 Pondasi Buis unit
35 Batu Bata bh
36 Rabat m3
37 Nok Atap Metal bh
38 Reng btg
39 Besi Trekstang Kg
40 Kaca m2
41 Daun Pintu bh

B-22
No Jenis Peralatan Jumlah (unit) Keterangan
42 Pintu dan Jendela bh
43 Frame Alumunium Pintu &
bh
Jendela
44 Pipa air bersih, air bekas, air
m
kotor
Sumber: Huntap Tondo 2, 2019

Material-material tersebut didatangkan dari wilayah Kota Palu dan sekitarnya,


dengan akses dari jalan setempat menuju lokasi kegiatan. Material yang digunakan
dalam kegiatan konstruksi harus memenuhi standar mutu. Selain itu untuk
material batu, kerikil dan pasir harus diambil dari sumber yang legal (memiliki izin
galian C) sedangkan untuk material kayu diambil dari Pengrajin resmi.
3) Penyiapan Lokasi Kegiatan
▪ Sebelum dimulainya pekerjaan, tapak proyek harus dibersihkan dari segala
sesuatu yang tidak diperlukan yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
▪ Pembersihan tanah pada daerah yang direncanakan, urugan, pemotongan/
keprasan, pembabatan semak/rumput, penimbunan daerah-daerah rendah,
penutupan lubang, pembuangan humus/tanah yang mengandung organik jika
ada.
▪ Papan Nama Proyek
Diharuskan membuat papan nama proyek dengan redaksi sesuai dengan
normalisasi dari proyek.
▪ Ketidakcocokan hasil pengukuran lapangan dengan Gambar Rencana harus
segera dilaporkan kepada Direksi
▪ Pemakaian ukuran yang salah sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan Konsultan Pengawas sepenuhnya.
▪ Selama pelaksanaan pekerjaan terutama pada galian yang dalam dilengkapi
dengan rambu pengaman.
▪ Memasang Papan Bangunan (bouwplank/papan piket).

B-23
4) Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2
Kegiatan pembangunan Huntap Tondo 2 secara garis besar dibagi 5 (lima)
pekerjaan yaitu, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur, pekerjaan mekanikal-
elektrikal (ME), pekerjaan landscape dan pekerjaan sarana/prasarana
a) Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur yang terkait langsung dengan masalah dampak terhadap
lingkungan terutama meningkatnya kebisingan dan debu di udara adalah
pekerjaan pondasi selain pekerjaan tanah dan pekerjaan struktur pada
bangunan-bangunan utama. Tahapan kegiatan pekerjaan struktur meliputi
desain konsep, desain skematik, pengembangan desain serta gambar.
b) Pekerjaan Arsitektur
Tahapan yang dilakukan pada pekerjaan Arsitektur antara lain, meliputi
pekerjaan atap dan penutupnya, pekerjaan pintu dan jendela kaca, pekerjaan
dinding partisi dan penyelesaiannya, dan lainnya.
c) Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal (ME)
Pekerjaan mekanikal dan elektrikal, antara lain terdiri dari :
▪ Pemasangan perpipaan (plumbing) untuk air bersih dan air limbah
termasuk pipa bawah tanah.
▪ Pemasangan sistem penerangan dan stop kontak sesuai dengan konservasi
energi.
▪ Pekerjaan instalasi listrik
d) Pekerjaan Landscape
Pekerjaan landscape dalam pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 terdiri dari
pembuatan (RTH) dengan luas 12,87 Ha. Ruang terbuka hijau memiliki dua
fungsi yaitu, fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama dari RTH adalah
fungsi ekologis yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah secara fisik, RTH
biasanya menjadi perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan
untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. Beberapa fungsi ekologis RTH
di kota adalah antara lain sebagai areal resapan air, menghasilkan oksigen,
meredam kebisingan, filter dari partikel padat yang mencemari udara, menyerap
gas-gas rumah kaca atau hujan asam, penahan angin, ameliorasi iklim serta

B-24
konservasi air tanah. Jika dibandingkan dengan luasan lahan maka luas RTH
Huntap Kawasan Tondo 2 hanya menempati 19% sedangkan menurut Undang-
Undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyebutkan luas RTH
minimal adalah 30% sehingga untuk kedepannya masyaralat yang tinggal di
Huntap Kawasan Tondo 2 dapat meningkatkan kebutuhan RTH dengan
memanfaatkan lahan yang masih kosong untuk penanaman pohon terutama
pohon yang memiliki manfaat dalam memberikan fungsi sebagai perindang,
penyerap partikel limbah dan penyerap debu.
Tabel B-XVI. Contoh Vegetasi yang dapat Ditanam untuk RTH
No Fungsi Nama Ilmiah Nama Lokal
1 Perindang (efektif Cynometra cauliflora Nam-nam
sebagai penyerap CO2 Mimusops elengi Tanjung
dan penghasil O2) Ficus benjamina Beringin
Chrysophyllum cainito Sawo bludru
Pterocarpus indicus Sono kembang
Manilkara kauki Sawo kecik
Callophylyllum inophyllum Nyamplung
Baringtonia asiatica Keben
Stelechocarpus burahol Kepel
Pterocarpus indicus Sono kembang
Cassia siamea Ramayana
Diospyros philipensis Bisbul
2 Penyerap partikel Polyalthea longifolia Glodogan
limbah Swietenia macrophylla Mahoni daun lebar
Canarium commune Kenari
Syzygium polyanthum Salam
Cassia siamea Johar
Myristica fragrans Pala
Ixora coccinea Soka
Agathis alba Damar
Podocarpus imbricatus Jamuju
Pithecelebium dulce Asam Landi
Filicium decipiens Kiara payung
3 Penyerap debu Ficus pumlia Tanaman dolar
Duranta repens Kembang anak nakal
Insica sp. The-tehan
Thyrsostachys siamensis Bambu siam
Filicium decipiens Kiara payung
Codiaeum variegiatum Puring

B-25
e) Sarana dan prasarana
Tahapan ini meliputi pekerjaan:
(1) Jalan Umum dan Jalan Lingkungan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah,
di bawah permukaan tanah dan/atau air serta di atas permukaan air.
Pembangunan jalan di Kawasan Huntap Tondo 2 meliputi jalan utama dan
jalan lingkungan dengan total panjang 23 km
(2) Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting
dalam perencanaan Kota. Drainase merupakan salah satu cara pembuangan
kelebihan air. Drainase juga merupakan unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat dalam rangka menuju kota yang aman, nyaman,
bersih dan sehat.
Fungsi dari drainase, yaitu:
▪ Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari
genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan
infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.
▪ Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya
agar tidak membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta
benda masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
▪ Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat
dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
▪ Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah
Tujuan dari pembangunan drainase adalah:
▪ Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman.
▪ Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman,
lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian
lingkungan.

B-26
▪ Dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang
menyebabkan bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain,
seperti: demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang disebabkan
kurang sehatnya lingkungan permukiman.
▪ Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain:
jalan, kawasan permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta
gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.
Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 bagian yaitu
Drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor drainage).
▪ Sistem Drainase Major
Sistem drainase utama atau drainase makro (major drainage) yaitu sistem
saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah
tangkapan air hujan (Catchment Area). Biasanya sistem ini menampung
aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-
kanal atau sungai-sungai. Pada umumnya sistem drainase mayor ini
disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama. Sistem ini
merupakan penguhubung antara drainase dan pengendalian banjir. Debit
rencana dipakai dengan periode ulang lebih besar dari 10 tahun.
▪ Sistem Drainase Mikro
Drainase mikro adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase
yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan
dimana sebagian besar di dalam wilayah kota. Secara keseluruhan yang
termauk dalam sistem drainase mikro dalah: saluran di sepanjang sisi
jalan, saluran/ selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong,
saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat
ditampungnya tidak terlalu besar.
Sistem drainase untuk lingkungan pemukiman lebih cenderung sebagai
sistem drainase mikro.
▪ Sistem Saluran Tertutup
Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama untuk
kota yang tinggi kepadatannya seperti kota Metropolitan dan kota-kota

B-27
besar lainnya. Lahan yang tersedia sudah begitu terbatas dan mahal
harganya, sehingga kadang-kadang tidak memungkinkan lagi untuk
membuat sistem saluran terbuka. Walaupun tertutup sifat alirannya
merupakan sifat aliran pada saluran terbuka yang mengalir secara
gravitasi.
Saluran tertutup ini dapat berupa pipa beton bertulang, besi tuang, tanah
liat, plastik (PVC) atau bahan-bahan lain yang tahan karat (korosif).
Pemasangannya dilakukan dengan cara menanamkannya beberapa meter
di bawah muka tanah dan harus dapat mendukung beban lalu-lintas di
atasnya. Untuk saluran yang besar atau apabila kondisi setempat tidak
mengijinkan maka sebagai alternatif dapat dipakai box beton bertulang.
Biasanya harganya lebih tinggi dan masa pelaksanaannya lebih lama.
Untuk keperluan pengawasan pemeliharaannya, pada setiap belokan,
perubahan dimensi atau bentuk dan pada setiap pertemuan saluran serta
dibuat bangunan pemeriksa (manhole).
Dengan sistem saluran tertutup ini kemungkinan terhadap
penyalahgunaan saluran drainase yang biasanya terjadi seperti tempat
pembuangan sampah dapat dihindari serta memungkinkan pemanfaatan
permukaan tanah untuk keperluan-keperluan lain.
▪ Sistem Saluran Terbuka
Dibandingkan dengan sistem saluran tertutup biaya pembuatan sistem
saluran terbuka lebih rendah dan tidak memerlukan teknologi yang begitu
rumit sehingga sistem ini cenderung lebih sering digunakan sebagai
alternatif pilihan dalam penanganan masalah drainase perkotaan
mengingat sistem pemeliharaannya relatif mudah dilakukan. Saluran
terbuka cocok dipakai apabila masih tersedia lahan yang cukup.
Sistem saluran terbuka ini biasanya direncanakan hanya untuk
menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah). Namun
kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran
(gabungan) dimana misalnya sampah dan limbah penduduk dibuang ke
saluran tersebut.

B-28
Saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan
batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata. Penampang saluran ini
biasanya dibuat berbentuk trapesium. Namun kadang-kadang mengingat
kondisi lapangan misalnya karena keterbatasan lahan yang tersedia sudah
tidak memungkinkan lagi maka penampang saluran dibuat persegi. Dasar
saluran dapat berupa setengah lingkaran atau datar maupun kombinasi
keduanya. Apabila diperlukan, saluran ini dapat juga ditutup dengan plat
beton. Tetapi harus dibuat lubang celah pemasukan (drain inlet) agar air
dapat mengalir ke dalam saluran.
Saluran drainase yang dibangun di Kawasan Huntap Tondo 2 dibangun
pada sisi kanan dan kiri jalan utama dan jalan lingkungan. Saluran
drainase yang digunakan adalah tipe u-ditch dengan lebar saluran drainase
40 cm. Saluran drainase Huntap Tondo 2 terhubung dengan drainase
lingkungan.
(3) Pasar
Keberadaan pasar pada Kawasan Huntap Tondo 2 dengan luas 2 ha
diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat yang tinggal di
Huntap Tondo 2 dengan adanya terbukanya lapangan pekerjaan sebagai
pedagang dan pemasok barang. Selain itu dapat memberikan kemudahan
bagi masyarakat dalam berbelanja memenuhi kebutuhan sehari-hari.
(4) Puskesmas
Puskesmas merupakan suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi
sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,
terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat
tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azrul Azwar, 1996). Keberadaan
puskesmas Huntap Kawasan Tondo 2 dengan luas 2000 m2 diharapkan
dapat menjadi sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang tinggal
di Huntap Kawasan Tondo 2 dan sekitarnya.

B-29
(5) TPS 3R
Pengelolaan sampah terpadu merupakan alternatif sistem pengelolaan
sampah yang sasarannya tidak hanya berorientasi kepada pembuangan dan
pemusnahan sampah secara fisik saja, tetapi justru berorientasi kepada daur
ulang dan pemanfaatan timbulan sampah.
Dalam sistem ini biaya pengangkutan hampir tidak diperlukan, karena unit
pengelolaan sampah pada dasarnya berada sedekat mungkin dengan timbulan
sampah, sehingga peralatan hanya cukup dengan peralatan pengumpul yaitu
motode Kaisar dari RT/RW setempat. Kegiatan utama dalam unit terpadu ini
adalah :
- Memproses sampah organik menjadi kompos
- Memproses sampah non organik menjadi bahan setengah jadi atau bahan
jadi sesuai dengan jenis hasil pulungan
- Memproses sampah menjadi bahan yang lebih sedikit, yang kemungkinan
bisa dimanfaatkan menjadi bahan yang berguna
Sisa sampah dari masing-masing kegiatan di atas, merupakan bahan yang
akan dibuang ke TPA, ini merupakan beban yang akan dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup.
Penanganan sampah di tingkat sumber dengan pola 3R merupakan satu
kesatuan dalam proses penanganan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan sampah.
Untuk menunjang keberlanjutan kegiatan perencanaan prasarana dan sarana
sampah terpadu ini maka disusun rencana penyediaan lahan yang digunakan
sebagai lokasi pengelolaan sampah di wilayah binaan. Selanjutnya desain
dikembangkan dengan pendekatan optimalisasi lahan yang tersedia. TPST 3R
yang direncanakan dibangun di Kawasan Hunian Tetap Kawasan Tondo 2
seluas 1,63 Ha.
(6) SPAM
Air minum merupakan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah. Untuk itu, sejalan dengan pentingnya peranan dan fungsi dari air

B-30
minum perlu direncanakan suatu sistem penyediaan air minum (SPAM) di
Hunian Tetap Kawasan Tondo 2. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang
bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik
(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan
penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni
mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya
yang berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar
atau kualitas hidup masyarakat. Komponen utama sistem distribusi air bersih
adalah sistem jaringan pipa, yaitu jaringan yang digunakan untuk
mendistribusikan air kepada masyarakat. Aliran dapat terjadi karena adanya
beda tinggi tekanan di ke dua tempat, tekanan diakibatkan oleh perbedaan
elevasi muka air atau akibat dari penggunaan pompa yang seringkali
digunakan untuk mengalirkan air dari tempat rendah ke tempat yang lebih
tinggi. Pada lokasi Kawasan Hunian Tetap Kawasan Tondo 2 direncanakan
dibangun sumur dalam dan Jaringan Perpipaan PDAM.
(7) SPALD-T
Air limbah atau air buangan tidak bisa dibuang begitu saja, seperti halnya
limbah padat atau sampah yang juga tidak bisa dibuang sembarangan.
Meskipun kelihatannya air limbah bisa langsung meresap ke dalam tanah atau
mengalir di sungai, air limbah rumah tangga sebenarnya juga merupakan
limbah yang merusak lingkungan hidup. Limbah yang ada di permukiman
masyarakat sangat mempengaruhi terhadap pencemaran tanah. Setiap
aktivitas yang dilakukan oleh manusia di tempat tersebut pastinya
menghasilkan sampah ataupun limbah yang dapat mencemari tanah dan juga
air. Jika lingkungan tidak bersih, maka akan menyebabkan timbulnya
berbagai macam penyakit. Penampungan air limbah yang letaknya dekat
dengan sumur juga dapat menyebabkan air sumur yang digunakan sehari hari
menjadi tercemar dan terdapat bakteri jahat yang bisa menimbulkan penyakit.

