Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana Menjadi Mentor yang Baik?

Mentor adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa digunakan untuk
meningkatkan kemampuan daiyah seorang kader. Menjadi mentor pun bukan perkara
mudah. Butuh kerja keras agar bisa mendapatkan gelar sebagai mentor yang baik. Nah!
Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana cara menjadi mentor yang baik?
Tidak sedikit dari kita yang merasa kurang percaya diri, kita selalu merasa
bahwa diri kita sebenarnya belum siap mengemban amanah sebagai seorang mentor.
Tentunya, tidak akan ada yang merasa siap 100% untuk menjadi mentor. Karena
sejatinya menjadi mentor sendiri merupakan proses. Suatu proses dimana kita sendiri
juga ikut belajar di dalamnya. Orang bijak pernah berkata, ketika kita bisa mengajarkan
sesuatu kepada orang lain, maka kita berarti telah memahami sesuatu.
Disamping rasa tidak percaya diri dan tidak siap tersebut, alasan lain dari tidak
siapnya menjadi mentor adalah ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang
terbatas, serta kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang amanah.
Pada dasarnya alasan diatas bisa diselesaikan dengan cara yang sangat
sederhana. Ketidakpahaman akan materi bisa disolusikan dengan membaca buku
referensi yang tepat, adapun referensi puntuk para calon mentor diantaranya buku Satria
Hadi Lubis yang banyak berbicara tentang menjadi mentor yang baik. Selain buku
panduan menjadi mentor, buku buku pemahaman diniyah dan wawasan umum perlu
juga kita baca.
Permasalahan komunikasi bisa diselesaikan dengan latihan berbicara dari
lingkup yang kecil, mungkin dimulai dari didepan satu orang saja, lalu didepan 5 orang,
dan seterusnya hingga ada keyakinan pada diri untuk berbicara, atau mungkin berbicara
di depan cermin dapat menjadi media untuk latihan tambahan. Ketidakercayaan diri
juga saat ini bisa dibantu dengan mencoba berpikir positif serta memkitang kelebihan
diri sebagai sebuah keunggulan. Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina
dari yang lebih muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah diri kita seorang
mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan untuk
memberikan materi mentoring. Untuk kekhawatiran bahwa kita tidak bisa amanah akan
apa yang disampaikan, Kita bisa mentekadkan dalam diri bahwa setelah kita
menyampaikan sesuatu, maka kita akan langsung menjalankannya.

Bisa dipahami bahwa sebab mengapa ada kader yang punya permasalahan diatas
adalah dikarenakan ia tidak cukup memiliki bekal yang layak untuk menjadi mentor,
selain bekal secara ilmu, bekal secara pengalaman atau jam terbang menjadi kebutuhan
tersendiri. Berbagai teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak bisa kita dapati,
akan tetapi ternyata untuk mengaplikasinya secara penuh merupakan tantangan
tersendiri, karena setiap orang punya personal capacity yang berbeda dan kondisi setiap
anggota kelompok juga berbeda. Sehingga trik di lapangan akan lebih bermanfaat
ketimbang pemahaman materi saja. Bukankah semua harus dicoba terlebih dahulu?
Sebab dengan mencoba itulah kita memiliki kesempatan untuk belajar. Tunggu apalagi?
Inilah saatnya!
Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi mentor yang baik? Baik
dalam hal ini adalah mentor yang: amanah, disukai mentee-mentee nya, ramah,
menguasai materi, dan bisa membawa suasana mentoring kita menjadi nyaman dan
hidup. Caranya?
Memiliki Ruhiyah yang stabil. Kekuatan ruhiyah atau kita sering menyebut
kekuatan langit yang Allah berikan untuk kadernya yang memiliki kedekatakan kepadaNya. Kekuatan ruhiyah lah yang menunjan seorang mentor untuk selalu bertahan dalam
dakwah, ia memiliki keyakinan dan keikhlasan bahwa setiap aktifitas yang dilakukan
adalah dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata. Sehingga segala tantangan yang
dihadapi dapat ia maknai sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan
atau sebuah teguran atas kelalaian yang mungki terjadi. Kekuatan ruhiyah dalam
konteks mentoring berdampak pada kemampuan diri untuk menyampaikan materi dan
diresapi oleh peserta mentoring, dengan kekuatan ini pula, Allah akan membalas cinta
kita dengan membukakan hati dan pikiran kita dan binaan kita untuk menerima apa
yang kita sampaikan. Kita pernah menemukan seorang mentor yang memiliki
kelemahan dalam hal berkomunikasi, akan tetapi ia memiliki keunggulan ruhiyah yang
baik untuk menunjang amanahnya sebagai seorang mentor, sehingga Allah
memudahkan kelompoknya dengan membukakan hati binaannya yang saat itu masih
jauh dari Allah dan saat ini menjadi seorang kader yang sangat produktif. Kekuatan ini
memberikan ketenangan dan emosi yang menyatukan hati kita dengan binaan dalam
merajut tali-temali kecintaan kepada Allah semata.
Mengenal Pribadi Binaan. Mengenal dengan baik binaan atau peserta
mentoring adalah hal yang perlu dilakukan untuk menguasai medan kelompok,
mengenal secara pribadi binaan sejak awal dengan harapan dapat segera in dengan
binaan dan terbentuk kepercayaan diantara mentor dan binaan. Kepercayaan ini adalah
modal yang penting bagi seorang mentor dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu,
perlu kiranya seorang mentor mengetahui apa saja yang perlu dipahami olehnya untuk
dapat memberikan empatinya dengan baik kepada binaannya.
Karakter, mengetahui bagaimana karakter umum dari binaan, Kita bisa
menggunakan buku panduan personality plus untuk mengidentifikasikan karakter
binaan. Apakah ia seorang korelis, melankolis, plegmatis, dan sangunis. Dengan
mengetahui bagaimana karakternya Kita akan lebih mudah untuk memahami binaan.
Kultur, setiap orang punya kultur yang berbeda-beda, seorang dari Aceh,
Medan, tentu berbeda dengan seorang dari Jawa atau Papua. Setiap kultur ini punya

kekhasan masing-masing. Gunakan perbedaan kultur yang ada sebagai kesempatan


untuk lebih dekat, dan gunakan kesamaan kultur dengan binaan sebagai pendekatan
untuk menyampaikan materi.
Latar belakang, masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh
terhadap pola pikirnya. Seorang mentee yang berasal dari keluarga yang bercukupan
tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang mentee yang mungkin punya
masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda dengan seorang mentee yang berasal dari
keluarga ulama. Kita sebagai mentor diharapkan dapat mengetahui latar belakang
binaan dan dapat mengemas materi sesuai dengan pola pikir binaan.
Visi Personal, setiap manusia mempunyai keinginan, dan masa depan masingmasing. Kita sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui apa yang akan jadi
keinginannya di masa datang, sehingga kita dapat membimbingnya untuk menuju masa
depannya yang baik.
Kompetensi, maksud kompetensi disini adalah kemampuan pribadi binaan,
apakah itu kompetensi agama, kompetensi akademik, kompetensi seni, kompetensi
olahraga, kompetensi softskill, atau kompetensi lainnya. Jadikan kompetensi ini sebagai
sebuah kelebihan binaan dan gunakan kesempatan ini sebagai upaya untuk pendekatan
materi. Seorang mahasiswa IT bisa didekati dengan contoh-contoh istilah programming
yang cocok dengan materi. Atau mahasiswa kedokteran yang bisa menggunakan
pendekatan bedah mayat sebagai upaya untuk lebih melihat keagungan Allah.
Mengetahui peran kita. Brother/sister, seorang kakak/saudara, seorang mentor
akan berfungsi sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring dalam hal
diskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi, oleh karena itu
seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati
para peserta mentoring sehingga terjadi keterbukaan, dan terbentuk nuansa
kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut.
Coach, Sosok pelatih, pelatih adalah sosok yang memberikan arahan,
mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan
melakukan sesuatu, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia
mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal.
Pathfinder, Petunjuk jalan, seorang mentor diharapkan dapat sebagai
pembimbing bagi para peserta mentoring untuk menapaki masa depannya. Dalam hal ini
seorang mentor perlu memahami potensi dari peserta mentoring dan memberinya
alternatif pilihan terkait masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih subjurusan pada sebuah program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan
gambaran yang jelas mengenai pilihan yang ada, dan memberikan rekomendasi kepada
peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat memiliki karakter
pemimpin yang bisa mengarahkan peserta mentoring.
Headhunter, Penyiapan dan Pembentuk Mentor baru, kebutuhan dakwah kampus akan
mentor atau astor senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan
dapat membentuk karakter peserta mentoring untuk dapat menjadi mentor di masa yang

akan datang. Melanjutkan tongkat estafet dakwah,karena sebuah regenerasi adalah suatu
keniscayaan agar dakwah Islam senantiasa tersebar bahkan ketika kita sudah tidak
menjadi mentor lagi.
Variasi Metode. Metode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika
memungkinkan cara penyampaian berbeda setiap pekannya. Minimal siapkan 4 variasi
metode, sehingga setiap variasi ditemui setiap bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga
bersama, bedah buku, kunjungan ke ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill
pendukung untuk bekeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit, dan
lain-lain), makan bareng, simulasi dan lain lain. Variasi ini bertujuan untuk menghindari
kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga disesuaikan dengan kebutuhan agar
binaan siap untuk menerimanya. Namun jangan abaikan silabus materi mentoring yang
telah disediakan oleh TMP-TMF.
Subhanallah, banyak sekali cara yang bisa kita gunakan untuk mencari ridho
Allah dalam mengemban amanah yaitu dakwah,menegakkan agama Allah. Saudaraku,
apa yang menghalangimu untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya setelah sekian
banyak nikmat Allah yang kita rasakan? Insya Allah, pertolongan-pertolongan Allah ada
bagi hamba-hambaNya yang gigih berjuang memperjuangkan agama-Nya. Tidak ada
orang yang baik, yang ada di dunia ini adalah orang yang berada dalam proses menjadi
baik. Karena kesempurnaan, hanya milik Allah semata. Allahu Akbar!

Anda mungkin juga menyukai