Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA SUB KONSEP


BRYOPHYTA DAN PTERIDOPHYTA DI KELAS X SMA IT
RIYADLUSSHOLIHIN SUKARATU

Reni Meriyana1), Purwati Kuswarini Suprapto2), dan Diana Herawati3)


1
Universitas Siliwangi
2
Universitas Siliwangi
3
Universitas Siliwangi

Email : info@unsil.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model discovery learning
terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik di kelas X MIA SMA IT
Riyadlussholihin Sukaratu Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Design
dengan populasi yaitu seluruh peserta didik kelas X sebanyak 2 kelas. Sampel yang
diambil dilakukan dengan teknik purposive sampling dan diperoleh siswa kelas X
MIA 1 sebagai sampel penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes berpikir kritis peserta didik pada materi plantae sub konsep
bryophyta dan pteridophyta, dengan bentuk soal berupa uraian sebanyak 25 soal.
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t-test. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa model discovery learning berpengaruh secara efektif
terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Kata Kunci: Efektivitas; Discovery Learning; Berpikir Kritis

Abstract

I. PENDAHULUAN
Dalam Peraturan Menteri metode atau model dalam setiap proses
Pendidikan Nasional No. 23 Tahun pembelajar dikelas.
2006, dijelaskan bahwa standar Berdasarkan hasil observasi
kompetensi lulusan memiliki tujuan yang telah dilakukan di SMA IT
untuk mengembangkan logika, Riyadlussholihin Sukaratu melalui
kemampuan berpikir dan analisis wawancara dan pengamatan langsung
peserta didik. Berpikir kritis penting proses pembelajaran di kelas,
ditekankan dalam pembelajaran karena pembelajaran biologi dirasa belum
kemampuan berpikir kritis sangat mencapai hasil yang memuaskan sesuai
diperlukan dalam kehidupan dengan tuntutan kurikulum 2013 yang
bermasyarakat, manusia selalu berorientasi pada kemampuan 4C
dihadapkan pada permasalahan yang (communication, colabolative, critical
memerlukan pemecahan. Sehingga thingking, creativity), yang di dalamnya
kemampuan berpikir kritis penting memuat kemampuan berpikir kritis.
untuk dikembangkan dalam berbagai Selain itu, dilihat dari rata-rata nilai
sistem pendidikan. hasil ulangan peserta didik pada materi
Kenyataan di sekolah, plantae sub konsep Bryophyta dan
pembelajaran belum banyak yang Pteridhopyta tahun ajaran 2017/2018
berorientasi ke arah pembiasaan dan masih kurang dari kriteria ketuntasan
peningkatan kecakapan kemampuan minimum (KKM) yaitu baru mencapai
berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis), 63,12. Sedangkan Nilai ketuntasan
tetapi masih menitik beratkan pada minimal (KKM) yang harus dicapai
kemampuan kognitif tingkat rendah peserta didik di SMA IT
saja. Peserta didik hanya diharapkan Riyadlussholihin Sukaratu adalah 72.
menyerap informasi secara pasif dan Dari permasalahan tersebut terbukti
kemudian mengingatnya pada saat bahwa guru harus menggiatkan kembali
mengikuti tes. Pembelajaran yang model pembelajaran yang digunakan,
seperti ini mengakibatkan peserta didik untuk mencapai hasil belajar peserta
tidak memperoleh pengalaman untuk didik yang optimal serta memenuhi
mengembangkan kemampuan berpikir tuntutan pembelajaran biologi terutama
kritisnya. Hal ini berdampak pada mutu kemampuan berpikir kritis peserta didik
lulusan pendidikan yang rendah, pada materi plantae sub konsep
terutama dalam hal kompetensi biologi Bryophyta dan Pteridhopyta.
dan penerapannya dalam kehidupan Pembelajaran discovery
sehari-hari, serta mengakibatkan tidak berdasarkan hasil penelitian yang telah
mampu bersaing dengan bangsa lain, hal dilaksanakan, rata-rata dapat
tersebut perlulah dicari titik meningkatkan kemampuan berpikir