B-31
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) merupakan serangkaian
kegiatan pengelolaan air limbah domestik dalam satu kesatuan dengan
prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik. Tujuan pengelolaan
air limbah menurut Permen PUPR Nomor 04 Tahun 2017 adalah untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta untuk
melindungi kualitas air baku dari pencemaran air limbah domestik.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) merupakan
sistem pengelolaan air limbah yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah
domestik dari sumber secara kolektif ke sub-sistem pengolahan terpusat untuk
diolah sebelum dibuang ke badan air permukaaan.
Komponen SPALD-T terdiri dari sub-sistem pelayanan, sub-sistem
pengumpulan dan sub-sistem pengolahan terpusat.
a. Sub-sistem Pelayanan
Sub-sistem pelayanan merupakan prasarana dan sarana untuk
menyalurkan air limbah domestik dari sumber (wilayah pelayanan) melalui
perpipaan ke sub-sistem pengumpulan. Sub-sistem Pelayanan meliputi
pipa air limbah, bak perangkap lemak dan minyak dari dapur, pipa persil
dan bak kontrol.
b. Sub-sistem Pengumpulan
Sub-sistem Pengumpulan merupakan prasarana dan sarana untuk
menyalurkan air limbah domestik melalui perpipaan dari Sub-sistem
Pelayanan ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat. Sub-sistem Pengumpulan
terdiri dari pipa retikulasi, pipa induk, dan prasarana dan sarana
pelengkap.
c. Sub Sistem Pengolahan Terpusat
Sub-sistem Pengolahan Terpusat merupakan prasarana dan sarana untuk
mengolah air limbah domestik yang dialirkan dari sumber melalui Sub-
sistem Pelayanan dan Sub-sistem Pengumpulan. Prasarana dan sarana
IPALD terdiri atas:
➢ Prasarana utama meliputi:
- Bangunan pengolahan air limbah domestik

B-32
- Bangunan pengolahan lumpur
- Peralatan mekanikal dan elektrikal
- Unit pemanfaatan hasil olahan
➢ Prasarana dan sarana pendukung meliputi:
- Gedung kantor
- Laboratorium
- Gudang dan bengkel kerja
- Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional, dan jalan
inspeksi
- Sumur pantau
- Fasilitas air bersih
- Alat pemeliharaan
- Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
- Pos jaga
- Pagar pembatas
- Pipa pembuangan
- Tanaman penyangga, dan/atau
- Sumber energi listrik
(8) Gedung Serbaguna
Keberadaan gedung serbaguna pada Huntap Kawasan Tondo 2 adalah
sebagai sarana tempat berkumpulnya bagi masyarakat dalam
meningkatkan kehidupan bersosial.
(9) Mushola
Fasilitas tempat beribadah direncanakan dibangun di Huntap Kawasan
Tondo 2 dengan sebagai sarana dalam meningkatkan ketaatan dalam
beribadah.
Pada tahap konstruksi, Kontraktor harus menerapkan SMK3 Konstruksi. Tujuan
penerapan SMK3 Konstruksi meliputi;
▪ Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi

B-33
▪ Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen dan pekerja/buruh
▪ Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas
Selain rekrutmen tenaga kerja konstruksi yang berkompeten dan bersertifikat,
penggunaan peralatan yang memenuhi standar kelaikan serta penggunaan material
yang memenuhi standar mutu maka beberapa hal yang diperlukan dalam penerapan
SMK3 Konstruksi meliputi;
▪ Pelaksanaan kegiatan konstruksi sesuai dengan SOP berlaku baik dalam
penggunaan alat berat, pencampuran material dsb
▪ Pemakaian APD lengkap untuk seluruh Tenaga Kerja Konstruksi dan semua orang
yang memasuki lokasi kegiatan konstruksi. Jenis APD yang wajib digunakan oleh
tenaga kerja konstruksi adalah sepatu boot, helm, rompi pengaman, masker, harness
saat bekerja di ketinggian dan sarung tangan saat melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan pajanan api, suhu panas, suhu dingin, arus listrik, bahan
kimia, benturan, pukulan dan tergores.
▪ Pemasangan rambu-rambu yang meliputi rambu petunjuk, rambu larangan, rambu
peringatan, rambu kewajiban, rambu informasi dan rambu sementara K3
▪ Penyediaan alat P3K, meliputi Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen,
Obat Luka, Perban, Dll)
▪ Mengingat penyebaran COVID-19 saat ini menjadi perhatian oleh seluruh
masyarakat bahkan secara global, maka dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi
wajib menerapkan K3 COVID-19 meliputi;
– Penyediaan alat pengukur suhu badan
– Penyediaan fasilitas cuci tangan dengan air yang mengalir dan penyediaan sabun
cuci tangan yang bersertifikasi BPOM dan MUI
– Penyediaan hand sanitizer yang bersertifikasi BPOM dan MUI
– Penyediaan cairan desinfektan
– Pengukuran suhu badan pada tenaga kerja konstruksi setiap hari saat sebelum
dan sesudah bekerja

B-34
– Sebisa mungkin pakaian tenaga kerja konstruksi mengganti baju kerja ketika
hendak pulang kerumah
– Menyiapkan akses ke rumah sakit rujukan COVID-19
– Maksimal kerumunan tenaga kerja pada saat berkerja maupun koordinasi adalah
5 orang dengan jarak minimal 2 m
– Melaksanakan ketentuan INMEN PUPR 2/2020
c. Tahap Pasca konstruksi/Operasional
a) Demobilisasi Peralatan dan Personil
Demobilisasi peralatan dilakukan setelah pekerjaan Pembangunan Huntap Kawasan
Tondo 2 selesai, hanya saja tidak semua peralatan akan di mobilisasikan kembali,
mengingat Penyedia jasa pelaksana masih bertanggungjawab terhadap pemeliharaan
bangunan jalan, lamanya masa pemeliharaan minimal 180 hari kerja atau sesuai
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak kerja. Demikian juga personil, sebagian
masih tinggal untuk menyelesaikan administrasi pekerjaan, sedangkan tenaga kerja
kasar tidak diperlukan lagi dalam kegiatan ini.
b) Kegiatan Operasional Hunian Tetap Kawasan Tondo 2
i. Hunian yang telah dibangun dapat dioperasikan. Kemudian diikuti dengan kegiatan
pemeliharaan hunian. Kepemilikan hinian tetap akan diberikan serifikat kepemilikan
sehingga dapat langsung menempati rumah yang telah disediakan oleh pemerintah.
Operasional kawasan Hunian Tetap Kawasan Tondo 2 maka tahap konstruksinya
berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
ii. Pemeliharaan merupakan suatu cara atau teknik yang tepat untuk menjaga kondisi/
komponen bangunan agar selalu dalam keadaan prima sesuai dengan fungsinya.
Pemeliharaan bangunan Risha didasarkan kondisi terakhir bangunan/ komponen
bangunan Risha.
c) Pemeliharaan Sarana/Prasarana
Seluruh sarana/prasarana perlu dipelihara dan dijaga agar tetap berfungsi
sebagaimana mestinya. Termasuk di dalamnya adalah jaringan air bersih, jaringan
air limbah, fasilitas terkait sampah, ruang terbuka hijau, hingga tanda petunjuk dari
sistem penanggulangan bencana.

B-35
d) Sistem tanggap darurat/penanggulangan bencana, yang merupakan sistem yang
digunakan dalam rangka upaya preventif maupun membantu mengatasi terjadinya
bencana alam maupun bahaya atau kecelakaan lainnya seperti kebakaran.
Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Huntap Kawasan Tondo 2
akan mengacu pada sistem yang berlaku, terutama di Kota Palu, sebagai berikut:
➢ Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
− Menggunakan produk yang berkualitas dan telah mendapat izin resmi dari
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Palu
− Penentuan jenis berdasarkan data pemadaman (rating) tipe A, B, C, dan D.
➢ Site Planning
− Harus memperhatikan akses mobil pemadam (beban gandar 10 ton)
− Jalur akses mobil pemadam direncanakan bisa memasuki atau area gedung
tanpa portal dan polisi tidur
− Akses masuk direncanakan cukup untuk maneuver mobil pemadam (radius
10,5 m)
− Pada saat pelaksanaan akan menyertakan petugas Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan Kota Palu guna pengawasan agar sesuai
dengan yang direncanakan dan standar yang berlaku
e) Mitigasi Bencana Alam
Mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU 24, 2007). Sedangkan mitigasi bencana adalah
suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau
usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik
korban jiwa maupun harta. Mitigasi bencana terdiri dari:
➢ Mitigasi Fisik (Struktural): Upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan
melalui Rehabilitasi dan Rekonstruksi berbagai prasarana fisik dan
menggunakan pendekatan teknologi (pembuatan kanal khusus untuk pencegahan
banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan tahan gempa, ataupun
Early Warning System untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami,
membuat check dam, bendungan, tanggul sungai, dll).

B-36
➢ Mitigasi Non Fisik (Non-structural) : upaya mengurangi dampak bencana, selain
dari upaya fisik sebagaimana yang ada pada mitigasi struktural (tata ruang kota,
capacity building masyarakat, pelatihan, legislasi, perencanaan wilayah, dan
asuransi).
Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu:
• Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana.
• Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
• Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul.
• Peraturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.
Masyarakat pada kawasan rawan bencana perlu dipersiapkan sejak dini untuk
mengantisipasi bencana yaitu dengan meningkatkan kemampuan masyarakat,
menangani dan menekan dampak bencana. Simulasi evakuasi dengan skenario
bencana gempa bumi dan tsunami merupakan pelatihan.
Upaya mitigasi bencana pada konstruksi Huntap Tondo 2 adalah dengan
penggunaan material RISHA untuk kolom dan sloof. RISHA adalah penemuan
teknologi konstruksi knock down yang dapat dibangun dengan waktu cepat
dengan menggunakan bahan beton bertulang pada struktur utamanya dan telah
teruji tahan gempa hingga 8 skala richter (SR) dan 8 Modified Mercalli Intensity
(MMI) (KemenPUPR, 2018).

B-37
C. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
C.1. Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan
Prakiraan dampak adalah suatu proses untuk menduga/memperkirakan respon atau
perubahan suatu parameter lingkungan tertentu akibat adanya kegiatan tertentu, pada
perspektif ruang dan waktu tertentu. Kegiatan tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia,
fisik maupun biologi. Prakiraan munculnya suatu dampak pada hakekatnya merupakan
jawaban dari pertanyaan mengenai besar perubahan yang timbul pada setiap komponen
lingkungan sebagai akibat aktivitas pembangunan (UNEP, 1988). Dampak pada
hakekatnya merupakan proses lebih lanjut yang terjadi setelah ada pengaruh dari suatu
kegiatan. Jadi sasaran memprakirakan atau menduga dampak adalah mencari besar
dampak terhadap setiap komponen lingkungan. Hal ini diperhitungkan untuk komponen-
komponen fisik biotis dan sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Dampak
terhadap lingkungan biasanya berpengaruh pada kesejahteraan dan kesehatan manusia.
Prakiraan dampak dilakukan terhadap setiap komponen atau parameter lingkungan.
Untuk memberi gambaran kuantitatif tentang dampak terhadap parameter lingkungan
tertentu biasanya dipergunakan teknik-teknik pemodelan matematis, model fisik, model
sosial budaya, model ekonomi dan pertimbangan keahlian atau professional judgement.
Untuk menetapkan suatu dampak diperlukan 3 tahapan sebagai berikut :
− Melakukan identifikasi dampak yang terjadi pada komponen lingkungan. Berbagai
metode telah dikembangkan untuk memudahkan identifikasi atau penyaringan
komponen mana yang akan terkena dampak dan mana yang tidak.
− Pengukuran atau perhitungan dampak yang akan terjadi pada komponen lingkungan
tersebut.
− Penggabungan beberapa komponen lingkungan yang sangat berkaitan, kemudian
dianalisis dan digunakan untuk menetapkan refleksi dari dampak komponen-komponen
sebagai indikator menjadi gambaran perubahan lingkungan atau dampak lingkungan.

C-1
TAHAP PRA KONSTRUKSI

Rekrutmen dan Mobilisasi


Survei Lokasi Kegiatan
Tenaga Kerja Konstruksi

1. Kesempatan kerja bagi


1. Persepsi Positif Masyarakat
masyarakat sekitar lokasi
2. Potensi penyebaran Covid-19
kegiatan
2. Potensi penyebaran Covid-19

Gambar C.1. Bagan Alir Identifikasi Dampak Tahap Pra Konstruksi Huntap Kawasan Tondo 2

C-2
TAHAP KONSTRUKSI

Penyediaan dan Mobilisasi Peralatan dan Pembangunan Huntap


Penyiapan Lokasi Kegiatan
Pengoperasian Basecamp Material Kawasan Tondo 2

1. Penurunan kualitas udara


1. Penurunan kualitas udara 1. Penurunan kualitas udara
1. Penurunan kualitas udara 2. Peningkatan kebisingan
2. Peningkatan kebisingan 2. Peningkatan kebisingan
2. Peningkatan kebisingan 3. Kecelakaan kerja
3. Kemacetan lalu lintas 3. Timbulan sampah
3. Timbulan air limbah (Grey 4. Terganggunya aktivitas
4. Kerusakan badan jalan 4. Kecelakaan kerja
Water & Black Water) masyarakat sekitar
5. Terganggunya aktivitas 5. Terganggunya aktivitas
4. Timbulan sampah 5. Bencana alam
masyarakat sekitar masyarakat sekitar
5. Potensi penyebaran Covid-19 6. Potensi penyebaran Covid-19
6. Potensi penyebaran Covid-19 6. Potensi penyebaran Covid-19

Gambar C.2. Bagan Alir Identifikasi Dampak Tahap Konstruksi Huntap Kawasan Tondo 2

C-3
TAHAP PASCA KONSTRUKSI

Demobilisasi Tenaga Demobilisasi Peralatan Operasional Huntap Kawasan Tondo 2


Kerja
1. Penurunan kualitas udara 1. Tersedianya huntap bagi korban gempa di Kota Palu
Keresahan Tenaga
Kerja akibat PHK 2. Peningkatan kebisingan 2. Kebutuhan air bersih
3. Kemacetan lalu lintas 3. Timbulan Air Limbah
4. Timbulan Sampah
4. Kerusakan badan jalan 5. Limpasan Air Hujan
5. Terganggunya aktivitas 6. Potensi Penyebaran COVID-19
masyarakat sekitar 7. Peningkatan pertumbuhan ekonomi
8. Kemacetan lalu lintas
9. Kerusakan bangunan yang berakibat pada berkurangnya nilai fungsi pasar
10. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang tinggal di Huntap Kawasan Tondo 2 m
11. Timbulan Sampah B3
12. Penyumbatan saluran drainase karena sampah
13. Pencemaran air permukaan sebagai hilir dari saluran drainase akibat masuknya air limbah ke saluran drainase
14. Operasional TPST 3R tidak optimal karena kurangnya SDM pengelola
15. TPST 3R tidak optimal karena kurangnya Fasilitas pengolahan sampah
16. Gangguan estetika dari sampah yang tidak diolah (bau dan tumpukan sampah)
17. Terganggunya sistem pengolahan air limbah karena adanya permasalahan pada bangunan konstruksi, pipa dan
mekanikal Elektrikal
18. Pencemaran air tanah dan permukaan akibat pembuangan air hasil olahan SPALD-T yang melebihi baku mutu
19. Penyumbatan/ gangguan pada pipa sambungan Rumah
20. Penurunan kualitas air bersih (sumur dan PDAM)
21. Kebocoran pada bangunan IPA
22. Penyumbatan/ gangguan pada sistem perpipaan
23. Kekeringan, sehingga debit air baku tidak memenuhi kebutuhan air minum

