DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kemiringan lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng..................................................12
Tabel 4.2 Keadaan Tanah Menurut Bentuk Permukaan Tanah di Kelurahan Donggala Kodi ........52
Tabel 4.7 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kelurahan Donggala Kodi .............64
Tabel 4.9 Banyaknya Penduduk menurut Kelompok Umur menurut Kelurahan di Kelurahan
Tabel 4.19 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum di Kelurahan Donggala Kodi .................97
Tabel 4.20 Banyaknya perdagangan dan Niaga di Kelurahan Donggala Kodi tahun 2018.............99
Tabel 4.22 Sarana Ruang Terbuka dan Lapangan Olahraga di Kelurahan Donggala Kodi tahun
2018........................................................................................................................101
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Pohon Permasalahan..................................................................................5
Gambar 4.12 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum di Kelurahan Donggala Kodi .............97
Gambar 4.13 Sarana Perdagangan dan Niaga di Kelurahan Donggala Kodi .................................98
Gambar 4.15 Sarana Ruang Terbuka Taman dan Lapangan Olahraga .........................................101
DAFTAR PETA
1.1 Permasalahan ..............................................................................................................6
4.2.1 Topografi.....................................................................................................................55
4.2.4 Geologi........................................................................................................................61
4.2.6 Hidrologi......................................................................................................................63
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
sendiri mempunyai lahan pertanian sebesar 15.964 ha yang mana digunakan untuk
pengembangan bawang merah seluas 5.050 ha dan pada tahun 2007 potensi bawang di Sulawesi
Tengah 4.736 ton dan Kota Palu sendiri 1.176 ton. Pengembangan bawang merah di Sulawesi
dengan terfokus di kawasan lembah palu yang mencakup Kota Palu, Kabupaten Donggala dan
Kabupaen Sigi. Kawasan lembah palu secara geografis merupakan satu kesatuan agro ekosistem
lahan kering dan cura hujan terbatas dan kesatuan kondisi fisik wilayah. Kawasan ini mempunyai
keseragaman kegiatan ekonomi pertanian untuk penegembangan bawang merah antara lain
budidaya tanaman, kelemagaan dan budaya pertanian, industri kecil pengolahan hasil, rantai
pasok dalam pemasaran palayanan penyuluhan serta permodalan.
Pada proposal ini kami melakukan kegiatan penelitian pada Kecamatan Ulujadi tepatnya di
Kelurahan Donggala kodi. Kecamatan Ulujadi merupakan pecahan dari Kecamatan Palu barat pada
tahun 2012, yang terdiri atas 6 kelurahan diantaranya: Kel. Donggala kodi, Kel. Kabonena, Kel.
Silae, Kel. Tipo, Kel. Buluri dan Kel. Watusampu. Luas daratan Kecamatan Ulujadi 40,25 km2. Jenis
tanah di Kecamatan Ulujadi adalah lempung berpasir dengan ketinggan dari permukaan air laut
23,3 meter dengan daratan 85 % , perbukitan 10 % dan pegunungan 5 %.
Di Kelurahan Donggala Kodi sendiri memiliki luas daratan 2,36 km2 dengan rata-rata
ketinggian dari permukaan laut 133 meter dengan dilintasi oleh Sungai Buvu Mpemata. Pada
Kelurahan Donggala Kodi masih memiliki beberapa permasalahan diantaranya infrastruktur yang
masih perlu perbaikan yang merata misalnya (jalan, drainase dan sebagainya) dimana di wilayah
tersebut (Kelurahan Donggala kodi) jaringan jalannya masih ada beberapa titik jalan dengan
kondisi jalan rusak yang disebabkan karena kurangnya perhatian dari pemerintah di kelurahan
tersebut. Kemudian drainase di Kelurahan Donggala Kodi masih kurang serta tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, kurangnya sarana tempat pembuangan sementara (TPS) di Kelurahan
Donggala Kodi yang menyebabkan banyaknya masyarakat yang membuang sampah disembarang
tempat misalnya di drainase, jalan, maupun halaman rumah sendiri. Sehingga mengakibatkan
banyaknya tumpukan sampah yang berserakan, drainase menjadi kurang berfungsi dikarenakan
tersumbat oleh tumpukan sampah, merusak keindahan lingkungan sekitar dan dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Hal ini bisa terjadi karena pemerintah dan masyarakat di
Kelurahan Donggala kodi yang kurang memperhatikan lingkungan mereka serta kurangnya
kesadaran atas pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Pada kawasan Kelurahan Donggala Kodi tepatnya di Jl. Kedondong masih banyak lahan kosong
yang bisa menjadi potensi berkembangnya kelurahan tersebut dengan memanfaatkan potensi
dari lahan-lahan yang masih kosong dengan sebaik dan sebijak mungkin atau dengan kata lain
masyarakat beserta pemerintah di Kelurahan Donggala Kodi bekerja sama dalam pembangunan
lahan kosong tersebut dengan memperhatikan berbagai aspek sehingga tidak menimbulkan
berbagai permasalahan.
masyarakat membuang sampah sembarangan hal ini menjadi sebab terjadinya penumpukan
sampah di sekitar perumahan masyarakat yang ada di Kelurahan Donggala Kodi.
Aspek Penggunaan Lahan
Pada aspek penggunaan Lahan yang ada di Kelurahan Donggala Kodi terdapat berbagai
permanfaatan lahan seperti, kawasan pendidikan, kawasan perdagangan, kawasan perkantoran,
kawasan permukiman, kawasan pertenakan, akomundasi wisata, lahan kosong, serta kawasan
akomunitas. Dimana pada Kelurahan Donggala Kodi masih banyak terdapat lahan kosong yang
belum di manfaatkan dengan baik oleh pemilik lahan ataupun pemerintah kelurahan Donggala
Kodi, yang mengakibatkan penggunaan lahan menjadi tempat pembuangan sampah oleh
masyarakat setempat.
Kelurahan Donggala Kodi memiliki potensi lahan yang kurang dimanfaatkan. Terdapat beberapa hal
yang menyebabkan potensi lahan tersebut kurang dimanfaatkan, yaitu karena aksesnya yang jauh dari
pusat kota dan di dataran tinggi, lahan yang terletak di dataran tinggi, dan status lahan yang kurang
jelas. Dimana akses yang jauh dari kota membuat pemikiran pengguna lahan merasa masih jauh dalam
pemutaran keuntungan dari penggunaan lahan. Adapun juga status lahan yang kurang jelas di
karenakan banyaknya pengklaiman tanah dari masyarakat sekitar sehingga sulit mengetahui siapa
pemilik asli dari tanah tersebut.
Dari sebab diatas, maka terdapat beberapa akibat yang membuat potensi lahan tersebut kurang di
manfaatkan antara lain banyaknya lahan kosong sehingga daya dukung lahan yang tidak
dimanfaatkan, dan kurangnya pengembangan fungsi lahan seperti RTH, wisata, pertanian,
perkebunan, pembibitan, dan peternakan. Yang sebenarnya harus memiliki perecanaan yang baik bagi
kawasan tersebut sehigga lahan yang belum di manfaatkan bisa menjadi potensi dan pendapat daerah
kelurahan Donggala Kodi. Untuk lebih jelasnya mengenai potensi dan masalah tersebut dapat dilihat
pada skema pohon masalah berikut :
LAHAN KOSONG DI
JADIKAN TEMPAT RTH WISATA PERTANIAN
PEMBUANGAN SAMPAH
1.3.2 Sasaran :
1. Mendeliniasi batas wilayah di Kelurahan Donggala Kodi sebagai wilayah studi
2. Mengidentifikasi isu potensi dan permasalahan di Donggala Kodi terkait dengan
3. Mengembangkan potensi lahan di Kelurahan Donggala Kodi
4. Memaksimalkan penggunaan lahan di Kelurahan Donggala Kodi
5. Menganalisis potensi permasalahan sampah dan lahan di Kelurahan Donggala Kodi
Setelah data-data terkumpul diperlukan analisis terhadap data tersebut. Dimana analisis yang
dilakukan berupa analisis yang menitik beratkan kepada potensi, masalah, peluang, tantangan,
hambatan, atau kencenderungan dari lokasi penelitian. Sehingga dapat di rumuskan ke dalam
konsep perencanaan.
Rumusan Konsep Perencanan.
Pada tahap ini mulai melakukan suatu tujuan , kebijakan dan strategi dalam perencanaan yang
akan ditetapkan, kemudian dari penetapan tersebut munculah beberapa alternatif konsep yang
perlu dilakukan penilaian agar konsep yang sesuai penilaian dapat diterapkan pada lokasi studi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KEBIJAKAN
2.1 FISIOGRAFIS
Pengertian fisiografis yaitu cabang dari ilmu geografi yang bertujuan untuk mempelajari wilayah,
daerah serta negara yang didasarkan dari sudut pandang fisiknya. Misalnya letak suatu wilayah
berdasarkan garis bujur dan garis lintangnya, di dalamnya dilihat dari jenis batuan, relief permukaan
bumi, lautan dan posisinya dengan daerah lain. Fisiografi lingkungan adalah uraian tentang aspek fisik
dari lingkungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya mencakup aspek udara, tanah/batuan, air,
dan lahan.
Berikut adalah beberapa pengertian tentang Fisiografi menurut para ahli:
1. Fisiografi adalah uraian atau deskripsi tentang genesis dan evolusi bentuklahan (AGI, 1962).
2. Fisiografi adalah deskripsi kenampakan atau gejala alami dan hubungan timbal baliknya
(Monkhouse, 1972).
3. Fisiografi dapat disamaartikan dengan geografi fisik dan di Amerika lebih terbatas pada kajian
bentuk lahan (geomorfologi).
4. Fisiografi adalah deskripsi bentuk lahan atau medan yang mencakup aspek fisik (abiotik) dari lahan
(van Zuidam, 1979).
5. Fisiografi adalah studi mengenai daratan (geomorfologi), atmosfer (meteorologi-klimatologi) dan
laut (an) (Lobeck, 1939).
2.2 TOPOGRAFI
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami
(bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga
dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan
atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidmang datar)
suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan
(landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereng,
panjang lereng dan bentuk lereng.
2.2.2 Klimatologi
Klimatologi berasal dari bahasa Yunani yaitu klima yang berarti tempat, zona, wilayah, atau dapat
diartikan sebagai Klima berarti kemiringan (slope) planet bumi yang berhubungan dengan lintang
tempat atau kemiringan khayal dari bumi dan logos yang berarti ilmu atau mempelajari. Secara harfiah
klimatologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas mengenai sifat iklim di suatu tempat, baik
iklim di Indonesia maupun di seluruh dunia dan hubungannya dengan aktivitas manusia. Klimatologi
merupakan cabang dari ilmu atmosfer.
Klimatologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan mengapa iklim
dan cuaca di berbagai tempat di bumi bisa berbeda, serta bagaimana hubungan antara iklim dengan
kehidupan manusia sehari-hari. Klimatologi merupakan salah satu dari cabang-cabang ilmu geografi
yang sering disejajarkan dengan meteorologi karena memiliki kemiripan, namun keduanya memiliki
perbedaan mendasar dalam kajiannya, meteorologi fokus mengkaji proses di atmosfer sedangkan
klimatologi lebih mengkaji pada hasil akhir dari proses-proses atmosfer.
2.2.3 Geologi
Pengertian Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala
sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang
membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang
bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.
Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata", "alasan"]) adalah Ilmu (sains)
yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.
Kata 'geologi' pertama kali dipergunakan pada tahun 1473 oleh Ricardh de Bury untuk hukum atau
ilmu kebumian. Geologi modern berkembang pada akhir abad ke -18, James Hutton merupakan bapak
geologi modern. Pada tahun 1795, James Hutton menerbitkan bukunya yang berjudul: Theory of the
Earth dimana ia mencetuskan doktrin Uniformitarianism (“The present is the key to the past”, artinya
gaya atau proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini, telah
berlangsung sejak terbentuknya bumi).
