Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FUNGSIONALISASI TIPOLOGI MANUSIA


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Studi Fiqih Terapan
Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Falah M. Ag

Oleh Kelompok 4:

1. Nadilla Octaviani (2310610076)


2. Nurul Isnaeny (2310610080)
3. Ahmad Tunzilul Manan (2310610090)
4. Afdar Rizki Nabila (2310610093)

Kelas C-Tadris Matematika

PROGAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul "FUNGSIONALISASI TIPOLOGI MANUSIA" guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Studi Fiqih Terapan.
Dan penulis juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Falah M. Ag
selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Fiqih Terapan yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai bagaimana tipologi manusia dapat
difungsionalisasi untuk mencapai harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penulis dapat terus
belajar dan berkembang.

Kudus, 03 Mei 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..…..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..…………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………...……………….3
A. Pengertian Tipologi Manusia……………………………………………...3
B. Konsep Tipologi Manusia dalam Al-Qur’an……………………………...3
C. Klasifikasi Tipologi Manusia……………………………………………...5
D. Fungsionalisasi Tipologi Manusia dalam Al-Quran………………………7
E. Tipologi Manusia dalam Konteks Fungsionalisasi dan Implikasinya
terhadap Peran dan Tanggung Jawab Manusia……………………………9
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..11
A. Kesimpulan………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk dengan segala potensinya. Ia dapat memilih
hendak mendayagunakan potensi itu dan kemudian menyempurnakan diri
menjadi hamba Tuhan yang sebenarnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
al-Quran bahwa manusia itu memiliki beberapa redaksi di antaranya ialah “al-
Nas” yang artinya bahwa manusia itu mempunya jiwa sosial. Dengan kata lain
bahwa manusia itu saling membutuhkan antar satu sama lain.
Manusia diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna dibandingkan
makhluk Allah yang lainnya, karena ia dikaruniai akal dan bentuk yang
sempurna yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Ia dapat menggunakan
akalnya untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Ia juga dapat membedakan
antara baik dan buruk. Hanya saja, manusia juga diberi nafsu oleh Allah
sehingga terkadang nafsunya mengalahkan akalnya.
Manusia dikaruniai oleh Allah berbagai kelebihan, disamping memilki
banyak kekurangan juga. Dalam hal ini, Allah membebaskan manusia untuk
beraktivitas dan berusaha sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Ia
diperintah untuk melakukan melakukan apapun yang ia bisa untuk mencari
karunia Allah.
Sebagai khalifah fil ardl manusia diberi kewenangan untuk memanfaatkan
bumi Allah sebagai tempat tinggal. Baik buruknya bumi dipercayakan kepada
manusia. Oleh karena itu, jika saat ini bumi semakin tidak bersahabat maka
sebenarnya keadaan itu adalah ulah tangan-tangan usil manusia itu sendiri. Al-
Quran telah menjelaskan sifat-sifat baik maupun buruk manusia manusia dalam
ayat-ayatnya dengan berbagai redaksi, diantaranya adalah dengan kata al-nas.
Dalam makalah ini juga akan dijelaskan beberapa hal yang terkait dengan
manusia dalam Al-Quran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tipologi Manusia
2. Bagaimana konsep Tipologi Manusia

1
3. Bagaimana klasifikasi Tipologi Manusia
4. Bagaimana fungsionalisasi Tipologi Manusia dalam Al-Quran
5. Bagaimana Tipologi Manusia dalam konteks fungsionalisasi dan
implikasinya terhadap peran dan tanggung jawab manusia