Gambar C.3. Bagan Alir Identifikasi Dampak Tahap Pasca Konstruksi/Operasional Huntap Kawasan Tondo 2

C-4
Tabel C-I. Dampak dan Sumber Dampak Kegiatan Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2
No Dampak yang Ditimbulkan Sumber Dampak
Tahap Pra Konstruksi
1. Persepsi Masyarakat Survei lokasi kegiatan
2. Kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar Rekrutmen dan Mobilisasi Tenaga
lokasi kegiatan Kerja Konstruksi
3. Potensi penyebaran COVID-19 − Survei lokasi kegiatan
− Rekrutmen dan Mobilisasi Tenaga
Kerja Konstruksi
Tahap Konstruksi
1. Penurunan kualitas udara − Penyediaan dan Pengoperasian
Basecamp
− Mobilisasi peralatan dan material
− Penyiapan lokasi kegiatan
− Pembangunan Huntap Kawasan
Tondo 2
2. Peningkatan kebisingan − Penyediaan dan Pengoperasian
Basecamp
− Mobilisasi peralatan dan material
− Penyiapan lokasi kegiatan
− Pembangunan Huntap Kawasan
Tondo 2
3. Timbulan limbah domestik (Grey Water & Pengoperasian basecamp
Black Water)
4. Timbulan sampah − Pengoperasian basecamp
− Penyiapan lokasi kegiatan
5. Potensi penyebaran COVID-19 − Penyediaan dan Pengoperasian
Basecamp
− Mobilisasi peralatan dan material
− Penyiapan lokasi kegiatan

C-5
No Dampak yang Ditimbulkan Sumber Dampak
− Pembangunan Huntap Kawasan
Tondo 2
6. Kemacetan lalu lintas Mobilisasi peralatan dan material
7. Kerusakan badan jalan Mobilisasi peralatan dan material
8. Terganggunya aktivitas masyarakat sekitar − Mobilisasi peralatan dan material
− Penyiapan lokasi kegiatan
− Pembangunan Huntap Kawasan
Tondo 2
9. Kecelakaan Kerja − Penyiapan lokasi kegiatan
− Pembangunan Huntap Kawasan
Tondo 2
10. Bencana Alam Pembangunan Huntap Kawasan
Tondo 2
Tahap Pasca Konstruksi
1. Keresahan Tenaga Kerja akibat PHK Demobilisasi Tenaga Kerja
2. Penurunan kualitas udara - Demobilisasi Peralatan
- Operasional Huntap Kawasan
Tondo 2 dan Sarana Penunjangnya
- Operasional Jalan

3. Peningkatan kebisingan Demobilisasi Peralatan


4. Kemacetan lalu lintas - Demobilisasi Peralatan
- Operasional Jalan
5. Kerusakan badan jalan - Demobilisasi Peralatan
- Operasional Jalan
6. Tersedianya huntap bagi korban gempa di Operasional Huntap Kawasan Tondo 2
Kota Palu dan Sarana Penunjangnya
7. Kebutuhan air bersih bagi warga penguni Operasional Huntap Kawasan Tondo 2
Huntap Kawasan Tondo 2 dan Sarana Penunjangnya

C-6
No Dampak yang Ditimbulkan Sumber Dampak
8. Timbulan Air Limbah (Grey Water & Black - Operasional Huntap Kawasan
Water) Tondo 2 dan Sarana Penunjangnya
- Operasional Pasar Kawasan Tondo
2 dan Sarana Penunjangnya
- Operasional Puskesmas
- Operasional Gedung Serbaguna
- Operasional Mushola
9 Timbulan Sampah - Operasional Huntap Kawasan
Tondo 2 dan Sarana Penunjangnya
- Operasional Pasar Kawasan Tondo
2 dan Sarana Penunjangnya
- Operasional Puskesmas
- Operasional Gedung Serbaguna
- Operasional Jalan
- Operasional Mushola
10. Limpasan Air Hujan Operasional Huntap Kawasan Tondo 2
dan Sarana Penunjangnya
11. Potensi Penyebaran COVID-19 Operasional Huntap Kawasan Tondo 2
dan Sarana Penunjangnya
12. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Operasional Pasar Kawasan Tondo 2
dan Sarana Penunjangnya
13. Kemacetan lalu lintas Operasional Pasar Kawasan Tondo 2
dan Sarana Penunjangnya
14 Kerusakan bangunan yang berakibat pada Operasional Pasar Kawasan Tondo 2
berkurangnya nilai fungsi pasar dan Sarana Penunjangnya
15. Peningkatan pelayanan kesehatan Operasional Puskesmas
masyarakat yang tinggal di Huntap Kawasan
Tondo 2 maupun sekitarnya
16. Timbulan Sampah B3 Operasional Puskesmas

C-7
No Dampak yang Ditimbulkan Sumber Dampak
17. Penyumbatan saluran drainase karena Operasional Drainase
sampah
18. Pencemaran air permukaan sebagai hilir dari Operasional Drainase
saluran drainase akibat masuknya air
limbah ke
saluran drainase
19. Operasional TPST 3R tidak optimal karena Operasional TPS 3R
kurangnya SDM pengelola
20. TPST 3R tidak optimal karena kurangnya Operasional TPS 3R
Fasilitas pengolahan sampah
23. Gangguan estetika dari sampah yang Operasional TPS 3R
tidak diolah (bau dan tumpukan sampah)
24. Terganggunya sistem pengolahan air limbah Operasional SPALD-T Skala
karena adanya permasalahan pada bangunan Permukiman
konstruksi, pipa dan mekanikal Elektrikal
25. Pencemaran air tanah dan permukaan Operasional SPALD-T Skala
akibat pembuangan air hasil olahan SPALD- Permukiman
T yang melebihi baku mutu
26. Penyumbatan/ gangguan pada pipa Operasional SPALD-T Skala
sambungan Permukiman
Rumah
27. Penurunan kualitas air bersih (sumur dan Operasional SPAM
PDAM)
28. Kebocoran pada bangunan IPA Operasional SPAM
29. Penyumbatan/ gangguan pada sistem Operasional SPAM
perpipaan
30. Kekeringan, sehingga debit air baku tidak Operasional SPAM
Memenuhi kebutuhan air minum

C-8
C.2. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Dalam upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup akan diuraikan bentuk-
bentuk pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan atas dampak yang ditimbulkan
dalam upaya untuk menghindari, mencegah, meminimasi dan/atau mengendalikan dampak
disajikan secara jelas dalam bentuk matriks.
Pada dasarnya bagian ini berisi satu tabel/matriks, yang merangkum mengenai:
a) Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Sub bagian ini berisi kolom dampak lingkungan terdiri atas empat sub kolom yang berisi
informasi :
1. Sumber dampak, yang berisi informasi mengenai jenis sub kegiatan penghasil
dampak untuk setiap tahapan kegiatan (konstruksi dan operasi);
2. Jenis dampak, yang berisi informasi tentang seluruh dampak lingkungan yang
mungkin timbul dari kegiatan pada setiap tahapan kegiatan; dan
3. Besaran dampak, yang berisi dengan informasi mengenai parameter dan besaran
dampak.
b) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sub bagian ini berisi kolom upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup terdiri atas tiga sub
kolom yang berisi informasi :
1. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berisi informasi mengenai
bentuk/ jenis pengelolaan lingkungan hidup yang direncanakan untuk mengelola
setiap dampak lingkungan yang ditimbulkan.
2. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berisi informasi mengenai lokasi
dimana pengelolaan lingkungan perlu dilakukan.
3. Periode pengelolaan lingkungan hidup, yang berisi informasi mengenai waktu/
periode dilakukannya bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup yang
direncanakan.
c) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup.
Sub bagian ini berisi kolom upaya Pemantauan Lingkungan Hidup yang terdiri atas tiga
sub kolom yang berisi informasi :
1. Bentuk upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang berisi dengan informasi
mengenai cara, metode, dan/ atau teknik untuk melakukan pemantauan atas

C-9
kualitas lingkungan hidup yang menjadi indikator kerberhasilan pengelolaan
lingkungan hidup;
2. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup, yang berisi dengan informasi mengenai
lokasi pemantauan lingkungan perlu dilakukan;
3. Periode pemantauan lingkungan hidup, yang berisi informasi mengenai
waktu/periode dilakukannya bentuk upaya pemantauan lingkungan hidup yang
direncanakan.
d) Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
Sub bagian ini berisi kolom Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup,
yang berisi informasi mengenai berbagai institusi yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup yang akan :
1. Melakukan/melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan
lingkungan hidup;
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan
pemantauan lingkungan hidup; dan Menerima pelaporan secara berkala atas hasil
pelaksanaan komitmen pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan
hidup sesuai dengan lingkup tugas
3. instansi yang bersangkutan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk lebih jelasnya tabel/matriks dampak lingkungan yang ditimbulkan dan upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup serta upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dalam
kegiatan Pembangunan Huntap Kawasan Tondo 2 dapat dilihat pada Tabel C-II halaman
berikut ini.

C-10
Tabel C-II. Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Survei dan − Persepsi negatif Besaran dampak − Pada saat kegiatan Lokasi Saat tim Pengamatan Lokasi Lokasi Pelaksana:
Pengukuran ditimbulkan bagi yang ditimbulkan survei melibatkan Pembangunan surveyor langsung di Pembangunan Pembangunan • Kontraktor
mereka yang oleh kegiatan ini unsur-unsur terkait Hunian Tetap melakukan lapangan pada saat Hunian Tetap Hunian Tetap pelaksana
menjadi korban berupa prosentase terutama pemerintah Kawasan Tondo pengukuran kegiatan survei Kawasan Kawasan Tondo konstruksi
gempa tapi pada atau jumlah setempat (Kepala Desa, 2, Kelurahan awal dan melibatkan unsur- Tondo 2, 2, Kelurahan • Balai Prasarana
pembangunan masyarakat yang Camat dan unsur Tondo, melakukan unsur terkait Kelurahn Tondo, Permukiman
hunian tetap ini berpersepsi negatif Muspika lainnya Kecamatan pemasangan terutama Tondo, Kecamatan Wilayah Sulawesi
belum termasuk maupun unsur Mantikulore, tanda patok Pemerintah Kecamatan Mantikulore, Tengah
sebagai daftar Pemerintah yang Kota Palu pada lokasi Setempat dan Mantikulore, Kota Palu Pengawas:
penerima manfaat terkait di tingkat proyek Pemerintah Daerah Kota Palu • Dinas Lingkungan
sehingga kabupaten) Hidup Kota Palu
menimbulkan − Pemasangan papan • Dinas Sosial Kota
kecemburuan nama kegiatan sebagai Palu
sosial informasi bagi • Pemerintah
− Keterlambatan dan masyarakat sehingga Kelurahan Tondo,
ketidakpastian mereka dapat Kecamatan
waktu tersedianya memahami, dan potensi Mantikulore, Kota
huntap bagi terganggunya aktivitas Palu
penerima manfaat mereka dapat Pelaporan:
definitive berkurang. Papan • Dinas Lingkungan
nama dipasang hingga Hidup Kota Palu
kegiatan konstruksi • Dinas Sosial Kota
selesai dilakukan Palu
− Menyediakan papan
informasi maupun
media lainnya terkait
perkembangan
pembangunan huntap
2. Rekrutmen Kesempatan kerja − Jumlah − Memprioritaskan Kelurahan Tondo, Tahap Pengamatan dan Kelurahan Tahap rekrutmen Pelaksana:
dan Mobilisasi bagi masyarakat kebutuhan rekrutmen Tenaga Kecamatan rekrutmen dan inventarisasi saat Tondo, dan Mobilisasi • Kontrakor
sekitar lokasi Tenaga Kerja Kerja lokal dibanding Mantikulore, Mobilisasi perekrutan Tenaga Kecamatan Tenaga Kerja Pelaksana
kegiatan konstruksi Tenaga Kerja Kota Palu Kerja, untuk Konstruksi Konstruksi

C-11
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Tenaga Kerja sebanyak 112 pendatang apabila Tenaga Kerja mengetahui Mantikulore, • Balai Prasarana
Konstruksi orang memenuhi kualifikasi Konstruksi besarnya Kota Palu Permukiman
− Rekrutmen sebagai Tenaga Kerja persentase Wilayah Sulawesi
Tenaga Kerja konstruksi keterlibatan Tengah
konstruksi − Memberikan informasi masyarakat Pengawas:
menjadi lowongan kerja secara sekitar, sehingga • Dinas Koperasi
kewenangan transparan kepada akan diketahui UMKM & Tenaga
kontraktor, warga melalui apakah masyarakat Kerja Kota Palu
untuk kebutuhan pengumuman di kantor sekitar telah • Dinas Lingkungan
Tenaga Kerja kelurahan atau pada diprioritaskan Hidup Kota Pslu
konstruksi saat diadakan • Pemerintah
sebagai pertemuan warga Kelurahan Tondo,
pekerja/buruh − Rekrutmen Tenaga Kecamatan
kontraktor dapat Kerja konstruksi Mantikulore, Kota
merekrut Tenaga diutamakan yang Palu
Kerja di sekitar berkompeten dan Pelaporan:
lokasi kegiatan bersertifikasi • Dinas Koperasi
(Kelurahan − Penyediaan jaminan UMKM & Tenaga
Tondo) apabila sosial bagi Tenaga Kerja Kota Palu
tersedia, jumlah Kerja • Dinas Lingkungan
Tenaga Kerja Hidup Kota Palu
yang dapat
diserap sebanyak
50 orang
Potensi penyebaran − Jumlah Tenaga − Tenaga Kerja dari luar Kelurahan Tondo Tahap − Memantau kasus Kelurahan Tahap rekrutmen Pelaksana:
COVID-19 Kerja dari luar wilayah Kota Palu rekrutmen dan penyebaran Tondo dan Mobilisasi • Kontrakor
Kota Palu untuk melakukan Mobilisasi COVID-19 di Tenaga Kerja Pelaksana
terutama pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Kota Palu Konstruksi Konstruksi
wilayah zona di RS dibuktikan Konstruksi khususnya di • Balai Prasarana
merah COVID-19 dengan surat sehat, Kelurahan Permukiman
menentukan saat kegiatan Tondo, Wilayah Sulawesi
jumlah ODP konstruksi dimulai Kecamatan Tengah
− Tingkat Tenaga Kerja Mantikulore Pengawas:
penyebaran konstruksi telah − Pemantauan • Dinas Kesehatan
COVID-19 Kota melakukan isolasi terhadap Kota Palu