4. Tanah litosol disebut juga tanah berbatu. Tanah ini terbentuk karena proses pelapukan bantuan
yang belum sempurna sehingga jenis tanah ini miskin unsur hara. Jenis tanah ini tersebar merata
di seluruh wilayah Indonesia. Hanya sebagian dari tanah litosol yang bisa dimanfaatkan sebagai
tempat untuk menanam tanaman keras, tegalan, palawija dan padang rumput untuk makanan
ternak.
5. Tanah gambut adalah tanah yang berasal dari bahan organic yang terbentuk karena genangan air,
karena itu peredara udara di dalamnya sangat kurang dan proses penghancurannya menjadi tidak
sempurna karena kekurangan unsur hara. Tanah gambut banyak digunakan sebagai persawahan
pasang surut. Tanah ini tersebar di wilayah pantai timur Sumatera, Papua bagian selatan,
Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
6. Tanah mergel adalah jenis tanah yang mengandung bermacam-macam batuan karena proses
penghancuran oleh air hujan yang tidak merata. Tanah ini terdiri atas batu kapur, pasir, dan tanah
liat. Tanah ini subur dan terdapat di lereng-lereng pegunungan. Tanah ini banyak dimanfaatkan
untuk menanam pohon jati dan banyak terdapat di daerah Kediri, Madiun, serta Nusa Tenggara.
7. Tanah regosol merupakan jenis tanah yang berasal dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki
butiran-butiran kasar. Jenis tanah regosol banyak dijumpai di daerah Pulau Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Sumatera Bagian Timur dan Sumatera Bagian barat. Tanah regosol sangat sesuai untuk
ditanami padi, palawija, tebu dan kelapa.
8. Tanah kapur adalah jenis tanah yang batu induknya berasal dari gamping, abu gunung berapi, dan
batuan endapan yang mengalami pelapukan. Pada umumnya jenis tanah ini kurang subur. Namun
demikian, jenis tanah ini sangat cocok untuk ditanami pohon jati, palawija, dan lain-lain.
Tanah kapur atau mediteran tersebar di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara,
Nusa Tenggara, dan Sumatera Selatan.
9. Tanah grumusol terbentuk dari batuan kapur dan batuan gunung apI. Jenis tanah ini banyak
terdapat di daerah yang memiliki curah hujan antara 1.000 mm sampai dengan 2.000 mm
pertahun. Sifat tanah ini sangat berat sehingga mudah erosi dan longsor. Jenis tanah grumusol
banyak terdapat di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Madura, dan Nusa
Tenggara. Tanah grumusol banyak dimanfaatkan untuk ditanami kapas, jagung, kedelai, tebu,
bahkan padi.
10. Jenis tanah podzolit terbentuk di daerah yang memiliki curang hujan tinggi dengan suhu yang
rendah. Warna tanah kuning kelabu. Di Indonesia jenis tanah ini tersebar di daerah pegunungan
yang curah hujannya tinggi. Tanah podzolit tergolong tanah yang subur.
11. Tanah pasir terbentuk dari batuan beku dan batuan sedimen yang mengalami pelapukan. Ciri
tanah pasir adalah berpasir, berkerikil dan butirannya kasar. Tanahnya kurang subur sehingga
tidak baik untuk pertanian. Di Indonesia jenis tanah ini banyak terdapat di pantai barat Sumatera,
Sulawesi, dan Jawa Timur.
12. Tanah humus berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami pembusukan. Daun-daun
yang jatuh ke tanah serta pohon-pohon yang telah mati mengalami pembusukan, sehingga
akhirnya menjadi tanah. Pada hutan-hutan yang masih sangat lebat, bagian atas tanah terdiri dari
tanah humus. Sifat tanah ini sangat subur.
2.2.5 Hidrologi
Hidrologi mempelajari siklus air di alam raya. Siklus hidrologi atau siklus air meliputi kejadian-kejadian
air menguap ke udara, kemudian mengembun dan menjadi hujan atau salju, masuk ke dalam tanah
atau mengalir di atas permukaan tanah, lalu berkumpul di danau atau laut, menguap lagi dan
seterusnya (Asdak, 1995).
Pengertian Hidrologi menurut para ahli :
Ray K. Linsley dalam Yandi Hermawan (1986), menyatakan pula bahwa:" Hidrologi ialah ilmu yang
membicarakan tentang air yang ada di bumi, yaitu mengenai kejadian, perputaran dan
pembagiannya, sifat fisika dan kimia, serta reaksinya terhadap lingkungan termasuk hubungannya
dengan kehidupan".
Singh, 1992 menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik menurut
waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air bumi, termasuk di dalamnya proses hidrologi,
pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan dan manajement.
Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun dibawah permukaan bumi,
tentang sifat kimia dan fisika air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan
kehidupan. Kebearadaan air dalam kehidupan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting,
sebab semua mahkluk hidup di bumi membutuhkan air sebagai salah satu sumber kehidupan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang air, baik di atmosfer, di bumi, dan di dalam bumi, tentang perputarannya, kejadiannya,
distribusinya serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini.
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan
pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara
garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang
diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun,
kebun campuran, semak, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat
dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya
(Arsyad, 2000).
Penggunaan lahan secara umum dipengaruhi oleh kemampuan lahan dan lokasi lahan. Untuk aktivitas
pertanian, penggunaan lahan dipengaruhi oleh kelas kemampuan lahan yang dicirikan adanya
perbedaan sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng,
kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Penggunaan lahan juga dipengaruhi
oleh lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi industri, maupun untuk daerah-
daerah rekreasi (Suparmoko, 1995).
Penggunaan lahan sering disalahartikan dengan fasilitas, sebagai contoh tata guna lahan perdagangan
atau komersial sering disamakan dengan fasilitas pasar atau pertokoan, padahal kedua istilah ini
berbeda. penggunaan lahan mengarah pada bentang tanah yang ditetapkan memiliki fungsi tertentu.
Secara fisik sudah tentu berupa ruang yang dibatasi oleh batas kepemilikan atau pengelolaan lahan.
Sementara itu, fasilitas adalah unit pelayanan yang memiliki fungsi tertentu dan biasanya secara fisik
berupa bangunan. Dengan demikian, sebentang lahan dengan peruntukan kegiatan jasa (guna lahan
jasa), di atasnya dapat dibangun beberapa fasilitas antara lain kantor, sekolah, puskesmas dan lain
sebagainya. Dalam hal ini penggunaan lahan dapat di bagi menjadi 2 yaitu penggunaan lahan
pedesaan dan penggunaan lahan perkotaan.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 Penggunaan lahan di wilayah
dan/atau kawasan perencanaan perlu diketahui secara terinci, terutama sebaran bangunan yang
bersifat tidak meluluskan air/kedap air. Hal ini berkaitan erat dengan rasio tutupan lahan yang ada
saat iniyang nantinya digunakan dalam penghitungan ketersediaan air tanah bebas.
Selain untuk mengetahui rasio tutupan lahan, data penggunaan lahan juga diperlukan untuk
mengetahui pengelompokan peruntukan lahan, termasuk aglomerasi fasilitas yang akan membentuk
pusat kota serta bangunan-bangunan yang memerlukan persyaratan kemampuan lahan tinggi, yang
akan digunakan dalam penentuan rekomendasi kesesuaian lahan.
Di samping itu dengan mengetahui sebaran penggunaan lahan di wilayah ini,maka akan terlihat pada
daerah-daerah mana penggunaan lahan yang ternyata menyimpang dari kesesuaiannya atau
melampaui kemampuannya, sehingga dapat dijadikan masukan juga dalam memberikan rekomendasi
kesesuaian lahan ini.
Menurut UU nomor 26 tahun 2007 dan Peraturan Menteri PU nomor 41 tahun 2007, kawasan
pedesaan adalah wilayah yang memiliki kegiatan utama pertanian (agraria) termasuk pengelolaan
sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Berbeda dengan kawasan perkotaan yang
didominasi oleh kegiatan bukan pertanian. Berikut ini akan dijelaskan penggunaan lahan yang secara
umum ada di kawasan pedesaan dan perkotaan.
2.4.1 Sarana
A. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada masyarakat,
memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah
didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.
Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau
kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok
yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas
ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana
yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah
a) posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia balita;
b) balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang
kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (currative) tanpa perawatan, berobat
dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi;
c) balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi melayani ibu baik
sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia sampai dengan 6 tahun;
d) puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain
melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya;
e) puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan kesehatan
sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan
puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil;
f) tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan
secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan tanpa perawatan; dan
g) apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik untuk
penyembuhan maupun pencegahan.
Tabel 2.2 Jenis sarana kesehatan
Kebutuhan per
Kriteria
satuan sarana
Jumlah Luas Luas
penduduk Standard
No Jenis Sarana Lantai Lahan Radius Keterangan
pendukung Min. Min. (m2/jiwa) pencapaian
Lokasi dan
(Jiwa) 2 Penyelesaian
(m ) (m2)
Di tengah Dapat
Kelompok bergabung
tetangga. dengan balai
1 Posyandu 1.250 36 60 0,048 500
Tidak warga atau
menyebrang sarana
jalan raya hunian/ rumah
Ditengah
kelompok Dapat
Balai
1.000m2 tetangga bergabung
2 pengobatan 2.500 150 300 0,12
tidak dalam lokasi
warga
menyebrang balai warga
jalan raya
Dapat
dijangkau
BKIA/ klinik
3 30.000 1.500 3.000 0,01 4.000m2 dengan .-
bersalin
kendaraan
umum
Puskesmas
Dapat
4 Pembantu 30.000 150 300 0,006 1.500m2 -
bergabung
dan Balai
B. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu
disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga
sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikan struktur
penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakat setempat dalam
menjalankan ibadah agamanya.
Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut;
a) Kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar;
b) Kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid;
c) Kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid kelurahan; dan
d) Kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid kecamatan.
Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan sebagai berikut:
a) Katolik mengikuti paroki;
b) Hindu mengikuti adat; dan
c) Budha dan kristen protestan mengikuti sistem kekerabatan atau hirarki lembaga.
Tabel 2.3 Jenis sarana peribadatan
Kebutuhan per satuan
Jumlah Kriteria
sarana
penduduk Standard
No Jenis Sarana Luas lantai Luas Lahan Radius
pendukung (m2/jiwa) Lokasi dan
Min. (m Min. (m2) pencapaian
2)
(Jiwa) Penyelesaian
Di tengah
kelompok
tetangga.
100 bila
Dapat
1 Musholla/Langgar 250 45 bangunan 0,36 100m2
merupakan
tersendiri
bagian dari
bangunan
sarana
Ditengah
kelompok
tetangga tidak
menyebrang
2 Mesjid Warga 2.500 300 600 0,24 1.000m2 jalan raya.
Dapat
bergabaung
dalam lokasi
balai warga
Dapat
dijangkau
Mesjid Lingkungan
3 30.000 1.800 3.600 0,12 - dengan
(Kelurahan)
kendaraan
umum
Berdekatan
dengan
pusat
lingkungan /
4 Mesjid Kecamatan 120.000 3.600 5.400 0,03 kelurahan. -
Sebagian
sarana
berlantai 2 ,
KDB 40%
Tergantung
sistem Tergantung Tergantung
Sarana Ibadah
5 kekerabatan/ kebiasaan kebiasaan - - -
agama lain
hirarki setempat setempat
lembaga
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan
Di tengah
100(bila kelompok
Toko/ Warung 50(termasuk
1 250
gudang)
berdiri 0,4 300 m2 tetangga. Dapat
sendiri) merupakanbagian
dari sarana lain
Di pusat kegiatan
sub lingkungan.
