Anda di halaman 1dari 16

Bahan Ajar

Bioproses pada Sel

Kompetensi Dasar
3.2 Menganalisis berbagai bioproses dalam sel yang meliputi mekanisme transpor
membran, reproduksi, dan sistesis protein.

Indikator
3.2.1. Menjelaskan konsep transpor pasif.
3.2.2.Menjelaskan mekanisme transpor secara difusi beserta contohnya.
3.2.3.Menjelaskan mekanisme transpor secara osmosis beserta contohnya.
3.2.4.Menganalisis terjadinya peristiwa plasmolis, turgid, krenasi, hemolisis pada sel hewan
dan sel tumbuhan.
3.2.5.Mengidentifikasi ciri-ciri transpor aktif.
3.2.6.Menjelaskan mekanisme pompa ion.
3.2.7.Menjelaskan mekanisme kotranspor.
3.2.8.Menjelaskan mekanisme eksositosis.
3.2.9.Menjelaskan mekanisme endositosis.
3.2.10. Menjelaskan fungsi reproduksi sel.
3.2.11. Mendeskripsikan proses reproduksi selsecara mitosis.
3.2.12. Mendeskripsikan proses sintesis protein.

A. TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL


Pada makhluk bersel banyak, transportasi antar sel terjadi melalui membran plasma.
Ada beberapa manfaat transpor zat bagi sel, di antaranya:
a. Menjaga kestabilan pH
b. Membuang sisa metabolisme yang bersifat racun
c. Menjaga konsentrasi suatu zat untuk mendukung kerja enzim
d. Memasukkan gula, asam amino, dan nutrien lain yang diperlukan sel
e. Mengatur konsentrasi ion anorganik di dalam sel, contohnya ion NA+, K+, Ca2+, dan Cl-.
f. Memasukkan oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) pada proses respirasi
sel.

Gambar 1. Struktur membran plasma


Membran plasma mempunyai sifat selektif, yaitu mampu memilih zat yang dapat
melaluinya. Hal tersebut berkaitan dengan sifat permeabilitas membran. Beberapa sifat
permeabilitas membran adalah sebagai berikut:
a. Permeabel, dapat dilalui oleh semua zat
b. Impermeabel, tidak dapat dilalui oleh semua zat
c. Permeabel diferensial (selektif permeabel), hanya dapat dilalui oleh beberapa jenis zat.
Contohnya adalah membran semipermeabelyang terdapat pada nukleus, vakuola makanan
(kontraktil), dan membran plasma.
Transportasi zat melalui membran dibedakan atas 2 macam, yaitu transpor pasif dan
transpor aktif.
1. Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan transportasi sel yang dilakukan melalui membran tanpa
membutuhkan energi. Disebut transpor pasif karena sel tidak harus mengeluarkan energi
agar proses transpor tejadi. Transpor pasif terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi
antara zat yang berada di dalam sel dengan zat yang berada di luar sel.Transpor pasif
meliputi difusi dan osmosis.
a. Difusi
Difusi adalah penyebaran molekul-molekul zat padat, cair, ataupun gas dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga konsentrasi menjadi sama (isotonis).
Sebagai contoh, ketika memasukkan 1 sendok garam dapur ke dalam segelas air. Tanpa
diaduk, molekul garam akan menyebar ke seluruh air di dalam gelas dan air akan terasa
asin jika kita cicipi (difusi zat padat pada medium cair). Molekul-molekul kecil, seperti H2O,
CO2, dan O2 dapat dengan mudah dan cepat melalui membran. Molekul lain yang dapat
berdifusi ialah molekul yang dapat larut dalam lemak. Molekul-molekul ini dapat berdifusi
menembus membran fospolipida, contohnya asam lemak dan gliserol.Contoh peristiwa
difusi sebagai berikut :
1. Setetes parfum akan menyebar keseluruh ruangan (difusi gas)
2. Setetes tinta akan menyebar keseluruh air di dalam gelas (difusi zat cair)
3. Molekul dari sesendok garam akan menyebar ke seluruh air di dalam gelas (difusi zat
padat)
Molekul hidrofobik dan molekul polar tak bermuatan yang berukuran kecil dapat
berdifusi menuruni gradien konsentrasinya secara spontan melalui membran ganda
fosfolipid pada sel. Gradien konsentrasi itu sendiri merupakan energi potensial yang
mendukung dan mengarahkan pergerakan molekul. Proses difusi sering terjadi pada tubuh
kita. Ketika menghirup udara(bernapas), di dalam tubuh akan terjadi pertukaran gas
antarsel melalui proses difusi. Contoh lain proses difusi adalah saat kita membuat minuman
sirup. Sirup yang kita larutkan dengan air akan bergerak dari larutan yang konsentrasinya
tinggi ke larutan yang konsentrasinya rendah.
Difusi berlangsung dipengaruh oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi zat,
ukuran zat, wujud zat, dan suhu. Gradien konsentrasi yang berbeda di antara dua tempat
yakni luar sel dan dalam sel mengakibatkan proses difusi berlangsung dengan cepat. Proses
difusi akan berjalan dengan lambat, apabila ukuran zat lebih besar. Termasuk juga wujud
zat padat yang akan melambatkan terjadinya proses difusi dibandingkan wujud cair dan
gas. Sementara itu, suhu yang tinggi akan membuat proses difusi berjalan lebih cepat.

