Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
Jl. KaharuddinNasution No. 113 MarpoyanPekanbaru, Riau, Indonesia
Telp. +62761674674 Fax. +62761674834 Website: www.pps.uir.ac.idEmail: pps@uir.ac.id

UJIAN AKHIRSEMESTER (GENAP)


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata Kuliah : HUKUM PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN


Hari/Tanggal : Jumat, 25 Juni 2021
Waktu Ujian : 15.00-16.30 WIB
Semester/Kelas : II / Hukum Bisnis B
Dosen Pengampu : Dr. Zulherman Idris, S.H., M.H
Sifat Ujian : Daring

PetunjukUmum:

1. Berdo’alah sebelum mulai mengerjakan soal


2. Tulislah Nama dan NPM Anda di lembar jawaban
3. Bacalah soal dengan teliti dan periksa kembali lembar jawaban sebelum dikumpulkan
4. Mencontek tidak diizinkan selama ujian berlangsung
5. Jawab Soal dengan Jelas dan tepat

A. Print materi kuliah yang sudah di shere serta buat covernya.

B. Jawab Soal di bawah ini:

1. Jelaskan perbedaan mendasar antara perusahaan yang Non Badan hukum dengan tidak
berbedan hukum dilihat dari bentuk dan pertanggungjawabannya.
2. Kenapa Perseroan Terbatas disebut dengan Badan Hukum serta dikatakan sebagai subjek
hukum, jelaskan alasannya.
3. Jelaskan istilah dibawah ini yang melekat pada Perseroan Terbatas.
a. Persona Standi in judicio
b. Separate Legal Personality
c. Artificial Person.
d. Pierching the corporeateviel
4. Berikan 3 alasan penting tentang pengaturan hukum kepailitan bagi Kreditur maupun Debitur,
serta berikan 4 bentuk akibat dari pernyataan pailit bagi debitur.
Tugas dan soala akan di kumpulkan atau diperlihatkan dalam proses daring melalui kamera dalam
waktu secepatnya akan disampaikan melalui grup 1 hari sebelum diperlihatkan.

VERIFIKASI SOAL :

Disetujui Tanggal: Juni 2021 Dosen Penguji:


Kaprodi.

Dr. Surizki Febrianto, S.H., M.H Dr. Zulherman Idris, S.H., M.H

Lembar Jawaban
Mata Kuliah : HUKUM PERBANKAN (KONVENSIONAL & SYARIAH)
Nama Mahasiswa : Fajri Anugrah
NPM : 201021027
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
Jl. KaharuddinNasution No. 113 MarpoyanPekanbaru, Riau, Indonesia
Telp. +62761674674 Fax. +62761674834 Website: www.pps.uir.ac.idEmail: pps@uir.ac.id
Kelas : B
Hari/Tanggal : Jumat, 25 Juni 2021
Waktu Ujian : 16.30-18.00 WIB
Semester/Kelas : II / Hukum Bisnis B
Dosen Pengampu : Dr. ZulkifliRusby, M.Esy., M.M
Sifat Ujian : TUGAS