2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m2 KDB 40% Dapat
berbentuk P&D
Pusat
Dapat dijangkau
pertokoan +
3 30.000 13.500 10.000 0.33 - dengan
pasar
kendaraan umum
lingkungan
Pusat Terletak di jalan
perbelanjaan utama. Termasuk
4 dan niaga ( toko 120.000 36.000 36.000 0,3 - sarana parkir
+ pasar sesuai ketentuan
+bank+kantor) setempat
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan
Ditengah
kelompok
Balai Warga/
tetangga. Dapat
Balai
1
Pertemuan
2.500 150 300 0,12 100 m2 merupakan
bagian dari
bangunan
sarana lain.
Balai Serbaguna
Dipusat
2 / Balai Karang 30.000 250 500 0,017 100 m2 lingkungan
Taruna
Dapat
Gedung dijangkau
3 Serbaguna 120.000 1.500 3.000 0,025 100m2 dengan
kendaraan
umum
Terletak di jalan
utama. Dapat
Gedung merupakan
4 120.000 1.000 2.000 0,017 100m2
Bioskop bagian dari
pusat
perbelanjaan
a) setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal 1 untuk taman yang dapat
memberikan kesegaran pada kota, baik udara segar maupun cahaya matahari, sekaligus tempat
bermain anak-anak;
b) setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-kurangnya satu daerah
terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250
penduduk sebaiknya, yang berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan olah
raga kegiatan olah raga;
c) setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman dan lapangan
olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area terbuka, seperti pertandingan
olah raga, upacara serta kegiatan lainnya;
d) setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurangkurangnya
1 (satu) lapangan hijau terbuka yang berfungsi sebagai tempat pertandingan olah raga (tenis
lapangan, bola basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan tempat
yang luas dan terbuka;
e) setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurangkurangnya
1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi sebagai kuburan/pemakaman umum; dan
f) selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur hijau sebagai
cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai filter dari polusi yang dihasilkan oleh
industri, dengan lokasi menyebar.
g) diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta api, dan jalur pengaman
bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi menyebar; pada kasus tertentu, mengembangkan
pemanfaatan bantaran sungai sebagai ruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk)
dan olahraga.
Dasar penyediaan sarana ini juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unitunit atau
kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok
yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan sarana
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait.
Kebutuhan per
Kriteria
satuan sarana
Jumlah Luas
Jenis penduduk Luas
No Lahan Radius Keterangan
Sarana pendukung Lantai Standar(m2/Jiwa) Lokasi dan
Min. pencapaian
(Jiwa) Min. (m2) Penyelesaian
(m2)
dan 4 dapat
Dapat dijangkau
digabung
dengan
dengan
kendaraan
sarana
umum. Disatukan
4 SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000m2 pendidikan
dengan lapangan
lain , mis
olahraga. Tidak
SD,SMP,SMA
selalu dipusat
dalam satu
lingkungan
komplek
Ditengan
kelompoknya
Taman
5 2.500 72 150 0,09 1.000m2 warga tidak -
Bacaan
menyebrang
jalan lingkungan.
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan
2.4.2 Prasarana
A. Prasarana/ Utilitas – Jaringan jalan
Lingkungan perumahan harus disediakan jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan kendaraan,
dan berfungsi sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam merencanakan
jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis tentang pembangunan prasarana jalan
perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan yan berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan
umum jaringan jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses penyelamatan dalam keadaan
darurat drainase pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu pedoman teknis jaringan jalan
diatur dalam Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan),
Dirjen Cipta Karya, 1998.
Jenis prasarana dan utilitas pada jaringan jalan yang harus disediakan ditetapkan menurut klasifikasi
jalan perumahan yang disusun berdasarkan hirarki jalan, fungsi jalan dan kela kawasan/lingkungan
perumahan. Penjelasan dalam tabel ini sekaligus menjelaskan keterkaitan jaringan prasarana utilitas
lain, yaitu drainase, sebagai unsur yang akan terkait dalam perencanaan jaringan jalan ini.
Tabel 2.7 Klasifikasi jalan di lingkungan perumahan
Dimensi dari Elemen-elemen jalan Dimensi pada Daerah Jalan
Perkerasan
Hirarki GSB
Pedestrian
Batu Jalan
Dawasja
Damaja
Trotoar
Damija
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
Perumahan (m)
1.5
1.0-1.5 (pejalan kaki,
Lokal 3.0-7.0 (mobil-
(darurat vegetasi, 0.5 10.0-12.0 13.0 3.0 10.5 -
Sekunder I motor)
parkir) penyandang
cacat beroda)
1.5 (pejalan
1.0-1.5 kaki,
Lokal 3.0-6.0
(darurat vegetasi, 0.5 10.0-12.0 8.0 3.0 7.0 -
Sekunder II (mobil-motor)
parkir) penyandang
cacat roda)
1.2
0.5 (pejalan kaki, Khusus
Lokal 3.0
(darurat vegetasi, 0.5 8.0 8.0 3.0 7.0 pejalan
Sekunder III (mobil-motor)
parkir) penyandang kaki
cacat roda)
1.5-2.0
Khusus
(pejalan kaki,
Lingkungan I 0.5 - 0.5 3.5-4.0 4.0 2.0 4.0 pejalan
penjual
kaki
dorong)
1.2
Khusus
Lingkungan (pejalan kaki,
0.5 - 0.5 3.2 4.0 2.0 4.0 pejalan
II penjual
kaki
dorong)
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus disediakan pada lingkungan
perumahan di perkotaan adalah:
a. Kebutuhan air bersih;
b. Jaringan air bersih;
c. Kran umum; dan
d. Hidran kebakaran
Persyaratan, kriteria dan kebutuhan
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
Penyediaan kebutuhan air bersih:
1. lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau
sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
2. apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih
lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman.
Penyediaan jaringan air bersih
1. harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah;
2. pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass; dan 3) pipa yang
dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
Penyediaan kran umum
1. satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
2. radius pelayanan maksimum 100 meter;
3. kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan 4) ukuran dan
konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang Tata Cara Perencanaan
Bangunan MCK Umum.
Penyediaan hidran kebakaran
1. untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
2. untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
3. jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
4. apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran;
dan
5. perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara
Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan
Gedung.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan
perumahan di perkotaan adalah:
a. septik tank;
b. bidang resapan; dan
c. jaringan pemipaan air limbah
5. Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi makanan segar, kurangi makanan
kaleng/instan)
6. Membeli barang dalam kemasan besar (Versus kemasan sachet)
7. Membeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas, daun dan lain-lain)
8. Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja
9. Tolak penggunaan kantong plastik
10. Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan
11. Pakai serbet/saputangan kain pengganti tisu
12. Kembali kepemakaian popok kain bagi para ibu
B. Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Dan juga menghindari pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini
dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Menurut Suyoto
(2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program reuse:
1. Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
2. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
3. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
4. Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah
5. Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah
6. Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam- macam kerajinan
7. Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas
8. Styrofoamdigunakan untuk alas pot atau lem
9. Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain
10. Majalah atau buku untuk perpustakaan
11. Kertas koran digunakan untuk pembungkus
C. Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna
lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak
industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang
lain. Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program
recycle:
1. Mengubah sampah plastik menjadi souvenir
2. Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos
3. Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur
D. Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan barang yang digunakan sehari-
hari. Dan juga mengganti barang -barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang
lebih tahan lama. Prinsip ini mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah
lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan keranjang saat berbelanja, atau hindari
penggunaan styrofoam karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.
Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak sampah; bak sampah; tempat
pembuangan sementara (TPS); dan tempat pembuangan akhir (TPA).
Lingkungan perumahan harus dilayani sistem persampahan yang mengacu pada:
a. SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional pengolahan sampah perkotaan;
b. SNI 03-3242-1994 tentang Tata cara pengelolaan sampah di permukiman; dan
c. SNI 03-3241-1994 tentang Tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah.
Tabel 2.9 Kebutuhan prasarana persampahan
Lingkup Prasarana
Keterangan
Prasarana Sarana Pelengkap Status Dimensi
Rumah
Tong Sampah Pribadi - -
(5 jiwa)
Gerobak sampah 2 m³ Gerobak
RW
TPS mengangkut
(2500 Jiwa) Bak sampah kecil 6 m³ Jarak bebas
3x seminggu
TPS dengan
Gerobak sampah 2 m³ Gerobak
Kelurahan lingkungan
TPS mengangkut
(30.000 jiwa) Bak sampah besar 12 m³ hunian
3x seminggu
minimal
Mobil sampah - Mobil
Kecamatan TPS/TPA 30m
mengangkut
(120.000 jiwa) Bak sampah besar lokal 25 m³
3x seminggu
Bak sampah akhir -
Kota
Tempat daur ulang TPA -
(>480.000 jiwa) -
sampah
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan
Sosial budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk
dan atau dalam kehidupan bermasyarakat.Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar
budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Teori Kependudukan Malthus Ke Neo Malthusian. Teori Kependudukan, Hubungan antara Penduduk
dan keterbatasan sumber alam/pangan harus seimbang antara penduduk dan daya dukung, tidak
sedikit/dan terlalu banyak (penduduk optimum) Hubungan antara pendudukdan lingkungan.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 menyatakan bahwa Analisis aspek
sosial budaya pada hakekatnya adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
mengembangkan kawasan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan tidak hanya menyangkut aspek yang bersifat
lahiriah atau material tetapi juga bersifat batiniah atau spiritual. Sedemikian luasnya aspek-aspek yang
terkandung dalam istilah tersebut tetapi tidak berarti semuanya dapat menggambarkan secara utuh
makna kesejahteraan rakyat.
Aspek sosial budaya ini terdiri dari berbagai macam indikator sosial budaya yang dipilih sehingga dapat
memberikan gambaran baik secara langsung atau tidak langsung mengenai kondisi sosial budaya
masyarakat di wilayah dan/atau kawasan.
Berdasarkan analisis indikator sosial budaya dapat diperoleh gambaran apakah suatu wilayah
dan/atau kawasan cukup potensial untuk dikembangkan atau tidak. Jika wilayah dan/atau kawasan
potensial untuk dikembangkan barulah dilakukan perencanaan pengembangan sosial budaya melalui
berbagai program perencanaan sosial.
Tujuan utama perencanaan sosial adalah manusia, artinya yang menjadi objek sekaligus subjek adalah
manusia. Penyediaan sarana-sarana sosial antara lain yang mencakup pendidikan, kesehatan,
keamanan dan lain-lain adalah dalam upaya memberikan kesejahteraan sosial.
2.6 EKONOMI
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan
dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal
dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos) yang
berarti "peraturan, aturan, hukum". Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah
tangga" atau "manajemen rumah tangga."
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 menyatakan bahwa aspek ekonomi
wilayah adalah untuk mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan agar dengan usaha yang minimum dapat memperoleh hasil optimum yang
bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat, serta terjadinya investasi dan mobilisasi dana. Penilaian ekonomi bagi pengembangan
wilayah atau kawasan adalah upaya untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat
dipacu serta permasalahan perekonomian, khususnya untuk penilaian kemungkinan aktivitas ekonomi
yang dapat dikembangkan pada wilayah dan/atau kawasan tersebut.
