Anda di halaman 1dari 3

1).

Menurut Devito (1997), komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi merupakan


komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berpikir, melakukan penalaran, menganalisis
dan merenung.

Komunikasi intrapersonal menguraikan bagaimana seorang individu menerima informasi,


mengolahnya, menyimpannya, dan menghasilkannya kembali, yang melalui tahap-tahap proses
sensasi, asosiasi, persepsi, memori, dan berfikir.

2). Judy C. Pearson (1983) menyebutkan enam karakteristik komunikasi antarpribadi adalah sebagai
berikut :

1.Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self)

Dalam berkomunikasi, terdapat berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan
pemahaman. Semua hal tersebut dihasilkan dari dalam diri individu. Oleh karena itu, artinya
komunikasi antar pribadi dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita. (Baca juga:
Komunikasi Pemerintahan)

2. komunikasi interpersonal memiliki empat karakteristik umum yang harus dimiliki sebuah
komunikasi agar dapat dikatakan sebagai komunikasi interpersonal, yaitu keterbukaan atau
openness, empati, dukungan, rasa positif (positiveness), dan kesamaan (equality).

Komunikasi interpersonal memiliki misi membantu mad’u agar dapat mengembangkan potensinya
secara optimal dalam proses perkembangan dibidang keagamaan dan agar mad’u dapat mengenal
dirinya serta dapat memperoleh kebahagiaan hidup dengan memiliki nilai-nilai agama yang
diaplikasikan dalam kedisiplinan beribadahnya, akhlaknya yang bagus dan perilaku yang sesuai
dengan ilmu-ilmu agama yang telah diajarkan da’i. Sedangkan point yang paling penting adalah,
ketika da’i dalam memberikan pengajaran harus mengetahui strategi dan pendekatan pembelajaran,
karena sangat penting dalam peningkatan pemahaman keagamaan bagi para mad’u. Sehingga,
dengan peningkatan pemahaman keagamaan, para mad’u akan mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari. Begitu juga untuk mencapai keefektifitasan dalam berkomunikasi. Menurut Jalaludin
Rakhmat komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal
yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat, 1996: 13).Apabila da’i mampu mengomunikasikan
ilmu agama dengan baik, maka para mad’u akan menerimanya, mad’u pun akan memahami dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Serta peningkatan pemahaman keagamaan para
mad’u akan terlihat dari tingkah laku kesehariannya. Jadi komunikasi interpersonal antara da’i dan
mad’u akan sangat efektif dalam proses peningkatan pemahaman keagamaan.

3). Beberapa prinsip komunikasi verbal yang efektif dalam perspektif Islam adalah sebagai berikut :
Intonasi yang lembut. Islam sangat menggarisbawahi pentingnya sopan santun dan etika dalam
berkomunikasi, salah satunya adalah dengan menggunakan intonasi yang lembut. Sebaliknya,
menggunakan intonasi yang keras dapat membuat penerima pesan menjadi tidak nyaman.

Menggunakan kata-kata yang tepat. Untuk mencapai komunikasi yang efektif, pemilihan serta
penggunaan kata-kata, frasa dan kalimat yang tepat sangatlah penting agar pesan dapat
tersampaikan dengan baik.

Menggunakan suara yang lemah lembut. Suara yang keras dapat menyebabkan gangguan dan
kerusakan pada alat pendengaran. Suara yang keras termasuk dalam polusi yang dapat merusak
kesehatan. Secara alamiah, Allah SWT telah menganugerahkan manusia dengan suara yang sangat
dinamis yang dapat digunakan dalam situasi yang tepat. Karenanya, penggunaan volume suara yang
tepat perlu disesuaikan dengan penerima pesan.

Memahami mental penerima pesan. Seorang komunikator dalam proses komunikasi Islam
hendaknya memahami bahwa setiap orang memiliki sifat dan tingkatan mental yang berbeda.
Sehingga masing-masing orang pun memiliki kemampuan yang berbeda dalam menerima dan
menyerap pesan yang dikirimkan oleh komunikator. (Baca juga: Komunikasi Pemerintahan)

Memahami situasi dan kondisi. Salah satu prinsip kunci dari komunikasi yang efektif adalah
memahami situasi dan kondisi dimana komunikasi tersebut berlangsung. Dalam artian, pesan yang
disampaikan oleh komunikator disesuaikan dengan situsi dan kondisi dimana komunikasi tersebut
berlangsung.

Menghindari dominasi pembicaraan. Dalam suatu diskusi, tidak jarang terdapat anggota diskusi yang
terlalu mendominasi pembicaraan dibandingkan dengan yang lain. Hal ini mengakibatkan anggota
diskusi yang lain menjadi bosan. Adanya dua telinga dan satu mulut dimaksudkan agar sebagai
pengirim pesan hendaknya lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara. Orang bijak selalu
mendengarkan apa yang dikatakan oleh lain dan berbicara dengan sedikit.

Hindari mencela dalam diskusi. Tidak sedikit orang yang berbicara secara langsung atau “blak-
blakan” tanpa mengindahkan perasaan orang lain.

Sedangkan, prinsip-prinsip komunikasi non verbal yang efektif dalam persepektif Islam adalah
sebagai berikut :

1. Riang dan ceria

Hal ini berkaitan dengan eskpresi wajah saat bertemu dengan orang lain. Dalam Islam, memberikan
senyuman dan menampilkan wajah yang ceria saat bertemu dengan orang lain adalah sedekah.
Pesan dapat disampaikan dengan lebih baik melalui ekspresi wajah yang ceria dan ramah dan
penerima pesan akan merasakan nyaman sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.

2. Penggunaan mata
Mata adalah jendela hati. Mata dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat disampaikan dengan
kata-kata. Mata dapat mengungkapkan perasaan kasih sayang, marah, cemburu dan lain-lain. Untuk
itu, saat berkomunikasi atau melakukan percakapan dengan orang lain perlu hati-hati dalam
menggunakan mata atau kontak mata. (Baca juga: Bahasa sebagai Alat Komunikasi)

3. Menggunakan tangan

Gerakan tangan saat berkomunikasi dengan orang lain dapat menambah efektivitas komunikasi.
Namun demikian, komunikator perlu berhati-hati dalam menggunakan tangan ketika menyampaikan
pesan karena bisa jadi orang akan memberikan arti yang berbeda sesuai dengan latar belakangnya.
(Internet sebagai Media Komunikasi)

Anda mungkin juga menyukai