permasalahannya dan dicari solusinya, kritis siswa seperti yang dikemukakan
apakah titik permasalah tersebut ada oleh Nikmah (2018),Dafrita (2017),
pada peserta didik atau terdapat pada Model discovery learning dapat
guru yang kurang aplikatif dan meningkatkan kemampuan berpikir
bervariasi dalam penggunaan media, kritis siswa karena siswa dilatih untuk
mencetuskan banyak pertanyaan,
menanggapi, mengumpulkan data, Pteridophyta di kelas X SMA IT
menganalisis data, dan menyimpulkan Riyadlussholihin Sukaratu.
(Pratiwi, dkk., 2014). Kemampuan Tabel 1. Statistik Post Test Kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
untuk berpikir secara rasional dan Menggunakan Model
reflektif berdasarkan apa yang diyakin, Pembelajaran Discovery
seperti yang dikemukakan ole Ballew Learning materi Plantae Sub
dalam Nurhasanah (2019) discovery Konsep Bryophyta dan
learning dapat membantu guru dalam Pteridophyta
meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa karena mendorong peserta Statistika Nilai
didik sampai pada kesimpulan Minimum 73
berdasarkan kegiatan dan pengamatan Maksimum 83
yang mereka lakukan sendiri. Rasional Rentang 10
dalam mengumpulkan, menafsirkan dan Rata-rata 77,50
mengevaluasi informasi untuk Standar Deviasi 2,807
memperoleh keputusan. Reflektif di sini Varian 7,881
berarti untuk secara aktif
mempertimbangkan semua alternatif Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
sebelum membuat keputusan (Puspita
dalam Nikmah 2018). Nilai Nilai Hasil Kesimpulan
Signifikasi Signifikasi Analisis Analisis
II. BAHAN DAN 0,000 0,05 0.000 < Nilai
METODE/METODOLOGI 0.05) signifikasi
Penelitian ini dilaksankan di Sig. (2-
SMA Riyadlussholihin Sukaratu pada tailed)<
bulan Februari 2020. Instrumen 0,05,
penelitian yang digunakan dalam Nilai Rata- Nilai Hasil Kesimpulan
penelitian ini adalah tes berpikir kritis rata KKM Analisis Analisis
peserta didik pada materi plantae sub 77.50 72 77.50>72 Mean atau
konsep bryophyta dan pteridophyta, maka H0 rata-rata
dengan bentuk soal berupa uraian ditolak nilai
sebanyak 25 soal. Metode Penelitian dan Ha PostTest >
yang digunakan dalam penelitian ini diterima dari nilai
adalah Pre-Experimental Design. KKM 72
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari
Berdasarkan hasil pengujian
penelitian ini meliputi data posttest dari
hipotesis diperoleh t hitung = 72.876 >
kemampuan berpikir kritis peserta didik
tabel = 2.0796, sehingga penggunaan
dengan menggunakan model
model pembelajaran discovery learning
pembelajaran discovery learning materi
berpengaruh terhadap kemampuan
Plantae Sub Konsep Bryophyta dan
berpikir kritis peserta didik pada materi model discovery learning berpengaruh
Plantae Sub Konsep Bryophyta dan signifikan kemampuan berpikir kritis
Pteridophyta sedangkan mean atau rata- Hal ini dikarenakan pendidik
rata nilai pada PostTest (nilai rata-rata meletakan kognitif berpikir kritis pada
PostTest 77,50) > dari nilai KKM mata sintaks discovery learning yang pertama
pelajaran biologi di SMA IT yaitu simulasi. Kemudian dari data yang
Riyadlussholihin Sukaratu Tasikmalaya diberikan oleh guru, peserta didik
(nilai KKM 72), sehingga penggunaan dengan kelompoknya menyusun,
model pembelajaran discovery learning memperoses dan menganalisis data
efektif terhadap peningkatan tersebut , dalam hal ini bimbingan guru
kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat diberikan sejauh yang di
pada materi Plantae Sub Konsep perlakukan oleh peserta didik, setelah
Bryophyta dan Pteridophyta. ini peserta didik menyusun hipotesis
Pembelajaran yang dan hasil analisis yang dilakukannya,
menggunakan model discovery learning apabila sudah diperoleh kepastian
mampu mengakomodasikan rasa ingin tentang kebenaran hipotesis tersebut
