Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

Alat Penukar
Kalor
Perpindahan Panas Konduksi
pada sistem silindrik

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


13029
02
Teknik Teknik Mesin Dafit Feriyanto, PhD

Abstract Kompetensi
Perpindahan energy panas secara konduksi Mahasiswa mampu :
pada system silindrik merupakan salah satu -Menerapkan konsep Perpindahan panas
mekanisme proses perpindahan panas yang konduksi system silindrik
banyak ditemui pada beragam instalasi -Menjelaskan konsep Tahanan termal
industry. Peralatan yang dipergunakan konduksi system silindrik
kebanyakan terdiri dari tube atau pipa-pipa -Menerapkan konsep Konduksi pada bahan
yang berbentuk silindrik. Modul ini akan silindrik berkomposisi
membahas prinsip perpindahan panas
konduksi pada sistem silindrik.
Perpindahan panas konduksi pada system silindrik
Latar Belakang
Beragam sistem termal yang memiliki komponen utama berbentuk silindrik
banyak dipergunakan pada instalasi industri, baik pada jenis industri proses, industri
energi, ataupun pada jenis industri lainnya. Sistem termal tersebut biasanya dipergunakan
untuk beragam keperluan proses industri, seperti untuk proses pemanasan, penguapan,
pendinginan, atau pengembunan.

Setiap hari, beragam instalasi industri mengkonsumsi sejumlah besar energi bahan bakar
untuk menjamin berlangsungnya berbagai jenis proses industri. Sumber bahan bakar yang
dikonsumsi kebanyakan masih menggunakan jenis bahan bakar fosil, seperti : bahan bakar
minya, gas, dan batubara. Bahan bakar tersebut sebelum dipergunakan sebagai sumber
energi panas, terlebih dahulu mengalami proses pembakaran yang kemudian menghasilkan
gas panas pembakaran. Energi panas gas pembakaran inilah yang kemudian dipergunakan
untuk beragam proses industri. Proses-proses tersebut kebanyakan berlangsung melalui
perantaraan sistem termal peralatan penukar panas. Selanjutnya, energi panas yang sudah
tidak terpakai lagi dibuang ke lingkungan.

Kebanyakan sistem termal peralatan penukar panas, atau biasa juga disebut sebagai heat
exchangers, yang dipergunakan di industri adalah yang berjenis tubular, yaitu yang memiliki
komponen utama yang berbentuk kumpulan pipa atau tube yang berbentuk silindrik sebagai
media tempat terjadinya pertukaran energi panas.

Upaya penghematan energi terus dilakukan, termasuk di sektor industri, dan semakin
efektivitas dan efisien proses perpindahan panas yang berlangsung di berbagai sistem
termal pada instalasi industri maka akan membantu upaya-upaya menekan pemborosan
konsumsi energi di sektor industri. Hal tersebut tentu akan memberikan dampak positif
terhadap upaya penghematan energi.

Upaya perbaikan efektivitas dan efisiensi proses perpindahan panas pada sistem-sistem
termal, tidak saja dapat dilakukan pada saat pengoperasian sistem termal tersebut, tetapi
juga dapat dimulai pada tahap perancangannya. Perbaikan efektivitas dan efisiensi

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
perpindahan panas pada tahap perancangan biasanya dilakukan melalui beragam
perekayasaan. Untuk dapat memberikan kontribusi terhadap upaya-upaya perekayasaan
design maupun pengoperasian sistem-sistem termal maka pemahaman tenatang konsep
dan prinsip-prinsip penerapan, termasuk perpindahan panas pada sistem silindrik, menjadi
modal yang sangat penting untuk dimiliki.

Pada bab ini akan dibahas konsep dan prinsip perpindahan panas konduksi yang
berlangsung pada sistem termal berbentuk silindrik, beserta beberapa penerapan
praktisnya.