2.7 KEBIJAKAN
2.7.1 RTRW Kota Palu Tahun 2010 – 2030
A. Rencana struktur ruang wilayah
a. Rencana sistem Jaringan lalu lintas dan Angkutan jalan Jaringan Jalan Kota sebagai Jalan lokal
primer di Kota Palu meliputi : ruas meliputi ruas Jl. Sis Aljufrie, Jl. Pue Bongo, Jl.Palupi, Jl. I
Gusti Ngurah Rai, Jl. Padanjakaya, Jl. Gawalise, dan Jl.Munif Rahman.
b. Jaringan irigasi di ilayah Kota Palu meliputi: daerah irigasi kewenangan pusat, yaitu Daerah
Irigasi Gumbasa. daerah irigasi kewenangan kota, antara lain Daerah Irigasi Kawatuna, Daerah
Irigasi Kayumalue Ngapa, Daerah Irigasi Lambara, Daerah Irigasi Mamboro Daerah Irigasi
Pantoloan, Daerah Irigasi Poboya, Daerah Irigasi Tanamodindi, Daerah Irigasi Mpanau, Daerah
Irigasi Duyu, dan Daerah Irigasi Donggala Kodi.
c. Sistem pengendalian banjir di Kota Palu dilakukan melalui pengembangan Embung Watutela
Kelurahan Tondo, Check Dam Sungai Pondo di Kelurahan Poboya, Check Dam Sungai Sombe
Lewara di Kelurahan Pengawu, Check Dam Sungai Uve Numpu di Kelurahan Donggala Kodi,
tanggul di sepanjang bantaran Sungai Palu, Sungai Kawatuna, Sungai Sombe Lewara dan
Sungai Pondo.
d. Rencana jalan khusus jalur evakuasi bencana di Kota Palu dapat dibagi berdasarkan 4 wilayah
Kecamatan, yaitu : Kecamatan Palu Utara meliputi ruas Jl. Jaelangkara (Palu-kebun Kopi)
dengan tujuan akhir Kawasan Industri Palu.Kecamatan Palu Timur meliputi ruas Jl. Soekarno
Hatta dengan tujuan akhir Lokasi Eks MTQ di bukit Jabal Nur. Kecamatan Palu Selatan meliputi
ruas Jl. Muhammad Yamin dengan tujuan Lapangan Watulemo dan Kecamatan Palu Barat
meliputi ruas Jl. Munif Rahman, Jl. Gawalise, dengan tujuan akhir Stadion Gawalise.
B. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota
1) Kawasan sekitar mata air meliputi:
Mata Air Pria dan Wanita di Kelurahan Duyu, Kecamatan Palu Barat
Mata Air Yoega dan Koeloe di Kelurahan Donggala Kodi Kecamatan Palu Barat
Mata air di Kelurahan Bayaoge, Kecamatan Palu Barat
Mata Air Watutela di Kelurahan Tondo Kecamatan Palu Timur dan
Mata Air Owo di Kelurahan Pantoloan Kecamatan Palu Utara.
2) Kawasan rawan bencana alam geologi di wilayah Kota Palu berupa Kawasan yang terletak
pada zona patahan aktif yang meliputi:
patahan vertikal di sebelah timur kota melewati jalur perbukitan di Kecamatan Palu
Timur
patahan vertikal di bagian tengah kota, melewati Kelurahan Tondo dan Kelurahan Talise
di Kecamatan Palu Timur dan
patahan vertikal di sebelah barat kota melewati Kelurahan Buluri dan Kelurahan
Watusampu di Kecamatan Palu Barat.
3) Kawasan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
meliputi Kelurahan Pantoloan, Kelurahan Baiya, Kelurahan Panau, Kelurahan Lambara,
Kelurahan Kayumalue Pajeko di Kecamatan Palu Utara, Kelurahan Lasoani di Kecamatan Palu
Selatan, dan Kelurahan Donggala Kodi di Kecamatan Palu Barat.
4) Kawasan perumahan dengan kepadatan rendah ditetapkan di Kelurahan Watusampu,
Kelurahan Buluri, Kelurahan Tipo, Kelurahan Silae, Kelurahan Donggala Kodi, Kelurahan
Kabonena, Kelurahan Balaroa, Kelurahan Duyu, Kelurahan Pengawu, Kelurahan Palupi,
Kelurahan Pantoloan, Kelurahan Kawatuna, Kelurahan Lasoani, Kelurahan Poboya, Kelurahan
Tondo, Kelurahan Layana Indah, Kelurahan Mamboro, Kelurahan Taipa, Kelurahan Kayumalue
Ngapa,Kayumalue Pajeko, Kelurahan Mpanau, Kelurahan Lambara, Kelurahan Baiya, dan
Kelurahan Petobo.
BAB III
METODE PENELITIAN
N. Z . .
=
d ( − 1) + Z . .
Keterangan :
n : Jumlah Sampel d : Presisi absolut (10%)
p : Perkiraan proporsi (0,2) Z : Statistik Z (Z=1,96)
q : 1-p N : Besar Populasi
Diketahui Jumlah penduduk di Kelurahan Donggala Kodi yaitu 9888 jiwa.
N. Z . .
=
d ( − 1) + Z . .
37.985,7408 . 0,16
=
98,87 + 0,614656
6.077,71853
=
99,484656
bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat), Bogor adalah Automated Land
Evaluation System atau ALES (Rossiter dan Van Wambeke,1997).
ALES merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diisi dengan batasan sifat tanah yang dikehendaki
tanaman dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang evaluasi lahan.
ALES mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan (Land Qualities/Land Characteristics) dengan
kriteria kelas kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Kriteria yang digunakan
dewasa ini adalah seperti yang diuraikan dalam “Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas
Pertanian” (Djaenudin et al., 2003) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan kondisi
setempat atau referensi lainnya, dan dirancang untuk keperluan pemetaan tanah tingkat semi detil
(skala peta 1:50.000).
Untuk evaluasi lahan pada skala 1:100.000-1:250.000 dapat mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000) (Puslittanak, 1997) Metode yang digunakan dalam
mengevaluasi kesesuaian lahan berpedoman pada LREPII (Djaenuddin, 1994) yang mengacu pada
Framework of Land Evaluation (FAO, 1976). Lahan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu kelas
dan subkelas.
dasar untuk evaluasi kesesuaian agroklimat. Selanjutnya, dilakukan metode pencocokkan (matching)
antara karakteristik iklim dengan persyaratan agroklimat tanaman pada lahan tersebut. Metode
Analisis Kemampuan Lahan Metode yang digunakan dalam pemetaan kemampuan lahan sangat
beragam, yaitu metode matching dan metode skoring.
1. Metode Matching
Metode matching atau pencocokan merupakan metode pencocokan antara karakteristik serta kualitas
lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan. Pencocokan tiap parameter didasari atas klasifikasi
parameter kemampuan lahan dalam Sitorus (1985). Kelas kemampuan lahan dari tiap unit pemetaan
yang dalam hal ini berupa satuan lahan didapat berdasar penyimpulan seluruh kelas kemampuan
lahan dari parameter-parameter yang digunakan. Terdapat tiga cara penyimpulan kelas
kemampuan lahan yaitu cara weight factor, cara aritmatik dan cara subjektif.
a. Cara weight factor
Kesimpulan yang diambil dengan cara ini ditekankan pada faktor pembatas yang paling berat atau
dengan kelas kemampuan lahan paling buruk dalam tiap satuan lahan. Oleh karena itu peta
kemampuan lahan yang dihasilkan menggunakan cara ini memiliki kelas kemampuan lahan yang
cenderung buruk. Cara ini agak kurang relevan dalam penentuan kelas kemampuan lahan karena
hanya faktor terberat yang dipertimbangkan dan tidak menguntungkan secara ekonomi
(lahan tidak dapat digunakan untuk budidaya). Akan tetapi disisi lain metode ini baik digunakan jika
tujuannya untuk konservasi.
b. Cara aritmatik
Cara aritmatik ditentukan berdasarkan kelas kemampuan lahan yang paling dominan dari seluruh
parameter sehingga lebih mewakili kondisi sebenarnya. Akan tetapi tiap parameter dianggap memiliki
pengaruh yang sama terhadap kemampuan lahan padahal beberapa parameter merupakan pembatas
non permanen yang masih dapat diperbaiki dengan perlakuan tertentu guna meningkatkan
produktifitas lahan.
c. Cara subjektif
Penentuan kelas kemampuan lahan dengan cara subjektif digunakan untuk mengkoreksi kedua
cara yang sebelumnya dengan menekankan beberapa parameter yang dianggap lebih berpengaruh
terhadap kemampuan lahan serta lebih sulit untuk diperbaiki (penghambat permanen).
2. Metode Skoring
Metode skoring merupakan metode pengharkatan/pemberian skor kepada tiap parameter. Skor yang
digunakan didasarkan atas Arsyad dalam Argentina (2009). Penentuan kelas kemampuan lahan
menggunakan metode skoring dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan
penjumlahan/pengurangan, perkalian/pembagian serta kombinasi dari keduanya.
a. Cara penjumlahan/pengurangan
Kemampuan lahan ditentukan berdasarkan skor/nilai total dari penjumlahan skor tiap parameter
dalam satuan lahan. Semakin besar nilai maka kemampuan lahannya makin tinggi begitu pula
sebaliknya.
b. Cara perkalian/pembagian
Cara perkalian mempertimbangkan hal yang diabaikan oleh cara penjumlahan/pengurangan yaitu
pembobotan pada parameter kemampuan lahan yang lebih mempengaruhi/sulit dibenahi.
Pembobotan didasarkan atas parameter pembatas permanen dan non permanen.
c. Kombinasi dari penjumlahan dan perkalian
Cara perkalian hanya memberikan bobot tiap parameter saja, tetapi tidak dapat memproses hasil
untuk tiap parameter dalam satuan lahan menjadi nilai akhir, untuk itu perlu adanya pengkombinasian
antara metode penjumlahan/pengurangan dengan metode perkalian/pembagian. Kemampuan lahan
ditentukan berdasarkan skor/nilai total dari penjumlahan skor tiap parameter yang telah dikalikan
dengan nilai bobot dalam satuan lahan. Sama seperti pada cara penjumlahan, semakin besar nilai
maka kemampuan lahannya makin tinggi begitu pula sebaliknya. Cara ini cukup relevan dalam
penentuan kelas kemampuan lahan (terutama jika parameter yang digunakan derajat pengaruhnya
terhadap kemampuan lahan tidak sama besarnya), sehingga peta kemampuan lahan yang dihasilkan
dengan cara ini lebih dekat dengan kondisi sebenarnya dilapangan.
daya alam (SDA) dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan pertanian perlu dijaga
kelestariannya. Pengelolaan lahan merupakan upaya yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan
lahan sehingga produktivitas lahan tetap tinggi secara berkelanjutan (jangka panjang).
Kemampuan lahan (land capability) dinilai menurut macam pengelolaan yang disyaratkan
berdasarkan pertimbangan biofisik untuk mencegah terjadinya kerusakan lahan selama penggunaan.
Kemampuan Lahan merupakan daya yang dimiliki oleh lahan untuk menanggung kerusakan lahan.
Lahan datar mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari pada lahan miring.
Kesesuaian lahan (land suitability) dinilai berdasarkan pengelolaan khas yang diperlukan untuk
mendapatkan nisbah (ratio) yang lebih baik antara manfaat/maslahat yang dapat diperoleh dan
korbanan/biaya/masukan yang diperlukan.
Daya dukung (carrying capacity) diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan lahan yang berupa
lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Daya dukung lahan perkebunan memiliki keanekaragaman yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(baik tanah, air, udara, suhu, ketinggian tempat, dan cahaya) dan faktor jenis tanaman yang
dibudidayakan pada lahan tersebut.
Daya dukung lahan perkebunan bukan merupakan besaran yang tetap akan tetapi cenderung berubah
ubah menurut waktu akibat dari adanya perubahan teknologi dan kebudayaan. Teknologi akan
mempengaruhi produktivitas lahan, sedangkan kebudayaan akan menentukan kebutuhan hidup
setiap individu. Oleh karena itu, perhitungan daya dukung lahan seharusnya dihitung dari data yang
dikumpulkan cukup lama sehingga dapat menggambarkan keadaan daerah yang sebenarnya.
Daya dukung lahan merupakan gabungan kemampuan dan kesesuaian lahan. Sebagai catatan bahwa
daya dukung yang dimaskud di sini adalah daya dukung yang alami bukan karena rekayasa teknologi,
namun demikian daya dukung lahan dapat ditingkatkan dengan teknologi akan tetapi ada batas
maksimalnya.