maka peserta didik menemukan apa
tahu peserta didik untuk mencari tahu
yang dicari sampai mengambil pada
konsep yang peserta didik dirangsang kesimpulan, Kekuranagan model
untuk mampu berpikir tentang apa yang pembelajaran ini adalah menyita waktu
akan mereka cari tahu dan temukan. banyak, tidak semua peserta didik
Pembelajaran lebih pada aktivitas mampu melakuakn penemuan, dan tidak
mandiri peserta didik. Pesera didik di berlaku untuk semua topik atau tidak
dorong untuk berpikir kritis, semua topik cocok disampaikan dengan
model ini.
menganalisis sendiri sehingga dapat
Model discovery learning
menemukan konsep berdasarkan data mampu menekankan pada pengalaman
yang telah disediakan guru. belajar secara langsung sehingga peserta
Proses penerapan model didik dapat menemukan pengetahuan
discovey learning ini peserta didik atau konsep-konsep berdasarkan data
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, yang telah disediakan guru. Hal ini
peserta didik berparsitisipasi aktif dalam sesuai dengan penelitian yang telah
pembelajaran, peserta didik didorong dilakukan oleh Nurfauzia dan Rafiqoh
untuk kritis, menganalisis sendiri, (2016: 22) pembelajaran kelas X
sehingga dapat menemukan konsep dilakukan sebanyak 2 kali petemuan
berdasarkan bahan atau data yang telah dengan menggunakan model discovery
disediakan guru. Pembelajaran ini learning. Tahapan pembelajaran pada
diawali dengan kegiatan merumuskan kelas X adalah tahap pertama
masalah yang akan diberikan kepada merumuskan peserta didik pada
peserta didik dengan data secukupnya masalah. Pada tahap ini, Guru
sebagai pemberi rangsangan (stimulasi). memberikan soal yang berbasis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan masalah, setelah peserta didik
oleh Nurrohmi dkk (2017:1312) bahwa mencermati (mengamati masalah), guru
mengajukan pertanyaan pengarah untuk untuk memberi penjelasan tambahan
mendorong peserta didik memprediksi yang baik. Guru melibatkan peserta
atau menduga jawaban dari masalah didik yang lain. Guru mengarahkan
tersebut. semua jawaban peserta didik pada
Tahap kedua mengorganisaikan kesimpulan mengenai pemasalahan
peserta didik untuk menganalisis data, tersebut.
Pada tahap ini, guru mengorganisasikan Proses penetapan model
peserta didik dalam beranggota 5 atau 6 discovey learning ini peserta didik
orang secara heterogen. Guru berpatisipasi aktif dalam pembelajaran,
memberikan masalah yang terdapat pesrta didik dilatih untuk berpikir untuk
pada LKPD dan langkah langkah memecahkan permasalahan. Peserta
pemecahan seta meminta peserta didik didik didorong untuk berpikir kritis,
berkolaborasi untuk menyelesaikan menganalisis sendiri, sehingga dapat
masalah pada masing masing kelompok. menemukan konsep berdasarkan bahan
Tahap ketiga mengumpukan atau data yang telah disediakan guru.
data, pada tahap ini memberikan Pembelajaran ini diawali dengan
bimbingan kepada peserta didik yang kegiatan merumuskan masalah yang
melakukan penyelidikan terhadap soal akan diberikan kepada peserta didik
soal yang da di LKPD .Guru dengan data secukupnyta sebagai
membimbing peserta didik baik pemberian rangsangann/stimulasi.
individual maupun kelompok guru
membantu peserta didik dalam
menyelesaikan masalah tersebut dengan
bantuan media pembelajaranm yaitu
melalui peta konsep dan mengajukan
contoh konsep. Kemudian guru
menjelaskan cara pembuatan peta
konsep.Bimbingan tersebut berupa
mengumpulkan informasi yang terkait
dengan masalah yang dihadapi. Guru
mengamati dam memberi bantuan pada
kelompok tanpa mencampuri Gambar 1. Diagram rata rata skor
penyelidikan peserta didik dengan cara pretes dan postes kemampuan berpikir
mengarahkan penyelesaian masalah. kritis peserta didik dengan model
