Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi 4, Volume 1, Tahun 2013


PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN
KADALUARSA ( Studi Kasus BPOM )

ERHIAN / D 101 09 364

ABSTRAK
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia
menjelaskan bahwa hak konsumen di antaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan jasa. perlindungan terhadap konsumen harus
menjadi perhatian yang serius oleh pemerintah khususnya pada produk pangan yang beredar di
lingkungan masayarakat, sehingga para konsumen dan masyarakat pada umumnya tidak
menjadi korban dari pihak produsen yang tidak bertanggungjawab.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan undang-undang perlindungan
konsumen terhadap produk makanan dan minuman kadarluasa dan bagaimana peran BPOM
terhadap produk makanan dan minuman yang beredar di masyarakat. Untuk mendukung
penelitian ini maka digunakan tehnik pengumpulan data berupa wawancara dan studi
kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan undang-undang perlindungan konsumen belum
terlaksana secara optimal dimana pengusaha sebagai penyedia barang dan jasa kurang
memperhatikan kewajibannya dan hak-hak konsumen begitu juga masyarakat tidak terlalu
memperdulikan haknya sebagai konsumen. Peran BPOM kota palu terhadap konsumen dan
pembinaan kepada pelaku usaha merupakan bentuk perlindungan hukum kepada masyarakat
kota palu melalui proses sosialisasi, pembinaan, pemeriksaan, dan pengawasan terhadap
peredaran produk pangan yang beredar di pusat atau sarana perbelanjaan konsumen.

Kata Kunci : Perlindungan, makanan dan minuman yang kadaluarsa

I. PENDAHULUAN pararel dengan gerakan pertengahan abad ke-


A. Latar Belakang 20. Di Indonesia, gerakan perlindungan
Hukum perlindungan konsumen konsumen menggema dari gerakan serupa si
dewasa ini mendapat cukup perhatian karena Amerika Serikat. YLKI yang secara popular
menyangkut aturan-aturan guna dipandang sebagai perintis advokasi
mensejahterakan masyarakat, bukan saja konsumen Indonesia ini termasuk cukup
masyarakat selaku konsumen saja yang responsive terhadap keadaan, bahkan
mendapat perlindungan, namun pelaku usaha mendahului Resolusi Dewan Ekonomi dan
juga mempunyai hak yang sama untuk Sosial PBB (ECOSOC) No. 2111 Tahun 1978
mendapat perlindungan, masing-masing ada tentang Perlindungan Konsumen.1
hak dan kewajiban.Pemerintah berperan Konsumen adalah setiap orang atau
mengatur, mengawasi, dan mengontrol, keluarga yang mendapatkan barang untuk
sehingga tercipta sistem yang kondusif saling dipakai dan tidak untuk
berkaitan satu dengan yang lain dengan diperdagankan.Pengertian konsumen di
demikian tujuan mensejahterakan masyarakat Amerika Serikat dan MEE, kata ‘ konsumen’’
secara luas dapat tercapai. yang berasal dari consumer sebenarnya berarti
Perhatian terhadap perlindungan konsumen, ‘’ pemakai’’. Namun di Amerika Serikat kata
terutama di Amerika Serikat (1960-1970-an) ini berarti diartikan lebih luas lagi sebagai ‘
mengalami perkembangan yang sangat Korban pemakai produk yang cacat’’ baik
signifikan dan menjadi objek kajian bidang korbantersebut pembeli, bukan pembeli tapi
ekonomi, sosial, politik, dan hukum. Fokus
gerakan perlindungan konsumen
1
(konsumerisme) dewasa ini sebenarnya masih Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen,
Jakarta: Grasindo, 2000, Hlm. 29.

