Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan lanjut usia
dengan menerapkanilmu dan teknologi keperawatan
MAKALAH KOMUNIKASI
“KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT DENGAN KLIEN”
Disusun oleh:
Kelompok 1
Ainina Ayu Ramadani NIM P3.73.20.2.19.041
Alfa Levia NIM P3.73.20.2.19.042
Alfiena Efrizon NIM P3.73.20.2.19.043
Alifia Nurvian Haqi NIM P3.73.20.2.19.044
Anisya Virotika Zhahira NIM P3.73.20.2.19.045
Atqiya Mustandhifa NIM P3.73.20.2.19.046
Cristina Oktavia NIM P3.73.20.2.19.048
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
i
TAHUN 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esakarena telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Komunikasi antara Perawat dengan Klien” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh seorang perawat bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Peranan Komunikasi bagi Perawat.................................................................3
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................6
3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik................................................................6
3.2 Fungsi Komunikasi Terapeutik......................................................................7
3.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik......................................................................7
3.4 ManfaaatKomunikasi Terapeutik...................................................................9
3.5 Prinsip-PrinsipKomunikasi Terapeutik..........................................................9
3.6 Sikap Komunikasi Terapeutik......................................................................10
3.7 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik.......................................................11
3.8 Hubungan Perawat dan Klien.......................................................................13
3.9 Tahap-Tahap Hubungan Terapeutik.............................................................15
BAB IV PENUTUP...................................................................................................18
4.1 Simpulan......................................................................................................18
4.2 Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. iii
ii
BAB I
1
PENDAHULUAN
2
Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap melakukan
komunikasi dengan pasien. Diharapkan seorang perawat mampu bekerja sama dengan
pasien dalam memberikan asuhan keperawatan misalnya dengan bertanya “ada yang bisa
saya bantu ?” atau “bagaimana tidurnya semalam pak ?” tentunya sambil meraba bagian
tubuh pasien yang sakit. Tutur kata yang lembut dan sikap yang bersahaja tidak dibuat-
buat dari seorang perawat dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan
penyakitnya.
Sebagai contoh keluarga Pak Ahmat bila ada salah seorang keluarganya yang sakit
selalu berobat ke Rumah Sakit Boromieus daripada rumah sakit yang lain, meskipun
fasilitas yang ditawarkan lebih baik. Setelah ditanyakan kira-kira penyebabnya apa
sehingga keluarga Pak Ahmat lebih memilih Rumah Sakit Boromieus sebagai rumah
sakit favorit keluarganya, ternyata alasannya lebih banyak perhatian dan lebih cepat
sembuh, karena pelayanan perawatan yang diberikan lebih manusiawi.
Dari contoh keluarga Pak Ahmat ini saya kita bisa memperoleh pelajaran dan
manfaat yang sangat besar, karena komunikasi yang baik dari seorang perawat mampu
memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa kesan
lahiriyah perawat mampu berbicara banyak. Maksudnya mulai dari profil tubuh/wajah
terutama senyum yang tulus dari perawat, kerapian berbusana, sikap yang familiar, dan
yang lebih penting lagi adalah cara berbicara (komunikasi) sehingga terkesan low profile
atau bertempramen bijak kesemuanya ini mencirikan seorang perawat yang
berkepribadian
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana Komunikasi terapeutik antara perawat
dengan pasien “
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan komunikasi bagi Perawat
Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih mengembangkan
kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas seharihari.Menurut Kariyoso Ada
4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian komunikasi dengan pasien maupun
dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni:
1. Pengetahuan
Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan
dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus
mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakan
tugasnya setiap hari.
Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan
keperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya dan
mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dalam
proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatan
yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.
Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan sekedar
menghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari cara
berkomunikasi turut besar pula andilnya. Begitu juga bila dalam memberikan
penyuluhan kesehatan dimasayarakat, pertanyaan-pertanyaan dari warga masyarakat
akan dapat dijawab dengan jelas serta memberikan tindak lanjut, daripada
menganggap tugas penyuluhan kesehatan sekedar menjalankan tugas saja oleh
karena kemampuan yang terbatas. Tepatnya perawat yang memiliki pengetahuan
yang luas akan lebih mudah berkomunikasi daripada wawasan pengetahuannya
terbatas.
2. Ketulusan
Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi
kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja. Penampilan
seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana, mau
mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud untuk melecehkannya atau
mencemoohnya.