b. Osmosis
Osmosis adalah difusi molekul air melalui membran selektif permeabel, dari larutan
berkonsentrasi rendah (hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis) sampai
akhirnya larutan menjadi sama konsentrasinya/seimbang (isotonis). Larutan yang memiliki
konsentrasi rendah berarti mengandung molekul air lebih banyak daripada larutan yang
memiliki konsentrasi tinggi.Untuk memahami peristiwa osmosis, perhatikan gambar berikut.

Gambar 2. Osmosis

Air akan berpindah dari A menuju B melalui membran semi permeabel sehingga
diperoleh hasil larutan isotonis, yaitu konsentrasi air sama untuk dua larutan antara A dan B,
walaupun hasil akhirnya nanti volume antara A dan B berbeda. Suatu larutan memiliki
potensial osmosis, yaitu tekanan osmosis dalam larutan. Tekanan osmosis adalah tekanan yang
diperlukan untuk menahan pergerakan pelarut (air) melalui membran selektif permeabel.
Osmosis dapat menjaga keseimbangan konsentrasi larutan di dalam sel dengan konsentrasi
larutan di luar sel suatu organisme. Contoh peristiwa osmosis adalah air laut yang meskipun
memiliki beragam jenis zat terlarut, molekul airnya tetap akan bergerak ke larutan gula yang
konsentrasinya sangat tinggi.

Air masuk ke dalam sel jika konsentrasi larutan dalam sel lebih tinggi daripada larutan di
luar sel. Jika terlalu banyak air masuk ke dalam sel, sel akan menggembung, bahkan mungkin
akan pecah. Sebaliknya, jika konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi daripada konsentrasi
larutan di dalam sel, air sel akan keluar. Jika air sel banyak keluar, sel akan mengerut bahkan
mengalami plasmolisis (terlepasnya membran plasma dari dinding sel) ditemukan pada
tumbuhan.

Proses osmosis pada sel hewan terjadi saat kondisi sel dengan lingkungannya ingin
dipertahankan. Cara yang dilakukan adalah dengan mempertahankan konsentrasi zat dalam
sel dengan konsentrasi zat luar sel agar selalu sama. Apabila sel berada pada larutan hipertonik
maka air di dalam sel akan keluar dari dalam sel sehingga sel mengerut. Peristiwa ini
dinamakan penyusutan sel atau krenasi, yang dapat menyebabkan sel mati. Sebaliknya, jika sel
berada pada konsentrasi larutan lebih tinggi dibandingkan lingkungan luarnya, air di luar sel
akan masuk secara osmosis ke dalam sel yang menyebabkan sel membengkak bahkan pecah
(lisis). Kejadian ini akan mengkibatkan sel pecah atau terjadi hemolisis. Contohnya eritrosit
akan mengalami hemolisis jika dimasukkan ke dalam air (akuades).
Gambar 3. Plasmolisis, turgid, hemolisis

Keadaan hemolisis juga dapat terjadi pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan yang
berada pada kondisi hipotonik, misalnya air, bisa mengalami pembengkakan. Kondisi
yang dialami sel tumbuhan ini disebut kondisi turgid atau tekanan turgor. Sebaliknya, sel
tumbuhan dapat pula mengalami kondisi hipertonik. Kondisi yang demikian akan
mengakibatkan cairan protoplasma di dalam sel menyusut melewati dinding sel.
Peristiwa seperti ini dinamakan plasmolisis.

