Filsafat Umum
LOGIKA SIMBOLIK /
PROPOSISIONAL
13
Psikologi Psikologi M-603 Ahmad Sabir, M. Phil
Abstract Kompetensi
Logika Mahasiswa mampu Mengenal
mengenal dan memahami Logika
Logika Simbolik
LOGIKA SIMBOLIK/PROPOSISIONAL
Sistem logika tradisional seperti dibicarakan sebelum ini, dasarnya ialah proposisi
kategorik, yang unsur-unsurnya berupa term subyek, term predikat, dan kopula, di
mana term subyek dan term predikat itu menunjukkan kelas subyek dan kelas predikat.
kesimpulan ditarik dengan membanding-bandingkan keanggotaan kelas subyek
dengan keanggotaan kelas predikat; apakah anggota-anggota kelas M termasuk
anggota kelas P dan apakah anggota kelas S termasuk anggota kelas M. Dengan
demikian akan nampak apakah anggota kelas S itu termasuk anggota kelas P atau tidak.
Logika yang didasarkan atas perbandingan kelas itu dalam logika modern disebut
Logika kelas (class logic).
Dalam logika tradisional yang diwariskan oleh Aristoteles juga terdapat bentuk
penalaran yang disebut silogisme hipotetik. Silogisme hipotetik ialah silogisme yang kedua
premisnya berupa proposisi kondisional. Kalau hanya salah satu premisnya yang
kondisional, silogismenya disebut silogisme kondisional.
Sebuah proposisi kondisional terdiri atas dua unsur, yang masing-masing disebut
anggota dan berupa dua proposisi kategorik. Dalam contoh di atas, anggota-anggota itu
ialah proposisi kategorik 'Ia lulus ujian saringan' dan 'Ia pasti diterima'.
Dalam penalaran yang berbentuk silogisme hipotetik atau silogisme kondisional itu
kesimpulannya ditarik dengan membandingkan-bandingkan proposisi-proposisi
kategorik yang menjadi anggota-anggotanya serta hubungan yang terdapat
diantaranya. Dalam contoh di atas dengan membandingkan proposisi 'Ia lulus ujian
saringan' dan Ia pasti diterima' serta hubungan di antaranya yang dinyatakan dengan
kata 'Kalau,,,’ Maka dalam silogisme hipotetik/kondisional itu yang menentukan
konklusi itu bukan kelas akan tetapi proposisi. Maka bagian logika yang demikian itu
disebut logika proposisional.
Dalam logika tradisional semua proposisi dalam penalaran harus dikembalikan menjadi
bentuk standar, dan semua penalaran harus dijabarkan menjadi silogisme standar. Dalam
logika simbolik semua proposisi harus ditulis dengan lambang. Karena yang dilambangkan
itu makna proposisi, maka bagaimanapun bunyinya kalimat yang melambangkan
Logika harus menembus bentuk-bentuk kalimat yang digunakan dalam bahasa dan
menangkap makna yang dilambangkan oleh bunyi kalimat itu: logika harus menembus struktur
gramatikal bahasa dan menemukan struktur logikanya. Dengan menggantikan bahasa
dengan lambang-lambang, kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh bahasa dapat
dihindari dan sekaligus watak formal dari logika menjadi bersih.
Sebagai lambang proposisi tertentu, baik tunggal maupun majemuk, digunakan huruf-
huruf besar, mulai dari permulaan abjad: A, B, C, dan seterusnya. Huruf A, misalnya, dapat
digunakan untuk melambangkan proposisi tunggal (1) dan (2) di bawah ini, ataupun
proposisi majemuk (3) dan (4).
Proposisi majemuk:(3) Saya orang kaya atau saya bukan seorang sarjana.
Kalau proposisi (1) kita lambangkan dengan A dan proposisi (2) dengan B, maka
proposisi majemuk (3) dan (4) masing-masing dapat ditulis sebagai berikut:
(3)A atau B
( 4 )A dan B.
Hubungan antara A dan B dilambangkan dengan kata-kata 'atau' dan 'dan' dan dalam bahasa
asing disebut connective, kita indonesiakan dengan kata perakit.
Seperti sudah kita ketahui, proposisi itu mempunyai nilai kebenaran, artinya: benar atau
salah. Perubahan perakit dari sebuah proposisi majemuk, membawa perubahan mengenai
nilai kebenaran proposisi yang menjadi anggotanya. Oleh karena itu perakit itu di sini
merupakan operator, khususnya operator proposisional. Ada lima operator proposisional,
yaitu dengan lambang-lambangnya:
≡ lambang bi-implikasi atau bi-kondisi, dalam bahasa: 'jika/kalau dan hanya jika/kalau
Dengan menggunakan lambang-lambang operator di atas, proposisi majemuk (3) dan (4) di
atas hams ditulis demikian:
(3) AVB
(4) A ɅB
Proposisi tertentu yang dilambangkan dengan hurut A, dapat diganti dengan proposisi
tak tertentu, proposisi kosong: 'proposisi apa pun'. Lambang 'proposisi apa pun' atau
proposisi kosong itu ialah huruf p. Lambang p itu disebut variabel proposisional, karena
dapat diganti-ganti dengan proposisi apa saja (propositional variable). Kalau sebuah
penalaran ada proposisi kosong lagi, lambangnya ialah huruf q, kalau ada yang lain lagi,
huruf r dan seterusnya. Lambang variabel proposisional ialah huruf kecil mulai dari p.
