Anda di halaman 1dari 8

Vol. 11 No.

2 April 2019 (83 - 90)


DOI: 10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90
ISSN: 1829 - 7285
E-ISSN: 2040 - 881X

GAMBARAN SANITASI DASAR DI DESA PAYAMAN, KABUPATEN BOJONEGORO


TAHUN 2016
Overview Basic Sanitation In Payaman Village, Bojonegoro District 2016

Almas Ghassani Celesta1, Abstrak


Nurul Fitriyah2
Departemen Kesehatan Sarana sanitasi dasar melibatkan tiga komponen yang sangat penting, yakni
Lingkungan, Fakultas Kesehatan penyediaan air bersih, pembuangan sampah rumah tangga dan penyediaan jamban
Masyarakat, Kampus C UNAIR Jl. sehat. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk memberikan gambaran
Mulyorejo Surabaya – 60115. ketersediaan sanitasi dasar sebagai upaya dalam penyehatan lingkungan di suatu
Departemen Biostatistika dan desa. Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Penelitian dilakukan di
Kependudukan, Fakultas Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.
Kesehatan Masyarakat, Kampus C Populasi penelitian yaitu seluruh Kepala Keluarga (KK) yang berada di Dusun
UNAIR Jl. Mulyorejo Surabaya – Merbong dan Ketawang RT 8-14, RW 2-4 dan diperoleh sampel sejumlah 248 KK.
60115. Metode pengambilan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Proses
Correspondencing Author: pengolahan data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan 99,6%
almascelesta@gmail.com KK sudah memiliki sarana penyediaan air bersih. Terdapat 79,0% KK yang belum
memiliki SPAL yang sesuai aturan. Sejumlah 67,7% KK yang belum
menyediakan sarana pembuangan sampah di dalam rumah. Terdapat 94,4% KK
Article Info melakukan metode pengelolaan sampah dengan burning on premises di
pekarangan rumahnya dan 10,1% KK masih ada yang belum memiliki jamban
Submitted : 02 Mei 2017 sehat. Rekomendasi yang diberikan pada warga yaitu motivasi untuk ketersediaan
In reviewed :27 Desember 2018 jamban dan SPAL serta adanya sosialisasi pengelolaan sampah.
Accepted : 15 Maret 2019
Available Online : 08 April 2019 Abstract
Facilities of basic sanitation have three very important components, clean water
Kata kunci: Sanitasi Dasar, Desa supply, household waste disposal and healthy water closet. The aim of this study
Payaman. was provided a comprehensive picture of basic sanitation as an effort in a village
environmental sanitation. This research was an observational research. The study
Keywords: Basic sanitation, was conducted in Payaman Village, Kecamatan Ngraho, Bojonegoro District, East
Payaman village. Java Province. The technique of sampling using cluster sampling so that the
sample are all Merbong and Ketawang hamlet in RT 8-14, RW 2-4 consisted of
248 Head of Family (KK). Primary data methods using indepth interview and
Published by Fakultas Kesehatan observation. Data processing is done descriptively. From the results of the study,
Mayarakat Universitas Airlangga 99,6% of households already have clean water supply, but there are still 79,0% of
families who do not have the appropriate SPAL. Then there are still 67.7% of
Index By : families who have not provided a garbage disposal facility at home, and 94.4% KK
management their garbage with burning on premises. There are still 10,1% of
families who do not have healthy water closet at home. The recommendation given
to the residents is the motivation for the availability of latrines and SPAL and the
socialization of waste management.

PENDAHULUAN memiliki banyak pengaruh bagi kesehatan,


utamanya sanitasi di lingkungan rumah tangga.
Sanitasi dasar adalah upaya dasar dalam
Menurut Peraturan Departemen Kesehatan RI
meningkatkan kesehatan manusia dengan cara
(2004), sanitasi merupakan upaya kesehatan
menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi
dengan cara melindungi kebersihan lingkungan
syarat kesehatan. Upaya sanitasi dasar pada
dari subjeknya.
masyarakat meliputi penyediaan air bersih,
Sanitasi merupakan salah satu faktor
jamban sehat, pengelolaan sampah dan
penting yang mempengaruhi peningkatan
saluran pembuangan air limbah. Sanitasi
derajat kesehatan manusia. Pemenuhan
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90 Vol. 11 No. 2 April 2019 (83 - 90)