2. Transpor Aktif pada Membran Sel

Transport aktif merupakan pemindahan zat terlarut melawan gradien konsentrasi,


melintasi membran plasma dari satu sisi yang konsentrasi zat terlarutnya kurang ke sisi yang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi, dengan menggunakan energi metabolisme sel tersebut.
- Kerja transpor aktif dilakukan oleh protein spesifik yang tertanam dalam membran.
- ATP menyediakan energi untuk sebagian besar transpor aktif.
- Cara ATP menggerakkan transpor aktif ialah dengan mentransfer gugus fosfat terminalnya
langsung ke protein transpor. Hal ini menginduksi protein untuk mengubah
konformasinya dalam suatu cara yang bisa mentranslokasikan suatu zat terlarut yang
terikat pada protein ini melintasi membrannya.

Mekanisme transpor pada membran secara aktif terjadi karena molekul tidak bisa
dilewatkan secara langsung melewati fosfolipid bilayer atau karena jumlah molekul di luar sel
yang lebih sedikit. Molekul yang mengalami kesulitan untuk melewati membran sel umumnya
terjadi karena interaksi antara membran sel yang memiliki ekor bagian dalam yang bersifat
hidrofobik non polar dengan molekul yang bersifat hidrofilik dan atau polar. Selain itu,
ukuran molekul yang besar juga merupakan faktor penghambat untuk melewati membran sel.

Mekanisme transpor aktif dapat terjadi secara primer dan sekunder Kedua jenis transpor
tersebut saling berhubungan erat karena transpor aktif primer akan menciptakan potensial
membran dan ini memungkinkan terjadinya transpor aktif sekunder.
a. Transpor aktif primer
- membutuhkan energi dalam bentuk ATP
- contoh: Pompa ion
Pompa ion membangkitkan tegangan (energi potensial listrik karena pemisahan muatan
yang berlawanan) melintasi membran atau potensial membran. Sitoplasma sel bermuatan
negatif dibandingkan dengan fluida ekstraseluler disebabkan oleh distribusi anion dan
kation pada sisi membran yang berlawanan yang tidak sama. Potensial membran berkisar
dari -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifar
negatif debandingkan dengan di luarnya).

- Pompa ion pada sel hewan berupa Pompa Natrium-Kalium(Na+-K+)


Dibandingkan dengan sekelilingnya, sel hewan memiliki konsentrasi ion kalium yang jauh
lebih tinggi dan konsentrasi ion natrium yang jauh lebih rendah. Membran plasma
membantu mempertahankan gradien yang curam ini dengan memompakan natrium ke
luar dari sel dan kalium ke dalam selnya. Sehingga terjadilah pompa natrium-kalium, yang
mempertukarkan natrium (Na+) dengan Kalium (K+) melintasi membran plasma sel
hewan.
Pompa natrium-kalium (Na+-K+) berosilasi (bolak-balik) di antara dua keadaan
konformasional dalam suatu siklus pemompaan yang mentranslokasikan tiga ion Na+
keluar dari sel untuk setiap dua ion K+ yang dipompakan ke dalam sel. ATP
menggerakkan perubahan konformasi dengan cara menfosforilasi protein transpor
(mentransfer gugus fosfat ke protein). Perhatikan gambar!
Gambar 4. Pompa Na+-K+

Jika dilihat tahapan pompa Na+-K+, terdapat selisih perpindahan satu muatan positif dari
sitoplasma ke fluida ekstraseluler, sehingga proses ini menyimpan energi dalam bentuk
tegangan. Protein transpor yang membangkitkan tegangan melintasi suatu membran
disebut pompa elektrogenik, sehingga pompa ion disebut juga pompa elektrogenik.
- Pompa ion pada tumbuhan, bakteri, dan fungi berupa pompa proton, yang secara aktif
mentranspor ion hidrogen (proton(H+)) ke luar sel. Pemompaan H+ mentransfer muatan
positif dari sitoplasma ke larutan ekstraseluler.