C-12
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Palu mandiri selama 14 hari kesehatan • Dinas Lingkungan
menentukan dan terbukti sehat Tenaga Kerja, Hidup Kota Palu
besaran dampak − Maksimal kerumunan apabila ada • Pemerintah
Tenaga Kerja pada Tenaga Kerja Kelurahan Tondo,
saat berkerja maupun yang mengalami Kecamatan
koordinasi adalah 5 gejala COVID-19 Mantikulore
orang dengan jarak (demam, sesak Pelaporan:
minimal 2 m nafas, batuk • Dinas Kesehatan
− Melaksanakan kering, bersin- Kota Palu
ketentuan INMEN bersin) maka • Dinas Lingkungan
PUPR 2/2020 harus segera Hidup Kota Palu
dilakukan
pemeriksaan
lebih lanjut di
Puskesmas
terdekat atau RS
Rujukan COVID-
19
B. TAHAP KONSTRUKSI
1. Penyediaan Timbulan air limbah − Kebutuhan air Tersedianya MCK bagi Basecamp Tahap − Melakukan Basecamp Setiap hari Pelaksana:
dan (Grey Water & Black bersih pekerja pekerja proyek dalam Tenaga Kerja Penyediaan pemantauan Tenaga Kerja selama • Kontrakor
Pengoperasian Water) konstruksi jumlah cukup (rasio 1:20) dan kebersihan di pengoperasian Pelaksana
Basecamp/ sebesar = 60 lt x dan konstruksi yang Pengoperasian basecamp, di basecamp Tenaga Konstruksi
Direksi Keet 112 orang = memadai yang dialirkan Basecamp kamar mandi Kerja • Balai Prasarana
6720 ltr/hari ke dalam septic tank dan dan lingkungan Permukiman
atau 6,72 sumur resapan yang basecamp Wilayah Sulawesi
m3/hari sesuai dengan SNI − Melakukan Tengah
− Total kebutuhan 2398:2017 pengamatan Pengawas:
air bersih selama terhadap jenis • Dinas Kesehatan
kegiatan vektor penyakit Kota Palu
konstruksi (lalat, kecoak, • Dinas Lingkungan
sebesar 6,72 tikus dan jentik Hidup Kota Palu
m3/hari x 730 nyamuk) yang • Pemerintah
hari= 4.905 m3 ditemukan Kelurahan Tondo,
sesuai dengan

C-13
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
− Volume air PERMENKES Kecamatan
limbah grey No. 80 Tahun Mantikulore
water sebesar 1990 tentang Pelaporan:
80% x 6,72 Persyaratan • Dinas Kesehatan
m3/hari = 5,376 Kesehatan Kota Palu
m3/hari • Dinas Lingkungan
− Total volume air Hidup Kota Palu
limbah selama
tahap konstruksi
sebesar 5.376
m3/hari x 730
hari = 3.924,48
m3
− Volume air
limbah black
water sebesar
5x10-3 m3/hari x
112 org = 0,056
m3/hari
− Total volume air
limbah black
water selama
tahap konstruksi
sebesar 0,056
m3/hari x 730
hari = 40,88 m3
Timbulan sampah − Timbulan − Menyediakan tempat Basecamp Saat − Melakukan Basecamp Setiap hari Pelaksana:
sampah sebesar sampah dengan Tenaga Kerja penyediaan pemantauan Tenaga Kerja selama • Kontrakor
112 x 2,5 pemilahan sesuai jenis basecamp kebersihan di pengoperasian Pelaksana
ltr/org/hari = limbahnya (sampah Tenaga Kerja basecamp, dan basecamp Tenaga Konstruksi
280 ltr/hari atau anorganik dan sampah lingkungan Kerja • Balai Prasarana
0,28 m3/hari organik), jumlah basecamp Permukiman
− Total timbulan tempat sampah − Melakukan Wilayah Sulawesi
sampah selama minimal harus tersedia pengamatan Tengah
kegiatan sebanyak 7 unit dengan terhadap jenis

C-14
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
konstruksi kapasitas masing- vektor penyakit Pengawas:
sebesar 0,28 masing unit 30 liter, (lalat, kecoak, • Dinas Kesehatan
m3/hari x 730 sampah yang tikus dan jentik Kota Palu
hari = 204,4 m3 dihasilkan diangkut nyamuk) yang • Dinas Lingkungan
oleh Tenaga Kerja ke ditemukan Hidup Kota Palu
TPS terdekat yang sesuai dengan • Pemerintah
kemudian akan PERMENKES Kelurahan Tondo,
diangkut oleh Petugas No. 80 Tahun Kecamatan
Kebersihan Kota Palu 1990 tentang Mantikulore
ke TPA Persyaratan Pelaporan:
Kesehatan • Dinas Kesehatan
Kota Palu
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Potensi penyebaran Tingkat penyebaran − Penyediaan alat Basecamp Saat − Memantau kasus − Kelurahan Setiap hari Pelaksana:
COVID-19 COVID-19 di Kota pengukur suhu badan Tenaga Kerja penyediaan penyebaran Tondo, selama kegiatan • Kontrakor
Palu menentukan − Penyediaan fasilitas basecamp COVID-19 di Kecamatan Pembangunan Pelaksana
besaran dampak cuci tangan dengan air Tenaga Kerja Kota Palu Mantikulore, Huntap Kawasan Konstruksi
yang mengalir dan khususnya di Kota Palu Tondo 2 • Balai Prasarana
penyediaan sabun cuci Kelurahan − Lokasi Permukiman
tangan yang Tondo, kegiatan Wilayah Sulawesi
bersertifikasi BPOM Kecamatan Tengah
dan MUI Mantikulore Pengawas:
− Penyediaan hand − Pemantauan • Dinas Kesehatan
sanitizer yang terhadap Kota Palu
bersertifikasi BPOM kesehatan • Dinas Lingkungan
dan MUI Tenaga Kerja, Hidup Kota Palu
− Penyediaan cairan apabila ada • Pemerintah
desinfektan Tenaga Kerja Kelurahan Tondo,
− Pengukuran suhu yang mengalami Kecamatan
badan pada Tenaga gejala COVID-19 Mantikulore
Kerja konstruksi setiap (demam, sesak Pelaporan:
hari saat sebelum dan nafas, batuk • Dinas Kesehatan
sesudah bekerja kering, bersin- Kota Palu
bersin) maka

C-15
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
− Sebisa mungkin harus segera • Dinas Lingkungan
pakaian Tenaga Kerja dilakukan Hidup Kota Palu
konstruksi mengganti pemeriksaan
baju kerja ketika lebih lanjut di
hendak pulang Puskesmas
kerumah terdekat atau RS
− Menyiapkan akses ke Rujukan COVID-
rumah sakit rujukan 19
COVID-19
− Maksimal kerumunan
Tenaga Kerja pada
saat berkerja maupun
koordinasi adalah 5
orang dengan jarak
minimal 2 m
− Melaksanakan
ketentuan INMEN
PUPR 2/2020
2. Mobilisasi Penurunan kualitas Kualitas udara − Penggunaan kendaraan Jalur Tahap Sampling kualitas Jalur Periode 6 bulan Pelaksana:
Peralatan dan udara melebihi baku mutu pengangkut peralatan pengangkutan mobilisasi udara dan analisa pengangkutan sekali selama • Kontrakor
Material PP No 41 Tahun wajib menggunakan peralatan dan peralatan dan di laboratorium. peralatan dan tahap mobilisasi Pelaksana
1999 yaitu; kendaraan yang telah material menuju material Parameter yang material peralatan dan Konstruksi
CO > 10.000 lulus uji kelayakan lokasi kegiatan diuji adalah menuju lokasi material • Balai Prasarana
ug/Nm3 kendaraan bermotor kandungan debu, kegiatan Permukiman
NO2 > 100 ug/Nm3 dibuktikan dengan CO, Pb, NOx dan Wilayah Sulawesi
SO2 > 60 ug/Nm3 buku uji kir yang masih SOz pada udara Tengah
Pb > 1 ug/Nm3 berlaku ambien. Hasil Pengawas:
TSP > 90 ug/Nm3 − Menutup rapat bak pengukuran • Dinas Lingkungan
pada kendaaran dibandingkan Hidup Kota Palu
pengangkut peralatan dengan standar • Pemerintah
dan material dengan baku mutu PP No Kelurahan Tondo,
terpal 41 Tahun 1999 Kecamatan
− Mengendalikan batas tentang Mantikuore
kecepatan kendaraan Pengendalian
pengangkut Pencemaran Udara.

C-16
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Apabila ternyata Pelaporan:
hasil pengukuran Dinas Lingkungan
melampaui standar Hidup Kota Palu
baku mutu maka
pengelolaan
lingkungan perlu
diadakan
peninjauan kembali
Peningkatan Tingkat kebisingan − Pengaturan waktu Jalur Tahap Pengukuran tingkat Jalur Periode 6 bulan Pelaksana:
kebisingan melebihi baku mutu pengangkutan pengangkutan mobilisasi kebisingan pengangkutan sekali selama • Kontrakor
KepMenLH No 48 peralatan dan material, peralatan dan peralatan dan (desibel) dengan peralatan dan tahap mobilisasi Pelaksana
Tahun 1996 yaitu pengangkutan tidak material menuju material alat sound level material peralatan dan Konstruksi
55 dB bertepatan dengan jam lokasi kegiatan meter. Hasil menuju lokasi material • Balai Prasarana
sibuk dan istirahat pengukuran kegiatan Permukiman
penduduk dibandingkan Wilayah Sulawesi
− Pengaturan frekuensi dengan standar Tengah
dan membatasi baku mutu Pengawas:
kecepatan kendaraan kebisingan pada • Dinas Lingkungan
saat pengangkutan SK MenLH No 48 Hidup Kota Palu
peralatan dan material Tahun 1996. • Pemerintah
− Memastikan kendaraan Apabila ternyata Kelurahan Tondo,
pengangkut hasil pengukuran Kecamatan
menggunakan knalpot melampaui standar Mantikulore
sesuai ketentuan baku mutu, maka Pelaporan:
(dengan silencer) dan pengelolaan Dinas Lingkungan
tidak menimbulkan kebisingan perlu Hidup Kota Palu
suara berisik diadakan
peninjauan
kembali.

C-17
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Kemacetan lalu lintas Pengangkutan − Pengaturan waktu Jalur Tahap Pengamatan Jalur Setiap hari Pelaksana:
peralatan dan pengangkutan pengangkutan mobilisasi kelancaran lalu pengangkutan selama tahap • Kontrakor
material sebanyak peralatan dan material, peralatan dan peralatan dan lintas pada jalur peralatan dan mobilisasi Pelaksana
5-10 ritasi per hari pengangkutan tidak material menuju material pengangkutan material peralatan dan Konstruksi
bertepatan dengan jam lokasi kegiatan peralatan dan menuju lokasi material • Balai Prasarana
sibuk material. Apabila kegiatan Permukiman
− Menempatkan petugas ditemukan Wilayah Sulawesi
lapangan untuk kemacetan lalu Tengah
mengatur lalu lintas di lintas yang cukup Pengawas:
jalur pengangkutan signifikan • Dinas Perhubungan
peralatan dan material dibanding sebelum Kota Palu
pekerjaan • Dinas Lingkungan
konstruksi, maka Hidup Kota Palu
pengaturan lalu • Pemerintah
lintas selanjutnya Kelurahan Tondo,
lebih ditingkatkan. Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
• Dinas Perhubungan
Kota Palu
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Kerusakan badan − Kapasitas truk Sedapat mungkin Jalur Tahap Pengamatan Jalur Setiap hari Pelaksana:
jalan untuk pengangkutan peralatan pengangkutan mobilisasi kondisi jalan di pengangkutan selama tahap • Kontrakor
mengangkut dan material dilakukan peralatan dan peralatan dan rute yang dilalui peralatan dan mobilisasi Pelaksana
peralatan dan pada jalan dengan material menuju material mobilisasi material peralatan dan Konstruksi
material adalah kualitas jalan yang baik lokasi kegiatan peralatan dan menuju lokasi material • Balai Prasarana
8 ton material. Hasil kegiatan Permukiman
− Kapasitas mobil pengamatan Wilayah Sulawesi
pick up untuk dibandingkan Tengah
mengangkut dengan tolok ukur Pengawas:
material adalah dampak, yaitu • Dinas Perhubungan
2 ton kondisi jalan Kota Palu
sebelum dilakukan • Dinas Lingkungan
pengangkutan Hidup Kota Palu

C-18
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
peralatan dan • Pemerintah
material. Apabila Kelurahan Tondo,
kondisi jalan Kecamatan
menjadi lebih Mantikulore
rusak, maka perlu Pelaporan:
diadakan • Dinas Perhubungan
peninjauan kembali Kota Palu
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Potensi penyebaran Tingkat penyebaran − Tenaga Kerja Lokasi kegiatan Tahap − Memantau − Lokasi Setiap hari pada Pelaksana:
COVID-19 COVID-19 di Kota pengangkut peralatan mobilisasi Tenaga Kerja kegiatan tahap mobilisasi • Kontrakor
Palu menentukan dan material wajib peralatan dan untuk selalu − Kelurahan peralatan dan Pelaksana
besaran dampak menggunakan masker material menggunakan Tondo, material Konstruksi
− Pengukuran suhu masker dan Kecamatan • Balai Prasarana
badan Tenaga Kerja mencuci tangan Mantikulore, Permukiman
pengangkut peralatan serta dilakukan Kota Palu Wilayah Sulawesi
dan material saat pengukuran Tengah
memasuki lokasi suhu badan Pengawas:
kegiatan setiap memasuki • Dinas Kesehatan
− Tenaga Kerja lokasi kegiatan Kota Palu
pengangkut peralatan − Memantau kasus • Dinas Lingkungan
dan material saat penyebaran Hidup Kota Palu
memasuki lokasi COVID-19 di • Pemerintah
kegiatan wajib mencuci Kota Palu Kelurahan Tondo,
tangan khususnya di Kecamatan
− Melaksanakan Kelurahan Mantikulore
ketentuan INMEN Tondo, Pelaporan:
PUPR 2/2020 Kecamatan • Dinas Kesehatan
Mantikulore Kota Palu
− Pemantauan • Dinas Lingkungan
terhadap Hidup Kota Palu
kesehatan
Tenaga Kerja
pengangkut
peralatan dan

C-19
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
material, apabila
ada Tenaga
Kerja yang
mengalami
gejala COVID-19
(demam, sesak
nafas, batuk
kering, bersin-
bersin) maka
harus segera
dilakukan
pemeriksaan
lebih lanjut di
Puskesmas
terdekat atau RS
Rujukan COVID-
19
3. Penyiapan Penurunan kualitas Kualitas udara − Pekerja wajib Lokasi kegiatan Tahap − Sampling Lokasi Periode 6 bulan Pelaksana:
Lokasi udara melebihi baku mutu menggunakan alat penyiapan kualitas udara kegiatan sekali selama • Kontrakor
Kegiatan PP No 41 Tahun pelindung alat lokasi kegiatan dan analisa di tahap konstruksi Pelaksana
1999 yaitu; pernafasan yaitu laboratorium. Konstruksi
CO > 10.000 masker Parameter yang • Balai Prasarana
ug/Nm3 − Penyiraman lokasi diuji adalah Permukiman
NO2 > 100 ug/Nm3 kegiatan dengan air kandungan debu, Wilayah Sulawesi
SO2 > 60 ug/Nm3 untuk mengurangi CO, Pb, NOx dan Tengah
Pb > 1 ug/Nm3 intensitas debu SOz pada udara Pengawas:
TSP > 90 ug/Nm3 ambien. Hasil • Dinas Lingkungan
pengukuran Hidup Kota Palu
dibandingkan • Pemerintah
dengan standar Kelurahan Tondo,
baku mutu PP Kecamatan
No 41 Tahun Mantikulore
1999 tentang Pelaporan:
Pengendalian Dinas Lingkungan
Pencemaran Hidup Kota Palu