Pada bagian pertama akan dibahas konsep perpindahan panas konduksi sistem silindrik
satu dimensi. Konsep tersebut berguna untuk mengevaluasi atau memperkirakan seberapa
cepat perpindahan panas dapat berlangsung pada suatu sistem silindrik yang beroperasi
pada kondisi termal tertentu.

Pada bagian ini juga dibahas konsep tahanan termal konduksi pada system silindrik yang
penerapannya banyak dipergunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan sistem termal
yang lebih kompleks.

Sedangkan pada bagian akhir, kita akan membahas prinsip perpindahan panas konduksi
pada sistem silindrik yang memiliki bahan dengan konduktivitas termal yang berbeda-beda.
Penerapan prinsip tersebut dipergunakan untuk mengevaluasi laju perpindahan panas pada
sistem-sistem yang serupa dengan sistem termal jenis tersebut.

Perpindahan Panas Konduksi Sistem Silindrik


Peralatan penukar kalor yang banyak dipergunakan di industri adalah yang paling banyak
adalah jenis tubular heat exchangers, yaitu alat penukar kalor dengan komponen utamanya
adalah tube atau pipa. Pada komponen utama itulah proses pertukaran energi dalam bentuk
panas atau kalor berlangsung melalui perantaraan dinding tube/pipa. Selain berlangsung
perpindahan panas konduksi, juga berlangsung perpindahan panas koveksi karena
melibatkan aliran fluida di dalam dan di luar pipa. Sedangkan perpindahan panas radiasi
tidak terlalu signifikan pada sistem seperti ini.

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 3.1. Peralatan penukar kalor jenis tubular

Apabila kita telaah proses pertukaran energi yang berlangsung pada salah satu pipa yang
terdapat di dalam alat tersebut maka skema sederhana proses tersebut dapat
direpresentasikan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2 di bawah ini.

Gambar 3.2. Perpindahan panas pada pipa silindrik

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Pada gambar tersebut kita asumsikan aliran di dalam pipa adalah aliran fluida pendingin
yang akan menyerap sejumlah tertentu energi panas yang berasal dari aliran fluida panas ,
yang mengalir pada permukaan luar pipa. Energi panas akan ditransmisikan dari aliran
fluida panas, pertama-tama secara konveksi dari aliran utama ke permukaan pipa bagian
luar. Kemudian energi panas tersebut ditransmisikan dari permukaan luar pipa ke
permukaan dalam pipa secara konduksi sepanjang ketebalan yang dimiliki pipa. Setelah itu,
energi panas ditransmisikan ke arah aliran fluida pendingin yang mengalir di dalam pipa
secara konveksi.

Gambar 3.3. Perpindahan panas pada pipa silindrik

Pada kebanyakan kasus peralatan penukar kalor tubular perpidahan panas berlangsung di
antara fluida panas dan fluida dingin berlangsung secara radial. Gradien temperatur atau
perubahan temperatur pada sistem silindrik sebahagian besar berlangsung dalam arah
radial di antara permukaan dalam pipa dengan permukaan luar pipa.

Dalam keadaan sebaliknya, apabila aliran di dalam pipa adalah aliran fluida panas yang
akan melepaskan sejumlah tertentu energi panas ke arah fluida yang lebih dingin yang
bersirkulasi pada permukaan luar pipa maka skema perpindahan panasnya seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.3. Dalam hal ini energi panas akan ditransmisikan dari fluida
panas yang mengalir di dalam pipa ke arah permukaan luar pipa secara radial.

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Untuk membahas perpindahan panas konduksi satu dimensi pada sistem pipa silindrik maka
marilah kita tinjau sistem silindrik yang diberikan pada gambar 3.4. Pada gambar tersebut,
adalah sebuah pipa dari bahan tertentu dengan panjangnya L dan permukaan bagian dalam
pipa memiliki jari-jari sebesar ri dan temperatur yang lebih tinggi sebesar Twi , sedangkan
permukaan luarnya berjari-jari ro dan bertemperatur lebih rendah sebesar Two.

Gambar 3.4. Perpindahan panas konduksi sistem silindrik

Bagi sistem tersebut, kita anggap bahwa perpindahan panas konduksi berlangsung dalam
arah tegaklurus permukaan atau dalam arah radial. Laju perpindahan panas radial (Q w) per
satuan luas permukaan perpindahan panas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

Qw dT
 k (3.1)
Ar dr

Di sini,

Ar adalah luas permukaan perpindahan panas bagi permukaan yang memiliki jari-jari
sebesar r. Dalam hal ini, karena harga r dapat bervariasi maka secara umum luas
permukaan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan :

Ar  2rL (3.2)

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Selanjutnya, apabila kita gunakan persamaan (3.2) ke dalam persamaan (3.1) maka kita
dapat memiliki persamaan laju perpindahan panas konduksi radial seperti berikut :

dT (3.3)
Qw   k 2rL
dr

Atau, dalam bentuk yang lain persamaan tersebut dapat dituliskan seperti berikut :

dr (3.4)
Qw   k 2LdT
r

Gambar 3.5. Luas permukaan perpindahan panas dalam dan luar pipa

Selanjutnya, apabila kita integrasikan perpindahan panas radial dari permukaan dalam yang
berjari-jari sebesar ri dan bertemperatur Twi , ke permukaan luarnya yang berjari-jari r o dan
bertemperatur Two maka kita akan memiliki persamaan :

ro T
dr wo

r w r T  k 2LdT
Q  (3.5)
i wi

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Selanjutnya, karena besarnya laju perpindahan panas Qw dan harga konduktivitas termal
bahan pipa, k kita anggap konstan, sehingga persamaan di atas dapat disederhanakan
menjadi bentuk seperti di bawah ini :

ro T
dr wo

Qw   2kL  dT (3.6)
ri
r Twi

Selanjutnya, apabila persamaan (3.6) tersebut di atas kita integrasikan maka akan kita
memiliki persamaan berikut :

r 
Qw ln o   2kL Two  Twi  (3.7)
 ri 

Di sini, karena permukaan bagian dalam pipa lebih panas maka T wi lebih besar daripada Two
maka persamaan (3.7) di atas dapat kita tulis sebagai berikut :

r 
Qw ln o   2kL  Twi  Two  (3.8)
 ri 

Persamaan (3.8) dapat juga kita tuliskan dalam bentuk yang lain seperti di bawah ini :

Qw 
 Twi  Two 
r 
ln o  (3.9)
 ri 
2kL

Bagi konduksi sistem silindrik hubungan antara laju perpindahan panas konduksi dengan
tahanan termalnya dapat juga dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

Qw 
 Twi  Two 
(3.10)
Rw

Di sini Rw adalah tahanan termal dinding pipa yang dinyatakan dengan persamaan berikut :

r 
ln o 
r (3.11)
Rw   i 
2kL

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa semakin tebal dinding pipa maka akan semakin
besar pula tahanan termal yang dimilikinya. Dampaknya adalah laju perpindahan panasnya,
atau juga efektivitas perpindahan panasnya, menjadi berkurang.
Seperti nanti dibahas pada beberapa soal penerapan praktis, dapat dikatakan bahwa
konduktivitas termal bahan tidak terlalu memberikan pengaruh yang signifikan, dibandingkan
dengan pengaruh ketebalan dinding pipa, terhadap besarnya laju perpindahan panas.

Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mantap tentang konsep yang dibahas di atas
maka marilah kita tinjau persoalan di bawah ini.

Contoh penerapan 1 :

Dalam persoalan ini kita akan memperkirakan besarnya laju perpindahan energy panas
secara konduksi dari permukaan dalam pipa ke permukaan luar sebuah pipa penukar kalor,
beserta tahanan termalnya. Dalam hal ini dinding pipa penukar kalor kita anggap terbuat dari
bahan tertentu yang memiliki konduktivitas termal bahan 52 W/mK. Pipa tersebut memiliki
diameter dalam 16 mm, diameter luar 20 mm dan panjang pipa 3 m. Sementara itu di bagian
dalam pipa dialiri fluida oli panas sehingga temperature permukaan dalam pipa 80 oC, dan
temperature permukaan luar pipa 30 oC.

Pembahasan :

Gambar sistem

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Perhitungan :

Besarnya laju perpindahan energy panas secara konduksi dari permukaan dalam pipa ke
permukaan luar pipa penukar kalor dapat diestimasikan dengan menggunakan persamaan
(3.9) :

Qw 
 Twi  Two 
r 
ln o 
 ri 
2kL

Sebelum menghitung menggunakan persamaan tersebut di atas, terlebih dahulu kita


identifikasi besaran-besaran apa saja yang diketahui, dan menyetarakan satuan-satuannya.

Bagi persoalan yang sedang kita bahas, kita memilih bekerja dengan satuan SI, sehingga
kita memiliki data berikut :

Temperatur permukaan dalam pipa, Twi = 80 oC = ( 80 + 273) K

Temperatur permukaan luar pipa, Two = 30 oC = ( 30 + 273 ) K

Konduktivitas termal bahan pipa, k = 52 W/mK

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Panjang pipa, L = 3 m

Jari-jari dalam pipa, ri = ( 16 mm ) / 2 = ( 8 / 1000 ) m

Jari-jari luar pipa, ro = ( 20 mm ) /2 = ( 10 / 1000 ) m

Setelah semua besaran tersebut di atas telah berada dalam sistem sataun standar yang
sama, maka barulah kita melakukan perhitungan.

(Twi – Two) = 50 K

Ln (ro/ri) = 0,22

2kL  979,7 m
2

Sehingga dengan menggunakan persamaan berikut :

Qw 
 Twi  Two 
r 
ln o 
 ri 
2kL

Kita dapat memperoleh Qw = 219 518 W = 219 518 J/s

Kesimpulannya adalah bahwa, bagi persoalan di atas, dengan kondisi termal yang diketahui,
maka besarnya terdapat energi panas sejumlah 219 518 Joule yang ditransmisikan per detik
dari permukaan dalam pipa ke permukaan luar sebuah pipa.

Konduksi pada bahan silindrik berkomposisi

Berbagai sistem pipa pada instalasi industri sering sekali dilapisi dengan bahan isolasi
dengan jenis bahan dan ketebalan tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk keperluan
mengurangi kehilangan energi panas ke sekeliling atau sebaliknya. Tentu saja penambahan
bahan isolasi akan menyebabkan tahanan termal sistem keseluruhan menjadi lebih tinggi
sehingga laju kehilangan panas ke sekeliling pipa dapat dipertahankan pada harga tertentu
yang serendah-rendahnya.

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 3.6. sistem silindrik dengan bahan yang berbeda

Untuk membahas masalah tersebut marilah kita tinjau sistem termal yang terdiri dari dua
buah pipa silindrik yang saling menempel satu dengan lainnya seperti diperlihatkan pada
gambar 3.6. Dinding tersebut memiliki tebal dan konduktivitas termal yang berbeda, di mana
di dalamnya berlangsung proses perpindahan panas konduksi dari sisi kiri yang
bertemperatur lebih tinggi ke sisi permukaan dinding paling kanan.

Laju perpindahan panas totalnya dari permukaan dinding pipa paling dalam (permukaan
bagian dalam pipa) ke permukaan dinding paling luar (permukaan bagian luar bahan isolasi)
dapat dinyatakan dengan persamaan :

Qw 
 Twi  Two 
(12)
Rwtot

Di mana Rwtot disebut tahanan termal total konduksi sistem silindrik, yang merupakan jumlah
dari kedua tahanan termal yang ada pada sistem termal tersebut :

Rwtot  Rw1  Rw 2 (13)

Dengan Rw1 adalah tahanan termal bagian pipa yang ada pada bagian dalam sistem
tersebut, yang dinyatakan dengan persamaan berikut :

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
r 
ln o 
 ri  pipa (14)
Rw1 
2k1 L

Dan Rw2 adalah tahanan termal bagian bahan isolasi yang ada pada bagian luar sistem
tersebut, yang dinyatakan dengan persamaan berikut :

r 
ln o 
 ri  isolasi (15)
Rw 2 
2k 2 L

Pada kasusu ini, kita dapat menerapkan analogi susunan seri rangkaian listrik yang terdiri
dari dua tahanan listrik, yang diberi tegangan tertentu pada kedua ujungnya, dan rangkaian
dialiri arus listrik tertentu.

Untuk lebih memahami prinsip-prinsip yang telah dibahas di atas maka marilah kita terapkan
konsep atau prinsip-prisip tersebut terhadap beberapa soal sederhana di bawah ini.

Pada bagian ini kita akan membahas pengaruh penambahan bahan isolasi terhadap laju
pertukaran energi panas dari dinding pipa ke sekelilingnya, atau dalam arah sebaliknya
pada kondisi yang lain.

Sebagai bahasan mari kita tinjau kembali persoalan yang diberikan pada soal No.1 di atas.
Apabila sekarang pada pipa tersebut di atas permukaan luarnya dilapisi dengan bahan
isolasi tertentu dengan tebal tertentu pula (Gambar 3.4) maka tahanan termal system
silindrik menjadi bertambah besar, dan besarnya tahanan total konduksinya adalah jumlah
dari tahanan termal dinding pipa (Rw1) dan tahanan termal bahan isolasinya (Rw2).

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 3.4. System silindrik dengan komposisi bahan yang berbeda

Selanjutnya, dengan menerapkan prinsip analogi dengan tahanan listrik maka laju
perpindahan panas konduksinya dapat diperkirakan menggunakan persamaan :

Qw 
 Twi  Two 
(3.12)
Rw1  Rw 2

Di mana :

r 
ln o 
 ri  pipa (3.13)
Rw1 
2k1 L

r 
ln o 
ri (3.14)
Rw 2    isolasi
2k 2 L

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Dengan k1 konduktivitas termal bahan pipa, dan k2 konduktivitas termal bahan isolasi.

Untuk lebih memahami prinsip-prinsip yang telah kita bahas di bagian ini maka mari anda
dipersilahkan meneerapkan prinsip-prinsip tersebut kepada persoalan yang diberikan pada
soal No. 2 di bawah ini.

Contoh penerapan 2 :

Melanjutkan soal No.1 di atas, apabila sekarang pipa tersebut di atas permukaan luarnya
dilapisi dengan bahan isolasi setebal 5 mm dengan bahan isolasi (cellular glass,
konduktivitas termal bahan, k = 0,055 W/mK) dan diinginkan kondisi yang sama yaitu :
temperature permukaan dalam pipa 80 oC, dan temperature permukaan luar bahan isolasi
30 oC, sekarang perkirakan besarnya :

a. Laju perpindahan energy panas secara konduksi dari permukaan dalam pipa ke
permukaan luarnya
b. Tahanan termal total dinding pipa tersebut

Daftar Pustaka
1. Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, “Fundamentals of Heat & Mass Transfer”, 3th
ed., John Wiley & Sons, New York

2. Cengel, Yunus A. & Boles, Michael A., 2007, Thermodynamics: An Engineering


Approach, New York, McGraw-Hill

3. http://www.processtechacademy.com/wp-content/uploads/2015/04/Shell-and-
tube.jpg

4. Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir , Modul Ajar Perpindahan Panas, Universitas Mercu


Buana, Jakarta

‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id
‘13 Alat Penukar Kalor Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Dafit Feriyanto, PhD http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai