Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP KERJA RADIATOR PADA MESIN

Dalam setiap kinerja mesin kendaraan selalu menghasilkan getaran dan panas, tidak ada satu pun
mesin kendaraan yang berkerja dengan efisiensi yang sempurna (tidak ada getaran mau pun
panas). Untuk masalah getaran dapat diredam Shock Absorber mau pun dapat diredam dengan
bantalan sedangkan untuk masalah Overheat dapat di atasi dengan menggunakan Radiator.
Radiator adalah sebuah alat pendingin yang di dinginkan oleh udara luar untuk radiator sendiri,
namun udara luar tidaklah cukup untuk mendinginkan air yang ada di dalam radiator yang suhu
dan tekanannya sangat tinggi sehingga dibutuhkan sebuah kipas pendingin(cooling fan) untuk
menstabilkan suhu dan tekanan yang di perbolehkan dalam kinerja mesin kendaraan tersebut.
Selain kipas radiator, ada kinerja radiator diantaranya adalah tutup radiator, tangki cadangan
(reservoir tank), Pompa air (pump), thermostat, dan fan belt.

Gambar 1 (otomotif plus)

Salah satu konsep perpindahan panas yaitu konveksi yang juga diterapkan dalam sistem kerja
radiator. Sistem kerja radiator bermula bila suhu pada thermostat mencapai 800-900C maka air
akan di alirkan menggunakan pompa ke water jacket menuju combustion chamber, kemudian air
yang masuk ke water jacket di sekeliling combustion chamber akan terpanaskan seperti proses
pemanasan air dalam panci. Lalu air yang terkonveksi panas dari combustion chamberakan
dialirkan kembali ke radiator dan panas tersebut akan diserap dengan sirip sirip (fin) secara
konduksi karena sirip sirip tersebut bersentuhan dengan pipa yang mengalirkan air panas yang
berasal dari combustion chamber. Setelah suhu air kembali stabil, maka akan kembali dalirkan
ke water jacket sedangkan sirip sirip (fin) yang menjadi panas karena proses konduksi dari pipa
yang mengalirkan air panas akan didinginkan dengan kipas pendingin. Apabila tekanan dan suhu
yang terdapat dalam radiator melebihi batas yang di tentukan, makarelief valve akan membuka
dan menghisap air untuk dialirkan melalui overflow pipe kereservoir tank untuk mengurangi
tekanan dan suhu berlebih pada radiator dan bila suhu radiator sudah kembali stabil maka vacum
valve akan membuka secara otomatis untuk menghisap udara segar mengganti kevakuman dalam
radiator dan air yang berada pada reservoir tank akan kembali terhisap ke dalam radiator.

Sebuah mesin yang harus bekerja dalam waktu yang lama dan beban yang cukup berat sangat
memerlukan pendinginan untuk menjaga kestabilan suhu agar kualitas kinerja mesin dan
komponen komponen tidak rusak karena panas. Khususnya mesin mobil yang harus bekerja
cukup lama karena kemacetan mengakibatkan sering terjadinya overheat sehingga radiator
menjadi komponen yang penting untuk menstabilkan panas di combustion chamber.

Oleh karena itu, Penulis ingin menjabarkan sistem kerja radiator serta proses perpindahan panas
yang terjadi pada radiator serta area area radiator yang mempunyai tingkat panas yang tinggi.
Selain itu batas batas kemampuan radiator untuk menjaga kestabilan suhu dan batas batas
kemampuan sirip radiator untuk menahan aliran air panas yang kembali dari combustion
chamber . Sehingga akan terdapat kesimpulan yang bisa dipergunakan untuk pengoptimalan
radiator.