b. Transpor aktif sekunder


- memerlukan transpor yang tergantung pada potensial membran.
- Disebut juga: kotranspor
- Kotranspor merupakan transpor serentak oleh protein membran. Difusi mengikuti gradien
kosentrasi oleh suatu zat terlarut menggerakkan transpor melawan gradien kosentrasi zat
terlarut lainnya.
- Contoh: pada tumbuhan terjadi kotranspor sukrosa-H+. Tumbuhan menggunakan
kotranspor ini untuk memuat sukrosa yang dihasilkan oleh fotosintesis ke dalam sel
melalui urat daun. Jaringan vaskular tumbuhan kemudian dapat mendistribusikan gula ke
organ-organ nonfotosintetik, misalnya akar.
Tahapan kotranspor sukrosa-H+
1. Pompa proton mendorong H+ keluar dari sel.
2. Sehingga terjadi perbedaan gradien kosentrasi H+ di luar dan dalam sel.
3. Ion H+ berdifusi menuruni gradien elektrokimiawi yang dipertahankan pompa
proton melalui protein transpor lainnya.
4. Sukrosa menunggangi H+ yang berdifusi.
5. Sukrosa masuk ke dalam sel (Perhatikan Gambar)

Gambar 5. Kotranspor
- Contoh: pada hewan terjadi kotranspor glukosa-Na+ dan asam amino-Na+. Glukosa atau
asam amino akan ditransport masuk dalam sel mengikuti masuknya ion Natrium (Na+).

3. Eksositosisdan Endositosis
1. Eksositosis
Pelepasan zat dari dalam sel dengan cara fusi (penggabungan) vesikula dengan
membran plasma sel. Perhatikan Gambar.

Gambar 6. Eksositosis
Mekanisme eksositosis:
1. Vesikel transpor bertunas dari aparatus golgi.
2. Vesikel transpor bergerak disepanjang mikrotubulus skeleton ke membran plasma.
3. Membran vesikel dan membran plasma bersentuhan, molekul-molekul lipid pada
kedua lapisan ganda menyusun-ulang dirinya sendiri sehingga kedua membran berfusi.
4. Kandungan vesikel tumpah ke luar sel. Sementara membran vesikel menjadi bagian
dari membran plasma.
Banyak sel sekresi menggunakan eksositosis untuk mengekspor produk. Misalnya:
1. Beberapa sel di pankreas membuat dan menyekresikan insulin ke dalam cairan
ekstraseluler melalui eksositosis.
2. Neuron menggunakan eksositosis untuk melepaskan neutrotransmiter yang memberi
sinyal pada neuron lain atau sel otot.
3. Ketika sel tumbuhan memebuat dinding, eksositosis mengantarkan protein dan
karbohidrat dari aparatus golgi ke luar sel.

2. Endositosis
Sel mengambil molekul biologis dan partikel dengan cara membentuk vesikel baru dari
membran plasma.
Ketiga tipe endositosis yaitu: fagositosis, pinositosis, dan endositosis diperantarai-
reseptor.
a. Fagositosis
Mekanisme fagositosis yaitu:
Sel menelan partikel dengan cara menyelubungi partikel menggunakan
(tunggal:pseudopodium) dan mengemasnya dalam kantong berselaput membran
yang cukup besar untuk digolongkan senagai vakuola. partikel dicerna setelah
vakuola berfusi dengan lisosom yang mengandung enzim-enzim hidrolitik.
b. Pinositosis
Mekanisme pinositosis yaitu:
Daerah kecil pada membran melekuk ke dalam membentuk kantong. Ketika
bertambah dalam, kantong pun terlepas dari membran plasma, membentuk vesikel
yang mengandung partikel yang sebelumnya ada di luar sel.
Bukan cairan itu sendiri yang dibutuhkan sel, melainkan molekul-molekul yang
terlarut di dalam cairan tersebut. Karena semua zat terlarut ditelan oleh sel, zat-zat
yang ditranspor pinositosis tidak bersifat spesifik.
c. Endositosis diperantarai-reseptor
Endositosis yang diperantarai reseptor bersifat spesifik dalam menelan zat. Di
dalam membran tertanam protein-protein dengan situs reseptor spesifik yang
terpapar ke fluida ekstraseluler. Protein reseptor biasanya mengumpul di wilayah-
wilayah membran yang disebut ceruk berselaput, dengan bagian yang menghadap
sitoplasma (sisi sitoplasmiknya) dilapisi oleh lapisan rapat protein selaput. Zat-zat
spesifik (ligan) berikatan dengan reseptor-reseptor ini. Ketika pengikatan terjaid,
ceruk berselaput membentuk vesikel yang mengandung molekul ligan. Setelah ligan
yang ditelan ini dibebaskan dari vesikula, reseptor dikembalikan ke membran
plasma oleh vesikel yang sama.
Endositosis yang diperantarai reseptor memungkinkan sel dapat memperoleh
substansi spesifik dalam jumlah yang melimpah, sekalipun substansi itu mungkin
saja konsentrasinya tidak tinggi dalam fluida ekstraseluler. Misalnya, sel manusia
menggunakan proses ini untuk menyerap kolesterol dan digunakan dalam sintesis
membran dan sebagai prekursor untuk sintesis steroid lainnya.