Penggunaan lahan diatas daya dukung lahan haruslah disertai dengan upaya konservasi yang tepat
dan benar, oleh karena itu upaya strategis untuk menjamin keberlajutan pengusahaan lahan sekaligus
menghindari degradasi lahan dapat dilakukan melaui penerapan:
Pola usaha tani konservasi seperti; agroforestry, tumpang sari, dan pertanian terpadu;
Pola pertanian organik atau ramah lingkungan untuk menjaga kesuburan tanah;
Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) untuk menjamin keberlanjutan usaha pertanian jika
ingin menjadi pewaris yang baik.
Dimana:
CCR = kemampuan daya dukung
A = jumlah total area yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian/perkebunan
r = frekuensi panen per hektar per tahun
H = jumlah KK (rumah tangga)
h = persentase jumlah penduduk yang tinggal
F = ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani
Asumsi umum sebagai interpretasi hasil perhitungan analisis daya dukung sebagai berikut:
1.Jika CCR > 1
Artinya berdasarkan kuantitas lahannya, masih memiliki kemampuan untuk mendukung
kebutuhan pokok manusia dan masih mampu menerima tambahan penduduk. Pembangunan di
wilayah tersebut masih dimungkinkan bersifat ekspansif dan eksploratif lahan.
2.Jika CCR < 1
Artinya berdasarkan jumlah lahan yang ada, maka di wilayah tersebut sudah tidak mungkin lagi
dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan eksploratif lahan. Lahan-lahan yang berada
pada posisi demikian perlu mendapatkan program peningkatan produktivitas, intensifikasi dan
ekstensifikasi melalui perbaikan teknologi atau menekan pertumbuhan penduduk.
3.Jika CCR = 1
artinya berdasarkan jumlah lahan, daerah ini masih memiliki keseimbangan antara kemampuan
lahan dan jumlah penduduk, namun demikian kondisi ini perlu diwaspadai karena jika
pertambahan penduduk tidak terkendali akibat pembangunan yang sangat cepat akan dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan daya dukung, untuk itu peran pemerintah dalam
mengendalikan pembangunan yang memicu penambahan penduduk sangat diperlukan.
Pada Peraturan Lingkungan Hidup terdapat bermacam-macam analisis kemampuan lahan, seperti
kemampuan lahan dalam tingkat kelas, kemampuan lahan dalam tingkat sub kelas, dan kemampuan
lahan pada tingkat unit pengelolaan. Dalam analisis kemampuan lahan tersebut pada Peraturan
Lingkungan Hidup dijelaskan lebih rinci mengenai analisis kelas lahan dan penggunaannya. Pada
analisis kemampuan lahan dalam tingkat kelas, lahan dikelompokan dalam 8 kelas. Dalam tiap-tiap
kelas tersebut dijelaskan secara lengkap bagaimana kriteria dan penggunaannya. Sedangkan dalam
analisis kemampuan lahan dalam tingkat Sub kelas didasarkan pada jenis faktor penghambat atau
ancaman dalam penggunaannya. Dalam Peraturan Lingkungan Hidup juga dijelaskan bagaimana cara
penamaan kelas dan subkelasnya dengan menuliskan faktor penghambat dibelakang angka kelas.
Untuk kategori kemampuan lahan pada tingkat unit pengelolaan didasarkan pada intensitas
faktor penghambat dalam kategori subkelas. Dengan demikian kategori unit pengelolaan telah
diidentifikasi kesamaan potensi dan hambatan atau resiko sehingga dapat dipakai untuk menentukan
tipe pengelolaan atau teknik konservasi yang dibutuhkan.
Pengelompokan dalam penentuan jenis kriteria dan kemampuan lahan pada analisis kemampuan
lahan pada Peraturan Lingkungan Hidup berbeda dengan SK Mentan. Pada SK Mentan ini analisis
Kelebihan dan Kekurangan Peraturan Lingkungan Hidup dan SK Mentan Mengenai Analisis
Kemampuan Lahan
kemampuan lahan juga dilengkapi dengan kriteria-kriteria yang pasti, selain itu pada Peraturan
Lingkungan Hidup, analisis kemampuan lahan cukup lengkap dan lebih mudah dipahami.
Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk (population projections) dan peramalan penduduk (population forecast) sering
dipergunakan sebagai dua istilah yang sering dipertukarkan. Meskipun demikian, kedua istilah ini
sebenarnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Berbagai literatur menyatakan proyeksi
penduduk sebagai prediksi atau ramalan yang didasarkan pada asumsi rasional tertentu yang
dibangun untuk kecenderungan masa yang akan datang dengan menggunakan peralatan statistik atau
perhitungan matematik. Di sisi lain, peramalan penduduk (population forecast) bisa saja
dengan/tanpa asumsi dan atau kalkulasi tanpa kondisi, syarat dan pendekatan tertentu (Smith, et.al
2001). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa peramalan adalah proyeksi, tetapi tidak semua
proyeksi membutuhkan peramalan.
Proyeksi penduduk adalah perhitungan kondisi masa depan yang mungkin terjadi dengan
menggunakan beberapa asumsi, seperti bila angka kelahiran, kematian, dan migrasi saat ini tidak
berubah.
Manfaat proyeksi penduduk, yaitu:
1. Mengetahui keadaan penduduk pada masa kini, yaitu berkaitan dengan penentuan kebijakan
kependudukan serta perbandingan tingkat pelayanan yang diterima penduduk saat ini dengan
tingkat pelayanan yang ideal
2. Mengetahui dinamika dan karakteristik kependudukan di masa mendatang, yaitu berkaitan
dengan penyediaan sarana dan prasarana
3. Mengetahui pengaruh berbagai kejadian tehadap keadaan penduduk di masa lalu, masa kini, dan
masa yang akan datang.
Model linear Aritmatik menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang paling sederhana dari
seluruh model trend. Model ini menggunakan persamaan derajat pertama (first degree equation).
Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari waktu, dengan persamaan:
Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)
P0 : Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)
Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi bahwa penduduk akan
bertambah/berkurang sebesar jumlah absolute yang sama/tetap (β) pada masa yang akan datang
sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada masa lalu. Ini berarti bahwa, jika Pt+1 dan Pt adalah
jumlah populasi dalam tahun yang berurutan, Pt+1 – Pt yang adalah perbedaan pertama yang selalu
tetap (konstan). Klosterman (1990), mengacu pada Pittengar (1976), mengemukakan bahwa model ini
hanya digunakan jika data yang tersedia relatif terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk
menggunakan model lain. Selanjutnya, Isserman (1977) mengemukakan bahwa model ini hanya dapat
diaplikasikan untuk wilayah kecil dengan pertumbuhan yang lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi
pada wilayah-wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
S(n) =
Dimana:
S(n) = Jenis Sarana berdasarkan standar
Pn = Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi (tahun 2020)
Sm = Standar Minimum
Hasil dari perhitungan data tersebut dikurangi dengan jumlah eksisting sarana yang ada.
Analisis spasial
Digunakan sebagai analisis untuk mengetahui radius sebaran pelayanan sarana diamana merujuk pada
hasil analisis dari proyeksi kebutuhan sarana. Hasil analisis berupa peta buffering kebutuhan sarana di
setiap wilayah.
Keterangan:
LQ : Indeks Location Quotient
Si : PDRB sektor i Provinsi Banten
S : PDRB total Provinsi Banten
Ni : PDB sektor i Indonesia
N: PDB total Indonesia
Kriteria :
1) LQ ≥ 1 : sektor usaha dikategorikan sektor basis
2) LQ < 1 : sektor usaha dikategorikan sektor non basis.
3.4.2. Analisis Identifikasi Peranan Empat Sektor Usaha Utama Di Masa Mendatang.
Peranan empat sektor usaha utama di masa yang akan datang dapat diketahui dengan menggunakan
metode Dinamic Location Quotient (DLQ).
⌠( /( )⌡
DLQ =
Keterangan:
gin : Rata-rata laju pertumbuhan empat sektor usaha utama Provinsi Banten
gn: Rata-rata laju pertumbuhan PDRB Sektor Usaha Provinsi Banten
Gi : Rata-rata laju pertumbuhan sektor usaha Provinsi Banten
G : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor usaha Provinsi Banten
t : Jumlah tahun yang dianalisis 50
Kriteria:
1) DLQ ≥ 1: Empat sektor usaha utama masih dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis pada masa
yang akan datang
2) DLQ < 1: Empat sektor usaha utama tidak dapat diharapkan menjadi sektor basis di masa yang akan
datang
3.4.2. Analisis Perubahan Sektor Usaha
Perubahan peranan sektor pertanian (tetap basis, basis ke non basis, non basis ke basis atau tetap non
basis) dalam penelitian ini digunakan pendekatan analisis gabungan LQ dan DLQ dengan kriteria
sebagai berikut:
1) LQ ≥ 1 dan DLQ ≥ 1 : Sektor pertanian tetap dikategorikan sebagai sektor basis baik di masa sekarang
maupun di masa akan datang.
2) LQ ≥ 1 dan DLQ < 1 : Sektor pertanian mengalami perubahan peranan dari basis menjadi non basis
pada masa yang akan datang
3) LQ < 1 dan DLQ ≥ 1 : Sektor pertanian mengalami perubahan peranan dari non basis menjadi basis
di masa yang akan datang
4) LQ < 1 dan DLQ < 1 : Sektor pertanian tetap menjadi non basis baik pada masa sekarang maupun
masa yang akan datang.
BAB IV
GAMBARAN UMUM KELURAHAN DONGGALA KODI
13% 9% 1 RW 01
2 RW 02
20%
17% 3 RW 03
4 RW 04
8% 5 RW 05
33% 6 RW 06
Dari tabel diatas, dapat dilihat luas wilayah per RW di Kelurahan Donggala Kodi memiliki luas masing-
masing yaitu RW 01 dengan luas 21 Ha , RW 02 dengan luas 46 Ha, Rw 03 dengan luas 78 Ha, RW 04
dengan luas 20 Ha, RW )% dengan luas 40 Ha, dan RW 06 dengan luas 31 Ha. Untuk RW yang memiliki
wilayah terluas berada pada RW 03 dengan luas 78 ha sedangkan untuk wilayah terkecil berada pada
RW 04 dengan luas 20 ha. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada peta 4.1.
Tabel 4.2 Keadaan Tanah Menurut Bentuk Permukaan Tanah di Kelurahan Donggala Kodi
Luas (% / Ha)
No RW Jumlah
0-100 100-200 >200
1. RW 01 26 - - 26
2. RW 02 46 - - 46
3. RW 03 - 52 18,6 70,6
4. RW 04 20 - - 20
5. RW 05 39 0,4 - 39,4
6. RW 06 7 27 - 34
Total 138 79,4 78,6 236
Sumber : Hasil Survey di Kelurahan Donggala Kodi tahun 2018
Diagram 4.2 Persentase Topografi Kelurahan Donggala Kodi
RW 01
14% 11% RW 02
17% 20% RW 03
RW 04
8% RW 05
30%
RW 06
Dari data diatas, bisa dilihat peta topografi di Kelurahan Donggala Kodi pada peta 4.2.1
14% 11% RW 01
RW 02
20% RW 03
17%
RW 04
RW 05
8%
RW 06
30%
Dari klasifikasi kemiringan lereng, bisa dilihat peta kemiringan lereng di Kelurahan Donggala Kodi pada
peta 4.2.2.
2016 2017
Pada data diatas, bisa dilihat bahwa curah hujan pada tahun 2016 yang tertinggi yaitu pada bulan Oktober
mencapai 312,1 mm dan terendah pada bulan April 6,1 mm. Pada tahun 2017 data yang tertinggi pada
bulan September mencapai 102,9 mm dan terendah pada bulan April 37,0 mm.
Dari data diatas bisa dibuat peta curah hujan Kelurahan Donggala Kodi pada peta 4.2.3.