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian Tipologi manusia
2. Untuk mengetahui konsep Tipologi manusia
3. Untuk mengetahui klarifikasi Tipologi manusia
4. Untuk mengetahui fungsionalisasi Tipologi manusia dalam Al -Quran
5. Untuk mengetahui Tipologi manusia dalam konteks fungsionalisasi dan
implikasinya terhadap peran dan tanggung jawab manusia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tipologi Manusia
Secara bahasa, Tipologi berasal dari kata type yang mempunyai arti
pengelompokan dan logos yang berarti ilmu. Jadi, Tipologi adalah suatu
ilmu yang mempelajari tentang pengelompokkan sesuatu berdasarkan jenis
atau kategorinya. Ilmu pengelompokan ini, mengenal, menganalisa, dan
menghasilkan objek dengan ciri khas struktur formal yang sama dengan
kesamaan sifat dasar menjadi jenis – jenis tertentu1.
Sedangkan Tipologi manusia ialah suatu pengetahuan yang
mengkategorikan manusia dengan berdasarkan karakteristik fisik, budaya,
sosial dan psikologis tertentu2. Tipologi manusia digunakan untuk
memahami ragam dalam populasi manusia dan sering juga digunakan dalam
berbagai koteks, seperti ilmu sosial, antropologi, psikologi, dan bidang-
bidang lainnya untuk menganalisis kesamaan atau perbedaan diantara
individu maupun dalam kelompok manusia. Tipologi manusia juga dapat
dilihat dari berbagai sisi dan aspek dalam kehidupan, yang pada akhirnya
akan menunjukkan kepribadian seseorang.

B. Konsep Tipologi Manusia dalam Al-Qur’an


Manusia adalah makhluk Allah yang memiliki komponen jasad, akal
dan hati. Sehingga manusia memiliki peran dan tanggung jawab yang
berbeda dengan makhluk lainnya. Berikut adalah terminologi manusia
dalam Al-Quran.
1. Al-Basyar
Makna ini ditampilkan melalui ungkapan basyar yang menunjuk
pada makna kulit, anggota tubuh dan fungsi-fungsinya. Sebagai basyar
manusia hanyalah kumpulan dari organ-organ tubuh yang memiliki
fungsi fisiologis semata dan memiliki kaitan dengan tindakan-tindakan
yang memerlukan topangan organ-organ fisik.

1
https://www.pinhome.id/kampus-istilah-properti/tipologi/ diakses pada tanggal 03 Mei 2024
2
Gabriella Novrianty Lubis dkk, (Tipologi Berdasarkan Temperamen), Fakultas Psikologi,
Universitas Indonesia Y.A. I, 2020, hlm 3 Persada

3
2. Insan
Kata ini lebih menekankan pada aspek psikologis manusia yang
dapat berpikir dan merasakan apa yang dialaminya. Namun demikian
harus dipahami bahwa insaan tidak ada tanpa ada basyar, karena sifat
insaan senantiasa melekat pada sifat basyariyah manusia. Basyar
merupakan wujud materi, sementara insaan merupakan eksiden bagi
materi tersebut.

3. Naas
Manusia dikatakan dengan sebutan nâs karena manusia bergerak
dan mengalami perubahan dan berbeda-beda serta berubah-ubah.
Dengan demikian, apabila kata-kata yang disebut sebelumnya lebih
mengacu pada konsep tentang manusia, kata naas lebih menunjuk pada
sepak terjang manusia yang merupakan realisasi aktual dari konsep
tersebut di atas.

4. Ins
Ditinjau dari pemakaiannya yang disebutkan secara bersama-
sama dengan kata jinn, kata ins mengacu pada makna jinak, yang berarti
dapat dilihat dan ditangkap karena memang diperlihatkan, karena
makna kata "jinn" secara bahasa berarti samar, tertutup dan tidak dapat
ditangkap. Dari makna bahasa ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
sebenarnya makhluk Tuhan ada dua, yaitu bangsa ins, bangsa makhluk
Tuhan yang diperlihatkan sehingga terlihat, dan yang tertutup sehingga
tidak terlihat (oleh manusia), yaitu jinn.