Gambar 7. Endositosis
B. REPRODUKSI SEL

1. Fungsi reproduksi sel


Sel memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri atau melakukan reproduksi.
Reproduksi sel dapat terjadi pada organisme uniseluler maupun multiseluler, untuk
perkembangbiakan, pertumbuhan, dan mengganti sel-sel yang rusak atau mati.
Reproduksi sel dapat terjadi secara:
1. Pembelahan (penggandaan) langsung (amitosis)
2. Pembelahantidak langsung (mitosis dan meiosis)
Reproduksi sel secara amitosis merupakan pembelahansel prokariotik menjadi dua sel
anakan tanpa melalui penggandaan nukleus (kariokinesis). Reproduksi ini terjadi pada
organisme prokariotik seperti bakteri.
Reproduksi sel secara mitosis merupakan pembelahan material genetis pada nukleus
(kariokinesis), yang biasanya diikuti dengan sitokinesis (pembelahan sitoplasma). Pembelahan
ini menghasilkan dua sel anakan. Setiap sel anakan memiliki jumlah kromosom yang sama
dengan induknya. Pembelahan mitosis terjadi pada sel eukariotik. Pembelahan mitosis terjadi
selama pertumbuhan dan reproduksi aseksual. Pada hewan dan tumbuhan, mitosis terjadi
pada sel meristem somatis (sel tubuh yang masih muda) yang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya zigot membelah beberapa kali secara mitosis untuk membentuk
suatu embrio. Pada tumbuhan berbunga, reproduksi sel melalui mitosis terjadi pada sel-sel
meristem ujung akar dan ujung tunas batang.
Reproduksi sel secara meiosis merupakan pembelahan sel yang terjadi pada sel
eukariotik yang bereproduksi secara seksual. Beberapa tahapan meiosis serupa dengan tahapan
yang terjadi pada mitosis. Tahapan meiosis dimulai dengan penggandaan kromatin
(kromosom) pada interfase, setelah itu fase mitotik (pembelahan nukleus) yang meliputi
meiosis I dan meiosis II dan diakhiri oleh sitokinesis (pembelahan sitoplasma). Meiosis disebut
pula pembelahan reduktif, karena terjadi pembagian jumlah kromosom dari diploid menjadi
haploid. Meiosis menghasilkan empat sel anakan yang mempunyai setengah jumlah
kromosom sel induk. Proses ini terjadi pada saat pembentukan gamet dan pembentukan spora
pada tumbuhan.

2. Reproduksi selsecara mitosis


1. Tahap Kariokinesis
Kariokinesis adalah tahapan pembelahan nukleus. Tahap ini terdiri dari fase-fase berikut:
a. Profase
Berlangsung lebih lama dan membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan dengan
subfase lainnya. Pada profase terjadi peristiwa sebagai berikut.
1) Benang-benang kromatin dalam inti sel mulai tergulung menjadi rapat, padat, pendek dan
menebal menjadi kromosom yang dapat diamati dengan mikroskop cahaya. Kromosom
sudah tampak mengganda (berduplikasi) dan tersusun dari sepasang kromatid saudara
(kembar) yang dihubungkan oleh sentromer.
2) Anak inti (nukleolus) menghilang sehingga tidak terjadi lagi transkripsi DNA yang
membentuk RNA.
3) Di dalam sitoplasma, mulai terbentuk gelendong mitotik (benang-benang spindel) yang
terbuat dari mikrotubula yang memancar dari kedua sentrosom yang saling menjauh.

(a) (b)
Gambar 8. (a)Tahapan profase (b) Kromatid saudara

b. Prometafase
Pada prometafase, terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Membran inti terfragmentasi, melebur, kemudian menghilang sehingga mikrotubula dapat
memasuki inti sel dan berinteraksi dengan kromosom.
2) Berkas mikrotubula memanjang dari setiap kutub ke arah pertengahan sel. Sebagian
mikrotubula melekat pada kinetokor di dalam sentromer, yang menyebabkan kromosom
bergerak tersentak-sentak. Mikrotubula yang melekat pada kinetokor sentromer disebut
mikrotubula kinetokor. Sementara itu, mikrotubula yang tidak melekat pada kinetokor
disebut mikrotubula nonkinetokor. Mikrotubula nonkinetokor berhubungan dengan
mikrotubula lainnya dari kutub sel yang berlawanan.
Gambar 9. Tahapan Prometafase
c. Tahap Metafase
Metafase berlangsung paling cepat. Pada metafase terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Kromosom bergerak dan berjajar di tengah sel yang disebut bidang ekuatorial atau pelat
metafase (bidang khayal yang membagi sel dengan jarak yang sama).
2) Sentromer dari seluruh kromosom membuat formasi satu baris, kinetokor dari kromatid
saudara melekat pada mikrotubula yang berasal dari arah kutub yang berlawanan.

Gambar 10. Tahapan metafase


d. Tahap Anafase
Pada anafase terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Pasangan sentromer dari setiap kromosom berpisah sehingga kromatid saudara yang
semula menyatu pada akhirnya terpisah dan terbentuk kromosom yang lengkap.
2) Masing-masing kromatid bergerak menuju ke arah kutub yang berlawanan pada saat
mikrotubula kinetokor memendek. Bagian lengan kromatid bergerak di belakang
sentromernya karena sentromer tertarik lebih dulu oleh mikrotubula.
3) Mikrotubula nonkinetokor terus mamanjang sehingga kutub sel berpindah lebih jauh.
4) Pada akhir anafase, kedua kutub sel memiliki kromosom yang ekuivalen dan lengkap (2n)

Gambar 11. Tahapan anafase


e. Tahap Telofase
Pada telofase, terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Mikrotubula nonkinetokor memanjang lagi sehingga sel semakin panjang.
2) Terbentuk nukleolus (anak inti) pada kedua kutub sel.
3) Kromosom di kedua kutub mulai membuka kumparannya dan berubah kembali menjadi
benang-benang kromatin yang longgar.
4) Gelendong berdegenarasi, membran inti terbentuk kembali dari fragmen-fragmen
membran inti sel induk dan sebagian lain sistem endomembrane.
5) Tahap akhir telofase ini segera diikuti dengan sitokinesis (pembelahan sitoplasma).

Gambar 12. Tahapan telofase


2. Tahap Sitokinesis
Tahap Sitokinesis, sitoplasma terbagi dua, pada sel hewan membran sel melekuk.
Pada sel tumbuhan membran sel tidak melekuk, tapi terbentuk lempengan sel di bagian
bidang pembelahan.Pada fase sitokinesis terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Pembelahan sitoplasma diikuti dengan pembentukan sekat yang memisahkan kedua
bagian sel sehingga terbentuk dua sel anak.
b. Pada sel hewan, sitokinesis diawali dengan pembentukan alur pembelahan di bidang
ekuatorial (di tengah-tengah sel). Pada sisi alur pembelahan sitoplasma terdapat cincin
kontraktil. Cincin kontraktil tersusun dari mikrofilamen aktin dan molekul protein miosin.
Kontraksi cincin mikrofilamen tersebut menyebabkan alur pembelahan semakin dalam
sehingga pada akhirnya terbentuk dua sel anak.

Gambar 13. Sitokinesis pada sel hewan

c. Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan yang berdinding sel saat sitokinesis tidak
membentuk alur pembelahan, tetapi vesikula-vesikula yang dihasilkan oleh badan golgi
berpindah disepanjang mikrotubula ditengah-tengah sel. Vasikula-vasikula yang membawa
materi dinding sel tersebut bersatu membentuk pelatsel. Pelat sel ini membesar sehingga
membran disekelilingnya bergabung dengan membran plasma, kemudian terbentuklah
dinding sel baru yang memisahkan kedua sel anak.
Gambar 14. Sitokinesis pada sel tumbuhan

C. Sintesis Protein

1. Pengertian Sintesis Protein


Sintesis protein adalah proses pembentukan partikel protein yang melibatkan sintesis
RNA dan dipengaruhi oleh DNA. Gen (DNA) hanya memberikan perintah untuk membuat
protein tertentu, sedangkan yang melaksanakan sintesis protein adalah RNA. Sintesis protein
berlangsung di dalam inti sel dan ribosom dengan bahan baku berupa asam amino. Terdapat
20 jenis asam amino. Jenis asam amino dalam sintesis protein ditentukan oleh DNA.
Perbedaan jenis, jumlah, dan susunan asam amino menentukan jenis protein yang disintesis,
misalnya enzim, hormone, keratin, atau hemoglobin.

2. Tahapan/Mekanisme Sintesis Protein


Mekanisme sintesis protein terdiri atas dua tahap, yaitu :
a. Transkripsi
Transkripsi adalah sistesis RNA pada suatu cetakan DNA dengan enzim RNA polymerase.
DNA memiliki dua untai, untai yang satu sebagai cetakan dan untai komplemennya
sebagai antisense. Transkripsi berfungsi untuk menyintesis mRNA, tRNA, dan rRNA.
Namun, hanya urutan basa nitrogen pada mRNA yang menentukan jenis asam amino
penyusun protein yang disintesis.
Transkripsi meliputi 3 tahapan, yaitu tahapan inisiasi, elongasi, dan terminasi.
1) Inisiasi (Permulaan) transkripsi
Jika pada proses replikasi dikenal daerah pangkal replikasi, pada transkripsi ini dikenal
promoter, yaitu daerah DNA sebagai tempat melekatnya RNA polimerase untuk
memulai transkripsi. RNA polymerase melekat atau berikatan dengan promoter,
setelah promoter berikatan dengan kumpulan protein yang disebut faktor transkripsi.
Kumpulan antara promoter, RNA polimerase, dan faktor transkripsi ini disebut
kompleks inisiasi transkripsi. Selanjutnya, RNA polymerase membuka rantai ganda
DNA.
2) Elongasi (Pemanjangan) untai DNA
Setelah membuka pilinan rantai ganda DNA, RNA polimerase ini kemudian menyusun
untaian nukleotida-nukleotida RNA dengan arah 5´ ke 3´. Pada tahap elongasi ini,
RNA mengalami pertumbuhan memanjang seiring dengan pembentukan pasangan
basa nitrogen DNA. Pembentukan RNA analog dengan pembentukan pasangan basa
nitrogen pada replikasi. Pada RNA tidak terdapat basa pirimidin timin (T), melainkan
urasil (U). Oleh karena itu, RNA akan membentuk pasangan basa urasil dengan adenin
pada rantai DNA. Tiga macam basa yang lain, yaitu adenin, guanin, dan sitosin dari
DNA akan berpasangan dengan basa komplemennya masing-masing sesuai dengan
pengaturan pemasangan basa. Adenin berpasangan dengan urasil dan guanin dengan
sitosin.
3) Terminasi (Pengakhiran) transkripsi
Penyusunan untaian nukleotida RNA yang telah dimulai dari daerah promoter berakhir
di daerah terminator. Setelah transkripsi selesai, rantai DNA menyatu kembali seperti
semula dan RNA polymerase segera terlepas dari DNA. Akhirnya, RNA terlepas dan
terbentuklah RNA m yang baru. Pada sel prokariotik, RNA hasil transkripsi dari DNA,
langsung berperan sebagai RNA m. Sementara itu, RNA hasil transkripsi gen pengkode
protein pada sel eukariotik, akan menjadi RNA m yang fungsional (aktif ) setelah
malalui proses tertentu terlebih dahulu. Dengan demikian, pada rantai tunggal RNA m
terdapat beberapa urut-urutan basa nitrogen yang merupakan komplemen (pasangan)
dari pesan genetik (urutan basa nitrogen) DNA. Setiap tiga macam urutan basa
nitrogen pada nukleotida RNA m hasil transkripsi ini disebut sebagai triplet atau
kodon.

Gambar 15. Tahapan transkripsi


b. Translasi
Setelah replikasi DNA dan transkripsi RNA m di dalam nukleus, RNA m dari nukleus
dipindahkan ke sitoplasma sel. Langkah selanjutnya adalah proses translasi RNA m untuk
membentuk protein. Translasi merupakan proses penerjemahan beberapa triplet atau
kodon dari RNA m menjadi asam amino-asam amino yang akhirnya membentuk protein.
Urutan basa nitrogen yang berbeda pada setiap triplet, akan diterjemahkan menjadi asam
amino yang berbeda. Misalnya, asam amino fenilalanin diterjemahkan dari triplet UUU
(terdiri dari 3 basa urasil), asam amino triptofan (UGG), asam amino glisin (GGC), dan
asam amino serin UCA.
Sebanyak 20 macam asam amino yang diperlukan untuk pembentukan protein
merupakan hasil terjemahan triplet dari RNA m. Selanjutnya, dari beberapa asam amino
(puluhan, ratusan, atau ribuan) tersebut dihasilkan rantai polipeptida spesifi k dan akan
membentuk protein spesifik pula.Langkah-langkah pada proses translasi adalah sebagai
berikut:
1) Inisiasi Translasi
Ribosom sub unit kecil mengikatkan diri pada RNA m yang telah membawa sandi bagi
asam amino yang akan dibuat, serta mengikat pada bagian inisiator RNA t.
Selanjutnya, molekul besar ribosom juga ikut terikat bersama ketiga molekul tersebut
membentuk kompleks inisiasi. Molekul-molekul RNA t mengikat dan memindahkan
asam amino dari sitoplasma menuju ribosom dengan menggunakan energy GTP dan
enzim. Bagian ujung RNA t yang satu membawa antikodon, berupa triplet basa
nitrogen. Sementara, ujung yang lain membawa satu jenis asam amino dari sitoplasma.
Kemudian, asam amino tertentu tersebut diaktifkan oleh RNA t tertentu pula dengan
menghubungkan antikodon dan kodon (pengkode asam amino) pada RNA m.

Gambar 16. Tahapan inisiasi translasi

Kodon pemula pada proses translasi adalah AUG, yang akan mengkode pembentukan
asam amino metionin. Oleh karena itu, antikodon RNA t yang akan berpasangan
dengan kodon pemula adalah UAC. RNA t tersebut membawa asam amino metionin
pada sisi pembawa asam aminonya.
2) Elongasi translasi
Tahap pengaktifan asam amino terjadi kodon demi kodon sehingga dihasilkan asam
amino satu demi satu. Asam-asam amino yang telah diaktifkan oleh kerja RNA t
sebelumnya, dihubungkan melalui ikatan peptida membentuk polipeptida pada ujung
RNA t pembawa asam amino. Misalnya, RNA t membawa asam amino fenilalanin,
maka antikodon berupa AAA kemudian berhubungan dengan kodon RNA m UUU.
Fenilalanin tersebut dihubungkan dengan metionin membentuk peptida. Nah, melalui
proses elongasi, rantai polipeptida yang sedang tumbuh tersebut semakin panjang
akibat penambahan asam amino.
Gambar 17. Tahap elongasi translasi
Keterangan :
a. RNA t membawa antikodon AAA dan asam amino (fenilalanin).
b. Antikodon AAA berpasangan dengan kodon RNA m.
c. Pembentukan ikatan peptida.
d. Pemanjangan rantai polipeptida dan ribosom siap menerima RNA t selanjutnya.
3) Terminasi translasi
Proses translasi berhenti setelah antikodon yang dibawa RNA t bertemu dengan kodon
UAA, UAG, atau UGA. Dengan demikian, rantai polipeptida yang telah terbentuk akan
dilepaskan dari ribosom dan diolah membentuk protein fungsional.

Gambar 18. Tahapan terminasi translasi

Anda mungkin juga menyukai