4
Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat sering berhadapan
denagn pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat. Namun dengan
sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantu meringankan beban pasien
tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya
Meskipun gaji Perawat bukanlah gaji yang tinggi, namun seorang perawat
memperoleh kepuasan batin apabila mampu membantu pasien dalam mengatasi
penyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan saran-sarannya diterima dengan baik oleh
pasien. Walaupun kehadirannya ada yang memuji tapi tidak sedikit pula yang
merasa tidak puas terhadap asuhan perawatan yang telah diberikan, sehingga muncul
istilah suster judes.
“ Saya sering di bilang suster judes oleh pasien di sini mungkin karena saya
cerewet selalu mengingatkan pasien kalau mereka tidak mau minum obat atau
melanggar larangan yang sudah di jelaskan oleh dokter, tapi lama kelamaan kalau
kitanya sabar , pasien juga akan mengeri sendir” ungkap suster “H” yang bekerja di
salah satu Rumah Sakit Swasta terkenal di Bandung.
Tapi satu hal yang perlu kita garis bawahi, perawat tetaplah perawat, sosok
manusia yang bisa khilaf. Sedangkan yang membedakannya karena keahlian dan
ketulusannya dalam mebantu pasien dalam mengatasi kesulitan yang berhubungan
dengan penyakitnya.
3. Semangat
Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan
seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat
mempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang diderita oleh pasien
lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran dokter ditaati
sepenuhnya oleh pasien.
Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pula melatih
bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi roda, kruk dan
sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat yang terus
dipompakan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih besar lagi.
Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk bekerjasama
karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan ini dapat disebabkan
kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa dikucilkan. Menghadapi
situasi yang demikian, seorang perawat dengan naluri keibuan haruslah bijaksana
terutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien dengan memberikan dorongan.
5
Jadi, selain perawat harus bersemangat dalam bekerja juga memberikan
semangat kepada pasien.
4. Praktek Pengetahuan
Untuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup sekedar teori
saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek. Pribadi yang tampil
utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah. Lingkungan
menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, sementara
kepribadian perawat juga mendapat porsi yang sama.
Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam berbicara maka
latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan dalam rangka praktek
berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga mencapai kondisi yang
diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini bisa berupa menyebutkan konsonan
huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis bangun tidur. Bisa juga dengan menghitung
dari 1 sampai 100 dan kebalikannya dari seratus mundur hingga mencapai angka
satu. Dengan latihan praktek demikian ditambah lagi praktek berbicara di depan
umum akan menghilangkan rasa cemas hingga tidak kaku dan berani tampil.
Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak ada
kesulitan dalam berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun di
puskesmas khususnya pada saat penyuluhan kesehatan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
menghilangkan kecemasan pasien. Disimpulkan Komunikasi terapeutik adalah hubungan
interpersonal antara perawat dengan klien untuk membina hubungan saling percaya
sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien.
8
keperawatan yang telah diterapkan, 3 memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi (Damaiyanti, 2012).
Menurut (Purwanto, 1994 seperti dikutip dalam Damaiyanti, 2012) tujuan dari
komunikasi terapeutik :
a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
mempertahakan kekuatan egonya.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada
c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan
mempengaruhi orang lain lingkungan fisik dan dirinya.
Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi yaitu :
9
dan takala kami menerangkan alasannya kenapa kami telat terus kami minta
pengertaian dari pasiean untuk bersabar malah pasien sering mensalah artikan kata-
kata kami sehingga kami kadang mendapat julukan suster cerewet atau suster judes “
tambahnya Hal inilah yang sering terjadi sehingga dapat menghambat terjalinnya
komunikasi terapeutik yang harmonis diantara perawat dan pasien.
10
j. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan
orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu
keadaan sehat fisik mental, spiritual, dan gaya hidup.
k. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
l. Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
m. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
n. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri
atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
11
Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggeleng yang
menyatakan tidak percaya.
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai apa yang disampaikan oleh klien dengan menggunakan kata-kata yang
sesuai dengan konteks sosial budaya klien.
d. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban ”ya” dan ”mungkin”, tetapi
memerlukan jawaban yang luas. Dengan begitu klien dapat mengemukakan
masalahnya dengan kata-katanya sendiri atau memberikan informasi yang
diperlukan.
e. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dengan pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik
bahwa ia mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
f. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha menjelaskan dalam kata-kata, ide atau
pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuannya adalah untuk menyamakan
pengertian.
g. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan
menjadi lebih spesifik dan mengerti, usahakan tidak memutus pembicaraan ketika
klien menyampaikan masalah yang penting
h. Menyatakan hasil observasi
Dengan perawat memberikan umpan balik berupa isyarat non verbal, klien
dapat mengetahui apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak. Teknik ini
seringkali membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa perawat harus bertanya,
memfokuskan dan mengklarifikasi pesan.
i. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi seperti tindakan penyuluhan kesehatan untuk
klien. Penahanan informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan
mengakibatkan klien menjadi tidak percaya. 10
j. Diam (memelihara ketenangan)
12
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir pikirannya. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan
dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi, terutama pada saat
klien harus mengambil keputusan. Diam yang tidak tepat dapat menyebabkan orang
lain merasa cemas.
k. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas
sebelum meneruskan pembicaraan berikutnya.
l. Memberi penghargaan
Berilah penghargaan pada klien dan jangan sampai menjadi beban. Dalam arti
jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk
mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya.
m. Menawarkan diri
Perawat menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau respon yang diharapkan.
n. Memberi kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Untuk klien yang merasa raguragu, perawat dapat menstimulusnya
untuk membuka pembicaraan.
o. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir
seluruh pembicaraan. Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti
apa yang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya.
p. Menempatkan kejadian secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif, sehingga dapat menemukan pola kesukaran
interpersonal
q. Memberikan kesempatan pada pasien untuk menguraikan persepsinya
Jika perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari
perspektif klien.
r. Refleksi.
Refleksi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikian
13
klien dapat mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan, dan memikirkan
dirinya sendiri.
s. Assertive
Assertive adalah kemampuan dalam meyakinkan, mengekspresikan pikiran dan
perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain. Kemampuan asertif antara lain:
berbicara jelas, mampu menghadapi manipulasi pihak lain tanpa menyakiti hatinya,
melindungi diri dari kritik.
t. Humor
Humor merupakan hal yang penting dalam komunikasi verbal karena tertawa
mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stres, serta meningkatkan keberhasilan
asuhan keperawatan.
14
c. Bersikap positif. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh
perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan
ketulusan dalam hubungan terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau
ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan
pikirannya
d. Empati bukan simpati. Dengan empati, perawat dapat memberikan alternatif
pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan permasalahan klien
tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaan tersebut dan turut berupaya mencari
penyelesaian masalah secara objektif.
e. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien. Dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien, melihat permasalahan yang
sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk dapat melakukan hal ini
perawat harus memahami dan mendengarkan dengan aktif, serta penuh perhatian.
f. Menerima klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa
aman dalam menjalin hubungan interpersonal.
g. Sensitif terhadap perasaan klien. Dengan bersikap sensitif terhadap perasaan klien,
perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung
privasi ataupun perasaan klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri. Perawat
harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada
saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri
15
2) Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri
3) Membuat rencana pertemuan dengan pasien (kegiatan, waktu, tempat)
c. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawatan pasien yang terkait erat dengan
pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Tujuan tindakan keperawatan adalah :
1) Meningkatkan pengertian dan pengenalan pasien akan dirinya, perilakunya,
perasaannya, pikirannya. Tujuan ini sering disebut tujuan kognitif.
16
2) Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien
secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering
disebut tujuan afektif atau psikomotor.
3) Melaksanakan terapi/ teknikal keperawatan
4) Melaksanakan pendidikan kesehatan
5) Melaksanakan kolaborasi
6) Melaksanakan observasi dan monitoring
d. Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien.
Terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
a) Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuanperawat dan pasien.
Pada terminasi sementara, perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada
waktu yang telah ditentukan, misalnya satu atau dua jam pada hariberikutnya.
b) Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang dari rumahsakit atau
perawat selesai praktik di rumah sakit. Adapun komponen dari fase terminasi
adalah :
a) Menyimpulkan hasil kegiatan; evaluasi proses dan hasil
b) Memberikan reinforcement positif
c) Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
d) Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu,
e) tempat, topik)
f) Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
18
penghargaan yang di maksud adalah untuk memberikan penilaian kepada pasien tentang
kebersihan seperti menggosok gigi rajin dan benar akan mendapatkan penghargaan,
menawarkan diri bertujun untuk perawat menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau
respon yang diharapkan, memberikan kesempatan pada pasien untuk memulai
pembicaraan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada klien untuk berinisiatif
dalam memilih topik pembicaraan, menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
dengan tujan teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang
dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya, Menempatkan
kejadian secara berurutan dengn tujuan mengurutkan kejadian secara teratur akan
membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif, Memberikan
kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya dengan tujuan pasien harus
merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat,refleksi bertjuan untuk
mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan, dan memikirkan dirinya sendiri,
assertive adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan
pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain dan terakhir humor yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stress dan meningkatkan
keberhasilan asuhan keperawatan.
19
4.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.Rosdakarya
iii