Dosen Pembimbing :
Dahrizal,S.Kp.,M.P.H
DISUSUN
OLEH
Rezki Rahmadani
NIM P05120219029
(Hospice Care)
Hospice Care adalah pelayanan perawatan untuk meringankan penyakit lanjutan atau penyakit
terminal dari klien di rumah sakit dan kemudian melanjutkan pelayanan perawatan di rumah
dibawah pengawasan Medicare.
Tujuan
Membantu klien dan keluarga memelihara kondisi kesehatan dan kesejahteraan klien
Jenis pelayanan hospice dapat menggunakan jasa institusi atau rumah sakit, ataupun
melalui agency perawatan kesehatan rumah ataupun keduanya. Hal tersebut tergantung dari
persetujuan klien/keluarga melalui kesepakatan kontrak.
Aspek finansial perawatan kesehatan rumah
Medicare
Pelayanan kesehatan rumah yang dibiayai oleh perusahaan asuransi dibawah kontrak
kerjasama klien/keluarga dengan pihak asuransi, diantaranya: Jaminan Sosial Tenaga
Kerja dengan persyarakan khusus, Asuransi swasta lainnya.
Medicaid
Pelayanan kesehatan rumah yang diberikan bagi orang yang berpenghasilan rendah,
melalui program bantuan pengobatan bagi orang-orang tertentu, di Indonesia dikenal
dengan ASKESKIN, atau Program Pengobatan Dasar bagi masyarakat tidak mampu yang
dibiayai oleh pemerintah/yayasan lain.
Asuransi Swasta
Pelayanan ini diberikan kepada peserta asuransi swasta baik secara individu maupun
secara berkelompok dengan syarat dan ketentuan tertentu.
Pembayaran individu
Pelayanan kesehatan rumah bagi individu yang tidak memiliki asuransi kesehatan dapat
melakukan pembayaran langsung kepada klinik/praktik mandiri/yayasan/agency tertentu
atas kesepakan bersama atau kontrak.
1. Memiliki anggota keluarga atau kerabat yang bertanggung jawab menjadi pendamping
bagi klien atas tindakan dan perawatan yang diberikan oleh yayasan/agency.
2. Bersedia membuat kesepakatan dan persetujuan perawatan kesehatan klien di rumah baik
secara non formal (lisan) atau formal (tertulis) dalam kontrak/informed concent.
3. Bersedia membuat kesepakatan kerja dengan pengelola perawatan kesehatan di rumah
untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab dan haknya dalam menerima pelayanan
keperawatan, medis dan kesehatan lainnya.
Tanggung Jawab Perawat dalam Perawatan Rumah
1. Pemberi Asuhan.
2. Pendokumentasian
3. Menetapkan Biaya Perawatan
4. Menentukan Frekuensi dan Durasi Perawatan
5. Perlindungan Klien
-Infection Control
-Quality of Care
-Total Quality Improvement
Setelah anggota keluarga telah memutuskan dan setuju untuk melakukan perawatan di
rumah maka perawat harus menjelaskan beberapa hal penting, yaitu :
(2) Motivasi, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, dan ketersediaan bantuan lainnya
1. Komponen Pokok
- Klien
Klien adalah usila yang akan menerima perawatan di rumah dan salah satu anggota
keluarga bertindak sebagai penanggung jawab yang mewakili klien
- Pengasuh
Pengasuh adalah sanak famili, relawan, tetangga atau kerabat anggota keluarga yang
bertugas menjaga dan merawat klien sehari-hari di rumah.
- Pengelola di rumah
Pengelola perawatan dirumah adalah institusi/yayasan yang bertanggung jawab
terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan di rumah, baik penyediaan tenaga
kesehatan, fasilitas yang dibutuhkan, sarana-prasarana, mekanisme pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
- Koordinator kasus
Koordinator kasus adalah tenaga kesehatan professional yang dibantu oleh tenaga
kesehatan lain terkait dengan fungsinya sebagai pengelola pelayanan kesehatan dalam
melakukan asuhan keperawatan.
- Pramusila
Pramusila merupakan tenaga sukarela ataupun yang diberi imbalan untuk
melaksanakan kegiatan dan tugas-tugas perawatan kesehatan di rumah.
Ada 3 jenis pramusila yaitu:
A.)pramusila sukarela
B.)pramusila yang mendapat imbalan jasa sekedarnya
C.)pramusila yang memperoleh imbalan secara penuh
Komponen Penunjang
Komponen penunjang terdiri dari tim perawatan kesehatan masyarakat yang berada di
puskesmas, dokter keluarga yang berada di masyarakat dan tim kesehatan dari rawat rumah
yang berada di rumah sakit, terutama yang memiliki klinik geriatrik.
- Tim Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
Tim perawatan kesehatan masyarakat adalah tim dari unit pelayanan perawatan
kesehatan rumah yang berada di puskesmas yang terdiri dari berbagai tim/tenaga
kesehatan yang berada di puskesmas.