Dengan menggunakan variabel dapat secara umum dirumuskan semua lima macam
proposisi majemuk yang dapat diganti dengan proposisi majemuk sejenis yang mana saja:
~p
pɅ q
qVr
rﬤs
s≡t
Dalam sistem lambang logika proposisional juga ada tanda kurung: (... ), yang sama
artinya seperti dalam ilmu pasti: apa yang terdapat di antara tanda kurung harus
dipandang sebagai satuan. Misalnya:
Konsensus lain ialah, bahwa lambang negasi: ~, berlaku untuk satuan terkecil di
belakangnya. Dalam contoh di atas tanda negasi yang pertama berlaku untuk (pvq),
yang kedua hanya berlaku untuk p. p v q ﬤr tidak dapat dibaca.
Logika merupakan suatu sistem untuk dapat mencapai konklusi yang benar dalam
penalaran dengan cara yang mudah atau untuk meneliti apakah sesuatu konklusi itu
memang tepat. Banyak penalaran begitu sederhana, sehingga ketepatan konklusi dan
sahih-tidaknya penalaran dengan begitu saja nampak (self evident) dan secara a priori
dapat diketahui melalui intuisi. Dan memang semua usaha untuk memper -
tanggungjawabkan ketepatan konklusi dan sahihnya penalaran akhirnya terpulang
kepada kebenaran-kebenaran atau hukum-hukum yang diketahui secara a priori
melalui intuisi.
Akan tetapi apabila penalaran itu cukup rumit, intuisi saja tidak cukup untuk
maksud itu. Sepanjang mengenai penalaran proposisional, logika simbolik telah
menciptakan metode tabel kebenaran.
Setiap proposisi menyatakan sesuatu dan apa yang dinyatakan itu pasti salah satu:
benar atau salah. Maka setiap proposisi mempunyai salah satu dari dua nilai
kebenaran, yaitu benar atau salah, kita singkat menjadi B dan S. Ambillah contoh:
Kalau proposisi majemuk itu benar, maka kedua proposisi anggotanya masing-masing
harus benar dan sebaliknya. Akan tetapi kalau proposisi majemuk itu salah, maka salah
satu dari proposisi anggotanya atau kedua-duanya pasti salah, dan sebaliknya.
Kita ganti sekarang perakit 'dan' dari proposisi majemuk di atas dengan 'atau'.
Proposisinya menjadi:
Kalau proposisi majemuk ini benar, maka salah satu dari kedua anggotanya pasti
benar.
1. Negasi
Tabel kebenaran yang paling sederhana ialah tabel untuk negasi. Dalam negasi ada
sebuah proposisi, p, yang diingkari, menjadi —p. Proposisi p adalah proposisi dasar, lain
dengan proposisi —p, yang maknanya tergantung kepada proposisi p. Untuk proposisi
dasar p itu dibuatkan sebuah lajur, yang diisi dengan B dan S, yaitu dua nilai kebenaran
yang mungkin dimiliki oleh proposisi p. Bentuk lajur itu demikian:
Lajur proposisi dasar itu menjadi lajur pemandu untuk membuat lajur dari
proposisi-proposisi lain yang tergantung kepada proposisi dasar. Di sini proposisi lain
ialah ~p. Sudah kita ketahui bahwa proposisi yang diingkari dan yang mengingkari itu
berlawanan secara kontradiktorik. Dengan demikian pada lajur untuk ~p, yang juga
bernilai kebenaran B dan S itu, susunan B dan S itu diatur demikian rupa sehingga
kalau nilai p itu B, maka nilai ~p adalah S dan sebaliknya. Dengan demikian tabel
kebenaran untuk negasi itu lengkapnya menjadi:
P ~P
B S
S B
Tabel di atas juga dapat disebut definisi negasi dalam bentuk tabel kebenaran.
2. Konyungsi
Cara pembuatan tabel kebenaran untuk konyungsi, p Ʌ q, pada azasnya sama saja. Di
sini ada dua proposisi dasar, yaitu p dan q. Berdasarkan kedua proposisi dasar itu dapat
ditetapkan nilai•kebenaran p proposisi majemuk konyungtif p A q. Seperti kita ketahui,
konyungsi hanya benar kalau kedua proposisi anggotanya benar, selain itu mesti salah.
Jadi tabel kebenaran untuk konyungsi terdiri atas tiga lajur, dua di antaranya adalah
lajur pemandu, yaitu lajur untuk p dan q. Kedua lajur itu masing-masing harus
diisi dengan nilai B dan S begitu banyak sehingga semua kemungkinan kombinasi
nilai kebenaran antara proporsisi p dan q tercantum di dalamnya: p benar q benar; p
salah q benar; p benar q salah, dan p salah q, salah. Kemudian lajur untuk p Ʌ q diisi
p Q pɅq
B B B
S B S
B S S
S S S
3. Disyungsi
Dalam tabel kebenaran untuk disyungsi juga ada dua lajur pemandu: untuk p dan q.
Lajur ketiga untuk pvq, yang diisi dengan mengingat nilai B dan S pada kedua lajur
pemandu berdasarkan ketentuan bahwa suatu disyungsi adalah benar kalau dan hanya
kalau setidak-tidaknya salah satu dari anggotanya benar. Dengan demikian definisi
konyungsi menurut fungsi kebenarannya adalah sebagai berikut:
p q Pvq
B B B
B B
S S B
B S S
4. Implikasi
Tabel kebenaran dari ~(pɅ~q) dapat disusun atas dasar ketentuan negasi dan
konyungsi. Proposisi dasar dan lajur pemandunya tetap dua, akan tetapi jumlah
lajurnya ada lima.
p q ~q pɅ~q ~(pɅ~q)
S B
B B S
S B S B
S
B S B B S
S S B
S B
Pada tabel di atas, lajur 3 diisi nilai B dan S berdasarkan lajur 2 dengan mengingat
ketentuan mengenai negasi. Lajur 4 diisi dengan mengingat ketentuan mengenai
konyungsi dan atas dasar lajur 1 dan 3. Lajur 5 diisi berdasarkan lajur 4 dengan
mengingat ketentuan mengenai negasi.
Karena ~(pɅ~q) ≡ (pﬤq) , maka tabel kebenarannya untuk implikasi dengan singkat
adalah sebagai berikut:
p q pﬤq
B
B B
B B
S
B S S
S S
B
5. Bi-Implikasi
Diatas kita ketahui bahwa bi-implikasi lambangnya ≡, p≡q itu cara lain penulisannya
ialah; (pﬤq)Ʌ(qﬤp). Lambang yang panjang ini tidak sulit untuk dijabarkan menjadi tabel
kebenaran sebagai berikut;
B B
B B B
S B B S S
B S B S
S B B B
S S
p q p≡q
B B B
S B S
B S S
S S B
Dari tabel di atas jelas terbaca bahwa bi-implikasi adalah benar kalau kedua
anggotanya memiliki nilai kebenaran yang sama: kedua-duanya benar atau
kedua-duanya salah.
Pada tabel kebenaran untuk negasi, jumlah proposisi dasar hanya satu dan tabelnya
terdiri atas dua baris, satu baris untuk nilai B satu untuk nilai S. Pada tabel konyungsi dan
lain-lainnya, jumlah proposisi dasar itu ada dua dan jumlah baris dalam tabel ada empat,
22, masing-masing dua kali untuk nilai B dan dua kali untuk nilai S. Bagaimana kalau
proposisi dasar itu berjumlah tiga seperti dalam proposisi ini: (pﬤq)v(rɅq) atau empat
seperti dalam contoh ini: [p(~ﬤqɅr)ﬤs, atau lima atau enam dan seterusnya? jumlah lajur
pemandu untuk tiga proposisi dasar dengan sendirinya ada tiga, sedang jumlah barisnya
23 = 8, kalau jumlah proposisi dasar dan lajur pemandu ada empat, jumlah baris dalam
tabelnya 24 = 16, kalau ada lima lajur pemandu, jumlah baris dalam tabelnya 2 5 = 32, dan
seterusnya.
jumlah baris dalam tabel kebenaran itu sama dengan jumlah kemungkinan
kombinasi nilai kebenaran di antara proposisi-proposisi dasar yang bersangkutan.
Untuk menghindari agar jangan sampai ada kemungkinan kombinasi nilai yang
terlupakan, sebaiknya ditempuh jalan sebagai berikut:
1. Lajur pertama diisi dengan nilai B dan S. Ini jumlah baris dari tabel dengan satu lajur
pemandu.
2. Lajur kedua diisi dengan nilai B dan B di belakang nilai B dan S dari lajur pertama.
Kemudian ditambahkan nilai S dan S di lajur kedua, sedang di depannya di lajur
pertama ditambahkan nilai B dan S. Inilah jumlah baris dengan nilai-nilai isinya
untuk tabel dengan dua lajur pemandu.