Tahap keempat menyusun discovery learning
hipotesis. Padatahapan ini, guru
Rata-rata baik (mendekati skor
meminta peserta didik menyiapkan
maksimal), sehingga dapat disimpulkan
laporan hasil diskusi kelompok secara
bahwa proses pembelajaran dengan
rinci, rapi, dan sistematis. Tahap kelima
model discovery learning pada kelas X
menganalisis fan mengevaluasi proses
mampu membantu peserta didik dalam
pemecahan masalah. Pada tahap ini,
meningkatkan kemampuan berpikir
Guru memberi kesempatan kepada
kritis secara efektif. Sejalan dengan
peserta didik dari kelompok penyaji
pendapat nurrohmi dkk (2017:1312) model discovery learning pada materi
bahwa model discovery learning Plantae Sub konsep Bryophyta dan
berpengaruh signifikan terhadap Pteridophyta efektif di gunakan di kelas
kemampuan berpikir. Hal tersebut X MIA 1 SMA IT Riyadlussholihin
dikarenakan pendidik melakukan Sukaratu Tasikmalaya.
pijakan kognitif berpikir kritis pada
sintaks discovery learning yang pertama IV. SIMPULAN DAN SARAN
yaitu stimulasi. Berdasarkan hasil analisis data
Berdasarkan perolehan nilai dan pengujian hipotesis maka diperoleh
kemampuan berpikir kritis dan hasil t- kesimpulan bahwa pembelajaran
test yang terdiri dari 20 soal uraian yang menggunakan model pembelajaran
terbagi ke dalam lima aspek indikator discovery learning efektif dalam
kemampuan berpikir kritis yaitu soal meningkatkan kemampuan berpikir
terdiri dari aspek memberikan kritis peserta didik pada materi Plantae
penjelasan sederhana (elementary Sub Konsep Bryophyta dan
clarification), soal terdiri dari aspek Pteridophyta di kelas X MIA 1 SMA IT
membangun kemampuan dasar (basic Riyadlussholihin Sukaratu Tasikmalaya
support) , soal terdiri dari aspek pada tahun ajaran 2020/2021.
membuat inferensi (inferring), soal Berdasarkan hasil penelitian
terdiri dari aspek membuat penjelasan yang telah dilakukan maka penulis
lebih lanjut (advanced clarification) dan menyarankan;
soal tediri dari aspek strategi dan taktik 1. Diperlukan persiapan yang matang
(stategies and tactics), dapat dilihat dalam melaksanakan pembelajaran
menujukan adanya peningkatan khusunya pembelajaran dengan
kemampuan berpikir kritis sebelum dan menggunakan model pembelajaran
sesudah proses pembelajaran dengan discovery learning sehingga dalam
menggunakan model pembelajaran guru pelaksanaannya guru dan
discovery learning. Dengan demikian peserta didik dapat memaksimalkan
dapat disimpulkan bahwa model langkah langkah pembelajaran untuk
pembelajaran discovery learning efektif mencapai tujuan pembelajaran
dalam meningkatkan kemampuan sesuai dengan yang diharapkan.
berpikir kritis peserta didik. 2. Kepada guru khususnya guru biologi
Berdasarkan hasil pembahasan disankan menggunakan model
tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran discovery learning
pembelajaran discovery learning sudah sebagai salah satu alternatif dalam
tepat digunakan dalam pembelajaran menyampaikan materi pembelajaran
pada materi di kelas X SMA. Hal ini biologi terutama untuk
dibuktikan dengan proses pembelajaran mengembangkan kemampuan
yang menggunakan model pembelajaran berpikir kritis mata pelajaran biologi
discovery learning memiliki nilai rata- peserta didik.
rata kemampuan berpikir keritis yang
melebihi nilai KKM yang berarti bahwa DAFTAR PUSTAKA
proses pembelajaran mnggunakan
Dafrita, I. E. (2017). Pengaruh Masrida, dkk (2017) Pengaruh Model
Discovery Learning Terhadap Pembelajaran Discovery
Kemampuan Berpikir Kritis dan Terhadap Kemampuan Berpikir
Analitis dalam Menemukan Kritis dan Hasil Belajar IPA
Konsep Keanekaragaman Kelas VIII MTSN Libureng
Tumbuhan. Jurnal Pendidikan Kabupaten Bone Jurnal
Informatikadan Sains,6(1):32- Universitas Negeri Makasar
46. Volume 7 Nomor 2 2017

