Anda di halaman 1dari 8

FOCUS GROUP DISCUSSION

Class : 07
Pemimpin FGD : Dian Aisyah Pammasse
Notula : Gesa Ghefira & Reza Pahlawan
Tanggal FGD : 27 Juli 2021
Tema FGD : Mentor Berkelanjutan

Latar Belakang Permasalahan

Banyak mentor OSKM tahun lalu mengaku bahwa mereka sudah tidak keep up
atau menjalin hubungan yang erat lagi dengan mentee-nya. Padahal, peran seorang
mentor tidak berakhir saat kegiatan OSKM berakhir, tetapi harus terus berlanjut
bersamaan dengan senantiasa berkembangnya mentor dan mentee. Lantas, mengapa hal
tersebut dapat terjadi? Bagaimana solusi yang dapat dilakukan oleh calon mentor agar
permasalahan tersebut tidak terjadi lagi?

Perumusan Solusi

TERMIN 1

Nama - Pertanyaan Nama - Tanggapan

Moderator (Dian) membacakan latar belakang Gesa - Mungkin karena jumlah mentee lebih
beserta pertanyaannya. banyak daripada mentor, jadinya mentor
tidak merangkul semua secara sama rata.
Banyak juga tipe mentee yang beragam yang
juga turut memengaruhi hubungan antara
mentor dan mentee, salah satunya tipe black
cloud. Tipe mentee tersebut pastinya kurang
ada motivasi untuk mengikuti serangkaian
acara OSKM dan hal tersebut dapat membuat
mentor harus memiliki tenaga ekstra untuk
menghadapinya bahkan setelah acara OSKM
selesai. Selain itu, mentor dan mentee juga
memiliki kesibukannya masing-masing
setelah acara OSKM sehingga sulit sekali
komunikasi dapat berlangsung lagi.
Winnila - Menurut saya, pertanyaan gesa
mengenai “lebih banyaknya mentee dan
mentor” kurang relevan karena sebagai
mentor, sudah menjadi tugasnya bahwa
kuantitas bukanlah sebuah halangan. Menurut
saya, keterbatasan cara berkomunikasi disaat
online menjadi kendala. Seperti yang saya
rasakan, melakukan obrolan melalui media
online kurang nyaman. Untuk pertanyaan
perbedaan kesibukan antara mentor dan
mentee cukup masuk akal karena mentor
seiring naiknya semester, mereka semakin
sibuk.

Sania - Setuju dengan pernyataan gesa


mengenai lebih banyaknya mentee daripada
mentor relevan, sebagai contoh seorang guru
tidak dapat memberikan penjelasan secara
keseluruhan untuk muridnya. Ia hanya bisa
menjelaskan lewat papan tulis, tetapi untuk
memastikan semuanya terangkul sulit.

Devira - Setuju dengan pernyataan


sebelumnya mengenai kesibukan yang dilalui
mentor dan mentee membuat hal tersebut
menghalangi komunikasi antara kedua pihak.
Komunikasi secara langsung (offline) juga
lebih nyaman daripada berkomunikasi secara
online.

Reza - Setuju pernyataan Winni. Kurangnya


ikatan antara mentee dan mentor dapat
terjadi. Menurut saya, salah satu faktor
seseorang dapat menjalin hubungan adalah
dengan kedekatan hubungannya dari awal.
Jika dari awal sudah sulit, maka
kemungkinan untuk keep up akan sulit
kedepannya.

Rajendra - Mentor tidak harus tahu satu-satu


atau personal mentee; mereka setidaknya
harus tahu apa yang mereka sedang lakukan.
Mentor terlalu fokus dengan mentoring
formal, padahal mentoring informal masih
dapat dilakukan. Tingkat kesibukan mentor
dibandingkan mentee tidak dapat dipungkiri
juga menjadi faktor. Pribadi atau ikatan yang
dekat memang belum terbentuk sejak awal.