fasilitas sanitasi dasar dapat memberikan sanitasi pada level rumah tangga maupun
dampak positif bagi para penggunanya. individu.
Namun, di Indonesia penyediaan sanitasi dasar Kabupaten Bojonegoro merupakan bagian
masih belum sepenuhnya diterapkan oleh dari wilayah Provinsi Jawa Timur dengan jarak
masyarakat. Apalagi jika melihat masih adanya kurang lebih 110 Km dari ibukota yang memiliki
masyarakat yang belum memiliki pemikiran luas 2.307,06 km2 dengan jumlah penduduk
2016 mencapai 1.453.880 jiwa. Kecamatan
akan pentingnya sanitasi dasar bagi hidupnya,
Ngraho memiliki 16 Desa, 58 Dusun, 131 RW
sehingga masih tinggi angka kesakitan akibat
dan 318 RT. Berdasarkan data sekunder dari
sanitasi dasar yang buruk dan masih banyak Ponkesdes bahwa sepuluh penyakit terbanyak
pula masyarakat yang belum memiliki fasilitas yang menjadi masalah kesehatan pada periode
sanitasi dasar yang sesuai dengan syarat dan Januari sampai dengan Juni 2016, dimulai dari
kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah. yang tertinggi yakni penyakit infeksi saluran
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia pernafasan akut (ISPA), demam, pusing, pegal
Nomor 66 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah linu, infeksi, hipertensi, gatal-gatal, gastritis,
Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 diare, dan konjungtivitis.
tentang Kesehatan Lingkungan, Pasal 31 Kondisi lingkungan rumah yang tidak sehat
menyatakan bahwa penyehatan dilakukan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai
terhadap media lingkungan berupa air, udara, macam penyakit, khususnya penyakit berbasis
tanah, pangan, serta sarana dan bangunan. lingkungan. Penyakit diare merupakan salah
satu penyakit berbasis lingkungan yang
Pengaturan kesehatan lingkungan bertujuan
memiliki 3 faktor dominan. Faktor utama yaitu
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang air bersih dan faktor lainnya adalah
sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi, pembuangan tinja dan limbah. Ketiga faktor ini
maupun sosial, yang memungkinkan setiap jika berinteraksi dengan perilaku buruk manusia
orang mencapai derajat kesehatan yang maka akan menyebabkan penyakit diare
setinggi-tingginya. Oleh sebab itu, penyehatan (Rizkiyanto, 2015). Data Laporan Program
lingkungan perlu diawali dari penyehatan Diare dari Dinas Provinsi Jawa Timur
lingkungan yang ada masyarakat terlebih menyatakan cakupan pelayan penyakit diare
dahulu. dalam kurun waktu 6 tahun terakhir juga
Kegiatan penyehatan lingkungan di desa cenderung meningkat dari tahun 2009 hingga
sangat diperlukan, tujuannya supaya desa tahun 2014. Sementara Profil Kesehatan
dapat menjadi tempat yang sehat bagi seluruh Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa
makhluk hidup yang ada didalamnya. terdapat 36 kasus diare yang ditangani oleh
Sehingga, apabila lingkungan sehat maka puskesmas yang ada di Bojonegoro. Angka
dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup dan tersebut merupakan angka yang relatif tinggi
derajat kesehatan masyarakat yang ada di dalam kasus diare.
sana. Upaya yang dapat dilakukan oleh Profil Kesehatan Kabupaten Bojonegoro
masyarakat untuk menciptakan dan memelihara (2014) memaparkan bahwa jumlah sarana
lingkungan desa agar terhindar dari penyakit sanitasi dasar yang layak di Kabupaten
dan juga masalah kesehatan dapat dilakukan Bojonegoro berjumlah 91,6% atau dari jumlah
dengan berpedoman kepada petunjuk teknis penduduk 1.226.036, hanya 1.123.107
dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan penduduk yang memiliki akses sanitasi yang
penyehatan lingkungan di desa mengacu pada layak. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor masih terdapat 8,4% dari jumlah penduduk
1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Kecamatan Ngraho yang belum memiliki akses
Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan sanitasi dasar yang layak. Menurut survei dari
Siaga Aktif yaitu: promosi tentang pentingnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, pada
sanitasi dasar kepada masyarakat desa, tahun 2010 rumah tangga yang memiliki akses
bantuan pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi air bersih sebesar 82% atau sejumlah 997.708
dasar yang meliputi air bersih, jamban, unit (sumur gali, ledeng, sumur pompa tangan,
pembuangan sampah dan limbah. Serta sumur tadah hujan, dan lainnya).
bantuan/fasilitasi upaya pencegahan Kondisi sanitasi dasar yang tidak
pencemaran lingkungan. Melalui 3 poin yang memenuhi syarat kesehatan merupakan kondisi
sudah dipaparkan tersebut, promosi tentang yang sangat rentan untuk berkembangnya
sanitasi dasar seharusnya sudah diketahui oleh penyakit seperti penyakit kulit, pernafasan,
seluruh masyarakat yang berada di lingkungan mata, penyakit menular seperti diare dan
desa, namun nyatanya belum seluruh warga penyakit lainnya. Hal inilah yang mendorong
desa mengetahui tentang sanitasi dasar baik dilakukannya penelitian untuk mengetahui
ketersediaan sanitasi dasar dan kondisi yang