Desi (2019). Analsisis Kemampuan Nikmah (2018) Efektivitas Discovery


Berpikir Kritis Peserta didik Learning untuk Meningkatkan
dalam Pembelajaran Biologi Kemampuan Berpikir Kritis dan
Jurnal STKIP Modern Penguasaan Konsep Asam Basa
NgawiVolume 6 No. 1, Mei 2019 Arrhenius Jurnal FKIP Universitas
Lampung, Mey 15th, 2018
Facione, P.A. (2013). Critical Thinking: Accepted: Mey 24 th, 2018 Online
75
What It Is and Why It Counts. Published: Mey 26 th, 2018
Millbrae CA: Measured Reason Norhasanah (2018). Kemampuan
and The California Academic Berpikir Kritis Peserta didik
Presss. SMA. Jurnal Pendidikan, Vol. 4,
No. 5, Bln Mei, Thn 2019, Hal
Fraenkel, J. R., N. E. Wallen., dan H. H. 593—599
Hyun. (2017) How to Design
and Evaluate Research in Nur, Mohamad., Nasution.dan Suryanti,
Education (Eigth Edition). New (2013). Berpikir Kritis. Surabaya:
York: McGrow-Hill. Universitas Negeri Surabaya
Penelitian Unggulan Perguruan
Indah Pratiwi, Efek Program PISA Tinggi
Terhadap Kurikulum di
Indonesia Jurnal Pendidikan dan OECD. (2016). Country Note:
Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 1, Indonesia. Program for
Juni 2019 international student assessment
(PISA)
Mukaromah (2018) Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis pada OECD. (2018a). PISA Result in Focus.
Model Discovery Learning https://www.oecd.org/pisa/pisa-
Berdasarkan Pembelajaran 2015-results-infocus
Tematik UPI Indonesian Journal
of Primary Education – Vol .2, OECD. (2018c). The future of education
No. 1 (2018) 38-47 - and skills, Education 2030.
http://ejournal.upi.edu/index.php/I https://www.oecd.org/education/2
JPE/index 030/E2030%20Position%20Paper
%20(05.04.2018).pdf
Tengah. Jurnal UNIB Volume 1
Rahmawati., Widodo, W., dan Prabowo. Nomor 1 2018
2012. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Dengan Metode Shampa Iftakhar,(2016) “Google
Pembelajaran Penemuan Classroom: What Works And
Terbimbing (Guided Discovery How?” Journal of Education and
Learning) Untuk Melatih Social Sciences, Vol. 3,
Keterampilan Berpikir Kritis dan
Penguasaan Konsep Pada Siswa Schafersman, S. D. (1991). Introduction
SMP. Jurnal Pendidikan to critical thinking.
SainsPascasarjana Universitas http://www.freeinquiry. com
Negeri Surabaya, 1(20): 68-73. /criticalthinking. html. Diakses
pada tanggal 25 September 2018
Pratiwi, F. A., Hairida, dan Rasmawan,
R. 2014. Pengaruh Penggunaan Sumianingrum, (2017) Efektivitas
Model Discovery Learning Metode Discovery Learning
dengan Pendekatan Saintifik Berbantuan E-Learning di SMA
Terhadap Keterampilan Berpikir Negeri 1 Jepara.Jurnal Ilmu
Kritis Siswa SMA. Jurnal. 1-16. Pendidikan, Keguruan, dan
Pembelajaran Volume 1 Nomor 1
Purwanto, C. E., Nughoro, S. E., dan April 2017 hal 17-24 e-ISSN:
Wiyanto. 2012. Penerapan Model 2549-9114 dan p-ISSN: 2549-
Pembelajaran Guided Discovery 9203
Pada Materi Pemantulan Cahaya
untuk Meningkatkan Berpikir Sutarno, M. (2009). Keterampilan
Kritis. Unnes Physics Education Berpikir Kritis. [Online].
Journal, 1(1): 26-32 Tersedia:
https://fisika21.wordpress.com
Puspaningtyas (2017) Efektivitas /2009/11/15/keterampilan-
Model Discovery Learning berpikir-kritis/. [29 November
Ditinjau dari Pemahaman
Konsep.Jurnal Pendidikan Tantri (2018). Analisis Kemampuan
Matematika Unila, Volume 5, Berpikir Kritis Peserta didik SMA
Nomor 9, Oktober 2017, Halaman di Kecamatan Kalidonidan Ilir
1003 ISSN: 2338-1183 Timur II. Jurnal Universitas
Muhamadiyah Palembang. Vol 7.
Rahayu Gustika, dkk(2018)Model No 2 Oktober 2018
Pembelajaran Penemuan
(Discovery Leaning Model) Untuk Tanwil, Muh. dan Liliasari. (2013).
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kompleks dan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Implementasinya dalam
Fisika di SMAN 3 Bengkulu Pembelajaran IPA. Makasar :
UNM Press.
Yohana, Sulistyaningsih (2016), Edisi
1 / 3 SKS / Modul 1-9 376
halaman: ilustrasi; 21 cm ISBN:
9796897571 Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka

Zubaidah, S., Corebima, A.D., dan |


Mistianah. 2015. Asesmen
Berpikir Kritis Terintegrasi Tes
Essay. Makalah disajikan pada
Seminar Nasional Pendidikan
Biologi, Symposium on Biology
Education (Symbion) di
Universitas Ahmad Dahlan
Jogjakarta pada tanggal 4 April
2015.

Zubaidah, dkk.2018 Keterampilan


Berpikir Kritis Siswa SMA
Negeri Kota Baru Pada Mata
Pelajaran Biologi Jurusan
Biologi-FMIPA, Universitas
Negeri Malang Prosiding
Seminar Nasional Biologi / IPA
dan Pembelajarannya tanggal 17
Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai