Anda di halaman 1dari 215

DUKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP

LANJUT USIA TERLANTAR

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
Pekerjaan Sosial (S.Tr.Sos)

PEMBIMBING :

Dr. JUMAYAR MARBUN, M.Si


Drs. CATUR HERY WIBAWA, MM

Oleh :

EKY FAHMIYATININGRUM

NRP. 16.04.239

PROGRAM STUDI PEKERJAAN SOSIAL PROGRAM SARJANA TERAPAN

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL


BANDUNG 2020
LEMBAR PERSEMBAHAN

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”


(QS. Al-Baqarah 2: 286)

“Bismillahirrahmanirraahiim. Ku persembahkan Skripsi ini


untuk kedua orangtua dan adik tercinta atas segala jasa yang
tak terhitung nilainya, terimakasih untuk doa, kasih sayang,
dan pengorbanan yang telah diberikan dari kecil hingga saat
ini.”

i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Dukungan Sosial

Masyarakat Terhadap Lanjut Usia Terlantar” adalah skripsi saya sendiri. Skripsi ini

belum dipublikasikan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi atau lembaga

lain manapun. Sumber informasi yang didapat melalui data sekunder dengan

mengutip hasil penelitian yang relevan dengan aspek – aspek yang digunakan

peneliti dari penulis lain dalam skripsi yang dipublikasikan maupun tidak, telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir

skripsi ini.

Bandung, September 2020

Eky Fahmiyatiningrum
16.04.239

ii
ABSTRACT
EKY FAHMIYATININGRUM, 16.04.239. Community Social Support for
Neglected Elderly. Supervisor: Jumayar Marbun and Catur Herry
Wibawa.

Social support in this study is assistance received by neglected elderly people from
their social environment. The assistance provided can be in the form of comfort,
attention, appreciation also helping neglected elderly in dealing with problems. This
study aims to obtain an overview of the textual analysis of: 1) sources of
information, 2) comfort provided by the community to neglected elderly, 3)
attention given to neglected elderly, 4) awards given by society to neglected elderly,
and 5) helping neglected elderly by accepting their condition. The method used in
this research is secondary data analysis. Sources of information used are the results
of other people's research, scientific journals, and books. The secondary data
analysis research process that is carried out is: 1) determining (finding) sources of
data / information, 2) collecting data that is already available, 3) normalizing data
if necessary and possible, and 4) analyzing data (tabulating, mapping data, data and
review it). The results in secondary research on community social support for
neglected elderly show that community social support for neglected elderly is
generally good in the aspect of appreciation. However, if every aspect of social
support identified, the community in providing social support to neglected elderly
still has problems, especially in several aspects that require problem solved efforts.
In this case, the aspects that still have problems are especially the aspects of
comfort, attention and helping neglected elderly by accepting their conditions. The
proposed program is "Increasing Forms of Community Social Support through
Social Organizing in Fulfilling the Needs of the Neglected Elderly"

Keywords: Social Support, Community, Abandoned Elderly

iii
ABSTRAK
EKY FAHMIYATININGRUM, 16.04.239. Dukungan Sosial Masyarakat
Terhadap Lanjut Usia Terlantar. Dosen Pembimbing: Jumayar
Marbun dan Catur Herry Wibawa.

Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah bantuan yang diterima oleh lanjut usia
terlantar dari lingkungan sosialnya. Bantuan yang diberikan dapat berupa
kenyamanan, perhatian, penghargaan dan juga menolong lanjut usia terlantar
tersebut dalam menghadapi masalah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran dari analisis tekstual tentang : 1) sumber informasi, 2) kenyamanan yang
diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar, 3) perhatian yang diberikan
masyarakat kepada lanjut usia terlantar, 4) penghargaan yang diberikan masyarakat
kepada lanjut usia terlantar, dan 5) menolong lanjut usia terlantar dengan menerima
kondisinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
sekunder. Sumber informasi yang digunakan merupakan hasil penelitian orang lain,
jurnal ilmiah, dan buku. Proses penelitian analisis data sekunder yang dilakuakan
adalah: 1) menetapkan (mencari-temukan) sumber data/informasi, 2)
mengumpulkan data yang sudah tersedia, 3) menormalisasikan data jika diperlukan
dan memungkinkan, dan 4) menganalisis data (mentabulasi, memetakan data, data
dan menelaahnya). Hasil dalam penelitian sekunder tentang dukungan sosial
masyarakat terhadap lanjut usia terlantar ini diperoleh gambaran bahwa dukungan
sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar pada umumnya baik pada aspek
penghargaan. Namun apabila diidentifikasi tiap aspek dari dukungan sosial,
masyarakat dalam memberikan dukungan sosial kepada lanjut usia terlantar masih
terdapat permasalahan terutama di beberapa aspek yang perlu adanya upaya
pemecahan masalah. Dalam hal ini, aspek yang masih memiliki masalah tersebut
terutama pada aspek kenyamanan, perhatian dan menolong lanjut usia terlantar
dengan menerima kondisiya. Program yang diusulkan yaitu “Peningkatan Bentuk –
Bentuk Dukungan Sosial Masyarakat Melalui Pengorganisasian Sosial Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia Terlantar"

Kata Kunci: Dukungan Sosial, Masyarakat, Lanjut Usia Terlantar

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas berkat,

rahmat dan keridhoan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Dukungan Sosial Masyarakat Terhadap Lanjut Usia Terlantar” dengan

baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Terapan Pekerjaan Sosial (S.Tr.Sos).

Peneliti menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak maka skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan tepat waktu,

sehingga pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghormatan sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Marjuki, M.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial

(Poltekesos) Bandung.

2. Dr. Jumayar Marbun, M.Si dan Drs. Catur Hery Wibawa, MM selaku dosen

pembimbing yang melaksanakan tanggung jawab dengan baik untuk

membimbing serta memberikan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan

skripsi dengan kecukupan waktu.

3. Dr. Aep Rusmana, S.Sos. M.Si., selaku Ketua Program Studi Pekerjaan Sosial

Program Sarjana Terapan Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos)

Bandung.

4. Drs. Benny Setia Nugraha, M.Si., selaku Dosen Wali yang dengan terbuka

memberikan waktunya untuk mendampingi dan mengarahkan peneliti selama

menempuh pendidikan di Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos)

Bandung.

v
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik peneliti selama menjadi mahasiswa

di Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung, dan

6. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

Harapannya hasil penelitin ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembacanya serta menambah wawasan dalam khasanah Pekerjaan Sosial. Masukan

dan penelitian lanjutan diharapkan oleh peneliti sebagai upaya dalam

menyempurnakan hasil penelitian ini.

Bandung, September 2020

Peneliti

vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ..................... ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN ..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1. Latar Belakang ................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................................7
1.5. Sistematika Penulisan .....................................................................................8

BAB II KAJIAN KONSEPTUAL ...................................................................... 10


2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 10
2.2 Teori yang Relevan dengan Penelitian ......................................................... 13
2.2.1. Kajian Tentang Dukungan Sosial ....................................................... 13
2.2.2. Kajian Tentang Lanjut Usia ................................................................ 20
2.2.3. Kajian Tentang Lanjut Usia Terlantar ................................................ 31
2.2.4. Kajian Tentang Masyarakat ................................................................ 33
2.2.5. Kajian Tentang Pekerja Sosial ............................................................ 35

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................55


3.1 Desain dan Rancangan Penelitian .................................................................55
3.2 Penjelasan Istilah ..........................................................................................58
3.3 Latar Penelitian .............................................................................................59
3.4 Jenis dan Sumber Data..................................................................................59
3.5 Analisis Data .................................................................................................61
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................62
3.7 Jadwal dan Langkah – Langkah Penelitian ...................................................63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................64


4.1 Gambaran Sumber Informasi ........................................................................64
4.2 Hasil Penelitian Sekunder .............................................................................78
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Sekunder ........................................................96
vii
BAB V USULAN PROGRAM ..........................................................................111
5.1 Dasar Pemikiran..........................................................................................111
5.2 Nama Program ............................................................................................113
5.3 Tujuan .........................................................................................................114
5.4 Sasaran ........................................................................................................115
5.5 Pelaksana Program......................................................................................115
5.6 Metode dan Teknik .....................................................................................120
5.7 Kegiatan yang Dilakukan ...........................................................................121
5.8 Langkah-Langkah Pelaksanaan ..................................................................123
5.9 Rencana Anggaran Biaya ...........................................................................126
5.10 Analisis Kelayakan .....................................................................................128
5.11 Indikator Keberhasilan................................................................................130

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 131


6.1 Simpulan...................................................................................................131
6.2 Saran .........................................................................................................135
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................140
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................144

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu ...........................................................................12


Tabel 3.1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................................64
Tabel 4.1 : Rekapitulasi Aspek Kenyamanan .......................................................83
Tabel 4.2 : Rekapitulasi Aspek Perhatian .............................................................87
Tabel 4.3 : Rekapitulasi Aspek Penghargaan ........................................................92
Tabel 4.4 : Rekapitulasi Aspek Menolong Dengan Menerima Kondisinya..........96
Tabel 5.1 : Jadwal Kegiatan Program ................................................................ 125
Tabel 5.2 : Rencana Anggaran Biaya Program .................................................. 127

ix
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 3.1 : Proses Penelitian Analisis Data Sekunder Wallace Fondation .........56
Bagan 5.1 : Struktur Organisasi Kepanitiaan Program ...................................... 117

x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Penelitian Chandra Aji......................................................................143
Lampiran 2 Penelitian Yusnia Pratiwi .................................................................146
Lampiran 3 Penelitian Azizah Nurul Karomah ....................................................148
Lampiran 4 Penelitian Dyah Ayu .........................................................................150
Lampiran 5 Penelitian Rizkya Angkin Pratiwi ....................................................152
Lampiran 6 Penelitian Arasti Dita Nisfani ...........................................................154
Lampiran 7 Penelitian Eka Taurista dan F.X Sri Sadewo....................................156
Lampiran 8 Penelitian Ida Ayu ............................................................................158
Lampiran 9 Penelitian Ani Marni dan Rudy Yuniawati ......................................160
Lampiran 10 Penelitian Etty Padmiati dan Kissumi Diyanayati ..........................162
Lampiran 11 Penelitian Agus Santoso dan Novia Budi Lestari ...........................164
Lampiran 12 Penelitian Siti Wafroh, dkk ............................................................166
Lampiran 13 Penelitian Miftakul Jannah dan Meirinawati ..................................168
Lampiran 14 Penelitian Camelia, dkk ..................................................................170
Lampiran 15 Penelitian Lily Herlinah, dkk .........................................................172
Lampiran 16 Penelitian Alnidi Safarach Bratanegara, dkk ..................................174
Lampiran 17 Penelitian Parida Hanum, dkk ........................................................176
Lampiran 18 Buku Lilik Ma’rifatul Azizah .........................................................178
Lampiran 17 Tabel Analisis Data Sekunder ........................................................183

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dukungan sosial merupakan salah satu bentuk bantuan yang diberikan oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam lingkungan sosialnya yang dapat memberikan

keuntungan emosional maupun berpengaruh pada tingkah laku penerima dukungan

sosial tersebut. Dukungan sosial dalam hal ini diharapkan dengan adanya dukungan

sosial yang diberikan dapat membantu lanjut usia agar dapat beraktivitas sebagaimana

mestinya.

Cobb dalam Lilik Ma’rifatul Azizah (2011) mendefinisikan “dukungan sosial

sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau menolong orang dengan

sikap menerima kondisinya, dukungan tersebut diperoleh dari individu maupun

kelompok”. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

merupakan suatu bantuan yang diberikan seseorang atau sekelompok orang kepada

individu dalam bentuk pemberian kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun

dengan menolong individu tersebut dengan menerima kondisinya.

Lanjut usia atau yang sering disebut dengan lansia merupakan salah satu tahap

akhir dari perkembangan manusia. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1980:380) dalam

buku Psikologi Perkembangan mengemukakan bahwa “Usia enam puluh dipandang

sebagai garis pemisah antara madya dan lanjut usia”. Dari pengertian tersebut

1
2

dinyatakan bahwa seseorang itu dikatakan lanjut usia apabila telah mencapai usia enam

puluh tahun keatas.

Lanjut usia menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 pasal

1 ayat (2), adalah seseorang yang mencapai usia enam puluh tahun keatas. Pada tahap

perkembangan ini, individu akan mengalami penurunan baik secara fisik maupun

secara psikis. Adanya penurunan fisik dan psikis tersebut membuat lanjut usia dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-harinya sangat bergantung pada orang-orang yang lebih

muda atau penduduk produktif (angkatan kerja). Kondisi ini mengakibatkan

pemerintah juga harus menetapkan kebijakan dalam upaya mengatasi masalah beban

ketergantungan penduduk dan juga penanganan pelayanan bagi golongan lanjut usia.

Besarnya penduduk lanjut usia menyebabkan perlunya perhatian lebih yang diberikan

kepada lanjut usia. Hal ini dilakukan agar para lanjut usia ini dapat meningkatkan

kualitas hidup dan bahagia dalam melewati hari tuanya, terutama bagi para lanjut usia

yang tinggal di daerah perkotaan dengan banyaknya penduduk pendatang maupun

tinggal terpisah dari keluarga besar yang tinggal di kampung halaman.

Lanjur usia merupakan masa dimana, individu akan mengalami beberapa

perubahan terkait dengan perubahan beberapa fungsi seperti fungsi fisik, kognitif dan

juga perubahan aspek psikososial. Penurunan fungsi ini membuat lanjut usia harus

mendapatkan prioritas utama dalam penanganannya agar dapat menjalankan fungsi

jasmani dan rohani. Lanjut usia sangat memerlukan bantuan orang lain dalam hal

pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Dalam pasal 8, Undang-Undang Nomor 13


3

Tahun 1998 menyebutkan bahwa pemerintah, masyarakat dan keluarga

bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia.

Permasalahan yang dialami oleh lanjut usia yaitu masalah hubungan dengan

keluarga, hubungan sosial yang cenderung mengisolasi dan kurang melakukan

sosialisasi, menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan penyakit lebih lama,

akses transportasi yang belum ramah lanjut usia dan juga unit pelayanan lanjut usia

yang susah untuk dijangkau oleh lanjut usia itu sendiri. Permasalahan-permasalahan

yang dihadapi para lanjut usia tersebut akan saling berkaitan, seperti kondisi fisik dan

psikis yang dapat mempengaruhi keadaan sosial ekonomi, sehingga kecenderungan

lanjut usia menjadi tergantung pada orang lain cukup besar.

Jumlah lanjut usia terlantar di Indonesia sendiri mencapai 2,1 juta jiwa dan 1,8

juta jiwa berpotensi terlantar. Meningkatnya jumlah populasi lanjut usia yang diiringi

dengan meningkatnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia itu sendiri juga

berdampak terhadap penurunan kualitas hidup lanjut usia. Seperti penurunan kapasitas

mental, perubahan peran sosial, kepikunan, bahkan depresi. Lanjut usia pada umumnya

akan mengalami penurunan kualitas hidup terutama dalam hal rasa kesepian dan

kurangnya perhatian dari anggota keluarga lain.

Permasalahan yang cukup banyak dihadapi oleh lanjut usia sendiri dapat

mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia. Yang dalam hal ini tentunya dalam

menghadapi masa tuanya lanjut usia membutuhkan dukungan dari orang-orang

disekitarnya mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh lanjut usia tersebut. Dukungan

sosial tersebut bisa berupa dukungan sosial yang diberikan oleh keluarganya,
4

pasangannya, maupun oleh masyarakat. Dukungan sosial sendiri merupakan bantuan

yang diberikan oleh orang lain terhadap individu yang berupa kasih sayang,

kepedulian, perhatian dan bantuan lainnya. Dalam hal ini, masyarakat mempunyai

peran penting untuk memberikan dukungan sosial terhadap lanjut usia terlantar dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Undang – Undang mengenai kesejahteraan lanjut usia telah diatur dalam rangka

mengingat kerentanan hidup lanjut usia. Demikianlah masyarakat diharapkan memiliki

peran dalam upaya penyelenggaraan undang – undang tersebut. Karena, masyarakat

merupakan sistem terdekat dengan lanjut usia. Peran dari masyarakat itu sendiri

tentunya sangat diharapkan oleh lanjut usia. Akan tetapi, dalam hal ini, lanjut usia

terlantar menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian masyarakat karena

ketidakberfungsian sosial yang dialaminya. Lanjut usia terlantar mengalami hambatan

dalam melakukan aktivitas kehidupan, terlebih dalam menjaga dan menjamin

kehidupannya sendiri.

Peran masyarakat tersebut telah diatur dalam pasal 22 Undang –Undang Nomor

13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang menyebutkan bahwa

masyarakat memiliki kesempatan seluas – luasnya dalam peningkatan kesejahteraan

lanjut usia. Hal ini didukung dalam pasal 24 yang menyebutkan bahwa pemerintah

memberi penghargaan terhadap peran masyarakat tersebut sesuai dengan ketentuan.

Hal ini tentu mengindikasikan secara jelas bahwa pemerintah membutuhkan

masyarakat dalam hal memastikan adanya perlindungan sosial terhadap lanjut usia.
5

Kelurahan Dunguscariang merupakan kawasan padat penduduk dengan

gambaran pemetaan wilayah yang ada di Kecamatan Andir, Kota Bandung. Kelurahan

Dunguscariang merupakan salah satu kelurahan yang terletak di sebelah barat Kota

Bandung. Kelurahan Dunguscariang terdiri dari 11 Rukun Warga (RW) dan 84 Rukun

Tetangga (RT). Jumlah lanjut usia terlantar yang ada di Kelurahan Dunguscariang

sendiri terdapat dua orang.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, 2 orang lanjut

usia terlantar yang ada di Kelurahan Dunguscariang mengalami kesulitan dalam

melakukan aktivitas. Lanjut usia terlantar yang ada di Kelurahan Dunguscariang tidak

mendapatkan perawatan dan kasih sayang dari keluarga mereka. Namun, masyarakat

juga kurang dalam hal memberikan bantuan baik dalam pemenuhan kebutuhan fisik

ataupun psikis kepada lanjut usia terlantar tersebut. Hal ini menyebabkan dukungan

sosial masyarakat Kelurahan Dunguscariang kepada lanjut usia terlantar masih kurang.

Secara ekonomi, lanjut usia terlantar di Kelurahan Dunguscariang bukan

berasal dari orang yang mempunyai pendapatan dari pekerjaan mapan yang

menghasilkan jaminan hari tua bagi mereka. Kehidupan lanjut usia terlantar di

Kelurahan dunguscariang berada digaris kemiskinan. Keberadaan lanjut usia terlantar

yang tidak segera menjadi perhatian untuk penyelesaian masalahnya, dikhawatirkan

akan berdampak lebih jauh lagi baik kepada dirinya sendiri, orang lain maupun

lingkungan sekitarnya. Pada hakikatnya seorang lanjut usia merupakan masa dimana

perlu perhatian dan dukungan yang lebih dari lingkungan karena kondisi baik fisik dan

psikis dari lanjut usia sangat rentan terhadap penyakit. Serta pemenuhan kebutuhan dari
6

lanjut usia merupakan faktor penting akan berlangsungnya kehidupan. Kebutuhan

tersebut meliputi kebutuhan biologis, kesehatan, psikologis, ekonomi dan sosial dari

lingkungan sekitar. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka dapat

menurunkan taraf hidup lanjut usia terlantar tersebut.

Mengaplikasikan nilai – nilai kebaikan, masyarakat di Kelurahan

dunguscariang diharapkan mampu memberikan dukungan sosial terhadap lanjut usia

terlantar yang ada atas dasar kemanusiaan. Lanjut usia yang dalam hal ini terlantar

sangat membutuhkan partisipasi masyarakat dalam membantu mereka dalam

memenuhi kebutuhan sehari – harinya. Masyarakat menjadi lingkungan yang

diharapkan mampu untuk memberikan perlindungan, membantu serta memperhatikan

lanjut usia terlantur yang ada.

Oleh karena itu, dukungan sosial masyarakat dapat menjadi salah satu bantuan

yang efektif terhadap lanjut usia terlantar dalam menjalani kehidupannya. Untuk

mengetahui dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar yang ada di

Kelurahan Dunguscariang, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan

melakukan penelitian perilaku masyarakat dalam rangka memberikan dukungan sosial

terhadap lanjut usia terlantar yang ada. Sesuai dengan latar belakang masalah yang ada,

maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Dukungan Sosial Masyarakat

terhadap Lanjut Usia Terlantar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun yang

menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Dukungan


7

Sosial Masyarakat Terhadap Lanjut Usia Terlantar”. Selanjutnya, untuk

memperjelas ruang lingkup masalah tersebut, penulis menjabarkan dan merincikan ke

dalam sub – sub pertanyaan atau sub – sub problematik sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik sumber informasi?

2. Bagaimana informan memberikan kenyamanan terhadap lanjut usia terlantar?

3. Bagaimana informan memberikan perhatian terhadap lanjut usia terlantar?

4. Bagaimana informan memberikan penghargaan terhadap lanjut usia terlantar?

5. Bagaimana informan menolong lanjut usia terlantar dengan menerima kondisinya?

1.3 Tujuan Penelitian

Proses dilaksanakannya sebuah penelitian dimaksudkan untuk mencapai

sebuah tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui gambaran secara empiris tentang :

1. Karakteristik sumber informasi

2. Informan dalam memberikan kenyamanan terhadap lanjut usia terlantar.

3. Informan dalam memberikan perhatian terhadap lanjut usia terlantar.

4. Informan dalam memberikan penghargaan terhadap lanjut usia terlantar.

5. Informan dalam hal menolong lanjut usia terlantar dengan menerima kondisinya.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang

diharapkan oleh peneliti adalah :

1. Manfaat Teoritis
8

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan pengetahuan Ilmu Pekerjaan Sosial tentang dukungan sosial dilihat

dari aspek kenyamanan, aspek perhatian, aspek penghargaan serta aspek menolong

lanjut usia terlantar dengan menerima kondisinya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran kepada

masyarakat dalam upaya memberikan dukungan sosial terhadap lanjut usia

terlantar. Penelitian ini menghasilkan program sosial yaitu peningkatan bentuk –

bentuk dukungan sosial masyarakat melalui pengorganisasian sosial dalam

pemenuhan kebutuhan lanjut usia terlantar. Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai pertimbangan Pemerintah dalam rangka meningkatkan dukungan sosial

masyarakat kepada lanjut usia terlantar.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian yang akan dilakukan disusun berdasarkan sistematika

penulisan karya ilmiah yang telah ditetapkan oleh Politeknik Kesejahteraan Sosial

Bandung.

BAB I : PENDAHULUAN, meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II : KAJIAN KONSEPTUAL, meliputi : tinjauan tentang dukungan sosial,

tinjauan tentang lanjut usia, tinjauan tentang lanjut usia terlantar,


9

tinjauan tentang masyarakat, dan tinjauan tentang pekerjaan sosial

dengan lanjut usia.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, meliputi : desain rancangan penelitian,

penjelasan istilah, latar penelitian, jenis dan sumber data, analisis data,

teknik pengumpulan data, dan jadwal penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN, meliputi : hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V : USULAN PROGRAM, meliputi: dasar pemikiran program, nama

program, tujuan, sasaran, pelaksana program, metode dan teknik,

kegiatan yang dilakukan, langkah – langkah pelaksanaan, rencana

anggaran biaya, analisis kelayakan, dan indikator keberhasilan.

BAB VI : KESIMPULAN, meliputi : simpulan dan saran.


BAB II

KAJIAN KONSEPTUAL

2.1. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, peneliti mencantumkan beberapa hasil penelitian yang

relevan dengan judul penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti yaitu tentang

Dukungan Sosial Masyarakat terhadap Lanjut Usia Terlantar. Penelitian terdahulu

yang relevan dengan permasalahan yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. “Dukungan Sosial Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Psikologis dan Sosial

bagi Lansia di Sasana Tresna Werda Karya Bakti Ciracas, Jakarta Timur: Karya

ilmiah ini oleh Camelia Kristika Pepe.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.

Tujuan dari penelitian ini adalah agar peneliti akan dengan cermat menyelidiki dan

menganalisa baik program, peristiwa, aktivitas dan proses pemberian dukungan sosial

keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikologis dan sosial lanjut usia di dalam panti.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lanjut usia yang tinggal di panti merasa

kesepian dan berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Sehingga, tinggal di

panti merupakan cara alternatif bagi para lanjut usia untuk mengatasi rasa kesepiannya.

Lanjut usia yang tinggal di panti tersebut merasa bahwa keberadaan keluarga hanya

sebatas dukungan dalam bentuk finansial saja sehingga sifatnya tidak langsung

dirasakan. Pada akhirnya, lanjut usia merasa bahwa Sasana Tresna Werdha Karya

10
11

Bhakti Cirasas, Jakarta Timur ini dipilih sebagai tempat tinggal yang nyaman dan

mampu membantu lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan fisik maupun non-fisiknya.

2. “Dukungan Sosial diantara Lanjut Usia di Panti Jompo Betania Banua Niha Keriso

Protestan (BNKP) Kota Gunungsitoli”. Karya ilmiah ini oleh Restueli Harefa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara deskriptif tentang

dukungan sosial diantara lanjut usia di Panti Jompo Betania Banua Niha Keriso

Protestan Kota Gunungsitoli. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa para lanjut

usia yang ada di Panti Jompo Betania Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Kota

Gunungsitoli saling memberikan dukungan satu sama lain. Baik itu dalam aspek

emosional, aspek penghargaan, aspek instrumental maupun aspek informatif. Para

lanjut usia saling mendukung satu sama lain dalam menjalani kehidupan masa tua di

panti tersebut.

Penelitian sekunder yang akan dilakukan memiliki beberapa persamaan dan

perbedaan dengan penelitian terdahulu. Dalam hal ini, persamaan yang dimaksud ialah

pada variabel penelitian dan sasaran penelitian dengan salah dua penelitian terdahulu

yakni dukungan sosial kepada lanjut usia. Kemudian, perbedaan yang dimaksud dalam

penelitian sekunder yang akan dilakukan adalah variabel penelitian pada dua penelitian

terdahulu dan tidak adanya lokasi yang sama. Persamaan dan perbedaan penelitian

terdahulu dengan penelitian peneliti lebih jelas disajikan dalam tabel berikut ini :
12

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu


No. Nama Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti
1. Camelia Dukungan Sosial 1. Variabel 1. Sasaran penelitian
Kristika Keluarga dalam Penelitian yaitu 2. Lokasi penelitian.
Pepe memenuhi kebutuhan dukungan sosial. 3. Aspek yang digunakan:
Psikologis dan Sosial 2. Metode dukungan instrumental,
bagi Lansia di Sasana penelitian yang dukungan
Tresna Werdha Karya digunakan informasional,
Bhakti Ciracas, kualitatif. dukungan emosional
Jakarta Timur. serta dukungan
informatif.

2. Restueli Dukungan Sosial 1. Variabel yang 1. Sasaran penelitian.


Harefa diantara Lanjut Usia digunakan yaitu 2. Lokasi penelitian.
di Panti Jompo dukungan sosial. 3. Aspek yang
Betania Banua Niha 2. Metode yang digunakan: dukungan
Keriso Protestan digunakan yaitu emosional, dukungan
(BNKP) Kota kualitatif. penghargaan,
Gunungsitoli. dukungan instrumental
dan dukungan
informatif.
Sumber : Penelitian Sekunder 2020
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan yaitu

mengenai perbedaan sasaran penelitian dimana penelitian terdahulu sasarannya

merupakan keluarga dan lanjut usia sedangkan dalam penelitian ini sasarannya adalah

masyarakat. Selain itu, perbedaan yang lain yaitu mengenai lokasi penelitian yang

mana dalam penelitian terdahulu lokasi penelitian di Sasana Tresna Werdha Karya

Bhakti Ciracas, Jakarta Timur dan Panti Jompo Betania Banua Niha Keriso Protestan

(BNKP) Kota Gunungsitoli, sedangkan dalam penelitian ini lokasi penelitian

menggunakan data sekunder. Selanjutnya, perbedaan dalam aspek yang digunakan

yang mana dalam penelitian terdahulu menggunakan aspek dukungan instrumental,

dukungan informasional, dukungan emosional dukungan informative dan dukungan

penghargaan sedangkan dalam penelitian ini menggunakan aspek kenyamanan,


13

perhatian, penghargaan dan menolong lanjut usia terlantar dengan menerima

kondisinya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian dalam penelitian ini berbeda

dengan hasil penelitian dalam penelitian terdahulu yang ada.

2.2. Teori yang Relevan dengan Penelitian

2.2.1. Tinjauan Tentang Dukungan Sosial

Cobb dalam Lilik Ma’rifatul Azizah (2011) mendefinisikan “dukungan sosial

sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau menolong orang dengan

sikap menerima kondisinya, dukungan tersebut diperoleh dari individu maupun

kelompok”.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan

suatu bantuan yang diberikan seseorang atau sekelompok orang kepada individu dalam

bentuk pemberian kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun dengan menolong

individu tersebut dengan menerima kondisinya.

Dukungan sosial menurut Ganster, dkk dalam Apollo dan Cahyadi (2012:261)

mengatakan bahwa dukungan sosial adalah tersedianya hubungan yang bersifat

menolong dan mempunyai nilai khusus bagi individu yang menerima bantuan atau

pertolongan tersebut. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa dukungan sosial

dapat diperoleh individu dengan adanya bantuan dari orang lain.

2.2.1.1. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Joseph dan Gallo dalam Lilik Ma’rifatul Azizah (2011: 98) mengatakan bahwa

terdapat tiga komponen sistem pendukung lanjut usia yaitu jaringan-jaringan informal,

sistem pendukung formal dan dukungan-dukungan semiformal. Jaringan informal


14

sendiri yaitu keluarga dan teman-teman. Sistem pendukung formal yaitu meliputi tim

keamanan sosial setempat, program-program medikasi dan kesejahteraan sosial.

Dukungan semiformal meliputi bantuan dan interaksi yang disediakan oleh organisasi

lingkungan sekitar seperti perkumpulan pengajian atau perkumpulan warga lanjut usia

setempat.

Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:99) menyebutkan bahwa terdapat beberapa

sumber dukungan sosial yaitu:

1. Keberadaan sumber dukungan sosial yang bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat

sehingga lebih mudah diperoleh dan spontan;

2. Sumber dukungan sosial memiliki kesesuaian dengan norma yang berlaku tentang

kapan sesuatu harus diberikan;

3. Sumber dukungan sosial berakar dari hubungan yang telah lama terjalin;

4. Sumber dukungan sosial memiliki keragaman dalam penyampaian dukungan

seperti pemberian barang-barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan

menyampaikan salam; dan

5. Sumber dukungan sosial terbebas dari beban dan label psikologis.

Sumber – sumber dukungan sosial menurut Goldberger dan Breznitz dalam

Apollo dan Cahyadi (2012:261) adalah orang tua, saudara kandung, anak – anak,

kerabat, pasangan hidup, sahabat rekat kerja, dan juga tetangga. Hal yang sama juga

diungkupkan oleh Wentzel dalam Apollo dan Cahyadi (2012:261) bahwa sumber –

sumber dukungan sosial adalah orang – orang yang memiliki hubungan yang berarti
15

bagi individu, seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, saudara dan

tetangga, teman – teman dan guru di sekolah.

2.2.1.2. Manfaat Dukungan Sosial

Manfaat dukungan sosial dikemukakan oleh Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:97)

antara lain:

1. Social support tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral,


melainkan dukungan spiritual dan dukungan material.
2. Meringankan beban bagi seseorang/sekelompok orang yang sedang
mengalami masalah/persoalan.
3. Dukungan sosial diberikan merupakan suatu dorongan untuk mengobarkan
semangat hidupnya, menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli.

Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada

individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan

efek dari stres. Lieberman dalam Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:97) mengemukakan

bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya

kejadian yang dapat mengakibatkan stres. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi

dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian

tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stres.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada

kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri, mempengaruhi strategi

untuk mengatasi stres dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang

menimbulkan stress sehingga mengganggu kepercayaan diri. Dukungan sosial dapat

memodifikasi efek-efek tersebut. Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan

efek positif dalam mempengaruhi kejadian dan efek stress, tetapi juga efek negatif.
16

Safarino dalam Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:97) menyebutkan beberapa contoh efek

negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain:

1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini

dapat terjadi karena dukungan tersebut tidak mencukupi kebutuhan, individu

merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak

memperhatikan dukungan yang diberikan.

2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.

3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti melakukan

atau menyarankan perilaku tidak sehat.

4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang

diinginkannya. Keadaan emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang

diberikan. Ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan

oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.

2.2.1.3. Komponen-Komponen Dalam Dukungan Sosial

Dukungan sosial memiliki 6 komponen yang berbeda-beda yang disebut

sebagai "The Social Provision Scale". Masing-masing komponen dapat berdiri sendiri,

namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun komponen tersebut adalah:

1. Kerekatan Emosional (Emotional Attachment)

Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh

kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang

menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, damai

yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam
17

ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, atau anggota

keluarga/teman dekat/sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan yang

harmonis. Bagi lansia, adanya orang kedua yang cocok terutama bagi mereka yang

tidak memiliki pasangan hidup, akan menjadi sangat penting untuk dapat memberi

dukungan sosial atau dukungan moral (moral support).

