Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Manajemen

Manajemen berasal dari to manage yang berarti mengatur. Dalam hal mengatur, akan timbul
masalah, problem, proses dan pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa
harus diatur dan apa tujuan pengaturan tersebut. Manajemen juga menganalisa, menetapkan
tujuan/sasaran serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban secara baik, efektif dan efisien

Menurut Firmansyah (2018:4) Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan terlebih dahulu.

Dalam perspektif lebih luas, manajemen adalah suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber
daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien. Berarti manajemen merupakan perilaku anggota dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuannya. Dengan kata lain, organisasi adalah wadah bagi operasionalisasi
manajemen. Karena itu didalamnya ada sejumlah unsur pokok yang membentuk kegiatan manajemen,
yaitu : Unsur manusia (Human), barang-barang (Material), mesin (Machines), metode (method), uang
(money) dan pasar (market). Keenam unsur ini memiliki fungsi masing-masing dan saling
berinteraksi atau mempengaruhi dalam mencapai tujuan organisasi terutama proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efisien.

Dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien itulah, manajemen harus
difungsikan sepenuhnya pada setiap organisasi, baik organisasi,instansi, industri, perbankan, maupun
pendidikan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (accuating), kordinasi (coordinating) dan pengendalian (controlling).
Paling tidak kelima fungsi tersebut dianggap mencukupi bagi aktivitas manajerial yang akan
memadukan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya material melalui kerjasama untuk
mencapai tujuan organisasi.

Pendapat lain mengemukakan fungsi Manajemen sebagaimana dikemukakan oleh Henry Fayol
(2010:179) Bahwa :
“Manajer menjalankan fungsi manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengkoordinasi,
dan mengendalikan. Dan bisa juga dengan : Perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian”. Ini lah tujuan fungsi manajemen menurut Henry Frayol (2010:180) :

1. Fungsi perencanaan, meliputi tugas-tugas menyusun rencana kegiatan kedepan dari suatu
organisasi, yang meliputi rencana jangka panjang, menengah, pendek, rencana kegiatan serta
menetapkan target yang hendak dicapai.
2. Fungsi pengorganisasian, meliputi tugas-tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang
melakukan, bagaimana tugas-tugas itu dikelompokkan, siapa melopor kepada siapa, dimana
keputusan harus diambil.
3. Fungsi kepemimpinan, karena suatu organisasi terdiri dari orang-orang adalah tugas seorang
manajer untuk mengarahkan dan mengkordinasikan orang-orang ini. Saat mereka
mengarahkan, memotivasi, memilih saluran komunikasi yang efektif atau memecahkan
konflik antar anggota semuanya ini adalah fungsi kepemimpinan seorang manajer
4. Fungsi pengendalian, setelah tujuan-tujuan ditentukan, rencana dituangkan, pengaturan
struktual digambarkan, dan orang-orang dipekerjakan, dilatih, dimotivasi masih ada
kemungkinan bahwa ada sesuatu yang keliru untuk memastikan semua urusan berjalan
sebagai mana mestinya seorang manajer harus memantau kinerja organisasi”.
a) Awal Manajemen

Peradaban kuno pada bagian barat Mesopotamia dan tulisan-tulisan Mesir kuno sekitar
tahun 1200 sebelum masehi menunjukan sudah adanya pengetahuan serta penggunaan
manajemen untuk mengelola soal-soal politik (Winardi,1990).

Sejarah Yunani kuno dan kerajaan Romawi banyak memberikan bukti tentang
pengetahuan manajemen terutama dalam pengelolaan persidangan dipengadilan, praktek
pemerintah, organisasi tentara, kesatuan usaha-usaha kelompok dan pelaksanaan otoritas.
Demikian pula organisasi gereja telah menggunakan struktur organisasi sedunia yang menyusun
otoritas sendiri sebagai bukti penerapan manajemen sampai pertengahan abad ke-18 juga
menggunakan prinsip manajemen dalam meningkatkan produksi.

b) Manajemen Ilmiah

Frederick Winslow Taylor (1856-1915) dianggap sebagai bapak manajemen ilmiah,


seorang insinyur dan industrialis Amerika yang teori manajemennya dianggap radikal pada
zamannya dalam meningkatkan produktivitas. Disamping dia bekerja pada Midvale Steel Works
di Philadelphia sebagai juru mesin tahun 1878 dan mencapai Chief Enginer serta mendapat gelar
dalam bidang engineering yang juga menemukan alat pemotong baja yang bekerja sangat cepat.

Dari pengalamannya Taylor menyadari bahwa problem produktivitas yang sebenarnya


berasal dari sikap tak acuh pekerja dan manajer. Sebagian sikap tak acuh tersebut timbul karena
baik para manajer maupun para pekerja tidak mengetahui apa yang dinamakan “kerja layak untuk
setiap hari kerja” dan “upah layak untuk setiap hari kerja”. Menurutnya, produktivitas
merupakan kunci pemecahan bagi pencapaian upah lebih tinggi dan lebih besar. Akhirnya Taylor
mengeluarkan karya ilmiah “The Principles of Scientific Management”tahun 1911 yang
didalamnya diungkapkan prinsip-prinsip fundamental sebagai landasan pendekatan ilmiah
terhadap manajemen.