C-20
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Udara. Apabila
ternyata hasil
pengukuran
melampaui
standar baku
mutu maka
pengelolaan
lingkungan perlu
diadakan
peninjauan
kembali
− Memantau
Tenaga Kerja
Konstruksi
untuk selalu
menggunakan
masker
Peningkatan Tingkat kebisingan − Membuat pagar Lokasi kegiatan Tahap Pengukuran tingkat Lokasi Periode 6 bulan Pelaksana:
kebisingan melebihi baku mutu pembatas sementara penyiapan kebisingan kegiatan sekali selama • Kontrakor
KepMenLH No 48 yang tertutup rapat lokasi kegiatan (desibel) dengan tahap konstruksi Pelaksana
Tahun 1996 yaitu − Menghentikan semua alat sound level Konstruksi
55 dB kegiatan konstruksi meter. Hasil • Balai Prasarana
pada saat jam istirahat pengukuran Permukiman
penduduk (18.00 - 06.00 dibandingkan Wilayah Sulawesi
WIB). dengan standar Tengah
− Memastikan kendaraan baku mutu Pengawas:
pengangkut kebisingan pada • Dinas Lingkungan
menggunakan knalpot SK MenLH No 48 Hidup Kota Palu
sesuai ketentuan Tahun 1996. • Pemerintah
(dengan silencer) dan Apabila ternyata Kelurahan Tondo,
tidak menimbulkan hasil pengukuran Kecamatan
suara berisik, melampaui standar Mantikulore
baku mutu, maka Pelaporan:
pengelolaan Dinas Lingkungan
kebisingan perlu Hidup Kota Palu

C-21
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
diadakan
peninjauan
kembali.
Timbulan Sampah Sampah berupa Kontraktor menentukan Lokasi kegiatan Tahap Memantau Lokasi Setiap hari Pelaksana:
vegetasi yang saat lokasi pembuangan penyiapan timbulan sampah di kegiatan selama tahap • Kontrakor
ini menempati 30% sampah dan memastikan lokasi kegiatan lokasi kegiatan penyiapan lokasi Pelaksana
dari luas lahan jika pembuangan sampah kegiatan Konstruksi
pembangunan di lokasi tersebut tidak • Balai Prasarana
Huntap Kawasan menganggu aktivitas Permukiman
Tondo 2 masyarakat Wilayah Sulawesi
Tengah
Pengawas:
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
• Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Kecelakaan kerja Jumlah kerugian − Penggunaan alat berat Lokasi kegiatan Tahap − Mengawasi dan Lokasi Setiap hari Pelaksana:
yang ditimbulkan sesuai dengan SOP penyiapan memastikan kegiatan selama tahap • Kontrakor
akibat kecelakaan − Tenaga Kerja lokasi kegiatan penggunaan alat penyiapan lokasi Pelaksana
kerja konstruksi wajib berat telah kegiatan Konstruksi
memakai APD berupa sesuai SOP • Balai Prasarana
sepatu boot, helm, − Memastikan Permukiman
rompi pengaman, seluruh Tenaga Wilayah Sulawesi
masker, harness saat Kerja Konstruksi Tengah
bekerja di ketinggian memakai APD Pengawas:
dan sarung tangan • Dinas Kesehatan
saat melakukan Kota Palu
pekerjaan yang • Dinas Lingkungan
berhubungan dengan Hidup Kota Palu
pajanan api, suhu

C-22
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
panas, suhu dingin, • Pemerintah
arus listrik, bahan Kelurahan Tondo,
kimia, benturan, Kecamatan
pukulan dan tergores. Mantikulore
− Menyediakan Pelaporan:
perlengkapan P3K • Dinas Kesehatan
yang memadai Kota Palu
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Potensi penyebaran Tingkat penyebaran − Penyediaan alat Lokasi kegiatan Tahap − Memantau kasus − Kelurahan Setiap hari pada Pelaksana:
COVID-19 COVID-19 di Kota pengukur suhu badan penyiapan penyebaran Tondo, tahap penyiapan • Kontrakor
Palu menentukan − Penyediaan fasilitas lokasi kegiatan COVID-19 di Kecamatan lokasi kegiatan Pelaksana
besaran dampak cuci tangan dengan air Kota Palu Mantikulore, Konstruksi
yang mengalir dan khususnya di Kota Palu • Balai Prasarana
penyediaan sabun cuci Kelurahan − Lokasi Permukiman
tangan yang Tondo, kegiatan Wilayah Sulawesi
bersertifikasi BPOM Kecamatan Tengah
dan MUI Mantikulore Pengawas:
− Penyediaan hand − Pemantauan • Dinas Kesehatan
sanitizer yang terhadap Kota Palu
bersertifikasi BPOM kesehatan • Dinas Lingkungan
dan MUI Tenaga Kerja, Hidup Kota Palu
− Penyediaan cairan apabila ada • Pemerintah
desinfektan Tenaga Kerja Kelurahan Tondo,
− Pengukuran suhu yang mengalami Kecamatan
badan pada Tenaga gejala COVID-19 Mantikulore
Kerja konstruksi setiap (demam, sesak Pelaporan:
hari saat sebelum dan nafas, batuk • Dinas Kesehatan
sesudah bekerja kering, bersin- Kota Palu
− Sebisa mungkin bersin) maka • Dinas Lingkungan
pakaian Tenaga Kerja harus segera Hidup Kota Palu
konstruksi mengganti dilakukan
baju kerja ketika pemeriksaan
lebih lanjut di
Puskesmas

C-23
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
hendak pulang terdekat atau RS
kerumah Rujukan COVID-
− Menyiapkan akses ke 19
rumah sakit rujukan
COVID-19
− Maksimal kerumunan
Tenaga Kerja pada
saat berkerja maupun
koordinasi adalah 5
orang dengan jarak
minimal 2 m
− Melaksanakan
ketentuan INMEN
PUPR 2/2020
4. Pembangunan Penurunan kualitas Kualitas udara − Pekerja wajib Lokasi kegiatan Tahap − Sampling Lokasi Periode 6 bulan Pelaksana:
Huntap udara melebihi baku mutu menggunakan alat Pembangunan kualitas udara kegiatan sekali selama • Kontrakor
Kawasan PP No 41 Tahun pelindung alat Huntap dan analisa di tahap konstruksi Pelaksana
Tondo 2, yang 1999 yaitu; pernafasan yaitu Kawasan laboratorium. Konstruksi
meliputi; CO > 10.000 masker Tondo 2 Parameter yang • Balai Prasarana
1)Hunian Tetap ug/Nm3 − Penyiraman lokasi diuji adalah Permukiman
2.134 unit NO2 > 100 ug/Nm3 kegiatan dengan air kandungan debu, Wilayah Sulawesi
2)Pasar Modern SO2 > 60 ug/Nm3 untuk mengurangi CO, Pb, NOx dan Tengah
3)Puskesmas Pb > 1 ug/Nm3 intensitas debu SOz pada udara Pengawas:
4)Jalan TSP > 90 ug/Nm3 − Menutup material ambien. Hasil • Dinas Lingkungan
5)Drainase bangunan dengan pengukuran Hidup Kota Palu
6)Gedung terpal dibandingkan • Pemerintah
serbaguna dengan standar Kelurahan Tondo,
7)SPAM baku mutu PP Kecamatan
8)TPS 3R No 41 Tahun Mantikulore
9)SPALD-T 1999 tentang Pelaporan:
Skala Pengendalian Dinas Lingkungan
Permukiman Pencemaran Hidup Kota Palu
10) Mushola Udara. Apabila
ternyata hasil
pengukuran

C-24
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
melampaui
standar baku
mutu maka
pengelolaan
lingkungan perlu
diadakan
peninjauan
kembali
− Memantau
Tenaga Kerja
Konstruksi
untuk selalu
menggunakan
masker
Peningkatan Tingkat kebisingan − Membuat pagar Lokasi kegiatan Tahap Pengukuran tingkat Lokasi Periode 6 bulan Pelaksana:
kebisingan melebihi baku mutu pembatas sementara Pembangunan kebisingan kegiatan sekali selama • Kontrakor
KepMenLH No 48 yang tertutup rapat Huntap (desibel) dengan tahap konstruksi Pelaksana
Tahun 1996 yaitu − Menghentikan semua Kawasam alat sound level Konstruksi
55 dB kegiatan konstruksi Tondo 2 meter. Hasil • Balai Prasarana
pada saat jam istirahat pengukuran Permukiman
penduduk (18.00 - 06.00 dibandingkan Wilayah Sulawesi
WIB) dengan standar Tengah
− Menutup material baku mutu Pengawas:
bangunan dengan kebisingan pada • Dinas Lingkungan
terpal SK MenLH No 48 Hidup Kota Palu
Tahun 1996. • Pemerintah
Apabila ternyata Kelurahan Tondo,
hasil pengukuran Kecamatan
melampaui standar Mantikulore
baku mutu, maka Pelaporan:
pengelolaan Dinas Lingkungan
kebisingan perlu Hidup Kota Palu
diadakan
peninjauan
kembali.

C-25
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Kecelakaan kerja Jumlah kerugian − Penggunaan alat berat Lokasi kegiatan Tahap − Mengawasi dan Lokasi Setiap hari Pelaksana:
yang ditimbulkan sesuai dengan SOP Pembangunan memastikan kegiatan selama tahap • Kontrakor
akibat kecelakaan − Tenaga Kerja Huntap penggunaan alat Pembangunan Pelaksana
kerja konstruksi wajib Kawasan berat telah Huntap Kawasan Konstruksi
memakai APD berupa Tondo 2 sesuai SOP Tondo 2 • Balai Prasarana
sepatu boot, helm, − Memastikan Permukiman
rompi pengaman, seluruh Tenaga Wilayah Sulawesi
masker, harness saat Kerja Konstruksi Tengah
bekerja di ketinggian memakai APD Pengawas:
dan sarung tangan • Dinas Kesehatan
saat melakukan Kota Palu
pekerjaan yang • Dinas Lingkungan
berhubungan dengan Hidup Kota Palu
pajanan api, suhu • Pemerintah
panas, suhu dingin, Kelurahan Tondo,
arus listrik, bahan Kecamatan
kimia, benturan, Mantikulore
pukulan dan tergores. Pelaporan:
− Menyediakan • Dinas Kesehatan
perlengkapan P3K Kota Palu
yang memadai • Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Bencana Alam Kerusakan − Menempatkan material Lokasi kegiatan Tahap Memantau potensi − Kelurahan Setiap hari Pelaksana:
infrastruktur konstruksi yang aman Pembangunan terjadinya bencana Tondo, selama tahap • Kontrakor
terbangun akibat apabila terjadi banjir Huntap alam pada lokasi Kecamatan Pembangunan Pelaksana
bencana alam yang sehingga tidak hanyut Kawasan kegiatan pada saat Mantikulore, Huntap Kawasan Konstruksi
terjadi pada saat − Melakukan identifikasi Tondo 2 konstruksi Kota Palu Tondo 2 • Balai Prasarana
tahap konstruksi kerusakan berlangsung − Lokasi Permukiman
insfrastruktur yang (Pemantauan curah kegiatan Wilayah Sulawesi
telah terbangun hujan di Kota Palu, Tengah
− Melakukan Pemantauan Pengawas:
perhitungan kerugian periode terjadinya • Dinas Kesehatan
akibat kerusakan gempa bumi di Kota Kota Palu
infrastruktur Palu) • Dinas Lingkungan
terbangun Hidup Kota Palu

C-26
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
− Kontraktor dan PPK • Pemerintah
melakukan Contract Kelurahan Tondo,
Change Order (CCO) Kecamatan
dari hasil identifikasi Mantikulore
pasca bencana Pelaporan:
− Apabila pasca bencana • Dinas Kesehatan
pekerjaan konstruksi Kota Palu
tidak dapat dilajutkan • Dinas Lingkungan
maka dilakukan Hidup Kota Palu
pemberhentian kontrak
Potensi penyebaran Tingkat penyebaran − Penyediaan alat Lokasi kegiatan Tahap − Memantau kasus − Kelurahan Setiap hari Pelaksana:
COVID-19 COVID-19 di Kota pengukur suhu badan Pembangunan penyebaran Tondo, selama tahap • Kontrakor
Palu menentukan − Penyediaan fasilitas Huntap COVID-19 di Kecamatan Pembangunan Pelaksana
besaran dampak cuci tangan dengan air Kawasan Kota Palu Mantikulore Huntap Kawasan Konstruksi
yang mengalir dan Tondo 2 khususnya di − Lokasi Tondo 2 • Balai Prasarana
penyediaan sabun cuci Kelurahan kegiatan Permukiman
tangan yang Tondo, Wilayah Sulawesi
bersertifikasi BPOM Kecamatan Tengah
dan MUI Mantikulore Pengawas:
− Penyediaan hand − Pemantauan • Dinas Kesehatan
sanitizer yang terhadap Kota Palu
bersertifikasi BPOM kesehatan • Dinas Lingkungan
dan MUI Tenaga Kerja, Hidup Kota Palu
− Penyediaan cairan apabila ada • Pemerintah
desinfektan Tenaga Kerja Kelurahan Tondo,
− Pengukuran suhu yang mengalami Kecamatan
badan pada Tenaga gejala COVID-19 Mantikulore
Kerja konstruksi setiap (demam, sesak Pelaporan:
hari saat sebelum dan nafas, batuk • Dinas Kesehatan
sesudah bekerja kering, bersin- Kota Palu
− Sebisa mungkin bersin) maka • Dinas Lingkungan
pakaian Tenaga Kerja harus segera Hidup Kota Palu
konstruksi mengganti dilakukan
baju kerja ketika pemeriksaan
lebih lanjut di

C-27
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
hendak pulang Puskesmas
kerumah terdekat atau RS
− Menyiapkan akses ke Rujukan COVID-
rumah sakit rujukan 19
COVID-19
− Maksimal kerumunan
Tenaga Kerja pada
saat berkerja maupun
koordinasi adalah 5
orang dengan jarak
minimal 2 m
− Melaksanakan
ketentuan INMEN
PUPR 2/2020
C. TAHAP PASCA KONSTRUKSI/OPERASIONAL
1. Demobilisasi Keresahan Tenaga Jumlah Tenaga Jauh-jauh hari sebelum Lokasi kegiatan Minimal 14 Observasi/ Lokasi Minimal satu kali Pelaksana:
Tenaga Kerja Kerja akibat PHK Kerja konstruksi dilakukan PHK, pimpinan hari sebelum pengamatan kegiatan pada tahap • Kontrakor
sebanyak 112 orang proyek harus menjelaskan dilakukan PHK langsung serta demobilisasi Pelaksana
kepada Tenaga Kerja wawancara dengan Tenaga Kerja Konstruksi
tersebut bahwa tenaganya Tenaga Kerja • Balai Prasarana
sudah tidak diperlukan konstruksi Permukiman
lagi, dan diberikan terutama Tenaga Wilayah Sulawesi
sertifikat pengalaman Kerja yang direkrut Tengah
kerja dari masyarakat Pengawas:
sekitar • Dinas Koperasi
UMKM & Tenaga
Kerja Kota Palu
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
• Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore

C-28
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaporan:
• Dinas Koperasi
UMKM & Tenaga
Kerja Kota Palu
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
2. Demobilisasi Penurunan kualitas Kualitas udara − Penggunaan kendaraan Jalur Tahap Sampling kualitas Jalur Periode 6 bulan Pelaksana:
Peralatan udara melebihi baku mutu pengangkut peralatan pengangkutan demobilisasi udara dan analisa pengangkutan sekali pada tahap • Kontrakor
PP No 41 Tahun wajib menggunakan peralatan peralatan di laboratorium. peralatan demobilisasi Pelaksana
1999 yaitu; kendaraan yang telah Parameter yang peralatan Konstruksi
CO > 10.000 lulus uji kelayakan diuji adalah • Balai Prasarana
ug/Nm3 kendaraan bermotor kandungan debu, Permukiman
NO2 > 100 ug/Nm3 dibuktikan dengan CO, Pb, NOx dan Wilayah Sulawesi
SO2 > 60 ug/Nm3 buku uji kir yang masih SOz pada udara Tengah
Pb > 1 ug/Nm3 berlaku ambien. Hasil Pengawas:
TSP > 90 ug/Nm3 − Menutup rapat bak pengukuran • Dinas Lingkungan
pada kendaaran dibandingkan Hidup Kota Palu
pengangkut peralatan dengan standar • Pemerintah
dengan terpal baku mutu PP No Kelurahan Tondo,
41 Tahun 1999 Kecamatan
tentang Mantikulore
Pengendalian Pelaporan:
Pencemaran Udara. Dinas Lingkungan Kota
Apabila ternyata Palu
hasil pengukuran
melampaui standar
baku mutu maka
pengelolaan
lingkungan perlu
diadakan
peninjauan kembali
Peningkatan Tingkat kebisingan − Pengaturan waktu Jalur Tahap Pengukuran tingkat Jalur Periode 6 bulan Pelaksana:
kebisingan melebihi baku mutu pengangkutan pengangkutan demobilisasi kebisingan pengangkutan sekali pada tahap • Kontrakor
KepMenLH No 48 peralatan dan material, peralatan peralatan (desibel) dengan peralatan demobilisasi Pelaksana
pengangkutan tidak alat sound level peralatan Konstruksi

C-29
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Tahun 1996 yaitu bertepatan dengan jam meter. Hasil • Balai Prasarana
55 dB sibuk dan istirahat pengukuran Permukiman
penduduk dibandingkan Wilayah Sulawesi
− Pengaturan frekuensi dengan standar Tengah
dan membatasi baku mutu Pengawas:
kecepatan kendaraan kebisingan pada • Dinas Lingkungan
saat pengangkutan SK MenLH No 48 Hidup Kota Palu
peralatan dan material Tahun 1996. • Pemerintah
− Memastikan kendaraan Apabila ternyata Kelurahan Tondo,
pengangkut hasil pengukuran Kecamatan
menggunakan knalpot melampaui standar Mantikulore
sesuai ketentuan baku mutu, maka Pelaporan:
(dengan silencer) dan pengelolaan Dinas Lingkungan
tidak menimbulkan kebisingan perlu Hidup Kota Palu
suara berisik diadakan
peninjauan
kembali.
Kemacetan lalu lintas Pengangkutan − Pengaturan waktu Jalur Tahap Pengamatan Jalur Setiap hari Pelaksana:
peralatan sebanyak pengangkutan pengangkutan demobilisasi kelancaran lalu pengangkutan selama tahap • Kontrakor
2 ritasi per hari peralatan dan material, peralatan peralatan lintas pada jalur peralatan demobilisasi Pelaksana
pengangkutan tidak pengangkutan peralatan Konstruksi
bertepatan dengan jam peralatan. Apabila • Balai Prasarana
sibuk ditemukan Permukiman
− Menempatkan petugas kemacetan lalu Wilayah Sulawesi
lapangan untuk lintas yang cukup Tengah
mengatur lalu lintas di signifikan Pengawas:
jalur pengangkutan dibanding sebelum • Dinas Perhubungan
peralatan pekerjaan Kota Palu
konstruksi, maka • Dinas Lingkungan
pengaturan lalu Hidup Kota Palu
lintas selanjutnya • Pemerintah
lebih ditingkatkan. Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore

C-30
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaporan:
• Dinas Perhubungan
Kota Palu
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Kerusakan badan − Kapasitas truk sedapat mungkin Jalur Tahap Pengamatan Jalur Setiap hari Pelaksana:
jalan untuk pengangkutan peralatan pengangkutan demobilisasi kondisi jalan di pengangkutan selama tahap • Kontrakor
mengangkut dilakukan pada jalan peralatan peralatan rute yang dilalui peralatan demobilisasi Pelaksana
peralatan dan dengan kualitas jalan pengangkuran peralatan Konstruksi
material adalah yang baik peralatan. Hasil • Balai Prasarana
8 ton pengamatan Permukiman
− Kapasitas mobil dibandingkan Wilayah Sulawesi
pick up untuk dengan tolok ukur Tengah
mengangkut dampak, yaitu Pengawas:
material adalah kondisi jalan • Dinas Perhubungan
2 ton sebelum dilakukan Kota Palu
pengangkutan • Dinas Lingkungan
peralatan dan Hidup Kota Palu
material. Apabila • Pemerintah
kondisi jalan Kelurahan Tondo,
menjadi lebih Kecamatan
rusak, maka perlu Mantikulore
diadakan Pelaporan:
peninjauan kembali • Dinas Perhubungan
Kota Palu
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
3. Operasional Tersedianya huntap Jumlah warga Pemeliharaan bangunan Huntap Kawasan Tahap Pemantauan Huntap Tahap Pelaksana:
Huntap bagi korban gempa di korban gempa yang Huntap Kawasan Tondo Tondo 2 operasional terhadap Kawasan Operasional • Masyarakat yang
Kawasan Kota Palu menerima manfaat 2 dan sarana Huntap kerusakan Tondo 2 Huntap Kawasan tinggal di Huntap
Tondo 2 dan dari terbangunnya penunjangnya sehingga Kawasan bangunan dan Tondo 2 dan Kawasan Tondo 2
Sarana Huntap Kawasan kenyamanan dan Tondo 2 dan gangguan Sarana • Dinas Perumahan
Penunjangnya Tondo 2 sebanyak keamanan masyarakat Sarana kenyamanan serta Penunjangnya dan Kawasan
2.134 KK yang tinggal di Huntap Penunjangnya keamanan Permukiman Kota
masyarakat yang Palu

C-31
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Kawasan Tondo 2 tetap tinggal di Huntap Pengawas:
terjaga Kawasan Tondo 2 • Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
• Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Kebutuhan air bersih Jumlah kebutuhan − Melakukan upaya Huntap Kawasan Tahap Pemantauan Huntap Tahap Pelaksana:
bagi warga penguni air bersih untuk konservasi air tanah Tondo 2 operasional terhadap Kawasan operasional • Masyarakat yang
Huntap Kawasan kegiatan domestik dengan peningkatan Huntap pemenuhan Tondo 2 Huntap tinggal di Huntap
Tondo 2 dan non domestik RTH dan penerapan Kawasan kebutuhan air Kawasan Tondo Kawasan Tondo 2
Huntap Kawasan drainase berwawasan Tondo 2 dan bersih bagi 2dan Sarana • Dinas Perumahan
Tondo 2 adalah: lingkungan dengan Sarana masyarakat yang Penunjangnya dan Kawasan
2134 KK x 4 membangun beberapa Penunjangnya tinggal di Huntap Permukiman Kota
jiwa/KK x 120 sumur resapan di Kawasan Tondo 2 Palu
lt/jiwa/hari = lokasi tertentu Pengawas:
1024,32 m3/hari − Bila diperlukan dapat • Dinas Lingkungan
melakukan pemanenan Hidup Kota Palu
air hujan untuk • Pemerintah
kebutuhan rumah Kelurahan Tondo,
tangga Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Timbulan Air Limbah − Volume air Melakukan penyedotan Huntap Kawasan Periode 3 tahun − Melakukan Huntap Setiap hari Pelaksana:
(Grey Water & Black limbah grey secara berkala lumpur Tondo 2 sekali selama pemantauan Kawasan selama tahap • Masyarakat yang
Water) water sebesar tinja pada septic tank tahap kebersihan di Tondo 2 operasional tinggal di Huntap
80% x 1024,32 (min 3 tahun sekali) oleh operasional kamar mandi Huntap Kawasan Kawasan Tondo 2
m3/hari = pihak ketiga. Huntap − Melakukan Tondo 2 dan • Dinas Perumahan
819,46 m3/hari Kawasan pengamatan di Sarana dan Kawasan
Tondo 2 dan kamar mandi Penunjangnya

C-32
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
− Volume air Sarana terhadap jenis Permukiman Kota
limbah black Penunjangnya vektor penyakit Palu
water sebesar (lalat, kecoak, Pengawas:
5x10-3 m3/hari x tikus dan jentik • Dinas Lingkungan
8536 org = 4,27 nyamuk) yang Hidup Kota Palu
m3/hari ditemukan • Pemerintah
sesuai dengan Kelurahan Tondo,
PERMENKES Kecamatan
No. 80 Tahun Mantikulore
1990 tentang Pelaporan:
Persyaratan • Dinas Lingkungan
Kesehatan Hidup Kota Palu
Timbulan Sampah Timbulan sampah − Sistem pengolahan Huntap Kawasan Tahap − Melakukan Huntap Setiap hari Pelaksana:
= 2,5 lt/org/hr x sampah yang Tondo 2 operasional pemantauan Kawasan selama tahap • Masyarakat yang
8.536 orang = dihasilkan dari Huntap kebersihan di Tondo 2 operasional tinggal di Huntap
21.340 lt/hari atau operasional Huntap Kawasan lingkungan Huntap Kawasan Kawasan Tondo 2
21,34 m3/hari Kawasan Tondo 2 Tondo 2 dan Huntap Tondo 2 dan • Dinas Perumahan
sebaiknya terkoneksi Sarana − Melakukan Sarana dan Kawasan
oleh pelayanan sampah Penunjangnya pengamatan di Penunjangnya Permukiman Kota
Kota Palu oleh Dinas lingkungan Palu
Lingkungan Hidup Huntap terhadap Pengawas:
− Pengolahan sampah jenis vektor • Dinas Lingkungan
mandiri dengan penyakit (lalat, Hidup Kota Palu
memanfaatkan lahan kecoak, tikus • Pemerintah
kosong untuk dan jentik Kelurahan Tondo,
digunakan sebagai nyamuk) yang Kecamatan
tempat pengolahan ditemukan Mantikulore
sampah organik yaitu sesuai dengan Pelaporan:
dengan pembuatan PERMENKES Dinas Lingkungan
kompos secara No. 80 Tahun Hidup Kota Palu
sederhana 1990 tentang
Persyaratan
Kesehatan

C-33
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Limpasan Air Hujan Debit limpasan air Pengelolaan air hujan di Huntap Kawasan Tahap − Melakukan Huntap Periode 1 bulan Pelaksana:
hujan Huntap Huntap Kawasan Tondo 2 Tondo 2 operasional pemantauan Kawasan sekali selama Dinas Perumahan dan
Huntap Kawasan untuk kedepannya dapat Huntap terhadap Tondo 2 tahap Kawasan Permukiman
Tondo 2 sebesar dilakukan dengan Kawasan pembuangan operasional Kota Palu
0,278 x 0,92 penerapan sistem Tondo 2 dan sampah di Huntap Kawasan Pengawas:
m/tahun x 653.000 pengelolaan berwawasan Sarana saluran air Tondo 2 dan • Dinas Lingkungan
m2 =167.011,28 lingkungan atau Penunjangnya hujan Sarana Hidup Kota Palu
m3/tahun ekodrainase misal dengan − Melakukan Penunjangnya • Pemerintah
pembuatan sumur pemantauan Kelurahan Tondo,
resapan air hujan, biopori genangan di Kecamatan
dan penampungan air sekitar saluran Mantikulore
hujan atau kolam retensi air hujan dan Pelaporan:
di RTH lingkungan Dinas Lingkungan
sebagai Hidup Kota Palu
indikator
terjadinya
permasalahan
saluran air
hujan
Bencana Alam dan − Tingkat − Mitigasi terhadap Huntap Kawasan Tahap − Menginventaris Huntap Tahap Pelaksana:
Sosial kerusakan potensi terjadinya Tondo 2 operasional kerusakan fisik Kawasan operasional Dinas Perumahan dan
bangunan kebakaran dengan Huntap bangunan Tondo 2 Huntap Kawasan Kawasan Permukiman
− Jumlah korban memelihara dan Kawasan huntap pasca Tondo 2 dan Kota Palu
terdampak mengoperasionalkan Tondo 2 dan bencana alam Sarana Pengawas:
− Kerugian yang alat-alat mekanikal Sarana − Menginventaris Penunjangnya • Kantor BPBD Kota
ditimbulkan dan elektrikal sesuai Penunjangnya kasus kekerasan Palu
Standard Operational gender di Huntap • Dinas Lingkungan
Procedure. Kawasan Hidup Kota Palu
− Mitigasi terhadap Huntap Tondo 2 • Pemerintah
potensi terjadinya − Pelaksanaan Kelurahan Tondo,
banjir dengan Pembangunan Kecamatan
penerapan drainase pada bangunan Mantikulore
berwawasan yang rusak Pelaporan:
lingkungan dan dilakukan • Kantor BPBD Kota
Palu

C-34
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
pembangunan sesegara • Dinas Lingkungan
berkelanjutan mungkin Hidup Kota Palu
− Mitigasi terhadap
potensi bencana gempa
bumi dengan
melakukan edukasi
kepada masyarakat
terkait upaya yang
harus dilakukan saat
menghadapi bencana
gempa bumi
− Penerapan
pembangunan berbasis
gender
Potensi Penyebaran Tingkat − Menyediakan sarana Potensi Tingkat Memantau kasus Kelurahan Tahap Pelaksana:
COVID-19 penyebaran cuci tangan dan sabun Penyebaran penyebaran penyebaran COVID- Tondo, operasional Masyarakat yang
COVID-19 di Kota cuci tangan yang COVID-19 COVID-19 di 19 di Kota Palu Kecamatan Huntap Kawasan tinggal di Huntap
Palu menentukan bersertifikasi BPOM Kota Palu khususnya di Mantikulore Tondo 2 dan Kawasan Tondo 2
besaran dampak dan MUI pada masing- menentukan Kelurahan Tondo, Sarana Pengawas:
masing rumah besaran Kecamatan Penunjangnya • Dinas Kesehatan
− Penerapan Pola Hidup dampak Mantikulore Kota Palu
Bersih dan Sehat • Pemerintah
(PHBS) Kelurahan Tondo,
− Penerapan protokol Kecamatan
COVID-19 Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Kesehatan Kota
Palu
4. Operasional Peningkatan Jumlah pedagang Koordinasi dengan Dinas Pasar Huntap Pada tahap Pemantauan Pasar Huntap Pada tahap Pelaksana:
Pasar pertumbuhan dan tenaga kerja di Pendapatan Daerah Kota Kawasan Tondo 2 operasional peningkatan Kawasan operasional Pengelola Pasar
ekonomi pasar berpengaruh Palu dalam penarikan Pasar Huntap pendapatan Tondo 2 Pasar Huntap Pengawas:
pada besaran pajak dan retribusi Kawasan ekonomi Kawasan Tondo 2 • Dinas Pendapatan,
dampak + 50 Tondo 2 Kecamatan Pengelolaan
orang Mantikulore dengan
beroperasionalnya