5. Bani Adam
Al-Qur'an mempergunakan istilah ini, terutama dalam rangka
mengingatkan asal-usulnya yang berkaitan dengan cerita Adam.
Mereka harus berkaca pada pengalaman Adam yang pernah
dijerumuskan oleh setan ke dalam tindakan yang dilarang Tuhan (QS.
al-A"raaf: 27). Oleh karena itu, ungkapan bani Adam lebih menekankan

4
pada peringatan terhadap manusia agar memegang nikmat yang telah
diberikan kepada Allah, apakah nikmat itu berupa pemberian
kemulyaan, penghidupan di darat dan laut, pemberian rizki ataupun
kedudukan di atas makhluk lainnya, ikatan janji primordial untuk tidak
menyembah setan karena telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhannya,
yang telah memberikan pakaian takwa yang harus mereka pergunakan
setiap kali mereka menuju ke tempat sujud, dan itu bumi itu sendiri.3

C. Klasifikasi Tipologi Manusia


Bagi syaikh Abdul Qadir al-Jailani, seperti dikutip Syaikh Nawawi
Banten dalam Nashaihul Ibad, ada empat tipologi manusia.
a. Tipologi Pertama
Golongan pertama adalah tipe manusia yang tidak suka berbicara
dalam hal kebaikan. Begitu pula dengan hatinya, tidak sedikitpun
terbesit untuk melakukan perbuatan baik. Manusia seperti ini termasuk
orang–orang yang lalai, bodoh dan kerap berbuat maksiat. Seorang
muslim yang baik hendaknya membentengi diri agar tidak terjerumus
kedalam kategori pertama ini, karena setiap manusia yang melakukan
kesalahan atau maksiat kelak akan mendapatkan siksa yang pedih dari
Allah SWT dan dimintai pertanggungjawaban atas semua perbuatannya
semasa didunia. Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya orang-
orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka” (QS. al-
Infithar/82:14).

b. Tipologi Kedua
Golongan kedua adalah tipe manusia yang selalu mengatakan hal-
hal kebaikan dengan fasih dengan cara yang menarik, tetapi hati mereka
sebenarnya menolak secara terang-terangan. Mereka sering
mengatakan hal-hal baik yang pesannya penuh moral dan hikmah
kepada orang lain, namun dirinya sendiri tidak pernah mau

3
Aminatuz Zahro, (Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an). Vol 10. No. 1. Jurnal Pendidikan
Islam. 2017. Hlm 81-83.

5
mengamalkannya. Di dalam Al Quran, Allah SWT menyindir orang
bertipologi ini. “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian
disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan” (QS. al-Shaff/61:2-3).

c. Tipologi Ketiga
Orang-orang dari golongan ketiga adalah tipe manusia yang
hatinya selalu tertanam nilai-nilai kebaikan dan lisannya senantiasa
terjaga dari perkataan dusta. Menurut syaikh Abdul Qadir al-Jailani
menyebut orang-orang seperti ini termasuk dalam kategori orang yang
beriman, beliau juga menyebutnya sebagai Waliyullah karena Allah
SWT telah membukakan pintu hatinya dan memberinya pengetahuan.
Setiap muslim hendaknya bergaul dengan tipologi manusia seperti ini,
karena segala sesuatu yang berada disisinya adalah sebagai bentuk
kebaikan dan insyaAllah akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
Karakteristik Waliyullah yang harus diketahui seorang muslim terdapat
dalam al-Quran. “ Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.
Mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa” (QS.
Yunus/10;62-63).

d. Tipologi Keempat
Golongan keempat adalah tipe manusia yang terus-menerus
belajar, mengajar, dan mengimplementasikannya kedalam praktik
kehidupan sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Orang-orang dalam
golongan ini memiliki hal ihwal tentang Allah SWT yang berada dalam
tipologi ini adalah manusia yang mampu mengetahui hal-ihwal tentang
Allah SWT dan mampu membaca tanda-tanda kebesaran Allah SWT

6
dalam berbagai aspek. Allah memberinya banyak pengetahuan yang
sulit dipahami dan membuka hatinya lagi untuk menerimanya.4