Dalam manajemen, Taylor juga beranggapan bahwa para pekerja harus dipilih secara
hati-hati dan cermat , dan setelah itu mereka perlu diberi latihan yang memadai untuk dapat
bekerja sebaik mungkin. Dia memandang bahwa kepentingan para pekerja, para manajer dan para
pemilik perusahaan harus dapat diselaraskan. Taylor juga memilik pengikut yang
mengembangkan teorinya yaitu : Henry L.Grant (1887) seorang insinyur mesin yang dikenal
sebagai pengembang sistem perencanaan yang dapat diawasi secara efektif. Demikian Frank
Gilbert dan Lilian Gilbert , seorang yang mendapatkan julukan “first lady of management”
dimana mereka berdua banyak mengembangkan prinsip manajemen ilmiah.
c) Manajemen Modern

Henry Fayol seorang industrialis berkebangsaan Francis merupaka bapak manajemen


modern. Dia mengarang sebuah buku manajemen yaitu “Administration Industrielle et
Generale”. Dia mengembangkan aktivitas manajerial yang mencakup : teknikal (produksi),
komersial (membeli,menjual dan menukarkan), finansial (mencari modal dan memanfaatkan
secara optimal), kepastian (perlindungan harta kekayaan), akunting dan manajerial (perencanaan,
pengorganisasian, memimpin, mengkoordinir dan mengawasi).

2.1.2 Manajemen sumber daya Manusia

Setiap organisasi atau perusahaan memerlukan sumber daya Manusia dan sumber daya lainnya
untuk mencapai tujuannya. Menurut hasibuan (2017:10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar aktif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Menurut buku manajemen , Richard L Daft “(Management) adalah pencapaian tujuan organisasi
dengan cara yang efektif dan efisien melalui Perencenaan, Pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian sumber daya organisasi”

Sedangkan menurut Hasibuan (2017:14) Peranan Manajemen sumber daya manusia adalah :

1.Menetapkan jumlah kualitas, da n penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kebutuhan
perusahaan berdasarkan Job description, job specification, dan job evolution.

2.Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan asas the right man in the
right job.

3.Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan promosi, dan pemberhentian.

4.Meramalkan penawaran dan permintaan sumberdaya manusia pada masa yang akan datang.

5.Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan perusahaan pada


khususnya.

6.Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijaksanaan pemberian balas jasa
perusahaan-perusahaan sejenis.

7.Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.

8.Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan.

9.Mengatur mutasi karyawan baik vertical maupun horizontal.

10.Mengatur pensiun, pemberhentian, dam pesangon

Jadi manajemen sumber daya manusia merupakan manajemen yang menitik beratkan
perhatiannya kepada faktor produksi manusia dengan segala kegiatannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manajemen adalah “ Proses memperoleh, ,melatih, menilai, dan
memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja, kesehatan, keamanan,
dan masalah keadilan”. Gary Desseler (2003:5)\

2.1.3 Stress Kerja

Menurut Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) , mendefinisikan stres sebagai suatu


tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses
psikologis sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu
banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang.

Menurut Luthans (2006:442) ada beberapa penyebab stres kerja:

a. Stressor Ekstraorganisasi
Stressor ekstraorganisasi adalah faktor penyebab stres yang berasal dari luar perusahaan
yaitu mencakup hal seperti di bawah ini:
1) Perubahan sosial
Perubahan sosial secara umum diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya
struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi, kenyamanan dalam lingkungan, pola pikir
yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih
bermanfaat.
2) Kesulitan menguasai globalisasi
Proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia,
produk/jasa, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
3) Dukungan keluarga
Secara umum diakui bahwa keluarga mempunyai dampak besar terhadap tingkat stres
seseorang. Situasi keluarga baik krisis singkat, seperti pertengkaran atau sakit anggota keluarga,
atau relasi buruk dengan orangtua, pasangan, atau anak-anak dapat bertindak sebagai stressor
yang signifikan pada karyawan.
b. Stressor Organisasi
Selain stressor potensial yang terjadi di luar organisasi, terdapat juga stressor organisasi
yaitu penyebab stres yang berasal dari organisasi itu sendiri. Sering kali perusahaan mengalami
intervensi perubahan dalam strategi bisnis mereka untuk bersaing dengan perusahaan lain, maka
ada beberapa akibat yang sering pula timbul ketika perusahaan/organisasi mengalami intervensi,
yaitu:
1) Kebijakan atau peraturan pimpinan yang
terlalu otoriter terhadap karyawan, ini tentu saja membuat karyawan tertekan dan tidak nyaman
selama bekerja.
2) Ketidakjelasan tugas, dalam hal ini karyawan dibingungkan dengan tugas
yang diberikan perusahaan/organisasi kepada para karyawan. Perusahaan/organisasi bisa saja
memberikan beban tugas yang tidak seharusnya dikerjakan karena tuntutanperusahaan yang
tinggi.
c. Stressor Kelompok
Stressor kelompok dapat di kategorikan menjadi dua area, yaitu:
1) Rekan kerja yang tidak menyenangkan. Karyawan sangat di pengaruhi oleh dukungan anggota
kelompok yang kohesif. Dengan berbagi masalah dan kebahagiaan bersama-sama, mereka jauh
lebih baik.Jika hubungan antar rekan kerja ini berkurang pada individu, maka situasi akan ini
akan membuat stres
2) Kurangnya kebersamaan dengan rekan kerja. Studi Hawthorne jelas membahas kohesivitas
atau “kebersamaan” merupakan hal penting pada karyawan, terutama pada tingkat organisasi
yang lebih rendah. Jika karyawan tidak mengalami kesempatan kebersamaan karena desain
kerja, karena di batasi, atau karena ada anggota kelompok yang menyingkirkan karyawan lain,
kurangnya kohesivitas akan menyebabkan stres.
d. Stressor Individu
Terdapat kesepakatan mengenai dimensi situasi dan disposisi individu yang
dapatmempengaruhi stres.