C-35
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pasar Ikan Huntap Keuangan dan Aset
Kawasan Tondo 2 Pasar
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
• Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Kemacetan lalu lintas Kemacetan lalu Pengaturan lalu lintas di Pasar Huntap Pada tahap Pemantauan Pasar Huntap Pada tahap Pelaksana:
lintas pada jam lokasi Pasar Pasar Kawasan Tondo 2 operasional kemacetan lalu Kawasan operasional Pengelola Pasar
operasional pasar Huntap Kawasan Tondo 2 Pasar Huntap lintas Tondo 2 Pasar Huntap Pengawas:
(aktivitas dan pengaturan parkir Kawasan Kawasan Tondo 2 • Dinas Lingkungan
pengunjung dan bagi pengunjung Tondo 2 Hidup Kota Palu
pemasok barang • Pemerintah
dagangan) Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Kerusakan bangunan Besarnya tingkat Pengelola pasar segera Pasar Huntap Pada tahap Pemantauan Pasar Huntap Pada tahap Pelaksana:
yang berakibat pada kerusakan melaporkan kerusakan Kawasan Tondo 2 operasional terhadap fungsi Kawasan operasional • Pengelola Pasar
berkurangnya nilai berpengaruh pada bangunan kepada Dinas Pasar Huntap bangunan Pasar Tondo 2 Pasar Huntap • Dinas Perumahan
fungsi pasar dampak Perumahan dan Kawasan Huntap Kawasan Kawasan Tondo 2 dan Kawasan
Kawasan Permukiman Tondo 2 Tondo 2 Permukiman Kota
Kota Palu sehingga dapat Palu
segera di rehabilitasi
Pengawas:
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu

C-36
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
• Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Timbulan sampah Timbulan sampah Penyediaan wadah Pasar Huntap Pada tahap Pemantauan Pasar Huntap Pada tahap Pelaksana:
yang dapat pasar sampah terpilah antara Kawasan Tondo 2 operasional terhadap timbulan Kawasan operasional Pengelola Pasar
mengurangi nilai 0,2 ltr/hr/m2 x sampah basah dan Pasar Huntap sampah Tondo 2 Pasar Huntap Pengawas:
estetika dan 20.000 m2 = 4 sampah kering, kemudian Kawasan Kawasan Tondo 2 • Dinas Lingkungan
munculnya vektor m3/hr dibawa ke TPS 3R Tondo 2 Hidup Kota Palu
penyakit Sumber : (SNI 03- • Pemerintah
3242-1994) Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
• Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Timbulan Limbah Kebutuhan air ▪ Semua pedagang Pasar Huntap Pada tahap Pemantauan Pasar Huntap Pada tahap Pelaksana:
bersih pasar 6 mengalirkan air limbah Kawasan Tondo 2 operasional terhadap efektivitas Kawasan operasional Pengelola Pasar
m3/hr (Peraturan yang dihasilkan dari Pasar Huntap pengeolahan limbah Tondo 2 Pasar Huntap Pengawas:
Menteri PU No. 18/ aktivitas jual beli ke Kawasan Kawasan Tondo 2 • Dinas Lingkungan
PRT/M/2007) saluran air limbah Tondo 2 Hidup Kota Palu
Volume limbah ▪ Pemeliharaan saluran • Pemerintah
yang dihasilkan = air limbah agar tidak Kelurahan Tondo,
80% x 6 m3/hari = terjadi penyumbatan Kecamatan
4,8 m3/hari ▪ Pemeliharaan septik Mantikulore
tank dengan
melakukan penyedotan Pelaporan:
lumpur minimal 3 • Dinas Lingkungan
tahun sekali agar Hidup Kota Palu

C-37
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
efektivitas pengolahan
tetap terjaga
5. Operasional Peningkatan Kapasitas Optimalisasi pelayanan Puskesmas Pada tahap Pemantauan Puskesmas Pada tahap Pelaksana:
Puskesmas pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan bagi Huntap Kawasan operasional terhadap derajat Huntap operasional Pengelola Puskesmas
masyarakat yang kesehatan di masyarakat yang tinggal Tondo 2 Puskesmas kesehatan di Kawasan Puskesmas Pengawas:
tinggal di Huntap puskesmas di Huntap Kawasan Huntap Kelurahan Tondo, Tondo 2 Huntap Kawasan • Dinas Kesehatan
Kawasan Tondo 2 mencapai 50-100 Tondo 2 maupun Kawasan Kecamatan Tondo 2 Kota Palu
maupun sekitarnya pasien per hari sekitarnya Tondo 2 Mantikulore • Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
• Dinas Kesehatan
Kota Palu
Timbulan limbah Kebutuhan air ▪ Pemeliharaan septik Puskesmas Pada tahap Pemantauan Puskesmas Pada tahap Pelaksana:
bersih puskesmas 1 tank dengan Huntap Kawasan operasional terhadap efektivitas Huntap operasional Pengelola Puskesmas
m3/hr (Peraturan melakukan penyedotan Tondo 2 Puskesmas pengolahan limbah Kawasan Puskesmas Pengawas:
Menteri PU No. 18/ lumpur minimal 3 Huntap Tondo 2 Huntap Kawasan • Dinas Lingkungan
PRT/M/2007) tahun sekali agar Kawasan Tondo 2 Hidup Kota Palu
Volume limbah efektivitas pengolahan Tondo 2 • Pemerintah
yang dihasilkan = tetap terjaga Kelurahan Tondo,
80% x 1 m3/hari = Kecamatan
0,8 m3/hari Mantikulore
Air limbah melebihi Pelaporan:
baku mutu Permen • Dinas Lingkungan
LH No 5 Tahun Hidup Kota Palu
2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah :

TSS > 30 mg/L


Amonia > 10 mg/L
Minyak/Lemak >
10 mg/L

C-38
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Timbulan Sampah Timbulan sampah − Sistem pengolahan Puskesmas Pada tahap Pemantauan Puskesmas Pada tahap Pelaksana:
Domestik puskesmas sampah domestik Huntap Kawasan operasional terhadap timbulan Huntap operasional Pengelola Puskesmas
7,86 ltr/bed/hr x terkoneksi dengan Tondo 2 Puskesmas sampah Kawasan Puskesmas Pengawas:
100 bed (kapasitas sistem pengelolaan Huntap Tondo 2 Huntap Kawasan • Dinas Lingkungan
pelayanan sampah DLH Kota Palu Kawasan Tondo 2 Hidup Kota Palu
kesehatan) = 0,79 − Pengolahan sampah Tondo 2 • Pemerintah
m3/hr mandiri dengan Kelurahan Tondo,
Sumber : (SNI 03- komposter Kecamatan
3242-1994) Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Timbulan Sampah B3 Timbulan sampah Pengelolaan sampah B3 Puskesmas Pada tahap Pemantauan Puskesmas Pada tahap Pelaksana:
B3 Puskesmas 0,05- sesuai prosedur yang Huntap Kawasan operasional terhadap timbulan Huntap operasional Pengelola Puskesmas
0,1 m3/hari berlaku Tondo 2 Puskesmas dan sistem Kawasan Puskesmas Pengawas:
(sumber: jurnal Huntap pengelolaan limbah Tondo 2 Huntap Kawasan • Dinas Lingkungan
penelitian Kawasan B3 Tondo 2 Hidup Kota Palu
Eldyawan, et., al, Tondo 2 • Pemerintah
2016) Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
6. Operasional Penurunan kualitas Kualitas udara Penanaman pohon Jalan Huntap Tahap Sampling kualitas Huntap Periode 6 bulan Pelaksana:
Jalan udara tidak melebihi baku penyerap polutan Kawasan Tondo 2 operasional udara dan analisa Kawasan sekali selama Dinas Perumahan dan
mutu PP No 41 pencemar udara Jalan Huntap di laboratorium. Tondo 2 tahap Kawasan Permukiman
Tahun 1999 yaitu; (misalnya mahoni, Kawasan Parameter yang operasional Kota Palu
CO < 10.000 angsana, tanjung dsb), Tondo 2 diuji adalah Huntap Kawasan Pengawas:
ug/Nm3 diutamakan pohon buah kandungan debu, Tondo 2 • Dinas Lingkungan
NO2 < 100 ug/Nm3 dari spesies lokal pada CO, Pb, NOx dan Hidup Kota Palu
SO2 < 60 ug/Nm3 sisi kanan dan kiri jalan SOz pada udara • Pemerintah
Pb < 1 ug/Nm3 dengana jarak 5-10 m ambien. Hasil Kelurahan Tondo,
TSP < 90 ug/Nm3 pengukuran

C-39
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
dibandingkan Kecamatan
dengan standar Mantikulore
baku mutu PP No Pelaporan:
41 Tahun 1999 Dinas Lingkungan
tentang Hidup Kota Palu
Pengendalian
Pencemaran Udara.
Apabila ternyata
hasil pengukuran
melampaui standar
baku mutu maka
pengelolaan
lingkungan perlu
diadakan
peninjauan kembali
Kemacetan lalu Volume Penyusunan dokumen Jalan Huntap Tahap Pemantauan Jalan Huntap Periode 1 bulan Pelaksana:
lintas kendaraan dari analisis dampak lalu Kawasan Tondo 2 operasional terhadap Kawasan sekali selama Dinas Perumahan dan
dan menuju lintas Jalan Huntap kemacetan lalu Tondo 2 tahap Kawasan Permukiman
huntap (ANDALALIN) Kawasan lintas operasional Jalan Kota Palu
kawasan Tondo 2 Tondo 2 Huntap Kawasan Pengawas:
berpengaruh Tondo 2 • Dinas Perhubungan
pada kemacetan Kota Palu
lalu lintas • Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Perhubungan
Kota Palu
Kerusakan badan Adanya Penggunaan jalan sesuai Jalan Huntap Tahap Pemantauan Jalan Huntap Periode 6 bulan Pelaksana:
jalan akibat lubanglubang dengan kapasitasnya, Kawasan Tondo 2 operasional terhadap Kawasan sekali selama Dinas Perumahan dan
tingginya di badan truk/ mobil bermuatan Jalan Huntap kerusakan badan Tondo 2 tahap Kawasan Permukiman
volume jalan (potholes) lebih tidak diizinkan Kawasan jalan operasional Jalan Kota Palu
kendaraan yang setelah jangka melewati jalan Kawasan Tondo 2 Huntap Kawasan
melintas waktu 6 bulan huntap Tondo 2 Tondo 2

C-40
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
jalan Pengawas:
dioperasionalkan • Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
• Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan Kota
Palu
Timbulan sampah Timbulan sampah - Penyediaan fasilitas Jalan Huntap Tahap Pemantauan Jalan Huntap Periode 1 bulan Pelaksana:
dari pengguna jalan jalan tempat sampah dengan Kawasan Tondo 2 operasional terhadap timbulan Kawasan sekali selama Dinas Perumahan dan
0,05 ltr/m/hr x 25 kapasitas 50 liter dan Jalan Huntap sampah Tondo 2 tahap Kawasan Permukiman
km = 1,25 m3/hr terpilah antara sampah Kawasan operasional Jalan Kota Palu
Sumber : (SNI 03- organik dan anorganik. Tondo 2 Huntap Kawasan Pengawas:
3242-1994) Penempatan tempat Tondo 2 • Dinas Lingkungan
sampah maksimal Hidup Kota Palu
dengan jarak 50 m • Pemerintah
- Adanya petugas Kelurahan Tondo,
penyapu baik dari Kecamatan
masyarakat penghuni Mantikulore
hunian tetap maupun Pelaporan:
dari masyarakat Dinas Lingkungan Kota
sekitar Palu
- Sampah yang
terkumpul di tempat
sampah harus diangkut
oleh petugas pengelola
sampah setiap hari
7. Operasional Penyumbatan saluran Perilaku Pencegahan pembuangan Saluran Drainase Tahap Pemantauan Huntap Periode 1 bulan Pelaksana:
Drainase drainase karena pembuangan sampah domestik ke Huntap Kawasan operasional terhadap timbulan Kawasan sekali selama Dinas Perumahan dan
sampah sampah domestik saluran drainase Tondo 2 Saluran genangan air Tondo 2 tahap Kawasan Permukiman
ke saluran drainase Drainase operasional Kota Palu
menjasi indikator Huntap Huntap Kawasan
besaran dampak Tondo 2

C-41
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Kawasan Pengawas:
Tondo 2 • Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
• Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan Kota
Palu
Pencemaran air Perilaku Pencegahan pembuangan Saluran Drainase Tahap Pemantauan Huntap Periode 6 bulan Pelaksana:
permukaan pembuangan limbah domestik ke Huntap Kawasan operasional kualitas air Kawasan sekali selama Dinas Perumahan dan
sebagai hilir dari limbah domestik ke saluran drainase Tondo 2 Saluran dilakukan pada Tondo 2 tahap Kawasan Permukiman
saluran drainase saluran drainase Drainase badan air sebagai operasional Kota Palu
akibat masuknya menjasi indikator Huntap hilir dari saluran Huntap Kawasan Pengawas:
air limbah ke besaran dampak Kawasan drainase Tondo 2 • Dinas Lingkungan
saluran drainase Tondo 2 Hidup Kota Palu
• Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan Kota
Palu
8. Operasional Timbulan sampah Timbulan sampah - Penyediaan fasilitas Gedung Tahap Pemantauan Gedung Setiap Pelaksana:
Gedung dari aktivitas dari aktivitas tempat sampah dengan serbaguna operasional terhadap timbulan serbaguna pemakaian Pengelola gedung
Serbaguna kegiatan yang penggunaan gedung kapasitas 50 liter dan Huntap Kawasan gedung sampah Huntap Gedung serbaguna
dilakukan di Gedung serbaguna terpilah antara sampah Tondo 2 serbaguna Kawasan Serbaguna Pengawas:
serbaguna tergantung pada organik dan anorganik. Huntap Tondo 2 Huntap Kawasan • Dinas Lingkungan
jumlah orang yang - Sampah yang Kawasan Tondo 2 Hidup Kota Palu
terlibat pada terkumpul di tempat Tondo 2 • Pemerintah
kegiatan tersebut. sampah harus diangkut Kelurahan Tondo,
Timbulan sampah ke TPS 3R oleh petugas Kecamatan
setiap orang + 0,6 pengelola sampah Mantikulore
ltr/org/hr setiap hari

C-42
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaporan:
Dinas Lingkungan Kota
Palu

Timbulan air limbah Timbulan air - Penyediaan fasilitas Gedung Tahap Pemantauan Gedung Setiap Pelaksana:
limbah dari kamar mandi yang serbaguna operasional terhadap efektivitas serbaguna pemakaian Pengelola gedung
penggunaan gedung dilengkapi dengan Huntap Kawasan gedung pengolahan limbah Huntap Gedung serbaguna
serbaguna septic tank Tondo 2 serbaguna Kawasan Serbaguna Pengawas:
Timbulan air - Pemeliharaan septik Huntap Tondo 2 Huntap Kawasan • Dinas Lingkungan
limbah + 10-50 tank dengan Kawasan Tondo 2 Hidup Kota Palu
ltr/org/hr melakukan penyedotan Tondo 2 • Pemerintah
lumpur minimal 3 Kelurahan Tondo,
tahun sekali agar Kecamatan
efektivitas pengolahan Mantikulore
tetap terjaga Pelaporan:
Dinas Lingkungan Kota
Palu
9. Operasional Operasional Volume sampah Pelatihan bagi pengelola TPS 3R Huntap Tahap - Pemantauan TPS 3R Huntap Minimal 6 bulan Pelaksana:
TPS 3R TPST 3R tidak yang tidak TPST 3R dalam Kawasan Tondo 2 operasional pengelolaan Kawasan sekali sejak TPS Pengelola TPS 33
optimal karena dikelola menjadi pengolahan sampah baik TPS 3R Huntap sampah di TPS Tondo 2 3R Pengawas:
kurangnya SDM indikator sampah organik dan Kawasan 3R mulai dari dioperasionalkan • Dinas Lingkungan
pengelola besarnya sampah an organik Tondo 2 sampah masuk Hidup Kota Palu
dampak hingga • Pemerintah
pengangkutan ke Kelurahan Tondo,
TPA Kecamatan
- Pemantauan Mantikulore
peningkatan Pelaporan:
volume sampah Dinas Lingkungan Kota
masuk dan Palu
evaluasi
kapasitas TPS
3R