4.2.4 Geologi
Berdasarkan data geologi Kelurahan Donggala Kodi tahun 2018 terdapat dua jenis keadaan geologi di
Kelurahan tersebut yakni pada jenis pertama : kerikil, pasir, lempur, setempat terumbu dan pada jenis
kedua yakni : batu gamping, konglomerat, batu pasir. Dengan jumlah presentase berkisar 80% untuk jenis
pertama keadaan geologi dan 20% untuk jenis kedua. Berdasarkan tabel berikut bahwa kondisi geologi
yang terdapat di Kelurahan Donggala Kodi memiliki 2 jenis yaitu kerikil dan batu gamping. Pada RW 01
RW 02, RW 04, RW 05, dan RW 06 memiliki kondisi geologi berjenis kerikil dengan luas 167 Ha. Sedangkan
untuk RW 03 terdapat 2 jenis bebatuan yaitu Kerikil dengan luasan 42 Ha dan batu gamping dengan luas
22 Ha.
RW 01
15% 11%
RW 02
20% RW 03
17%
RW 04
RW 05
29%
8% RW 06
Dari data diatas bisa dibuat peta geologi Kelurahan Donggala Kodi pada gambar 4.2.4.
4.2.6 Hidrologi
Pada Kelurahan Donggala Kodi terdapat 1 sungai yang bernama Sungai Buvu Mpemata dengan panjang 2
Km2. Berdasarkan tabel dibawah terdapat 2 kedalaman keadaan hidrologi yaitu tinggi dan sedang. Pada
RW 01 terdapat jenis akuifer produktif sedang dan tinggi dengan luasan 15 Ha dan 11 Ha, pada Rw 02
terdapat jenis akuifer produktif sedang dan tinggi dengan luasan 27 Ha dan 19 Ha. Pada RW 03, RW 05,
dan RW 06 hanya terdapat 1 jenis akuifer produktif sedang dengan luasan 70 Ha, 40 Ha, dan 34 Ha.
Sedangkan pada RW 04 terdapat satu jenis akuifer produktif tinggi dengan luasan 20 Ha.
14% 11%
RW 01
RW 02
20%
17% RW 03
RW 04
RW 05
8% RW 06
30%
Dari data diatas bisa dibuat peta hidrologi Kelurahan Donggala Kodi pada peta 4.2.6.
RW 04 RW 02
26% RW 03 15%
4%
Berdasarkan data yang di peroleh dari Kelurahan Donggala Kodi jumlah penduduk mengalami peningkatan
di setiap tahunnya. Pada tahun 2012 jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Donggala Kodi berjumlah
9.189 jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk 3.894 km2, Pada tahun 2013 jumlah penduduk meningkat
dengan jumlah 9.421 jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk 3.992 km2, Pada Tahun 2014 jumlah
penduduk meningkat dengan jumlah 9.610 jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk 400 km2, Pada tahun
2015 jumlah penduduk meningkat dengan jumlah 9.735 jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk 412
km2dan yang terakhir jumlah penduduk pada tahun 2016 berjumlah 9.888 jiwa dengan jumlah kepadatan
penduduk 418 km2. Kemudian untuk luas yang ada di Kelurahan Donggala Kodi yaitu 2,36 km2 .
Berdasarkan tabel kepadatan penduduk per RW di Kelurahan Donggala Kodi. Pada RW 01 memiliki
kepadatan penduduk sebesar 91,5 jiwa/ha, RW 02 memiliki kepadatan penduduk sebesar 46 jiwa/ha, RW
03 memiliki kepadatan penduduk sebesar 13,46 jiwa/ha, RW 04 memiliki kepadatan penduduk sebesar
77,71 jiwa/ha, RW 05 memiliki kepadatan penduduk sebesar 43 jiwa/ha, sedangkan pada RW 06 memiliki
kepadatan penduduk sebesar 33,55 jiwa/ha.
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan data yang di peroleh dari Kelurahan Donggala
Kodi bahwa jumlah penduduk menurut jenis kelamin yaitu untuk jumlah penduduk berjenis kelamin laki-
laki berjumlah 4799 jiwa dan untuk jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 4615.
Maka dapat disimpukan bahwa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki jumlah penduduk tertinggi
diKelurahan Donggala Kodi dengan seks rasio berjumlah 102 jiwa dari jumlah penduduk yang berjenis
kelamin perempuan.
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur pada Kelurahan Donggala Kodi Tahun 2016, jumlah
penduduk yang tertinggi berada di kelompok umur 20-24 dengan jumlah laki – laki 611 jiwa dan
perempuan 509 jiwa. Sedangkan untuk jumlah penduduk terendah menurut kelompok umur 70-74 di
Kelurahan Donggala Kodi dengan jumlah laki – laki 56 jiwa dan perempuan 23 jiwa.
Tabel 4.9 Banyaknya Penduduk menurut Kelompok Umur menurut Kelurahan di Kelurahan Donggala
Kodi tahun 2016
Kelompok Umur Laki – laki (jiwa) Perempuan (jiwa)
0-4 397 334
5-9 347 349
10-14 309 389
15-19 573 550
20-24 611 509
25-29 503 483
30-34 465 443
35-39 378 354
40-44 391 337
45-49 372 324
50-54 191 197
55-59 27 178
60-64 56 69
65-69 62 52
70-74 56 23
75+ 61 24
Jumlah 4.799 4.615
Sumber : Kantor Kelurahan Donggala Kodi tahun 2016
Diagram 4.9 Jumlah Penduduk menurut kelompok Umur Kelurahan Donggala Kodi
Jumlah
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
800 600 400 200 0 200 400 600 800
Jumlah penduduk berdasarkan rumah tangga dan rata-rata penduduk per rumah tangga pada Kecamatan
Ulujadi pada tahun 2016, Kelurahan Donggala Kodi berada di urutan pertama berdasarkan jumlah yang
tertinggi dari 6 kelurahan yang berada di Kecamatan Ulujadi dengan jumlah rumah tangga sebesar 2813
jiwa dengan rata-rata penduduk per ruta 4%.
Jumlah angka kelahiran dan angka kematian yang ada di Kelurahan Donggala Kodi merupakan jumlah yang
tertinggi dari beberapa Kelurahan yang ada di Kecamatan Ulujadi. Angka kelahiran dengan jenis kelamin
laki-laki berjumlah 68 jiwa dan yang jenis kelamin perempuan berjumlah 67 jiwa. sedangkan angka
kematian dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 32 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah 16 jiwa. Berdasarkan jumlah data diatas dapat di simpulkan bahwa jumlah angka kelahiran
lebih tinggi yaitu sebesar 135 jiwa. Sedangkan angka kematian lebih rendah disbanding dengan angka
kelahiran yang berjumlah sebesar 48 jiwa.
Penduduk berdasarkan agama di Kelurahan Donggala Kodi terdapat 5 keyakinan yang dianut. Pada agama
islam jumlah penduduk laki-laki 4505 jiwa dan perempuan 4324 jiwa. Jumlah penduduk yang beragama
kristen berjumlah laki-laki 285 jiwa dan perempuan 284 jiwa. Jumlah penduduk yang beragama katholik
berjumlah laki-laki 2 jiwa dan perempuan 2 jiwa. Jumlah penduduk yang beragama hindu berjumlah laki-
laki 1 jiwa dan untuk yang berjenis kelamin perempuan tidak ada yang menganut agama hindu. Sedangkan
jumlah penduduk yang menganut agama Budha yaitu laki-laki 6 jiwa dan perempuan 5 jiwa.
Laki-laki Perempuan
Diagram 4.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Donggala Kodi
Tamat SLB C
Tamat SLB A
Tamat S2
Tamat D3/Sederajat
Tamat D1/Sederajat
Perempuan (Jiwa)
Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTA
Laki-Laki (Jiwa)
Tamat SD/Sederajat
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk terbesar berdasarkan tingkat Pendidikan di Kelurahan
Donggala Kodi yaitu pada tingkat Pendidikan Tamat SMA/Sederajat dengan jumlah penduduk 756 jiwa
yang berjenis kelamin laki-laki dan 735 jiwa yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan jumlah
penduduk terkecil berdasarkan tingkat Pendidikan yaitu pada tingkat pendidikan Tamat S3 dengan jumlah
penduduk 6 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 4 jiwa yang berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.12 Jumlah penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Jenis Pekerjaan Laki – Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)
Belum atau Tidak Bekerja 661 665
Mengurus Rumah tangga 466 470
Pelajar atau mahasiswa 1191 1225
Pensiunan 146 137
PNS 297 288
TNI 1 1
POLRI 22 20
Perdagangan 10 8
Petani pekebun 39 34
Peternak 3 2
Nelayan perikanan 1 -
Industri 1 -
Konstruksi 1 1
Trasportasi 4 3
Karyawan swasta 260 255
Karyawan BUMN 15 11
Karyawan BUMD 1 1
Karyawan Honorer 82 80
Buruh Harian Lepas 71 75
Diagram 4.12 jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Donggala Kodi
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaannya paling tinggi yaitu
pelajar/mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki 1191 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah 1225 jiwa, sedangkan yang terendah yaitu TNI, Konstruksi, Karyawan BUMD, Penata Busana,
Anggota DPRD Kab/Kota, Dokter dan Pelaut masing-masing jenis kelamin 1 jiwa.
Kriminalitas yang terdapat di Kelurahan Donggala Kodi sudah menurun dibanding tahun-tahun
sebelumnya dimana kriminalitas yang saat ini masih beredar di Kelurahan Donggala Kodi yaitu pada
permasalahan pembegalan, sengketa tanah terjadi di BTN Palu Nagaya RW 05, penjambretan di Jalan
Asam 3 RW 02, perkelahian anak muda di Jalan Pipa Air RW 01, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di
Jalan Manggis 2 RW 01, penjual miras di BTN Palu Permai RW 05, penggunaan lem fox pada anak dibawah
umur terjadi di Jalan Cemara RW 01 dan RW 04. Permasalahan pembegalan dilakukan oleh anak-anak
yang masih dibawah umur. Ini merupakan beberapa masalah-masalah kriminalitas yang terdapat di
Kelurahan Donggala Kodi. Kriminalitas ini sangat meresahkan masyarakat yang tinggal di area Kelurahan
Donggala Kodi.
B. Lembaga Masyarakat
Lembaga kemasyarakatan di Kelurahan Donggala Kodi masih terbilang banyak beredar di kelurahan ini
seperti Lembaga Kemasyarakatan Pemuda Donggala Kodi, Kumpulan Majelis Ta’lim, Ikatan Pelajar
Mahasiswa Kabupaten Nunukan, dan PKBM Belota Pura.
B. Jaringan Drainase
Jaringan Drainase (saluran pembuangan air limbah rumah tangga) yang terdapat di Kelurahan Donggala
Kodi yang berada di sekitaran permukiman warga sebagian besar sudah berfungsi dengan baik. Hal ini
dapat dillihat dari tabel hasil observasi diatas, yang mana pada tabel tersebut dijelaskan bahwa jaringan
drainase pada Jalan Uwe Numpu, BTN Palu Permai, Lorong Bulou Indah, Jalan Munif Rahman, Jalan Pipa
Air, Jalan Kedondong, Jalan Manggis 2, Jalan Manggis, Jalan Kedondong 1, Jalan Tamako, Jalan Manggis
Lorong 2, Jalan Uve Yuga, Jalan Kedondong 3, Jalan Kunduri, Jalan Tolambu, dan Jalan Kangkung. sudah
tergolong dalam kondisi yang baik, lancar dan berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan beberapa
jaringan drainase yang terdapat di Jalan Sultan Alaudin, Komplek Palu Nagaya, Jalan Cemara, Jalan
Gawalise, Jalan Asam 2, dan Jalan Asam sudah tersedia tetapi belum berfungsi dengan baik dikarenakan
mengalami penyumbatan dan kekeringan. Jaringan Drainase yang tertutup terdapat di Jalan Kunduri dan
Jalan Tolambu sedangkan jaringan drainase terbuka terdapat di Jalan sungai alaudin, Jl. Cemara, Jl.