D. Fungsionalisasi Tipologi Manusia dalam Al-Quran


Tidaklah Allah SWT menciptakan makhluk dibumi ini dengan sia-sia.
Manusia sebagai ciptaan Allah SWT di dalam Al Quran mempunyai fungsi
tersendiri. Berikut fungsionalisasi tipologi manusia dalam Al Quran :
a. Fungsi 'Abid
Setiap manusia dituntut untuk berperilaku, berfikir, bersikap taat
dan patuh terhadap segala perintah dan larangan-Nya. Allah berfirman
dalam QS. adz-Zariyat ayat 56:

Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka mengabdi kepada-Ku"

Manusia dituntut untuk beribadah dan menyembah kepada Allah


SWT sebagai Tuhan pencipta alam semesta. Bahkan manusia diciptakan
hanya semata mata untuk beribadah kepada Allah. Ketaatan dan
ketundukan manusia selalu berlaku pada kodrat alamiah, kemudian
ketaatan tersebut dimanifestasikannya melalui peribadatan-peribadatan
ritual sehingga manusia memiliki beban dan tugas sebagai makhluk
yang mengabdi kepada Tuhannya.
Fungsi dan peranan manusia sebagai hamba Allah senantiasa
berkaitan dengan ridha Allah. Hendaknya segala bentuk aktivitas
manusia harus didasari dengan ridha Allah, baik aktivitas sosial
kemasyarakatan, dalam bekerja, dan lain-lain. Apabila fungsi dan
peranan manusia sudah sesuai dengan tuntutan pedoman Allah, maka

4
Syamsul Yakin, “Empat Tipologi Manusia,” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021,
https://www.uinjkt.ac.id/id/empat-tipologi-manusia/.

7
hal tersebut mempunyai nilai penghambaan seorang makhluk kepada
sang penciptanya.5

b. Fungsi Khalifah Fil Ardh


Khalifah sendiri berasal dari kata khalf yang mempunyai arti wakil,
penguasa, pengganti atau dapat disebut sebagai pemimpin6. Kemudian
khalifah dalam islam mempunyai makna sebagai pemimpin dan
pemegang tertinggi kekuasaan di seluruh dunia, sehingga khalifah
mempunyai tanggungjawab untuk menjadi pemimpin umat islam dari
seluruh dunia. Adapun secara etika, khalifah mempunyai tugas
tanggungjawab besar terhadap lingkungan, kesejahteraan makhluk
hidup lainnya, dan dirinya sendiri. Fungsi manusia sebagai khalifah
menjadi tuntutan baginya untuk menjaga, melindungi dan
bertanggungjawab atas alam semesta. Selain itu manusia sebagai
khalifah harus bertanggungjawab terhadap segala amanah yang
dititipkan Allah SWT kepadanya.

Menjaga keseimbangan dan kelestarian baik dari aspek alam


maupun lingkungan sosial merupakan tugas manusia sebagai khalifah.
Hal tersebut dilakukan untuk membangun kehidupan dimuka bumi
menjadi lebih baik. Namun permasalahan lingkungan saat ini semakin
berkembang dan saling keterkaitan secara global. Bahkan setiap
manusia di berbagai negara berlomba-lomba untuk mengekspor dan
merusak alam secara berlebihan mereka melakukan pembangunan-
pembangunan tanpa memperhatikan terjaganya ekosistem alam.

Pemfungsionalan tugas dari seorang khalifah perlu dijalankan


dengan semaksimal mungkin, agar umat manusia dan kelestarian alam
terlindungi. Dalam Al Quran tugas khalifah biasa disebut dengan

5
Elizabeth Kristi, Alwizar, dan Kadar Yusuf, “Hakikat Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an” 8,
No. 1 (2022): 115-30, https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v8i1.217 .
6
Syamsul Rizal, “Melacak Terminologi Manusia Dalam Al-Qur’an” 2, No. 2 (2017): 222-231,
https://doi.org/10.32505/at-tibyan.v2i2.391.