1
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 1, Tahun 2013
pemakai, bahkan juga korban yangpemakai, ditumbuhi jamur dan bakteri yang akhirnya
karena perlindungan hukum dapat dinikmati bisa menyebabkan keracunan.
pula bahkan oleh korban yang bukan Dasar Hukum Perlindungan konsumen Pada
pemakai.2 hakekatnya, terdapat dua instrumen hukum
Istilah Konsumen berasal dari alih penting yang menjadi landasan kebijakan
bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika), perlindungan konsumen di Indonesia, yakni:5
atau Consumer/ Konsumen Pertama, Undang-Undang Dasar 1945,
(Belanda).Pengertian dari consumer atau sebagai sumber dari segala sumber hukum di
consument itu tergantung dalam posisi mana Indonesia, mengamanatkan bahwa
dia berada. Secara harafia arti kata consumer pembangunan nasional bertujuan untuk
adalah (lawan dari produsen) setiap orang mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
yang menggunakan barang. Tujuan Tujuan pembangunan nasional diwujudkan
penggunaan barang atau jasa nanti melalui sistem pembangunan ekonomi yang
menentukan termasuk konsumen kelompok demokratis sehingga mampu menumbuhkan
mana pengguna tersebut. Begitu pula kamus dan mengembangkan dunia yang
bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata memproduksi barang dan jasa yang layak
Consumer sebagai pemakai atau konsumen.3 dikonsumsi oleh masyarakat.
Aktifitas ekonomi dirasakan hidup, apabila Kedua, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tercipta suasana yang mendukung kelancaran tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).
produksi barang dan jasa dari produsen ke Lahirnya Undang-undang ini memberikan
konsumen. Globalisasi ditandai dengan harapan bagi masyarakat In.donesia, untuk
perdagangan bebas, namun belum banyak memperoleh perlindungan atas kerugian yang
memberikan perbaikan ekonomi di indonesia.4 diderita atas transaksi suatu barang dan jasa.
Terjadi kecurangan hampir disetiap lini UUPK menjamin adanya kepastian hukum
bidang kehidupan terutama dalam bidang bagi konsumen. Aspek aspek hukum terhadap
perekonomian. Terlebih lagi, kecurangan perlindungan konsumen di dalam era pasar
merebak mulai pasar tradisional hingga bebas, pada dasarnya dapat dikaji dari dua
ketingkat supermarket. Ironisnya, para pejabat pendekatan, yakni dari sisi pasar domestic dan
yang berwenang tidak efektif dalam dari sisi pasar global. Keduanya harus diawali
melakukan pemeriksaan terhadap para pelaku sejak ada barang dan jasa barang produksi,
usaha yang tidak sehat. Walaupun kebanyakan didistribusikan/ dipasarkan dan diedarkan
alasan yang digunakan adalah faktor bahan sampai barang dan jasa tersebut dikonsumsi
yang mahal atau karena sepinya pembeli, oleh konsumen.
sekalipun begitu hal tersebut tetap tidak Bertolak dari pemikiran diatas, pada dasarnya
dibenarkan karena hal tersebut tetap Negara dapat diketahui bahwa aspek hukum
merugikan konsumen ditinjau dari sudut publik dan hukum perdata mempunyai peran
pandang manapun. contohnya adalah makanan dan kesempatan yang sama untuk melindungi
kadaluarsa yang kini banyak beredar berupa kepentingan konsumen.6 Aspek hukum public
parcel dan produk-produk kadaluarsa pada berperan dan dapat dimanfaatkan oleh Negara,
dasarnya sangatberbahaya karena berpotensi pemerintahan instansi yang mempunyai peran
dan kemenangan untuk melindungi konsumen.
B. Rumusan Masalah
Nurmatjido, makalah” Kesiapan Perangakat
2

Peraturan Perundang- undangan tentang Perlindungan


Konsumen dalam menghadapi Perdagangan Bebas’’
dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung
; Mandar Maju, Bandung, 2000), hlm 12 5
Blog at
3
M Sofyan Lubis, Mengenal hak Konsumen dan WordPress.com.maryantongara.makalah perlindungan
pasien. Yogyakarta, Pustaka Yustisia. 2009. hlm 7 konsumen.16 april 2013.diakses pada tgl 8 desember
4
Jhon couins. Perlindungan konsumen Ghalia 2014
6
indonesia Anggota ikapi/ade maman Suherman Celina Tri siwi kristiyanti, hukum perlindungan
SH.M.sc . 2009.hlm 1057 konsumen, Jakarta, sinar grafika. Hlm 25