Menurut Luthans (2006:442), disposisi individu seperti pola kepribadian tipe A, kontrol
personal. Faktor stres yang mempengaruhi seorang individu adalah beban kerja, terbatasnya
waktu kerja dan peran ganda. Pola kepribadian karyawan saat mengalami stres kerja berbeda-
beda.
Menurut Cooper dan Davidson dalam Rivai (2009:313)
individual stressor memiliki beberapa item yaitu tipe kepribadian seseorang, kontrol personal,
dan tingkat kepasrahan seseorang, serta tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta
ketidakjelasan peran. Ketika karyawan mengalami stress tanggapan karyawan bisa biasa saja
sampai dengan ektsrim (berlebihan). Karyawan di tuntut bekerja dengan intensitas tinggi, tentu
saja akan mengalami stres. Untuk itu para individu harus bisa mengontrol emosinya. Selain itu
daya tahan psikologis sangat mempengaruhi tingkat stres yang dialami seseorang, karena pada
dasarnya kondisi psikologis setiap individu tidak bisa di sama ratakan. Selain itu, tingkat konflik
intraindividu yang berakar dari frustasi, tujuan, dan peranan.

2.1.3.1 Kinerja
Pada umumnya, kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang dalam melakukan
sesuatu pekerjaan. Lawler dan porter (1967) mengemukakan bahwa kinerja adalah kesuksesan
seseorang dalam melaksanakan rugas.
Rivai (2008: 309) berpendapat bahwa kinerja adalah merupakan perilaku nyata yang
dihasilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan. Dalam sutrisno
(2010:173) menyatakan bahwa perilaku seseorang akan terbawa dalam menjalankan kehidupan
dan kegiatan dalam organisasi, baik organisasi bisnis maupun public. Bila suatu organisasi
mempunyai SDM yang bertanggung jawab tinggi, moral yang tinggi, hukum yang andal, maka
dapat dipastikan organisasi tersebut akan mempunyai kinerja yang baik. Oleh karena itu, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Bagaimana mengorganisasikan berbagai kegiatan dan memobilisasi para
pegawai/karyawan yang ada dalam organisasi agar tujuan organisasi tercapai.
b. Bagaimana mengelola para pegawai/karyawan organisasi secara efektif, agar tujuan
organisasi dapat tercapai disertai efisiensi yang tinggi.
c. Bagaimana menciptakan kondisi organisasi, sistem balas jasa dan hukuman untuk
menunjang suasana kerja agar tercapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
Dari definisi mengenai kinerja, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil dari
suatu yang telah dikerjakan dalam organisasi sesuai tanggung jawab dan wewenang yang
telah diberikan kepada individu atau kelompok kerja guna mencapai tujuan organisasi sesuai
dengan nilai dan norma yang ada.
Faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability), dan faktor
motivasi (motivation). Pendapat Keith Davis dalam A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67)
dalam Mangkunegara (2007:13) yang merumuskan bahwa :
2.1.3.2 Hubungan antara Stres Kerja dengan Kinerja

Stres dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif terhadap kinerja karyawan. Pada
saat tingkat stres yang dialami karyawan rendah dan tidak ada stressor sama sekali, karyawan
akan cenderung bekerja pada tingkat prestasi yang akan dicapai. Stres dibutuhkan untuk
meningkatkan motivasi atau dorongan seseorang untuk meningkatkan kinerja. Ketika stres
mengalami peningkatan sampai tingkat yang tinggi, kinerja akan semakin menurun disebabkan
orang tersebut akan menggunakan tenaganya untuk mengatasi stres daripada untuk melakukan
tugasnya.

Model konsep

Stress
Kinerja
Kerja

Gambar 1 Model Konsep

Berdasarkan model konsep, dapat dijelaskan bahwa dalam model hipotesis seperti terlihat
pada gambar di bawah ini :

Yang menyebabkan stress

(x1) Karyawan

(Y)
Pengaruh terhadap kinerja

(X2)

Sumber: diolah tahun 2016 dan diperbarui tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai