REPUBLIK INDONESIA
POLA PENGASUHAN
RUMAH BAGI PENYANDANG
DISABILITAS INTELEKTUAL
Disampaikan pada kegiatan Parenting Skill Bagi Disabilitas Intelektual PSBG Nipotowe Palu Tahun 2016
Mamuju Tengah, Sulawesi Barat 28 April 2016
Pola Asuh otoriter : komunikasi satu arah dan orang tualah yang
menentukan segala sesuatu, memaksakan kehendak, membuat
aturan-aturan yang ketat, selalu memberikan hukuman pada
perbuatan yang salah dan jarang memberikan hadiah kepada
anak.
Pola Asuh Liberal :antara orang tua dan anak tidak ada
komunikasi, anak diberi kebebasan yang mutlak dalam
bertindak, berbuat dan berperilaku tanpa adanya bimbingan dan
kontrol dari orang tua, tidak adanya aturan yang ketat dari orang
tua, hadiah dan hukuman tidak diterapkan.
Pola Asuh Demokratis : Pola asuh yang bersifat demokratis
adalah pola asuh yang mempunyai karakteristik : komunikasi dua
arah antara anak dan orang tua; orang tua memperhatikan dan
menghargai kebebasan anak, namun bukan kebebasan yang
mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian kepada
anak; hukuman diberikan pada perilaku yang salah dan hadiah
pada perilaku yang benar/perilaku prestas
Ketidaksabaran orangtua
Meremehkan kemampuan anak
Memandang sebelah mata seolah-olah
mereka tidak mempunyai sesuatu yang
bisa diandalkan.
Konsep rasa belas kasihan sehingga
melupakan hak-hak mereka.
Kurangnya pemahaman orangtua
mengenai karateristik mereka
Faktanya......
Disabilitas intelektual dengan kecacatan yang dimiliki menuntut orangtua untuk lebih
dahulu memenuhi kebutuhan anak mereka yang mengalami kecacatan, sehingga hal
tersebut membentuk suatu persepsi yang kemudian baik sadar maupun tidak
mempengaruhi dalam penerapan pola asuh. Disisi lain anak-anak penyandang
disabilitas intelektual memiliki keinginan di dalam dirinya untuk mempunyai
kemampuan yang sama dengan anak normal dan dengan latihan dan bimbingan yang
konsisten akan dapat meningkatkan kemampuan perawatan diri mereka.
bahwa persepsi orang tua terhadap kecacatan anak dapat mempengaruhi penerapan
pola asuh orangtua. Penerapan pola asuh tersebut terjadi dikarenakan pandangan
orang tua dalam melihat keadaaan anak, di mana orang tua beranggapan bahwa orang
tua yang memiliki anak tuna grahita memiliki pola asuh yang berbeda-beda seperti pola
asuh otoriter karena menganggap anaknya tidak mempunyai pikiran atau tingkah laku
yang normal sehingga memperlakukan anak hanya sesuai kehendak orang tuanya,
selain itu pola asuh permisif orang tua mengutamakan kebebasan anak sepenuhnya
untuk mengungkapkan dan mendapatkan keinginan serta kemauannya dimana orang
tua tidak memberikan tanggung jawab kepada anak, karena pola komunikasi yang
terjadi yaitu satu arah dari anak dan pola asuh demokratis orangtua selalu membantu
anaknya tapi juga tanpa henti memberikan latihan atau stimulan agar anaknya menjadi
lebih mampu bertanggung jawab.
Faktanya.......
Kebutuhan akan
penghargaan
Kesimpulannya...
TERIMA KASIH