2
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 1, Tahun 2013
1. Bagaimana penerapan undang-undang secara rinci hak-hak masyarakat selaku
perlindungan konsumen terhadap produk konsumen dan apa saja yang harus dipatuhi
makanan dan minuman kadarluasa pelaku usaha atau produsen. Untuk
2. Bagaimana peran BPOM terhadap memberikan pemahaman kepada masyarakat
produk makanan dan minuman yang beredar umum dan pelaku usaha mengenai UUPK itu,
di masyarakat dalam beberapa tahun terakhir gencar
dilakukan kegiatan sosialisasi dan seminar.
II. PEMBAHASAN Melalui kegiatan itu diharapkan pengusaha
A. Penerapan Undang-Undang sebagai penyedia barang dan jasa lebih
Perlindungan Konsumen Produk Makanan memperhatikan hak-hak konsumen dan
dan Minuman bagi Konsumen masyarakat sebagai konsumen tidak
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 membiarkan tindakan pengusaha yang tidak
Tentang Perlindungan Konsumen Republik menjunjung tinggi aturan yang telah
Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen ditetapkan pemerintah. Masyarakat selaku
di antaranya adalah hak atas kenyamanan, konsumen juga diharapkan bisa terhindar
keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi makanan yang tidak
mengkonsumsi barang dan jasa. Kemudian memenuhi standar kesehatan, serta
hak untuk memilih barang dan jasa serta menggunakan produk barang dan jasa yang
mendapatkannya sesuai dengan nilai tukar dan tidak memenuhi standar nasional Indonesia
kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Hak (SNI) atau illegal.
untuk diperlakukan atau dilayani secara benar Selain melindungi masyarakat,
dan jujur serta tidak diskriminatif, hak untuk sosialisasi yang kerap digencarkan juga
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan bertujuan untuk mengingatkan pedagang dan
penggantian apabila barang dan jasa yang pelaku usaha dalam menjual atau
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau menghasilkan produk barang dan jasa agar
tidak sebagaimana mestinya. memperhatikan kualitas, keamanan konsumen,
Selain itu sesuai dengan Pasal 4 dan sesuai ketentuan hukum. Masyarakat yang
Undang-Undang Perlindungan Konsumen menjadi target pemasaran produk barang dan
(UUPK) tersebut konsumen berhak jasa harus dilindungi dengan dibekali
mendapatkan advokasi, perlindungan dan pemahaman yang cukup mengenai UU
upaya penyelesaian sengketa perlindungan Perlindungan Konsumen (UUPK) No.8 Tahun
konsumen secara patut, serta berhak untuk 1999. Dengan memahami UUPK diharapkan
mendapat pembinaan dan pendidikan masyarakat cerdas berbelanja khususnya untuk
konsumen. Sedangkan sesuai dengan Pasal 5 produk konsumsi yang bisa memberikan efek
UUPK, konsumen wajib membaca atau gangguan kesehatan. Jika merasa diperlakukan
mengikuti petunjuk informasi dan prosedur kurang baik oleh produsen atau penyedia
pemakaian atau pemanfaatan barang dan jasa, barang dan jasa, masyarakat harus bereaksi
demi keamanan dan keselamatan, beritikad melakukan upaya hukum sesuai dengan
baik dalam melakukan transaksi pembelian UUPK tersebut.7
barang dan jasa, membayar sesuai dengan nilai Masyarakat selaku konsumen jangan
tukar yang disepakati, serta mengikuti upaya takut melapor jika merasa dirugikan oleh
penyelesaian hukum sengketa perlindungan pihak perusahaan penyedia barang, jasa, dan
konsumen secara patut. makanan. Hingga kini, masyarakat terkesan
UUPK No.8 Tahun 1999 hingga kini tidak mau repot berurusan dengan hukum atau
masih belum diterapkan sebagaimana menggugat perusahaan penyedia barang dan
mestinya. Pengusaha sebagai penyedia barang jasa sesuai aturan hukum yang berlaku, karena
dan jasa kurang memperhatikan kewajibannya sampai sekarang belum ada pengusaha yang
dan hak-hak konsumen begitu juga masyarakat
7
tidak terlalu memperdulikan haknya sebagai http://beritadaerah.com/2013/11/26/penerapan-
konsumen. Padahal dalam UUPK dinyatakan uu-perlindungan-konsumen-belum-optimal/ Di akses
tanggal 10 Desember 2013

3
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 1, Tahun 2013
ditindak tegas atau perusahaannya dikenakan menjadi tumpuan perekonomian rakyat.
sanksi berat, bahkan ditutup usahanya karena Mungkin tidak salah apabila prinsip kehati-
merugikan konsumennya. Akibat kurang hatian dalam setiap kita berbelanja. Dalam hal
perduli dan seriusnya masyarakat menggugat ini perlunya pembinaan oleh pemerintah
produsen yang telah melakukan pelanggaran daerah dan pengawasan berkelanjutan dari
UUPK, masih banyak perusahaan penyedia BPOM akan membantu masyarakat, sehingga
barang dan jasa yang jelas-jelas merugikan implementasi perlindungan hukum terhadap
konsumen terkesan dibiarkan saja. konsumen dan pelaku usaha benar-benar
Sebagaimana telah dijelaskan pada tercapai.
latar belakang bahwa perlindungan terhadap Berdasakan gambaran diatas memberikan
konsumen harus menjadi perhatian yang serius dasar bahwa peredaran produk makanan
oleh pemerintah khususnya pada produk bermasalah teryata berdampak luas terhadap
pangan yang beredar di lingkungan kemaslahatan kehidupan masyarakat, tanpa
masayarakat, sehingga para konsumen dan kita sadari bahwa perilaku sehari-hari sering
masyarakat pada umumnya tidak menjadi meremehkan hal-hal yang berhubungan
korban dari pihak produsen yang tidak dengan produk makanan. Kita kembali
bertanggungjawab. Pemenuhan pangan yang tersadar apabila mendengar si Fulan
aman dan bermutu merupakan hak asasi setiap meninggal akibat keracunan produk makanan
manusia. Oleh Karena itu, pemerintah wajib X. Berapa banyak sebenarnya korban akibat
memberi perhatian khusus pada kegiatan mengkonsumsi produk yang bermasalah, tentu
perdagangan nasional. Undang-undang ini memerlukan penelitian yang mendalam,
Perindungan Konsumen diharapkan dapat diakibatkan banyaknya korban yang tidak ter-
menciptakan kegiatan usaha perdagangan ekpose oleh media cetak dan media elektronik.
yang adil tidak hanya bagi kalangan pelaku Pentingnya optimalisasi peran bersama antara
usaha, melainkan secara langsung untuk Badan Pengawasan Obat dan Makanan
kepentingan konsumen, baik selaku pengguna, (BPOM) dengan berbagai lembaga terkait
pemanfaat maupun pemakai barang dan/atau untuk melakukan pengawasan terhadap
jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha. produk makanan kadaluarsa, produk
Perlindungan terhadap konsumen maka berformalin dan berkeqamasan rusak terutama
setiap produk pangan khususnya produk pada saat menjelang Ramadhan dan lebaran.
makanan dan minuman wajib memenuhi Lembaga terkait ini mempuyai peran yang
standard keamanan dan mutu pangan, strategis dalam penanggulangan makanan dan
sebagaimana diatur dalam undang-undang obat-obatan yang kadaluarsa, berformalin dan
kesehatan Pasal 111 bahwa makanan dan berkemasan rusak, misalnya dilibatkannya
minuman yang dipergunakan untuk lembaga Kepolisian dan Dinas Perindustrian
masyarakat harus didasarkan pada standard dan Perdagangan (Disperindag) yang tersebar
dan/atau persyaratan kesehatan. Hal ini Kabupaten/Kota Provinsi guna untuk
dilakukan untuk memenuhi hak konsumen melakukan penyitaan dan pencabutan izin
yakni berhak atas kenyamanan, keamanan, dan usaha apabila ketentuan keamanan mengenai
keselamatan dalam mengonsumsi barang pengan dilanggar. Operasi pasar secara
dan/atau jasa. sebagai salah satu upaya untuk meminimalisir
B. Peran BPOM Terhadap Produk penyimpangan dan tindak pidana yang
Makanan Dan Minuman Yang Beredar di dilakukan dalam perdagangan. Upaya ini tentu
Masyarakat sangat berpengaruh terhadap intensitas
Umumnya makanan yang tanpa izin peredaran produk makanan yang bermasalah.
berasal dari negara lain yang bebas masuk BPOM harus senantiasa
melalui daerah perbatasan dan pelabuhan mengembangkan pemantauan dan pengawasan
tikus. Sedangkan untuk makanan kadaluarsa terhadap makanan dan obat-obatan yang
atau tak terdaftar banyak ditemukan dalam beredar luas di masyarakat. Pencegahan sejak
produksi usaha kecil dan menengah yang dini harus dilakukan agar tidak ada korban.

4
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 1, Tahun 2013
Program-program BPOM juga harus Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
berintegrasi agar hasilnya juga maksimal. Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Sebagai lembaga yang berwenang dalam Kabupaten/Kota pada Bidang Kesehatan - sub
melakukan pengawasan obat dan makanan bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan,
BPOM diharapkan memiliki kebijakan mengamanatkan bahwa pengawasan dan
strategis dan tindakan kongkrit yang langsung registrasi makanan minuman produksi rumah
menyentuh ke masyarakat. Permasalahan tangga merupakan urusan pemerintahan yang
makanan kadaluwarsa bukan hanya menjadi wajib diselenggarakan oleh Pemerintah
isu kelas menengah ke atas, namun hampir Daerah Kabupaten/Kota. Tanggung jawab ini
menyentuh seluruh lapisan masyarakat, dan tentunya dapat dilaksanakan dengan sebaik
tak jarang, masyarakat yang menengah ke mungkin, tanpa mengorbankan salah satu
bawah lah yang sering menjadi korban. pihak (pihak konsumen dan pelaku usaha).
Kewenangan terbesar penertiban Penerapan undang-undang
makanan bermasalah ada di BPOM, perlindungan konsumen merupakan suatu
disamping lembaga lain yang juga berwenang. kewenangan dan tanggung jawab pemerintah
Untuk itu diharapkan BPOM mengambil dalam melindungidan memberikan kepastian
inisiatif untuk koordinasi dengan instansi lain, hukum kepada masyarakat sebagai konsumen.
meskipun harus diakui terkadang ada kendala Dari Kewenangan pemerintah dalam
teknis pengawasan terkait tugas pokok dan memberikan perlindungan kepada konsumen
fungsi masing-masing instansi. Begitupun tersebut maka dibentuklah lembaga-lembaga
lanjutnya, dalam situasi frekuensi transaksi yang menaungi masyarakat sebagai pengguna
kebutuhan pokok begitu melonjak dan tingkat produk makanan dan minuman, salah satu
kehati-hatian masyarakat menurun, maka lembaga yang menaungi konsumen dalam
BPOM dan instansi lain perlu memperkuat daerah kota palu sendiri yaitu lembaga BPOM,
koordinasi pengawasan. Bagaimanapun masih lembaga ini sangat berperan penting dalam
adanya dugaan makanan kadaluarsa di pasaran melaksanakan kegiatannya untuk mewujudkan
atau pusat perbelanjaan perlu perhatian serius masyarakat yang sehat dan terhindar dari
dari pemerintah. Artinya jangan sampai bahaya produk pangan yang kadarluasa, dari
masyarakat dirugikan. Untuk mengatasi hasil wawancara ibu santi salah satu staf
maraknya peredaran makanan yang pegawai pada BPOM adapun bentuk
kadaluarsa, berformalin dan berkemasan perlindungan BPOM terhadap masyarakat
rusak, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 kota Palu tersebut dimulai dari:
tentang Kesehatan dalam Pasal 111 ayat (1) 1. Sosialisasi kepada masyarakat sebagai
menyatakan bahwa makanan dan minuman konsumen dan pelaku usaha tentang
yang digunakan masyarakat harus didasarkan pentingnya mengetahui dampak dan bahaya
pada standar dan/atau persyaratan kesehatan. makanan dan minuman yang kadarluasa
Terkait hal tersebut di atas, Undang-Undang apabila beredar dalam masyarakat
tersebut menjelaskan bahwa makanan dan 2. Pemberian bimbingan kepada
minuman yang tidak memenuhi ketentuan masyarakat sebagai pelaku usaha dan
standar, persyaratan kesehatan, dan/atau konsumen serta pembinaan terhadap kegiatan
membahayakan kesehatan dilarang untuk instansi pemerintah dibidang pengawasan
diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin makanan dan minuman yang kadarluasa
edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai 3. Pemeriksaan secara langsung produk
dengan ketentuan peraturan perundang- makanan dan minuman disarana-sarana pusat
undangan. Untuk itu kita berharap semoga perbelanjaan dari tim BPOM
BPOM dapat melakukan penertiban terhadap 4. Pengawasan dari pembinaan dan
produk makanan yang ditenggarai bermasalah pemeriksaan secara langsung yang diadakan
dan berpotensi menimbulkan korban jiwa. tim BPOM disarana-sarana peredaran produk
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun pangan maka akan diadakan pengawasan
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan secara langsung pula terhadap pelaku usaha