- Dokter Keluarga
Dokter keluarga merupakan dokter yang melaksanakan praktek kedokteran keluarga
secara mandiri ataupun berkelompok.
TUJUAN PEMBERDAYAAN
Definisi Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (1998), mendefinisikan keluarga sebagai unit
terkecil dari masyarakat , terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan .
Ayah,
Ibu,
Anak,
Tugas pokok keluarga;
Fungsi biologis
Fungsi psikologis
Fungsi sosialisasi
Fungsi ekonomi
Fungsi pendidikan
Ketahanan keluarga
Ketahanan keluarga adalah kemampuan bersinergi yang dimiliki oleh anggota-anggota
keluarga dalam menghadapi masalah internal dan eksternal sehingga tercapai kondisi seimbang,
selaras, serasi, dan harmonis.
PEMBERDAYAAN KELUARGA (FAMILY EMPOWERMENT)
MENINGKATKAN KOPING KELUARGA DIABETES MILITUS TIPE-2
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes militus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, 2011). WHO pada tahun
1985 telah membagi penyakit diabetes militus ke dalam lima golongan klinis, yaitu DM
tergantung Insulin (DMTI), DM tidak tergantung insulin (DMTTI), DM berkaitan dengan
malnutrisi (MRDM), DM karena toleransi Glukosa Terganggu (TGT), dan DM karena
kehamilan (GDM) (Dinkes Propinsi Jateng, 2011).
Tahun 2003, Internasional Diabetes Federation (IDF) melalui Diabetes Atlas edisi kedua
menyebutkan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia pada tahun 2000 adalah 1,9 % (2,5 juta
orang) dan TGT (toleransi glukosa terganggu) 9,7% (12,9 juta orang) dengan prediksi bahwa
tahun 2025 berturut-turut akan menjadi 2,8% (5,2 juta orang) dan 11,2% (20,9 juta orang)
dengan TGT. Dalam Diabetes Care, yang melakukan analisa data WHO dan memprediksikan
Indonesia tahun 2000 dikatakan sebagai nomor 4 terbanyak orang yang menderita diabetes
millitus yaitu sekitar 8,4 juta orang, pada tahun 2030 akan tetap nomor 4 di dunia tetapi dengan
terjadi peningkatan jumlah penderita menjadi 21,3 juta penderita (Depkes RI, 2008).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007), menyebutkan bahwa terdapat 12,5 juta penduduk
Indonesia mengalami diabetes militus dan diperkirakan angkanya meningkat menjadi 21,3 juta
jiwa pada tahun 2030. Diabetes Militus merupakan penyebab kematian keenam setelah stroke,
TBC, hipertensi dan perinatal, dengan proporsi sekitar 5,7%. Diabetes militus juga merupakan
penyebab kematian pada umur 15-44 tahun dengan prosentase laki-laki 2,6%, wanita 4,2%, pada
umur 45-54 tahun merupakan penyebab kematian urutan
Tidak semua keluarga memiliki koping yang efektif atau kompeten dalam menghadapi
masalah anggota keluarga dengan penyakit kronis. Nanda (2012), menjelaskan masalah
penurunan koping keluarga sebagai ketidakadekuatan dan ketidakefektifan keluarga membantu
klien untuk mengelola dan menguasai tugas adaptif terkait masalah kesehatan.
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang berhubungan antara lain; sakit yang
berlangsung lama dan menghabiskan kemampuan suportif dari keluarga, kurangnya informasi
pada keluarga, tidakadekuatnya pemahaman keluarga dan informasi yang tidak benar kepada
keluarga tentang masalah kesehatan yang dihadapi keluarga ( NANDA, 2012).
Kesimpulan penelitian:
1) terdapat peningkatan koping keluarga pada keluarga dengan diabetes millitus tipe-2
sebelum dan setelah diberikan perlakuan;
2) keluarga dengan diabetes millitus tipe-2 yang tidak diberikan intervensi pemberdayaan
keluarga (family empower- ment) tidak menunjukan peningkatan koping keluarga;
pemberian intervensi keperawatan keluarga:
pember-dayaan keluarga (family empowerment) berpengaruh terhadap peningkatan koping
keluarga (family coping) pada keluarga dengan diabetes millitus tipe-2.
Saran yang dapat diberikan meliputi:
1) intervensi pemberdayaan keluarga (family empowerment) dapat digunakan untuk
meningkatkan koping keluarga dengan diabetes millitus tipe-2
2) untuk meningkatkan koping keluarga dengan diabetes millitus tipe-2 di perlukan pada
peningkatan kemampuan keluarga pada aspek kemandirian fisik, kompetensi terapeutik
dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan
3) pemahaman terhadap pendekatan intervensi keperawatan keluarga dan kemampuan
dalam menerapkan intervensi keperawatan keluarga: family empowermen diperlukan
untuk meningkatkan hasil peningkatan koping keluarga