84
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90 Vol. 11 No. 2 April 2019 (83 - 90)

ada dalam masyarakat di Desa Payaman. digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. Setiap
membantu memberi gambaran terhadap kondisi keluarga yang ada di Desa Payaman sudah
sanitasi dasar dari Dusun Merbong dan Dusun memiliki akses terhadap air bersih, hanya
Ketawang yang terdapat di Desa Payaman. terdapat 1 KK yang belum memiliki sarana air
bersih di rumahnya. 1 KK tersebut memperoleh
air bersih dari sungai bengawan solo yang ada
METODE PENELITIAN
di sebelah rumahnya. Desa Payaman
Penelitian ini merupakan penelitian merupakan desa yang memiliki kondisi
observasional. Penelitian dilakukan di Desa geografis yang dekat dengan sungai Bengawan
Payaman, Kecematan Ngraho, Kabupaten Solo. Pada musim hujan biasanya air dari
Bojonegoro, Jawa Timur. Metode pengambilan sungai bengawan solo meluap, dan jika tidak
data melalui wawancara mendalam serta diimbangi dengan penyehatan dan
observasi. Populasi penelitian yaitu seluruh pembersihan lingkungan maka akan
Kepala Keluarga (KK) yang bertempat tinggal di menyebabkan banjir yang kemudian akan
Dusun Merbong dan Ketawang Desa Payaman menyebarkan penyakit.
yang berjumlah 270 KK. Penelitian ini dilakukan Penyediaan air bersih merupakan salah
di Dusun Merbong dan Ketawang karena 2 satu upaya yang dapat dilakukan dalam
dusun tersebut memiliki jumlah penduduk yang memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Air
lebih banyak dibanding dusun lainnya. Sampel yang berkualitas baik perlu disediakan sebagai
merupakan keseluruhan populasi yang pemenuhan dasar bagi kebutuhan hidup
bersedia untuk menjadi responden penelitian manusia. Air yang tidak bersih dapat
yang berada di RT 8-14, RW 2-4 Desa menularkan berbagai penyakit, seperti water
Payaman yang berjumlah 248 KK. Variabel borne disease atau penyakit yang ditularkan
yang dilihat dalam penelitian ini adalah melalui air, water washed disease atau penyakit
ketersedian dan sumber penyediaan air bersih, akibat air bekas cuci, water based disease atau
ketersediaan SPAL, ketersediaan sarana penyakit berbasis air, dan water related insect
pembuangan sampah dan ketersediaan jamban vectors atau penyakit yang ditularkan melalui
sehat keluarga. Penelitian ini dilakukan pada gigitan serangga yang berkembang biak di
bulan Juli hingga Agustus 2016. Pengolahan dalam air. Dengan kata lain air dapat menjadi
data dilakukan secara deskriptif. media perantara dalam penularan penyakit.
Salah satu penyakit akibat air yang tidak bersih
yaitu penyakit diare, terbukti pada latar
HASIL DAN PEMBAHASAN
belakang bahwa diare masih menjadi salah
Sarana Air Bersih satu dari 10 masalah kesehatan terbanyak
yang ada di Desa Payaman.
Air merupakan salah satu kebutuhan
pokok yang pasti dibutuhkan oleh manusia. Air Tabel 2.
yang dipakai setiap harinya oleh manusia Sumber penyediaan air bersih Desa Payaman Tahun 2016.
berhubungan erat dengan kesehatan. Apabila Sumber Penyediaan Air Bersih n %
tidak diperhatikan sumber dan standar
PDAM 61 24,6
kesehatannya, maka air dapat menjadi media Sumur Pompa 166 66,9
dalam penyebaran penyakit. Berikut hasil Sumur Gali Terlindungi 20 8,1
penelitian ketersediaan air bersih yang ada di Sungai 1 0,4
Desa Payaman. Total 248 100,0

Tabel 1.
Ketersediaan air bersih Desa Payaman Tahun 2016.
Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa sumber
penyediaan air bersih di Desa Payaman
Ketersediaan air bersih n %
berasal dari sumur pompa sejumlah 66,9% dan
Tersedia 247 99,6
dari PDAM sejumlah 24,6%. Tersedianya
Belum Tersedia 1 0,4
sarana air bersih di Desa Payaman akan
Total 248 100,0
membuat sanitasi dasar menjadi lebih baik.
Dengan adanya sarana air bersih maka
Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa 99,6% masyarakat tidak perlu khawatir terhadap
keluarga sudah memiliki dan memakai air penyakit yang dapat ditularkan melalui air.
bersih. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Selain memperhatikan sumber penyediaan air
Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat bersih perlu diperhatikan juga kebersihan dari
dan Pengawasan Kualitas Air, air bersih adalah tempat penampungan air bersih yang akan
air yang dapat diminum apabila telah melalui digunakan.
beberapa proses tertentu dan yang dapat

85
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90 Vol. 11 No. 2 April 2019 (83 - 90)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan SPAL, 13,2% menggunakan penampungan


Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat terbuka di pekarangan, dan 7,4% ditampung di
dan Pengawasan Kualitas Air,syarat air bersih luar pekarangan. Hasil penelitian di Desa
yaitu memenuhi syarat kesehatan serta Payaman terkait keersediaan SPAL sebagai
memiliki kadar maksimum yang diperbolehkan berikut.
meliputi persyaratan mikrobiologi, meliputi air
bebas dari kuman yang dapat mengganggu Tabel 3.
kesehatan kemudian lebih baik jika jauh dari Ketersediaan SPAL di Desa Payaman Tahun 2016.
sumber pencemar yang mengandung banyak Tersedianya SPAL n %
kuman penyakit seperti saluran septic tank. Ada 52 21,0
Kedua yaitu syarat fisika, meliputi air yang tidak Tidak ada 196 79,0
berwarna, berbau dan berasa. Ketiga yaitu Tota 248 100,0
syarat kimia, meliputi air bebas dari bahan
kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Dan Dalam Tabel 3, terlihat bahwa masih ada
yang terakhir syarat radioaktif, meliputi kadar 79% atau 196 KK yang tidak memiliki sarana
radioaktif yang diperbolehkan bagi air bersih pembuangan air limbah yang sesuai dengan
adalah Gross alpha activity (0,1 Bq/L) dan persyaratan kesehatan. Limbah cair yang
Gross beta activity (1 Bq/L). Dalam penyediaan dihasilkan di Desa Payaman berupa limbah dari
sarana air bersih juga perlu diperhatikan fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK) yang ada
sumber penyediaan air bersihnya. pada setiap rumah tangga. Untuk menyalurkan
Dari hasil observasi 30 rumah yang ada di limbah cair pada kawasan rumah tangga
Desa Payaman masih menggunakan tempat diperlukan sarana berupa saluran pembuangan
penampungan air yang berasal dari tong/drum air limbah ataupun sumur resapan. Persyaratan