5
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 1, Tahun 2013
yang siap mengedarkan produk pangan yang pemberdayaan konsumen melalui pembinaan
siap diedarkan tersebut. dan pendidikan konsumen. Mengenai sanksi
Jika dalam proses pelaksanaan pemeriksaan pidana dalam Undang-undang ini dapat dilihat
produk bahan pangan terdapat produk yang dalam Pasal 62 mengenai pelaku usaha
kadarluasa atau tidak layak pakai maka akan dan/atau pengurus yang melakukan tindak
diadakan penarikan barang tersebut dan pelaku pidana, dengan pidana denda paling banyak
usaha akan diperingati, jika ada pelaku usaha sebesar 500 juta rupiah dan pidana penjara
mendapatkan peringatan melebihi dari tiga paling lama 5 (lima) tahun serta sanksi
kali akan mendapatkan sanksi pidana dari UU administratif berupa ganti rugi paling banyak
kesehatan. salah satu contoh kasus peredaran 200 juta rupiah.8
produk pangan yang tidak layak pakai dan Terhadap sanksi pidana sebagaimana
diadakan penarikan produk tersebut. dimaksud dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan
Dari sejumlah swalayan- swalayan hukuman tambahan yang diatur dalam Pasal
yang ada dikota palu salah satu swalayan yang 63, berupa: perampasan barang tertentu;
ditemukan mamin yang tidak mencantumkan pengumuman keputusan hakim; pembayaran
kode kadarluasa yaitu pada swlayan BNS yang ganti rugi; perintah penghentian kegiatan
terletak di Jln sparman, pada hari sabtu (12/9). tertentu yang menyebabkan timbulnya
penemuan mamin dari tim penyidik Jajaran kerugian konsumen; kewajiban penarikan
Dinas Perindustrian, perdagangan koperasi barang dari peredaran; atau pencabutan izin
dan Usaha kecil Menengah(Perindakop dan usaha. Untuk itu perlu diterapkan sanksi
UKM) Kota Palu pada saat melakukan razia hukum pidana dan administrasi kepada mereka
rutin untuk mengecek produk Mamin yang yang sengaja mengedarkan dan menjual
menyalahi prosedur. Dalam razia ini dipimpin produk makanan bermasalah. Sekecil apapun
lansung oleh Kadis Perindakop dan UKM sanksi yang diberikan tetap penting ditegakkan
Kota Palu Aminudin Atjo, dari sejumlah agar masyarakat lebih aman dan nyaman
produk Mamin tersebut ada produk yang menjalani puasa dan lebaran. Intinya, perlu
tanggal kadarluasanya bisa dihapus, disela adanya pengawasan pangan terhadap pangan
razia Mamin di swalayan BNS Aminudin Atjo kedaluarsa, pangan ilegal, label, pangan rusak,
mengatakan razia ini merupakan kegiatan rutin dan lain-lain termasuk pengawasan
instansi yang dipimpinnya untuk mengecek penggunaan bahan berbahaya dalam pangan.
produk-produk yang beredar di masyarakat BPOM dalam hal ini dapat memberikan
agar tidak merugikan konsumen. informasi yang dibutuhkan masyarakat serta
Penyelengaraan razia dari tim penyidik tidak pengawasan yang berkelanjutan kedepannya.
menyita produk Mamin, tetapi meminta data Menyikapi kondisi saat ini maka konsumen
dan laporan dari pelaku usaha produk yang harus jeli dan hati-hati dalam berbelanja.
bermasalah. Namun dalam operasi berikutnya Misanya menyangkut keamanan pangan yang
masih ditemukan produk yang kadarluasa akan mempunyai efek samping (side effect) sangat
diadakan penyitaan. Media PALU Mercusuar. berbahaya dan merugikan masyarakat apabila
Dalam penjelasan Undang-Undang No. keamanan pangan tidak dikontrol (manajemen
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan kontrol) yang baik. Untuk itu maka Badan
Konsumen, disebutkan bahwa Faktor utama Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
yang menjadi kelemahan konsumen adalah bersama lembaga terkait harus diusahakan
tingkat kesadaran konsumen akan haknya maksimal sehingga keselamatan dan kesehatan
masih rendah. Hal ini terutama disebabkan konsumen dapat terjamin. Semoga saja BPOM
oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh dan lembaga terkait lainnya dapat berkerja
karena itu, Undang-undang Perlindungan professional demi tercapainya keamanan
Konsumen dimaksudkan menjadi landasan pangan yang layak konsumsi.
hukum yang kuat bagi pemerintah dan
lembaga perlindungan konsumen swadaya
8
masyarakat unluk melakukan upaya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen Pasal 62