2. Integrasi Sosial (Social Integration)

Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia untuk memperoleh

perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat,

perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama.

Sumber dukungan semacam ini memungkinkan lansia mendapatkan rasa aman,

nyaman serta perasaan memiliki dan dimiliki dalam kelompok. Adanya kepedulian

oleh masyarakat untuk mengorganisasi lansia dan melakukan kegiatan bersama tanpa

ada pamrih akan banyak memberikan dukungan sosial. Mereka merasa bahagia, ceria

dan dapat mencurahkan segala ganjalan yang ada pada dirinya untuk berceritera, atau

mendengarkan ceramah ringan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Semua itu

merupakan dukungan sosial yang sangat bermanfaat bagi lansia.

3. Adanya Pengakuan (Reanssurance of Worth)

Pada dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan atas kemampuan dan

keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber

dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga maupun lembaga/instansi

atau perusahaan/organisasi dimana sang lansia pernah bekerja. Jasa, kemampuan dan

keahlian yang dimiliki membuat lansia tetap mendapat perhatian dan santunan dalam
18

berbagai bentuk penghargaan. Uang pensiun mungkin dapat dianggap sebagai salah

satu bentuk dukungan sosial juga bila seseorang menerimanya dengan rasa syukur.

Bentuk lain dukungan sosial berupa pengakuan adalah mengundang para lansia pada

setiap event/hari besar untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut bersama-sama

dengan para pegawai yang masih berusia produktif. Contohnya setiap perayaan hari

besar TNI, maka para mantan pejabat yang telah pensiun/memasuki masa lansia biasa

diundang untuk hadir dalam upacara ataupun resepsi yang diadakan oleh instansi

tersebut.

4. Ketergantungan yang Dapat Diandalkan (Reliable Reliance)

Dalam dukungan sosial jenis ini, lansia mendapat dukungan sosial berupa

jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika lansia

membutuhkan bantuan tersebut. Dukungan sosial jenis ini pada umumnya berasal dari

keluarga. Bagi lansia yang tinggal di lembaga, misalnya pada Sasana Wreda ada

petugas yang selalu siap untuk membantu para lansia yang tinggal di lembaga tersebut,

sehingga para lansia mendapat pelayanan yang memuaskan.

5. Bimbingan (Guidance)

Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja maupun

hubungan sosial yang memungkinkan lansia mendapatkan informasi, saran, atau

nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan

yang dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini bersumber dari guru, alim ulama,

pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga orang tua.

6. Kesempatan untuk Mengasuh (Opportunity for Nurturance)


19

Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan dibutuhkan

oleh lansia. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan lansia untuk memperoleh

perasaan bahwa orang lain menaruh perhatian padanya agar lansia memperoleh

kesejahteraan. Sumber dukungan sosial ini adalah keturunan (anak-anak) dan orang

lain seperti pasangan hidup. Itulah sebabnya banyak lansia yang merasa sedih dan

kurang bahagia jika berada jauh dari cucu-cucu ataupun anak-anaknya.

2.2.1.4. Bentuk Dukungan

Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Tavlor (1999) membagi

dukungan sosial kedalam lima bentuk, antara lain:

1. Dukungan Instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan

pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta

pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat

langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan

instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih

mudah.

2. Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik

tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong

individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

3. Dukungan Emosional
20

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,

diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat

menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam

menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

4. Dukungan pada Harga Diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian

semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif dengan

individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri

dan kompetensi.

5. Dukungan dari Kelompok Sosial

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu

kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Hal tersebut

dapat membuat individu merasa memiliki teman senasib.

2.2.2. Tinjauan Tentang Lanjut Usia

2.2.2.1. Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan salah satu periode penutup dalam rentang kehidupan

manusia. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1980:380) dalam bukunya mengatakan “Usia

enam puluh dipandang sebagai garis pemisah antara madya dan lanjut usia”. Dari

pengertian tersebut, dinyatakan bahwa seseorang itu dikatakan lanjut usia bila telah

mencapai usia enam puluh tahun keatas.

Constantinide dalam Mujahidullah (2012:1) mengemukakan bahwa menua

(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


21

jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya,

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita. Kondisi ini membuat lanjut usia rentan akan terganggunya kesehatan dan

kondisi fisik yang semakin melemah.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Mereka dibagi kepada dua kategori yaitu

lanjut usia potensial (ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut usia

potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau

pekerjaan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa. Sedangkan lanjut usia tidak

potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya

bergantung pada belas kasihan orang lain. Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal

masa lanjut usia dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan

batas minimal untuk kategori lanjut usia.

Menurut World Health Organisation (WHO) Khalid Mujahidullah (2012:4),

lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lanjut usia

merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lanjut usia ini akan terjadi suatu proses

yang disebut aging process atau proses penuaan. Batasan umur pada usia lanjut dari

waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lanjut usia

meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun;


22

2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun;


3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun;
4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.
Menurut Departemen Kesehatan RI Khalid Mujahidullah (2012:4), usia lanjut

digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Kelompok lanjut usia dini (55-64 tahun)


2. Kelompok lanjut usia pertengahan (65 tahun ke atas)
3. Kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lanjut

usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas dimana lanjut usia bukanlah sebuah

penyakit yang harus ditakuti oleh setiap orang, melainkan tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

dengan lingkungan yang diikuti dengan berbagai perubahan baik pada fisik, biologis,

sosial dan spiritual.

Menurut Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan

Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial “lanjut usia terlantar adalah seseorang yang

berusia 60 (enam puluh) tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lanjut usia

terlantar adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun lebih yang tidak dapat

melaksanakan keberfungsian sosialnya dengan baik.

2.2.2.2. Karakteristik Lanjut Usia

Menurut Budi Anna Keliat dalam Siti Maryam, dkk (2011), lanjut usia

memiliki karakteristik sebagai berikut :


23

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
No.13 tentang kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentan sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

Permulaan proses menjadi tua itu pada umumnya ditandai oleh gejala-gejala

fisik, namun saat dimana yang bersangkutan sendiri menyadari bahwa proses tersebut

sudah mulai ada pada dirinya dapat berbeda-beda. Gejala fisik tersebut antara lain:

1. Waktu orang usia lanjut berhenti haid,

2. Waktu orang usia lanjut lekas capek,

3. Waktu orang usia lanjut rambutnya mulai menipis dan beruban,

4. Waktu orang usia lanjut mulai kehilangan kerampingan badannya,

5. Waktu penghasilan orang usia lanjut mulai menurun, dan sebagainya.

Adapun ciri-ciri lanjut usia menurut Elizabeth B.Hurlock (1980:380) adalah

sebagai berikut :

1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lanjut usia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lanjut usia. Motivasi

memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lanjut usia, kemunduran akan

semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, begitupun sebaliknya apabila

motivasi semakin kuat maka kemunduran akan lama terjadi.

2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas


24

Lanjut usia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari

sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lanjut usia dan diperkuat oleh

pendapat-pendapat yang jelek terhadap lanjut usia. Pendapat-pendapat itu seperti lanjut

usia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat

orang lain.

3. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lanjut usia mulai mengalami

kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lanjut usia sebaiknya dilakukan

atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

4. Penyesuaian yang buruk pada lanjut usia

Perlakuan yang buruk terhadap lanjut usia membuat lanjut usia cenderung

mengembangkan konsep diri yang buruk. Lanjut usia lebih memperhatikan bentuk

perilaku yang buruk karena perlakuan yang buruk itu menjadi penyesuaian diri lanjut

usia menjadi buruk pula.

Selain itu, menurut Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:3) menjelaskan beberapa tipe

pada lanjut usia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi

fisik, mental, dan sosial. Penjelasan mengenai tipe-tipe tersebut sebagai berikut:

1. Tipe arif bijaksana, kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri, mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.


25

3. Tipe tidak puas, konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak

menuntut.

4. Tipe pasrah, menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan

melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung, kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

2.2.2.3. Klasifikasi Lanjut Usia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lanjut usia berdasarkan

Depkes RI dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari:

1. Pralanjut usia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun,

2. Lanjut usia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,

3. Lanjut usia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang

yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan,

4. Lanjut usia potensial ialah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Lanjut usia tidak potensial ialah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.2.2.4. Masalah Lanjut Usia

Menurut Siti Partini (2011:9) ada empat permasalahan yang pada umumnya

dihadapi oleh usia lanjut yang dapat dikelompokkan ke dalam masalah ekonomi,

masalah sosial budaya, masalah kesehatan dan masalah psikologis.


26

1. Masalah Ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki masa

pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya

pendapatan yang kemudian terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari,

seperti sandang, pangan, papan kesehatan, rekreasi dan kebutuhan sosial.

2. Masalah Sosial Budaya

Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan

anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya

hubungan kerja karena pensiun. di samping itu, perubahan nilai masyarakat yang

semakin individualistic, berpengaruh bagi para usia lanjut yang kurang mendapat

perhatian, sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar.

3. Masalah Kesehatan

Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang

berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai penyakit

terutama penyakit degeneratif. Masalah kesehatan pada umumnya merupakan masalah

yang paling dirasakan oleh usia lanjut.

4. Masalah Psikologis

Masalah psikologis yang dihadapi oleh usia lanjut pada umumnya meliputi

kesepian, terasing dari lingkungan, ketidak berdayaan, perasaan tidak berguna, kurang

percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin dan

sebagainya.
27

Melalui penjelasan tersebut maka permasalahan lanjut usia jika disimpulkan

meliputi masalah yang timbul dari dalam diri dan luar diri lanjut usia. Masalah yang

timbul dari dalam diri berupa kemunduran, kekuatan dan kesehatan baik secara fisik

maupun mental, sedangkan masalah yang timbul dari luar diri lanjut usia yaitu

perhatian, tanggapan dan perhatian yang kurang terhadap lanjut usia serta pelayanan

yang masih kurang terhadap upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia.

Keadaan ini menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh para lanjut usia,

sehingga peran keluarga sangatlah penting dalam upaya penanganan masalah lanjut

usia. Tidak hanya dukungan keluarga saja yang menjadi penguat dalam upaya

penanganan masalah lanjut usia, masyarakat dan pemerintah turut andil dalam proses

ini.

Permasalahan lanjut usia terlantar dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Tody

Lalenoh (1994) mengemukakan bahwa penyebab lanjut usia terlantar sebagai berikut:

1. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapat

memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan.

2. Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia

tinggal.

3. Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga yang menjamin

penghidupan secara layak.

4. Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada.

2.2.2.5. Kebutuhan Lanjut Usia


28

Menurut Tody Lolenoh (1994:44), lanjut usia sebagai manusia memiliki

kebutuhan-kebutuhan sebagaimana umumnya yaitu kebutuhan makanan,

perlindungan, perawatan kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam

mengadakan hubungan dengan orang lain.

1. Kebutuhan-kebutuhan utama (primer) lanjut usia meliputi :

a. Kebutuhan biologis/ fisik: yang meliputi kebutuhan makanan yang bergizi,

seksual, pakaian dan perumahan/tempat berteduh, kebutuhan alat-alat bantu

seperti tongkat penyangga, kursi roda, alat bantu pendengaran dan penglihatan

bagi lanjut usia tidak potensial.

b. Kebutuhan ekonomi: yaitu berupa penghasilan memadai.

c. Kebutuhan kesehatan: berupa pemeriksaan kesehatan fisik, mental, perawatan dan

keamanan serta pemeliharaan kesehatan melalui olah raga.

d. Kebutuhan psikologis: yang meliputi kasih sayang, adanya tanggapan dari orang

lain, adanya dukungan dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati

diri serta status yang jelas, kebutuhan untuk di dengar dan dihargai, akan rasa

aman, damai dan terjamin.

e. Kebutuhan sosial: yaitu berupa peranan-peranan dalam hubungan dengan orang

lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan

dengan organisasi-organisasi sosial, kebutuhan mendapatkan informasi, mendapat

perlindungan terhadap hak-haknya serta yang utama adalah kebutuhan

berkomunikasi.

2. Kebutuhan-kebutuhan kedua (sekunder) lanjut usia antara lain meliputi:


29

a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas.

b. Kebutuhan dalam pengisian waktu luang dan rekreasi.

c. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan pengetahuan,

keindahan, dan lain-lain.

d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum,

partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan negara

atau pemerintah.

e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/ spiritual seperti memahami akan makna

kehadiran dirinya di dunia ini dan memahami hal-hal yang tidak diketahui atau di

luar kehidupan, termasuk kematian.

Selain itu, kebutuhan lanjut usia secara umum di jelaskan dalam Pedoman

Umum Pelaksanaan Subsidi Silang (2005:6) diantaranya :

1. Kebutuhan jasmani, yang meliputi :

a. Kebutuhan tempat tinggal

b. Kebutuhan makanan yang bergizi

c. Kebutuhan pakaian

d. Kebutuhan biologis

e. Kebutuhan pemeliharaan kesehatan fisik.

2. Kebutuhan rohani/ mental, yang meliputi :

a. Kebutuhan pemeliharaan kesehatan mental

b. Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai

c. Kebutuhan untuk di dengar dan dihargai


30

d. Kebutuhan akan rasa aman dan terjamin

e. Kebutuhan memperoleh kesenangan yang sifatnya rekreatif

f. Kebutuhan akan estetika/ keindahan dan kanyamanan

g. Kebutuhan spiritual (beragama) yaitu berkaitan dengan pemahaman/ keyakinan

akan arti kehidupan dan kematian.

3. Kebutuhan sosial, yang meliputi :

a. Kebutuhan berinteraksi dan berhubungan secara interpersonal dalam keluarga,

dalam kelompok sebaya, serta bukan kelompok sebaya.

b. Kebutuhan berinteraksi dalam keorganisasian dan kelembagaan sosial.

c. Kebutuhan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat.

d. Kebutuhan untuk melakukan aktivitas, terutama dalam hal produktivitas kerja.

e. Kebutuhan mendapatkan informasi, pengetahuan dan peningkatan wawasan.

f. Kebutuhan bermain/ bersosialisasi dan komunikasi.

g. Kebutuhan akan status sebagai warga negara.

h. Kebutuhan untuk mendapat perlindungan terhadap hak-haknya.

2.2.3. Tinjauan Tentang Lanjut Usia Terlantar

Pada bagian sebelumnya, peneliti telah membahas mengenai pengertian lanjut

usia, ciri-ciri lanjut usia sampai dengan permasalahan, karakteristik lanjut usia serta

kebutuhan lanjut usia. Pada penjelasan selanjutnya, akan dibahas mengenai

permasalahan lanjut usia terlantar. Lanjut usia terlantar termasuk ke dalam salah satu

jenis Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) menurut Peraturan Menteri

Sosial Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data
31

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang pengertiannya adalah seseorang yang

berusia 60 (enam puluh) tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya. Adapun kriteria lanjut usia terlantar adalah tidak

terpenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan; dan terlantar secara

psikis, dan sosial.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia, lanjut usia terlantar adalah setiap orang yang berhubung lanjut usia (60 tahun

keatas) tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok

bagi kehidupan sehari-hari. Berdasarkan definisi-definisi lanjut usia terlantar menurut

ahli dan undang-undang di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lanjut usia terlantar

adalah mereka yang telah memasuki usia 60 (enam puluh) tahun keatas, yang tidak

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, dan papan disebabkan

karena keterbatasan kemampuannya dalam mencari nafkah, ketiadaan sanak saudara

atau pihak yang dapat menjamin kehidupannya secara layak; serta terlantar secara

psikis, dan sosial sehingga mereka tidak mampu menjalankan keberfungsian sosialnya

sebagaimana mestinya.

Permasalahan lanjut usia terlantar dapat disebabkan oleh berbagai hal. Tody

Lalenoh (1993) menuliskan mengenai penyebab lanjut usia terlantar adalah sebagai

berikut :

1. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapat

memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan;


32

2. Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia

tinggal;

3. Ketiadaan kemampuan keuangan atau ekonomi dari keluarga yang menjamin

penghidupan secara layak; dan

4. Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada.

Terdapat tujuh kriteria keterlantaran menurut Kementerian Sosial yang kemudian

dijadikan sebagai indikator ketelantaran lanjut usia. Jika terpenuhi sedikitnya tiga dari

tujuh kriteria maka lanjut usia tersebut termasuk dalam kategori lanjut usia terlantar.

Jika hanya dua kriteria yang terpenuhi termasuk hampir terlantar, sisanya dianggap

tidak terlantar. Setiap kriteria tersebut mempunyai kontribusi yang berbeda untuk

mengelompokkan seorang lanjut usia disebut sebagai lanjut usia terlantar. Ketujuh

kriteria keterlantaran lanjut usia menurut Kementerian Sosial adalah sebagai berikut :

1. Tidak pernah sekolah/tidak tamat SD;

2. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu;

3. Makan lauk pauk berprotein tinggi, protein nabati kurang dari empat kali dan

protein hewani kurang dari tiga kali dalam seminggu;

4. Memiliki pakaian layak kurang dari empat stel;

5. Tidak mempunyai tempat yang tetap untuk tidur;

6. Bila sakit tidak diobati; dan

7. Bekerja lebih dari 35 jam dalam seminggu.

Selain tujuh kriteria tersebut, masalah kesejahteraan lanjut usia terlantar secara

keseluruhan juga memenuhi beberapa kriteria menurut Permensos Nomor 8 Tahun


33

2012 diantaranya lanjut usia yang tidak terpenuhi kebutuhan seperti sandang, papan,

dan pangan serta lanjut usia yang terlantar secara fisik, psikis, dan sosial.

2.2.4. Tinjauan Tentang Masyarakat

Soerjono Soekanto dalam Adon (2015:6) menjelaskan bahwa istilah community

dapat diterjemahkan sebagai masyarakat setempat seperti warga sebuah desa, kota,

suku atau bangsa. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat

setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh derajat hubungan

sosial tertentu dan juga dasar-dasar masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan

masyarakat setempat.

Basrowi (2005: 37-38) menjelaskan bahwa masyarakat dalam arti community

dapat dilihat dari dua sudut pandang :

1. Sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat

dengan batas-batas tertentu yang menunjukkan bagian dari kesatuan masyarakat

sehingga dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampung,

dusun, atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah wadah dan wilayah dari

kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Di

samping itu, di lengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai, norma yang

diambil atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia.

2. Sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu prosesnya yang terbentuk

melalui faktor psikologis dan hubungan antarmanusia yang didalamnya bersifat

fungsional. Dalam hal ini dapat diambil contoh tentang masyarakat pegawai negeri

sipil, masyarakat ekonomi, masyarakat mahasiswa, dan lainnya.


34

Sebuah kelompok memiliki ciri-ciri ilmiah yang harus dipenuhi untuk dapat

dikategorikan sebagai masyarakat. Soerjono Soekanto (2012:22) mengemukakan ciri-

ciri sebuah masyarakat sebagai berikut :

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial, tak ada

ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang

harus ada. Akan tetapi, secara teoritis angka minimnya adalah dua orang yang hidup

bersama.

2. Bercampur untuk waktu yang lama. Kumpulan manusia tidaklah sama dengan

kumpulan benda-benda mati seperti kursi, meja, dan sebagainya. Manusia itu dapat

bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan untuk

menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaaannya. Sebagai akibat hidup

bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang

mengatur hubungan antarmanusia dalam kelompok tersebut.

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama

menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat

satu dengan lainnya.

Melihat penjelasan mengenai ciri-ciri masyarakat diatas dapat disimpulkan

bahwa ciri utama masyarakat adalah adanya ikatan secara emosional didalamnya. Hal

ini dapat ditunjukkan dengan adanya keyakinan bahwa mereka adalah satu kelompok,

yang saling terkait dan membutuhkan, serta secara bersama memiliki keinginan

mencapai kemajuan. Secara emosional seseorang yang merupakan bagian dari


35

masyarakat akan terusik apabila menilai bahwa sekitarnya mengalami

ketidaknyamanan.

2.2.5. Tinjauan Tentang Pekerja Sosial

2.2.5.1. Definisi Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial adalah suatu profesi yang membantu meningkatkan

keberfungsian sosial (Social Functioning) seseorang melalui pemecahan/ intervensi

masalah yang dihadapinya. Keberfungsian sosial seseorang ini berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan seseorang, cara mengatasi permasalahan yang dialami oleh

seseorang, serta bagaimana orang tersebut menjalankan peran dan fungsinya di

masyarakat sesuai dengan status sosial di masyarakat.

Siporin dalam Adi Fahrudin (2012:61) mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai

berikut:

“Social work is defined as a social institutional method of helping people to


prevent and to resolve their social problems, to restore and enchance their
social functioning. (Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode
kelembagaan sosial untuk membantu orang untuk mencegah dan
memecahkan masalah-masalah sosial mereka, untuk memulihkan dan
meningkatkan keberfungsian sosial mereka)”.

Selanjutnya, pekerja sosial menurut Walter A.Friedlander dalam Syarif


Muhiddin (1997:7) :
“Social work is a professional services, based on scinetific knowledge and
skill human relation, which help individuals, groups or communities obtain
social or personal satisfaction and independence. Pekerja sosial adalah suatu
pelayanan profesional yang berdasar pada pengetahuan dan keterampilan
ilmiah tentang relasi manusia, yang membantu individu, kelompok atau
masyarakat guna mencapai kepuasan pribadi, kepuasan sosial serta
kebebasan.”
36

Definisi di atas menunjukkan bahwa pekerjaan sosial adalah aktivitas

profesional yang dimaksudkan untuk menolong individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat untuk meningkatkan keberfungsian sosialnya sendiri.

2.2.5.2. Tujuan dan Fungsi Pekerjaan Sosial

NASW dalam Adi Fahrudin (2012:66) menjelaskan mengenai tujuan pekerjaan

sosial, yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan-kemampuan orang untuk memecahkan masalah,

mengatasi (coping), dan perkembangan. Pekerja sosial memiliki fungsi

meningkatkan kemampuan seseorang yang sedang mengalami kesulitan dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

2. Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang memberikan kepada mereka

sumber-sumber, pelayanan-pelayanan dan kesempatan. Pekerja sosial juga

memiliki fungsi sebagai penghubung terhadap segala sesuatu yang dijadikan

sumber penyelesaian masalah klien.

3. Memperbaiki keefektifan dan bekerja seseorang secara manusiawi dari sistem-

sistem yang menyediakan orang dengan sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan.

4. Mengembangkan dan memperbaiki kebijakan sosial. Pekerja sosial dapat

mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang sudah mulai menyimpang atau tidak

sesuai dengan keadaan dan kondisi yang ada dilapangan.

Pincus dan Minahan dalam Dwi Heru Sukoco (1991:46), fungsi pekerja sosial

sebagai berikut :
37

1. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif

untuk melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan dan memecahkan masalah sosial

yang mereka alami.

2. Mengaitkan orang dengan sistem-sistem sumber.

3. Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber.

4. Memberikan fasilitas interaksi di dalam sistem-sistem sumber.

5. Mempengaruhi kebijakan.

6. Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material.

7. Memberikan pelayanan sebagai pelayanan kontrol sosial.

Berdasarkan fungsi pekerja sosial diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pekerja sosial memiliki tujuan untuk membantu lanjut usia terlantar dalam memperoleh

dukungan sosial masyarakat.

2.2.5.3. Peran Pekerja Sosial dengan Lanjut Usia

Sebagai lanjut usia, seseorang yang memasuki usia lanjut telah memiliki

masalahnya sendiri. Lanjut usia terlantar juga merupakan sebuah permasalahan dan

sebagai individu lanjut usia yang terlantar akan menghadapi masalah kembali.

Sehingga dalam hal ini perlu adanya penanganan dari berbagai pihak untuk dapat

membantu menyelesaikan masalah lanjut usia terlantar. Profesi yang sesuai untuk

membantu penanganan masalah ini adalah profesi pekerjaan sosial.

Pekerjaan sosial merupakan profesi yang memberikan pertolongan kepada

orang-orang yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Walter A. Friedlander mengartikan


38

pekerjaan sosial sebagai “suatu pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu

pengetahuan dan keterampilan dalam relasi kemanusiaan, yang bertujuan membantu

baik perorangan, keluarga maupun kelompok untuk mencapai kepuasan dan

ketidaktergantungan secara pribadi dan sosial”.

Berdasarkan pengertian tersebut, pekerjaan sosial sebagai profesi yang

memberikan pertolongan kepada klien baik individu (termasuk lanjut usia terlantar),

kelompok maupun masyarakat didasarkan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan

yang dalam hal ini adalah menggunakan metode, keterampilan, dan teknik-teknik

pekerjaan sosial.

Sebagai aktivitas profesional, pelayanan yang diberikan oleh seorang pekerja

sosial dapat didefinisikan secara tegas melalui pengetahuan, nilai-nilai serta

keterampilan secara spesifik. Pekerja sosial melakukan praktik pertolongannya pada

berbagai tipe klien, baik individu, kelompok, maupun masyarakat. Fokus perhatian

pekerja sosial adalah keberfungsian sosial yang meliputi interaksi antara manusia

dengan lingkungan sosialnya.

Keberfungsian sosial yang dimaksud mengacu pada berbagai fokus yang cukup

luas meliputi :

1. Kemampuan menghadapi atau memecahkan masalah yang dihadapinya sesuai

dengan situasi dan kondisi, serta lingkungannya;

2. Kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya, baik

dalam pendidikannya, pekerjaan, keluarga, kelompok, masyarakat dan sebagainya;


39

3. Pelaksanaan tugas-tugas serta peran-peran dalam kehidupannya sesuai dengan usia,

status, serta tanggung jawab yang disandangnya; dan

4. Berperilaku secara memadai dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

Keberfungsian sosial menunjukkan suatu kondisi pertukaran yang seimbang

serta adaptasi timbal balik, antara manusia sebagai individu dengan lingkungannya.

Dengan demikian, keberfungsian sosial merupakan hasil sistematik dari sebuah

pertukaran yang saling mengisi antara kebutuhan, sumber daya yang tersedia, harapan

atau motivasi dengan kemampuan seseorang untuk memenuhinya, kesesuaian antara

lantunan, harapan serta kesempatan dengan kemampuan lingkungan untuk

memenuhinya.

Lanjut usia terlantar termasuk kedalam pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial

karena dalam kehidupan sehari-harinya lanjut usia terlantar belum berfungsi secara

sosial. Untuk itu, agar lanjut usia terlantar mampu berfungsi secara sosial, maka dalam

penanganan masalah lanjut usia terlantar ini dibutuhkan profesi pekerjaan sosial yang

nantinya dapat membantu lanjut usia terlantar dalam berfungsi secara sosial kembali

sesuai dengan nilai etika pekerjaan sosial.

Permasalahan lanjut usia terlantar terhadap dukungan sosial masyarakat,

pekerjaan sosial memiliki peran penting dan strategis dalam penanganannya. Dimana

pekerjaan sosial dapat memfasilitasi pencapaian kesejahteraan sosial lanjut usia

terlantar khususnya pada penelitian ini. Berikut beberapa peran pekerja sosial menurut

Zastrow yang dikutip dalam Agoestiani (2014), yaitu :

1. Educator
40

Peran dan fungsi seorang pekerja sosial sebagai educator atau pendidik dalam

menangani masalah lanjut usia dan pemberian pelayanan bagi lanjut usia dapat lebih

efektif, sebab penyebar luasan informasi yang dilakukan dapat menambah pengetahuan

dan wawasan baik bagi keluarga maupun masyarakat yang salah satu anggota

keluarganya adalah lanjut usia. Dalam jangka panjang, penyebar luasan informasi

dapat menjadi alternative prefentif untuk mengatasi permasalahan lanjut usia.

2. Enabler

Hubungan antara masalah lanjut usia dan pelayanan lanjut usia dengan peran

pekerja sosial sebagai enabler atau pemungkin adalah pekerja sosial dapat membantu

memberikan kemungkinan-kemungkinan baik kepada lanjut usia itu sendiri ataupun

keluarga hingga masyarakat tentang dampak dan pengaruh yang akan ditimbulkan dari

adanya masalah pada lanjut usia dan pelayanan lanjut usia. Sehingga dapat membuka

wawasan bagi lanjut usia, keluarga dan masyarakat tentang sesuatu yang mungkin tidak

mereka sadari sebelumnya.

3. Motivator

Peran pekerja sosial sebagai seorang motivator berhubungan dengan

pemberian dukungan baik dengan pemberian semangat ataupun tindakan. Peran

motivator dapat pula diterapkan oleh pekerja sosial ketika berhadapan dengan lanjut

usia. Terutama ketika lanjut usia mengalami masalah atau hambatan dalam

menjalankan kehidupannya ataupun ketika sedang dalam pelayanan harian lanjut usia.

Selain itu, peran motivator juga dapat dilakukan oleh pekerja sosial pada keluarga
41

lanjut usia agar terus memberikan dukungan, kasih sayang, cinta kasih hingga perhatian

kepada lanjut usia ketika dalam proses pelayanan harian lanjut usia.

4. Broker

Permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia termasuk dalam permasalahan

yang kompleks. Sehingga dalam penangannya membutuhkan kerjasama atau

kontribusi dari banyak pihak atau profesi lain, sehingga pelayanan yang diberikan

dapat lebih komprehensif dan benar-benar efektif dalam mengatasi masalah lanjut usia

contohnya, ketika lanjut usia mengalami masalah dengan kondisi kesehatannya maka

pekerja sosial harus segera memberikan pelayanan kesehatan kepada lanjut usia

tersebut dengan menyerahkan pelayanan kepada bidang medis atau kesehatan yang

memang berkewenangan melakukan pelayanan.

5. Konselor

Kegiatan konseling seorang pekerja sosial ditempatkan sebagai pendengar bagi

klien mereka, hal tersebut tidak terkecuali dengan lanjut usia. Lanjut usia terkadang

memiliki masalah yang tidak dapat diungkapkan karena tidak ada pihak yang bisa

mendengarkan, oleh karena pekerja sosial bisa menjadi pendengar yang baik atas

masalah yang dihadapi oleh lanjut usia. Hasil dari penerapan peran ini, dapat pula

digunakan sebagai bahan hasil asesmen terhadap apa yang menjadi masalah dan yang

dibutuhkan oleh lanjut usia.

6. Advokat

Permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terkadang bersinggungan dengan

upaya pemenuhan kebutuhan dan hak dari lanjut usia, oleh sebab itu ketika dalam
42

pemberian pelayanan didalam lembaga kesejahteraan bagi lanjut usia tidak dapat

memberikan hak-hak dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan lanjut usia, maka pekerja

sosial harus memainkan perannya sebagai advokat.

2.2.5.4. Sistem Sumber Pekerjaan Sosial

Sumber adalah segala sesuatu yang memiliki nilai yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, oleh karena itu,

sistem sumber kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai sumber atau potensi yang

dapat digunakan dalam usaha kesejahteraan sosial atau praktek pekerjaan sosial.

Allan Pincus dan Minahan dalam Sugeng Pujileksono dan Mira Wuryantari

(2019:195) terbagi menjadi tiga diantaranya:

1. Sistem Sumber Informal

Sistem sumber informal atau alamiah meliputi dukungan emosional, kasih

sayang, nasehat, informasi yang dibutuhkan, bantuan berupa materi seperti uang serta

pelayanan-pelayanan bersifat keluarga, kerabat dan lingkungan tetangga maupun

orang-orang lain yang bersedia membantu. Keluarga dan kerabat merupakan bentuk

sistem sumber informal dalam masyarakat.

2. Sistem Sumber Formal

Sistem sumber formal adalah keanggotaannya di dalam suatu organisasi atau

asosiasi formal yang bertujuan untuk meningkatkan minat anggota dan untuk dapat

mendukung partisipasi masyarakat dalam berbagai upaya kesejahteraan sosial.

3. Sistem Sumber Kemasyarakatan


43

Sistem sumber kemasyarakatan adalah lembaga-lembaga yang didirikan oleh

pemerintah maupun swasta yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara menyeluruh.

2.2.5.5. Sistem Dasar Praktek Pekerjaan Sosial

Sistem adalah kumpulan dari berbagai macam sub-sub sistem yang saling

berhubungan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini

berarti bahwa jika ada salah satu dari unsur sistem tidak ada, maka sistem tersebut tidak

akan berjalan, bahkan boleh dikatakan bukan sebuah sistem. Praktek pekerjaan sosial,

sistem dasar merupakan tolok ukur dari seorang pekerja sosial dalam menjalankan

pekerjaannya.

Secara teoritis Pincus dan Minahan dalam Dwi Heru Sukoco (1991)

menyatakan bahwa terdapat empat sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial : sistem

pelaksana perubahan (a change agent system), sistem klien (a client system), sistem

sasaran (a target system) dan sistem kegiatan (an action system). Berikut adalah

penjelasannya:

1. Sistem Pelaksana Perubahan

Sistem pelaksana perubahan adalah sekumpulan profesional yang secara khusus

bekerja untuk menciptakan perubahan secara terencana. Juga yang merupakan bagian

dari sistem pelaksana perubahan adalah adanya organisasi yang mempekerjakan agen

perubahan tersebut.

2. Sistem Klien
44

Sistem Klien adalah sejumlah orang yang sepakat atau meminta pelayanan kepada agen

perubahan, dan yang bekerja berdasarkan kesepakatan atau kontrak dengan agen

perubahan. Klien dengan demikian dipergunakan dengan penuh kesadaran daripada

yang sering diperlakukan oleh pekerja sosial, menghindari kemungkinan dari

“melakukan sesuatu” terhadap orang atau organisasi tanpa sepengetahuan atau

kesepakatan mereka.

3. Sistem Sasaran

Sistem sasaran adalah sekumpulan orang, badan-badan, dan atau organisasi

praktek yang memerlukan perubahan melalui pengukuran tertentu dalam upaya

mencapai tujuan melalui agen perubahan. Misalkan, melalui penganalisaan perubahan

sistem sasaran dapat terukur efektivitasnya dan memberikan suatu mekanisme

pertanggungjawaban.

4. Sistem kegiatan

Istilah ini dipakai untuk menggambarkan dengan siapa saja pekerja sosial

bekerja dalam upayanya memenuhi tugasnya dan mencapai tujuan perubahan yang

diharapkan. Salah satunya mungkin akan melibatkan sejumlah sistem kegiatan dengan

aspek yang berbeda dari upaya perubahan terencana untuk melengkapi keseluruhan

rencana perubahan dari pelaksana (agen) perubahan. Konsep dari metode dan tujuan

hasil juga dipergunakan untuk lebih jauh lagi membedakan bagaimana sistem kegiatan

dan sistem sasaran dikembangkan dan didayagunakan.

Alternatif solusi yang diberikan dalam pembuatan program dapat

memanfaatkan berbagai system dasar pekerja sosial untuk berkolaborasi dalam


45

menyelesaikan permasalahan terkait dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia

terlantar.

2.2.6. Tinjauan Tentang Pengembangan Masyarakat

2.2.6.1. Pengertian Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat atau Community Development merupakan salah

satu metode dalam pekerjaan sosial, selain Social Case Work dan Social Group Work.

Pengembangan masyarakat menurut Edi Suharto (2010) yaitu proses membantu orang-

orang biasa agar dapat memperbaiki masyarakatnya melalui tindakan-tindakan

kolektif. Pengembangan masyarakat juga dikenal dengan istilah intervensi komunitas.

Netting (2001) mengemukakan bahwa intervensi komunitas juga dikenal dengan istilah

intervensi makro merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka

melakukan perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas.

Berbagai term yang digunakan untuk menggambarkan intervensi pada level

komunitas dalan ilmu kesejahteraan sosial (Isbandi Rukminto, 2012: 80), antara lain:

1. Community Work. Istilah ini merupakan terminologi untuk praktik


pengorganisasian dan pengembangan masyarakat yang banyak digunakan di
Inggris dan Australia.
2. Community Organization. Termiologi ini digunakan oleh Rothman, Tropman,
dan Erlich sejak tahun 1960-an hingga 1987-an (terminologi yang banyak
digunakan di Amerika Serikat), sedangkan pada edisi kelima dari buku
Community Organization, Rothman (1995) telah mengubah nama dari
intervensi ini menjadi Community Intervention (Intervensi Komunitas).
3. Terminologi yang banyak digunakan di Indonesia pada dasawarsa 1970-1990
adalah pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (COCD). Istiah
Intervensi Komuitas adalah istilah yang relatif banyak dikembangkan sekitar
tahun 2000-an merespon perubahan dari istilah yang digunakan oleh Jack
Rothman pada tahun 1995.
4. Glen (1993), Butcher, Banks, Henderson, dan Robertson (2007)
menggunakan istilah yang berbeda, yaitu Community Practice (Praktik
46

Komunitas) untuk menggambarkan model intervensi yang serupa dengan


yang dikemukakan oleh Rothman dalam Intervensi Komunitas.

2.2.6.2. Model-Model Pengembangan Masyarakat

Rothman dalam Isbandi Rukminto Adi (2012:89) mengatakan bahwa model-

model yang digunakan pekerja sosial dalam melakukan pengembangan masyarakat

dibagi menjadi tiga intervensi komunitas, antara lain:

1. Pengembangan Masyarakat Lokal

Pengembangan masyarakat lebih menekankan pada process goal (tujuan yang

berorientasi pada proses), dimana suatu masyarakat dicoba untuk diintegrasikan serta

dikembangkan kapasitasnya dalam upaya memecahkan masalah mereka secara

kooperatif (bekerja sama) berdasarkan kemampuan dan kemampuan menolong diri

sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip demokratis.

2. Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial lebih menekankan pada task goal (tujuan yang berorientasi

pada penyelesaian tugas). Pengorganisasian perencanaan sosial biasanya berhubungan

dengan masalah-masalah sosial yang konkrit dan nama-nama bagian (departemen) juga

mencirikan hal ini.

3. Aksi Sosial

Pendekatan aksi sosial mengarah pada kedua tujuan tersebut baik task goal

maupun process goal. Beberapa organisasi aksi sosial memberi penekanan pada upaya

terbentuknya peraturan yang baru atau mengubah praktek-praktek tertentu. Biasanya

tujuan ini mengakibatkan adanya modifikasi kebijakan organisasi-organisasi formal.


47

2.2.6.3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat

Jim Ife (2016), mengemukakan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat

antara lain sebagai berikut:

1. Integrated Development (pembangunan yang terintegrasi)


2. Confronting Structural Disadvantage (menghadapi struktur yang
merugikan)
3. Human Rights (hak-hak manusia)
4. Sustainability (berkelanjutan)
5. Empowerment (pemberdayaan)
6. The Personal and The Political(personal dan politik)
7. Community Ownership (rasa kepemilikan komunitas)
8. Self Reliance (kepercayaan diri)\
9. Independence from The State (kebebasan dari negara)
10. Immediate Goals and Ultimate Visions (tujuan yang jelas dan visi yang
baik)
11. Organic Development (pengembangan organik)
12. The Pace of Development (langkah pengembangan)
13. External expertise(keahlian eksternal)
14. Community Building (membangun masyarakat)
15. Process and Outcome(proses dan hasil)
16. The Integrity Of Process(integritas proses)
17. Non-violence(tanpa kekerasan)
18. Inclusiveness(ketercapaian)
19. Consensus(konsensus)
20. Cooperation(kerjasama)
21. Participation(partisipasi)
22. Defining Need (menentukan kebutuhan)

Berdasarkan poin-poin yang disebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pekerja sosial perlu berpegang teguh pada prinsip-prinsip tertentu sebagai wujud

profesionalitas dalam pelaksanaan praktik pekerjaan sosial makro.

2.2.6.4. Proses Pengembangan Masyarakat/Intervensi Komunitas


48

Lippit, Watson, dan Westley dalam Isbandi Rukminto (2012) menyatakan

bahwa agar perubahan ke tingkat yang lebih baik berhasil dilakukan, ada suatu proses

intervensi yang harus dilalui. Proses tersebut terdiri dari beberapa tahap, diantaranya:

1. Tahap Pengembangan Kebutuhan akan Perubahan.

Sebelum proses perubahan berencana dimulai, kesulitan yang dihadapi oleh

masyarakat harus diterjemahkan sebagai kesadaran mengenai masalah yang ada

(problem awarness). Hal ini merupakan inti dari keinginan untuk berubah dan

keinginan untuk mencari bantuan di luar sistem. Pekerja sosial hadir sebagai pelaku

perubahan di luar sistem untuk membantu dan menstimulasi masyarakat untuk

memikirkan apa yang mereka butuhkan.

2. Tahap Pemantapan Relasi Perubahan

Pengembangan relasi kerja dengan pelaku perubahan (community worker)

merupakan isu utama pada fase ini. Pembentukan dan pembinaan relasi dengan warga

masyarakat sangat diperlukan untuk dapat bekerja sama dengan mereka ke arah

perubahan yang direncanakan. Pembinaan relasi akan membantu memperoleh data

mengenai kebutuhan dan sumber daya komunitas sasaran dan membentuk kepercayaan

warga (local worker) yang ikut aktif melakukan perubahan dalam masyarakat.

3. Tahap Klarifikasi atau Diagnosis Masalah Sistem Klien.

Pada saat data telah terkumpul, masalah yang semula tampak sederhana

kemungkinan akan bertambah rumit, karena adanya kepentingan-kepentingan pribadi,

kelompok-kelompok yang menolak perubahan, masalah-masalah ketergantungan


49

terhadap lembaga, dan sebagainya. Pada tahap ini, community worker harus

mengklarifikasi dan menganalisis hakikat permasalahan sistem klien.

4. Tahap Pengkajian Alternatif Jalur dan Tujuan Perubahan, serta Penentuan Tujuan

Program dan Kehendak untuk Melakukan Tindakan.

Data yang telah dianalisis, kemudian ditentukan tujuan operasional dari

program ataupun kegiatan yang akan dilakukan, serta alternatif cara yang akan

ditempuh guna mencapai tujuan tersebut. Dari beberapa alternatif tersebut, kemudian

diputuskan alternatif mana yang akan diterapkan serta program/kegiatan apa yang akan

dilaksanakan.

5. Tahap Transformasi Kehendak ke Dalam Upaya Perubahan yang Nyata.

Tahap ini merupakan tahapan yang memfokuskan pada upaya mentransfer

perencanaan program (program planning) menjadi pelaksanaan program dalam bentuk

kegiatan-kegiatan yang nyata (action program). Pelaku perubahan dan komunitas

sasaran harus melakukan pemantauan secara progresif, guna mempertahankan atau

mencapai kinerja yang mereka inginkan.

6. Tahap Generalisasi dan Stabilisasi Perubahan.

Perubahan sebagai akibat dari berbagai kegiatan dalam pelaksanaan program

sebagaimana ditetapkan di atas akan stabil kalau dampak perubahan itu akan diikuti

kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, atau meluas pada desa/kelurahan lainnya.

7. Tahap Terminasi merupakan akhir dari suatu relasi perubahan.


50

Berakhirnya suatu relasi perubahan dapat terjadi karena waktu bertugas sudah

berakhir atau karena masyarakat sudah siap untuk mandiri (mempunyai keterampilan

teknis) untuk dapat terus mengembangkan kegiatan yang ada.

2.2.6.5. Strategi dan Taktik Dalam Pengembangan Masyarakat

Strategi dalam pengembangan masyarakat atau intervensi komunitas menurut

Brager dan Holloway dalam Netting (2001) terbagi menjadi 3 jenis, yaitu kolaborasi,

kampanye, dan kontes. Setiap strategi memiliki taktik-taktik tersendiri, dengan

penjelasan sebagai berikut:

1. Kolaborasi (kerjasama)

Pendekatan kolaborasi meliputi keadaan sistem sasaran dan sistem tindakan

setuju bahwa perubahan dibutuhkan. Taktik yang digunakan yaitu implementasi dan

membangun kapasitas. Taktik implementasi digunakan ketika sistem tindakan dan

sasaran bekerja sama secara kooperatif. Ketika sistem ini setuju untuk perubahan yang

dibutuhkan dan alokasi sumber didukung oleh pembuat keputusan perubahan butuh

diimplementasikan. Sedangkan taktik membangun kapasitas meliputi partisipasi dan

pemberdayaan. Partisipasi mengacu pada aktivitas yang melibatkan anggota sistem

klien dalam upaya perubahan. Pemberdayaan adalah proses pertolongan kelompok atau

masyarakat untuk memperoleh pengaruh politik atau otoritas legal yang relevan.

2. Kampanye

Kampanye sosial adalah suatu upaya untuk mempengaruhi anggota sistem

sasaran agar sistem tersebut menyadari bahwa perubahan memang benar-benar

dibutuhkan dan dengan demikian sumber yang dibutuhkan dapat dialokasikan. Taktik
51

yang digunakan yaitu pendidikan, persuasi, dan media masa. Pendidikan (edukasi)

adalah taktik yang digunakan untuk tujuan memberikan pemahaman kepada kelompok

sasaran agar mereka mampu menerima apa yang akan dilakukan dan bersedia terlibat

secara aktif. Persuasi adalah taktik untuk membujuk atau memberikan gambaran bahwa

kegiatan yang dilakukan merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat. Media

masa yaitu taktik untuk membujuk atau mengubah persepsi kelompok sasaran dengan

memanfaatkan media masa yang ada atau media yang mudah diakses oleh kelompok

sasaran.

3. Kontes

Kontes adalah strategi yang dapat dilakukan jika kelompok sasaran mengalami

permasalahan yang lebih banyak disebabkan oleh struktur kekuasaan yang menindas,

tidak adil, dan merugikan kelompok terbesar dalam masyarakat. Taktik yang

digunakan yaitu advokasi serta negosiasi dan bargaining. Advokasi adalah taktik yang

dilakukan oleh pekerja sosial untuk memperjuangkan kepentingan kelompok sasaran

dengan cara menawarkan suatu persyaratan tertentu kepada pihak lain (kelompok

dominan, pemerintah daerah, legislatif, atau kelompok lain yang menindas) sebagai

pengganti kerugian yang dialami atas dilaksanakannya suatu program. Sedangkan

negosiasi dan bargaining terjadi ketika dipahami perbedaan kekuatan antar berbagai

pihak dan kebutuhan yang dikompromikan dibuat serta seing melibatkan mediator

sebagai pihak ketiga.

2.2.6.6. Teknik Praktik Pekerjaan Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat


52

Teknik-teknik yang digunakan dalam pengembangan masyarakat atau praktik

pekerjaan sosial makro antara lain:

1. Community Involvement, Neighborhood Survey Study, Night Meeting Forum

Community Involvement (CI) yaitu teknik meleburkan diri atau melibatkan diri

dalam berbagai kegiatan di masyarakat, baik kegiatan formal maupun informal, serta

individu maupun kelompok, yang bertujuan untuk menciptakan keterbukaan

masyarakat dalam memberikan informasi-informasi yang diperlukan serta

menghindari adanya tekanan dari pihak manapun.

2. Transectwalk

Transectwalk merupakan teknik penggalian informasi dan media pemahaman

daerah melalui penelusuran dengan berjalan mengikuti garis yang membujur dari suatu

sudut ke sudut lain di wilayah tertentu.

3. Methodology Participatory Assessment (MPA)

Methodology Participatory Assessment (MPA) adalah salah satu cara untuk

melakukan asesmen terhadap permasalahan dengan melibatkan masyarakat.

Masyarakat menentukan, merencanakan dan memutuskan permasalah yang dialami

dan dirasakan, sehingga keikutsertaan masyarakat dalam semua kegiatan menjadi tolak

ukur yang penting. Adapun empat langkah utama dalam teknik ini antara lain

menemukenali masalah, menemukenali potensi, menganalisis masalah dan potensi dan

pemilihan solusi pemecahan masalah

4. Technology of Participation (ToP)


53

Technology of Participation (ToP) adalah suatu teknik fasilitasi untuk

membantu kelompok dalam pembuatan keputusan secara partisipatif. Teknik ini

diterapkan dalam menyusun rencana kegiatan/program dalam upaya pemecahan

masalah, dimana masyarakat yang difasilitasi oleh praktikan mengemukakan ide atau

pendapat serta memberikan masukan untuk solusi yang telah disepakati untuk segera

ditangani. Teknologi partisipatif mengeksplorasi munculnya inisiatif-inisiatif, sikap

kepemimpinan, keputusan dan tanggung jawab dari seluruh anggota kelompok. ToP

berusaha mengatasi berbagai hambatan dan kerumitan yang terjadi dalam

diskusi/pertemuan dalam pengambilan keputusan. Adanya sekelompok orang tertentu

yang sangat mendominasi forum, atau orang-orang yang dapat berbicara dalam forum

adalah fenomena umum yang sering menghambat keberlangsungan diskusi/pertemuan.

5. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah salah satu metode dasar untuk

memberikan kesempatan pada peserta diskusi untuk memberikan pandangannya

tentang suatu topik. Kegiatan ini memungkinkan setiap peserta diskusi

menyumbangkan perspektif yang berbeda satu sama lain. Tujuannya untuk

memperoleh gambaran terhadap suatu masalah tertentu dengan lebih rinci.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sekunder

(Metode Analisis Data Sekunder) dengan pendekatan kualitatif deskriptif.

Deskriptif dalam kualitatif adalah ”data yang dikumpulkan adalah berupa kata –

kata, gambar, dan bukan angka – angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan

metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi

kunci terhadap apa yang sudah diteliti” (Moleong, 2011, hal.11). Menurut Heaton

dalam Andrews (2012:12) menyatakan bahwa analisis data sekunder merupakan

suatu strategi penelitian yang memanfaatkan data kuantitatif ataupun kualitatif yang

sudah ada untuk menemukan permasalahan baru atau menguji penelitian terdahulu.

Penelitian sekunder disini diambil dari data penelitian dahulu baik dari data

kuantitatif dan kualitatif terkait penelitian dukungan sosial masyarakat terhadap

lanjut usia terlantar. Hal ini serupa dengan teori yang di sampaikan Caston.

Menurut M. Katherine Mc Caston (2005) menyatakan bahwa “analisis data

sekunder itu mencakup dua proses pokok, yaitu mengumpulkan data dan

menganalisisnya. Penelitian analisis data sekunder merupakan kerangka kerja garis

besar mengenai hasil seperti apa yang ingin dilaporkan, daftar data yang dirasa

perlu dikumpulkan dan daftar sementara sumber data”.

Johnston (2014:620) mengatakan bahwa analisis data sekunder tetap

digunakan sebagai teknik penelitian. Namun dengan banyaknya data hasil

penelitian yang tersedia untuk dimanfaatkan para peneliti, maka penting untuk

55
56

kemudian menegaskan analisis data sekunder itu sebagai suatu metode penelitian

yang sistematik.

Analisis data sekunder dapat disimpulkan bahwa analisis data sekunder

bukan merupakan sebuah metode analisis data, namun metode (strategi) penelitian.

Analisis data sekunder memanfaatkan data sekunder yaitu data yang sudah ada.

Dalam hal ini, dimaksudkan bahwa peneliti tidak mengumpulkan data sendiri baik

dengan menggunakan wawancara, penyebaran angket, melakukan tes atau

observasi melainkan data yang diperoleh dapat berupa data hasil penelitian dapat

pula berupa data documenter administrative kelembagaan.

Wallace Foundation (Workbook B.Conducting Secondary Data Analysis-

www.wallacefoundation.org, diunduk Mei 220) merumuskan langkah-langkah

penelitian analisis data sekunder itu sebagai berikut:

Bagan 3.1: Proses penelitian analisis data sekunder Wallace


Foundation
57

Sumber: Workbook B; Conducting Secondary Data Analysis–


www.wallacefoundation.org, diunduh Mei 2020
Berdasarkan gambar 3.1 tersebut, penelitian sekunder (analisis data sekunder)

tentang dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar menggunakan

proses penelitian sebagai berikut:

1. Menetapkan (mencari-temukan) sumber data/informasi ;

2. Mengumpulkan data yang sudah tersedia (dalam hasil penelitian, jurnal dan

tulisan lain dan dokumen yang sudah dikumpulkan sebelumnya) yang

berkaiatan; dan

3. Menormalisasikan data jika diperlukan dan memungkinkan (membuat data dari

berbagai sumber menjadi sesetara mungkin atau menjadi satu bentuk yang

sama)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data

sekunder. Metode ini merupakan metode penelitian yang dilakukan terhadap

sumber – sumber tertulis berupa hasil penelitian, jurnal dan juga data administratif

kelembagaan yang sesuai dengan penelitian penulis mengenai dukungan sosial

masyarakat terhadap lanjut usia terlantar. Peneliti menggunakan metode ini

dikarenakan adanya Pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan melakukan

penelitian ke lapangan secara langsung sehingga peneliti menggunakan data

sekunder sebagai sumber informasi untuk menjawab rumusan masalah yang telah

ditentukan sebelumya.

3.2. Penjelasan Istilah


58

Penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa istilah untuk

mencegah timbulnya perbedaan pada istilah yang digunakan. Maka dari itu

dibutuhkan penjelasan untuk menegaskannya. Penelitian ini menggunakan

beberapa istilah yang harus dimengerti, yaitu :

1. Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah bantuan yang diterima oleh lanjut

usia terlantar dari lingkungan sosialnya. Bantuan yang diberikan dapat berupa

kenyamanan, perhatian, penghargaan dan juga menolong lanjut usia terlantar

tersebut dalam menghadapi masalah.

a. Kenyamanan ialah pemberian hiburan, semangat dan kasih sayang dari

masyarakat kepada lanjut usia terlantar.

b. Perhatian ialah pemusatan aktivitas masyarakat dalam hal kesehatan,

kemandirian, dan perawatan lanjut usia terlantar.

c. Penghargaan ialah pengakuan keberadaan lanjut usia terlantar oleh

masyarakat.

d. Menolong ialah bantuan berupa tenaga, waktu ataupun dana yang diberikan

masyarakat kepada lanjut usia terlantar.

2. Masyarakat dalam penelitian ini adalah sekumpulan orang yang tinggal

disekitar lanjut usia terlantar yang membutuhkan dukungan sosial dalam

menghadapi masalah. Sekumpulan orang yang dimaksud yaitu tetangga

ataupun tokoh masyarakat yang tinggal disekitar lanjut usia terlantar tersebut.

3. Lanjut usia terlantar dalam penelitian ini adalah individu dengan usia 60 tahun

keatas yang dalam menjalankan masa tuanya tidak dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya seperti sandang, pangan, dan papan disebabkan karena keterbatasan


59

kemampuannya dalam mencari nafkah; ketiadaan sanak saudara atau pihak

yang dapat menjamin kehidupannya secara layak; serta terlantar secara psikis

dan sosial sehingga mereka tidak mampu menjalankan keberfungsian sosialnya

sebagaimana mestinya. Dalam menjalankan hidupnya lanjut usia terlantar ini

membutuhkan dukungan sosial dari orang – orang yang ada dilingkungannya

yang dalam hal ini adalah masyarakat.

3.3. Penjelasan Latar Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan latar penelitian

terbuka. Latar terbuka dalam penelitian ini yaitu dengan melihat hasil penelitian

terdahulu mengenai aspek kenyamanan, aspek perhatian, aspek penghargaan, dan

juga aspek menolong yang diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar untuk

mengetahui seberapa besar gambaran dukungan sosial masyarakat yang diberikan

kepada lanjut usia terlantar yang ada di lingkungannya.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada dan data

tersebut tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Sumber data yang digunakan

oleh peneliti adalah sumber data yang berasal dari data hasil penelitian maupun data

dokumen administratif kelembagaan. Data hasil penelitian yang dimaksud yaitu

data hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain.

3.4.1. Jenis Data

Data sekunder dapat dibedakan menjadi dua macam. Jenis data pertama

yaitu data hasil penelitian orang lain dan jenis data yang kedua yaitu data
60

administratif kelembagaan. Kedua jenis data sekunder dalam analisis data sekunder

sendiri dijelaskan sebagai berikut :

1. Penelitian

Data penelitian merupakan data yang dihasilkan oleh sebuah penelitian yang

dilakukan oleh orang lain. Dalam hal ini, peneliti akan mencari penelitian terdahulu

baik dalam bentuk buku ataupun jurnal yang terkait dengan dukungan sosial

terhadap lanjut usia.

2. Data Administratif Kelembagaan

Data administratif kelembagaan dimaksudkan data yang dikumpulkan

melalui suatu lembaga. Data administratif kelembagaan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu data mengenai lanjut usia terlantar.

3.4.2. Sumber Data

Penentuan sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan data sekunder. Sumber data dalam hal ini yaitu data sekunder yang

diambil dengan dua pendekatan yaitu :

1. Pendekatan pertama : dimulai dengan pertanyaan penelitian atau rumusan

masalah kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data sekunder yang

relevan.

2. Pendekatan kedua : dimulai dengan mengumpulkan data sekunder lalu

menelaahnya untuk mencermati aspek – aspek apa saja yang ada dalam data

tersebut untuk kemudian dimunculkan rumusan masalahnya dengan

menghubung – hubungkan berbagai aspek tersebut.

3.5. Analisis Data


61

Peneliti melakukan analisis data dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber. Dalam penelitian analisis data sekunder, teknik

pengumpulan data terdapat dua proses pokok, yaitu mengumpulkan data dan

menganalisisnya. Dalam penelitian analisis data sekunder teknik pengumpulan data

yang digunakan sebagai berikut :

1. Menetapkan sumber data atau informasi (dapat diperoleh dari sekolah,

universitas, dinas pendidikan, dsb). Peneliti akan mencari segala sumber

informasi terkait dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar;

2. Mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam bentuk dokumen. Peneliti

mulai menyusun informasi yang di dapat terkait dukungan sosial masyarakat

terhadap lanjut usia terlantar dalam bentuk dokumen agar lebih memudahkan

untuk tahap selanjutnya;

3. Menormalisasikan data jika diperlukan dan memungkinkan yaitu membuat

data dari berbagai sumber menjadi setara atau menjadi bentuk yang sama.

Peneliti memiliki pedoman dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia

terlantar yang akan digunakan sebagai acuan normalisasi data dengan

informasi yang telah didapatkan; dan

4. Menganalisis data. Peneliti mulai menganalisis data yang telah dikategorikan

terkait penelitian dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar.

Proses analisis data dalam penelitian data sekunder dilakukan secara

deskriptif. Data yang telah dianalisis akan dijelaskan dalam hasil penelitian yang

akan menjawab rumusan masalah.

3.6. Teknik Pengumpulan Data


62

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam analisis data sekunder

terdapat dua yaitu :

1. Metode Penelitian Kepustakaan (library research)

Mempelajari buku – buku referensi dan hasil penelitian sejenis yang

sebelumnya perlah dilakukan oleh orang lain. Tujuan dari metode penelitian

kepustakaan ini yaitu untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah

dukungan sosial masyakat kepada lanjut usia terlantar.

2. Metode Dokumentasi atau Studi Dokumentasi

Metode ini adalah pengumpulan data berupa data documenter

administrative kelembagaan tekait informasi mengenai lanjut usia terlantar.

Penelitian analisis data sekunder bisa dimulai dari pertanyaan penelitian,

menelaah data serempak dengan terus-menerus, serta membuat pertanyaan

penelitian. Wallace Foundation memberikan tips dalam mengumpulkan data itu

agar tidak terjebak dengan fenomena yang menarik tapi tidak relevan agar setiap

“jeda” mengumpulkan data mempertanyakan hal-hal berikut :

1 What are my research goals? What questions am I hoping to answer? (Apa sih

tujuan penelitian saya? Permasalahan penelitian apa yang ingin saya temukan

jawabannya dari lapangan?)

2 Which research questions have I answered with the data I have collected?

(Permasalahan penelitian yang mana yang sudah terjawab dengan data yang

sudah saya himpun sampai saat ini?)

3 Which research questions are still outstanding? (Permasalahan penelitian yang

mana yang masih belum terjawab?)


63

4 What new questions have been raised by the data I have found? (Permasalahan

penelitian apa lagi yang muncul dari data yang sudah saya himpun sampai saat

ini?)

5 How will I be using this information once it is collected? Should I look for data

in another form or format for my purposes? (Data yang sudah saya himpun ini

mau saya apakan?)

6 How accurate is the information I have collected? Can I find an answer to this

question from a more credible source? (Seberapa akurat data yang sudah saya

himpun ini? Dapatkah saya menemukan jawaban terhadap permasalahan

penelitian saya dari sumber data yang lebih bisa dipercaya?)

7 How up-to-date is the information I have collected? Can I find more current

information from another source? (Seberapa “up-to-date” data yang sudah

saya himpun ini? Dapatkah saya peroleh data yang lebih mutakhir dari sumber

data lain?)

3.7. Jadwal dan Langkah – Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 sampai dengan Juli 2020,

dengan jadwal dan langkah penelitian yang telah disusun secara sistematis, sebagai

berikut:

3.7.1. Tahap Persiapan Awal

1. Pengajuan judul dilaksanakan pada minggu ke lima bulan Juli 2019.

2. Pengkajian studi literature pada minggu pertama bulan Agustus sampai dengan

minggu ke dua bulan Agustus 2019.

3. Bimbingan proposal pada minggu ke tiga bulan Agustus 2019.


64

4. Seminar proposal pada minggu ke empat bulan Agustus 2019.

5. Bimbingan Bab I, Bab II, dan III dilaksanakan pada bulan Januari sampai

dengan bulan Juni 2020

3.7.2. Tahap Pelaksanaan

1. Pengumpulan data pada bulan Juni 2020.

3.7.3. Tahap Akhir

1. Analisis data dilakukan pada bulan Juni – Juli 2020.

2. Bimbingan penulisan Skripsi dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2020.

3. Penyusunan laporan skripsi dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2020.

4. Sidang skripsi dilaksanakan pada bulan September 2020.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Tahun 2019 Tahun 2020
No Kegiatan
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Studi Literatur
2. Pengajuan Topik
3. Penyusunan
Proposal
4. Seminar Proposal
5. Pengumpulan dan
Pengolahan Data
6. Bimbingan
Penulisan
7. Penyelesaian Skripsi

8. Pengesahan Skripsi
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Sumber Informasi dan Lokasi Penelitian

Sumber – sumber informasi tentang dukungan sosial masyarakat kepada lanjut

usia terlantar yang terdiri dari tiga jenis sumber informasi. Sumber informasi yang

digunakan oleh peneliti merupakan data sekunder yang merupakan hasil penelitian,

jurnal dan juga buku terkait dukungan sosial. Lokasi penelitian sendiri akan dijelaskan

sesuai dengan lokasi penelitian yang tercantum dalam data sekunder yang digunakan.

Selanjutnya sumber informasi serta gambaran lokasi penelitian dari data sekunder yang

digunakan dijelaskan sebagai berikut.

4.1.1. Sumber Informasi Penelitian Sekunder

Sumber informasi dari penelitian analisis data sekunder terdiri dari tiga jenis

data. Ketiga jenis data tersebut terdiri dari hasil penelitian orang lain, jurnal dan juga

buku yaitu:

1. Hasil Penelitian

Sumber informasi dari data sekunder pertama yang digunakan peneliti yaitu

bersumber dari hasil penelitian orang lain yang relevan dengan aspek – aspek dukungan

sosial yang dapat diberikan masyarakat terhadap lanjut usia terlantar. Data sekunder

dari hasil penelitian orang lain tersebut yaitu:

a. Penelitian Chandra Aji Permana, 2013 tentang Hubungan Dukungan Sosial


Keluarga Dengan Tingkat Stress Pada Lansia Andro Pause di Gebang Wilayah
Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Jember (ID): Universitas Jember.