C-43
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
TPST 3R tidak Volume sampah Pemenuhan fasilitas TPS 3R Huntap Tahap - Pemantauan TPS 3R Huntap Minimal 6 bulan Pelaksana:
optimal karena yang tidak pengolahan sampah di Kawasan Tondo 2 operasional pengelolaan Kawasan sekali sejak TPS Pengelola TPS 3R
kurangnya dikelola menjadi TPST 3R TPS 3R Huntap sampah di TPS Tondo 2 3R Pengawas:
fasilitas indikator Kawasan 3R mulai dari dioperasionalkan • Dinas Lingkungan
pengolahan besarnya Tondo 2 sampah masuk Hidup Kota Palu
sampah dampak hingga • Pemerintah
pengangkutan ke Kelurahan Tondo,
TPA Kecamatan
- Pemantauan Mantikulore
peningkatan Pelaporan:
volume sampah Dinas Lingkungan Kota
masuk dan Palu
evaluasi
kapasitas TPS
3R
Pencemaran Volume sampah Sosialisasi pada Gedung Tahap Pemantauan Gedung Setiap Pelaksana:
lingkungan (air yang tidak masyarakat untuk serbaguna operasional terhadap timbulan serbaguna pemakaian Pengelola TPS 3R
dan tanah) akibat dikelola menjadi melakukan pemilahan Huntap Kawasan gedung sampah Huntap Gedung Pengawas:
sampah yang indikator sampah sebelum sampah Tondo 2 serbaguna Kawasan Serbaguna • Dinas Lingkungan
tidak diolah besarnya dibawa ke TPST 3R Huntap Tondo 2 Huntap Kawasan Hidup Kota Palu
dampak untuk mengurangi beban Kawasan Tondo 2 • Pemerintah
pengolahan di TPST 3R Tondo 2 Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan Kota
Palu
Gangguan Volume sampah Sosialisasi pada TPS 3R Huntap Tahap - Pemantauan TPS 3R Huntap Minimal 6 bulan Pelaksana:
estetika dari yang tidak masyarakat untuk Kawasan Tondo 2 operasional pengelolaan Kawasan sekali sejak TPS Pengelola TPS 3R
sampah yang dikelola menjadi melakukan pemilahan TPS 3R Huntap sampah di TPS Tondo 2 3R Pengawas:
tidak diolah (bau indikator sampah sebelum sampah Kawasan 3R mulai dari dioperasionalkan • Dinas Lingkungan
dan tumpukan besarnya dibawa ke TPST 3R Tondo 2 sampah masuk Hidup Kota Palu
sampah) dampak untuk mengurangi beban hingga • Pemerintah
pengolahan di TPST 3R pengangkutan ke Kelurahan Tondo,
TPA

C-44
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
- Pemantauan Kecamatan
peningkatan Mantikulore
volume sampah Pelaporan:
masuk dan Dinas Lingkungan Kota
evaluasi Palu
kapasitas TPS
3R
10. Operasional Terganggunya sistem Air hasil olahan Operasional SPALD-T SPALD-T Skala Tahap - Pembersihan SPALD-T - Minimal 1 Pelaksana:
SPALD-T pengolahan air melebihi baku sesuai prosedur yang Permukiman operasional secara berkala Skala bulan Pengelola SPALD-T
Skala limbah karena mutu air limbah berlaku dan dilakukan Huntap Kawasan SPALD-T pada pipa inlet Permukiman sekali skala permukiman
Permukiman adanya permasalahan berdasarkan oleh Tondo 2 Skala dan outlet Huntap - Uji kualitas air Pengawas:
pada bangunan PermenLHK No operator yang Permukiman - Perawatan alat Kawasan limbah • Dinas Lingkungan
konstruksi, pipa dan P.68 Tahun 2016 berpengalaman atau Huntap mekanikal yang Tondo 2 dilakukan Hidup Kota Palu
mekanikal mengerti Kawasan digunakan pada minimal 6 • Pemerintah
elektrikal Tondo 2 sistem bulan Kelurahan Tondo,
pengolahan sekali Kecamatan
secara berkala - Mantikulore
- Pembersihan - Pelaporan:
jaringan Dinas Lingkungan Kota
perpipaan Palu
melalui lubang
manhole
- Pengujian
kualitas
limbah pada
outlet,
untuk
mengevaluasi
kinerja IPAL
Pencemaran air Air hasil olahan Operasional SPALD-T SPALD-T Skala Tahap Pengujian kualitas SPALD-T Uji kualitas air Pelaksana:
tanah dan permukaan melebihi baku sesuai prosedur yang Permukiman operasional air tanah untuk Skala tanah dilakukan Pengelola SPALD-T
akibat pembuangan mutu air limbah berlaku dan dilakukan Huntap Kawasan SPALD-T mengevaluasi Permukiman minimal 6 bulan skala permukiman
air hasil olahan berdasarkan oleh Tondo 2 Skala adanya pencemaran Huntap sekali Pengawas:
SPALD-T yang PermenLHK No operator yang Permukiman air tanah akibat air Kawasan • Dinas Lingkungan
melebihi baku P.68 Tahun 2016 berpengalaman atau Huntap limbah Tondo 2 Hidup Kota Palu

C-45
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
mutu mengerti Kawasan • Pemerintah
Tondo 2 Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan Kota
Palu
Penyumbatan/ Air hasil olahan Operasional SPALD-T SPALD-T Skala Tahap Pembersihan SPALD-T Minimal 1 bulan Pelaksana:
gangguan pada melebihi baku sesuai prosedur yang Permukiman operasional jaringan perpipaan Skala sekali Pengelola SPALD-T
pipa sambungan mutu air limbah berlaku dan dilakukan Huntap Kawasan SPALD-T melalui lubang Permukiman skala permukiman
rumah berdasarkan oleh Tondo 2 Skala manhole Huntap Pengawas:
PermenLHK No operator yang Permukiman Kawasan • Dinas Lingkungan
P.68 Tahun 2016 berpengalaman atau Huntap Tondo 2 Hidup Kota Palu
mengerti Kawasan • Pemerintah
Tondo 2 Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan Kota
Palu
11. Operasional Penurunan kualitas Kualitas air bersih − Pencegahan Huntap Kawasan Tahap Sampling kualitas Huntap Uji kualitas air Pelaksana:
SPAM air bersih (sumur dan tidak melebihi baku pencemaran air tanah Tondo 2 operasional air bersih dan Kawasan dilakukan Pengelola SPAM
PDAM) mutu untuk oleh air limbah dengan Huntap analisa di Tondo 2 minimal 6 bulan Pengawas:
parameter fisika, melakukan penyedotan Kawasan laboratorium. sekali • Dinas Lingkungan
kimia dan biologi lumpur pada septik Tondo 2 dan Parameter yang Hidup Kota Palu
berdasarkan PP No. tank sehingga Sarana diuji adalah • Pemerintah
82 Tahun 2001 pengolahan air limbah Penunjangnya parameter fisika, Kelurahan Tondo,
tentang pada septik tank efektif kimia dan biologi. Kecamatan
pengelolaan − Tidak membuang Hasil pengukuran Mantikulore
kualitas air dan sampah pada badan air dibandingkan Pelaporan:
pengendalian yang dapat berpotensi dengan standar Dinas Lingkungan
pencemaran air menimbulkan baku mutu Hidup Kota Palu
pencemaran air baku Peraturan Menteri
PDAM dalam hal ini Kesehatan Nomor
Sungai Poboya 32 tentang Standar

C-46
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Baku Mutu
Kesehatan
Lingkungan dan
Persyaratan
Kesehatan Air
untuk Keperluan
Higiene Sanitasi,
Kolam Renang,
Solus per Aqua dan
Pemandian Umum.
Apabila ternyata
hasil pengukuran
melampaui standar
baku mutu maka
pengelolaan
lingkungan perlu
diadakan
peninjauan kembali
Kebocoran pada Volume tingkat Melakukan perbaikan SPAM Huntap Tahap Pemantauan SPAM Huntap Periode 6 bulan Pelaksana:
bangunan IPA kebocoran pada kebocoran pada bangunan Kawasan Tondo 2 operasional terhadap kebocoran Kawasan sekali Pengelola SPAM
IPA menentukan IPA SPAM Huntap bangunan IPA Tondo 2 Pengawas:
besaran dampak Kawasan • Dinas Lingkungan
Tondo 2 Hidup Kota Palu
• Pemerintah
Kelurahan Tondo,
Kecamatan
Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Penyumbatan/ Banyaknya Pembersihan Jaringan Huntap Kawasan Tahap Pemantauan SPAM Huntap Periode 6 bulan Pelaksana:
gangguan pada masyarakat yang perpipaan Tondo 2 operasional terhaadap Kawasan sekali Pengelola SPAM
sistem perpipaan tidak mendapatkan SPAM Huntap penyumbatan/ Tondo 2 Pengawas:
pelayanan air Kawasan gangguan pada • Dinas Lingkungan
bersih menjadi Tondo 2 sistem perpipaan Hidup Kota Palu

C-47
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
besaran dampak • Pemerintah
dari tidak Kelurahan Tondo,
optimanya Kecamatan
operasional SPAM Mantikulore
Pelaporan:
Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu
Kekeringan, Banyaknya Upaya konservasi air Huntap Kawasan Tahap Pemantauan debit SPAM Huntap Periode 6 bulan Pelaksana:
sehingga debit masyarakat yang tanah dan permukaan Tondo 2 operasional air baku terutama Kawasan sekali Pengelola SPAM
air baku tidak tidak mendapatkan dalam menghadapi SPAM Huntap pada musim Tondo 2 Pengawas:
memenuhi pelayanan air kekeringan misalnya Kawasan kemarau jika • Dinas Lingkungan
kebutuhan air bersih menjadi pemakaian air hujan Tondo 2 kekeringan terjadi Hidup Kota Palu
minum besaran dampak sebagai air baku melalui dan debit air baku • Pemerintah
dari tidak Sistem Penampungan Air tidak mampu Kelurahan Tondo,
optimanya Hujan (SPAH) dan mencukupi Kecamatan
operasional SPAM pembuatan sumur kebutuhan air Mantikulore
resapan maka Pelaporan:
perlu alternatif air Dinas Lingkungan
baku lain misal Hidup Kota Palu
penambahan unit
sumur dalam
12. Operasional Timbulan sampah Timbulan sampah - Penyediaan fasilitas Mushola Huntap Tahap Pemantauan Mushola Setiap hari Pelaksana:
Mushola dari operasional tempat sampah dengan Kawasan Tondo 2 operasional terhadap timbulan Huntap selama Pengelola mushola
mushola adalah kapasitas 50 liter dan Mushola sampah Kawasan operasional Pengawas:
0,107 ltr/org/hr terpilah antara sampah Huntap Tondo 2 mushola Huntap • Dinas Lingkungan
organik dan anorganik. Kawasan Kawasan Tondo 2 Hidup Kota Palu
- Sampah yang Tondo 2 • Pemerintah
terkumpul di tempat Kelurahan Tondo,
sampah harus diangkut Kecamatan
ke TPS 3R oleh petugas Mantikulore
pengelola sampah Pelaporan:
setiap hari Dinas Lingkungan Kota
Palu

C-48
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola dan
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Lokasi Periode Bentuk Upaya Lokasi Periode Pemantau
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Timbulan air limbah Timbulan air - Penyediaan fasilitas Mushola Huntap Tahap Pemantauan Mushola Setiap hari Pelaksana:
limbah dari kamar mandi yang Kawasan Tondo 2 operasional terhadap efektivitas Huntap selama Pengelola gedung
penggunaan dilengkapi dengan Mushola pengolahan limbah Kawasan operasional serbaguna
mushola. Timbulan septic tank Huntap Tondo 2 mushola Huntap Pengawas:
air limbah + 10-50 - Pemeliharaan septik Kawasan Kawasan Tondo 2 • Dinas Lingkungan
ltr/org/hr tank dengan Tondo 2 Hidup Kota Palu
melakukan penyedotan • Pemerintah
lumpur minimal 3 Kelurahan Tondo,
tahun sekali agar Kecamatan
efektivitas pengolahan Mantikulore
tetap terjaga Pelaporan:
Dinas Lingkungan Kota
Palu

C-49
D. JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Pasal 48
ayat 2 wajib memiliki Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dan Izin
Lainnya dalam kaitannya dengan Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
untuk kegiatan Pembangunan Hunian Tetap Kawasan Tondo 2 oleh Balai Prasarana
Permukiman Wilayah Sulawesi Tengah, maka izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang diperlukan meliputi:

Tabel D.I.
Jenis Izin Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)

Tidak Jumlah Izin Instansi yang


No Jenis Izin PPLH Diperlukan
Diperlukan PPLH Mengeluarkan Izin
1. Izin Pembuangan √ - 1 Dinas Penanaman
limbah cair Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP Kota Palu)
2. Izin Pemanfaatan - - - -
air limbah untuk
aplikasi ke tanah
3. Izin Pengelolaan √ - 1 Dinas Penanaman
Limbah B3 untuk Modal dan Pelayanan
Kegiatan Terpadu Satu Pintu
penyimpanan (DPMPTSP Kota Palu)
limbah B3
4. Izin Pengumpulan - - - -
limbah B3
5. Izin Pengangkutan - - - -
limbah B3
6. Izin Pemanfaatan - - - -
limbah B3
7. Izin Pengolahan - - - -
limbah B3
8. Izin Penimbunan - - - -
limbah B3
9. Izin Pembuangan
air limbah ke laut
10. Izin Dumping - - - -
11. Izin Reinjeksi ke - - - -
dalam formasi
12. Izin Venting - - - -
Keterangan :
√ : Diperlukan pengurusan izin

D-1
F. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 01 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
Anonim, 1996. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Anonim, 1999. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Anonim, 2001. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
Anonim, 2003. Undang-Undang RI Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan
Anonim, 2007. Undang-Undang RI Nomor 26 tentang Penataan Ruang
Anonim, 2008. Undang-Undang RI Nomor 18 tentang Pengelolaan Sampah
Anonim, 2009. Undang-Undang RI Nomor 32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Anonim, 2009. Undang-Undang RI Nomor 22 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
Anonim, 2009. Undang-Undang RI Nomor 36 tentang Kesehatan
Anonim, 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 08 tentang Alat Pelindung
Diri
Anonim, 2011. Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2017 tentang menajemen rekayasa, Analisis
dampak serta manajemen kebutuhan lalu lintas
Anonim, 2012. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup
Anonim, 2012. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 tentang Izin Lingkungan
Anonim, 2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 16 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
Anonim, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang,
Solus per Aqua dan Pemandian Umum
Anonim, 2018. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.26 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Dalam
Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Badan Pusat Statistik, 2019. Kota Palu Dalam Angka Tahun 2019. Kota Palu : Badan Pusat
Statistik
Badan Pusat Statistik, 2019. Kecamatan Mantikulore Dalam Angka Tahun 2019. Kota Palu : Badan
Pusat Statistik
Soemarwoto, Otto. 1991. Analisis Dampak Lingkungan. Penerbit Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

F-1
Sidarta, Hadi, P., 1995. Aspek Sosial Amdal. Sejarah Teori dan Metode. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta
Suratmo, F. Gunarwan. 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University
Press.
Welch, P.S., 1984. Limnological Methods. McGraw Hill Book Co. Inc., New York.

F-2

Anda mungkin juga menyukai