Perpindahan panas adalah proses bertukarnya panas (suhu mau pun energy) yang terjadi pada
dua buah benda baik padat mau pun cair yang berbeda temperature atau pun sebuah benda atau
tempat yang di ubah suhunya melalui pancaran(tidak langsung) dan dapat dilakukan dengan
beberapa proses, yaitu :

1. Proses Konduksi (Conduction)

Proses perpindahan panas antar benda padat yang jumlahnya lebih dari 2 (dua) dengan suhu yang
bervariasi serta secara langsung bersentuhan. Proses ini dapat dilakukan pada benda benda
padat khususnya untuk berbagai dimensi, sebagai berikut:
a. Satu dimensi (Mono Dimensional): Proses perpindahan panas secara konduksi dalam satu
arah (satu garis lurus), atau antara dua titik ( beda temperatur) dalam benda yang masih dalam
satu bidang datar , dan berlaku perumusan sebagai berikut:

Dimana:

Qk : Laju aliran panas dalam Btu/hr atau Watt/s

K : Koefisien konduktivitas material

A : Luas penampang tegak lurus aliran panas 1 dimensi (ft2

atau m2)

dT/dX : Gradient penurunan temperature dalam benda padat (F/ft ; K/m)

b. Dua dimensi (Dwi Dimensional): Proses konduksi yang merambat dalam satu arah (satu garis
lurus), atau antara dua titik (beda temperatur) bisa dalam dua bidang yang berlainan dan dalam
satu bidang datar
c. Tiga dimensi (Tri Dimensional): Proses konduksi yang merambat dalam satu arah (satu garis
lurus), atau antara dua titik (beda temperatur) bisa dalam ruang (bidang tiga) yang berlainan
temperaturnya dan berarah lurus dalam bidang yang berbeda.

2. Proses Konveksi (Convection)

Perpindahan panas dalam suatu fluida (cairan atau gas) yang membutuhkan benda fluida
perantara dari tempat yang mempunyai temperatur yang berbeda dan berpindah dari temperatur
yang lebih tinggi menuju temperatur yang lebih rendah

Sama halnya dengan proses konduksi, proses konveksi juga mempunyai beberapa mekanisme
perpindahannya, yaitu:

a. Satu dimensi (Mono Dimensional): Proses konveksi (perambatan panas dalam fluida) dan
dalam satu arah (satu garis lurus), atau antara dua daerah ( beda temperatur) dalam elemen yang
masih dalam satu bidang datar.

Laju perpindahan panas konveksi satu dimensi dari suatu permukaan fluida dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana:

QC : Laju aliran panas konveksi (Btu/hr atau Watt/s)

Hc : Permukaan perpindahan panas atau koefisien panas

konveksi ( Btu/h ft2 F atau Watt/ s.m2K)

A : Luas area perpindahan panas (ft2 atau m2)

T : Beda temperatur permukaan Ts dan Tf (F atau K)

b. Bidang datar (Dwi Dimensional): Proses konveksi (perambatan panas dalam fluida) dan
dalam satu arah (satu garis lurus), atau antara dua daerah (beda temperatur) bisa dalam dua
bidang yang berlainan dalam perantara fluida.
c. Ruang tiga dimensi (Tri Dimensional) : Proses konveksi (perambatan panas dalam
fluida) dan dalam satu arah (satu garis lurus), atau antara titik elemen (beda temperatur) bisa
dalam ruang (bidang tiga) yang berlainan temperatur dan berarah lurus dalam bidang yang
berbeda menurut elemen cairan.

3. Proses Radiasi (Radiation)

Perpindahan panas secara pancaran (Radiation0 dari suatu elemen ke elemen yang lain dengan
atau tanpa perantara (dalam ruang hampa/vaccum) yang mempunyai temperatur lebih tinggi ke
suatu elemen/tempat yang mempunyai temperatur yang lebih rendah.

Laju perpindahan panas secara radiasi dalam satu dimensi dari suatu permukaan fluida dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana :

Qr : Laju bersih aliran panas radiasi ( Btu/hr atau Watt/s)

: Konstanta dimensional ( 0.1714x10-8 Btu/hr ft2 R4 atau


5.67x10-8
Watt/m2K4)

A1 : Luas perpindahan panas (ft2 atau m2)

T1 : Temperatur permukaan yang memancarkan panas (R/K)

T2 :Temperatur permukaan yang menutupi (R atau K)

