Anda di halaman 1dari 25

VISI

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan lanjut usia
dengan menerapkanilmu dan teknologi keperawatan

MAKALAH KOMUNIKASI
“KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT DENGAN KLIEN”

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Studi


Pendidikan Profesi Ners Program Profesi
Komunikasi
Mata Kuliah :
Penempatan : Semester 3 T.A. 2020/2021
Kelas : 2B
Dosen Pengampu : Endang Banon, M.Kep, Ns., Sp.Kep.J.
Penanggung Jawab : Nurdiana, SKp.,M.Sc.

Disusun oleh:
Kelompok 1
Ainina Ayu Ramadani NIM P3.73.20.2.19.041
Alfa Levia NIM P3.73.20.2.19.042
Alfiena Efrizon NIM P3.73.20.2.19.043
Alifia Nurvian Haqi NIM P3.73.20.2.19.044
Anisya Virotika Zhahira NIM P3.73.20.2.19.045
Atqiya Mustandhifa NIM P3.73.20.2.19.046
Cristina Oktavia NIM P3.73.20.2.19.048

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

i
TAHUN 2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esakarena telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Komunikasi antara Perawat dengan Klien” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh seorang perawat bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurdiana, SKp.,M.Sc.selaku dosen


penanggung jawab mata kuliah Psikologi dan Ibu.Endang Banon, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J.
selaku dosen pembimbing kami yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bekasi, 11 Agustus 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Peranan Komunikasi bagi Perawat.................................................................3
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................6
3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik................................................................6
3.2 Fungsi Komunikasi Terapeutik......................................................................7
3.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik......................................................................7
3.4 ManfaaatKomunikasi Terapeutik...................................................................9
3.5 Prinsip-PrinsipKomunikasi Terapeutik..........................................................9
3.6 Sikap Komunikasi Terapeutik......................................................................10
3.7 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik.......................................................11
3.8 Hubungan Perawat dan Klien.......................................................................13
3.9 Tahap-Tahap Hubungan Terapeutik.............................................................15
BAB IV PENUTUP...................................................................................................18
4.1 Simpulan......................................................................................................18
4.2 Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. iii

ii
BAB I

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan
komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian
ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik
antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan
penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan
tersebut atau partisipasi profesional dalam programprogram yang bertujuan memperbaiki
derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik
melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik.
Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan
sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif
dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota
tim kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut
pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik
saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya
bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja
lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah
pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan demikian menyebabkan pasien yang baru
masuk terasa asing dan cenderung gelisah atau takut.
Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud
mencari perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bisa berupa teriak-
teriak, gelisah, mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat disekitarnya. Disinilah
peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat besar, dengan menunjukkan perhatian
yang sepenuhnya, sikap ramah bertutur kata yang lembut.

2
Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap melakukan
komunikasi dengan pasien. Diharapkan seorang perawat mampu bekerja sama dengan
pasien dalam memberikan asuhan keperawatan misalnya dengan bertanya “ada yang bisa
saya bantu ?” atau “bagaimana tidurnya semalam pak ?” tentunya sambil meraba bagian
tubuh pasien yang sakit. Tutur kata yang lembut dan sikap yang bersahaja tidak dibuat-
buat dari seorang perawat dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan
penyakitnya.
Sebagai contoh keluarga Pak Ahmat bila ada salah seorang keluarganya yang sakit
selalu berobat ke Rumah Sakit Boromieus daripada rumah sakit yang lain, meskipun
fasilitas yang ditawarkan lebih baik. Setelah ditanyakan kira-kira penyebabnya apa
sehingga keluarga Pak Ahmat lebih memilih Rumah Sakit Boromieus sebagai rumah
sakit favorit keluarganya, ternyata alasannya lebih banyak perhatian dan lebih cepat
sembuh, karena pelayanan perawatan yang diberikan lebih manusiawi.
Dari contoh keluarga Pak Ahmat ini saya kita bisa memperoleh pelajaran dan
manfaat yang sangat besar, karena komunikasi yang baik dari seorang perawat mampu
memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa kesan
lahiriyah perawat mampu berbicara banyak. Maksudnya mulai dari profil tubuh/wajah
terutama senyum yang tulus dari perawat, kerapian berbusana, sikap yang familiar, dan
yang lebih penting lagi adalah cara berbicara (komunikasi) sehingga terkesan low profile
atau bertempramen bijak kesemuanya ini mencirikan seorang perawat yang
berkepribadian
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana Komunikasi terapeutik antara perawat
dengan pasien “

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan komunikasi bagi Perawat

Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih mengembangkan
kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas seharihari.Menurut Kariyoso Ada
4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian komunikasi dengan pasien maupun
dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni:

1. Pengetahuan
Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan
dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus
mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakan
tugasnya setiap hari.
Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan
keperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya dan
mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dalam
proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatan
yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.
Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan sekedar
menghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari cara
berkomunikasi turut besar pula andilnya. Begitu juga bila dalam memberikan
penyuluhan kesehatan dimasayarakat, pertanyaan-pertanyaan dari warga masyarakat
akan dapat dijawab dengan jelas serta memberikan tindak lanjut, daripada
menganggap tugas penyuluhan kesehatan sekedar menjalankan tugas saja oleh
karena kemampuan yang terbatas. Tepatnya perawat yang memiliki pengetahuan
yang luas akan lebih mudah berkomunikasi daripada wawasan pengetahuannya
terbatas.
2. Ketulusan
Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi
kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja. Penampilan
seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana, mau
mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud untuk melecehkannya atau
mencemoohnya.

4
Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat sering berhadapan
denagn pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat. Namun dengan
sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantu meringankan beban pasien
tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya
Meskipun gaji Perawat bukanlah gaji yang tinggi, namun seorang perawat
memperoleh kepuasan batin apabila mampu membantu pasien dalam mengatasi
penyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan saran-sarannya diterima dengan baik oleh
pasien. Walaupun kehadirannya ada yang memuji tapi tidak sedikit pula yang
merasa tidak puas terhadap asuhan perawatan yang telah diberikan, sehingga muncul
istilah suster judes.
“ Saya sering di bilang suster judes oleh pasien di sini mungkin karena saya
cerewet selalu mengingatkan pasien kalau mereka tidak mau minum obat atau
melanggar larangan yang sudah di jelaskan oleh dokter, tapi lama kelamaan kalau
kitanya sabar , pasien juga akan mengeri sendir” ungkap suster “H” yang bekerja di
salah satu Rumah Sakit Swasta terkenal di Bandung.
Tapi satu hal yang perlu kita garis bawahi, perawat tetaplah perawat, sosok
manusia yang bisa khilaf. Sedangkan yang membedakannya karena keahlian dan
ketulusannya dalam mebantu pasien dalam mengatasi kesulitan yang berhubungan
dengan penyakitnya.
3. Semangat
Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan
seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat
mempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang diderita oleh pasien
lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran dokter ditaati
sepenuhnya oleh pasien.
Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pula melatih
bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi roda, kruk dan
sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat yang terus
dipompakan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih besar lagi.
Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk bekerjasama
karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan ini dapat disebabkan
kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa dikucilkan. Menghadapi
situasi yang demikian, seorang perawat dengan naluri keibuan haruslah bijaksana
terutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien dengan memberikan dorongan.

5
Jadi, selain perawat harus bersemangat dalam bekerja juga memberikan
semangat kepada pasien.
4. Praktek Pengetahuan
Untuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup sekedar teori
saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek. Pribadi yang tampil
utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah. Lingkungan
menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, sementara
kepribadian perawat juga mendapat porsi yang sama.
Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam berbicara maka
latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan dalam rangka praktek
berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga mencapai kondisi yang
diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini bisa berupa menyebutkan konsonan
huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis bangun tidur. Bisa juga dengan menghitung
dari 1 sampai 100 dan kebalikannya dari seratus mundur hingga mencapai angka
satu. Dengan latihan praktek demikian ditambah lagi praktek berbicara di depan
umum akan menghilangkan rasa cemas hingga tidak kaku dan berani tampil.
Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak ada
kesulitan dalam berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun di
puskesmas khususnya pada saat penyuluhan kesehatan.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


komunikasi adalah proses manusiawi yang melibatkan hubungan interpersonal.
Komunikasi mencakup hubungan yang lebih luas dari sekedar wawancara semua bentuk
tingkah laku mengungkapkan perasaan tertentu itu disebut juga sebagai bentuk
komunikasi (Swanburg, 2003). Komunikasi terapeutik adalah suatu sarana bagi perawat
dalam menjalin hubungan saling percaya sehingga dapat meningkatkan citra yang baik
bagi tenaga kesehatan khususnya untuk profesi keperawatan. Komunikasi merupakan
suatu yang sangat penting bagi perawat dalam berinteraksi dengan pasien komunikasi
menjadi tidak efektif karena terjadi kesalahan dalam menafsirkan pesan yang
diterimanya. Kesalahan dalam menafsirkan pesan dapat disebabkan karena persepsi
yang berbeda, hal ini sering terjadi dalam institusi pelayanan kesehatan (Mustikasari,
2006).
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untukmenciptakan
hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenalkebutuhan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalammemenuhi kebutuhan tersebut.Oleh
karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan pentingmemecahkan masalah yang
dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutikmerupakan komunikasi proposional yang
mengarah pada tujuan yaitupenyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat
dua komonen pentingyaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.
Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titiktolak
saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.Menurut Purwanto
komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilandasar untuk melakukan
wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancaradigunakan pada saat petugas
kesehatan melakukan pengkajian memberipenyuluhan kesehatan dan perencaan
perawatan.
Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam
pelayanan keperawatan disebut juga sebagai komunikasi terapeutik perawat yang
merupakan komunikasi profesional perawat (Purwaningsih dan Karlina, 2012).
Komunikasi termasuk dalam komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberi
pengertian antara perawat dengan pasien dengan tujuan untuk membantu pasien
memperjelas dan mengurangi beban pikiran serta diharapkan dapat mengurangi atau

7
menghilangkan kecemasan pasien. Disimpulkan Komunikasi terapeutik adalah hubungan
interpersonal antara perawat dengan klien untuk membina hubungan saling percaya
sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien.

3.2 Fungsi Komunikasi Terapeutik


Fungsi komunikasi terapeutik Komunikasi terapeutik diterapkan oleh perawat
dalam berhubungan dengan pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya antara
perawat dan pasien, apabila tidak diterapkan akan mengganggu hubungan terapeutik
yang akan berdampak pada ketidak puasan pasien. Komunikasi terapeutik dapat
digunakan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien atau
meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawatnya (Pohan, 2007). Dengan
memberikan dengan pemberian Komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan
tingkat kecemasan pasien karena pasien merasa bahwa interaksinya dengan perawat
merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi dalam
rangka mencapai tujuan perawatan perawatan yang optimal, sehingga proses
penyembuhan akan lebih cepat.
Pemberian Komunikasi terapeutik yang diberikan oleh perawat pada pasien yang
berisi tentang diagnosa penyakit manfaat, urgensinya tindakan medis, resiko komplikasi
yang mungkin dapat terjadi, prosedur alternatif yang dapat dilakukan, konsekuensi yang
dapat terjadi apabila tidak dilakukan tindakan medis prognosis penyakit, dampak yang
ditimbulkan dari tindakan medis serta keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan
medis tersebut. Dengan begitu pasien dapat mengetahui informasi tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter ketika pasien dalam posisi tidak sadar. Karena yang menangani
tindakan tersebut adalah orang-orang yang ahli di bidangnya pasien akan merasa lebih
nyaman dan tenang dalam menjalani tindakan invasif bedah sehingga dapat menurunkan
tingkat kecemasan yang dialaminya (Asmadi, 2008).

3.3 Tujuan komunikasi terapeutik


Dalam konteks pelayanan keperawatan kepada klien, pertama-tama klien harus
percaya bahwa perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam mengatasi
keluhannya, demikian juga perawat harus dapat dipercaya dan diandalkan atas
kemampuan yang telah dimiliki perawat (Simamora, 2013). Dengan memiliki
keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan
saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan

8
keperawatan yang telah diterapkan, 3 memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi (Damaiyanti, 2012).
Menurut (Purwanto, 1994 seperti dikutip dalam Damaiyanti, 2012) tujuan dari
komunikasi terapeutik :
a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
mempertahakan kekuatan egonya.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada
c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan
mempengaruhi orang lain lingkungan fisik dan dirinya.

Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi yaitu :

a) Tingkah laku perawat Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat


memegang peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh
masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat beritaberita tentang perawat
rumah sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes,
jahat dan sebagainya.
b) Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
 Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata,
sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan
yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial.
 Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan.
 Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang ada
hubungnnya dengan jiwa
 Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dari klien di
dalam masyarakat.
c) Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta kurang
memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat hubungan baik.
Saya sudah hampir 20 tahun menjadi perawat di rumah sakit ini, walaupun gaji saya
kecil tapi saya dituntut untuk bekerja keras melayani para pasien sering kali saya
mendapat cacian dari pasien karena saya terlambat memberikan pelayanan.
Hal ini sering terjadi kalau saya piket malam karena keterbatasan jumlah
perawat yang piket kemudian permintaan pelayanan dari pasien banyak sehingga
kami kewalahan melayaninya dan berdampak pada keterlambatan pelayanan ujar
suster T Sehingga sering kali karena terlambat kami menerima cacian dari pasien

9
dan takala kami menerangkan alasannya kenapa kami telat terus kami minta
pengertaian dari pasiean untuk bersabar malah pasien sering mensalah artikan kata-
kata kami sehingga kami kadang mendapat julukan suster cerewet atau suster judes “
tambahnya Hal inilah yang sering terjadi sehingga dapat menghambat terjalinnya
komunikasi terapeutik yang harmonis diantara perawat dan pasien.

3.4 Manfaat Komunikasi


Manfaat komunikasi terapeutik Manfaat komunikasi terapeutik (Anas, 2014) adalah:
a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui
hubungan perawat-pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji masalah, dan mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat.

3.5 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik


Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik:
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima,saling percaya dan saling
menghargai.
c. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
d. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang
tanpa rasa takut.
e. Perawat harus dapat menciptakan suasana yangmemungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh
makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalah yang dihadapi.
f. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupunpun frustasi.
g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
h. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan tindakan yang terapeutik.
i. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.

10
j. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan
orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu
keadaan sehat fisik mental, spiritual, dan gaya hidup.
k. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
l. Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
m. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
n. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri
atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.

3.6 Sikap komunikasi terapeutik


Menurut Devi (2012) terdapat 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik
yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu:
a. Berhadapan; arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
b. Mempertahankan kontak mata; kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk kearah pasien; posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan
atau mendengarkan sesuatu.
d. Memperlihatkan sikap terbuka; tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap membantu.
e. Tetap rileks; tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang
kurang menyenangkan.

3.7 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik


Beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Aisah (2015) antara lain:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Perawat diharapkan dapat mengerti klien dengan cara Mendengarkan apa yang
disampaikan klien. Ciri dari pendengar yang baik antara lain: pandangan saat
berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari tindakan yang tidak perlu,
anggukan kepala jika klien membicarakan hal hal yang penting atau memerlukan
umpan balik, condongkan tubuh kearah lawan bicara.
b. Menunjukkan penerimaan

11
Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggeleng yang
menyatakan tidak percaya.
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai apa yang disampaikan oleh klien dengan menggunakan kata-kata yang
sesuai dengan konteks sosial budaya klien.
d. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban ”ya” dan ”mungkin”, tetapi
memerlukan jawaban yang luas. Dengan begitu klien dapat mengemukakan
masalahnya dengan kata-katanya sendiri atau memberikan informasi yang
diperlukan.
e. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dengan pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik
bahwa ia mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
f. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha menjelaskan dalam kata-kata, ide atau
pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuannya adalah untuk menyamakan
pengertian.
g. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan
menjadi lebih spesifik dan mengerti, usahakan tidak memutus pembicaraan ketika
klien menyampaikan masalah yang penting
h. Menyatakan hasil observasi
Dengan perawat memberikan umpan balik berupa isyarat non verbal, klien
dapat mengetahui apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak. Teknik ini
seringkali membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa perawat harus bertanya,
memfokuskan dan mengklarifikasi pesan.
i. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi seperti tindakan penyuluhan kesehatan untuk
klien. Penahanan informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan
mengakibatkan klien menjadi tidak percaya. 10
j. Diam (memelihara ketenangan)

12
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir pikirannya. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan
dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi, terutama pada saat
klien harus mengambil keputusan. Diam yang tidak tepat dapat menyebabkan orang
lain merasa cemas.
k. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas
sebelum meneruskan pembicaraan berikutnya.
l. Memberi penghargaan
Berilah penghargaan pada klien dan jangan sampai menjadi beban. Dalam arti
jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk
mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya.
m. Menawarkan diri
Perawat menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau respon yang diharapkan.
n. Memberi kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Untuk klien yang merasa raguragu, perawat dapat menstimulusnya
untuk membuka pembicaraan.
o. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir
seluruh pembicaraan. Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti
apa yang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya.
p. Menempatkan kejadian secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif, sehingga dapat menemukan pola kesukaran
interpersonal
q. Memberikan kesempatan pada pasien untuk menguraikan persepsinya
Jika perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari
perspektif klien.
r. Refleksi.
Refleksi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikian

13
klien dapat mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan, dan memikirkan
dirinya sendiri.
s. Assertive
Assertive adalah kemampuan dalam meyakinkan, mengekspresikan pikiran dan
perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain. Kemampuan asertif antara lain:
berbicara jelas, mampu menghadapi manipulasi pihak lain tanpa menyakiti hatinya,
melindungi diri dari kritik.
t. Humor
Humor merupakan hal yang penting dalam komunikasi verbal karena tertawa
mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stres, serta meningkatkan keberhasilan
asuhan keperawatan.

3.8 Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship


Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan
komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan diantara keduanya,.
Hal inilah yang pada akhirnya membentuk suatu hubungan ‘helping relationship’.
Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua (atau lebih) individu
maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks keperawatan,
hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara perawat dan klien. Ketika hubungan
antara perawat dan klien terjadi, perawat sebagai penolong (helper) membantu klien
sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien (Suryani 2015).
Menurut Suryani (2015), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang
dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:
a. Kejujuran. Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa
terbina hubungan saling percaya. Sangat penting bagi perawat untuk menjaga
kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau
bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresi. Dalam berkomunikasi dengan klien,
perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh klien.
Komunikasi nonverbal harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena
ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.

14
c. Bersikap positif. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh
perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan
ketulusan dalam hubungan terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau
ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan
pikirannya
d. Empati bukan simpati. Dengan empati, perawat dapat memberikan alternatif
pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan permasalahan klien
tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaan tersebut dan turut berupaya mencari
penyelesaian masalah secara objektif.
e. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien. Dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien, melihat permasalahan yang
sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk dapat melakukan hal ini
perawat harus memahami dan mendengarkan dengan aktif, serta penuh perhatian.
f. Menerima klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa
aman dalam menjalin hubungan interpersonal.
g. Sensitif terhadap perasaan klien. Dengan bersikap sensitif terhadap perasaan klien,
perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung
privasi ataupun perasaan klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri. Perawat
harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada
saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri

3.9 Tahap-tahap hubungan terapeutik


Dalam mmembina hubungan terapeutik (berinteraksi)perawat mempunyai 4 tahap
yang pada setiap tahapnyamempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh
perawat(Damaiyanti, 2014).
a. Fase pra-interaksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelumberhubungan dan
berkomunikasi dengan pasien. Anda perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan
yang anda miliki. Jika merasakan ketidakpastian maka anda perlu membaca kembali,
diskusi dengan teman sekelompok atau diskusi dengan tutor. Adapun hal yang perlu
dilakukan pada fase ini adalah :
1) Mengumpulkan data tentang pasien

15
2) Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri
3) Membuat rencana pertemuan dengan pasien (kegiatan, waktu, tempat)

b. Fase orientasi/ perkenalan


Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu
dengan pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah :
1) Memberi salam
2) Memperkenalkan diri perawat
3) Menanyakan nama pasien
4) Menyepakati pertemuan (kontrak)
5) Menghadapi kontrak
6) Memulai percakapan awal
7) Menyepakati masalah pasien
8) Mengakhiri perkenalan

Orientasi dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya.


Tujuan fase orientasi adalah memvalidasi kekurangan data, rencana yang telah
dibuat dengan keadaan pasien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.
Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama pasien. Adapun hal-
hal yang perlu dilakukan adalah :

1) Memberikan salam dan tersenyum ke arah pasien


2) Melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif)
3) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tujuan
5) Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
6) Menjelaskan kerahasiaan

c. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawatan pasien yang terkait erat dengan
pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Tujuan tindakan keperawatan adalah :
1) Meningkatkan pengertian dan pengenalan pasien akan dirinya, perilakunya,
perasaannya, pikirannya. Tujuan ini sering disebut tujuan kognitif.

16
2) Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien
secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering
disebut tujuan afektif atau psikomotor.
3) Melaksanakan terapi/ teknikal keperawatan
4) Melaksanakan pendidikan kesehatan
5) Melaksanakan kolaborasi
6) Melaksanakan observasi dan monitoring

d. Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien.
Terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
a) Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuanperawat dan pasien.
Pada terminasi sementara, perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada
waktu yang telah ditentukan, misalnya satu atau dua jam pada hariberikutnya.
b) Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang dari rumahsakit atau
perawat selesai praktik di rumah sakit. Adapun komponen dari fase terminasi
adalah :
a) Menyimpulkan hasil kegiatan; evaluasi proses dan hasil
b) Memberikan reinforcement positif
c) Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
d) Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu,
e) tempat, topik)
f) Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keberhasilan komunikasi terapeutik dalam proses pemulihan pasien psikosis tidak


terlepas dari pelaksanaan tahap-tahap komunikasi terapeutik yang baik. Ada empat
tahapan dalam komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat dalam proses
pemulihan pasien psikosis yaitu : 1.tahap pra interaksi sebagai tahap persiapan sebelum
melaksanakan komunikasi dengan pasien, 2. tahap perkenalan untuk mendapatkan
perhatian dan kepercayaan dari pasien, 3. tahap kerja yang berguna untuk mengubah
perilaku pasien menjadi lebih baik dan normal, serta 4. tahap terminasi dimana perawat
memutuskan untuk menyelesaikan pertemuan secara sementara untuk bertemu kembali
di lain waktu yang telah dijanjikan bersama atau untuk selamanya dikarenakan pasien
telah didiagnosa pulih kembali atau normal.

Dalam melakukan proses penyebuhan bagi pasien psikosis selain menggunakan


tahapan juga menggunakan teknik komunikasi terapeutik yaitu ada dua puluh teknik
komunikasi terapeutik di antaranya : mendengarkan dan menunjuk penerimaan berguna
untuk mendengarkan dan menerima yang di sampaikan perawat ke pasien dengan
memberikan pertanyaan yang mudah di pahami pasien, menanyakan pertanyaan yang
berkaitan dan pertanyaan terbuka berguna untuk berusaha mengetahui kondisi pasien
melalui komunikasi dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk menjelaskan
kondisinya dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan, mengulang ucapan pasien
dengan menggunakan kata-kata sendiri bertujuan untuk perawat memberikan umpan
balik bahwa ia mengerti pesan pasien dan berharap komunikasi
dilanjutkan,mengklarifikasi tujuan dari teknik untuk menyamakan pengertian yang
disampaikan perawat ke pasien, memfokuskan bertujuan untuk membatasi bahan
pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti pasien,
menyatakan hasih observasi bertujuan untuk membuat pasien berkomunikasi lebih jelas
tampa perawat harus bertanya ke pasien dengan cara perawat memberikan arahan
pembicaraan.,menawarkan informasi dengan cara memberikan penyuluhan dan
sosialisasi kepada pasien,diam digunakan pada saat pasien perlu mengekspresikan ide
tapi tidak tahu bagaimana melakukan atau menyampaikan hal tersebut,meringkas
bertujuan untuk mengulang kembali topic pelajaran yang di bahas bersama pasien,

18
penghargaan yang di maksud adalah untuk memberikan penilaian kepada pasien tentang
kebersihan seperti menggosok gigi rajin dan benar akan mendapatkan penghargaan,
menawarkan diri bertujun untuk perawat menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau
respon yang diharapkan, memberikan kesempatan pada pasien untuk memulai
pembicaraan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada klien untuk berinisiatif
dalam memilih topik pembicaraan, menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
dengan tujan teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang
dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya, Menempatkan
kejadian secara berurutan dengn tujuan mengurutkan kejadian secara teratur akan
membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif, Memberikan
kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya dengan tujuan pasien harus
merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat,refleksi bertjuan untuk
mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan, dan memikirkan dirinya sendiri,
assertive adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan
pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain dan terakhir humor yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stress dan meningkatkan
keberhasilan asuhan keperawatan.

Proses pesan terjadinya sebuah komunikasi terapeutik antara perawat dengan


pasien di mulai dari penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan baik
secara verbal dan non verbal,dengan mengunakan media atau tidak. Sehingga dapat di
simpulkan bahwa pesan yang di gunakan bersifat positif ,di sesuaikan dengan kondisi
pasien , sehingga apa yang di sampaikan tidak ada yang menganggu ketenangan pasien,
karena secara kodrati manusia tak ingin mendengarkan dan melihat hal-hal yang tidak
menyenangkan dari dirinya. Oleh karena itu setiap pesan agar di usahakan bermakna
positif.

19
4.2 Saran

Tahapan komunikasi terapeutik bertujuan untuk proses pemulihan pasien psikosis.


Oleh sebab itu sebaiknya komunikasi ini di lakukan oleh seseorang yang benar-benar ahli
dan pahaman di bidang komunikasi terapeutik . Hal ini agar menghindari anggapan
pasien sebagai bahan percobaan dalam melaksanakan terapeutik. Tahapan dalam
komunikasi terapeutik hendaknya di jalankan dengan proposional.

Dalam menerapkan teknik-teknik komunikasi terapeutik para perawat hendaknya


melakukan teknik secara menyeluruh . Hal ini di lakukan agar tujuan dari komunikasi
terapeutik dapat tercapai secara maksimal . Sehingga mengetahui apakah teknik yang di
gunakan oleh perawat sudah tepat atau belum di dalam proses kesembuhan pasien.

Di dalam penyampaian pesan komunikasi terapeutik dengan pasien hendaknya


perawat menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh pasien sehingga tidak terjadi
kesalah pahaman komunikasi antara perawat ke pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Devito,Joseph. 1997. Komunikasi Antar manusia.Jakarta : Professional Book.

Djuarsa, sasa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka

Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.Rosdakarya

Fisher Aubrey. 1997. Teori-teori Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Farouk.2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Teraju

Foster & Anderson.1986. Antropologi Kesehatan.Jakarta Penerbit UI

Kariyoso.1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat.Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

LittleJohn. 1999. Theories of Human Communication. United States of America :


Wadsworth Publishing Company.

Mulyana, Deddy.2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.Remaja


Rosdakarya

Purwanto ,Heri. 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta : EGC

iii

Anda mungkin juga menyukai