1. Jelaskan perbedaan mendasar antara perusahaan yang Non Badan hukum dengan tidak
berbadan hukum dilihat dari bentuk dan pertanggungjawabannya.
Badan usaha yang berbadan hukum adalah badan usaha yang memisahkan
antara harta kekayaan pribadi pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha.
Apabila badan usaha memisahkan antara harta kekayaan pribadi pemilik/pendirinya
dan harta kekayaan badan usaha, maka ketika terjadi suatu permasalahan hukum,
badan usaha hanya dapat dituntut atau diminakan ganti kerugian hanya sebatas
harta kekayaan badan usaha itu sendiri dan tidak masuk kepada harta pribadi
pemilik/pendirinya. Terdapat kekurangan badan usaha yang berbadan hukum, yaitu
ketika pengusaha memiliki modal yang tidak banyak, maka sangat sulit untuk
mendirikan badan usaha khusunya yang berbadan hukum, sebab di dalam beberapa
undang-undang mengutur secara limitatif jumlah modal (dana) yang harus disiapkan
untuk mendirikan badan usaha. Oleh karena itu, biasanya pembentukan badan
usaha yang berbadan hukum ini dibentuk untuk pengusaha-pengusaha dalam skala
menengah atau atas. Sebagai contoh dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas  (PT) membatasi secara limitatif bahwa modal dasar yang harus
disiapkan untuk mendirikan PT adalah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta) yang
dimana paling sedikit 12,5% (dua belas koma lima persen) ditempatkan dan disetor.
Adapun badan usaha yang berbadan hukum, yaitu: Perseroan Terbatas (PT);
Yayasan; Koperasi; Badan Usaha Milik Negara (BUMN); dan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD).
Badan usaha yang tidak berbadan hukum adalah badan usaha yang tidak
memiliki memisahkan yang tegas antara harta kekayaan pribadi pemilik/pendirinya
dan harta kekayaan badan usaha. Apabila badan usaha tidak memisahkan antara
harta kekayaan pribadi pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha, maka
apabila terjadi suatu permasalahan hukum, badan usaha dapat dituntut atau
diminakan ganti kerugian hanya tidak hanya kepada harta kekayaan badan usaha itu
sendiri, akan tetapi termasuk harta pribadi pemilik/pendirinya. Kelebihan dari badan
usaha yang tidak berbadan hukum adalah tidak terdapatnya pengaturan jumlah
modal yang harus disiapkan dalam menjalankan kegiatan usaha. Selain itu, biaya
jasa pembentukan akta pendirian dari badan usaha tidak berbadan hukum lebih kecil
daripada badan usaha yang berbadan hukum. Oleh karena itu, pembentukan badan
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
Jl. KaharuddinNasution No. 113 MarpoyanPekanbaru, Riau, Indonesia
Telp. +62761674674 Fax. +62761674834 Website: www.pps.uir.ac.idEmail: pps@uir.ac.id
usaha yang tidak berbadan hukum dibentuk untuk pengusaha-pengusaha yang
menjalankan kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Adapun badan
usaha yang tidak berbadan hukum yakni CV (persekutuan komanditer); Firma; dan
Persekutuan Perdata.
2. Kenapa Perseroan Terbatas disebut dengan Badan Hukum serta dikatakan sebagai subjek
hukum, jelaskan alasannya.
Perseroan terbatas disebut sebagi badan hukum dan subjek hukum karena
badan hukum tersebut menyandang hak dan kewajiban. Badan hukum bertindak
melalui organnya dalam kerangka melakukan perbuatan hukum sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya serta peraturan-peraturan
dan keputusan yang diambil suatu rapat anggota. PT merupakan suatu badan hukum
(berbeda dengan persekutuan perdata, persekutuan firma dan persekutuan
komanditer). Status PT sebagai badan hukum dinyatakan dalam UU PT. Oleh karena
itu, PT diakui sebagai subyek hukum (rechtpersoon) seperti halnya manusia (person).
Badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum dan memang diperlukan
keberadaannya sehingga disebut legal entity. Maka PT disebut juga artifical person
atau manusia buatan, atau person in law atau legal person. Pengertian badan hukum
menurut Chaidir Ali adalah “badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau
perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang
manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat menggugat atau digugat di depan
hakim
Dasar badan hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam Pasal 1653
KUHPerdata yang menyebutkan bahwa selainnya perseroan yang sejati oleh
undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-
perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai
demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima
sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak
bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan baik.
Apabila ditinjau dari status hukumnya, perusahaan dibedakan ke dalam dua
jenis, pertama, perusahaan yang berstatus badan hukum (meliputi PT, koperasi,
yayasan), dan perusahaan yang tidak berstatus badan hukum (meliputi perusahaan
perseorangan, firma/Fa, Persekutuan Komanditer/CV). Dasar hukum dari status
badan hukum PT tersebut tercantum di dalam Pasal 1 butir 1 UUPT, sebagai berikut:
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum
yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksananya.
Dari ketentuan tersebut secara eksplisit sangat jelas disebutkan bahwa PT
merupakan badan hukum. Perseroan merupakan suatu bentuk (legal form) yang
didirikan atas fiksi hukum (legal fiction) bahwa perseroan memiliki kapasitas yuridis
yang sama dengan yang dimiliki oleh orang perseorangan (natural person). Apabila
dikaitkan dengan unsur-unsur mengenai badan hukum, maka unsur-unsur yang
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
Jl. KaharuddinNasution No. 113 MarpoyanPekanbaru, Riau, Indonesia
Telp. +62761674674 Fax. +62761674834 Website: www.pps.uir.ac.idEmail: pps@uir.ac.id
menandai PT sebagai badan hukum adalah bahwa PT mempunyai kekayaan yang
terpisah (Pasal 24 ayat (1) UUPT), mempunyai kepentingan sendiri (Pasal 82 UUPT),
mempunyai tujuan tertentu (Pasal 12 huruf b UUPT), dan mempunyai organisasi
teratur (Pasal 1 butir 2 UUPT).
Terkait dengan hal tersebut, Rudhi Prasetyo berpendapat bahwa setidak-
tidaknya ada tiga karakteristik yang dominan dan penting di dalam PT, yaitu: (1)
pertanggungjawaban yang timbul semata-mata dibebankan kepada harta kekayaan
yang terhimpun dalam asosiasi, (2) sifat mobilitas atas hak penyertaan, dan (3)
prinsip pengurusan melalui organ. Karakteristik PT yang pertama tersebut sangat
berkaitan dengan status badan hukum PT. Sejak PT berstatus sebagai badan
hukum, maka hukum memperlakukan PT sebagai pribadi mandiri yang dapat
bertanggung jawab sendiri atas perbuatan PT.
Di dalam Pasal 7 ayat (6) UUPT ditentukan bahwa perseroan memperoleh status
badan hukum setelah Akta Pendirian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disahkan oleh Menteri. Pengesahan akta pendirian ini tidak hanya semata-mata
sebagai kontrol administrasi atau wujud campur tangan pemerintah terhadap dunia
usaha, tetapi juga dalam rangka tugas umum pemerintah untuk menjaga ketertiban
dan ketenteraman usaha serta dicegahnya hal-hal yang bertentangan dengan
kepentingan umum dan kesusilaan. Pasal 7 ayat (6) UUPT itu merupakan dasar
hukum mulainya status badan hukum PT. Dengan demikian, ini adalah suatu
kepastian hukum yang diberikan UUPT bahwasanya PT berstatus sebagai badan
hukum sejak setelah akta pendirian PT disahkan oleh Menteri.
3. Jelaskan istilah dibawah ini yang melekat pada Perseroan Terbatas.
a. Persona Standi in judicio
Persona standi in judicio yang melekat pada perseroan terbatas dapat diartikan
bahwa seseorang yang mewakili perseroan terbatas tersebut memiliki
kewenangan dan hak serta kualitas sebagai penggugat di depan pengadilan atas
dasar mewakili perseroan terbatas.
b. Separate Legal Personality
Separate legal personality secara esensi bahwa suatu perusahaan dalam hal ini
adalah perseroan, mempunyai personalitas atau kepribadian yang berbeda dari
orang yang menciptakannya. Dengan kata lain, perusahaan merupakan kesatuan
hukum yang terpisah dari subjek hukum pribadi yang menjadi pendiri atau
pemegang saham dari perusahaan tersebut.
c. Artificial Person.
Perseroan Terbatas adalah sebuah Artificial Person yaitu sesuatu yang tidak
nyata atau tidak riil, oleh karena itu Perseroan Terbatas tidak dapat bertindak
secara sendiri, oleh karena itu untuk bertindak dalam hukum Perseroan Terbatas
harus diwakili oleh organ/person yang ditunjuk secara sah untuk mewakili. Pada
umumnya organ/person yang ditunjuk bertindak untuk dan atas nama Perseroan
Terbatas  adalah Direktur Utama dari perseroan tersebut.
d. Perching the corporeateviel
Perching the corporeareviel merupakan suatu doktrin atau teori yang diartikan
sebagai suatu proses untuk membebani tanggungjawab ke pundak orang atau