6
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 1, Tahun 2013

C. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan
di atas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Bahwa UUPK No.8 Tahun 1999 hingga
kini masih belum diterapkan sebagaimana
mestinya. Pengusaha sebagai penyedia barang
dan jasa kurang memperhatikan kewajibannya
dan hak-hak konsumen begitu juga masyarakat
tidak terlalu memperdulikan haknya sebagai
konsumen. Padahal dalam UUPK dinyatakan
secara rinci hak-hak masyarakat selaku
konsumen dan apa saja yang harus dipatuhi
pelaku usaha atau produsen.
2. Kewenangan dan pertanggungjawaban
BPOM kota palu terhadap konsumen dan
pembinaan kepada pelaku usaha merupakan
bentuk perlindungan hukum kepada
masyarakat kota palu melalui proses
sosialisasi, pembinaan, pemeriksaan, dan
pengawasan terhadap peredaran produk
pangan yang beredar di pusat atau sarana
perbelanjaan konsumen. Sebagai bukti
terdapatnya kasus penarikan produk mie instan
yang tidak memiliki TDPLK di swalayan
BNS, dari tim survey lembaga BPOM saat
pemeriksaan disemua swalayan yang ada di
kota palu, kejanggalan pelaku usaha yang
mengedarkan produk makanan yang tidak
layak konsumsi tersebut mendapatkan
peringatan dari tim survei lembaga BPOM dan
kemudian akan diawasi dengan pemantauan
atau pemeriksaan berulang kali untuk
memastikan produk yang siap edar tersebut
benar-benar layak dikonsumsi oleh costumer
dan terjamin kesehatannya.

7
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 1, Tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku
Celina Tri Siwi Kristiyanti. 2009. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika.
Jhon couins. 2009. Ghalia indonesia Anggota ikapi/ade maman Suherman SH.M.sc .
M Sofyan Lubis. 2009. Mengenal hak Konsumen dan pasien. Yogyakarta, Pustaka
Yustisia.
Nurmatjido, makalah” Kesiapan Perangakat Peraturan Perundang- undangan tentang
Perlindungan Konsumen dalam menghadapi Perdagangan Bebas’’ dalam buku
Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung ; Mandar Maju, Bandung, 2000),
Shidarta. 2000.Hukum perlindungan konsumen indonesia. Jakarta: Grasindo
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Lembaran Negara
Nomor 3821
C. Internet
Blog at WordPress.com.maryantongara.makalah perlindungan konsumen.16 april
2013.diakses pada tgl 8 Desember 2013
http://beritadaerah.com/2013/11/26/penerapan-uu-perlindungan-konsumen-belum-optimal/
Di akses tanggal 10 Desember 2013

8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 1, Tahun 2013
BIODATA PENULIS

Nama : Erhian
TTL : Enu, 5 maret 1990
Alamat : enu, jalan batu sandu
Email : erhian_hukum@yahoo.co.id
No. Hp : 085298708698

Anda mungkin juga menyukai