Gawalise, uwe numpu, BTN Palu Permai, Kompleks Palu Nagaya, Jl. Munif Rahman, Jl. Kedondong, Jl. Pipa
Air, Jl. Manggis 2, Jl. Mangggis, Jl. Kedondong 1, Jl. Tamako, Jl. Kedondong 3, Jl. Asam 2, Lg. Asam, Jl.
Manggis Lg.3, Jl. Uve Yuga dan Jalan Kangkung.
Kondisi Tidak
Lancar
19%
Kondisi Lancar
71%
Mata Air
Sumber : Hasil survey di Kelurahan Donggala Kodi Tahun 2018
E. Jaringan Persampahan
Persampahan di Kelurahan Donggala Kodi masih menjadi masalah, dimana hasil sampah domestik dari
aktifitas rumah tangga serta sampah-sampah yang menumpuk menjadi salah satu permasalahan yang
ada di Kelurahan Donggala Kodi. Dimana sarana Tempat pembuangan sementara yang ada Di Kelurahan
Donggala Kodi hanya terdapat 1 TPS yang terletak di Kompleks Palu Nagaya. ditambah lagi dengan
kebutuhan sampah masyarakat semakin meningkat karena tidak cukupnya TPS di Kelurahan Donggala
Kodi. yang mengakibatkan masyarakat membuang sampah di berbagai lahan kosong dan area jurang.
Untuk mengatasi peningkatan sampah di area tersebut terkadang ada warga yang rela membakar
sampah di area tersebut agar sampah tidak semakin meningkat. Tetapi ada pula masyarakat yang
membuang sampah dan membiarkan sampah itu terus meningkat dan membusuk hingga bertahun-
tahun.
Dari data diatas, bisa dilihat peta persampahan di gambar 4.5.1.8.
F. Jaringan Listrik
Listrik merupakan kebutuhan penting yang digunakan untuk aktifitas masyarakat. Tenaga Listrik di
Kelurahan Donggala Kodi sudah terbilang baik. Karena setiap rumah sudah terlayani oleh jaringan listrik.
Jaringan listrik yang di sediakan oleh PLN sudah tersalurkan melalui jaringan kabel listrik yang di sanggah
menggunakan tiang. Hal ini dapat kita jumpai disepanjang jalan di Kelurahan Donggala Kodi.
G. Jaringan Telekomunikasi
Telekomunikasi merupakan kebutuhan penting yang digunakan untuk layanan masyarakat dalam sistem
komunikasi jarak jauh. Jaringa telekomunikasi di Kelurahan Donggala Kodi memiliki jaringan yang cukup
memadai atau bisa dibilang suda melayani semua kawasan kelurahan. Di kelurahan Donggala Kodi juga
ada tower pemancar yang menjadi pemancar jaringan yang mencakup daerah yang luas dan melayani
buan hanya Kelurahan Donggala Kodi saja akan tetapi radiusnya juga melayani Kelurahan yang dekat
dengan Keluraha Donggala Kodi. Dalam analisi untuk jaringan telekomunikasi hanya butuh penambahan
kabeldan penataan jaringan telpon yang baik di sepanjang yang dilayani.
4.5.2 Sarana
A. Sarana Pendidikan
Kelurahan Donggala Kodi merupakan Kelurahan yang mempunyai urutan ke 5 terendah dengan jumlah
sarana Pendidikan cukup sedikit. Jumlah Sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Donggala Kodi
sebanyak 3 Sarana pendidikan yaitu 3 Sekolah dasar yang berada di RW 05 yaitu SD Khalifah dan SD
Inpres Donggala Kodi. Serta yang berada di RW 03 yaitu SD Inpres Padanjese. Sedangkan tingkat
pendidikan SMP dan SMA tidak terdapat di kelurahan Donggala Kodi. Sarana pendidikan yang ada di
Kelurahan ini terbilang sedikit dengan jumlah penduduk yang banyak.
Tabel 4.16 Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Donggala Kodi
No RW Sekolah Dasar (unit)
1. RW 1 -
2. RW 2 -
3. RW 3 1
4. RW 4 -
5. RW 5 2
6. RW 6 -
Total 3
Sumber : Hasil survey di Kelurahan Donggala Kodi Tahun 2018
Sekolah Dasar - -
2
1
RW 3 RW 4 RW 5 RW 6
B. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan menyediakan beberapa fasilitas kesehatan dengan fungsi melayani masyarakat yang
mengalami keadaan sakit. Fasilitas yang ada di Kelurahan Donggala Kodi berupa Pustu, Polindes dan
Rumah Sakit.
Tabel 4.17 Sarana Kesehatan di Kelurahan Donggala Kodi
Jenis Fasilitas (Unit)
No RW Jumlah (Unit)
Pustu Posyandu Rumah Sakit
1. RW 1 - - - -
2. RW 2 - - - -
3. RW 3 - 1 - 1
4. RW 4 - - 1 1
5. RW 5 1 2 - 2
6. RW 6 - - - -
Total 4
Sumber : Hasil survey di Kelurahan Donggala Kodi Tahun 2018
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6
Dari tabel diatas, jumlah Sarana Kesehatan yang ada di Kelurahan Donggala Kodi sebanyak 5 titik yaitu
puskesmas pembantu berjumlah 2 unit yang berada di RW 05, posyandu berjumlah 3 unit Di RW 05
terdapat 2 unit dan di RW 03 1 unit. Sedangkan untuk Rumah sakit berada di RW 01 yaitu Rumah Sakit
Umum Anutapura Palu.
C. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan ini menyediakan beberapa fasilitas keagamaan yang digunakan oleh beberapa
masyarakat yang menganut berbagai macam agama untuk beribadah sesuai dengan agama masing-
masing. Pada Kelurahan Donggala Kodi terdapat beberapa masyarakat yang mempunyai berbagai
macam agama tetapi pada wilayah ini masyarakatnya mayoritas menganut agama islam sehingga jumlah
Sarana Peribadatan di Kelurahan Donggala kodi sebanyak 13 sarana peribadatan meliputi 8 mesjid dan 5
Musholla, dan tidak memilki gereja, pura, maupun vihara.
Tabel 4.18 Sarana Peribadatan di Kelurahan Donggala Kodi
Jenis Fasilitas (Unit)
No RW Jumlah(Unit)
Mesjid Musholla
1. RW 1 - 2 2
2. RW 2 2 2 4
3. RW 3 2 - 2
4. RW 4 2 1 3
5. RW 5 2 - 2
6. RW 6 - - -
Total 13
Sumber : Hasil survey di Kelurahan Donggala Kodi Tahun 2018
2
2
2
1
0
0
0
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6
Berdasarkan hasil observasi sarana peribadatan yang paling banyak terdapat di RW 2 dengan jumlah 2
mushola dan 2 mesjid. Dan sarana peribadatan lainnya masing -masing di RW 2 terdapat 2 musholah ,
RW 3 terdapat 2 Mesjid , RW 4 terdapat 2 mesjid dan 1 Musholah , sedangkan di RW 6 tidak terdapat
sarana peribadatan. .
Diagram 4.18 Persentase Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Kelurahan Donggala Kodi
Kantor Kelurahan Kantor POS
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6
Berdasarkan hasil observasi di Kelurahan Donggala Kodi, terdapat dua unit sarana pemerintahan dan
pelayanan umum yaitu berupa satu unit Kantor Kelurahan Donggala Kodi dan satu unit Kantor POS. Letak
dari kedua sarana ini yaitu di RW 5 untuk Kantor Kelurahan Donggala Kodi yang terletak di Jalan Munif
Rahman dan RW 4 untuk Kantor POS yang terletak di Jalan Kunduri.
Bengkel Kios
Tabel 4.20 Banyaknya perdagangan dan Niaga di Kelurahan Donggala Kodi tahun 2018
Jenis Fasilitas (Unit)
No RW Jual Jual Jumlah(Unit)
Toko Salon Taylor Loundry Kios/warung Depot Bengkel Pasar Loket LPG Batako BNS Seluler
Kayu Hewan
RW
1. 1 1 - 3 24 - - 3 - - - - - - 1 33
01
RW
2. - - - 2 40 - - 4 - - - - - - - 46
02
RW
3. - - - - 35 - - 4 - - - - - - - 39
03
RW
4. 64 3 7 3 60 3 3 13 3 2 2 1 2 1 1 171
04
RW
5. 1 36 2 5 - - 44
05
RW
6. - - - - 7 - - - - - - - - - - 7
06
Jumlah 340
Sumber : Hasil survey di Kelurahan Donggala Kodi Tahun 2018
Diagram 4.19 Persentase Sarana Perdagangan dan Niaga Kelurahan Donggala Kodi
RW 06 RW 01
2% 10%
RW 05
13%
RW 02
14%
RW 03
11%
RW 04
50%
RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06
Diagram 4.20 Persentase Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Kelurahan Donggala Kodi
2
0
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6
Diagram 4.21 Persentase Sarana Ruang terbuka taman dan Lapangan Olahraga Kelurahan Donggala
Kodi
Makam Lapangan Olahraga
1
1
0
0
0
0
0
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Kelurahan Donggala Kodi terdapat 4 unit Sarana ruang
terbuka taman dan lapangan olahraga berupa 2 lapangan olahraga dan 2 makam. Pada RW 1 terdapat 1
lapangan olahraga, pada RW 2 terdapat 1 unit makam, pada RW 3 terdapat 1 unit makam, dan pada RW
5 terdapat 1 unit lapangan olahraga.
Perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media
tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai. Bedasarkan hasil survey, terdapat kegiatan
perkebunan yang di Kelurahan Donggala Kodi yaitu kelapa sawit.
Peternakan
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk
mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil survey, terdapat kegiatan
peternakan yaitu kegiatan jual beli hewan.
Objek Wisata
Objek wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar
orang-orang mau datang dan berkunjung ditempat tersebut. Berdasarkan hasil survey terdapat
beberapa objek wisata yang ada di Kelurahan Donggala Kodi yaitu Sate mobil, kafe orange puncak
padanjese, dan warung makan ketupat/uta dada padanjese. Beberapa objek wisata ini memiliki daya
tarik tersendiri salah satunya yaitu dengan menampilkan pemandangan Kota Palu dari daerah
perbukitan.
BAB V
ANALISIS
4) Pada satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak penduduk lebih dari
1000 jiwa terdapat satu sekolah dasar/madrasah (SD/MI) dalam jarak tempuh bagi peserta didik yang
berjalan kaki maksimum 3 km melalui lintasan yang tidak membahayakan.
b. Sarana Kesehatan
- BKIA/ RS Bersalin melayani 30.000 jiwa
- Praktik melayani 5.000 jiwa
- Apotik melayani 30.000 jiwa
- Posyandu melayani 1.250 jiwa
- Puskesmas melayani 120.000 jiwa
- Puskesmas Pembantu melayani 30.000 jiwa
- Balai Pengobatan melayani 2.500 jiwa
Berdasarkan jumlah penduduk yang terdapat di Kelurahan Donggala Kodi dengan jumlah 9.414 jiwa maka
dapat di ketahui jumlah kebutuhan sarana kesehatan untuk Posyandu 7,5 dan eksisting sarana berjumlah
3 unit sehingga jumlah sarana yang dibutuhkan adalah 5 unit. Jumlah kebutuhan sarana Balai pengobatan
3,8 dan eksisting sarana tidak ada sehingga jumlah sarana yang dibutuhkan adalah 4 unit, dan Jumlah
kebutuhan sarana Praktik 1,8 dan eksisting sarana tidak ada sehingga jumlah sarana yang di butuhkan
adalah 2 unit.
c. Sarana Peribadatan
Musholla/Langgar : 1 unit/ 250 jiwa
Mesjid : 1 unit/30.000 jiwa
Masjid warga : 1 unit/2.500 jiwa
Gereja : 1 unit/2.500 jiwa
Lainnya (Pura/Wihara/Klenteng) : 1 unit/2.500 jiwa
Berdasarkan jumlah penduduk yang terdapat di Kelurahan Donggala Kodi dengan jumlah 9.414
jiwa maka dapat di ketahui jumlah kebutuhan sarana peribadatan yaitu untuk Mushola 37,7 dan
eksisting sarana berjumlah 5 unit sehingga jumlah sarana yang dibutuhkan adalah 33 unit, jumlah
kebutuhan sarana masjid warga 3,8 dan eksisting sarana berjumlah 8 maka jumlah sarana masjid warga
sudah melebihi standar. Jumlah kebutuhan sarana peribadatan lainnya 3,8 dan eksisting sarana tidak ada
sehingga sarana yang dibutuhkan adalah 4 unit.
pertokoan (skala pelayanan 6.000 penduduk), yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-
hari yang lebih lengkap dan pelayanan jasa seperti wartel, fotocopy, dan sebagainya
pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit kelurahan ≈ 30.000
penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan,
beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian, barang-barang kelontong, alat-alat pendidikan,
alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti warnet, warteldan sebagainya
pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000 penduduk), yang
selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang kelontong, elektronik, juga untuk
pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-unit produksi yang tidak menimbulkan polusi,
tempat hiburan serta kegiatan niaga lainnya seperti kantor-kantor, bank, industri kecil dan lain-
lain.