65
66

b. Penelitian Yusnia Pratiwi, 2015 tentang Pengaruh Dukungan Sosial terhadap


Kualitas Hidup Lanjut Usia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Kecamatan
Pancoran Jakarta Selatan. Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

c. Penelitian Azizah Nuruh Karohmah, 2016 tentang Peran Posyandu Lansia dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia. Semarang (ID): Universitas Negeri
Semarang.

d. Penelitian Dyah Ayu Mastuti, 2016 tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia
Ditinjau Dari Dukungan Keluarga. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

e. Penelitian Rizkya Angkin Pratiwi, 2017 tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia
Ditinjau Dari Keterlibatan Dalam Aktivitas Sehari – Hari. Sukarakarta (ID):
Universitas Muhamadiyah Surakarta.

f. Penelitian Arasti, 2014 Dita Nisfiani tentang Hubungan Dukungan Keluarga


dengan Kepatuhan DIIT Hipertensi pada Lanjut Usia di Desa Begajah Kecamayan
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

2. Jurnal

Sumber informasi dari data sekunder berasal dari jurnal yang berkaitan dan

relevan dengan aspek – aspek mengenai dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut

usia terlantar. Data sekunder yang berasal dari jurnal yaitu:

a. Penelitian Eka Taurista dan F.X Sri Sadewo tentang Praktik Petugas dalam
Meningkatkan Kesejahteraan dan Kenyamanan Lanjut Usia di Panti Werdha
Mojopahit Mojokerto. Surabaya (ID) : Universitas Negeri Surabaya. Jurnal
Paradigma, 03(02), 1-7

b. Penelitian Ida Ayu, 2015 tentang Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial
Terhadap Penyesuaian Diri Lanjut Usia Terlantar. Bali (ID): Universitas Udayana.
Jurnal Psikologi Udayana, 02(02),280-289

c. Penelitian Ani Marni dan Rudy Yuniawati, 2015 tentang Hubungan Antara
Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri Lansia di panti Wredha Budhi Dharma
67

Yogyakarta. Yogyakarta (ID) : Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal Fakultas


Psikologi, 3(1),1-7

d. Penelitian Etty Padmiati dan Kissumi Diyanayati,2015 tentang Pelayanan Sosial


Lanjut Usia dalam Kelurga. Yogyakarta (ID): Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS). Jurnal PKS, 14(3),
329-342

e. Penelitian Agus Santoso dan Novia Budi Lestari, 2008 tentang Peran Serta
Keluarga Pada Lansia yang Mengalami Post Power Syndrome. Semarang (ID):
Universitas Diponegoro. Media Ners, 2(1),1-44

f. Penelitian Siti Wafroh, 2016 dkk tentang Dukungan Keluarga dengan Kualitas
Hidup Lansia di PSTW Budi Sejahteran Banjarbaru. Banjarmasin (ID):
Universitas Lambung Mengkurat. Dunia Keperawatan, 4(1), 60-64

g. Penelitian Miftakul Jannah dan Meirinawati, 2016 tentang Pelayanan Prima Pada
Posyandu Lansia di Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES), Desa Karangdinoyo
Kecamatan Sumberharjo Kabupaten Bojonegoro. Surabaya (ID): Universitas
Negeri Surabaya.

h. Penelitian Camelia, 2017 dkk tentang Dukungan Sosial Keluarga dalam


Memenuhi Kebutuhan Sosial Lansia di Panti. Bandung (ID) : Universitas
Padjadjaran. Social Work Jurnal. 7(1), 1-129

i. Penelitian Lily Herlinah, dkk, 2013 tentang Hubungan Dukungan Keluarga


Dengan Perilaku Lansia dalam Pengendalian Hipertensi. Jakarta (ID) : Universitas
Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Indonesia. Jurnal Keperawatan
Komunitas. 2(1), 108-115

j. Penelitian Alnidi Safarach Bratanegara, dkk, 2012 tentang Gambaran Dukungan


Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Kelurahan Karasak Kota
Bandung. Bandung (ID) : Universitas Padjajaran.

k. Penelitian Parida Hanum, dkk, 2017 tentang Hubungan Karakteristik dan


Dukungan Keluarga Lansia dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Medan (ID): Universitas
Sumatra Utara. JUMANTIK, 3(1), 72-88
3. Buku

Sumber-sumber informasi dari buku yang berkaitan dan relevan dengan

dukungan sosial masyarakat terhadap masyarakat yaitu:


68

a. Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Cetakan Ke-1.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

4.1.2. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu gambaran lokasi

mengenai studi kasus dan lokasi penelitian yang tercantum dalam sumber – sumber

informasi atau data sekunder yang digunakan oleh peneliti

4.1.2.1. Lokasi Penelitian Sekunder

Lokasi dalam penelitian ini merupakan lokasi penelitian yang tercantum dalam

sumber – sumber informasi atau data sekunder yang digunakan oleh peneliti. Lokasi

penelitian ini digambarkan dari sumber informasi yang digunakan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Penelitian Chandra Aji Permana tentang Hubungan Dukungan Sosial Keluarga


Dengan Tingkat Stress Pada Lansia Andro Pause di Gebang Wilayah Kerja
Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Jember (ID) : Universitas Jember.

Penelitian ini berlokasi di Desa Gebang yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Patrang Jember. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia laki

– laki yang ada di Gebang wilayah kerja Puskesmas Patrang yang berjumlah 1062

orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial

keluarga dengan tingkat stress pada lanjut usia. Dukungan sosial yang dapat diberikan

keluarga kepada lanjut usia adalah dengan memberikan perhatian. Selain itu, keluarga

juga dapat memberikan dukungan berupa perilaku menolong dengan menerima kondisi

lanjut usia.
69

2. Penelitian Yusnia Pratiwi tentang Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kualitas


Hidup Lanjut Usia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan. Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Responden

dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang ada di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan

berjumlah 51 orang lanjut usia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh

dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. Dukungan sosial yang dapat

diberikan kepada lanjut usia berdasarkan penelitian ini yaitu dukungan penghargaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial memengaruhi kualitas hidup

lanjut usia. Dimana dukungan sosial yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu

dalam bentuk dukungan penghargaan dengan memberikan penghargaan yang terjadi

lewat ungkapan hormat, dorongan maju atau persetujuan terhadap gagasan atau

perasaan lanjut usia dan perbandingan positif lanjut usia dengan orang lain.

3. Penelitian Azizah Nurul Karohmah tentang Peran Posyandu Lansia dalam


Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia. Semarang (ID) : Universitas Negeri
Semarang.

Penelitian ini berlokasi di Posyandu Lansia Sejahtera Kelurahan Pasirmuncang.

Informan dari penelitian ini adalah lima orang lanjut usia yang menjadi anggota

maupun pengelola Posyandu Lansia Sejahtera. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan kesejahteraan lanjut usia serta faktor yang memengaruhi pelaksanaan

posyandu lanjut usia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam

penelitian ini yaitu lanjut usia yang menjadi anggota dan pengelola Posyandu Lanjut

Usia Sejahtera. Hasil dari penelitian ini adalah lanjut usia yang mengikuti posyandu

lanjut usia dapat mencapai kesejahteraan sosialnya dengan baik. Salah satu cara yang
70

dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan sosial lanjut usia dilakukan dengan

pemberian dukungan penghargaan kepada lanjut usia itu sendiri. Dukungan yang dapat

diberikan kepada lanjut usia itu sendiri yaitu dengan memberikan kemudahan khusus

bagi para lanjut usia untuk melaksanakan kerja dan melakukan perjalanannya.

4. Penelitian Dyah Ayu Mastuti tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari
Dukungan Keluarga. Surakarta (ID) : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Lawang, Kecamatan Gatak, Kabupaten

Sukoharjo. Responden dari penelitian ini yaitu 100 orang lanjut usia yang ada di

Kelurahan Lawang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan

yang diberikan kepada lanjut usia dalam hal kebahagiaan pada diri lanjut usia itu

sendiri. Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive

sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan

keluarga kepada lanjut usia masih rendah terhadap kebahagiaan dari diri lanjut usia itu

sendiri.

5. Penelitian Rizkya Angkin Pratiwi tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia Ditinjau
Dari Keterlibatan Dalam Aktivitas Sehari – Hari. Sukarakarta (ID): Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen.

Responden dari penelitian ini yaitu 100 orang lanjut usia yang tergabung dalam Ikatan

Punakaryawan Pendidikan dan Kebudayaan (IPPK) Ranting Kecamatan

Karangmalang, Kabupaten Sragen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

kebahagiaan lanjut usia ditinjau dari keterlibatan dalam aktivitas sehari – hari. Dengan
71

melibatkan lanjut usia dalam kegiatan sehari – hari dapat memberikan dampak positif

bagi lanjut usia sehingga kebahagiaan tetap dapat dirasakan oleh lanjut usia. Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Dari hasil

penelitian ini dapat diketahui bahwa aktivitas sehari – hari dan kebahagiaan pada lanjut

usia tergolong tinggi. Salah satu cara melibatkan lanjut usia dalam aktivitas sehari –

hari yaitu dengan memberikan dukungan penghargaan yang berupa memberikan

keleluasaan untuk melakukan sekaligus melibatkan lanjut usia dalam aktivitas sehari –

hari yang memang diinginkan oleh lanjut usia itu sendiri.

6. Penelitian Arasti Dita Nisfiani tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Kepatuhan DIIT Hipertensi pada Lanjut Usia di Desa Begajah Kecamatan
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Surakarta (ID) : Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Lokasi penelitian ini yaitu di Desa Begajah Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Sukoharjo. Informan dari penelitian ini berjumlah 71 lanjut usia. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan Diit Hipertensi

pada lanjut usia. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan deskriptif

koresional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

dukungan sosial yang diberikan keluarga dengan kepatuhan diit hipertensi pada lanjut

usia. Bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan

memberikan dukungan instrumental. Bentuk dukungan instrumental itu sendiri yaitu

dengan memberikan pertolongan dengan memberikan bantuan langsung dalam bentuk

uang, peralatan, waktu, modifikasi makanan dalam hal kepatuhan diit hipertensi pada

diri lanjut usia.


72

7. Penelitian Eka Taurista dan F.X Sri Sadewo, 2015 tentang Praktik Petugas dalam
Meningkatkan Kesejahteraan dan Kenyamanan Lanjut Usia di Panti Werdha
Mojopahit Mojokerto. Surabaya (ID): Universitas Negeri Surabaya.

Penelitian ini berlokasi di Panti Mojopahit Mojokerto, Surabaya untuk

mendapatkan gambaran mengenai kesejahteraan dan kenyamanan lanjut usia. Informan

dalam penelitian ini melibatkan 4 lanjut usia yang tinggal di panti. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesejahteraan lanjut usia yang ada di

panti dengan melihat kenyamanan yang diberikan lanjut usia dari petugas panti.

Pelayanan yang diberikan petugas panti kepada lanjut usia memiliki berbagai cara

tersendiri, petugas memiliki cara tersendiri untuk memberikan kenyamanan kepada

lanjut usia. Begitu pula dengan respon yang diberikan lanjut usia dalam pelayanan yang

diberikan oleh petugas juga berbeda – beda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan dalam cara petugas memberikan pelayanan kepada lanjut usia dan

begitu juga petugas mendapat respon yang berbeda dari lanjut usia ketika memberikan

pelayanan. Terdapat petugas yang mengatakan jika lanjut usia sudah sejahtera, namun

ada juga petugas yang mengatakan bahwa lanjut usia masih kurang sejahtera.

8. Penelitian Ida Ayu, 2015 tentang Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial
Terhadap Penyesuaian Diri Lanjut Usia Terlantar. Bali (ID): Universitas Udayana.

Penelitian ini dilakukan di Bali. Responden dari penelitian ini yaitu empat puluh

lanjut usia terlantar di Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

efikasi diri dan dukungan sosial terhadap penyesuaian diri lanjut usia terlantar.

Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa kenyamanan. Kenyamanan dalam hal ini

terbagi menjadi dua yaitu kenyamanan fisik dan kenyamanan psikologis. Hasil
73

penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan mempunyai peran

terhadap penyesuaian diri.

9. Penelitian Ani Marni dan Rudy Yuniawati, 2015 tentang Hubungan Antara
Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri Lansia Di panti Wredha Budhi Dharma
Yogyakarta . Yogyakarta (ID) : Universitas Ahmad Dahlan.

Penelitian ini berlokasi di panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Responden

yang diteliti dalam penelitian ini yaitu lima puluh lansia yang tinggal di panti tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan

penerimaan diri pada lanjut usia yang tinggal di panti. Salah satu dukungan sosial yang

dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan memberikan kenyamanan. Lanjut usia

akan merasa nyaman di panti ketika lanjut usia mempunyai teman untuk diajak

berdiskusi maupun orang yang mendengarkan keluh kesah lanjut usia tersebut ketika

sedang “down”. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial yang diberikan

kepada lanjut usia kepada penerimaan diri lanjut usia.

10. Penelitian Etty Padmiati dan Kissumi Diyanayati tentang Pelayanan Sosial Lanjut
Usia dalam Keluarga. Yogyakarta (ID) : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS).

Penelitian ini berlokasi di Desa Krambangan Kecamatan Panjatan Kabupaten

Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Sample dari penelitian ini yaitu sembilan

orang lanjut usia dan sembilan keluarga yang merawatnya. Tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mengetahui keluarga sebagai wadah penanganan permasalahan lanjut usia

dan memenuhi kebutuhan lanjut usia. Salah satu pelayanan yang dapat diberikan

keluarga terhadap lanjut usia yaitu dengan memberikan perhatian. Adanya perhatian,
74

kasih sayang dan perhatian tersebut akan menimbulkan rasa senang, aman, tentram,

dan tenang. Sehingga lanjut usia dapat menikmati sisa hidupnya dengan perasaan

bahagia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan keluarga memberikan pelayanan

kepada lanjut usia baik pelayanan pemenuhan kebutuhan, fisik, psikis maupun sosial.

Faktor yang berpengaruh terhadap keluarga dalam memberikan pelayanan pada lansia

adalah penghasilan keluarga, beban tanggungan keluarga, proses interaksi dan

komunikasi dan keberadaan dan potensi lansia.

11. Penelitian Agus Santoso dan Novia Budi Lestari tentang Peran Serta Keluarga
Pada Lansia yang Mengalami Post Power Syndrome. Semarang (ID) : Universitas
Diponegoro.

Penelitian ini berlokasi di Semarang. Informan dalam penelitian ini dilakukan

kepada tujuh orang lanjut usia yang mengalami post power syndrome. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran serta keluarga pada lanjut

usia yang mengalami post power syndrome. Post power syndrome merupakan keadaan

yang meninggalkan gangguan fisik, sosial, dan spiritual pada lanjut usia saat memasuki

waktu pensiun sehingga dapat menghambat aktifitas mereka dalam menjalani

kehidupan sehari – hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhatian yang

diberikan keluarga kepada lanjut usia tidak semua ditanggapi positif dan bahkan dapat

menyebabkan persepsi negatif oleh lanjut usia.

12. Penelitian Siti Wafroh, dkk tentang Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup
Lansia di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru. Banjarmasin (ID) : Universitas
Lambung Mengkurat.

Penelitian ini berlokasi di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Sejahtera

Banjarbaru. Responden dari penelitian ini berjumlah 50 orang. Tujuan dari penelitian
75

ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lanjut

usia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa kualitas

hidup lebih menekankan persepsi individu terkait dengan kepuasan terhadap posisi

serta dipengaruhi oleh sejauh mana tercapainya tugas perkembangan dalam kehidupan

lanjut usia. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara dukungan

sosial dengan kualitas hidup lanjut usia. Hal ini dikarenakan dukungan yang diberikan

keluarga yang baik kepada lanjut usia tinggi, sehingga lanjut usia merasa dirinya

diperhatikan dan dapat mencukupi kebutuhannya.

13. Penelitian Miftakul Jannah dan Meirinawati tentang Pelayanan Prima Pada
Posyandu Lansia di Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES), Desa Karangdinoyo
Kecamatan Sumberharjo Kabupaten Bojonegoro. Surabaya (ID) : Universitas
Negeri Surabaya.

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia di Pondok Kesehatan Desa

(PONKESDES) Desa Karangdinoyo, Sumberrejo, Bojonegoro. Responden dalam

penelitian ini berjumlah empat puluh lima orang lanjut usia. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pelayanan dalam bentuk dukungan yang

dapat diberikan lanjut usia. Fokus dari penelitian ini adalah tentang pelayanan dalam

bentuk dukungan dengan salah satu indikator perhatian (attention). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pelayanan atau dukungan yang diberikan kepada lanjut usia sudah

berjalan meskipun masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya. Dukungan yang

diberikan kepada lanjut usia yang berupa perhatian seperti dengan memperhatikan

kesehatan lanjut usia dengan cara memberikan arahan tentang hidup yang sehat dan

menjaga pola makan yang teratur.


76

14. Penelitian Camelia, dkk tentang Dukungan Sosial Keluarga dalam Memenuhi
Kebutuhan Sosial Lansia di Panti. Bandung (ID) : Universitas Padjadjaran.

Penelitian ini berlokasi di panti – panti yang ada di Kota Bandung. Responden

dalam penelitian ini berjumlah enam puluh lanjut usia. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui dukungan sosial yang diberikan kepada lanjut usia dalam memenuhi

kebutuhan lanjut usia tersebut. Salah satu bentuk dukungan sosial yang dapat diberikan

lanjut usia yaitu dukungan penghargaan. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa

dengan kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh keluarga terhadap lanjut usia, maka

lanjut usia membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan di sekitarnya. Dukungan

penghargaan yang dapat diberikan lanjut usia sendiri yaitu dapat diberikan melalui

komunikasi. Dari dukungan penghargaan ini, komunikasi baik yang terjalin akan

memudahkan lanjut usia untuk memahami diri sendiri dan dapat lebih diterima di

lingkungan.

15. Penelitian Lily Herlinah, dkk tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Perilaku Lansia dalam Pengendalian Hipertensi. Jakarta (ID) : Universitas
Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Indonesia.

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Koja Jakarta Utara. Responden dari

penelitian ini berjumlah 99 responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lanjut usia. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya hubungan antara dukungan sosial terhadap perilaku manusia.

Salah satu dukungan yang diberikan kepada lanjut usia yaitu dukungan instrumental.

Dalam hal ini, seseorang dapat membantu lanjut usia dengan memberi dukungan
77

instrumental yaitu dengan memberikan pertolongan seperti penyediaan fasilitas seperti

tenaga, dana atau uang dan memberikan waktu luang untuk lanjut usia itu sendiri.

16. Penelitian Alnidi Safarach Bratanegara, dkk tentang Gambaran Dukungan


Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Kelurahan Karasak Kota
Bandung. Bandung (ID) : Universitas Padjajaran.

Lokasi penelitian ini yaitu di Kelurahan Karasak Kota Bandung dengan jumlah

sampel sebanyak 77 lanjut usia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menggambarkan bagaimana dukungan keluarga yang diberikan kepada lanjut usia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan instrumental yang diberikan keluarga

kepada lanjut usia yang mendukung pemanfaatan posbindu lanjut usia. Bentuk

dukungan instrumental yang dapat diberikan lanjut usia sendiri yaitu dengan

memberikan pertolongan dengan bantuan material seperti dengan memberikan tempat

tinggal, meminjamkan dan atau memberikan uang dan mengerjakan tugas rumah sehari

– hari yang biasa dilakukan lanjut usia itu sendiri.

17. Penelitian Parida Hanum, dkk tentang Hubungan Karakteristik dan Dukungan
Keluarga Lansia dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Medan (ID) : Universitas Sumatra Utara.

Penelitian ini berlokasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Informan dalam penelitian ini berjumlah lima lanjut usia. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui karakteristik dan dukungan keluarga lanjut usia dengan kejadian

stroke pada lanjut usia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga mendukung lansia agar

lansia dengan hipertensi dapat dicegah.


78

18. Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Cetakan Ke-1.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Buku ini menjelaskan bahwa bentuk dukungan sosial yang dapat diberikan

lanjut usia meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan dan juga dukungan

instrumental. Dukungan emosional sendiri adalah dukungan yang dapat diberikan oleh

orang – orang yang tinggal di lingkungan lanjut usia terlantar dengan memberikan

kenyamanan. Sedangkan dukungan penghargaan sendiri yaitu dukungan yang dapat

diberikan oleh orang – orang yang tinggal disekitar lanjut usia untuk memberikan

penghargaan kepada lanjut usia itu sendiri. Serta dukungan instrumental yang dapat

diberikan oleh orang – orang yang tinggal disekitar lanjut usia yaitu dengan

memberikan pertolongan kepada lanjut usia tersebut dengan menerima kondisinya.

4.2. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai dukungan sosial lanjut usia terlantar ini dapat dilihat

dari beberapa aspek. Aspek yang digunakan peneliti dalam penelitian ini pada

dukungan sosial yaitu kenyamanan, perhatian, penghargaan dan menolong sesuai

dengan kondisinya. Hasil penelitian sendiri merupakan hasil identifikasi terhadap

sumber informasi yang berupa hasil penelitian orang lain atau jurnal maupun buku

tentang dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar.

Proses yang dilakukan diawali dengan menetapkan data yang dibutuhkan yang

kemudian data – data tersebut dikumpulkan. Peneliti mencoba menggali sumber

informasi untuk mendapatkan data – data yang relevan sebagai bahwa untuk menjawab

rumusan masalah yang sudah ditetapkan. Karena hasil penelitian berasal dari data
79

sekunder, maka tidak dapat dilakukan identifikasi yang sifatnya pengukuran langsung.

Sehingga, hasil penelitian dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif. Penjelasan

lebih rinci dari hasil penelitin ini yaitu sebagai berikut :

4.2.1. Kenyamanan yang diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar

Lanjut usia terlantar dapat memperoleh perasaan nyaman dari orang – orang

yang ada di lingkungannya. Kenyamanan yang dapat diberikan lingkungan kepada

lanjut usia terlantar yaitu dapat berupa diperdulikan dan dicintai, dengan mengajak

lanjut usia terlantar berdiskusi dan bertukar pikiran, serta memperhatikan dan

lingkungan yang terlibat dalam aktivitas lanjut usia. Perasaaan nyaman tersebut yang

dapat membuat lanjut usia terlantar menjadi aman dan tenteram dalam menjalani

kehidupannya. Selian itu untuk membuat lanjut usia terlantar menjadi nyaman dapat

dilakukan dengan mengajak lanjut usia terlantar untuk berdiskusi dan bertukar pikiran.

Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:101) mengatakan bahwa salah satu bentuk dukungan

sosial bentuk dari dukungan emosional yang dapat membuat individu memiliki

perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial akan

membuat individu tersebut dapat menghadapi masalahnya dengan lebih baik (lampiran

18, hal. 184)

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu bentuk

dukungan sosial yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan memberikan

dukungan emosional yang nantinya dengan adanya dukungan emosional tersebut akan

membuat lanjut usia merasa diperdulikan dan dicintai. Sehingga, lanjut usia terlantar

mampu menghadapi masalahnya dengan lebih baik dengan adanya dukungan


80

emosional yang diberikan. Dukungan emosional atau kenyamanan yang dapat

diberikan kepada lanjut usia terlantar sendiri dapat berasal dari lingkungan tempat

lanjut usia terlantar tinggal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ani Marni dan Rudy

Yuniawati (2015:6) Jurnal Fakultas Psikologi, 3(1),1-7 sebagai berikut :

Jika seorang lansia dihadapkan pada suatu masalah atau kesulitan hidupnya dan
dia mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya berupa tersedianya orang
yang dapat memberikan informasi yang diperlukan, diajak berdiskusi dan
bertukar pikiran maka lansia akan merasa lebih nyaman, merasa diperhatikan,
serta merasa memiliki tempat untuk berbagi keluh kesah yang dialami sehingga
beban psikologis yang terasa berat dan ditanggung sendiri oleh lansia akan
terasa ringan. (lampiran 9, hal. 163)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa lanjut usia

terlantar dapat memperoleh dukungan sosial dari lingkungannya. Salah satu dukungan

sosial yang dapat diberikan lingkungan kepada lanjut usia terlantar sendiri yaitu dengan

memberikan kenyamanan kepada lanjut usia terlantar tersebut. Bentuk kenyamanan

yang dapat diberikan yaitu dengan mengajak lanjut usia terlantar untuk berdiskusi dan

bertukar pikiran serta mampu memberikan informasi yang diperlukan kepada lanjut

usia terlantar. Dengan begitu, lanjut usia terlantar akan merasa diperhatikan serta

merasa memiliki tempat untuk berbagi keluh kesah yang ditanggung.

Kenyamanan yang dapat diberikan lingkungan kepada lanjut usia terlantar

sendiri dapat berupa kenyamanan fisik dan juga kenyamanan psikologis. Seperti hasil

penelitian Ida Ayu dan I Made (2015:282) Jurnal Psikologi Udayana, 02(02),280-289

yaitu :

….teman sebaya dapat memberikan dukungan dengan memberikan


kenyamanan fisik seperti menemaninya disaat sedih, membantunya
mengerjakan tugas yang sulit, dan memberikan pertolongan dengan melakukan
81

suatu pekerjaan. Selain kenyamanan fisik, teman sebaya dapat memberikan


kenyamanan psikologis dengan cara membuat kondisi agar seseorang menjadi
bagian dari suatu kelompok social. Dukungan tersebut dapat berupa empati,
kasih sayang, perhatian, penghargaan positif, dan nasihat. (lampiran 8, hal. 161)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa kenyamanan yang

dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar yaitu dengan memberikan kenyamanan

fisik dan juga kenyamanan psikologis. Kenyamanan fisik yang dapat diberikan

lingkungan kepada lanjut usia terlantar yaitu menemani lanjut usia terlantar disaat

sedih, membantu lanjut usia terlantar dalam mengerjakan tugas yang sulit dan juga

memberikan pertolongan dengan melakukan suatu pekerjaan. Kenyamanan fisik disini

dimaksudkan adalah pemberian kenyamanan pada hal yang melibatkan lanjut usia

terlantar secara fisik. Sedangkan kenyamanan psikologis yang dapat diberikan kepada

lanjut usia terlantar yaitu dengan membuat kondisi lanjut usia terlantar menjadi bagian

dari suatu kelompok sosial. Hal ini dimaksudkan bahwa masyarakat dapat melibatkan

lanjut usia terlantar untuk menjadi bagian dari kelompok sosial yang ada

dilingkungannya. Kenyamanan psikologis yang diberikan ini dapat diberikan dengan

empati dan kasih sayang yang diberikan kelompok sosial kepada lanjut usia terlantar.

Kurangnya bantuan yang diberikan orang – orang di sekitar lanjut usia akan

membuat lanjut usia menjadi kurang nyaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Eka Taurista dan F.X. Sri Sadewo (2015:4) Jurnal Paradigma, 03(02), 1-7 sebagai

berikut :

Bagi petugas yang beranggapan klien kurang sejahtera, ia menginginkan


adanya perubahan dalam program kerja, supaya setiap asrama ada petugas yang
berjaga, hal tersebut dilakukan untuk mencegah hal – hal yang membuat
kegaduhan antar sesama klien, dan petugas mengetahui apa yang klien lakukan
82

di asrama, aktivitas apa yang sedang dilakukan, dan jika klien membutuhkan
bantuan, petugas bisa langsung siap untuk membantu klien tersebut. Jika hal ini
dilakukan oleh semua petugas panti untuk ikut serta berperan dalam aktivitas
klien sehari – hari, maka klien akan merasa lebih nyaman dan sejahtera karena
itu termasuk komponen kesejahteraan yang dibutuhkan oleh klien yang tinggal
di panti werdha. Hilangnya fungsi dan peran dari petugas itu mempengaruhi
kepuasan hidup lansia. (lampiran 7, hal. 159)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa lanjut usia akan

merasa nyaman apabila mendapatkan orang yang berjaga disekeliling lanjut usia,

memperhatikan aktivitas yang dilakukan oleh lanjut usia dan juga siap siaga ketika

lanjut usia membutuhkan bantuan. Namun pada kenyataannya, dalam penelitian ini

orang – orang yang ada di sekitar lansia kurang dalam hal memperhatikan aktivitas

lanjut usia dan juga siap siaga ketika lanjut usia membutuhkan bantuan terutama dalam

ikut serta aktivitas lanjut usia sehari – hari. Kurangnya keterlibatan orang – orang yang

ada di sekitar lanjut usia dalam aktivitas sehari – hari membuat lanjut usia menjadi

kurang nyaman.

Salah satu bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosional yang didalamnya

termasuk memberikan perasaan nyaman. Berdasarkan hasil penelitian data sekunder,

salah satu dukungan yang dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar yaitu adanya

kenyamanan. Kenyamanan dapat diperoleh lanjut usia terlantar dari lingkungan

sekitarnya.

Kenyamanan yang dapat diperoleh lanjut usia terlantar meliputi lingkungan

sekitar lanjut usia terlantar tinggal yang mengajak untuk berdiskusi, mengajak lanjut

usia terlantar bertukar pikiran serta mampu memberikan informasi yang diperlukan

kepada lanjut usia terlantar, menemani lanjut usia terlantar disaat sedih, membantu
83

lanjut usia terlantar dalam mengejarkan tugas yang sulit, memberikan pertolongan

dengan melakkan suatu pekerjaan, dan membuat kondisi lanjut usia terlantar menjadi

bagian dari suatu kelompok sosial. Kenyamaan yang dapat diperoleh lanjut usia

terlantar itu sendiri dapat berupa kenyamanan fisik dan kenyamanan psikologis.

Dari keempat data sekunder yang ada, terdapat satu data sekunder yang

menjelaskan bahwa lanjut usia terlantar akan merasa tidak nyaman dengan lingkungan

sekitarnya apabila orang – orang yang ada di sekitar lansia kurang dalam hal

memperhatikan aktivitas lanjut usia dan juga siap siaga ketika lanjut usia membutuhkan

bantuan terutama dalam ikut serta aktivitas lanjut usia sehari – hari. Serta . Kurangnya

keterlibatan orang – orang yang ada di sekitar lanjut usia dalam aktivitas sehari – hari

membuat lanjut usia menjadi kurang nyaman.

Tabel 4.1. Rekapitulasi Aspek Kenyamanan


No Pernyataan Hasil
1. Diperdulikan dan Satu buku yaitu buku Lilik dan satu jurnal ilmiah yaitu jurnal Ida
dicintai Ayu dan I Made menjelaskan bahwa kenyamanan yang dapat
diberikan oleh sumber dukungan lanjut usia yaitu dengan
memperdulikan dan mencintai lanjut usia. Lanjut usia
diperdulikan masyarakat dengan membantu mengerjakan tugas
yang sulit dan memberikan pertolongan dengan melakukan suatu
pekerjaan.
2. Mengajak berdiskusi dan Satu dari jurnal ilmiah yaitu jurnal penelitian Ani Marni dan Rudy
bertukar pikiran menjelaskan bahwa kenyamanan yang dapat diberikan masyarakat
yaitu dengan mengajak lanjut usia berdiskusi dan bertukar pikiran.
3. Kenyamanan fisik dan Satu dari jurnal ilmiah yaitu jurnal Ida Ayu dan I Made
kenyamanan psikologis menjelaskan bahwa kenyamanan yang dapat diberikan masyarakat
yaitu kenyamanan fisik dan kenyamanan psikologis.
4. Memperhatikan dan Satu hasil jurnal ilmiah yaitu jurnal Eka Taurista dan F.X. Sri
terlibat dalam aktivitas Sadewo menjelaskan bahwa masyarakat kurang dalam
lanjut usia memperhatikan aktivitas lanjut usia dan siap siaga ketika lanjut
usia membutuhkan bantuan sehari – hari serta kurangnya
keterlibatan masyarakat dalam membuat lanjut usia menjadi
kurang nyaman.
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2020
84

4.2.2. Perhatian yang diberikan Masyarakat kepada Lanjut Usia Terlantar

Lanjut usia membutuhkan perhatian yang khusus dari orang – orang yang tinggal

disekelilingnya yang berupa perhatian pada kesehatan, kemandirian, perawatan dan

juga penghargaan. Bentuk dari perhatian yang dapat diberikan sendiri dapat berupa

kehadiran orang – orang terdekat dengan lanjut usia. Selain itu juga dapat berupa

pemberian hal – hal positif yang dapat membuat kondisi emosional lansia bagus seperti

pujian. Hal ini sesuai dengan hasil data sekunder terkait perhatian yang dapat diberikan

kepada lanjut usia dalam penelitian Siti Wafroh, dkk (2016:61) Dunia Keperawatan,

4(1), 60-64 sebagai berikut

Lansia membutuhkan perhatian khusus dalam kesehatan, kemandirian,


perawatan, dan penghargaan. Perhatian yang diberikan kepada lansia dapat
berupa dukungan sosial khususnya keluarga atau kerabat dekat… dukungan
keluarga merupakan informasi verbal maupun nonverbal, saran, bantuan, atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang terdekat berupa kehadiran
serta hal – hal yang dapat memberikan keuntungan emosional kepada
penerimanya. (lampiran 12, hal. 169)

Berdasarkan penelitian Siti Wafroh, dkk (2016:61) Dunia Keperawatan, 4(1),

60-64 menggambarkan hal – hal yang dapat dilakukan lingkungan terdekat lanjut usia

terlantar dalam memberikan perhatian. Perhatian yang dapat diberikan lingkungan

kepada lanjut usia terlantar juga diperkuat dengan hasil penelitian Chandra yang

dijelaskan sebagai berikut

Dukungan sosial keluarga pada lansia andropause dengan cara keluarga


mengingatkan jadwal makan dan jadwal lansia andropause, keluarga
memberikan apresiasi terhadap tindakan positif yang dilakukan lansia
andropause seperti memberikan pujian kepada lansia andropause ketika mampu
melaksanakan tugas rumah dengan baik, keluarga bersedia memberikan
bantuan finansial kepada lansia andropause ketika mengalami sakit dan
keluarga mampu menjadi pendengar yang baik ketika lansia andropause
85

mengutarakan masalah yang di hadapinya serta keluarga ikut merasakan


kesedihan yang dialami oleh lansia ketika lansia andropause sedang dalam
keadaan sedih. (lampiran 1, hal. 146)

Berdasarkan hasil penelitian Chandra Aji Permana (2013:x), perhatian yang

diberikan keluarga kepada lanjut usia dapat berupa memberikan pujian ketika lanjut

usia mampu melaksanakan tugas di rumah, bersedia memberikan bantuan financial

yang berupa uang ketika sakit, mampu menjadi pendengar yang baik ketika lanjut usia

mengutarakan masalahnya dan ikut merasakan kesedihan atau berempati yang

dirasakan oleh lanjut usia. Perhatian dapat diberikan yaitu dengan memberikan

kesempatan lanjut usia terlantar untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.

Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Etty dan Kissumi (2015:338) Jurnal PKS, 14(3),

329-342 sebagai berikut:

…Adanya perhatian, kasih sayang, dan pengertian tersebut akan menimbulkan


rasa senang, aman, tentram, tenang, sehingga lansia dapat menikmati sisa
hidupnya dengan perasaan bahagia. Perhatian tersebut antara lain berupa :
memberi kesempatan untuk berhubungan dengan orang – orang di sekitarnya,
dengan lingkungan keluarga sendiri, dan tetangga, memberi kesempatan untuk
mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya, memberikan kesempatan untuk
mengunjungi kerabat dekat (anak, saudara, atau teman – teman). (lampiran 10,
hal. 165)

Hasil penelitian Etty dan Kissumi (2015:338) Jurnal PKS, 14(3), 329-342

menjelaskan bahwa perhatian yang diberikan lingkungan kepada lanjut usia berupa

kesempatan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan lingkungannya,

kesempatan untuk mengikuti kegiatan yang ada di lingkungannya, dan juga

kesempatan untuk mengunjungi kerabat dekat. Perhatian yang dapat diperoleh lanjut
86

usia terlantar dapat diberikan melalui dua pendekatan. Pernyataan ini sesuai dengan

penelitian Agus Santoso (2008:29) Media Ners, 2(1),1-44 sebagai berikut

…Pendekatan sosial yang diberikan oleh keluarga adalah dengan memberi


perhatian dan respon yang baik dengan memberikan kesempatan kepada lansia
untuk beraktivitas di masyarakat. Pendekatan spiritual yang diberikan oleh
keluarga adalah dengan memberi perhatian dan menyediakan fasilitas yang
dibutuhkan lansia untuk menjalankan ibadahnya. (lampiran 11, hal. 167)

Hasil penelitian Agus Santoso dan Novia Budi Lestari (2008:29) Media Ners,

2(1),1-44 menjelaskan bahwa perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia

terlantar dalam pendekatan sosial sendiri dapat berupa memberikan kesempatan kepada

lanjut usia terlantar untuk mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan

perhatian dalam pendekatan spiritual dapat berupa penyediaan fasilitas umum. Selain

memperhatikan pendekatan sosial dan pendekatan spiritual, lingkungan hendaknya

juga memberikan perhatian dalam hal kesehatan. Seperti hasil penelitian Miftakul

Jannah dan Meirinawati sebagai berikut

…Perhatian yang diberikan oleh pegawai atau perawat dalam pelayanan prima
pada Posyandu Lansia di Ponkesdes Karangdinoyo ini yaitu, selalu
memperhatikan kesehatan lansia mengingat usia yang sudah tua rentan
penyakit. Dengan cara selalu memberikan arahan tentang hidup yang sehat,
menjaga pola makan yang baik dan teratur. (lampiran 13, hal. 171)

Hasil penelitian Miftakul Jannah dan Meirinawati (2016:12) dapat diketahui

bahwa perhatian dapat diberikan dalam hal kesehatan dengan memberikan arahan

tentang pola hidup sehat dan mengingatkan lanjut usia untuk menjaga pola makan yang

baik dan teratur. Berdasarkan data sekunder yang telah dianalisis oleh peneliti, dapat

disimpulkan bahwa perhatian merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang dapat

diberikan kepada lanjut usia terlantar oleh masyarakat. Dari data sekunder yang telah
87

dianalisis, dapat diketahui bahwa perhatian yang diberikan masyarakat kepada lanjut

usia terlantar kurang dalam hal memberikan pujian ketika dapat menyelesaikan tugas

rumah dengan baik. Hal ini dikarenakan, perhatian tersebut harusnya lebih diberikan

oleh keluarga yang tinggal bersama dengan lanjut usia tersebut.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Aspek Perhatian

No Pernyataan Hasil
1. Kehadiran orang Satu jurnal ilmiah yaitu jurnal Siti Wafroh, dkk menjelaskan bahwa
– orang terdekat kejadian orang – orang terdekat dalam hidup lanjut usia merupakan salah
satu bentuk perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia itu sendiri.
2. Pemberian pujian Satu dari hasil penelitian yaitu penelitian Chandra Aji Permana
menjelaskan bahwa perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia
dengan memberikan pujian ketika lanjut usia mampu melaksanakan
tugas di rumah. Namun, dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa
masyarakat kurang dalam memberikan pujian karena pemberian pujian
ini harusnya lebih diberikan oleh keluarga yang tinggal bersama dengan
lanjut usia.
3. Memberikan Satu dari hasil penelitian yaitu penelitian Chandra Aji Permana
bantuan financial menjelaskan bahwa perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia
yaitu dengan memberikan bantuan financial berupa uang ketika lanjut
usia sakit.
4. Mampu menjadi Satu hasil penelitian dari penelitian Chandra Aji Permana menjelaskan
pendengan yang bahwa perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu mampu
baik menjadi pendengan yang baik ketika lanjut usia mengutarakan
masalahnya.
5. Memberikan Satu dari jurnal ilmiah yaitu jurnal Etty dan Kissumi menjelaskan bahwa
kesempatan lanjut perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan
usia untuk memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk berkomunikasi dan
berkomunikasi berhubungan kepada lingkungan sekitarnya. Dengan bentuk perhatian
dengan seperti itu akan membuat lanjut usia menjadi aman, tentram dan tenang
lingkungan sehingga lanjut usia dapat menikmati sisa hidupnya dengan perasaan
sekitarnya. bahagia.
6. Perhatian dengan Satu dari jurnal ilmiah yaitu jurnal Agus Santoso menjelaskan bahwa
pendekatan sosial perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan dua
dan pendekatan pendekatan. Pendekatan sosial yaitu dengan memberikan kesempatan
spiritual lanjut usia untuk mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan
pendekatan spiritual sendiri yaitu dengan penyediaan fasilitas yang
dibutuhkan lanjut usia dalam melaksanakan ibadah.
7. Memperhatikan Satu dari jurnal ilmiah yaitu jurnal Miftakul Jannah menjelaskan bahwa
kesehatan lanjut perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan
usia memperhatikan kesehatan lanjut usia dengan memberikan arahan
tentang pola hidup yang sehat dan mengingatkan lanjut usia untuk
menjaga pola makan yang baik dan teratur agar lanjut usia tidak sakit.
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2020
88

4.2.3. Penghargaan Yang Diberikan Masyarakat Kepada Lanjut Usia Terlantar

Salah satu bentuk dukungan sosial yang dapat diberikan kepada lanjut usia

terlantar yaitu dengan memberikan dukungan penghargaan. Hal ini sesuai dengan

penjelasan buku Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:101) sebagai berikut :

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian


semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif
dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam
membangun harga diri dan kompetensi pada lanjut usia. (lampiran 18, hal. 184)

Berdasarkan buku Lilik tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu bentuk

dukungan sosial yang bisa diberikan kepada lanjut usia yaitu dukungan penghargaan.

Dukungan penghargaan pada lanjut usia sendiri dapat berupa penghargaan positif pada

lanjut usia, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat lanjut usia, dan juga

perbandingan positif lanjut usia dengan lanjut usia yang lain. Bentuk dukungan

penghargaan ini yang akan membantu lanjut usia terlantar dalam membangun harga

diri dan kompetensi. Bentuk dukungan penghargaan kepada lanjut usia terlantar sendiri

yaitu dapat dengan mengakui keberadaan lanjut usia terlantar tersebut. Hal ini

diperkuat oleh penelitian Camelia dkk (2017:35) Social Work Jurnal. 7(1), 1-129

sebagai berikut :

Dukungan penghargaan diberikan dalam bentuk mengakui keberadaan lansia di


panti. Cara yang digunakan untuk mengakui keberadaan lansia di panti adalah
dengan melakukan komunikasi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
komunikasi yang dilakukan oleh keluarga dengan lansia memang terjadi lebih
banyak melalui telepon dan juga media sosial. akan tetapi ketika ditanya
mengenai keberadaan lansia itu sendiri keluarga akan berusaha menjelaskan
sebijak mungkin kepada mereka yang bertanya bahwa tinggal di panti adalah
alternatif terbaik bagi lansia yang memilih untuk mendapatkan teman, mengusir
kesepian dan juga hidup lebih sehat secara fisik. (lampiran 14, hal. 173)
89

Berdasarkan hasil penelitian Camelia, dkk (2017:35) Social Work Jurnal. 7(1),

1-129 dapat diketahui bahwa salah satu bentuk dukungan sosial berupa penghargaan

yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan mengakui keberadaan lanjut usia

terlantar tersebut. Cara yang digunakan untuk mengakui keberadaan lanjut usia sendiri

yaitu dengan mengajak lanjut usia untuk berkomunikasi. Selain itu, penghargaan yang

dapat diberikan lanjut usia terlantar yaitu dengan mengakui keahlian yang dimiliki

lanjut usia terlantar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yusnia Pratiwi sebagai

berikut

Penghargaan atau pengakuan (reassurance of worth) pada dukungan sosial


jenis ini seseorang akan mendapatkan pengakuan atas atas kemampuan dan
keahlian serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga terhadap
kompetensi, keterampilan dan nilai yang dimiliki seseorang. (lampiran 2, hal.
149)

Hasil penelitian Yusnia Pratiwi (2015:23) menjelaskan bahwa dukungan sosial

berupa penghargaan atau pengakuan pada seseorang maka seseorang itu akan

mendapatkan pengakuan atas kemampuan dan keahlian serta mendapatkan

penghargaan dari orang lain ataupun lembaga terhadap kompetensi, keterampilan

maupun nilai yang dimiliki oleh seseorang. Dukungan penghargaan yang dapat

diberikan lingkungan kepada lanjut usia terlantar yaitu dengan menyempatkan waktu

bersama lanjut usia terlantar di sela – sela kesibukan. Hal ini diperkuat dari hasil

penelitian Dyah Ayu sebagai berikut

…Keluarga dapat menyempatkan waktu untuk bersama lansia di sela – sela


kesibukan pekerjaan yang dilakukan, memberikan kebahagiaan yang sederhana
supaya lansia merasa mendapatkan penghormatan dan penghargaan yang lebih
dalam keluarga, kemudian keluarga tidak mengasingkan lansia dan tidak
90

menganggap lansia dengan kondisi fisik yang mengalami penurunan sehingga


komunikasi dalam keluarga dapat terjalin dengan baik… (lampiran 4, hal. 153)

Berdasarkan hasil penelitian Dyah Ayu Mastuti (2016:10) dapat diketahui

bahwa penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan keluarga

yang dapat menyempatkan waktu untuk bersama dengan lanjut usia di sela – sela

kesibukan pekerjaan yang dilakukan, memberikan kebahagiaan kepada lansia yang

sederhana, dan juga keluarga tidak mengasingkan lanjut usia serta tetap menganggap

keberadaan lanjut usia walaupun terjadi penurunan kondisi fisik pada lanjut usia. Selain

itu, penghargaan yang dapat diberikan lanjut usia terlantar yaitu dengan melibatkan

lanjut usia terlantar dalam kegiatan sehari – hari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Rizkya sebagai berikut

Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa keterlibatan dalam aktivitas sehari – hari
berhubungan dengan kebahagiaan lansia. Maka dari itu keluarga yang memiliki
anggota lansia dapat memberikan keleluasaan untuk melakukan sekaligus
terlibat dalam aktivitas sehari – hari sesuai yang diinginkannya. Hal itu
merupakan salah satu bentuk dukungan dan penghargaan keluarga terhadap
lansia. (lampiran 5, hal. 155)

Berdasarkan hasil penelitian Rizkya Angkin Pratiwi (2017:13) dukungan

penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan memberikan

keleluasaan kepada lanjut usia untuk melakukan sekaligus terlibat dalam aktivitas

sehari – hari sesuai dengan yang diinginkan oleh lanjut usia tersebut. Selain itu, salah

satu penghargaan yang dapat diberikan lingkungan kepada lanjut usia terlantar yaitu

dengan mempermudah lanjut usia terlantar dalam menggunakan fasilitas. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Azizah sebagai berikut


91

...Kemudahan dalam penggunaan Fasilitas, sarana dan prasarana umum


dimaksudkan untuk memberikan aksesibilitas terutama tempat – tempat umum
yang dapat menghambat mobilitas lanjut usia, dan sebagai perwujudan rasa
hormat dan penghargaan kepada lanjut usia…. (lampiran 3, hal. 151)

Hasil penelitian Azizah Nurul Karohmah (2016:39) dapat diketahui bahwa

penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan memberikan

kemudahan lanjut usia dalam penggunaan fasilitas, dan juga memberikan aksesibilitas

sarana dan prasarana kepada lanjut usia di tempat – tempat umum sehingga tidak

menghambat mobilitas lanjut usia.

Berdasarkan hasil analisis data sekunder dalam aspek penghargaan yang telah

dianalisis, dapat diketahui bahwa masyarakat dapat memberikan dukungan

penghargaan kepada lanjut usia terlantar dengan membantu lanjut usia dalam

membangun harga diri yaitu dengan memberikan penghargaan positif pada diri lanjut

usia, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat lanjut usia serta perbandingan

yang positif dengan lanjut usia yang lain. Selain itu, bentuk penghargaan yang

diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar yaitu dengan mengakui keberadaan

lanjut usia terlantar itu sendiri. Penghargaan yang dapat diberikan masyarakat kepada

lanjut usia terlantar yang lain yaitu dengan memudahkan lanjut usia terlantar untuk

mengakses fasilitas yang ada di dalam masyarakat dan juga melibatkan lanjut usia

terlantar dalam kegiatan sehari – hari sesuai dengan yang diinginkan lanjut usia

terlantar itu sendiri. Masyarakat juga dapat memberikan penghargaan kepada lanjut

usia terlantar dengan mengakui keahlian. Selain itu, masyarakat juga dapat
92

memberikan penghargaan kepada lanjut usia terlantar dengan menyempatkan waktu

bersama lanjut usia di sela – sela kesibukan.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Aspek Penghargaan

No Pernyataan Hasil
1. Membantu lanjut usia Satu buku dari buku Lilik menjelaskan bahwa bentuk
dalam membangun harga dukungan penggarhagaan yang dapat diberikan kepada lanjut
diri usia yaitu dengan memberikan penghargaan positif pada diri
lanjut usia, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat
lanjut usia dan perbandingan yang positif dengan lanjut usia
yang lain.
2. Mengakui keberadaan Satu dari jurnal ilmiah yaitu jurnal Camelia, menjelaskan
lanjut usia bahwa penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia
yaitu dengan mengakui keberadaan lanjut usia dengan adanya
komunikasi yang terjalin antara lanjut usia dengan orang –
orang yang ada di lingkungan lanjut usia tinggal.
3. Mengakui keahlian yang Satu dari hasil penelitian yaitu penelitian Yusnia, menjelaskan
dimiliki lanjut usia bahwa penghargaan yang dapat diberkan kepada lanjut usia
terlantar yaitu dengan pengakuan atas kemampuan dan keahlian pada
diri lanjut usia.
4. Menyempatkan waktu Satu hasil penelitian dari penelitian Dyah Ayu Mastuti,
bersama lanjut usia di sela menjelaskan bahwa penghargaan yang dapat diberikan kepada
– sela kesibukan lanjut usia yaitu dengan menyempatkan waktu untuk bersama
dengan lanjut usia di sela – sela kesibukan pekerjaan yang
dilakukan.
5. Melibatkan lanjut usia Satu dari hasil penelitian yaitu penelitian Rizkya, menjelaskan
dalam kegiatan sehari - bahwa penghargaan yang dapat diberikan yaitu dengan
hari memberikan keleluasaan kepada lanjut usia untuk melakukan
sekaligus terlibat dalam aktivitas sehari – hari sesuai yang
diinginkan oleh lanjut usia tersebut.
6. Mempermudah lanjut usia Satu dari hasil penelitian yaitu penelitian Azizah, menjelaskan
dalam menggunakan bahwa penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia
fasilitas. yaitu dengan memberikan kemudahan lanjut usia dalam
penggunaan fasilitas.
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2020

4.2.4. Menolong Lanjut Usia Terlantar dengan Menerima Kondisinya

Menolong adalah salah satu sikap saling membantu untuk meringankan beban

(kesulitan atau penderitaan) yang dialami seseorang. Bantuan yang dimaksud dapat

berbentuk bantuan tenaga, waktu, ataupun dana. Dalam hal ini, perilaku menolong
93

sama dengan pemberian dukungan instrumental. Hal ini sama dengan yang tercantum

dalam buku Lilik sebagai berikut

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan


pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta
pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat
langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.
(lampiran 18, hal. 184)

Berdasarkan buku Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:101) disebutkan bahwa

pemberian dukungan sosial lanjut usia bisa menggunakan dukungan instrumental.

Dukungan instrumental ini berupa penyediaan materi yang dapat memberikan

pertolongan langsung kepada lanjut usia seperti pinjaman uang pemberian barang,

makanan dan juga pelayanan kepada lanjut usia. Dukungan instrumental sama halnya

dengan aktivitas menolong yang diberikan kepada lanjut usia. Dalam memberikan

dukungan instrumental atau menolong lanjut usia terlantar, keluarga menjadi sebuah

sumber pertolongan bagi lanjut usia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Parida

Hanum (2017:76) JUMANTIK, 3(1), 72-88 sebagai berikut

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,


diantaranya keteraturan menjalani terapi, kesehatan penderita dalam hal
kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya penderita dari
kelelahan. Dukungan ini juga mencakup bantuan langsung, seperti dalam
bentuk uang, peralatan, waktu modifikasi lingkungan maupun menolong
pekerjaan pada saat penderita mengalami stress. (lampiran 17, hal. 179)

Berdasarkan penelitian Parida Hanum (2017:76) JUMANTIK, 3(1), 72-88

dapat diketahui bahwa keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan

konkrit bagi lanjut usia. Dimana dalam hal ini, keluarga dapat menolong lanjut usia

dengan memberikan bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu,
94

dan juga menolong lanjut usia ketika lanjut usia tersebut mengalami stress. Dukungan

instrumental yang dapat diberikan keluarga kepada lanjut usia itu sendiri yaitu dengan

menyediakan tenaga, dana dan juga memberikan waktu luang untuk lanjut usia. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Lily Herlinah, dkk (2013:113) Jurnal Keperawatan

Komunitas. 2(1),108-115 sebagai berikut

…Dukungan instrumental yang diberikan keluarga meliputi penyediaan


fasilitas seperti tenaga, dana dan memberikan waktu luang untuk lansia
memberikan pengaruh yang berarti dalam pembentukan perilaku pengendalian
hipertensi. (lampiran 15, hal. 175)

Berdasarkan hasil penelitian Lily Herlinah, dkk (2013:113) Jurnal Keperawatan

Komunitas. 2(1),108-115 dapat diketahui bahwa keluarga dapat memberikan dukungan

instrumental atau menolong lanjut usia dengan penyediaan fasilitas kepada lanjut usia

seperti halnya tenaga, dana dan juga memberikan waktu luang untuk lanjut usia. Hal

ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Arasti sebagai berikut

Bentuk dukungan instrumental atau finansial yang diterima oleh responden


seperti bantuan langsung, dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi
makanan maupun menolong dalam perawatan lansia yang mengarah pada diit
hipertensi. (lampiran 6, hal. 157)

Berdasarkan hasil penelitian Arasti Dita Nisfiani (2014:9) dapat diketahui

bahwa dukungan instrumental atau perilaku menolong yang dapat diberikan kepada

lanjut usia yaitu seperti bantuan langsung dalam bentuk uang, peralatan, waktu, dan

juga modifikasi makanan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Alnidi sebagai

berikut

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga


secara langsung yang meliputi bantuan material seperti memberikan tempat
95

tinggal, meminjamkan atau memberikan uang dan bantuan dalam mengerjakan


tugas rumah sehari – hari. (lampiran 16, hal. 177)

Berdasarkan hasil penelitian Alnidi Safarach Bratanegara, dkk (2012) dapat

diketahui bahwa dukungan instrumental atau perilaku menolong dapat diberikan

kepada lanjut usia dengan memberikan bantuan material seperti memberikan tempat

tinggal, meminjamkan atau memberikan uang dan bantuan dalam mengerjakan

pekerjaan rumah sehari – hari. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Chandra Aji

Permana sebagai berikut

Dukungan instrumental berupa bantuan langsung, misalnya seseorang


memberikan atau meminjamkan uang dan dapat juga berupa bantuan langsung
mengerjakan tugas tertentu pada saat mengalami stress. Pada penelitian ini,
keluarga memberikan finansial seperti memberikan biaya untuk berobat ketika
lansia sakit.… (lampiran 1, hal. 147)

Berdasarkan hasil penelitian Chandra Aji Permana (2013:84) Dukungan

instrumental atau perilaku menolong yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu

dengan memberikan atau meminjamkan uang dan juga membantu lanjut usia untuk

mengerjakan tugas. Keluarga dapat menolong lansia dengan memberikan finansial

seperti memberikan biaya kepada lanjut usia untuk berobat ketika lanjut usia sakit.

Berdasarkan hasil penelitian dari data sekunder tentang aspek menolong yang

telah dianalisis, dapat diketahui bahwa masyarakat dapat menolong lanjut usia terlantar

dengan menerima kondisinya. Hal – hal yang dapat dilakukan masyarakat dalam

menolong lanjut usia terlantar yaitu dengan pemberian barang ataupun makanan

kepada lanjut usia terlantar dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari. Dari hasil

penelitian data sekunder yang telah dianalisis dalam aspek menolong, masyarakat
96

kurang dalam hal memberikan pertolongan dalam bentuk financial atau uang. Hal ini

dikarenakan bentuk pertolongan dalam bentuk financial atau pemberian uang biasanya

dilakukan oleh keluarga yang menjadi sumber pertolongan utama untuk lanjut usia.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Aspek Menolong dengan Menerima Kondisinya

No Pernyataan Hasil
1. Pertolongan dalam bentuk Satu buku dari buku Lilik menjelaskan bahwa bentuk
materi dukungan yang dapat diberikan kepada lanjut usia dalam
menolong lanjut usia itu sendiri dengan menerima kondisinya
yaitu dengan adanya penyediaan materi yang memberikan
pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian
barang, makanan serta pelayanan.
2. Keluarga sebagai sumber Satu dari jurnal ilmiah yaitu jurnal Parida Hanum,
pertolongan menjelaskan bahwa keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit bagi lanjut usia.
3. Penyediaan tenaga Lima dari jurnal dan hasil penelitian yaitu jurnal Parida
Hanum, Lily, dan Aldini serta hasil penelitian Arasti dan
Chandra Aji Permana, menjelaskan bahwa perilaku menolong
yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan adanya
penyediaan tenaga untuk membantu lanjut usia dalam
melakukan pekerjaan.
4. Penyediaan dana Enam dari hasil penelitian, jurnal ilmiah dan buku yaitu hasil
penelitian hasil penelitian Arasti dan Chandra Aji Permana,
jurnal Parida Hanum, Lily, dan Aldini, serta buku Lilik,
menjelaskan bahwa perilaku menolong lanjut usia dengan
menerima kondisinya yaitu dengan adanya penyediaan dana
atau uang yang dapat menunjang lanjut usia dalam pemenuhan
kebutuhan dan pemeriksaan kesehatan.
5. Melibatkan lanjut usia Satu dari hasil penelitian yaitu penelitian Rizkya, menjelaskan
dalam kegiatan sehari - bahwa penghargaan yang dapat diberikan yaitu dengan
hari memberikan keleluasaan kepada lanjut usia untuk melakukan
sekaligus terlibat dalam aktivitas sehari – hari sesuai yang
diinginkan oleh lanjut usia tersebut.
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2020

4.3. Pembasahan Hasil Penelitian Sekunder

Pembahasan dari penelitian ini adalah pembahasan dari sumber data yang telah

dikumpulkan. Dengan mengupas permasalahan yang didapatkan dari hasil penelitia

masing – masing rumusan masalah, mengidentifikasi kebutuhan yang berkaitan dengan


97

dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar serta analisis sistem sumber

untuk mengidentifikasi sumber yang dapat diakses untuk menyelesaikan permasalahan

terkait dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar. Pembahasan terdiri

dari analisis masalah, analisis kebutuhan dan analisis sistem sumber yang akan

dijelaskan sebagai berikut.

4.3.1. Analisa Hasil Penelitian Sekunder

Hasil penelitian tentang dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia

terlantar dianalisis menurut empat aspek, antara lain :

1. Kenyamanan yang diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar

Kenyamanan merupakan suatu kondisi dimana seorang individu merasa aman

dan tenteram dalam menjalani kehidupan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh

Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:100) bahwa orang yang menerima dukungan sosial

berupa kenyamanan akan merasa tenteram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan

sikap tenang dan bahagia. Kenyamanan sendiri merupakan salah satu bentuk dukungan

sosial yang dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar. Salah satu bentuk dukungan

sosial bentuk dari dukungan emosional yang dapat membuat individu memiliki

perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial akan

membuat individu tersebut dapat menghadapi masalahnya dengan lebih baik. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa dukungan emosional yang diberikan kepada lanjut usia

terlantar yaitu adanya rasa nyaman.

Lanjut usia terlantar akan merasanya nyaman apabila ia merasakan aman dan

tenteram dalam menjalani kehidupan. Kenyamanan dapat diperoleh lanjut usia terlantar
98

dari orang – orang yang ada dilingkungannya. Salah satu bentuk dukungan sosial yang

dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan memberikan dukungan emosional yang

nantinya dengan adanya dukungan emosional tersebut akan membuat lanjut usia

merasa diperdulikan dan dicintai. Sehingga, lanjut usia terlantar mampu menghadapi

masalahnya dengan lebih baik dengan adanya dukungan emosional yang diberikan.

Dukungan emosional atau kenyamanan yang dapat diberikan kepada lanjut usia

terlantar sendiri dapat berasal dari lingkungan tempat lanjut usia terlantar tinggal.

Lanjut usia terlantar dapat memperoleh dukungan sosial dari lingkungannya.

Salah satu dukungan sosial yang dapat diberikan lingkungan kepada lanjut usia

terlantar sendiri yaitu dengan memberikan kenyamanan kepada lanjut usia terlantar

tersebut. Bentuk kenyamanan yang dapat diberikan yaitu dengan mengajak lanjut usia

terlantar untuk berdiskusi dan bertukar pikiran serta mampu memberikan informasi

yang diperlukan kepada lanjut usia terlantar. Dengan begitu, lanjut usia terlantar akan

merasa diperhatikan serta merasa memiliki tempat untuk berbagi keluh kesah yang

ditanggung.

Kenyamanan yang dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar yaitu dengan

memberikan kenyamanan fisik dan juga kenyamanan psikologis. kenyamanan fisik

yang dapat diberikan lingkungan kepada lanjut usia terlantar yaitu menemani lanjut

usia terlantar disaat sedih, membantu lanjut usia terlantar dalam mengejarkan tugas

yang sulit dan juga memberikan pertolongan dengan melakukan suatu pekerjaan.

Kenyamanan fisik disini dimaksudkan adalah pemberian kenyamanan pada hal yang

melibatkan lanjut usia terlantar secara fisik. Sedangkan kenyamanan psikologis yang
99

dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar yaitu dengan membuat kondisi lanjut usia

terlantar menjadi bagian dari suatu kelompok sosial. Hal ini dimaksudkan bahwa

masyarakat dapat melibatkan lanjut usia terlantar untuk menjadi bagian dari kelompok

sosial yang ada dilingkungannya. Kenyamanan psikologis yang diberikan ini dapat

diberikan dengan empati dan kasih sayang yang diberikan kelompok sosial kepada

lanjut usia terlantar.

Kenyamanan dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar dengan

memperhatikan kesehatan lanjut usia terlantar tersebut. Memberikan kegiatan yang

dapat melibatkan lanjut usia terlantar seperti keterampilan untuk mengisi waktu luang.

Keterampilan yang dimaksud dapat berupa dengan melibatkan lanjut usia terlantar

untuk senam dipagi hari. Memberikan kenyamanan pada lanjut usia terlantar secara

jasmani juga dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan pokok lanjut usia terlantar

tersebut. Selain itu, kenyamanan juga dapat diberikan dengan mengajak lanjut usia

terlantar dengan berkomunikasi ketika ia merasa kesepian. Kenyamanan yang

diberikan kepada lanjut usia terlantar tidak hanya dengan memberikan kenyamanan

jasmani. Memberikan dukungan dan motivasi serta memperhatikan kondisi psikologis

lanjut usia terlantar akan membuat lanjut usia terlantar tersebut merasa nyaman secara

rohani.

2. Perhatian yang diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu

yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dalam hal ini, pemberian

dukungan sosial yang dapat dilakukan masyarakat yaitu dengan memusatkan


100

konsentrasi dari seluruh aktivitas kepada lanjut usia terlantar termasuk kedalam bentuk

perhatian. Lanjut usia terlantar pada umumnya membutuhkan perhatian yang khsus

dari orang – orang yang tinggal disekeliling lanjut usia tersebut karena ia tidak

memperoleh perhatian dari lingkungan terdekatnya atau keluarga. Hal ini sesuai

dengan yang disampaikan Joseph dan Gallo dalam Lilik (2011:98) bahwa lanjut usia

dapat memperoleh dukungan semiformal meliputi bantuan dan interaksi yang

disediakan oleh organisasi sekitar seperti perkumpulan pengajian, perkumpulan gereja

dan juga perkumpulan warga lanjut usia setempat.

Perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar berupa perhatian

pada kesehatan, kemandirian, perawatan dan juga penghargaan. Bentuk dari perhatian

yang dapat diberikan kepada lanjut usia itu sendiri dapat berupa kehadiran orang –

orang terdekat dengan lanjut usia. Selain itu juga dapat berupa pemberian hal – hal

positif yang dapat membuat kondisi emosional lansia bagus seperti pujian.

Keluarga sebagai lingkungan terdekat dari lanjut usia seharusnya dapat

memberikan perhatian berupa memberikan apresiasi terhadap tindakan positif yang

telah dilakukan lanjut usia seperti misalnya memberikan pujian kepada lanjut usia

ketika lanjut usia mampu melaksanakan tugas di rumah, bersedia memberikan bantuan

financial yang berupa uang ketika lanjut usia sakit, mampu menjadi pendengar yang

baik ketika lanjut usia mengutarakan masalahnya dan juga ikut merasakan kesedihan

atau berempati yang dirasakan oleh lanjut usia. Selain itu, perhatian dapat diberikan

kepada lanjut usia terlantar yaitu dengan memberikan kesempatan lanjut usia terlantar

untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.


101

Namun pada kenyataannya, keluarga sering kali kurang dalam memberikan

perhatian kepada lanjut usia. Oleh karena itu, lanjut usia menjadi terlantar secara

psikologis dan perlu mendapat bantuan dukungan dari orang – orang yang tinggal

disekitar lanjut usia yang dalam hal ini yaitu masyarakat. Perhatian yang dapat

diberikan lingkungan kepada lanjut usia terlantar dapat berupa kesempatan lanjut usia

untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan lingkungannya, kesempatan lanjut usia

untuk mengikuti kegiatan yang ada di lingkungannya, dan juga kesempatan untuk

mengunjungi kerabat dekat lanjut usia terlantar tersebut. Hal – hal tersebut adalah

bentuk perhatian yang bisa didapatkan lanjut usia terlantar dari lingkungannya yang

akan membuat lanjut usia terlantar menjadi aman, tentram dan tenang sehingga lanjut

usia terlantar dapat menikmati sisa hidupnya dengan perasaan bahagia.

Perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar terbagi menjadi dua

pendekatan yaitu pendekatan sosial dan pendekatan spiritual. Perhatian yang dapat

diberikan kepada lanjut usia terlantar dalam pendekatan sosial sendiri dapat berupa

memberikan kesempatan kepada lanjut usia terlantar untuk mengikuti kegiatan yang

ada di masyarakat. Sedangkan perhatian yang diberikan kepada lanjut usia terlantar

dalam pendekatan spiritual dapat berupa penyediaan fasilitas yang dibutuhkan lanjut

usia terlantar dalam melaksanakan ibadah. Selain memperhatikan pendekatan sosial

dan pendekatan spiritual, lingkungan hendaknya juga memberikan perhatian dalam hal

kesehatan lanjut usia terlantar. Perhatian yang dapat diberikan dalam hal kesehatan

lanjut usia yaitu dengan memberikan arahan tentang pola hidup yang sehat dan juga
102

mengingatkan lanjut usia untuk menjaga pola makan yang baik dan teratur agar lanjut

usia tidak sakit.

3. Penghargaan yang diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar

Salah satu bentuk dukungan sosial yang dapat diberikan kepada lanjut usia

terlantar yaitu dengan memberikan dukungan penghargaan. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan Lilik Ma’rifatul Azizah (2011:100) bahwa dukungan sosial dapat

diberikan dengan penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan

memberikan pengakuan atas kemampuan dan keahlian yang dimiliki lanjut usia.

Dukungan penghargaan pada lanjut usia terlantar sendiri dapat berupa penghargaan

positif pada lanjut usia, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat lanjut usia,

dan juga perbandingan positif lanjut usia dengan lanjut usia yang lain. Bentuk

dukungan penghargaan ini yang akan membantu lanjut usia terlantar dalam

membangun harga diri dan kompetensi. Bentuk dukungan penghargaan kepada lanjut

usia terlantar sendiri yaitu dapat dengan mengakui keberadaan lanjut usia terlantar

tersebut.

Dukungan sosial berupa penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia

yaitu dengan mengakui keberadaan lanjut usia terlantar tersebut. Cara yang digunakan

untuk mengakui keberadaan lanjut usia sendiri yaitu dengan mengajak lanjut usia untuk

berkomunikasi. Selain itu, penghargaan yang dapat diberikan lanjut usia terlantar yaitu

dengan mengakui keahlian yang dimiliki lanjut usia terlantar. Bentuk penghargaan

yang dapat diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar sendiri yaitu dengan

menyempatkan waktu bersama lanjut usia terlantar di sela – sela kesibukan dengan
103

mengajak lanjut usia terlantar untuk berkomunikasi dan berkeluh kesah atas masalah

yang sedang di hadapi.