plastik. Tempat penampungan air harus selalu kesehatan sarana pembuangan air limbah
diperhatikan dengan baik, untuk mandi maupun (SPAL) adalah tidak mencemari air tanah, tidak
untuk dikonsumsi. Jika tidak, maka akan menimbulkan sarang nyamuk dan tikus, tidak
menjadi sarang bagi nyamuk Aedes aegypti menimbulkan kecelakaan, tidak menimbulkan
dan bisa mengakibatkan penyakit Demam bau dan gangguan pemandangan (Irdianty,
Berdarah Dengue (DBD). Upaya yang dapat 2011).
dilakukan sebagai pencegahan terhadap Sarana pembuangan limbah cair di rumah
penyakit yang dapat ditimbulkan akibat air yaitu tangga meliputi pembuangan air bekas
dengan adanya pemantauan setiap hari dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci
masyarakat, salah satu caranya yaitu bisa tangan. Air limbah yang berasal dari industri
dengan menguras bak mandi minimal 2 kali rumah tangga pada umumnya mengandung
dalam kurun waktu 1 minggu. Kemudian banyak zat yang berbahaya bagi manusia
dengan menutup tempat penampungan air sehingga jika tidak dibuang dan diolah secara
sementara yang terdapat di rumah agar benar dapat menimbulkan penyakit bagi
nyamuk tidak akan bersarang dalam tempat masyarakat di sekitarnya. Selain berbahaya
penampungan tersebut. bagi manusia zat tersebut juga dapat
Penelitian yang dilakukan oleh (Irdianty, berbahaya pada lingkungannya. Oleh sebab itu,
2011) dan Wahyuni (2013) menyebutkan diperlukan saluran pembuangan air limbah
bahwa penyimpanan air bersih dapat menjadi (SPAL) yang berupa perpipaan atau lainnya
suatu faktor pendukung masuknya vektor guna menjadi tempat pembuangan air buangan
seperti nyamuk Aedes aegypti untuk dari sumbernya ke tempat pengelolaan.
berkembangbiak jika tidak ditutup dan tidak Berdasarkan hasil penelitian, air buangan
dikuras 2 kali seminggu. Berdasarkan hasil belum memiliki SPAL yang sesuai sehingga
penelitian pada tahun 2016 ada 1 warga di masih mencemari lingkungan serta
Dusun Ketawang yang terkena penyakit DBD, menimbulkan bau dan merusak pemandangan
hal tersebut kemudian menjadi suatu alasan yang ada di lingkungan. Warga membuang air
kepala dusun untuk melakukan kegiatan bekas dengan cara dibuang langsung ke
gotong royong membersihkan lingkungannya. halaman sekitar rumahnya atau dialirkan ke got
Kegiatan gotong royong dilakukan satu kali (empang) tanpa diolah terlebih dahulu. Alasan
dalam sebulan. warga membuang limbah cair di sekitar
Sarana Pembuangan Limbah Cair rumahnya karena belum adanya saluran
khusus yang dibuatkan oleh pihak desa terkait
Menurut data Riset kesehatan dasar tahun pembuangan limbah cair. Dengan metode
2013, penampungan air limbah rumah tangga pembuangan limbah seperti itu berisiko
(RT) di Indonesia 46,7% dibuang langsung ke terjadinya penyakit, antara lain diare. Limbah
got, 15,5% yang menggunakan penampungan cair yang menggenang di tanah kemudian
tertutup di pekarangan dengan dilengkapi meresap ke dalam tanah, maka limbah tersebut

86
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90 Vol. 11 No. 2 April 2019 (83 - 90)

akan mempengaruhi kondisi air yang berada di keluarga yang memiliki tempat sampah di
bawah tanah. Air yang sudah tercemar oleh dalam rumah, jumlah tersebut lebih sedikit
kandungan bahan kimia dari limbah cair akan dibandingkan yang tidak mempunyai tempat
berpengaruh pada kualitas air sumur sebagai sampah. Tempat sampah tersebut merupakan
sumber air minum yang ada di suatu tempat sampah sementara yang berupa
masyarakat. Hal tersebut juga sesuai dengan keranjang sampah dan tidak memiliki tutup.
penelitian yang dilakukan oleh Falasifa (2015) Berdasarkan hasil penelitian hanya ada 4,8%
bahwa terdapat hubungan antara pengelolaan KK yang memiliki tempat sampah tertutup.
limbah cair dengan kejadian diare pada balita di Warga juga mengatakan bahwa belum ada
Kabupaten Bojonegoro. sistem pengangkutan sampah di lingkungan
Risiko dari tidak tersedianya SPAL yaitu Desa Payaman.
timbulnya penyakit diare. Penyakit tersebut Sampah yang dihasilkan oleh rumah
akibat dari adanya bakteri Escherichia coli yang tangga merupakan jenis sampah domestik,
terkandung di dalam tanah dan dapat sehingga dalam pengelolaannya bisa dilakukan
mencemari air. Kemudian masuk ke dalam dengan cara Reuse, Reduse, Recycle atau
tubuh manusia melalui air yang dikonsumsi. Air yang dikenal dengan 3R.Untuk warga yang
bekas buangan yang dibuang tidak pada tidak mempunyai tempat sampah di dalam
tempatnya dapat membuat lingkungan menjadi rumahnya, cara pembuangan sampah hasil
kotor. Lingkungan dapat menjadi media bahan masak diletakkan di karung dan jika
perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, penuh dibuang ke pekarangan belakang rumah
serangga bahkan larva nyamuk. untuk dibakar Walaupun tidak memiliki tempat
sampah namun kondisi di dalam rumah warga
Sarana Pembuangan Sampah
selalu tersapu bersih.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
manusia dan atau proses alam yang berbentuk menunjukkan bahwa pengelolaan sampah
padat. Menurut Departemen Kesehatan RI Rumah Tangga umumnya dilakukan dengan
(1996) sampah adalah semua benda atau cara dibakar yaitu sejumlah 50,1% dan hanya
produk sisa dalam bentuk padat akibat aktivitas 24,9% yang diangkut oleh petugas. Menurut
manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan Wahid dan Chayatin (2009) tentang tahap
tidak dikehendaki oleh pemiliknya. Sumber pengelolaan dan pemusnahan sampah
sampah terbanyak menurut penelitian Ramon dilakukan dengan 2 metode yaitu metode
dan Afriyanto (2015) yaitu berasal dari memuaskan dan metode tidak memuaskan.
pemukiman penduduk dan pasar tradisional. Dalam metode memuaskan terdapat 3 cara
Pertambahan penduduk yang pesat di yaitu dengan sanitary landfill, inceneration, dan
Indonesia, mengakibatkan bertambahnya pola composting metode tersebut memiliki dampak
konsumsi masyarakat yang kemudian positif dan negatif masing-masing. Sedangkan
menyebabkan bertambahnya volume sampah. dalam metode tidak memuaskan terdapat 3
Berikut merupakan hasil penelitian mengenai cara juga yaitu 1) open dumping atau sistem
ketersediaan sarana pembuangan sampah di pembuangan sampah yang dilakukan secara
Desa Payaman. terbuka, hal ini akan berdampak negatif apabila
dilakukan disekitar pemukiman penduduk
Tabel 4. karena dapat mengundang vektor dan rodent
Ketersediaan Sarana Pembuangan Sampah Di Desa untuk berkembang biak, 2) dumping in water
Payaman Tahun 2016. atau pembuangan sampah kedalam air. Hal ini
Tersedianya sarana n % akan mengakibatkan rusaknya ekosistem yang
pembuangan sampah ada di air dan akan menimbulkan penyakit
Tersedia 80 32,3 khususnya water borne disease, dan 3) burning
Tidak tersedia 168 67,7 on premises yang dikenal dengan istilah
Total 248 100,0 pembakaran yaitu sampah yang dibakar di
sekitar area rumah tangga. Metode tersebut
Dari Tabel 4, dapat dijelaskan bahwa akan menimbulkan dampak polusi udara hingga
sarana pembuangan sampah rumah tangga di timbulnya penyakit akibat dari udara yang tidak
Desa Payaman masih belum baik, karena sehat.
masih ada sejumlah 67,7% KK yang belum Di desa Payaman 94,4% rumah tangga
menyediakan sarana pembuangan sampah. melakukan metode yang terakhir yaitu burning
Sarana pembuangan sampah yang belum ada on premises. Selain belum adanya sarana
di Desa Payaman meliputi tempat sampah, pengangkutan sampah, perilaku masyarakat
Tempat Pembuangan Akhir (TPA), maupun dalam pengolahan sampah juga belum tepat.
sarana berupa truck pengangkut sampah. Warga mengelola sampahnya sendiri, sehingga
Berdasarkan hasil penelitian hanya 32,3% sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga

87
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90 Vol. 11 No. 2 April 2019 (83 - 90)

tidak dibuang di tempat pembuangan akhir manusia dan dapat mencegah vektor pembawa
(TPA), melainkan dikelola dengan cara dan penyebar penyakit pada lingkungan
dikumpulkan kemudian dibakar di pekarangan sekitarnya. Berikut merupakan hasil penelitian
rumah. Frekuensi pembakaran 2 kali sehari yang dilakukan di Desa Payaman meliputi
pada pagi hari setelah memasak dan pada tersedianya akses jamban sehat dalam rumah
malam hari. Tentu saja hal tersebut tangga.
menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap Dalam Profil Kesehatan Kabupaten
lingkungannya apalagi bagi kesehatan Bojonegoro Tahun 2014 di Kecamatan Ngraho
masyarakatnya. Pencemaran udara yang memiliki 87,4% penduduk dengan akses
diakibatkan dari pembakaran sampah akan jamban sehat, artinya masih ada 12,6%
memicu timbulnya penyakit, antara lain adalah penduduk yang belum memiliki akses jamban
penyakit ISPA dan pneumonia. Menurut sehat. Jika dilihat dari jumlahnya sudah lebih
Sundari, dkk (2014), Perilaku kesehatan banyak masyarakat yang sadar akan
lingkungan yang tidak sehat yang dilakukan ibu pentingnya memiliki jamban sehat, namun
balita dan memiliki risiko terjadinya pneumonia, masih ada pula warga yang belum memiliki dan
meliputi perilaku tidak membuka jendela kamar belum sadar akan pentingnya Buang Air Besar
tidur setiap hari; perilaku merokok dalam rumah (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di jamban.
serta perilaku membakar sampah di sekitar
rumah. Tabel 5.
Sampah yang terdiri dari bahan padat Ketersediaan Jamban Sehat Keluarga Di Desa Payaman
seperti sisa makanan yang telah dimasak Tahun 2016.
ataupun belum, bekas pembungkus detergen, Tersedianya Jamban n %
baik kertas, plastik, ataupun pakaian, perabotan Sehat Keluarga
rumah tangga lain, dan daun-daunan sangat Tersedia 223 89,9
memungkinkan untuk diolah sendiri. Tidak tersedia 25 10,1
Pengelolaan sampah domestik rumah tangga di Total 248 100,0
Desa Payaman yang berjenis sampah organik
dikelola dengan cara dibakar. Namun untuk Berdasarkan Tabel 5, mengenai
jenis sampah anorganik atau sampah yang tersedianya sarana jamban sehat keluarga di
tidak dapat membusuk, biasanya ditukarkan ke Desa Payaman, sebanyak 89,9% KK sudah
pengepul sampah atau yang dikenal dengan memiliki dan menggunakan jamban sebagai
nama loak. Barang yang paling banyak diterima sanitasi dasarnya. Menurut hasil observasi jenis
untuk diloakkan meliputi besi, plastik, gelas jamban terbanyak yang dimiliki oleh warga yang
aqua, dan bungkus deterjen. Di Desa Payaman ada di Desa Payaman adalah jamban
terdapat beberapa pengepul sampah yang angsatrine atau yang lebih dikenal jamban jenis
dapat ditukarkan. Harga 1 kilo sampah leher angsa. Terdapat 87,1% KK yang
anorganik tidak sampai 5000 rupiah. menggunakan jamban berjenis leher angsa.
Pada bawah tempat jongkok jamban ada suatu
Sarana Jamban Sehat
alat yang berbentuk seperti leher angsa atau
Jamban merupakan salah satu sarana dapat disebut bowl. Bowl berfungsi untuk
sanitasi dasar yang harus dipenuhi dalam mencegah bau yang dapat timbul dari dalam
tatanan rumah tangga, sehingga merupakan jamban. Bau kotoran yang berada di tempat
salah satu indikator utama kesehatan personal penampungan dapat terhalang oleh air yang
pada keluarga. Berdasarkan Keputusan Menteri terdapat di dalam jamban yang melengkung,
Kesehatan No.3 Tahun 2014 tentang Sanitasi sehingga mencegah vektor yang akan masuk
Total Berbasis Masyarakat (STBM), jamban ke dalam tempat penampungan kotoran. Selain
sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja syarat saniter, kategori jamban sehat yaitu
yang efektif untuk memutuskan mata rantai apabila letak lubang penampungan kotoran
penularan penyakit. Salah satu pilar yang ada paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur.
dalam STBM yaitu Stop Buang air besar Menurut hasil penelitian sejumlah 68,1% KK
Sembarangan (SBS). SBS menekankan pada jarak dari septictank ke sumber air terdekat di
perilaku individu dalam suatu komunitas agar rumahnya yaitu 10-15 meter.
tidak buang air besar sembarangan. Dengan Namun dari sekian banyak kepala
adanya SBS diperhatikan pula kepemilikan keluarga yang sadar akan pentingnya jamban
jamban sehat yang saniter. sehat dalam rumahnya, masih ada 10,1% KK
Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang masih belum memiliki jamban. Menurut
yang memenuhi persyaratan kesehatan. hasil penelitian pada warga yang belum
Syaratnya adalah tidak mengakibatkan mempunyai jamban sehat, mereka sudah
penyebaran langsung dari bahan yang terbiasa untuk BAK atau BAB di kebun
berbahaya akibat pembuangan kotoran dari belakang rumah, tempat yang digunakan hanya

88
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90 Vol. 11 No. 2 April 2019 (83 - 90)