Berdasarkan jumlah penduduk yang terdapat di Kelurahan Donggala Kodi dengan jumlah 9.414
maka dapat di ketahui jumlah kebutuhan sarana perdagangan dan niaga yaitu untuk kios/warung
37,7 dan eksisting sarana berjumlah 202 maka jumlah sarana sudah melebihi standar, jumlah
kebutuhan sarana pertokoan 1 dan eksisting sarana tidak ada sehingga dibutuhkan 1 pertokoan.
d. Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Menurut lingkup pelayanannya, jenis sarana kebudayaan dan rekreasi meliputi:
balai warga/balai pertemuan (skala pelayanan unit RW ≈ 2.500 penduduk)
balai serbaguna (skala pelayanan unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk)
gedung pertemuan/gedung serbaguna (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000 penduduk)
bioskop (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000 penduduk).
Berdasarkan kondisi eksisting di Kelurahan Donggala Kodi dengan jumlah penduduk 9.414 jiwa
memiliki 1 balai pertemuan dan hanya memiliki 2 unit Sarana Rekreasi yaitu sate Mobil dan café
orange.
e. Sarana Ruang Terbuka taman dan lapangan olahraga
Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas
pelayanannya terhadap sejumlah penduduk. Keseluruhan jenis ruang terbuka hijau tersebut
adalah :
setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal 1 untuk taman yang dapat
memberikan kesegaran pada kota, baik udara segar maupun cahaya matahari, sekaligus tempat
bermain anak-anak;
setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-kurangnya satu daerah
terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok
250 penduduk sebaiknya, yang berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan
olah raga kegiatan olah raga;
setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman dan lapangan
olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area terbuka, seperti pertandingan
olah raga, upacara serta kegiatan lainnya;
setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurangkurangnya
1 (satu) lapangan hijau terbuka yang berfungsi sebagai tempat pertandingan olah raga (tenis
lapangan, bola basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan tempat
yang luas dan terbuka;
setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurangkurangnya
1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi sebagai kuburan/pemakaman umum; dan
selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur hijau sebagai
cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai filter dari polusi yang dihasilkan
oleh industri, dengan lokasi menyebar.
diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta api, dan jalur
pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi menyebar;
pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai sebagai ruang terbuka
hijau atau ruang interaksi sosial (river walk) dan olahraga.
Berdasarkan jumlah penduduk yang terdapat di Kelurahan Donggala Kodi dengan jumlah penduduk
9.414 jiwa maka jumlah kebutuhan sarana Tempat main 3,8 dan eksisting sarana tidak ada sehingga
jumlah sarana yang dibutuhkan adalah 4 unit, sedangkan untuk kondisi eksisting pada Kelurahan
Donggala Kodi terdapat 3 lapangan olahraga dan 2 makam.
Kelurahan Donggala Kodi terdapat 23 jalan yang memiliki dua kondisi yaitu kondisi baik dan
buruk. Kondisi jalan yang baik terdapat di Jalan Jalan Sultan Alaudin, Jalan Cemara, Jalan
Gawalise, Jalan Uwe Numpu, BTN Palu Permai, Jalan Munif Rahman, Jalan Kedondong, Jalan
Manggis 2, Jalan Manggis, Jalan Kedondong 2, Jalan Tamako, Jalan Kedondong 3, Jalan
Kedondong Lorong 4, Jalan Manggis Lorong 3, Jalan Uve Yuga, jalan Kunduri, Jalan Tolambu, dan
Jalan Kangkung. kondisi jalan yang buruk yaitu Jalan Kompleks Palu Nagaya, Lorong Bulou Indah,
Jalan Pipa Air, Jalan Asam 2, dan Lorong Asam.
Jenis perkerasan jalan di Kelurahan Donggala Kodi terbagi menjadi 9 jenis konstruksi yaitu aspal
dengan kondisi baik yang terdapat di Jalan Kedondong, Jalan Uwe Numpu, BTN Palu Permai, Jalan
Manggis 2 , Jalan Manggis , Jalan Tamako, Jalan Kunduri, Jalan Tolambu , Jalan Cemara , Jalan
Sultan Alauddin dan Jalan Kangkung. Kondisi jenis perekerasan aspal rsak berat yaitu terdapat di
Jalan Pipa Air , Jalan Asam 2 dan Lorong Asam. Jenis perkerasan aspal rusak ringanterdapat di
Jalan Gawalise , Kompleks Palu Nagaya, Jlan Kedondong dua , Jalan Munuf Rahman , Jalan
Kedondong 3 , Jalan Kedondong Lorong 4 , Jalan Manggis Lorong 3, dan Jalan Uwe Yuga.
Sedangkan untuk jenis perkeraan tanah rusak ringan terdapat di Lorong Buolu Indah.
b. Jaringan Drainase
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Kelurahan Donggala Kodi terdapat tiga kondisi
Jaringan drainase yaitu kondisi lancar, kondisi tidak lancar, dan kondisi kering. Persentase kondisi
drainase yang lancar yaitu berjumlah 71% yang terdapat di Jalan Uwe Numpu, BTN Palu Permai,
Jalan Munif Rahman, Jalan Kedondong, Jalan Pipa Air, Jalan Manggis 2, Jalan Manggis, Jalan
Kedondong 1, Jalan Tamako, Jalan Kedondong 3, Jalan Uve Yuga, Jalan Kunduri, Jalan Tolambu,
dan Jalan Kangkung. Persentase kondisi drainase tidak lancar berjumlah 19% yang terdapat di
Jalan Cemara, Jalan Gawalise, Jalan Asam 2, dan Lorong Asam. Sedangkan untuk kondisi drainase
kering yaitu 10% terdapat di Jalan Sultan Alaudin dan Kompleks Palu Nagaya. Berdasarkan data
berikut, dapat diketahui bahwa kondisi jaringan drainase di Kelurahan Donggala Kodi masih
banyak yang berfungsi sebagaimana mestinya, hal ini dapat diihat pada persentase kondisi
jaringan drainase lancar yang memiliki persentase tertinggi.
Di Kelurahan Donggala Kodi terdapat dua jenis drainase yaitu drainase terbuka dan drainase
tertutup. Untuk drainase terbuka terdapat di Jalan Sultan Alaudin, Jalan Cemara, Jalan Gawalise,
BTN Palu Permai, Kompleks Palu Nagaya, Jalan Munif Rahman, Jalan Kedondong, Jalan Pipa Air,
Jalan Manggis 2, Jalan Kedondong 1, Jalan Tamako, Jalan Kedondong 3, Jalan Asam 2, Lorong
Asam, Jalan Manggis Lorong 3, Jalan Uve Yuga, dan Jalan Kangkung. Sedangkan untuk jenis
drainase tertutup yaitu pada Jalan Kunduri dan Jalan Tolambu.
e. Jaringan Persampahan
Dari hasil kuesioner yang dibagikan ke-61 responden sebagai sampel masyarakat di Kelurahan
Donggala Kodi dinyatakan bahwa sebanyak 82% atau 50 warga memerlukan TPS di sekitaran
rumahnya. Sedangkan untuk warga yang tidak memerlukan TPS di wilayah tempat tinggalnya
sebesar 18% atau 11 warga dari 100%. Responden yang memisahkan atau memilah sampah
hanya terdapat 31% atau 20 warga dan warga yang tidak memisahkan atau memilah sampah
dirumahnya lebih besar berkisar 67% atau 41 warga dari 100%. Kelurahan Donggala Kodi
terdapat 5 metode perlakuan terhadap sampah. Metode pertama terdapat 24 responden yang
memilih untuk membuang sampah pada tempatnya. Metode kedua yaitu penimbunan sampah
di dalam tanah, pada metode ini terdapat 1 responden yang menggunakan metode tersebut.
Metode ketiga yaitu pembuangan sampah di sembarang tempat, pada metode ini terdapat 11
responden yang menggunakan metode ini. Metode keempat yaitu mendaur ulang sampah, akan
tetapi pada metode tidak ada masyarakat yang menggunakan metode ini. Sedangkan untuk
metode terakhir terdapat 25 responden yang memilih untuk membakar sampah hasil rumah
tangganya.
f. Jaringan Listrik
Kondisi prasarana Jaringan listrik di Kelurahan Donggala Kodi sudah terbilang baik, hal ini
dikarenakan setiap rumah yang ada di Kelurahan Donggala Kodi sudah terlayani oleh jaringan
listrik. Hal ini menandakan bahwa pada prasarana jaringan listrik di Kelurahan Donggala Kodi
sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia.
Kelurahan Donggala Kodi yang berada di Kecamatan Ulujadi yang memiliki luas daratan 2,36 km2
dengan rata-rata ketinggian dari permukaan laut 133 meter dengan dilintasi oleh Sungai Buvu
Mpemata. Dengan jumlah penduduk sebanyak 9.888 jiwa dengan kepadatan 418 km2 (BPS
Kecamatan Ulujadi Dalam Angka 2017). Dengan luas wilayah mencapai 2,36 km2 itu di Kelurahan
Donggala Kodi masih terdapat banyak lahan kosong yang masih kurang di manfaatkan.
Kegiatan perekonomian masyarakat di Kelurahan Donggala Kodi bermacam – macam sebagai contoh
petani, pedagang dan sebagainya.
Aspek Ekonomi terdiri dari 3 sector perekonomian, antara lain sebagai berikut :
1. Sektor Primer
Pada Sektor primer mencakup kegiatan perekonomian yang memanfaatkan Sumber Daya Alam yang
tersedia misalnya Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Perikanan, peternakan serta Pertambangan).
Untuk Kelurahan Donggala Kodi masih terdapat kegiatan perekonomian sector primer berupa
pertanian (Tanaman bahan makanan), perkebunan (Pembibitan Kelapa Sawit, Jagung), pembibitan
atau perikanan serta Peternakan (Sapi, burung).
2. Sektor Sekunder
Sektor Sekunder merupakan kegiatan perekonomian yang mengola hasil bumi atau dengan kata lain
sector Primer dan sekunder saling berhubungan karena sector Primer yang memberikan bahan baku
yang kemudian diolah nantinya pada sector Sekunder. Misalnya kegiatan perekonomian Industri
manufaktur, air, gas, listrik, bangunan dan lain sebagainya. Pada Kelurahan Donggala Kodi terdapat
industri rumahan seperti (,,,,)
3. Sektor Tersier
Sektor Tersier merupakan kegiatan perekonomian Pengangkutan dan Perhubungan, Pemerintahan,
Perdagangan, dan Jasa. Di Kelurahan Donggala Kodi terdapat Banyak sektor perdagangan berupa
kios / warung. Untuk Pemerintahan terdapat satu kantor Kelurahan dan untuk jasa terdapat
beberapa kegiatan perekonomian seperti jasa penerbangan.