:Menggunakan 1 (emitansi) khusus untuk perbandingan

Adapun beberapa mekanisme perpindahan panas secara radiasi sebagai berikut:

a. Satu arah pancaran (Mono Dimensional): Proses radiasi (pancaran panas) dalam satu arah
berupa satu garis lurus, atau antara dua titik titik daerah/tempat yang mempunyai beda
temperaturnya dalam ruang atau bidang yang berbeda.

b. Bidang datar 2-dimensi (Dwi Dimensional): Proses radiasi (pancaran panas) dalam satu arah
berupa satu garis lurus, atau antara dua titik titik daerah/tempat yang mempunyai beda
temperaturnya bisa dalam dua bidang yang berlainan dalam tanpa membutuhkan elemen
perantara (ruang hampa).

c. Ruang tiga dimensi (Tri Dimensional) : Proses radiasi (pancaran panas) dalam tiga arah
berupa garis lurus, atau antara dua titik titik daerah/tempat yang mempunyai beda
temperaturnya bisa dalam ruang (bidang tiga) yang berlainan temperaturnya dan mempunyai
arah garis lurus bisa dalam bidang yang berbeda menurut dan tanpa elemen perantara.

Dalam proses kerja radiator mobil berlangsung dua buah proses perpindahan panas yaitu
perpindahan panas secara konveksi pada saat air radiator dipanaskan di dalam water jacketdan
perpindahan panas secara konduksi yang terjadi ketika sirip sirip (fin) bersinggungan dengan
pipa yang membawa air radiator yang panas dan menyerapnya.

Selain persamaan persamaan dasar yang telah di jelaskan, ada pula rumus yang di butuhkan
untuk meghitung perpindahan panas rata rata dan laju aliran perpindahan panas yang terjadi
pada radiator mobil dan berikut persamaannya.
Heat Transfer Rate/Flux (perpindahan panas rata rata )

Dimana :

QX : Heat transfer rate/flux (Joule/m2.s)

KT : Konduktivitas termal (Joule/m.0C.s)

T : Perbedaan suhu (0C)

X : Panjang benda (m)

Sedangkan untuk Heat Flow adalah sebagai berikut :

Dimana :

H : Heat flow/laju aliran panas (J/s)

KT : Konduktivitas termal (Joule/m.0C.s)

Thot : Suhu yang lebih tinggi (0C)

Tcold : Suhu yang lebih rendah (0C)

A : Luas penampang benda (m2)

t : Ketebalan benda (m)

Menurut Armento (1979), Menegazzi dan Trapi (1996) ( Rudi S. (1999)) faktor faktor yang
mempengaruhi kinerja dalam proses pendinginan dalam sebuah radiator di antaranya yaitu:

- Tipe dari system pendinginan (menggunakan udara atau air)

- Diameter dari water jacket yang digunakan

- Tipe coolant yang digunakan

- Thermostat
- Penutup tekanan

- Vacum dan Relief Valve

- Kondisi sirip kipas pendingin(Cooling Fan)

- Kinerja dari pompa air pendingin

Selain pendapat diatas, masih ada beberapa pendapat untuk mengoptimalkan proses perpindahan
panas yang terjadi atau meningkatkan efisiensi dari kinerja radiator diantaranya sebagai berikut:

1. Penelitian pendahulu yang dilakukan beberapa orang peneliti yang dilaporkan kembali oleh
Indra Mamad Gandidi (2001) dan Ximenes (1981) melaporkan hasil eksperimen untuk koefisien
perpindahan panas dalam susunan satu dan dua baris pipa oval pada penukar panas sirip plat
yang menunjukkan bentuk geometri bulat, diselidiki bahwa penurunan koefisien panas berkurang
secara dramatis dibelakang pipa-pipa dibandingkan dengan konfigurasi oval.

2. Rosman et. al. (1984) secara eksperimen menentukan koefisien perpindahan panas global dan
lokal, menggunakan analogi perpindahan panas dan massa untuk susunan satu dan dua baris pipa
bulat, diikuti dengan perhitungan numeris distribusi temperatur sirip dan efisiensi sepanjang
sirip. Hasilnya menunjukkan bahwa konfigurasi dua baris lebih efisien dari susunan satu baris.

3. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari geometri sirip terhadap koefisien perpindahan
panas konveksi pada radiator, Rudi S. (1999) melakukan penelitian secara eksperimental dengan
cara merubah geometri sirip untuk mendapatkan aliran udara yang melewati inti radiator supaya
lebih berputar. Hasil yang didapat menunjukkan peningkatan koefisien perpindahan panas
konveksi radiator.

Prinsip Dasar Alat Penukar Panas


Khususnya Radiator
Alat Penukar panas (Heat Exchange/Radiator) adalah sebuah alat yang berfungsi untuk
mengubah temperatur suatu fluida dengan proses pertukaran panas/kalor dengan fluida lainnya
yang berbeda temperatur. Prinsip alat penukar panas adalah sebagai tempat mencampurkan
kedua fluida tersebut namun dibatasi dengan dinding pipa atau sirip sirip yang di pasangkan
pada pipa. Walau pun ada pula metode dengan langsung mencampurkannya namun hal tersebut
hanya dapat dapat di gunakan bila kedua fluida yang di gunakan adalah sejenis atau pun memang
mempunyai tujuan untuk menukar panas dan mencampurkan kedua sifat dari fluida fluida
tersebut. Proses aliran pertukaran panas yang terjadi sama halnya dengan proses aliran air yaitu
panas dari fluida yang bertemperatur tinggi menuju ke fluida yang bertemperatur lebih rendah.
Besarnya panas/kalor yang berpindah sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu kecepatan
aliran fluida, arah aliran, sifat sifat fisik dan kimia kedua fluida, kondisi permukaan dan luas
bidang penukar/pembatas penukar panas, serta perbedaan temperature antara kedua fluida yang
digunakan.

Terdapat dua jenis aliran fluida yang mungkin terjadi yaitu aliran laminar dan aliran turbulen.
Pada aliran laminer adalah sebuah aliran yang sifatnya tenang, kecepatannya rendah dimana
semua partikel partikelnya mempunyai sifat yang seragam, sedangkan pada aliran turbulen
berlawanan dengan laju aliran laminer yaitu setiap partikelnya mempunyai arah dan kecepatan
yang berbeda beda dan tidak seragam, sehingga setiap partikel menyentuh permukaan dan
dinding aliran. Jadi dapat disimpulkan bahwa aliran turbulen akan membuat kesempatan bagi
fluida untuk menyerap panas pada dinding saluran lebih besar.

Ada beberapa cara untuk memperoleh laju aliran turbulen bagi alat penukar panas yaitu dengan
cara membuat alur tempat fluida mengalir yang berliku liku, membuat dinding permukaan
yang kasar, atau dengan mempercepat laju aliran fluida. Bersamaan dengan peningkatan
kapasitas perpindahan panas tersebut, maka gesekan atau tumbukan dengan dinding saluran akan
meningkat.

Sedangkan keseimbangan energi dalam radiator dapat dideskripsikan sebagai berikut. Satu fluida
pada alat penukar panas akan berfungsi sebagai fluida panas yang akan melepaskan sebagian
energinya dalam bentuk panas kepada fluida dingin. Apabila fluida dalam pipa bertindak sebagai
fluida panas (air), maka fluida dalam sirip-sirip (fin) bertindak sebagai fluida dingin (udara).
Terjadinya perbedaan temperatur antara sisi masuk dengan sisi keluar menunjukkan adanya
fenomena tersebut.
Dengan :

m : laju aliran massa (kg.s-1)

Cp : panas spesifik (J.kg-1.0C-1)

Tinlet : temperatur fluida masuk (0C)

Toutlet : temperatur fluida keluar (0C)

Dengan mengetahui jenis fluida yang mengalir, laju aliran massa serta tingkat keadaan awal dan
keadaan akhir dari fluida tersebut maka kita dapat membuat suatu kesetimbangan energi dan
menghitung banyaknya energi yang berpindah. Untuk fluida panas (air) yang mempunyai
temperatur awal lebih tinggi dari pada temperatur akhir dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar.2 Kesetimbangan

(Ir.Subroto,MT. & Ir.Sartono Putro, 2003:11)

Besarnya energi yang dilepaskan :

Q in = Q lepas + Q out

Q lepas = Q in - Q out
Q lepas = m a . cpa . Tam - m a . cpa . Tak

Q lepas = m a . cpa [ Tam Tak ](7)

Sistem pendingin pada motor bakar, dalam motor bakar piston merupakan bagian yang sangat
penting. Motor tidak dapat beroperasi dalam waktu yang lama bila sistem pendinginannya tidak
bekerja dengan baik. Berdasarkan sistem pendinginnya, motor bakar piston dapat dibedakan
antara motor bakar dengan pendinginan menggunakan air dan motor bakar dengan pendinginan
menggunakan udara. Pada motor bakar dengan pendinginan air, air pendingin dialirkan melalui
kepala dan dinding silinder serta bagian lainnya yang perlu didinginkan. Air akan menyerap
panas dari bagian-bagian tersebut, kemudian mengalir meninggalkan blok mesin menuju
radiator. Dengan bantuan kipas udara, udara dihembuskan melalui sirip-sirip pendingin tersebut.
Jadi air pendingin disini tidak berhubungan langsung dengan atmosfir. Sistem pendinginan
seperti ini disebut sistem pendinginan tertutup.

Sedangkan prestasi radiator adalah kemampuan dari radiator tersebut untuk melepaskan panas
dari air ke udara yang mengalir disekitarnya dengan laju aliran massa air dan udara tertentu
persatuan waktu. Prestasi radiator dapat dicari dengan mengamati keadaan masuk dan keluar
fluida dari sistem serta mengasumsikan bahwa alirannya merata dan mantap. Untuk menentukan
prestasi radiator diperlukan parameter parameter antara lain sebagai berikut :

1. Laju aliran massa air, m

2. Temperatur air masuk, Tam

3. Temperatur air keluar, Tak

4. Temperatur udara ruangan

Dari penelitian diatas dapat di ambil hasil yaitu radiator memanfaatkan proses perpindahan panas
secara konveksi dan untuk meningkatkan efisiensi dari radiator itu sendiri maka ada beberapa
cara di antaranya adalah mengubah material sirip sirip radiator, mengubah material pipa serta
bentuknya, fluida pendingin yang memiliki koefisien penghantar panas yang baik, putaran kipas
yang tinggi, pompa yang digunakan untuk mengalirkan fluida, bahkan susunan baris sirip(fin)
dan pipa dapat meningkatkan efisiensi dari radiator tersebut.
Perawatan juga sangat diperlukan untuk menjaga kualitas kinerja dari radiator. Perawatan yang
dilakukan secara berkala(preventive maintenance) adalah pemeriksaan tingkat fluida yang
terdapat pada radiator, sedangkan untuk perawatan lainnya adalah pemeriksaan untuk sirip yang
mengembang

SARAN

Cek selalu radiator agar radiator dapat bekerja dengan efisien sehingga tidak terjadi kerak,
bocor, ataupun kisi kisi rusak.

Tutup radiator selalu di perhatikan agar katup katup nya dapat berfungsi untuk memelihara
volume air pendingin dan tekanan dala radiator, karena tutup radiator mempunyai membra untuk
pernafasan penguapan.

Gantilah selang radiator apabila sudah retak retak ataupun keropos.

Pada sirip - sirip radiator selalu di lihat agar tidak ada kotoran kotoran, kerikil ataupun
serangga sehingga pada proses pelepasan panas dari radiator ke udara luar akan lancer dan tidak
terjadi overheat.

Untuk campuran air pendingin jangan salah mencampurnya, kurang lebih 50% anti beku dan
50% air, untuk musim dingin anti beku biasa di tambahkan hingga 70%, hal ini di sebabkan anti-
freeze juga akan membantu mendinginkan air saat air mencapai titik didihnya yaitu 100oC dan
bahkan membantu air pendingin saat suhu belum mencapai temperatur normal.

Referensi :

- Buku New Step 1, training manual Toyota

- Bahan Ajar dosen Ir. Prinadi, M.Sc.

- Otomotif Plus

- AP Physics Thermodynamics

- http://dehagoblog.blogspot.com/2011/02/penyebab-panas-berlebihan-overheating.html

Anda mungkin juga menyukai