berupa tanah yang digali dengan kedalaman Diakses dari


tertentu dan ditutupi oleh keramik atau kayu https://bojonegorokab.bps.go.id/linkTabelSt
setelah BAK atau BAB. Buang air besar tidak atis/view/id/120
pada tempatnya dapat mengakibatkan Departemen Kesehatan RI. 1990. Peraturan
terjadinya pencemaran udara dan pencemaran Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990
lingkungan lainnya, utamanya pencemaran air.
Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Menurut Triyono (2014) penyakit yang dapat
ditimbulkan akibat dari BAB tidak pada Kualitas Air. Jakarta: Kementerian Kesehatan
tempatnya yaitu berupa penyakit diare, penyakit RI.
kecacingan, penyakit kulit, juga penyakit Departemen Kesehatan RI. 1996. Petunjuk
pencernaan lainnya. Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian
Dampak Sampah (Aspek Kesehatan
SIMPULAN DAN SARAN Lingkungan). Jakarta: Pusat Kesehatan
Lingkungan Depkes RI.
Dusun Merbong dan Ketawang Desa Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman Peran
Payaman terdapat 99,6% KK sudah memiliki Kesehatan Masyarakat Nasional. Jakarta:
penyediaan air bersih, sehingga tidak ada Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI.
masalah yang ditimbulkan oleh air bersih
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2014. Profil
karena air bersih sudah sangat mudah
didapatkan. Pada aspek sspembuangan Kesehatan Provinsi Jawa Timur: Surabaya:
limbah cair masih ada 79,0% KK yang belum Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
memiliki SPAL yang sesuai standar. Sejumlah Falasifa, M. 2015. Hubungan Antara Sanitasi Total
67,7% KK yang belum menyediakan sarana Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah
pembuangan sampah di dalam maupun di luar Kerja Puskesmas Kepil 2 Kecamatan Kepil
rumah dan 94,4 % KK melakukan metode Kabupaten Wonosobo Tahun 2015. Skripsi.
pembakaran sampah secara bebas, yaitu Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan,
dengan melakukan metode burning on Universitas Negeri Semarang.
premises. Irdianty, E. 2011. Studi Deskriptif Sanitasi Dasar
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan di Tempat Pelelangan Ikan Lempasing Teluk
bahwa penyediaan sarana pembuangan limbah
Bentung Bandar Lampung Tahun 2011. Skripsi.
cair dan pengelolaan sampah belum terlaksana
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat,
dengan baik, hal tersebut berisiko besar
terhadap adanya 10 macam penyakit tertinggi Universitas Indonesia.
yang ada di Desa Payaman. Demikian juga Kementerian Kesehatan RI . 2010. Keputusan
dengan ketersediaan jamban, pada tahun 2016 Menteri Kesehatan Nomor 1529 tahun 2010
masih ada 10,1% KK yang belum memiliki tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa
jamban di rumahnya, meskipun jumlahnya lebih dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta:
sedikit dibandingkan yang sudah memiliki Kementerian Kesehatan RI.
jamban sehat namun hal tersebut perlu Kementerian Kesehatan RI. 2014. Keputusan
diperhatikan. Apabila tidak segera Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014
disosialisasikan mengenai jamban sehat maka tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
dapat memicu terjadinya penyakit yang dapat
(STBM). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
ditularkan melalui air dan pencemaran
Kabupaten Bojonegoro. 2014. Profil Daerah
lingkungan.
Pemerintah Desa Payaman sebaiknya Kabupaten Bojonegoro. Diakses dari
melakukan pendekatan dan memberikan http://www.bojonegorokab.go.id/demografi.
motivasi kepada KK yang belum memiliki Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah
jamban sehat dan juga melakukan koordinasi RI Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
dengan Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Lingkungan. Jakarta: Perpres RI.
terkait untuk penyediaan SPAL di desa. Ramon, A., & Afriyanto. 2015. Karakteristik
Diadakan juga sosialisasi mengenai Penanganan Sampah Rumah Tangga Di Kota
pengelolaan sampah dan penggunaan jamban Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat
sehat dalam setiap kegiatan yang ada di Desa, Andalas. Volume 10 /Nomor 1/ Oktober 2015-
dibantu oleh ibu PKK dan kader yang ada di
Maret 2016. Padang: Fakultas Kesehatan
desa.
Masyarakat Universitas Andalas.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
2013. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Kesehatan Dasar. Diakses dari
dan Kepadatan Kabupaten Bojonegoro.

89
Jurnal Kesehatan Lingkungan/ 10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90 Vol. 11 No. 2 April 2019 (83 - 90)

http://www.depkes.go.id/resources/download Triyono, A. 2014. Faktor-Faktor Yang


/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf Berhubungan Dengan Perilaku Buang Air
Rizkiyanto, M. 2105. Pengaruh Ketersediaan Besar Masyarakat Nelayan Di Kampung
Sarana Sanitasi Dasar Dan Status Rawan Garapan Desa Tanjung Pasir Kabupaten
Banjir Terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus Tangerang Propinsi Banten. Forum Ilmiah.
di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Volume 11 Nomor 3, September 2014.
Semarang Tahun 2014). Skripsi. Semarang: Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Wahid, I. dan Nurul, C. 2009. Ilmu Kesehatan
Negeri Semarang. Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Sundari, S., Pratiwi. dan Khairudin. 2014. Perilaku Salemba Medika.
Tidak Sehat Ibu yang Menjadi Faktor Resiko Wahyuni, N. I. 2013. Faktor Risiko Sanitasi
Terjadinya ISPA Pneumonia pada Balita. Lingkungan Rumah terhadap Kejadian
Jurnal Pendidikan Sains. Vol.2, No.3, Penyakit Demam Berdarah dengue (DBD) Di
September 2014, Hal 141-147. Malang: Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan
Politeknik Kesehatan-Kementerian Kesehatan Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2013.
Malang. Skripsi. Gorontalo: Fakultas Ilmu Kesehatan
dan Keolahragaan, Universitas Gorontalo.

90

Anda mungkin juga menyukai