Selain itu, penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar sendiri

yaitu dengan tidak mengasingkan lanjut usia dan tetap menanggap keberadaan lanjut

usia walaupun terjadi penurunan kondisi fisik pada tubuh lanjut usia. Penghargaan

yang juga dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar sendiri yaitu dengan melibatkan

lanjut usia terlantar dalam kegiatan sehari – hari. Bentuk penghargaan lain yang dapat

diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar yaitu dengan memberikan

kemudahan lanjut usia dalam penggunaan fasilitas, dan juga memberikan aksesibilitas

sarana dan prasarana kepada lanjut usia di tempat – tempat umum sehingga tidak

menghambat mobilitas lanjut usia.

4. Menolong lanjut usia terlantar dengan menerima kondisinya

Menolong adalah salah satu sikap saling membantu untuk meringankan beban

(kesulitan atau penderitaan) yang dialami seseorang. Bantuan yang dimaksud dapat

berbentuk bantuan tenaga, waktu, ataupun dana. Dalam hal ini, perilaku menolong

sama dengan pemberian dukungan instrumental. Dukungan instrumental ini berupa

penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung kepada lanjut usia

seperti pinjaman uang pemberian barang, makanan dan juga pelayanan kepada lanjut

usia. Dukungan instrumental sama halnya dengan aktivitas menolong yang diberikan

kepada lanjut usia. Dalam memberikan dukungan instrumental atau menolong lanjut

usia terlantar, keluarga menjadi sebuah sumber pertolongan bagi lanjut usia.
104

Keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit bagi lanjut

usia. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Lilik (2011:100) bahwa keluarga

merupakan jaminan yang dapat diandalkan oleh lanjut usia dalam memperoleh bantuan

atau pertolongan. Dimana dalam hal ini, keluarga dapat menolong lanjut usia dengan

memberikan bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, dan juga

menolong lanjut usia ketika lanjut usia tersebut mengalami stress. Dukungan

instrumental yang dapat diberikan keluarga kepada lanjut usia itu sendiri yaitu dengan

menyediakan tenaga, dana dan juga memberikan waktu luang untuk lanjut usia.

Keluarga juga dapat memberikan dukungan instrumental atau menolong lanjut usia

dengan penyediaan fasilitas kepada lanjut usia seperti halnya tenaga, dana dan juga

memberikan waktu luang untuk lanjut usia.

Salah satu kriteria lanjut usia terlantar yaitu kondisi dimana seorang lanjut usia

yang tidak mendapatkan kasih sayang dari keluarga atau terlantar secara psikis. Oleh

karena itu, lanjut usia terlantar perlu pertolongan orang lain atau masyarakat untuk

dapat menolong dirinya sendiri dalam menghadapi masalah. Perilaku menolong yang

dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu seperti bantuan langsung dalam bentuk uang,

peralatan, waktu, dan juga modifikasi makanan ketika lanjut usia terlantar sedang sakit.

Selain itu, perilaku menolong dapat diberikan kepada lanjut usia oleh

masyarakat yaitu dengan memberikan bantuan material seperti memberikan tempat

tinggal, meminjamkan atau memberikan uang dan bantuan dalam mengerjakan

pekerjaan rumah sehari – hari.


105

4.3.2. Analisa Masalah

Analisa masalah dalam penelitian meliputi analisa secara keseluruhan dari hasil

– hasil penelitian sekunder terkait permasalahan dukungan sosial masyarakat. Hasil

penelitian berdasarkan analisis data sekunder menunjukkan bahwa terdapat dukungan

sosial masyarakat yang diberikan kepada lanjut usia terlantar berupa dukungan dalam

hal kenyamanan, perhatian, penghargaan, dan juga menolong lanjut usia terlantar

dengan menerima kondisinya. Namun tidak semua bentuk dukungan diberikan secara

maksimal oleh masyarakat kepada lanjut usia terlantar. Sehingga dari adanya ketidak

maksimalan dukungan yang diberikan kepada lanjut usia terlantar tersebut menjadi

sebuah permasalahan.

Dukungan sosial yang diberikan masyarakat sendiri pasti akan berbeda – beda.

Mengingat beragamnya masyarakat yang ada, tidak semua masyarakat dapat

memberikan dukungan sosial dalam hal yang sama dan secara maksimal. Berdasarkan

hasil analisa data sekunder yang telah dilakukan, lanjut usia kurang mendapatkan

kenyamanan dari masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Chandra Aji

Permana bahwa lanjut usia terlantar ketika tidak ada yang berjaga untuk mengawasinya

dan juga kurangnya bantuan yang diberikan kepada lanjut usia terlantar dalam

melakukan aktivitas sehari – hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan

muncul bagi lanjut usia terlantar ketika kurangnya pengawasan dan bantuan yang

diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar yang membuat lanjut usia terlantar

menjadi tidak nyaman. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan yang

dimiliki masyarakat dalam hal keperawatan lanjut usia.


106

Permasalahan yang ditemukan dalam analisa hasil penelitian data sekunder

pada aspek perhatian yaitu kurangnya perhatian yang diberikan masyarakat kepada

lanjut usia terlantar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Etty dan Kissumi

(2015:338) Jurnal PKS, 14(3), 329-342 bahwa perhatian yang diberikan kepada lanjut

usia terlantar hanya sebatas pemberikan kesempatan kepada lanjut usia terlantar untuk

berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat kurang memberikan perhatian kepada lanjut usia terlantar. Selain itu,

dalam hasil penelitian Chandra Aji Permana (2013 :x) dikatakan bahwa perhatian dapat

diberikan keluarga dengan memberikan apresiasi seperti memberikan pujian kepada

lanjut usia terlantar yang mampu melaksanakan tugas di rumah. Seperti yang kita

ketahui bahwa lanjut usia sendiri dikatakan terlantar karena tidak adanya perhatian

secara psikologis dari sanak saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakatlah

yang seharusnya dapat menggantikan peran keluarga dalam memberikan perhatian

kepada lanjut usia terlantar.

Permasalahan yang ditemukan dalam analisa hasil penelitian sekunder pada

aspek menolong sendiri yaitu terdapat dalam hasil penelitian Parida Hanum (2017:76)

JUMANTIK, 3(1), 72-88 yang dapat diketahui bahwa keluarga merupakan sumber

pertolongan yang praktis dan konkrit bagi lanjut usia. Dimana dalam hal ini, keluarga

dapat menolong lanjut usia dengan memberikan bantuan langsung seperti dalam bentuk

uang, peralatan, waktu, dan juga menolong lanjut usia ketika lanjut usia tersebut

mengalami stress. Namun, karena salah satu kriteria lanjut usia dikatakan terlantar

yaitu kurangnya atau tidak adanya dukungan dari sanak saudara, maka dalam hal ini
107

masyarakat yang hausnya mampu menolong lanjut usia terlantar dengan menerima

kondisinya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa permasalahan yang

dihadapi lanjut usia terlantar terkait dukungan sosial yang diberikan masyarakat yaitu:

1. Kurangnya penjagaan dan bantuan yang diberikan kepada lanjut usia terlantar oleh

masyarakat sehingga lanjut usia terlantar menjadi tidak nyaman akibat kurangnya

pengetahuan masyarakat terkait keperawatan lanjut usia;

2. Perhatian yang diberikan masyarakat hanya sebatas pemberian kesempatan kepada

lanjut usia terlantar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya;

3. Kurangnya peran masyarakat dalam menolong lanjut usia terlantar dengan

menerima kondisinya terutama dalam hal bantuan financial atau uang.

4.3.3. Analisa Kebutuhan

Identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan

mencari sebuah kondisi yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan. Asesmen

kebutuhan dapat diartikan sebagai penentuan besar atau luasnya suatu kondisi salam

suatu populasi yang diperbaiki atau penentuan kekurangan dalam kondisi yang ingin

direalisasikan. Berdasarkan hasil analisis masalah dukungan sosial masyarakat

terhadap lanjut usia terlantar, dapat dirumuskan kebutuhan – kebutuhan yang

diperlukan oleh masyarakat itu sendiri antara lain :

1. Peningkatan pengetahuan masyarakat terkait keperawatan lanjut usia

Pemahaman masyarakat mengenai keperawatan lanjut usia akan mempengaruhi

pemberikan dukungan sosial yang dapat diberikan masyarakat kepada lanjut usia
108

terlantar. Pemberian informasi yang terkait dengan keperawatan lanjut usia akan

membuat masyarakat memahami dan mengerti bagaimana pemberian dukungan sosial

yang harus diberikan kepada lanjut usia terlantar.

2. Pengorganisasian masyarakat dalam memberikan dukungan sosial kepada lanjut

usia terlantar

Pengorganisasian masyarakat dalam memberikan dukungan sosial kepada

lanjut usia terlantar sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan adanya

pengorganisasian ini masyarakat akan lebih mudah dan tidak membebani mereka

dalam pemenuhan dukungan sosial kepada lanjut usia terlantar. Dukungan sosial ini

nantinya akan dipenuhi oleh seluruh masyarakat yang ada dilingkungan lanjut usia

terlantar.

Adanya pengorganisasian masyarakat dalam memberikan dukungan sosial

kepada lanjut usia terlantar selain mempermudah masyarakat, juga dapat membuat

dukungan yang diberikan masyarakat menjadi lebih efisien waktu dan biaya dalam

memaksimalkan sistem sumber yang ada di sekitarnya. Dengan memaksimalkan

sistem sumber yang ada maka dukungan yang diberikan akan lebih efektif dan

dukungan sosial yang diberikan akan lebih optimal didapatkan lanjut usia terlantar.

4.3.4. Analisa Sistem Sumber

Sistem sumber yang dapat diakses untuk mengatasi permasalahan terkait aspek

kenyamanan yaitu adanya perlakuan dari masyarakat yang dapat membuat lanjut usia

terlantar menjadi nyaman. Lanjut usia dikatakan terlantar apabila ia tidak mendapat

kasih sayang dari keluarganya. Oleh karena itu, orang – orang yang tinggal di sekitar
109

lanjut usia dapat memperlakukan lanjut usia dengan baik dan memberikan kasih sayang

yang tidak didapatkan lanjut usia dari keluarganya. Hal – hal yang dapat dilakukan

masyarakat atau orang – orang yang tinggal di lingkungan lanjut usia terlantar yang

dapat membuat lanjut usia terlantar menjadi nyaman seperti dengan mengajak lanjut

usia terlantar berkomunikasi dan berinteraksi.

Sistem sumber terkait dengan aspek perhatian sendiri yaitu adanya dukungan

dari masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan lanjut usia terlantar. Karena tidak

adanya perhatian yang diberikan keluarga ataupun sanak saudara kepada lanjut usia,

maka dari itu masyarakat dapat memberikan perhatian kepada lanjut usia sebagai

pengganti keluarga dana tau sanak saudara. Dengan adanya perhatian yang diberikan

masyarakat kepada lanjut usia terlantar, maka lanjut usia terlantar tidak akan merasa

kesepian dalam menjalani masa tuanya.

Sistem sumber terkait dengan aspek penghargaan yaitu masyarakat yang ada di

lingkungan lanjut usia terlantar. Penghargaan yang dapat diberikan yaitu dengan

mengakui keberadaan lanjut usia dan menjadikan lanjut usia sebagai bagian dari

kelompok sosial yang ada di masyarakat. Lanjut usia terlantar dapat memperoleh

dukungan penghargaan dari masyarakat yang dapat membuat lanjut usia terlantar

menjadi berarti dan berharga di lingkungan sosialnya.

Sistem sumber yang dapat diakses untuk aspek menolong lanjut usia terlantar

dengan masyarakat yaitu masyarakat yang tinggal di lingkungan lanjut usia terlantar

itu berada. Karena keluarga tidak dapat menolong lanjut usia terutama dalam urusan

financial, masyarakat dapat menolong lanjut usia terlantar sebagai pengganti keluarga.
110

Sehingga ketika lanjut usia terlantar ada masalah yang membutuhkan financial,

masyarakat saling bekerja sama untuk siap menolong lanjut usia terlantar.

1. Sistem Sumber Formal

Sistem sumber formal yang dapat dimanfaatkan untuk menangani masalah

dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar yaitu pemerintah

kelurahan/desa setempat. Sistem sumber ini dapat membantu masyarakat dalam

mengakses program yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan lanjut usia

khususnya untuk meningkatkan dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia

terlantar. Sistem sumber ini juga dapat membantu untuk memanfaatkan sistem sumber

kemasyarakatan.

2. Sistem Sumber Informal

Sumber informal yang dapat diakses oleh masyarakat dalam penangan masalah

dukungan sosial terhadap lanjut usia terlantar yaitu tetangga dari lanjut usia terlantar

itu sendiri.

3. Sistem Sumber Kemasyarakatan

Sistem sumber kemasyarakatan yang dapat diakses dalam masalah dukungan

sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar itu sendiri yaitu puskesmas dan/atau

rumah sakit dan juga Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-

PKK).
BAB V

USULAN PROGRAM

5.1. Dasar Pemikiran

Lanjut usia terlantar yang tinggal di lingkungan masyarakat membutuhkan

dukungan sosial dari masyarakat sebagai pengganti keluarga. Masyarakat memberikan

dukungan sosial baik dukungan untuk memberikan kenyamanan, perhatian,

penghargaan dan menolong dengan menerima kondisi lanjut usia terlantar itu sendiri.

Keluarga sebagai lingkungan terdekat dengan lanjut usia seharusnya mampu

memberikan dukungan sosial ke lanjut usia terutama dalam memberikan kenyamanan,

perhatian dan menolong lanjut usia dengan menerima kondisinya. Namun, karena

keluarga tidak mampu memberikan dukungan tersebut, masyarakat seharusnya bisa

memberikan dukungan sosial kepada lanjut usia terlantar sebagai pengganti keluarga.

Hasil penelitian yang telah dilakukan bersumber dari 6 hasil penelitian, 11

jurnal dan 1 buku yang berikatan dengan aspek – aspek dukungan sosial. Dukungan

sosial masyarakat yang diberikan kepada lanjut usia terlantar dikatakan positif apabila

memiliki karakteristik seperti yang ada pada aspek dukungan sosial, diantaranya:

kenyamanan, perhatian, penghargaan dan menolong lanjut usia dengan menerima

kondisinya.

Hasil penelitian terkait dukungan sosial masyarakat yang diberikan kepada

lanjut usia terlantar menggambarkan bahwa masyarakat dapat membuat lanjut usia

terlantar dengan berdiskusi dan bertukar pikiran serta mampu memberikan informasi

111
112

yang diperlukan kepada lanjut usia terlantar. Kenyamanan yang diberikan kepada

lanjut usia dapat berupa kenyamanan fisik dan kenyamanan psikologis. Kenyamanan

fisik yang dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan memberikan kenyamanan

pada lanjut usia yang melibatkan lanjut usia secara fisik. Sedangkan kenyamanan

psikologis yaitu dengan membuat lanjut usia terlantar menjadi bagian dari suatu

kelompok.

Permasalahan yang ditemukan dalam analisa hasil penelitian data sekunder

pada aspek perhatian yaitu kurangnya perhatian yang diberikan masyarakat kepada

lanjut usia terlantar. Perhatian yang diberikan kepada lanjut usia terlantar hanya sebatas

memberikan kesempatan kepada lanjut usia terlantar untuk berkomunikasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kurang

memberikan perhatian kepada lanjut usia terlantar. Perhatian dapat diberikan keluarga

dengan memberikan apresiasi seperti memberikan pujian kepada lanjut usia terlantar

yang mampu melaksanakan tugas di rumah. Seperti yang kita ketahui bahwa lanjut usia

sendiri dikatakan terlantar karena tidak adanya perhatian secara psikologis dari sanak

saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakatlah yang seharusnya dapat

menggantikan peran keluarga dalam memberikan perhatian kepada lanjut usia

terlantar.

Permasalahan yang ditemukan dalam analisa hasil penelitian sekunder pada

aspek menolong sendiri yaitu terdapat dalam hasil penelitian dapat diketahui bahwa

keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit bagi lanjut usia.

Dimana dalam hal ini, keluarga dapat menolong lanjut usia dengan memberikan
113

bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, dan juga menolong

lanjut usia ketika lanjut usia tersebut mengalami stress. Namun, karena salah satu

kriteria lanjut usia dikatakan terlantar yaitu kurangnya atau tidak adanya dukungan dari

sanak saudara, maka dalam hal ini masyarakat yang harusnya mampu menolong lanjut

usia terlantar dengan menerima kondisinya.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya program yang dapat membantu

menangani masalah dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar. Adapun

program yang diusulkan mengenai peningkatan dukungan sosial masyarakat terhadap

lanjut usia terlantar melalui pengorganisasian masyarakat. Program ini diusulkan guna

menggerakan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat memberikan

dukungan sosial terhadap lanjut usia terlantar.

5.2. Nama Program

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan analisa data sekunder

menggunakan hasil penelitian, jurnal serta buku, analisa masalah, analisa kebutuhan

dan analisa sumber maka nama program yang diusulkan adalah “Program

Peningkatan Bentuk – Bentuk Dukungan Sosial Masyarakat Melalui

Pengorganisasian Sosial dalam Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia Terlantar”.

Program ini menekankan pada upaya – upaya yang membantu masyarakat dalam

peningkatan kenyamanan kepada lanjut usia terlantar, peningkatan perhatian

masyarakat terhadap lanjut usia terlantar dan juga peningkatan masyarakat dalam

menolong lanjut usia terlantar dengan menerima kondisinya.


114

5.3. Tujuan

Tujuan program “Peningkatan Bentuk – Bentuk Dukungan Sosial Masyarakat

Melalui Pengorganisasian Sosial dalam Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia Terlantar”

ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut merupakan tujuan program

yang disusun:

5.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pelaksanaan program ini adalah membantu peningkatan

kenyamanan yang diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar, membantu

peningkatan perhatian yang diberikan masyarakat kepada lanjut usia terlantar, serta

membantu peningkatan masyarakat dalam menolong lanjut usia terlantar dengan

menerima kondisinya. Diharapkan dengan adanya program ini masyarakat akan lebih

memberikan dukungan sosial kepada lanjut usia terlantar.

5.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pelaksanaan program “Peningkatan Bentuk – Bentuk

Dukungan Sosial Masyarakat Melalui Pengorganisasian Sosial dalam Pemenuhan

Kebutuhan Lanjut Usia Terlantar”. ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman yang tepat kepada masyarakat dalam memberikan

kenyamanan terhadap lanjut usia terlantar melalui penyuluhan sosial terkait

keperawatan lanjut usia terlantar;

2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam memberikan perhatian kepada

lanjut usia terlantar terutama perhatian dalam bentuk kesehatan; dan


115

3. Masyarakat lebih terorganisir dalam penggalangan dana dan pemberian makanan

siap saji sehingga mempermudah dalam proses menolong lanjut usia terlantar

dengan menerima kondisinya.

5.4. Sasaran

Sasaran utama dalam program “Peningkatan Bentuk – Bentuk Dukungan Sosial

Masyarakat Melalui Pengorganisasian Sosial dalam Pemenuhan Kebutuhan Lanjut

Usia Terlantar”. ini adalah masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar tempat lanjut

usia terlantar tinggal.

5.5. Pelaksana Program

Pelaksana program terdiri dari sistem partisipan dan pengorganisasian program.

Sistem partisipan dan pengorganisasian program meliputi seluruh sistem atau pelaku

yang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan program “Peningkatan Bentuk – Bentuk

Dukungan Sosial Masyarakat Melalui Pengorganisasian Sosial dalam Pemenuhan

Kebutuhan Lanjut Usia Terlantar”.

5.5.1. Sistem Partisipan

Sistem partisipan dalam pelaksanaan program peningkatan kenyamanan,

perhatian, dan menolong melalui pengorganisasian masyarakat dalam pemenuhan

kebutuhan lanjut usia terlantar ini terdiri atas peran – peran sebagai berikut:

1. Sistem Pelaksana Perubahan

Sistem pelaksana perubahan menunjuk pada sekelompok yang tugasnya

memberikan bantuan atas dasar keahlian yang berbeda dan bekerja sama dengan sistem

yang berbeda. Pelaksana perubahan yang utama adalah orang yang bertanggung jawab
116

pada pelaksanaan program. Sistem pelaksana perubahan dalam rencana program ini

adalah peneliti yang melakukan penelitian sebagai calon Pekerja Sosial Profesional dan

seluruh panitia yang dibentuk terdiri dari masyarakat.

2. Sistem klien

Sistem klien adalah orang-orang yang telah memberikan kewenangan atau

meminta bantuan didalam usaha perubahan dan melibatkan diri mereka. Suatu

persetujuan kerja atau kontrak dengan pekerja sosial. Adapun sistem klien dalam

rencana program ini adalah masyarakat.

3. Sistem sasaran

Sistem sasaran merupakan orang-orang yang dijadikan sasaran perubahan

dimana perubahan yang terjadi diharapkan dapat mempengaruhi dalam pencapaian

tujuan pertolongan. Sistem sasaran dalam rencana program ini adalah masyarakat,

aparat pemerintahan desa/ kelurahan, dan TP PKK desa/kelurahan.

4. Sistem Kegiatan

Sistem kegiatan menunjuk orang-orang yang bersama-sama pekerja sosial

berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas dan mencapai tujuan usaha-usaha

perubahan. Tujuan penggunaan sistem kegiatan adalah untuk mempengaruhi orang-

orang yang masih menjadi klien potensial agar beralih menjadi klien aktual. Sistem

sasaran dalam rencana program ini adalah masyarakat, aparat pemerintahan desa/

kelurahan, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK)

desa/kelurahan, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan.


117

5.5.2. Pengorganisasian Program

Pengorganisasian program ini dilaksanakan dengan membentuk struktur sistem

pelaksana program. Pengorganisasian program dalam hal ini berisikan struktur

kepanitiaan/tim yang terdiri dari penanggungjawab, ketua pelaksana, fasilitator,

sekretaris, bendahara, seksi perlengkapan, seksi acara, seksi konsumsi, seksi humas

dan seksi dokumentasi. Selain struktur kepanitiaan, dijelaskan pula tugas dan tanggung

jawab dalam pelaksanaan program. Adapun struktur organisasi kepanitiaan program

ini dapat dilihat pada bagan 5.1 sebagai berikut:

Keterangan:
Garis Koordinasi -----
Garis Komando
Bagan 5.1 Struktur Organisasi Kepanitiaan Program Peningkatan Bentuk – Bentuk
Dukungan Sosial Masyarakat Melalui Pengorganisasian Sosial Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia Terlantar Tahun 2020
Pelaksana program ini adalah sebagai berikut:

1. Penanggung jawab
118

Penanggung jawab dalam program ini adalah Kepala Desa atau Lurah.

Penanggungjawab memiliki peran dalam memberikan saran, arahan, melakukan

pengawasan serta bertanggung jawab secara penuh terkait pelaksanaan program.

2. Ketua Pelaksana

Ketua pelaksana dalam program ini adalah Ketua Tim Penggerak PKK (TP

PKK) Desa/Kelurahan di wilayah tempat tinggal lanjut usia terlantar. Ketua memiliki

tugas untuk mengatur, mengkoordinasikan, dan memimpin setiap tahapan yang

dilakukan dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan hingga selesainya program.

3. Fasilitator

Fasilitator dalam pelaksanaan program ini adalah Pekerja Sosial yang

tergabung dalam pejabat fungsional Dinas Sosial setempat. Tugas Pekerja Sosial dalam

program ini yaitu untuk memberikan materi mengenai lanjut usia.

4. Sekretaris

Sekretaris dalam program ini adalah Sekretaris Karang Taruna. Sekretaris

memiliki tugas yang berkaitan dengan hal administratif seperti membuat surat, daftar

hadir, proposal kegiatan, pengarsipan, notulensi, dan menyusun laporan

pertanggungjawaban di akhir pelaksanaan program.

5. Bendahara

Bendahara dalam program ini adalah Ketua Kelompok Kerja (Pokja) I TP PKK.

Bendahara memiliki tugas untuk mengatur pengeluaran, pemasukan, mempersiapkan

honorium bagi pemateri/narasumber, menyusun Rancangan Anggaran Biaya (RAB),

serta membuat laporan keuangan terkait keuangan dalam pelaksanaan program.


119

6. Seksi Perlengkapan

Seksi perlengkapan dalam program ini adalah anggota Karang Taruna. Seksi

perlengkapan memiliki tugas untuk mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang

akan digunakan selama pelaksanaan program seperti ruangan, meja, kursi,

soundsystem, layar proyektor, papan tulis, spidol dan perlengkapan lain yang

diperlukan.

7. Seksi Acara

Seksi acara dalam program ini adalah Kasi Kesra Desa/Kelurahan. Seksi acara

memiliki tugas untuk merancang dan membuat jadwal kegiatan, menentukan

narasumber yang akan diundang, serta mengatur jalannya kegiatan dalam pelaksanaan

program.

8. Seksi Konsumsi

Seksi konsumsi dalam program ini adalah Kader PKK. Seksi konsumsi

memiliki tugas untuk mempersiapkan kebutuhan terkait konsumsi seperti melakukan

pemesanan, mengatur jumlah konsumsi, membagikan konsumsi pada saat kegiatan

berlangsung serta memastikan bahwa konsumsi yang diberikan tepat sesuai jadwal

pembagian yang telah ditentukan.

9. Seksi Humas

Seksi humas dalam program ini adalah anggota Karang Taruna. Seksi humas

memiliki tugas untuk menghubungi dan melakukan komunikasi dengan narasumber

dan menyebarkan undangan kepada pihak yang akan terlibat dalam pelaksanaan

program.
120

10. Seksi Dokumentasi

Seksi dokumentasi dalam program ini adalah anggota Karang Taruna. Seksi

dokumentasi memiliki tugas untuk mengabadikan seluruh rangkaian kegiatan melalui

foto maupun video selama kegiatan berlangsung, yang mana dokumentasi tersebut

akan digunakan sebagai bahan laporan pertanggungjawaban di akhir kegiatan.

5.6. Metode dan Teknik

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah metode

Pekerjaan Sosial Berbasis Komunitas (Community Work) yang berfokus terhadap

keterlibatan masyarakat secara langsung untuk melakukan perubahan yang dalam hal

ini masyarakat dilibatkan untuk berperan dalam memberikan dukungan sosial secara

optimal terhadap lanjut usia terlantar.

Teknik dan taktik yang digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah:

1. Edukasi

Edukasi adalah interaksi antara sistem perubahan dengan sistem sasaran

mengenai perubahan yang diinginkan. Dalam program ini, pekerja sosial berinteraksi

dengan masyarakat mengenai kondisi lanjut usia guna memberikan dukungan sosial

kepada lanjut usia melalui materi-materi yang diberikan dalam penyuluhan.

2. Implementasi

Implementasi adalah adanya kesepakatan antara sistem kegiatan dan sistem

sasaran akan perubahan dan dukungan terhadap suatu keputusan seperti alokasi dana.

Dimana dalam program ini adalah kesepakatan masyarakat dan pemerintah desa untuk
121

membuat kegiatan – kegiatan rutin dan mengambil alokasi dana dari APBDes dan dana

sukarela dari masyarakat sendiri.

5.7. Kegiatan Yang Dilakukan

Bentuk – bentuk kegiatan dalam program ini pada dasarnya menyesuaikan

dengan hasil analisis masalah dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia

terlantar. Pada penelitian sekunder ini, masalah dukungan sosial masyarakat diketahui

lebih kepada kurangnya kenyamanan, perhatian dan menolong lanjut usia terlantar oleh

masyarakat itu sendiri. Sehingga kegiatan yang dibentuk sesuai untuk meningkatkan

kenyamanan, perhatian dan menolong lanjut usia terlantar dengan menerima

kondisinya. Bentuk kegiatan dalam pelaksanaan program ini dijelaskan sebagai

berikut:

1. Penyuluhan sosial kepada masyarakat tentang keperawatan lanjut usia terlantar

Penyampaian materi mengenai keperawatan lanjut usia terlantar dengan tujuan

untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana merawat lanjut

usia terlantar sehingga masyarakat dapat memberikan kenyamanan, memberikan

perhatian dan menolong lanjut usia terlantar dengan menerima kondisinya dengan lebih

baik. Dalam kegiatan ini, pekerja sosial berperan sebagai penyuluh sosial yang

menyampaikan materi mengenai keperawatan lanjut usia terlantar. Sedangkan

pesertanya yaitu masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggal lanjut usia

terlantar.

2. Penyediaan layanan kesehatan dari rumah ke rumah lanjut usia terlantar


122

Penyediaan layanan kesehatan ini dimaksudkan dengan adanya layanan

kesehatan untuk pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis yang diberikan kepada lanjut

usia terlantar melalui swadaya masyarakat. Dalam hal ini, pekerja sosial mempunyai

peran sebagai broker atau penghubung masyarakat dengan sistem sumber kesehatan

seperti puskesmas maupun rumah sakit yang ada. Dalam kegiatan ini, layanan

kesehatan yang diberikan yaitu dengan memberikan segala bentuk pelayanan kesehatan

kepada lanjut usia terlantar yang tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan itu

sendiri baik karena lanjut usia terlantar tersebut memiliki keterbatasan secara fisik

maupun karena adanya keterbatasan biaya. Harapannya kegiatan ini dapat dijadikan

kegiatan berkelanjutan mengingat pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu

kebutuhan lanjut usia terlantar.

3. Penggalangan donasi dan penyaluran dalam bentuk makanan bagi lanjut usia

terlantar

Penggalangan donasi ini dimaksudkan dalam kegiatan yang dapat dilakukan

masyarakat dalam rangka menolong lanjut usia terlantar dengan menerima kondisinya.

Kegiatan ini yaitu dengan masyarakat melakukan penggalangan donasi kepada warga

desa atau kelurahan setempat setiap dua minggu sekali yang nantinya hasil dari

penggalangan donasi itu akan disalurkan kepada lanjut usia terlantar dalam bentuk

pemberikan makanan sehat dan bergizi. Penyaluran donasi ini akan dikelola oleh

masyarakat melalui TP PKK desa atau kelurahan setempat yang berupa pemberian

makanan yang sehat dan bergizi kepada lanjut usia terlantar. Harapannya kegiatan ini

dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.


123

5.8. Langkah – Langkah Pelaksanaan

Langkah – langkah pelaksanaan kegiatan dalam program ini terbagi dalam tiga

tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengakhiran. Selanjutnya

ketiga tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

5.8.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam program ini merupakan tahap awal dalam pelaksanaan

program kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

1. Pembentukan Panitia Pelaksana Kegiatan

Pembentukan panitia melibatkan unsur aparatur pemerintahan, Karang Taruna,

Tim Penggerak PKK Desa dan tokoh masyarakat. Dalam tahapan ini akan dijelaskan

terkait Tupoksi dari masing-masing pelaksana kegiatan yang selanjutnya melakukan

penempatan terhadap pihak yang terlibat dalam susunan kepanitiaan.

2. Pengadaan Rapat Kegiatan

Rapat kegiatan bertujuan untuk merancang secara menyeluruh terkait

pelaksanaan program yang bersifat teknis dengan melibatkan semua panitia pelaksana

dan pihak yang terlibat agar pelaksanaan program dapat berjalan secara terarah dan

terkoordinasi dengan baik.

3. Penentuan Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Penentuan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan pada proses rapat

berdasarkan kesepakatan semua pihak, tempat yang digunakan dalam pelaksanaan ini

adalah aula Kantor Desa/Kelurahan.

4. Mempersiapkan Keperluan Administratif


124

Keperluan administratif merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan

suatu kegiatan karena menyangkut legalitas dan formalitas. Keperluan administratif

secara keseluruhan disiapkan oleh Sekretaris kegiatan yang meliputi proposal kegiatan,

surat undangan, surat peminjaman, daftar hadir panitia dan peserta, dan format

notulensi.

5. Kontak Pendahuluan

Kontak pendahuluan dilakukan oleh seksi humas kegiatan untuk menghubungi

pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan program yaitu Dinas Sosial

Kabupaten, TP PKK Kelurahan/Desa, dan Puskesmas Kelurahan/Desa, untuk menjalin

kesepakatan terkait alur pelaksanaan program.

6. Koordinasi

Koordinasi dilakukan dengan pihak –pihak terkait untuk kelancaran kegiatan

dalam program ini, baik dari segi teknis, materi, maupun keuangan. Koordinasi ini juga

dilakukan guna menghindari miss komunikasi antar pihak-pihak terkait yang dapat

menghambat berjalannya program.

5.8.2. Tahap Pelaksanaan

Rencana yang telah dirancang terkait kegiatan dalam program peningkatan

bentuk – bentuk dukungan sosial masyarakat melalui pengorganisasian sosial dalam

pemenuhan kebutuhan lanjut usia terlantar, kemudian diimplementasikan pada tahap

pelaksanaan dengan menyesuaikan jadwal kegiatan. Adapun penjelasan pelaksanaan

program yang mengikuti jadwal kegiatan terdapat dalam tabel 5.1 sebagai berikut.
125

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Program Peningkatan Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial


Masyarakat Melalui Pengorganisasian Sosial Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Lanjut Usia Terlantar
No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Pelaksana Keterangan
Tahap Persiapan
1. Kamis/1 08.30- Pembahasan Panitia Kegiatan pada tahap
Oktober 2020 12.00 mengenai: persiapan dilakukan
1. Pembentukan dalam kurun waktu 1
Panitia Kegiatan minggu dengan waktu
2. Pengadaan tentatif.
Rapat Kegiatan
Tahap Pelaksanaan
2. Penyuluhan Sosial Kepada Masyarakat Tentang Keperawatan Lanjut Usia Terlantar
Sabtu/ 10 08.30- Registrasi Peserta Panitia
Oktober 2020 09.00
09.00- Pembukaan 1. Ketua 1. Sambutan Ketua
09.30 Pelaksana Pelaksana
2. Kepala 2. Sambutan Kepala
Desa/Lurah Desa/Lurah
09.30- Penyampaian Pekerja sosial
10.30 Meteri mengenai
Keperawatan Lanjut
Usia Terlantar
10.30- Tanya jawab Pekerja sosial
11.00
11.00- Penutup Panitia
11.35
3. Penyediaan Layanan Kesehatan
Senin/ 12 09.00- Pemeriksaan Ketua TP PKK Pelaksanaan layanan
Oktober 2020 09.30 Kesehatan Lanjut kesehatan ini
Usia Terlantar dilaksanakan pada
minggu ketiga setiap
bulannya
4. Penggalangan Donasi dan Penyaluran
Sabtu/ 10 08.30- Penggalangan Karang Taruna Penggalangan donasi
Oktober 2020 17.00 Donasi dilakukan mulai tanggal
10 dalam setiap bulan dan
dengan kurun waktu
penggalangan 1 minggu.
Selasa/ 20 11.00- Penyaluran Donasi TP PKK Penyaluran donasi
Oktober 2020 1200 dilakukan 2 hari setelah
penggalangan donasi
dilaksanakan
Tahap Pengakhiran
5. Jumat/30 08.30- Evaluasi dan Panitia Evaluasi dan pelaporan
Oktober 2020 10.30 Pelaporan kegiatan serta pembagian
honorarium panitia
dilaksanakan setiap akhir
bulan.
Sumber : Penelitian Sekunder 2020
126

5.8.3. Tahap Pengakhiran

Tahap pengakhiran merupakan langkah penutupan dari semua rangkaian program.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

1. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan pada setiap proses kegiatan, mulai dari tahap

persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan hasil yang dicapai setelah

kegiatan berakhir. Kegiatan monitoring dan evaluasi bertujuan untuk melihat

perkembangan serta hambatan yang terjadi agar dapat segera ditemukan solusi

sehingga meminimalisir kendala dikemudian hari.

2. Pelaporan

Tahap pelaporan kegiatan dilakukan setela berakhirnya pelaksanaan program

yang memuat proses teknis kegiatan, hasil, hambatan, serta laporan keuangan dalam

program sebagai bentuk pertanggungjawaban panitia pelaksana dalam

penyelenggaraan kegiatan. Pelaporan ini berbentuk laporan pertanggungjawaban yang

selanjutnya akan diserahkan kepada pihak yang memiliki kewenangan yaitu Kepala

Desa/Kelurahan.

5.9. Rencana Anggaran Biaya

Pelaksanaan program ini tentu memerlukan dana agar tujuan yang diinginkan

dapat tercapai dengan baik. Rincian anggaran biaya pelaksanaan program ini dapat

dilihat dalam tabel 5.2 sebagai berikut.


127

Tabel 5.2 Rencana Anggaran Biaya Program Peningkatan Bentuk-Bentuk


Dukungan Sosial Masyarakat Melalui Pengorganisasian Sosial
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia Terlantar
No Uraian Volume Biaya Satuan Jumlah Biaya
Tahap Persiapan
1 Pembentukan Panitia Kegiatan
Konsumsi 22 Org Rp 20.000 Rp 440.000
ATK 1 Keg Rp 150.000 Rp 150.000
2 Pengadaan Rapat Kegiatan
Konsumsi 20 Org Rp 20.000 Rp 400.000
ATK 1 Keg Rp 150.000 Rp 150.000
Jumlah Rp 1.140.000
Tahap Pelaksanaan
2 Penyuluhan Sosial
Honor Pemateri 1 Org Rp 2.400.000 Rp 2.400.000
Konsumsi 45 Org Rp 20.000 Rp 900.000
ATK 1 Paket Rp 250.000 Rp 250.000
3 Penyediaan Layanan Kesehatan
Honorarium
1 Org Rp 150.000 Rp 150.000
Petugas Kesehatan
4 Penggalangan Donasi
Kotak Donasi 4 Kotak Rp 100.000 Rp 400.000
Jumlah Rp 4.100.000
Tahap Pengakhiran
5 Evaluasi dan Pelaporan
Konsumsi 20 Org Rp 20.000 Rp 400.000
ATK 1 Keg Rp 150.000 Rp 150.000
6 Honor Panitia
Penanggung Jawab 1 Org Rp 450.000 Rp 450.000
Ketua Pelaksana 1 Org Rp 400.000 Rp 400.000
Sekretaris 1 Org Rp 300.000 Rp 300.000
Bendahara 1 Org Rp 300.000 Rp 300.000
Seksi - Seksi 5 Org Rp 300.000 Rp 1.500.000
Jumlah Rp 3.500.000
Total Keseluruhan Rp 8.740.000
Sumber : Standar Biaya Masukan PMK 2020
128

Penyusunan anggaran yang diajukan dalam hal ini mengacu pada standar

honorarium yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

78/PMK.02/2019 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2020.

5.10. Analisis Kelayakan Program

Program Peningkatan Bentuk – Bentuk Dukungan Sosial Masyarakat Melalui

Pengorganisasian Sosial dalam Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia Terlantar agar

layak untuk dilaksanakan maka harus dilakukan uji kelayakan terlebih dahulu dengan

menggunakan teknik SWOT. Teknik Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats

(SWOT) digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari

pelaksanaan program. Analisis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strength)

Ada beberapa kekuatan yang dapat menunjang program ini, diantaranya adalah:

a. Tersedianya fasilitas kesehatan yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

disetiap wilayah di Indonesia yang dapat bekerja sama dalam kegiatan pemeriksaan

kesehatan;

b. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai Karang Taruna dan TP PKK yang dapat

bekerja sama dalam swadaya masyarakat;

c. Pemberdayaan Lanjut usia merupakan salah satu tugas pokok dari Pokja I TP PKK

di Indonesia.

d. Terdapat program pemerintah yang membantu penanganan permasalahan lanjut usia

terlantar yaitu Program Keluarga Harapan (PKH)


129

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan dari program ini sendiri adalah sebagai berikut:

a. Alokasi dana pada tingkat Desa atau Kelurahan seringkali lebih memprioritaskan

pembangunan fisik;

b. Pemahaman masyarakat dan aparat pemerintah desa mengenai kesejahteraan lanjut

usia masih sangat minim sehingga jika hanya dengan satu kali penyuluhan masih

cukup sulit sedangkan jika penyuluhan dilakukan lebih dari satu kali, dana yang

dianggarkan masih kurang.

3. Peluang (Opportunities)

Peluang dalam pelaksanaan program ini yaitu :

a. Sudah berjalannya Posbindu di beberapa wilayah dapat dimanfaatkan untuk

pemeriksaan kesehatan;

b. Bekerja sama dengan agen sembako agar makanan yang didistribusikan merupakan

bahan makanan yang baik untuk kesehatan lansia;

c. Mengajukan proposal CSR kepada perusahaan susu untuk bisa memberikan bantuan

berupa susu guna menunjang kesehatan Lansia.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman dalam pelaksanaan program ini yaitu :

a. Konsistensi masyarakat dalam memberikan dukungan sosial seperti penggalangan

dana dan membuat makanan sehat siap saji untuk lanjut usia dikhawatirkan

menurun;
130

5.11. Indikator Keberhasilan

Program Peningkatan Bentuk – Bentuk Dukungan Sosial Masyarakat Melalui

Pengorganisasian Sosial dalam Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia Terlantar dapat

dikatakan berhasil apabila tujuan dari program ini dapat tercapai. Berikut merupakan

indikator keberhasilan dari program yang diusulkan:

1. Masyarakat paham dalam memberikan kenyamanan terhadap lanjut usia terlantar

melalui penyuluhan sosial terkait keperawatan lanjut usia terlantar;

2. Masyarakat paham dalam memberikan perhatian kepada lanjut usia terlantar

terutama perhatian dalam bentuk kesehatan; dan

3. Masyarakat lebih terorganisir dalam penggalangan dana dan pemberian makanan

siap saji sehingga mempermudah dalam proses menolong lanjut usia terlantar

dengan menerima kondisinya.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai dukungan

sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode analisis data sekunder dengan menganalisis sumber

informasi berupa hasil penelitian orang lain, jurnal ilmiah dan dokumen kelembagaan.

Sumber informasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 6 hasil penelitian dari

lampiran 1 sampai dengan lampiran 7, 11 jurnal dari lampiran 8 sampai dengan

lampiran 18, dan 1 buku yang terdapat dalam lampiran 19. Jumlah keseluruhan sumber

informasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 19 buah sumber informasi.

Dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar dapat ditinjau dengan cara

melihat dukungan sosial masyarakat yang diterangkan dalam sumber informasi

berdasarkan aspek – aspek dukungan sosial yang terdiri dari kenyamanan, perhatian,

penghargaan dan menolong lanjut usia dengan menerima kondisinya.

Dukungan sosial yang diberikan masyarakat sendiri pasti akan berbeda – beda.

Mengingat beragamnya masyarakat yang ada, tidak semua masyarakat dapat

memberikan dukungan sosial dalam hal yang sama dan secara maksimal. Berdasarkan

hasil analisa data sekunder yang telah dilakukan, lanjut usia kurang mendapatkan

kenyamanan dari masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Eka Taurista

(2015:4) dengan informan sebanyak 4 orang , menunjukkan bahwa lanjut usia terlantar

131
132

ketika tidak ada yang berjaga untuk mengawasinya dan juga kurangnya bantuan yang

diberikan kepada lanjut usia terlantar dalam melakukan aktivitas sehari – hari. Hal

tersebut menunjukkan bahwa permasalahan muncul bagi lanjut usia terlantar ketika

kurangnya pengawasan dan bantuan yang diberikan masyarakat kepada lanjut usia

terlantar yang membuat lanjut usia terlantar menjadi tidak nyaman. Hal ini dapat terjadi

karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam hal keperawatan lanjut

usia.

Permasalahan yang ditemukan dalam analisa hasil penelitian data sekunder pada

aspek perhatian yaitu kurangnya perhatian yang diberikan masyarakat kepada lanjut

usia terlantar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Etty dan Kissumi (2015:338) dari

9 informan menjelaskan bahwa perhatian yang diberikan kepada lanjut usia terlantar

hanya sebatas pemberikan kesempatan kepada lanjut usia terlantar untuk

berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat kurang memberikan perhatian kepada lanjut usia terlantar. Selain itu,

dalam hasil penelitian Chandra Aji Permana (2013 :x) dengan responden sebanyak

1062 orang, dikatakan bahwa perhatian dapat diberikan keluarga dengan memberikan

apresiasi seperti memberikan pujian kepada lanjut usia terlantar yang mampu

melaksanakan tugas di rumah. Seperti yang kita ketahui bahwa lanjut usia sendiri

dikatakan terlantar karena tidak adanya perhatian secara psikologis dari sanak

saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakatlah yang seharusnya dapat

menggantikan peran keluarga dalam memberikan perhatian kepada lanjut usia

terlantar.
133

Penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia terlantar dalam Lilik

Ma’rifatul Azizah (2011:101) berupa penghargaan positif pada lanjut usia, pemberian

semangat, persetujuan pada pendapat lanjut usia, dan juga perbandingan positif lanjut

usia dengan lanjut usia yang lain. Berdasarkan hasil penelitian Camelia, dkk (2017:35)

dapat diketahui bahwa salah satu bentuk dukungan sosial berupa penghargaan yang

dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan mengakui keberadaan lanjut usia

terlantar tersebut. Hasil penelitian Yusnia Pratiwi (2015:23) dengan 7 informan

menjelaskan bahwa dukungan sosial berupa penghargaan atau pengakuan pada

seseorang maka seseorang itu akan mendapatkan pengakuan atas kemampuan dan

keahlian serta mendapatkan penghargaan dari orang lain ataupun lembaga terhadap

kompetensi, keterampilan maupun nilai yang dimiliki oleh seseorang.

Permasalahan yang ditemukan dalam analisa hasil penelitian sekunder pada

aspek menolong sendiri yaitu terdapat dalam hasil penelitian Parida Hanum (2017:76)

dengan responden sebanyak 147 orang yang dapat diketahui bahwa keluarga

merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit bagi lanjut usia. Dimana

dalam hal ini, keluarga dapat menolong lanjut usia dengan memberikan bantuan

langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, dan juga menolong lanjut usia

ketika lanjut usia tersebut mengalami stress. Namun, karena salah satu kriteria lanjut

usia dikatakan terlantar yaitu kurangnya atau tidak adanya dukungan dari sanak

saudara, maka dalam hal ini masyarakat yang harusnya mampu menolong lanjut usia

terlantar dengan menerima kondisinya.


134

Berdasarkan hasil dalam penelitian sekunder tentang dukungan sosial

masyarakat terhadap lanjut usia terlantar ini diperoleh gambaran bahwa dukungan

sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar pada umumnya baik pada aspek

penghargaan. Namun apabila diidentifikasi tiap aspek dari dukungan sosial,

masyarakat dalam memberikan dukungan sosial kepada lanjut usia terlantar masih

terdapat permasalahan terutama di beberapa aspek yang perlu adanya upaya

pemecahan masalah. Dalam hal ini, aspek yang masih memiliki masalah tersebut

terutama pada aspek kenyamanan, perhatian dan menolong lanjut usia terlantar dengan

menerima kondisinya.

Alternatif yang digunakan peneliti untuk meningkatkan dukungan sosial

masyarakat dengan memberikan usulan program yaitu “Peningkatan Kepedulian

terhadap Lanjut Usia Terlantar Melalui Pengorganisasian Masyarakat dalam

Pemenuhan Kebutuhan”. Karena dalam penelitian sekunder ini masalah dukungan

sosial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar diketahui lebih kepada aspek

kenyamanan, perhatian, dan menolong lanjut usia terlantar dengan menerima

kondisinya.

Kegiatan program ini ditujukan pada pemberian pemahaman kepada masyarakat

tentang keperawatan lanjut usia terlantar khususnya dan juga pemenuhan kebutuhan

lanjut usia terlantar yang dapat dilakukan oleh masyarakat melalui swadaya

masyarakat. Program ini dilaksanakan menggunakan metode Communitiy Organizing

(CO) yang berfokus terhadap keterlibatan masyarakat secara langsung untuk

melakukan perubahan yang dalam hal ini masyarakat dilibatkan untuk berperan dalam
135

memberikan dukungan sosial secara optimal terhadap lanjut usia terlantar. Kegiatan

yang dilaksanakan dalam program “Peningkatan Bentuk – Bentuk Dukungan Sosial

Masyarakat Melalui Pengorganisasian Sosial dalam Pemenuhan Kebutuhan Lanjut

Usia Terlantar” yaitu penyuluhan sosial kepada masyarakat tentang keperawatan lanjut

usia terlantar, penyediaan layanan kesehatan dari rumah ke rumah lanjut usia terlantar,

dan penggalangan donasi dan penyaluran dalam bentuk makanan bagi lanjut usia

terlantar. Dengan demikian masyarakat lebih bisa memberikan dukungan sosial kepada

lanjut usia terlantar secara optimal.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian sekunder tentang dukungan sosial

masyarakat terhadap lanjut usia terlantar, peneliti memberikan saran – saran sebagai

berikut:

6.2.1. Saran Guna Laksana

Permasalahan kurangnya dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia

terlantar terdapat pada aspek kenyamanan dan menolong lanjut usia dengan menerima

kondisinya yang telah dijadikan program pada bab sebelumnya. Aspek perhatian tidak

terlalu tertangani dalam usulan program sehingga perlu mendapatkan perhatian,

dukungan dan penanganan dari berbagai pihak untuk menangani permasalahan

tersebut. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa saran guna laksana yang

ditujukan pada pihak – pihak yang terkait langsung dengan sasaran penelitian saran

yang diberikan sebagai berikut:


136

1. Saran untuk Pekerja Sosial

Pekerja sosial memiliki peran sebagai fasilitator dan broker pelaksanaan

program. Saran yang dapat diberikan kepada pekerja sosial diantaranya:

a. Menghubungkan masyarakat dengan sistem sumber yang dapat mendukung

berjalannya pelaksanaan program.

b. Mengupayakan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan program secara terus

menerus. Monitoring dan evaluasi tidak hanya dilakukan pada pelaksanaan

program, namun juga setelah setelah kegiatan selesai.

2. Saran untuk Masyarakat

Saran untuk masyarakat dalam penelitian ini diantaranya:

a. Saran untuk masyarakat yang dalam hal ini terdiri dari keluarga yang memiliki

lansia dirumah tangganya, tetangga di lingkungan tempat tinggal lansia, ketua RT,

dan ketua RW di wilayah tempat tinggal lansia, serta kader PKK untuk terlibat

aktif dalam pemecahan masalah yaitu kurangnya perhatian masyarakat kepada

lanjut usia terlantar yaitu dengan pemberian makanan siap saji dan PMT

(Pemberian Makanan Tambahan) yang berupa bubur kacang hijau, susu kedelai,

buah – buahan dan juga bubur ayam yang dilakukan secara berkala setiap dua

minggu sekali.

b. Masyarakat dapat bekerja sama dengan aparat Desa atau Kelurahan terkait

penyelesaian permasalahan lanjut usia terlantar dengan memanfaaatkan program

– program pemerintah yang berupa bantuan sosial yaitu Program Keluarga

Harapan (PKH).
137

6.2.2. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

Saran ini ditujukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti dengan topik yang

berkaitan. Saran yang diberikan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai rujukan melakukan penelitian untuk

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan sosial masyarakat

terhadap lanjut usia terlantar.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode penelitian yang lain

agar hasil penelitian dapat lebih berkembang dan lebih beragam, karena dengan

mempertimbangkan penelitian data sekunder yang digunakan masih terdapat

banyak kekurangan dalam penelitian ini.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terkait pemberian

kenyamanan, perhatian dan juga menolong lanjut usia terlantar dengan menerima

kondisinya untuk memberikan dukungan sosial masyarakat terhadap lanjut usia

terlantar.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Fahrudin. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Refika Aditama.


Adon Nasrullah J. 2015. Sosiologi Perkotaan : Memahami Masyarakat Kota dan
Problematikanya. Bandung : CV Pustaka Setia.
Aguestiani.2014. Alsesibilitas Lanjut Usia Terlantar di Desa Cigentur Kecamatan
Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.Karya Ilmia Akhir. Program D4. Bandung:
STKS Bandung.
Agus Santoso dan Novia Budi Lestari, 2008 tentang Peran Serta Keluarga Pada Lansia
yang Mengalami Post Power Syndrome. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro. Media Ners, 2(1),1-44
Alnidi Safarach Bratanegara, dkk, 2012 tentang Gambaran Dukungan Keluarga
Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Kelurahan Karasak Kota Bandung.
Bandung (ID) : Universitas Padjajaran.
Ani Marni dan Rudy Yuniawati, 2015 tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial
dengan Penerimaan Diri Lansia di panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.
Yogyakarta (ID) : Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal Fakultas Psikologi,
3(1),1-7
Apollo dan Andi Cahyadi. 2012. Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah yang
Bekerja Ditinjau Dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri.
Madiun : Program Studi Psikologi, Fakultas Piskologi, Universitas Katolik
Widya Mandala Madiun.
Arasti, 2014 Dita Nisfiani tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
DIIT Hipertensi pada Lanjut Usia di Desa Begajah Kecamayan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta

Azizah Nuruh Karohmah, 2016 tentang Peran Posyandu Lansia dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Lanjut Usia. Semarang (ID): Universitas Negeri Semarang
Camelia, 2017 dkk tentang Dukungan Sosial Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan
Sosial Lansia di Panti. Bandung (ID) : Universitas Padjadjaran. Social Work
Jurnal. 7(1), 1-129
Chandra Aji Permana, 2013 tentang Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan
Tingkat Stress Pada Lansia Andro Pause di Gebang Wilayah Kerja Puskesmas
Patrang Kabupaten Jember. Jember (ID): Universitas Jember.

138
Departemen Sosial RI. 2005. Pedoman Umum Pelaksanaan Subsidi Silang. Jakarta:
Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi.
Dwi Heru Sukoco. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.
Bandung:Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.
Dyah Ayu Mastuti, 2016 tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari
Dukungan Keluarga. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis


Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Eka Taurista dan F.X Sri Sadewo tentang Praktik Petugas dalam Meningkatkan
Kesejahteraan dan Kenyamanan Lanjut Usia di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto. Surabaya (ID) : Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Paradigma,
03(02), 1-7
Etty Padmiati dan Kissumi Diyanayati,2015 tentang Pelayanan Sosial Lanjut Usia
dalam Kelurga. Yogyakarta (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS). Jurnal PKS, 14(3), 329-342

Hurlock, E. B. 2012. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Edisi Kelima (Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Soedjarwo).
Jakarta:Erlangga.
Ida Ayu, 2015 tentang Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Penyesuaian
Diri Lanjut Usia Terlantar. Bali (ID): Universitas Udayana. Jurnal Psikologi
Udayana, 02(02),280-289

Ife, Jim and Frank Toseriro. (2016). Community Development: Alternatif


Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Terjemahan: Manullang dkk.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isbandi Rukminto Adi. (2012). Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Khalid Mujahidullah. 2012. Keperawatan Geriatrik : Merawat Lanjut Usia dengan
Cinta dan Kasih Sayang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Lalenoh, Tody. 1994. Grentologi dan Pelayanan Sosial. Bandung: Kopma STKS
Lilik Ma’rifatul Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Cetakan Ke-1. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Lily Herlinah, dkk, 2013 tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku
Lansia dalam Pengendalian Hipertensi. Jakarta (ID) : Universitas

139
Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Indonesia. Jurnal Keperawatan
Komunitas. 2(1), 108-115
Miftakul Jannah dan Meirinawati, 2016 tentang Pelayanan Prima Pada Posyandu
Lansia di Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES), Desa Karangdinoyo
Kecamatan Sumberharjo Kabupaten Bojonegoro. Surabaya (ID): Unversitas
Negeri Surabaya.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.
Netting, F.E Kettner, P.M, dkk. 2001. Social Macro Practice. United States of America:
Pearson Education Inc.
Parida Hanum, dkk, 2017 tentang Hubungan Karakteristik dan Dukungan Keluarga
Lansia dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara.
JUMANTIK, 3(1), 72-88

Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan
Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial. Jakarta
Pincus, Allen dan Anne Minahan. 1973. Social Work Practice: Model And Method.
Madison: F.E. Peacock Publishers, Inc
Rizkya Angkin Pratiwi, 2017 tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari
Keterlibatan Dalam Aktivitas Sehari – Hari. Sukarakarta (ID): Universitas
Muhamadiyah Surakarta.

R.Siti Maryam,dkk. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medik.
Siti Partini. 2011. Psikologi Lanjut Usia. Yogyakarta : Gadjah Mada Press
Siti Wafroh, 2016 dkk tentang Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di
PSTW Budi Sejahteran Banjarbaru. Banjarmasin (ID): Universitas Lambung
Mengkurat. Dunia Keperawatan, 4(1), 60-64

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta.
Syarif Muhidin.1997. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Mitra Anda.

140
Syaiful Islam. 2017. Data Kemensos 2,1 Juta Lansia di Indonesia Terlantar dan 1,8 Juta
Lainnya Berpotensi Serupa. Diakses pada hari Senin, 28 September 2020 Pukul
09.00 WIB dari
https://nasioanl.okezone.com/read/2017/08/05/337/1750328/data-kemensos-2-
1-juta-lansia-di-indonesia-terlantar-dan-1-8-juta-lainnya-berpotensi-serupa
Tatang M. Amirin. 2015. Metode Penelitian Sekunder (Analisis Data Sekunder).
Diakses pada hari Jumat, 19 Juni 2020 Pukul 09.00 WIB dari
https://Tatangmanguny.wordpress.com/2015/04/12/metodepenelitiansekunder
-analisis-data-sekunder/
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Yeniar Indriana. 2012. Gerontologi dan Progeria. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Yusnia Pratiwi, 2015 tentang Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kualitas Hidup
Lanjut Usia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan. Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

141
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eky Fahmiyatiningrum yang merupakan putri

pertama dari dua bersaudara pasangan Nurkhoti’in dan

Nakiyatun. Penulis lahir di Magelang pada 27 April 1996.

Tinggal, dibesarkan dan bekermbang di Magelang tepatnya di

Salakan RT 05/ RW 09 Kwaderan, Kajoran, Magelang, Jawa

Tengah. Pendidikan akademis yang pernah ditempuh penulis diantaranya:

1. SD N 2 Kuwaderan, Kajoran, Magelang lulus pada tahun 2009

2. SMP N 1 Salaman, lulus pada tahun 2012

3. SMA N 1 Purworejo, lulus pada tahun 2015.

Penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Pekerjaan Sosial Program

Sarjana Terapan di Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung pada tahun

2016. Selama menempuh pendidikan di Poltekesos Bandung, penulis aktif dan juga

menjabat sebagai Sekretaris Dewan DPM SKTS Bandung Periode 2018/2019, Deputi

APB DPM STKS Bandung Periode 2017/2018, dan ikut serta dalam kepengurusan

UKM KOMITE 2017/2018.

142
Lampiran 1

SUMBER INFORMASI DUKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP LANJUT

USIA TERLANTAR

A. Hasil Penelitian

1. Penelitiaagun Chandra Aji Permana tentang Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan

Tingkat Stress Pada Lansia Andro Pause di Gebang Wilayah Kerja Puskesmas Patrang

Kabupaten Jember. Jember (ID) : Universitas Jember.

a. Cover

143
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Perhatian

144
2) Aspek Monolong

145
Lampiran 2

2. Penelitian Yusnia Pratiwi tentang Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kualitas Hidup Lanjut

Usia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Jakarta

(ID) : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

a. Cover

146
b. Kutipan yang di ambil

1) Aspek Penghargaan

147
Lampiran 3
3. Penelitian Azizah Nurul Karohmah tentang Peran Posyandu Lansia dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Lanjut Usia. Semarang (ID) : Universitas Negeri Semarang.

a. Cover

148
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Penghargaan

149
Lampiran 4
4. Penelitian Dyah Ayu Mastuti tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari

Dukungan Keluarga. Surakarta (ID) : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

a. Cover

150
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Penghargaan

151
Lampiran 5
5. Penelitian Rizkya Angkin Pratiwi tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari

Keterlibatan Dalam Aktivitas Sehari – Hari. Sukarakarta (ID): Universitas Muhamadiyah

Surakarta.

a. Cover

152
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Penghargaan

153
Lampiran 6
6. Penelitian Arasti Dita Nisfiani tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan

DIIT Hipertensi pada Lanjut Usia di Desa Begajah Kecamayan Sukoharjo Kabupaten

Sukoharjo. Surakarta (ID) : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

a. Cover

154
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Menolong

155
Lampiran 7

B. Jurnal

1. Penelitian Eka Taurista dan F.X Sri Sadewo tentang Praktik Petugas dalam Meningkatkan

Kesejahteraan dan Kenyamanan Lanjut Usia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

Surabaya (ID) : Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Paradigma, 03(02), 1-7

a. Cover

156
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Kenyamanan

157
Lampiran 8
2. Penelitian Ida Ayu tentang Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Penyesuaian

Diri Lanjut Usia Terlantar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali (ID): Universitas

Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 02(02),280-289

a. Cover

158
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Kenyamanan

159
Lampiran 9
3. Penelitian Ani Marni dan Rudy Yuniawati tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial

dengan Penerimaan Diri Lansia Di panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Yogyakarta

(ID) : Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal Fakultas Psikologi, 3(1),1-7

a. Cover

160
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Kenyamanan

161
Lampiran 10
4. Penelitian Etty Padmiati dan Kissumi Diyanayati tentang Pelayanan Sosial Lanjut Usia

dalam Kelurga. Yogyakarta (ID) : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan

Kesejahteraan Sosial (B2P3KS). Jurnal PKS, 14(3), 329-342

a. Cover

b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Perhatian

162
163
Lampiran 11
5. Penelitian Agus Santoso dan Novia Budi Lestari tentang Peran Serta Keluarga Pada Lansia

yang Mengalami Post Power Syndrome. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro. Media

Ners, 2(1),1-44

a. Cover

b. Kutipan yang diambil

164
1) Aspek Perhatian

165
Lampiran 12
6. Penelitian Siti Wafroh, dkk tentang Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di

PSTW Budi Sejahteran Banjarbaru. Banjarmasin (ID) : Universitas Lambung Mengkurat.

Dunia Keperawatan, 4(1), 60-64

a. Cover

166
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Perhatian

167
Lampiran 13
7. Penelitian Miftakul Jannah dan Meirinawati tentang Pelayanan Prima Pada Posyandu Lansia

di Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES), Desa Karangdinoyo Kecamatan Sumberharjo

Kabupaten Bojonegoro. Surabaya (ID) : Unversitas Negeri Surabaya.

a. Cover

b. Kutipan yang diambil

168
1) Aspek Perhatian

169
Lampiran 14
8. Penelitian Camelia, dkk tentang Dukungan Sosial Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan

Sosial Lansia di Panti. Bandung (ID) : Universitas Padjadjaran. Social Work Jurnal. 7(1), 1-

129

a. Cover

170
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Penghargaan

171
Lampiran 15
9. Penelitian Lily Herlinah, dkk tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku

Lansia dalam Pengendalian Hipertensi. Jakarta (ID) : Universitas Muhammadiyah Jakarta

dan Universitas Indonesia. Jurnal Keperawatan Komunitas. 2(1), 108-115

a. Cover

172
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Menolong

173
Lampiran 16

10. Penelitian Alnidi Safarach Bratanegara, dkk tentang Gambaran Dukungan Keluarga

Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Kelurahan Karasak Kota Bandung. Bandung (ID)

: Universitas Padjajaran.

a. Cover

174
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Menolong

175
Lampiran 17
11. Penelitian Parida Hanum, dkk tentang Hubungan Karakteristik dan Dukungan Keluarga

Lansia dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan. Medan (ID) : Universitas Sumatra Utara. JUMANTIK, 3(1), 72-88

a. Cover

176
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Menolong

177
Lampiran 18

C. Buku

1. Lilik Ma’rifatul Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Cetakan Ke-1. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

a. Cover

178
179
180
181
b. Kutipan yang diambil

1) Aspek Kenyamanan

2) Aspek Penghargaan

3) Aspek Menolong

182
DUKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP LANJUT USIA
TERLANTAR

1. Sumber Informasi

a. Hasil Penelitian

1) Penelitian Chandra Aji Permana, 2013 tentang Hubungan Dukungan Sosial

Keluarga Dengan Tingkat Stress Pada Lansia Andro Pause di Gebang Wilayah

Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Jember (ID): Universitas Jember.

2) Penelitian Yusnia Pratiwi, 2015 tentang Pengaruh Dukungan Sosial terhadap

Kualitas Hidup Lanjut Usia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Kecamatan

Pancoran Jakarta Selatan. Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

3) Penelitian Azizah Nuruh Karohmah, 2016 tentang Peran Posyandu Lansia dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia. Semarang (ID): Universitas Negeri

Semarang.

4) Penelitian Dyah Ayu Mastuti, 2016 tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia

Ditinjau Dari Dukungan Keluarga. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

5) Penelitian Rizkya Angkin Pratiwi, 2017 tentang Kebahagiaan Pada Lanjut Usia

Ditinjau Dari Keterlibatan Dalam Aktivitas Sehari – Hari. Sukarakarta (ID):

Universitas Muhamadiyah Surakarta.