Mirna : Dari awal OSKM banyak Catherina - Setuju memang karena era
permasalahan dari mentee contoh aku. Pada online ini jadi sulit untuk bonding dengan
awalnya, aku berpikir untuk aktif di mentee dan karena itu juga pastinya jadi
mentoring, tapi karena aku takut dan tidak in kurang nyaman sehingga mentee kurang bisa
dengan teman yang lain. Aku mencari cara berpendapat.
untuk aktif, tetapi respons dari teman
berbeda-beda. Jadinya, aku takut aktif di grup Memang sih jumlah mentor yang sedikit
karena temannya tidak mendukung sejak awal. berpengaruh tapi pengaruhnya tuh ke
Bagaimana cara agar aktif walau ada persoalan semakin banyak mentee maka semakin sulit
seperti teman yang kurang mendukung? untuk mendekatkan diri ke masing” secara
langsung apalagi ditambah kesibukan
masing” mentor dan mentee dibutuhkan
waktu lebih banyak untuk mendekatkan diri.

Tapi dari semua balik lagi kembali ke mentor


dan mentee mau membuka diri atau ga ke
satu sama lain.

Andhika - Pernyataan Mirna benar. Banyak


yang merasakan juga rasa takut. Kita bisa
menggunakan aspek-aspek emotional
inteligence, khususnya dalam perihal
emotional safety. Dimohon, untuk
meningkatkan lagi emotional inteligence-nya
sehingga emotional safety dapat mendukung
orang-orang seperti Mirna

Rajendra - Mentee belum mendapatkan


materi emotional intelligence. Menurut saya,
kita tidak boleh melihat orang lain,
melainkan percaya diri dengan kita sendiri.
Tugas mentor adalah untuk memberikan
emotional safety ke keluarganya. Bukanlah
salah Mirna hal tersebut terjadi, tetapi banyak
faktor yang membuatnya, seperti belum
terbentuknya perdamaian pendapat atau yang
lainnya.

Angela - Mau menanggapi yang Mirna.


Pandemi membuat orang lebih individualis.
Orang Indonesia juga cenderung menolak
perbedaan. Apabila ada yang berbeda dari
mayoritas, bisa-bisa ditolak. Contohnya saat
Mirna aktif, harusnya semua terpantik untuk
berdiskusi. Lalu faktor masih adanya gap
antara satu sama lain karena tidak bertemu,
jadinya sulit. Biasanya keketatan yang bisa
membuat ikatan, tetapi malah mentor
dibebaskan untuk membuat ikatan tersebut.
Masalahnya, pemantiknya yang tidak ada.
Seharusnya mungkin mentor bisa
memanfaatkan yang aktif ini untuk
membangun ikatan yang lebih kuat dan baik
untuk mentee-menteenya agar lebih dekat.

Aldika - Mau menanggapi permasalahan


yang sama. Dulu pernah terjadi kesalahan
pembawaan sebagai mentor. Lalu, dia pun
mendapat mentee yang krg aktif. Setelah itu,
jadinya suasana mentoring kurang nyaman
karena salahnya pembawaan mentor sejak
awal.

Radit - Mau menanggapi, sebenarnya mau


offline atau online sama saja. Pasti kalau ada
1 orang yang aktif pasti akan aneh. Namun,
disaat online ada hal-hal yang bisa membuat
seseorang kurang terlihat aktif contohnya jika
dia offcam.

Vandez - Tentang latar belakang. Adanya


tidak kesetimbangan antara respons mentee
terhadap cara mentor berusaha untuk keep up

Rajen - Menanggapi pernyataan Aldika.


Seorang mentor harus memiliki first
impression yang menarik. Seharusnya
seorang mentor harus memiliki keterbukaan
dan banyak topik untuk para mentee. Di
offline dan online pasti ada kendalanya. Jadi
sebenarnya kita tidak bisa sepenuhnya
menyalahkan keadaan online atau offline.

Kesimpulan Jumlah mentor dan mentee, kondisi online,


kesibukan mentor, kurang ikatan akibat
kurang pertemuan yang singkat juga kurang
merangkul antara mentor-mentee.

TERMIN 2
Devira - Menurutku, cara untuk keeping up
bisa dari hal kecil. Contohnya ucapan selamat
Dian : Bagaimana perumusan solusi dari topik ulang tahun, tapi harus konsisten (jangan ada
yang sedang dibahas? mentee yang terlewat). Kita juga harus
inisiatif, misalnya ga dibales di grup bisa
langsung dipc untuk menanyakan hal-hal
kecil seperti masalah perkuliahan. Lalu untuk
saat OSKM kan berkoneksi di sosial media,
nah bisa komen atau memberi reply di sosial
media. Kita juga harus mendorong mereka
supaya mau terus merespon kita.

Rajendra - Keeping up dengan insiatif sulit,


maka dari itu keep up bisa dibagi-bagi. Di
luar kegiatan OSKM informal mentoring
tidak dilakukan, padahal ini prasyarat mentor.
Mungkin, bisa dilakukan obrolan santai saat
malam. Alangkah baiknya, mentor ada
keinginan untuk informal mentoring.

Winnila - Cara pembawaan mentor lebih


baik seperti sedang mengobrol dengan teman,
bukan seperti guru. Malah, hal itu membuat
mentee menganggap mentor sebagai guru.
Kalau di luar mentoringnya, daripada
menyuruh mereka menghubungi kita,
mungkin kita dapat menghubungi mereka,
seperti tanya-tanya unit. Menurut aku, lebih
baik chat personal karena pasti dibalas.
Dampaknya, mentee dapat merasa mentor
memang membantu mereka

Reza - Mau menambahkan mengenai


informal mentoring. Informal mentoring ini
mungkin lebih baik jika si mentor lebih
terbuka dengan hal-hal personal. Contohnya
bergosip atau berjulid bisa membuat rasa
“nyaman” dan bisa membuat mentor dan
mentee menjadi lebih dekat karena
pembicaraan perihal hal yang tidak disukai
ini merupakan hal yang memang pribadi.

Andhika - Saya setuju dengan winni, butuh


perhatian yang lebih seperti ngepc karena hal
tersebut ide yang bagus. Contohnya aku
merasa dekat dan diperhatikan kepada mentor
saat dipc oleh mentor. Karena kalau di grup
mungkin ga bebas berekspresi gitu
mentee-nya. Kepikiran juga kalau di grup line
ada fitur polling yang berhenti otomatis, nah
itu bisa sebagai patokan bahwa tanggal
tersebut mentor dan mentee harus
meramaikan grupnya. Jadi ketika polling abis
ada notifnya, nanti jadi otomatis pada baca.

Radit - Cari tau dengan berempati terhadap


mentee, kayak kita mau mentor seperti apa
sih. Kita bisa mengetahui keinginan mentee.
Aku juga merasakan bahwa dichat langsung
oleh mentor memang membuat merasa dekat.

Aldika - Berbagi pengalaman. Menekankan


pembawaan. Pentingnya memosisikan
mereka sebagai teman, tetapi ada garis antara
mentor dan mentee. Kalau pembawaan santai,
mereka jadi bisa berinisiatif dan malah
membuat mereka makin aktif di mentoring.

Gesa - Pembawaan seperti teman bagus


karena membuat mentee lebih tenang. Kalau
terlalu serius, mentee malah merasa berdebar.
Malah kayak ada aura senioritas. Kita juga
merekomendasikan teman lain yang dari
jurusan berbeda jika mentee kepo tentang
jurusan tersebut sebagai cara kita ngebantu
perjalanan mereka di ITB. Sebagai role
model, kita harus pintar-pintar membatasi
topik, khususnya dalam perihal bergosip
karena hasil akhirnya bisa malah dianggap
pribadi yang julit instead of role model.

Mirna - Pahami dari sikap dan tipe


orangnya. Bikin database biar kita ngehandle
mentee sesuatu kepribadiannya. Kita jangan
menunjukkan kekesalan perihal preferensi
pribadi.

Sania - Setelah mentoring, biar tetep keep up


bisa ngobrolin tentang perkuliahan kaya
bahas mengenai TPB, ngasih catatan atau
soal tahun lalu untuk mentee jadi bisa sharing
gitu. Jadi, mentee-nya bisa nanya-nanya juga.
Reza - Mau menambahkan yang gosip,
menekankan bahwa bercerita itu penting.
Kita harus menanyakan tentng mentee-nya
karena belum punya pengalaman dia di ITB.
Kita bisa bernyata kepada mentee tentang
pengalamannya di SMA. Jadi kedua belah
pihak sama sama bercerita.

Arya - Membuka diri kepada mentee. Kita


bisa memberikan rasa aman, dengan bercerita
tentang kita, kepada mentee. Juga perihal
hal-hal kecil. Intinya, kita harus memberikan
perhatian ke semua mentee sama perihal
pendekatan secara personal contohnya nge pc
semua mentee kalau memungkinkan,
banyakin interaksi personal biar mentee
merasa dekat dengan mentornya.

Catherina - Perbanyak ice breaking dan


ngelawak biar makin nyaman, enggak
apa-apa garing. Kita bisa edit foto
lucu-lucuan biar mentee merasakan kita
dianggap sebagai keluarga. Mungkin, mentee
dapat lebih dekat dengan partner kita. Hal
tersebut haruslah dimanfaatkan untuk
menjalin kedekatan.

Rajen - Karena materi OSKM asing dan


lumayan berat, jadi kita harus bisa
menyampaikannya dengan versi simple. Kita
bisa menambahkan contoh pengaplikasian
materi tersebut agar mentee lebih terbayang.
Kita juga dapat bercerita tentang cara kita
menangkap materi tersebut berdasarkan
pengalaman kita di OSKM tahun lalu.

Reza - Menurutku, tadi kan


ketidakseimbangan energi antara mentor dan
mentee, saranku bisa mentor kasih respons
yang seimbang dengan mentee. Penting untuk
menyeimbangkan energi yang tepat tersebut
dari kedua belah pihak.
A. Solusi Permasalahan :
1. Solusi yang dapat dijalankan bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti dengan
mengucapkan selamat ulang tahun ke sesama mentee secara konsisten, inisiatif
memberi pesan secara personal dan menanyakan kabar mentee, menawarkan
bantuan, dan mendorong para mentee untuk terus merespons kita.
2. Solusi selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih mempererat hubungan dengan
partner mentor kita agar tidak kewalahan untuk terus keep up kepada mentee
sehingga dapat terus mencoba menjalin hubungan yang erat juga dengan mentee
bersama-sama.
3. Solusi lainnya, cara pembawaan mentor pada saat membawakan materi dengan
story telling, cerita pengalaman, dan menyampaikan secara santai dan simple
namun esensi materi tetap tersampaikan akan membuat mentee lebih tertarik,
terkesan, dan terikat dengan mentor.
4. Mentor yang terbuka kepada mentee akan memberikan mentee rasa percaya. Cara
tersebut dapat dilakukan saat personal chatting dengan mentee karena mentee
akan merasa diperhatikan.
5. Mentor juga sebaiknya memosisikan diri sebagai mentee agar kita tahu bagaimana
mentor yang diharapkan oleh mentee. Mentor juga harus menjadi tempat bertanya
yang nyaman untuk sharing pengalaman yang berkesan dengan memberikan
respons energi yang setimbang dengan energi mentee.
6. Pahami mentee dari sikap, perilaku, dan sudut pandangnya agar mentee tersebut
dapat diperlakukan dengan cara terbaik untuk sifatnya.

Anda mungkin juga menyukai