8
imaratul ardh yang berarti memakmurkan bumi dan ibadatullah yang
berarti ibadah kepada Allah. Berikut tugas dari seorang khalifah
terhadap alam :
a. Membudayakan alam
Artinya manusia berkewajiban untuk membudayakan apapun yang
ada di alam semesta. Dengan membudayakan alam, kelestarian
alam akan terjaga dan nantinya akan menciptakan kemaslahatan
bagi kehidupan manusia.
b. Mengalamkan budaya
Artinya apapun hasil karya/ budaya yang diciptakan oleh manusia,
harus ada pertanggungjawaban terhadapnya. Dalam hal ini manusia
perlu berpikir ketika ingin menciptakan sesuatu, agar nantinya
karya tersebut tidak merusak alam atau lingkungan hidup.7

E. Tipologi Manusia dalam Konteks Fungsionalisasi dan Implikasinya


terhadap Peran dan Tanggung Jawab Manusia
Al-Quran memberikan gambaran yang kaya dan mendalam tentang
tipologi manusia dalam konteks fungsionalisasi, yaitu bagaimana setiap
individu memiliki peran dan tanggung jawabnya sendiri dalam menjalani
kehidupan di dunia ini. Berikut adalah beberapa cara Al-Quran
menggambarkan tipologi manusia dan implikasinya terhadap peran dan
tanggung jawab manusia:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah
Dalam Al-Quran, manusia digambarkan sebagai khalifah Allah di
bumi (QS. Al-Baqarah: 30). Sebagai khalifah, manusia diberi tanggung
jawab untuk menjadi pengelola alam semesta ini. Implikasinya,
manusia harus menjaga dan memelihara alam, menggunakan sumber
daya alam dengan bijak, dan mengelola dunia ini dengan keadilan,
kesetaraan, dan rasa tanggung jawab. Manusia perlu mengembangkan

7
Watsiqotul Mardliyah, S. Sunardi, dan Leo Agung, “Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah di
Muka Bumi: Perspektif Ekologis dalam Ajaran Islam,” Jurnal Penelitian 12, no. 2 (2018): 355–78,
https://doi.org/10.21043/jp.v12i2.3523.

9
kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan bertindak
sebagai pemelihara yang bertanggung jawab.8
2. Manusia sebagai Hamba Allah
Al-Quran menekankan bahwa manusia adalah hamba Allah yang
harus tunduk dan patuh kepada-Nya (QS. Al-Isra: 70). Sebagai hamba,
manusia memiliki tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah,
mengikuti perintah-Nya, dan menjalankan ajaran-Nya dalam kehidupan
sehari-hari. Implikasinya, manusia harus menjalankan ketaatan kepada
Allah dalam segala aspek kehidupan, seperti menjalankan salat,
berpuasa, membayar zakat, dan menjauhi perbuatan yang dilarang.
Peran dan tanggung jawab manusia dalam konteks ini adalah untuk
hidup dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah, serta menjalankan
ajaran-Nya dalam semua aspek kehidupan.9

8
Rasyad, “Konsep Khalifah Dalam Al-Qur’an (Kajian Ayat 30 Surat Al-Baqarah Dan Ayat 26
Surat Shaad)” 19, no. 1 (2022): 20–31
9
Siti Ummah, “KONSEP MANUSIA SEBAGAI HAMBA DALAM AL QUR’AN DAN
PERANNYA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,” Jurnal Studi Islam 14, no. 2
(2019): 73–85.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tipologi manusia adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan
manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu,
misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai
budaya, dan seterusnya.
2. Konsep terminologi manusia dalam Al-Quran antara lain:
a. Al- Basyar
b. Insan
c. Naas
d. Ins
e. Bani Adam
3. Terlepas dari kata sempurna, manusia tetaplah makhluk yang
mempunyai karakteristik ataupun sifat yang berbeda-beda. Setidaknya
terdapat empat tipe manusia didunia ini. Tipe pertama adalah tipe
manusia yang tidak mau berkata-kata dalam hal kebaikan. Begitu pula
dengan hatinya, tidak sedikitpun terbesit untuk melakukan perbuatan
baik. Tipe kedua adalah tipe manusia yang selalu mengatakan perihal
kebaikan dengan fasih dan menarik, tetapi hatinya justru menolaknya
secara terang-terangan. Tipe ketiga adalah tipe manusia yang hatinya
selalu tertanam nilai-nilai kebaikan dan lisannya senantiasa terjaga dari
perkataan dusta. Tipe keempat adalah tipe manusia yang terus-menerus
belajar, mengajar, dan mengimplementasikannya kedalam praktik
kehidupan sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
4. Allah SWT telah mengamanahkan kepada manusia untuk menjalankan
fungsinya, antara lain adalah fungsi ‘Abid dan Khalifah fil Ardh. Fungsi
‘Abid artinya manusia dituntut untuk beribadah dan menyembah hanya
kepada Allah SWT sebagai Tuhan pencipta alam semesta. Bahkan
manusia diciptakan hanya semata mata untuk beribadah kepada Allah.
Kemudian fungsi yang kedua adalah khalifah yang berarti wakil,
penguasa, pengganti atau dapat disebut sebagai pemimpin dimuka bumi.

11
Khalifah mempunyai tugas tanggungjawab besar terhadap lingkungan,
kesejahteraan makhluk hidup lainnya, dan dirinya sendiri.
5. Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia memiliki peran dan
tanggung jawab yang jawab yang luas. Al-Quran memberikan arahan
yang jelas mengenai peran dan tanggung dan tanggung jawab manusia
dalam berbagai aspek kehidupan. Manusia dituntut untuk menjaga alam,
menjalankan ketaatan kepada Allah, mengembangkan potensi diri,
mencari ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat, serta berkontribusi
positif bagi masyarakat. Implikasinya, manusia harus hidup dengan
kesadaran akan tanggung jawabnya dan menjalankan peran tersebut
dengan penuh tanggung jawab, integritas, dan kesadaran spiritual.
Melalui pemenuhan peran dan tanggung jawab ini, manusia dapat
mencapai keseimbangan dalam kehidupan dan mendapatkan
keberkahan serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pinhome.id/kampus-istilah-properti/tipologi/ diakses pada tanggal 03
Mei 2024
Aminatuz Zahro (Manusia Dalam Perspektif Al-Quran)10, no. 1 Jurnal Pendidikan
Islam. 2017.Hlm 81-83.
Gabriella Novrianty Lubis dkk, (Tipologi Berdasarkan Temperamen), Fakultas
Psikologi, Universitas. Persada Indonesia Y.A.I, 2020, hlm. 3
Kristi, Elizabeth, Alwizar, dan Kadar Yusuf. “Hakikat Manusia Dalam Perspektif
Al-Qur’an”8,No.1(2022):115-30.
https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v8i1.217
Mardliyah, Watsiqotul, S. Sunardi, dan Leo Agung. “Peran Manusia Sebagai
Khalifah Allah di Muka Bumi: Perspektif Ekologis dalam Ajaran Islam.”
Jurnal Penelitian 12, no. 2 (2018): 355–78.
https://doi.org/10.21043/jp.v12i2.3523.
Rasyad. “Konsep Khalifah Dalam Al- Qur’an (Kajian Ayat 30 Surat Al-Baqarah
Dan Ayat 26 Surat Shaad)” 19, no. 1 (2022): 20–31.
Rizal, Syamsul. “Melacak Terminologi Manusia Dalam Al Quran” 2, no. 2 (2017):
222–31. https://doi.org/https://doi.org/10.32505/at-tibyan.v2i2.391.
Ummah, Siti. “KONSEP MANUSIA SEBAGAI HAMBA DALAM AL QUR’AN
DAN PERANNYA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT.” Jurnal
Studi Islam 14, no. 2 (2019): 73–85.
Yakin, Syamsul. “Empat Tipologi Manusia.” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2021. https://www.uinjkt.ac.id/id/empat-tipologi-manusia/.

13

Anda mungkin juga menyukai