6) Penelitian Arasti, 2014 Dita Nisfiani tentang Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Kepatuhan DIIT Hipertensi pada Lanjut Usia di Desa Begajah

Kecamayan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Surakarta (ID): Universitas

Muhammadiyah Surakarta

183
b. Jurnal

1) Penelitian Eka Taurista dan F.X Sri Sadewo tentang Praktik Petugas dalam

Meningkatkan Kesejahteraan dan Kenyamanan Lanjut Usia di Panti Werdha

Mojopahit Mojokerto. Surabaya (ID) : Universitas Negeri Surabaya. Jurnal

Paradigma, 03(02), 1-7

2) Penelitian Ida Ayu, 2015 tentang Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial

Terhadap Penyesuaian Diri Lanjut Usia Terlantar. Bali (ID): Universitas

Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 02(02),280-289

3) Penelitian Ani Marni dan Rudy Yuniawati, 2015 tentang Hubungan Antara

Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri Lansia di panti Wredha Budhi

Dharma Yogyakarta. Yogyakarta (ID) : Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal

Fakultas Psikologi, 3(1),1-7

4) Penelitian Etty Padmiati dan Kissumi Diyanayati,2015 tentang Pelayanan

Sosial Lanjut Usia dalam Kelurga. Yogyakarta (ID): Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS). Jurnal PKS, 14(3),

329-342

5) Penelitian Agus Santoso dan Novia Budi Lestari, 2008 tentang Peran Serta

Keluarga Pada Lansia yang Mengalami Post Power Syndrome. Semarang (ID):

Universitas Diponegoro. Media Ners, 2(1),1-44

6) Penelitian Siti Wafroh, 2016 dkk tentang Dukungan Keluarga dengan Kualitas

Hidup Lansia di PSTW Budi Sejahteran Banjarbaru. Banjarmasin (ID):

Universitas Lambung Mengkurat. Dunia Keperawatan, 4(1), 60-64

184
7) Penelitian Miftakul Jannah dan Meirinawati, 2016 tentang Pelayanan Prima

Pada Posyandu Lansia di Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES), Desa

Karangdinoyo Kecamatan Sumberharjo Kabupaten Bojonegoro. Surabaya

(ID): Unversitas Negeri Surabaya.

8) Penelitian Camelia, 2017 dkk tentang Dukungan Sosial Keluarga dalam

Memenuhi Kebutuhan Sosial Lansia di Panti. Bandung (ID) : Universitas

Padjadjaran. Social Work Jurnal. 7(1), 1-129

9) Penelitian Lily Herlinah, dkk, 2013 tentang Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Perilaku Lansia dalam Pengendalian Hipertensi. Jakarta (ID) :

Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Indonesia. Jurnal

Keperawatan Komunitas. 2(1), 108-115

10) Penelitian Alnidi Safarach Bratanegara, dkk, 2012 tentang Gambaran

Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Kelurahan

Karasak Kota Bandung. Bandung (ID) : Universitas Padjajaran.

11) Penelitian Parida Hanum, dkk, 2017 tentang Hubungan Karakteristik dan

Dukungan Keluarga Lansia dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Medan (ID): Universitas

Sumatra Utara. JUMANTIK, 3(1), 72-88

c. Buku

1) Lilik Ma’rifatul Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Cetakan Ke-1.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

185
2. Bagaimana informan memberikan kenyamanan terhadap lanjut usia

terlantar?

No Data Sekunder Analisis Peneliti


1. Dalam penelitian Eka Taurista dan F.X. Lanjut usia akan merasa nyaman

Sri Sadewo (2015:4) “Bagi petugas yang apabila mendapatkan orang yang

beranggapan klien kurang sejahtera, ia berjaga disekeliling lanjut usia,

menginginkan adanya perubahan dalam memperhatikan aktivitas yang

program kerja, supaya setiap asrama ada dilakukan oleh lanjut usia dan juga

petugas yang berjaga, hal tersebut siap siaga ketika lanjut usia

dilakukan untuk mencegah hal – hal yang membutuhkan bantuan.

membuat kegaduhan antar sesama klien,

dan petugas mengetahui apa yang klien

lakukan di asrama, aktivitas apa yang

sedang dilakukan, dan jika klien

membutuhkan bantuan, petugas bisa

langsung siap untuk membantu klien

tersebut. Jika hal ini dilakukan oleh semua

petugas panti untuk ikut serta berperan

dalam aktivtas klien sehari – hari, maka

klien akan merasa lebih nyaman dan

seajhtera karena itu termasuk komponen

kesejahteraan yang dibutuhkan oleh klien

yang tinggal di panti werdha. Hilangnya

186
fungsi dan peran dari petugas itu

mempengaruhi kepuasan hidup lansia.

2. Dalam penelitian Ida Ayu dan I Made Dari hasil penelitian data sekunder

(2015:282) pada ada saat individu yang sudah peneliti baca, maka dapat

mengalami goncangan psikologis akibat disimpulkan bahwa ada dua jenis

rendahnya kemampuan dalam kenyamanan terbagi menjadi dua

menghadapi perubahan dan tuntutan yaitu kenyamanan fisik dan

dalam kehidupan, masyarakat dapat kenyamanan psikologis.

memberikan dukungan dengan Kenyamanan fisik sendiri meliputi

memberikan kenyamanan fisik seperti masyarakat yang dapat menemani

menemaninya disaat sedih, membantunya lanjut usia terlantar disaat sedih,

mengerjakan tugas yang sulit, dan membantu mengerjakan tugas lanjut

memberikan pertolongan dengan usia terlantar yang sulit, dan juga

melakukan suatu pekerjaan. Selain memberikan pertolongan dengan

kenyamanan fisik, masyarakat dapat melakukan pekerjaan. Sedangkan

memberikan kenyamanan psikologis kenyamanan psikologis sendiri

dengan cara membuat kondisi agar meliputi dukungan masyarakat yang

seseorang menjadi bagian dari suatu diberikan kepada lanjut usia terlantar

kelompok sosial. Dukungan tersebut dapat agar lanjut usia terlantar tersebut

berupa empati, kasih sayang, perhatian, menjadi bagian dari kelompok sosial.

penghargaan positif, dan nasihat. Kondisi Hal yang dapat dilakukan masyarakat

seperti itu akan memberikan individu rasa dalam memberikan kenyamanan

penerimaan, kehangatan dan pengertian psikologis itu sendiri dengan

187
sehingga dapat membantu individu untuk pemberian dukungan berupa empati,

meningkatkan kemampuan dalam kasih sayang, perhatian, penghargaan

menghadapi masalah secara efektif., positif dan juga nasihat.

penghargaan positif, dan nasihat.”

3. Dalam buku Lilik Ma’rifatul Azizah Dari buku yang telah dibaca oleh

(2011:101) mengatakan bahwa bentuk peneliti dapat disimpulkan bahwa

dari dukungan emosional yang dapat Lanjut usia terlantar akan merasa

membuat individu memiliki perasaan nyaman apabila mendapatkan

nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai dukungan emosional dari orang –

oleh sumber dukungan sosial akan orang yang ada disekitarnya.

membuat individu tersebut dapat Dukungan emosional ini sendiri

menghadapi masalahnya dengan lebih merupakan salah satu bentuk dari

baik . dukungan sosial. Sehingga, dengan

adanya dukungan sosial yang berupa

kenyamanan tersebut dapat membuat

individu mampu menghadapi

masalahnya dengan lebih baik.

4. Dalam penelitian Anindhiya Dari hasil penelitian data sekunder

Setyaningrum (2015:9) “Dukungan yang telah peneliti baca, dapat

emosional dapat diberikan melalui disimpulkan bahwa untuk membuat

perhatian, empati, kepedulian terhadap lanjut usia terlantar merasa nyaman

anak, dan kasih sayang, sehingga anak dapat dilakukan beberapa hal seperti

merasa nyaman dan dicintai. Misal dengan dengan menghibur dan juga

188
menghibur, memberi semangat, memberikan semangat. Selain itu,

menanyakan nilai dan kegiatan anak, serta pemberian kasih sayang kepada lanjut

menciptakan suasana rumah yang usia terlantar akan membuat merasa

kondusif untuk belajar. Suasana rumah nyaman, tentram, dan damai.

menyenangkan, tenteran, damai,

harmonis, akan berpengaruh terhadap

aktivitas belajar anak.”

5. Dalam penelitian Ani Marni dan Rudy Dari data sekunder yang telah dibaca

Yuniawati (2015:6) “Jika seorang lansia oleh peneliti, dapat disimpulkan

dihadapkan pada suatu masalah atau bahwa lanjut usia akan merasa

kesulitan hidupnya dan dia mendapatkan nyaman apabila mendapat dukungan

dukungan sosial dari lingkungannya sosial dari lingkungannya yang

berupa tersedianya orang yang dapat berupa orang yang dapat memberikan

memberikan informasi yang diperlukan, informasi yang diperlukan, orang

diajak berdiskusi dan bertukar pikiran yang dapat diajak berdiskusi oleh

maka lansia akan merasa lebih nyaman, lanjut usia itu sendiri dan juga orang

merasa diperhatikan, serta merasa yang dapat diajak untuk bertukar

memiliki tempat untuk berbagi keluh pikiran. Selain merasa nyaman, lanjut

kesah yang dialami sehingga beban usia juga akan merasa diperhatikan

psikologis yang terasa berat dan dan merasa memiliki tempat untuk

ditanggung sendiri oleh lansia akan terasa berkelu kesah. Sehingga, beban

ringan.” psikologis yang ditanggung oleh

189
lanjut usia tersebut akan terasa lebih

ringan.

Kesimpulan sementara :

Kenyamanan adalah suatu kondisi dimana seorang individu merasa aman dan tentram

dalam menjalani kehidupan. Kenyamanan sendiri terbagi menjadi dua yaitu kenyamanan

secara fisik dan kenyamanan secara psikologis. Kenyamanan fisik sendiri meliputi

seseorang yang dapat menemani individu disaat sedih, membantu mengerjakan tugas

individu yang sulit, dan juga memberikan pertolongan dengan melakukan pekerjaan.

Sedangkan kenyamanan psikologis sendiri meliputi dukungan kepada individu agar

individu tersebut menjadi bagian dari suatu kelompok sosial yaitu dengan pemberian

dukungan berupa empati, kasih sayang, perhatian, penghargaan positif dan juga nasihat.

Kenyamanan dapat diperoleh individu dengan adanya dukungan sosial dari orang –

orang yang ada disekitarnya. Semakin tinggi kenyamanan yang diberikan individu

kepada individu lain, maka akan semakin tinggi juga kemandirian seseorang.

Kenyamanan pada lanjut usia sendiri adalah kondisi dimana lanjut usia merasa aman dan

tentram dalam menjalani kehidupan. Kenyamanan pada lanjut usia bisa didapatkan

melalui dukungan sosial keluarga maupun dukungan sosial dari masyarakat.

Kenyamanan yang dapat diperoleh lanjut usia sendiri dapat meliputi : keluarga ataupun

masyarakat yang dapat memperhatikan lanjut usia baik dari segi jasmani dan rohani,

melibatkan lanjut usia dalam kegiatan seperti keterampilan ataupun senam untuk lanjut

usia, keluarga atau masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar lanjut usia, keluarga

atau masyarakat mau dan mampu mengajak lanjut usia untuk berkomunikasi serta

keluarga atau masyarakat dapat memberikan dukungan dan motivasi kepada lanjut usia.

190
Kenyamanan lanjut usia juga bisa didapatkan ketika lanjut usia tersebut mendapatkan

hiburan, semangat, dan juga kasih sayang dari orang – orang yang ada di sekelilingnya.

Lanjut usia sendiri, akan merasa nyaman apabila mendapat dukungan sosial dari

lingkugannya seperti orang yang dapat diajak berdiskui ataupun orang yang dapat diajak

untuk bertukar pikiran. Adanya kenyamanan yang terjalin antara lanjut usia dengan

lingkungannya tersebut akan membuat beban psikologis yang ditanggung oleh lanjut

usia akan terasa lebih ringan.

3. Bagaimana informan memberikan perhatian terhadap lanjut usia

terlantar?

No Data Sekunder Analisis Peneliti

1. Dalam penelitian Etty dan Kissumi Dari data sekunder yang telah peneliti

(2015:338) “…Adanya perhatian, kasih baca, dapat disimpulkan bahwa

sayang, dan pengertian tersebut akan perhatian yang dapat diberikan

menimbulkan rasa senang, aman, lingkungan kepada lanjut usia terlantar

tentram, tenang, sehingga lansia dapat dapat berupa kesempatan lanjut usia

menikmati sisa hidupnya dengan untuk berhubungan dengan

perasaan bahagia. Perhatian tersebut lingkungannya, kesempatan lanjut usia

antara lain berupa : memberi untuk mengikuti kegiatan yang ada di

kesempatan untuk berhubungan dengan lingkungannya, dan juga kesempatan

orang – orang di sekitarnya, dengan untuk mengunjungi kerabat dekat lanjut

lingkungan keluarga sendiri, dan usia terlantar tersebut. Hal – hal tersebut

191
tetangga, memberi kesempatan untuk adalah bentuk perhatian yang bisa

mengikuti kegiatan sosial di didapatkan lanjut usia terlantar dari

lingkungannya, memberikan lingkungannya yang akan membuat

kesempatan untuk mengunjungi kerabat lanjut usia terlantar menjadi aman,

dekat (anak, saudara, atau teman – tentram dan tenang sehingga lanjut usia

teman).” terlantar dapat menikmati sisa hidupnya

dengan perasaan bahagia.

2. Dalam penelitian Agus Santoso dan Dari data sekunder yang telah peneliti

Novia Budi Lestari (2008:29) baca, dapat disimpulkan bahwa

“…Pendekatan sosial yang diberikan perhatian yang diberikan keluarga

oleh keluarga adalah dengan memberi kepada lanjut usia terlantar dapat

perhatian dan respon yang baik dengan dilakukan dengan dua pendekatan. Yaitu

memberikan kesempatan kepada lansia pendekatan sosial dan pendekatan

untuk beraktivitas di masyarakat. spiritual. Perhatian yang diberikan

Pendekatan spiritual yang diberikan kepada lanjut usia dalam pendekatan

oleh keluarga adalah dengan memberi sosial sendiri dapat berupa memberikan

perhatian dan menyediakan fasilitas kesempatan kepada lanjut usia terlantar

yang dibutuhkan lansia untuk untuk mengikuti kegiatan yang ada di

menjalankan ibadahnya.” masyarakat. Sedangkan perhatian yang

diberikan kepada lanjut usia terlantar

dalam pendekatan spiritual dapat berupa

penyediaan fasilitas yang dibutuhkan

192
lanjut usia terlantar dalam melaksanakan

ibadah.

3. Dalam penelitian Chandra Aji Permana Dari data sekunder yang telah dibaca

(2013:x) “Dukungan sosial keluarga oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa

pada lansia andropause dengan cara perhatian yang diberikan keluarga

keluarga mengingatkan jadwal makan kepada lanjut usia dapat berupa

dan jadwal lansia andropause, keluarga memberikan apresiasi terhadap tindakan

memberikan apresiasi terhadap positif yang telah dilakukan lanjut usia

tindakan positif yang dilakukan lansia seperti misalnya memberikan pujian

andropause seperti memberikan pujian kepada lanjut usia ketika lanjut usia

kepada lansia andropause ketika mampu melaksanakan tugas di rumah,

mampu melaksanakan tugas rumah bersedia memberikan bantuan financial

dengan baik, keluarga bersedia ketika lanjut usia sakit, mampu menjadi

memberikan bantuan finansial kepada pendengar yang baik ketika lanjut usia

lansia andropause ketika mengalami mengutarakan masalahnya dan juga ikut

sakit dan keluarga mampu menjadi merasakan kesedihan atau berempati

pendengar yang baik ketika lansia yang dirasakan oleh lanjut usia.

andropause mengutarakan masalah

yang di hadapinya serta keluarga ikut

merasakan kesedihan yang dialami oleh

lansia ketika lansia andropause sedang

dalam keadaan sedih.”

193
4. Dalam penelitian Siti Wafroh, dkk Dari data sekunder yang telah dibaca

(2016:61) “Lansia membutuhkan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa

perhatian khusus dalam kesehatan, lanjut usia membutuhkan perhatian

kemandirian, perawatan, dan khusus dari orang – orang terdekatnya

penghargaan. Perhatian yang diberikan baik itu keluarga ataupun tetangga dalam

kepada lansia dapat berupa dukungan hal perhatian pada kesehatan,

sosial khususnya keluarga atau kerabat kemandirian, perawatan dan juga

dekat… dukungan keluarga merupakan penghargaan. Bentuk dari perhatian yang

informasi verbal maupun nonverbal, dapat diberikan kepada lanjut usia itu

saran, bantuan, atau tingkah laku yang sendiri dapat berupa kehadiran orang –

diberikan oleh orang – orang yang orang terdekat dengan lanjut usia. Selain

terdekat berupa kehadiran serta hal – hal itu juga dapat berupa pemberian hal – hal

yang dapat memberikan keuntungan positif yang dapat membuat kondisi

emosional kepada penerimanya.” emosional lansia bagus seperti pujian.

5. Dalam penelitian Miftakul Jannah dan Dari hasil penilitian data sekunder yang

Meirinawati (2016:12) “…Perhatian telah dibaca oleh peneliti, dapat

yang diberikan oleh pegawai atau disimpulkan bahwa perhatian yang dapat

perawat dalam pelayanan prima pada diberikan dalam hal kesehatan lanjut usia

Posyandu Lansia di Ponkesdes yaitu dengan memberikan arahan

Karangdinoyo ini yaitu, selalu tentang pola hidup yang sehat dan juga

memperhatikan kesehatan lansia mengingatkan lanjut usia untuk menjaga

mengingat usia yang sudah tua rentan

penyakit. Dengan cara selalu

194
memberikan arahan tentang hidup yang pola makan yang baik dan teratur agar

sehat, menjaga pola makan yang baik lanjut usia tidak sakit.

dan teratur.”

Kesimpulan sementara :

Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang

ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Perhatian yang dapat diberikan

lingkungan kepada lanjut usia dapat berupa kesempatan lanjut usia untuk berhubungan

dengan lingkungannya, kesempatan lanjut usia untuk mengikuti kegiatan yang ada di

lingkungannya, dan juga kesempatan untuk mengunjungi kerabat dekat lanjut usia

tersebut. Selain itu, terdapat dua pendekatan perhatian yang dapat diberikan kepada

lansia yaitu pendekatan sosial dan pendekatan spiritual. Perhatian yang diberikan kepada

lanjut usia dalam pendekatan sosial sendiri dapat berupa memberikan kesempatan

kepada lanjut usia untuk mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan

perhatian yang diberikan kepada lanjut usia dalam pendekatan spiritual dapat berupa

penyediaan fasilitas yang dibutuhkan lanjut usia dalam melaksanakan ibadah. Perhatian

yang diberikan keluarga kepada lanjut usia dapat berupa memberikan apresiasi terhadap

tindakan positif yang telah dilakukan lanjut usia seperti misalnya memberikan pujian

kepada lanjut usia ketika lanjut usia mampu melaksanakan tugas di rumah, bersedia

memberikan bantuan financial ketika lanjut usia sakit, mampu menjadi pendengar yang

baik ketika lanjut usia mengutarakan masalahnya dan juga ikut merasakan kesedihan

atau berempati yang dirasakan oleh lanjut usia. Lanjut usia membutuhkan perhatian

khusus dari orang – orang terdekatnya baik itu keluarga ataupun tetangga dalam hal

perhatian pada kesehatan, kemandirian, perawatan dan juga penghargaan. Bentuk dari

195
perhatian yang dapat diberikan kepada lanjut usia itu sendiri dapat berupa kehadiran

orang – orang terdekat dengan lanjut usia. Selain itu juga dapat berupa pemberian hal –

hal positif yang dapat membuat kondisi emosional lansia bagus seperti pujian. Perhatian

yang dapat diberikan dalam hal kesehatan lanjut usia yaitu dengan memberikan arahan

tentang pola hidup yang sehat dan juga mengingatkan lanjut usia untuk menjaga pola

makan yang baik dan teratur agar lanjut usia tidak sakit.

4. Bagaimana informan memberikan penghargaan terhadap lanjut usia

terlantar?

No Data Sekunder Analisis Peneliti

1. Dalam buku Lilik Ma’rifatul Azizah Dari data sekunder yang telah dibaca

(2011:101) dijelaskan bahwa salah satu oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa

bentuk dukungan sosial adalah salah satu bentuk dukungan sosial yang

dukungan pada harga diri yang berupa bisa diberikan kepada lanjut usia yaitu

penghargaan positif pada individu, dukungan penghargaan. Dukungan

pemberian semangat, persetujuan pada penghargaan pada lanjut usia sendiri

pendapat individu, perbandingan yang dapat berupa penghargaan positif pada

positif dengan individu lain. Bentuk lanjut usia, pemberian semangat,

dukungan ini membantu individu dalam persetujuan pada pendapat lanjut usia,

membangun harga diri dan kompetensi dan juga perbandingan positif lanjut usia

pada lanjut usia. dengan lanjut usia yang lain.

196
2. Dalam penelitian Camelia, dkk Dari data sekunder yang telah dibaca

(2017:35) “Dukungan penghargaan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa

diberikan dalam bentuk mengakui dukungan sosial berupa penghargaan

keberadaan lansia di panti. Cara yang merupakan bentuk dukungan yang

digunakan untuk mengakui keberadaan diberikan kepada lanjut usia untuk

lansia di panti adalah dengan melakukan mengakui keberadaanya. Cara yang

komunikasi. Hasil penelitian digunakan untuk mengakui keberadaan

menyebutkan bahwa komunikasi yang lanjut usia sendiri yaitu dengan

dilakukan oleh keluarga dengan lansia mengajak lanjut usia untuk

memang terjadi lebih banyak melalui berkomunikasi.

telepon dan juga media sosial. akan

tetapi ketika ditanya mengenai

keberadaan lansia itu sendiri keluarga

akan berusaha menjelaskan sebijak

mungkin kepada mereka yang bertanya

bahwa tinggal di panti adalah alternatif

terbaik bagi lansia yang memilih untuk

mendapatkan teman, mengusir kesepian

dan juga hidup lebih sehat secara fisik.

3. Dalam penelitian Yusnia Pratiwi Dari data sekunder yang telah peneliti

(2015:23) “Penghargaan atau pengakuan baca, dapat disimpulkan bahwa

(reassurance of worth) pada dukungan dukungan sosial berupa penghargaan

sosial jenis ini seseorang akan atau pengakuan pada seseorang maka

197
mendapatkan pengakuan atas atas seseorang itu akan mendapatkan

kemampuan dan keahlian serta pengakuan atas kemampan dan keahlian

mendapat penghargaan dari orang lain serta mendapatkan penghargaan dari

atau lembaga terhadap kompetensi, orang lain ataupun lembaga terhadap

keterampilan dan nilai yang dimiliki kompetensi, keterampilan maupun nilai

seseorang.” yang dimiliki oleh seseorang.

4. Dalam penelitian Azizah Nuruh Dari hasil penelitian data sekunder yang

Karohmah (2016:39) “….d) Kemudahan telah penelitian baca dapat disimpulkan

dalam penggunaan Fasilitas, sarana dan bahwa penghargaan yang dapat

prasarana umum dimaksudkan untuk diberikan kepada lanjut usia yaitu

memberikan aksesibilitas terutama dengan memberikan kemudahan lanjut

tempat – tempat umum yang dapat usia dalam penggunaan fasilitas, dan

menghambat mobilitas lanjut usia, dan juga memberikan aksesibilitas sarana

sebagai perwujudan rasa hormat dan dan prasarana kepada lanjut usia di

penghargaan kepada lanjut usia….” tempat – tempat umum sehingga tidak

menghambat mobilitas lanjut usia.

5. Dalam penelitian Dyah Ayu Mastuti Dari hasil penelitian data sekunder yang

(2016:10) “…Keluarga dapat telah peneliti baca dapat disimpulkan

menyempatkan waktu untuk bersama bahwa penghargaan yang dapat

lansia di sela – sela kesibukan pekerjaan diberikan kepada lanjut usia yaitu

yang dilakukan, memberikan dengan keluarga yang dapat

kebahagiaan yang sederhana supaya menyempatkan waktu untuk bersama

198
lansia merasa mendapatkan dengan lanjut usia di sela – sela

penghormatan dan penghargaan yang kesibukan pekerjaan yang dilakukan,

lebih dalam keluarga, kemudian memberikan kebahagiaan kepada lansia

keluarga tidak mengasingkan lansia dan yang sederhana, dan juga keluarga tidak

tidak menganggap lansia dengan kondisi mengasingkan lanjut usia serta tetap

fisik yang mengalami penurunan menganggap keberadaan lanjut usia

sehingga komunikasi dalam keluarga walaupun terjadi penurunan kondisi fisik

dapat terjalin dengan baik…” pada lanjut usia.

6. Dalam penelitian Rizkya Angkin Pratiwi Dari hasil penelitian data sekunder yang

(2017:13) “Dari penelitian ini dapat telah dibaca oleh peneliti dapat

dilihat bahwa keterlibatan dalam disimpulkan bahwa penghargaan yang

aktivitas sehari – hari berhubungan dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu

dengan kebahagiaan lansia. Maka dari dengan memberikan keleluasaan kepada

itu keluarga yang memiliki anggota lanjut usia untuk melakukan sekaligus

lansia dapat memberikan keleluasaan terlibat dalam aktivitas sehari – hari

untuk melakukan sekaligus terlibat sesuai dengan yang diinginkan oleh

dalam aktivitas sehari – hari sesuai yang lanjut usia tersebut.

diinginkannya. Hal itu merupakan salah

satu bentuk dukungan dan penghargaan

keluarga terhadap lansia.”

Kesimpulan sementara :

Salah satu bentuk dukungan sosial yang bisa diberikan kepada lanjut usia yaitu dukungan

penghargaan. Dukungan penghargaan pada lanjut usia sendiri dapat berupa penghargaan

199
positif pada lanjut usia, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat lanjut usia, dan

juga perbandingan positif lanjut usia dengan lanjut usia yang lain. Dukungan sosial berupa

penghargaan merupakan bentuk dukungan yang diberikan kepada lanjut usia untuk

mengakui keberadaanya. Cara yang digunakan untuk mengakui keberadaan lanjut usia

sendiri yaitu dengan mengajak lanjut usia untuk berkomunikasi. Selain itu, penghargaan

yang dapat diberikan kepada lanjut usia oleh masyarakat bisa dengan memberikan

kemudahan lanjut usia dalam penggunaan fasilitas, dan juga memberikan aksesibilitas

sarana dan prasarana kepada lanjut usia di tempat – tempat umum sehingga tidak

menghambat mobilitas lanjut usia. Penghargaan juga dapat diberikan kepada lanjut usia

dari keluarga berupa menyempatkan waktu untuk bersama dengan lanjut usia di sela –

sela kesibukan pekerjaan yang dilakukan, memberikan kebahagiaan kepada lansia yang

sederhana, dan juga keluarga tidak mengasingkan lanjut usia serta tetap menganggap

keberadaan lanjut usia walaupun terjadi penurunan kondisi fisik pada lanjut usia. Selain

itu, penghargaan yang dapat diberikan kepada lanjut usia dari keluarga yaitu dengan

memberikan keleluasaan kepada lanjut usia untuk melakukan sekaligus terlibat dalam

aktivitas sehari – hari sesuai dengan yang diinginkan oleh lanjut usia tersebut.

200
5. Bagaimana informan menolong lanjut usia terlantar dengan menerima

kondisinya?

No Data Sekunder Analisis Peneliti

1. Dalam buku Lilik Ma’rifatul Azizah Dari data sekunder yang telah peneliti

(2011:101) dijelaskan bahwa salah satu baca, dapat disimpulkan bahwa dalam

bentuk dukungan sosial yaitu dukungan pemberian dukungan sosial lanjut usia

instrumental. Dukungan instrumental bisa menggunakan dukungan

merupakan penyediaan materi yang dapat instrumental. Dukungan instrumental

memberikan pertolongan langsung seperti ini berupa penyediaan materi yang

pinjaman uang, pemberian barang, dapat memberikan pertolongan

makanan serta pelayanan. Bentuk langsung kepada lanjut usia seperti

dukungan ini dapat mengurangi stress pinjaman uang pemberian barang,

karena individu dapat langsung makanan dan juga pelayanan kepada

memecahkan masalahnya yang lanjut usia. Dukungan instrumental

berhubungan dengan materi.” sama halnya dengan aktivitas

menolong yang diberikan kepada lanjut

usia.

2. Dalam penelitian Lily Herlinah, dkk Dari hasil penelitian data sekunder

(2013:113) “…Dukungan instrumental yang telah dibaca oleh peneliti, dapat

yang diberikan keluarga meliputi disimpulkan bahwa keluarga dapat

penyediaan fasilitas seperti tenaga, dana memberikan dukungan instrumental

dan memberikan waktu luang untuk lansia atau menolong lanjut usia dengan

201
memberikan pengaruh yang berarti dalam penyediaan fasilitas kepada lanjut usia

pembentukan perilaku pengendalian seperti halnya tenaga, dana dan juga

hipertensi.” memberikan waktu luang untuk lanjut

usia.

3. Dalam penelitian Arasti Dita Nisfiani Dari hasil penelitian data sekunder

(2014:9) “Bentuk dukungan instrumental yang telah peneliti baca, dapat

atau finansial yang diterima oleh disimpulkan bahwa dukungan

responden seperti bantuan langsung, instrumental atau perilaku menolong

dalam bentuk uang, peralatan, waktu, yang dapat diberikan kepada lanjut usia

modifikasi makanan maupun menolong yaitu seperti bantuan langsung dalam

dalam perawatan lansia yang mengarah bentuk uang, peralatan, waktu, dan juga

pada diit hipertensi.” modifikasi makanan.

4. Dalam penelitian Alnidi Safarach Dari hasil penelitian data sekunder

Bratanegara, dkk (2012: “Dukungan yang telah dibaca oleh peneliti, dapat

instrumental merupakan dukungan yang disimpulkan bahwa dukungan

diberikan oleh keluarga secara langsung instrumental atau perilaku menolong

yang meliputi bantuan material seperti dapat diberikan kepada lanjut usia

memberikan tempat tinggal, dengan memberikan bantuan material

meminjamkan atau memberikan uang dan seperti memberikan tempat tinggal,

bantuan dalam mengerjakan tugas rumah meminjamkan atau memberikan uang

sehari – hari.” dan bantuan dalam mengerjakan

pekerjaan rumah sehari – hari.

202
5. Dalam penelitian Chandra Aji Permana Dari hasil penelitian data sekunder

(2013:84) “Dukungan instrumental yang telah dibaca oleh peneliti dapat

berupa bantuan langsung, misalnya disimpulkan bahwa dukungan

seseorang memberikan atau instrumental atau perilaku menolong

meminjamkan uang dan dapat juga berupa yang dapat diberikan kepada lanjut usia

bantuan langsung mengerjakan tugas yaitu dengan memberikan atau

tertentu pada saat mengalami stress. Pada meminjamka uang dan juga membantu

penelitian ini, keluarga memberikan lanjut usia untuk mengerjakan tugas.

finansial seperti memberikan biaya untuk Keluarga dapat menolong lansia

berobat ketika lansia sakit.…” dengan memberikan finansial seperti

memberikan biaya kepada lanjut usia

untuk berobat ketika lanjut usia sakit.

6. Dalam penelitian Parida Hanum, dkk Dari hasil penelitian data sekunder

(2017:76) “Keluarga merupakan sebuah yang telah peneliti baca, dapat

sumber pertolongan praktis dan konkrit, disimpulkan bahwa keluarga

diantaranya keteraturan menjalani terapi, merupakan sumber pertolongan yang

kesehatan penderita dalam hal kebutuhan praktis dan konkrit bagi lanjut usia.

makan dan minum, istirahat, dan Dimana dalam hal ini, keluarga dapat

terhindarnya penderita dari kelelahan. menolong lanjut usia dengan

Dukungan ini juga mencakup bantuan memberikan bantuan lansung seperti

langsung, seperti dalam bentuk uang, dalam bentuk uang, peralatan, waktu,

peralatan, waktu modifikasi lingkungan

203
maupun menolong pekerjaan pada saat dan juga menolong lanjut usia ketika

penderita mengalami stress.” lanjut usia tersebut mengalami stress.

Kesimpulan sementara :

Menolong adalah salah satu sikap saling membantu untuk meringankan beban

(penderitaan atau kesulitan) yang dialami seseorang. Bantuan yang dimaksud dapat

berbentuk bantuan tenaga, waktu, ataupun dana. Dalam hal ini, menolong sama dengan

memberikan dukungan instrumental. Dukungan instrumental ini berupa penyediaan

materi yang dapat memberikan pertolongan langsung kepada lanjut usia seperti pinjaman

uang pemberian barang, makanan dan juga pelayanan kepada lanjut usia. Dukungan

instrumental sama halnya dengan aktivitas menolong yang diberikan kepada lanjut usia.

keluarga dapat memberikan dukungan instrumental atau menolong lanjut usia dengan

penyediaan fasilitas kepada lanjut usia seperti halnya tenaga, dana dan juga memberikan

waktu luang untuk lanjut usia. Dukungan instrumental atau perilaku menolong yang dapat

diberikan kepada lanjut usia yaitu seperti bantuan langsung dalam bentuk uang, peralatan,

waktu, dan juga modifikasi makanan. dukungan instrumental atau perilaku menolong yang

dapat diberikan kepada lanjut usia yaitu dengan memberikan atau meminjamkan uang dan

juga membantu lanjut usia untuk mengerjakan tugas. Keluarga dapat menolong lansia

dengan memberikan finansial seperti memberikan biaya kepada lanjut usia untuk berobat

ketika lanjut usia sakit. Keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit

bagi lanjut usia. Dimana dalam hal ini, keluarga dapat menolong lanjut usia dengan

memberikan bantuan lansung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, dan juga

menolong lanjut usia ketika lanjut usia tersebut mengalami stress.

204

Anda mungkin juga menyukai