perusahaan lain atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh suatu perusahaan
pelaku (badan hukum) tanpa melihat fakta bahwa perbautan tersebut sebenarnya
dilakukan oleh/atas nama perusahaan pelaku tersebu
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
Jl. KaharuddinNasution No. 113 MarpoyanPekanbaru, Riau, Indonesia
Telp. +62761674674 Fax. +62761674834 Website: www.pps.uir.ac.idEmail: pps@uir.ac.id
4. Berikan 3 alasan penting tentang pengaturan hukum kepailitan bagi Kreditur maupun Debitur,
serta berikan 4 bentuk akibat dari pernyataan pailit bagi debitur.
Digunakannya kepailitan sebagai sarana untuk memperoleh pengembalian utang
oleh Kreditor, karena Kreditornya cukup banyak sedangkan harta Debitor tidak cukup
untuk membayar lunas semua Kreditor. Sehingga memungkinkan para Kreditor akan
berlomba-lomba dengan segala cara untuk memperoleh pemenuhan piutangnya.
Apabila Kreditornya hanya satu, maka penyelesainya dilakukan dengan mengajukan
gugatan ke pengadilan negeri dan hasil eksekusi atas harta Debitor digunakan untuk
membayar utang Debitor tersebut. Oleh karenanya tujuan dari kepailitan adalah
untuk menghindari terjadinya perebutan harta Debitor oleh para Kreditor sehingga
ada Kreditor yang memperoleh pelunasan dan ada Kreditor yang tidak memperoleh
pelunasan. Sehingga merugikan Kreditor yang lain dan tidak memberikan keadilan.
Fred Tumbuan mengatakan, dengan sita umum menghindari dan diakhiri sita dan
eksekusi oleh para Kreditor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian para Kreditor
harus bertindak secara bersama-sama (concurus creditorium) sebagaimana prinsip
kepailitan Pasal 1132 KUHPerdata. Dengan demikian tujuan utama kepailitan adalah:
untuk melakukan pembagian antara para Kreditor atas kekayaan Debitor oleh
kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya sitaan terpisah atau
eksekusi terpisah oleh Kreditor dan menggantikannya dengan suatu sitaan bersama
sehingga harta kekayaan dapat dibagikan kepada semua Kreditor sesuai dengan
haknya masing-masing
Empat bentuk akibat dari pernyataan pailit bagi debitor adalah sebagai berikut:
a. Debitor kehilangan hak mengurus dan menguasai harta. Dengan adanya
putusan pailit, dengan sendirinya (van rechtswege) kehilangan hak menguasai
dan mengurus kekayaannya yang termasuk harta pailit sejak tanggal putusan
pernyataan pailit, yang dihitung sejak pukul 00.00 waktu setempat (Pasal 24
Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang);
b. Dampak terhadap hibah. Dalam penghibahan yang dilakukan oleh Debitor,
Kurator dapat memohon pembatalannya, maka kewajiban Kurator untuk
membuktikan bahwa pada saat hibah tersebut dilakukan, Debitor mengetahui
atau patut mengetahui tindakan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi
Kreditor; sebaliknya dengan ketentuan ini, Kurator tidak perlu membuktikan
bahwa penerima hibah mengetahui atau patut mengetahui bahwa hibah tersebut
merugikan Kreditor vide Pasal 43 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang;
c. Dampak terhadap pembayaran utang. Menurut ketentuan Pasal 45 Undang-
undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, pembayaran suatu utang yang dapat ditagih oleh si
berutang, hanya dapat dimintakan pembatalannya, jika dibuktikan bahwa si
penerima pembayaran mengetahui bahwa pernyataan pailitnya si berutang
sudah dimintakan atau pelaporan untuk itu telah dimasukkan, maupun apabila
pembayaran tersebut adalah akibat suatu persekongkolan antara si berutang
dan si berpiutang yang dimaksudkan dengan memberikan pembayaran itu,
memberikan keuntungan kepada si yang terakhir ini melebihi para berpiutang
lainnya;
d. Dampak terhadap surat-surat berharga. Berdasarkan Pasal 46 Undang-undang
No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
Jl. KaharuddinNasution No. 113 MarpoyanPekanbaru, Riau, Indonesia
Telp. +62761674674 Fax. +62761674834 Website: www.pps.uir.ac.idEmail: pps@uir.ac.id
Utang, maka tidak boleh dilakukan penagihan kembali dari orang yang sebagai
pemegang suatu surat berharga suatu surat tunjuk (aan toonder) atau surat
bawa (aan order), karena berhubungan hukum dengan pemegang yang dahulu,
diwajibkan menerima pembayaran. Jumlah yang telah dibayarkan oleh si
berutang wajib dikembalikan, manakala dibuktikan bahwa penerbitan suratsurat
berharga tersebut adalah akibat dari suatu perundingan

Anda mungkin juga menyukai