Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Drs. Johnly Alfreds Rorong, M.Si
2021
PENDAHULUAN
1
Gambar 1. Permasalahan Lingkungan secara umum.
Permasalahan yang sangat besar yang juga dihadapi umat manusia pada
saat ini ialah energi. Untuk menghadapi krisis energi akibat meningkatnya
konsumsi dunia, maka perlu berbagai upaya dalam mewujudkan ketahanan energi.
Menurut Nugroho (2014), ketahanan energi (energy security) dirumuskan melalui
indikator 4A: 1) bagaimana ketersediaan fisiknya (availability), 2) bagaimana
kemudahan mendapatkannya (accessibility), 3) bagaimana keterjangkuan
harganya (affordability), serta 4) bagaimana/seberapa kualitasnya yang dapat
diterima (acceptability). Secara umum ketahanan energi juga digambarkan
melalui dua elemen bauran energi (energy mix) serta keberlanjutan (sustainability)
dari sistem penyediaan-permintaan energi yang ada.
2
Indonesia yang dulu merupakan negara pengekspor minyak, justru saat ini telah
berubah menjadi negara pengimpor minyak (net-importing country).
A. Pengertian Lingkungan
3
Dalam ekologi atau ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya, lingkungan
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar makhluk hidup yang
didefinisikan (fokus pembicaraan). Dalam ekologi juga dikenal konsep kesatuan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang dikenal sebagai ekosistem.
Ekosistem didefinisikan sebagai sistem alami yang terdiri dari makhluk hidup atau
komponen biotik (bakteri, protista, jamur, tumbuhan, hewan, serta virus) bersama-
sama dengan komponen abiotiknya (benda mati dan faktor kimia-fisik) (Sumarto
& Koneri, 2016).
1. Makhluk hidup: terdiri dari manusia dan organisme lainnya yang terdiri
dari virus, bakteri, protista, tumbuhan, serta hewan lainnya. Dalam mata
kuliah ini, yang menjadi pusat bahasan/kajian terutama ialah manusia
sebagai bagian utama lingkungan hidup.
2. Makhluk tidak hidup atau benda mati: terdiri dari benda mati, seperti batu,
cahaya, tanah, udara, air, serta faktor kimia fisik lainnya seperti tekanan
udara, salinitas atau kadar garam, tekanan udara, suhu, kelembaban, dan
sebagainya.
3. Daya atau energi: Energi yang dimaksud dalam mata kuliah ini memiliki
pengertian yang jauh lebih luas dibandingkan dengan energi yang biasanya
dibicarakan dalam rantai dan jaring-jaring makanan dalam konsep ekologi,
yaitu aliran materi dan energi. Energi di sini didefinisikan sebagai
komponen yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam meningkatkan
kemampuan kerja dan produktivitas, antara lain energi listrik, energi
angin, energi nuklir, energi ombak, energi panas bumi, energi minyak
bumi, dan sebagainya.
4
pemanfaatan sumber daya oleh manusia pada muaranya harus dapat
meningkatkan kelangsungan hidup serta kesejahteraan hidup manusia.
B. Ekosistem
Istilah Ekosistem pertama kali diusulkan pada tahun 1935 oleh A.G.
Tansley, seorang ahli ekologi bangsa Inggris, tetapi konsep ini bukanlah
merupkan hal yang baru. Berbagai pendapat tentang kesatuan organisme dan
lingkungannya demikian juga tentang kesatuan manusia dan alam sudah sejak
lama ada. Pada akhir abad ke-19 dalam penerbitan ekologik baik di Amerika,
Rusia, dan Eropa telah mulai bermunculan pernyataan-pernyataan tentang konsep
ekosistem.
5
meliputi seluruh biosfer dimana terdapat kehidupan, atau hanya bagian-bagian
kecil saja seperti sebuah danau atau kolam. Dalam jangkauan yang lebih luas,
dalam kehidupan diperlukan energi yang berasal dari matahari. Dalam suatu
ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang disebut homeostatis, yaitu adanya
proses dalam ekosistem untuk mengatur kembali berbagai perubahan dalam
sistem secara keseluruhan, atau dalam pendekatan yang holistik. Dalam
mekanisme keseimbangan itu, termasuk mekanisme pengaturan, pengadaan dan
penyimpanan bahan-bahan, pelepasan hara makanan, pertumbuhan organisme dan
populasi serta daur bahan organik untuk kembali terurai menjadi materi atau
bahan anorganik.
Sehubungan dengan hal di atas, maka konsep faktor pembatas menjadi hal
penting untuk mengkaji keberadaan (eksistensi) dan pertumbuhan suatu populasi
biotik. Dalam hukum Minimum Liebig dikemukakan bahwa kehidupan sangat
tergantung pada jumlah minimum bahan makanan, sedangkan menurut Hukum
Toleransi Shelford bahwa pertumbuhan dan penyebaran populasi tidak hanya
tergantung pada unsur yang sangat sedikit, tetapi juga dibatasi oleh unsur yang
sangat banyak. Organisme memiliki kisaran toleransi yang lebar pada satu faktor
lingkungan dan kisaran yang sempit di lain faktor. Organisme dengan kisaran
toleransi yang lebar untuk semua faktor memiliki penyebaran yang paling luas,
demikian sebaliknya. Hewan pengerat (misalnya tikus) mampu bertahan hidup di
berbagai tempat karena memiliki banyak variasi jenis makanan, sebaliknya Panda
6
dan Koala hanya memiliki satu atau dua jenis tumbuhan yang menjadi
makanannya sehingga penyebaran kedua hewan ini terbatas pada habitat dan
kondisi tertentu pula.
f. Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas disamping yang umum dan
secara bersama-sama dengan ekosistem lainnya mempunyai peranan terhadap
ekosistem keseluruhannya (biosfer).
7
Dari segi makanan (trophik)
a) Senyawa-senyawa inorganik (C, H, CO2, H2O dan lainnya) yang terlibat dalam
siklus bahan atau mineral.
d) Air
8
2. Komponen-komponen biomas terdiri dari;
1. Lingkaran mineral.
2. Rantai-rantai makanan.
5. Pengendalian (cybernetiks)
9
Faktor-faktor ekosistem yang merupakan komponen habitat yaitu;
A. Faktor Abiotik
1. Tanah;
a. Sifat fisik tanah seperti tekstur, kematangan, porositas, kapasitas menahan air.
b. Sifat kimia tanah seperti pH, kandungan dan jenis unsur hara (materi)
2. Faktor Iklim
3. Faktor air
B. Faktor Biotik;
3. Dekomposer
1. Komponen Abiotik; fraksi mineral yaitu sifat fisik dan sifat kimia, kandungan
bahan organik, air tanah, dan atmosfer tanah
Sumber dan kualitas energi yang tersedia menentukan jenis dan jumlah
organisme, pola fungsional dan proses pertumbuhan, dan pola hidup manusia.
Karena energi adalah suatu penyebut umum dan faktor penentu terakhir di dalam
semua ekosistem, apakah yang dirancang oleh manusia atau oleh alam, maka
energi memberikan suatu dasar logis untuk suatu klasifikasi tingkat pertama.
10
a. Ekosistem alam, tanpa subsidi dan ditunjang oleh energi matahari.
b. Ekosistem alam yang ditunjang oleh energi matahari dan energi alam lainnya.
c. Ekosistem yang ditunjang oleh energi matahari dan dibantu oleh manusia.
11
serta saling berinteraksi mambentuk populasi. Oleh karena barasal dari
spesies yang sama, maka individu di dalam populasi mempunyai potensi
melakukan kawin silang yang akan menghasilkan keturunan yang fertile
(mampu bereproduksi). Contoh populasi adalah populasi itik, populasi padi,
dan populasi sapi.
Interaksi antara populasi yang satu dengan yang lain dalam suatu areal tertentu
membentuk komunitas. Contoh komunitas adalah komunitas hutan hujan tropik
12
yang di dalamnya terdapat berbagai populasi tumbuhan, reptilian, burung,
mamalia, mikroorganisme, cacing moluska.
Berikut ini adalah beberapa bentuk interaksi antarspesies dalam suatu komunitas.
Kompetisi
Predasi
Simbiosis
Hubungan yang dekat antara dua spesies makhluk hidup berbeda disebut
simbiosis yang berarti hidup bersama. Interaksi simbiotik meliputi bentuk
parasitisme, komensalisme, dan mutualisme.
13
c) Mutualisme Mutualisme (Latin, mutuus = penukaran) merupakan bentuk
interaksi yang menyebabkan kedua spesies sama-sama mendapat keuntungan.
Interaksi mutualisme kadang-kadang disebut juga simbiosis obligat. Contohnya
adalah pada proses penyerbukan bunga (polinasi). Pada beberapa proses
penyerbukannya dapat berlangsung oleh bantuan beberapa serangga khusus,
burung, atau kelelawar.
Salah satu ciri dari komunitas adalah adnya keanekaragaman spesies dan
pola penyebarannya. Sekin beraneka ragam spesies penyusun suatu komunitas,
semakin tinggi organisasinya, dan ini berarti semakin dewasa komunitas tersebut.
Komunitas yang demikian itu biasanya lebih stabil. Dalam arti, komunitas mampu
memulihkan diri apabila mandapatkan “gangguan”, asalkan masih dalam batas
toleransi. Gangguan itu berupa penambahan atau pengurangan materi atau energi.
Komunitas yang mampu memulihkan dirinya dikatakan memiliki daya lenting
yang tinggi.
Interaksi antara komunitas dengan faktor abiotik membentuk suatu system yang
dikenal sebagai lingkungan atau ekosistem. Interaksi tersebut dapat berupa proses
14
memakan dan dimakan sehingga terjadi pemanfaatan energi dan daur ulang
materi.
Luas ekositem itu tidak dapat ditentukan. Ada ekosistem sawah yang cukup luas
dan ada pula ekosistem lautan yang sangat luas. Jadi, luas sempitnya ekositem
tidak dapat ditentukan secara pasti. Bahkan, seluruh permukaan bumi beserta
segala makhluk hidup di dalamnya yang disebut sebagai biosfer, dapat dipandang
sebagai ekosistem raksasa.
Aliran Energi
a) Produser
15
hijau dan makhluk hidup fotosintesis lainnya. Melalui produser tersebut energi
yang berasal dari matahari mengalir ke makhluk hidup lainnya.
Banyaknya energi cahaya yang dapat diubah menjadi energi kimia oleh
produser disebut produktivitas primer. Jumlah total produktivitas ini dikenal
sebagai produktivitas primer kotor (PPK). Sebagian produk materi organic
tersebut digunakan sebagai bahan baker bagi respirasi selularnya, sedangkan
sebagian lagi disimpan di dalam tubuh tumbuhan. Bagian materi organik yang
disimpan itulah yang dikenal sebagai produktivitas primer bersih (PPB). PPB
merupakan keseimbangan terhadap produktivitas primer kotor dikurangi energi
yang digunakan oleh produser untuk respirasi (Rs).
Produktivitas primer diwujudkan dalam istilah energi per satuan luas per
satuan waktu (J/m2 /tahun) atau sebagai biomassa yang ditambahkan ke ekosistem
per satuan luas per satuan waktu (g/m2 /tahun). Biomassa merupakan berat kering
dari sejumlah materi organic yang berada pada satu tingkat trofik kehidupan.
b) Konsumer
16
Seluruh hewan tergolong consumer. Berdasarkan tingkatnya, consumer dapat
dibedakan atas konsumen primer, konsumen sekunder, dan konsumen tersier.
Consumer primer atau herbivore adalah consumer yang secara langsung memakan
tumbuhan. Consumer sekunder atau karnivor adalah consumer yang memakan
consumer primer. Konsumer tersier atau karnivor puncak adalah consumer yang
memakan konsumen sekunder. Beberapa hewan ada yang berperan sebagai
karnivor pada suatu waktu dan herbivore pada saat yang lain. Hewan demikian
disebut omnivor. Mereka dapat ditempatkan ke dalam tingkat trofik berbeda
bergantung pada materi yang dimakan pada saat itu. Produser dan berbagai
karnivor di dalam ekosistem dalam pemenuhan kebutuhan makanan dikenal
dengan istilah tingkat trofik.
c) Dekomposer
d) Detritivor
17
Tipe-Tipe Ekosistem
Pada umumnya, dikenal tiga tipe ekosistem utama, yaitu ekosistem akuatik (air),
ekosistem terestrial (darat), dan ekosistem buatan.
Ekosistem Akuatik
1) Air Tawar
Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik. Ekosistem
air tawar lotik memiliki ciri airnya berarus. Contohnya adalah sungai. Organisme
yang hidup pada ekosistem ini dapat menyesuaikan diri dengan arus air. Produsen
utama pada ekosistem ini adalah ganggang. Akan tetapi, umunya organisme lotik
memakan detritus yang berasal dari ekosistem darat di sekitarnya. Ekosistem air
tawar lentik memiliki cirri airnya tidak berarus. Ekosistem air tawar lentik
meliputi rawa air tawar, rawa gambut, kolam, dan danau. Rawa didominasi oleh
lumut Spaghnum. Ekosistem danau dan kolam terdiri dari tiga wilayah horizontal,
yaitu litoral, limnetik, dan profundal.
2) Laut
Hampir 71% dari permukaan bumi tertutup oleh laut. Rata-rata salinitas
(kadar garam) laut adalah 3%, tetapi angka ini bervariasi dari satu wilayah ke
wilayah yang lain sesuai dengan kedalaman dan geografinya. Salinitas tertinggi
terdapat di daerah tropis. Pada daerah tropis suhu yang tinggi menyebebkan laju
penguapan berlangsung cepat sehingga salinitas laut menjadi tinggi. Contohnya,
Laut Merah memiliki salinitas 4%. Sebaliknya, pada geografi yang lebih tinggi,
18
proses penguapan berkurang sehingga salinitasnya rendah. Contohnya, Laut
Baltik dengan salinitas 0,7%.
3) Estuari
Ekosistem estuary terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai dan laut
atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut juga pantai Lumpur. Esturi
mamiliki cirri berair payau dengan tingkat salinitas di antarsa air tawar dan laut.
Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau. Beberapa organisme laut melakukan
perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, udang, dan moluska yang dap-at
dimakan.
4) Pantai Batu
5) Terumbu Karang
6) Laut Dalam
Ekosistem laut dalam merupakan zona pelagic laut. Ekosistem ini berada
pada kedalaman 76.000 m dari permukaan laut, sehingga tidak ada lagi cahaya
matahari. Oleh karena itu, produsen utama di ekosistem ini merupakan organisme
kemoautotrof.
19
Gambar 8. Ekosistem akuatik.
Ekosistem Terestrial
1) Hutan Musim
2) Padang Rumput
20
bison, anjing padang rumput, antelope, belalang, dan ular. Soatu bioma yang
mirip dengan sebutan sabana. Sabana adalah tipa bioma yang banyak teradapat di
Amerika Selatan. Tumbuhannya terdiri atas rumput dan pohon-pohon yang
menyebar. Tipe bioma ini memiliki musim kering dan musim basah.
3) Gurun
Gurun terdapat di belahan bumi sekitar 20° - 30° lintang utara dan lintang
selatan. Curah hujan di gurun rendah, yaitu kurang dari 25 cm per tahun.
Kehidupan organisme di gurun beradaptasi dengan lingkungannya yang kering.
Vegetasinya terdiri dari berbagai balukar akasia, tumbuhan sukulen, dan kaktus.
Hewan yang banyak terdapat di gurun antara lain belalang, buurung pemangsa
serangga, dan kadal. Umunya hewan-hewan gurun melakukan kegiatan pada
malam hari (nokturnal). Contoh bioma gurun adalah gurun Gobi di Asia, gurun
Sahara di Afrika, dan gurun Anzo Borrego di Amerika.
4) Taiga
5) Tundra
Di sebelah utara dari bioma taiga terdapat suatu wilayah yang dikenal
sebagai bioma tundra. Karakteristik bioma tundra sangat ekstrem, yaitu lama
musim dinginnya lebih panjang daripada musim panas. Dalam kondisi demikian
sangat sedikit ditemukan jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di sana.
Tumbuhan yang terutama berupa lumut (liken), dan tumbuhan semusim yang
tumbuh cepat selama musim tumbuh. Hewan yang menghuni bioma tundra antara
lain rusa kutub (karibu), serigla, ajag, burung hantu salju, tikus, dan beberapa
jenis serangga.
21
6) Hutan Hujan Tropik
Bioma hutan hujan tropik adalah akhir dari spectrum iklim bioma tundra.
Bioma hutan hujan tropic, terutama terdapat dekat ekuator di Amerika Selatan dan
Amerika Tengah, Afrika, bagian selatan Asia, serta pulau di kepulauan Pasifik.
Bioma hutan hujan tropic ditandai dengan suhu yang tinggi, hujan turun hamper
setiap hari, dan memiliki ribuan spesies tumbuhan dan hewan. Tumbuhan tumbuh
subur dengan cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk tudung atau
kanopi.
7) Savana
22
Gambar 9. Ekosistem teresterial.
Ekosistem Buatan
Rantai Makanan
23
energi tersebut mengalir ke konsumer pada berbagai tingkat trofik dalam
ekosistem.
Jaring-Jaring Makanan
Piramida Ekologi
24
Gambar 11. Piramida Ekologi.
2. Piramida Biomassa Biomassa adalah berat total komponen biotik suatu area
tertentu pada suatu waktu tertentu. Biomassa tumbuhan diukur dari berat akar,
batang, dan daun tumbuhan yang menempati areal tertentu. Biasanya dihitung
25
sebagai berat kering per m2 (g/m2). Piramida biomassa dibuat berdasarkan berat
total populasinya pada suatu waktu. Untuk mengukur biomassa seluruhnya,
dilakukan dengan teknik sampling (cuplikan) guna memperkirakan
keseluruhannya. Jadi, untuk menentukan biomassa hutan yang luas dapat diambil
sebagian areal sebagai sampel untuk memperkirakan biomassa seluruhnya.
Piramida biomassa lebih memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang
aliran energi ekosistem. Kelemahannya, piramida biomassa hanya
menggambarkan keadaan ekosistem dalam waktu tertentu.
Daur Biogeokimia
26
pertukaran zat, serta membuang zat-zat yang tidak berguna ke lingkungannya.
Jika daur ini terhenti, proses kehidupan juga berhenti. Jadi, kelancaran daur
biogeokimia penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Daur biogeokimia
yang akan dibahas meliputi daur nitrogen, daur karbon dan oksigen, daur belerang
(sulfur), dan daur fosforus. Berikut akan dibahas daur-daur tersebut satu per satu.
1. Daur Nitrogen
27
yaitu biakan bakteri pengikat nitrogen yang saat ini sudah banyak
diperjualbelikan.
Daur karbon ini diawali oleh penyerapan CO2 oleh tumbuhan, dan
dijadikan persenyawaan organic, yaitu glukosa, melalui proses fotosintesis.
Selanjutnya, glukosa disusun menjadi amilum, kemudian amilum diubah menjadi
senyawa gula yang lain, lemak, protein, dan vitamin. Pada proses pernafasan
tumbuhan, dihasilkan lagi CO2 dan oksigen. Dengan demikian, daur karbon
terpendek terjadi pada tumbuhan-lingkungan-tumbuhan. Demikian pula daur
oksigen.
28
mineral oleh pengurai. Karbon dioksida yang terbentuk dilepaskan ke udara.
Demikian seterusnya daur karbon itu berlangsung. Daur karbon ini merupakan
daur karbon terpanjang yang berlangsung melalui tumbuhan hewan pengurai
karbon dioksida diudara tumbuhan.
3. Daur Air
Air sangat penting bagi makhluk hidup karena air berfungsi sebagai
pelarut kation dan anion, pengatur suhu tubuh, pengatur tekanan osmotic sel, dan
bahan baku untuk fotosintesis. Di dalam terjadi daur air yang dapat diuraikan
sebagai berikut.
Air laut, danau, dan sungai yang terkena cahaya matahari akan menguap.
Tumbuhan dan hewan juga mengeluarkan uap air. Uap air akan membubung ke
atmosfer dan berkumpul membentuk awan. Akibat tiupan angina, awan akan
bergerak menuju ke permukaan daratan. Pengaruh suhu yang rendah
mengakibatkan terjadinya kondensasi uap air menjadi titik-titik air hujan. Air
29
hujan yang turun di permukaan bumi sebagian meresap ke dalam tanah, sebagian
dimanfaatkan tumbuhan dan hewan, sebagian yang lain mengalir di permukaan
tanah menjadi sungai-sungai, dan sebagian lagi menguap menjadi uap air yang
akan turun kembali bersama air hujan.
30
yang jatuh di tanah, sungai, atau lautan. Selanjutnya, sulfat dapat dimanfaatkan
oleh tumbuahn atau alga air.
5. Daur Fosforus
31
ekosistem air dalam yang tidak mempunyai arus air. Lautan yang memiliki arus
air mengakibatkan endapan fosforus teraduk dan menyuburkan ekosistem
laut. Penimbunan fosforus dapat terjadi misalnya karena penumpukan kotoran
burung atau kelelawar. Kotoran burung atau kelelawar ini dapat dijadikan pupuk
guano yang mengandung fosforus tinggi.
32
Suksesi ekologi akan terus berlangsung hingga mencapai suatu keadaan
seimbang, yang disebut dengan istilah komunitas kimaks (atau disebut klimaks
saja). Jika terjadi klimaks, suksesi ekologi terhenti. Ini bukan berarti proses
pemanfaatan energi juga berhenti. Proses pemanfaatan energi terus berlanjut.
Hanya saja, terjadi keseimbangan antara energi yang didimpan dan energi yang
digunakan oleh berbagai komponen penyusun ekosistem itu. Ini dikenal sebagai
keseimbangan ekosistem. Jadi dalam klimaks, terjadi keseimbangan ekosistem.
Ditinjau dari asal terjadinya, suksesi dibedakan menjadi suksesi primer dan
suksesi sekunder.
1. Suksesi Primer
33
sana juga akan tumbuh. Tujuh tahun setelah itu, dijumpai bermacam-macam
serangga, biawak, ular, dan laba-laba. Seratus tahun kemudian, telah terdapat
hutan di tereng-lereng Gunung Krakatau. Di Negara kita, proses dari batuan
hingga menjadi hutan belantara memerlukan waktu 100 – 150 tahun. Di Negara
beriklim sedang, waktunya mencapai 500 tahun atau lebih.
2. Suksesi Sekunder
a. Faktor Geografi
Faktor geografis terdiri atas iklim, perubahan cuaca, kesuburan tanah, dan erosi.
1) Iklim
2) Perubahan Cuaca
3) Kesuburan Tanah
34
4) Erosi
b. Faktor Budaya
Faktor budaya terdiri atas ilmu, pengetahuan, teknologi, dan perilaku manusia.
1) Ilmu
2) Pengetahuan
3) Teknologi
4) Perilaku Manusia
Iklim adalah keadaan rata – rata cuaca disuatu daerah dalam jangka lama
dan tetap. Definisi lain, iklim merupakan karakter kecuacaan suatu tempat atau
daerah, dan bukan hanya merupakan cuaca rata – rata (Wirjomiharjo dan
Swarinoto, 2007). Iklim yaitu rata-rata cuaca dalam waktu yang lama (dalam
kurun waktu 25-30 tahun) dan dalam tempat yang relatif luas. Sedangkan cuaca
merupakan segala fenomena yang terjadi di lapisan troposfer dalam waktu singkat
dan tempat yang sempit. Iklim disuatu tempat dipengaruhi oleh letak lintang,
lereng, ketinggian, serta seberapa jauh jarak tempat tersebut dari perairan dan juga
35
a. Iklim Tropis
Kata tropika berasal dari bahasa Yunani, tropos yang berarti “berputar”,
karena posisi Matahari yang berubah antara dua garis balik dalam periode yang
disebut tahun. Daerah tropis ini terletak pada garis lintang 23,5° LU - 23,5° LS
1)Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu
udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya
mencapai 30°C.
b. Iklim Subtropis
Ciri-cirinya:
1) Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari
daerah iklim tropis ke iklim sedang.
2) Terdapat empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi. Tetapi
musim dingin pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula dengan musim panas
tidak terlalu panas.
3) Suhu sepanjang tahun menyenangkan. Maksudnya tidak terlalu panas dan tidak
terlalu dingin.
36
4) Daerah sub tropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim
panasnya kering disebut daerah iklim Mediterania, dan jika hujan jatuh pada
musim panas dan musim dinginnya kering disebut daerah iklim Tiongkok.
c. Iklim Sedang
Daerah iklim sedang terletak antara 35° LU - 66,5° LI 23,5° dan 35° LS -
66,5° LS. Dalam geografi, garis lintang sedang atau tepid dunia terletak di antara
tropika dan lingkaran kutub. Perubahan di daerah ini antara musim panas dan
musim dingin biasa sejuk, daripada terlalu panas atau dingin. Di dalam perbatasan
ini ada banyak jenis iklim, yang secara umum dikelompokkan dalam dua kategori:
samudera dan benua. Iklim samudra dipengaruhi oleh laut, yang membantu
menyeimbangkan temperatur stabil sepanjang tahun. Iklim benua biasa berada di
daratan, dengan musim panas hangat dan musim dingin yang dingin. Kehilangan
dan penerimaan panas dibantu oleh massa tanah yang ekstensif.
2) Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil
dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.
d. Iklim Dingin
37
2) Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika
di kutub selat.
38
bumi secara keseluruhan. Masih segar dalam ingatan kita musibah kebakaran
hutan yang masih terus berulang terjadi, musibah gambut sejuta hektar, dan
dilema pembukaan tambang di hutan taman nasional. Kerusakan hutan biasanya
mengancam satwa liar pula. Pada saat ini tercatat berbagai jenis satwa liar di
Indonesia yang kondisinya terancam, baik karena perburuan liar maupun
perusakan habitat. Sebagai contoh adalah Banteng, Badak Sumatera, Owa Jawa.
Juga berbagai jenis burung seperti Cendrawasih, Jalak Bali, Elang Jawa, Kakatua
Hitam dan Putih, dan masih banyak lagi. Kalau tidak segera diupayakan dengan
sungguh-sungguh, maka nasibnya akan seperti Harimau Jawa.
3. Kawasan Pesisir dan Laut
Wilayah pesisir dan lautan juga mengalami gangguan berat. Selama ini
orang bahkan menganggap wilayah tersebut sebagai tempat sampah, tempat
membuang limbah domestik maupun limbah industri. Untuk ekosistem terumbu
karang, dari barat ke timur, tercatat dengan bentangan 17.500 km. Ekosistem ini
juga terus-menerus diganggu. Gangguan yang terjadi akibat pengambilan karang
yang menggunakan bahan peledak dan racun, serta akibat terjadinya pelumpuran
dari daratan telah menyebabkan kerusakan terumbu karang yang parah di seluruh
bagian tanah air. Hasil laut yang berupa ikan dan udang secara terus-menerus
diambil sampai melampaui batas keberlanjutannya. Terjadi over fishing, baik oleh
industri nelayan kita sendiri maupun pencurian yang dilakukan nelayan asing.
Sedangkan tempat berkembang biak sebagian besar ikan, yaitu mangrove juga
mengalami gangguan berat. Kerusakan di laut Indonesia masih ditambah lagi
dengan pembuangan tailing atau sisa pengolahan tambang ke wilayah laut dalam.
Hal tersebut antara lain terjadi di Sulawesi Utara dan di Nusa Tenggara.
Walaupun pembuangan tersebut telah dipilih ke bagian paling dalam dari laut
dengan sangat hati-hati sekalipun, namun risiko kerusakan masih besar, terutama
pada saat terjadi upwelling, yaitu pertukaran air laut bagian dalam dan bagian
luar. Kemudian tailing yang antara lain juga mengandung logam berat seperti
merkuri dan arsen akan mencemari organisme di sekitarnya, dan pada akhirnya
akan membahayakan manusia.
4. Kawasan Perkotaan
39
Di lingkungan perkotaan yang merupakan lingkungan buatan manusia,
lebih banyak lagi terjadi gangguan keseimbangan yang akhirnya menimbulkan
kerusakan. Penduduk perkotaan sangat akrab dengan pencemaran udara yang
ditimbulkan oleh asap knalpot, terutama pada jam sibuk dan macet lalu lintas.
Anda perhatikan pohon peneduh (mahoni) di tengah jalan di Jakarta, batangnya
berwarna hitam semua. Berbeda dengan batang pohon Mahoni di wilayah
pedesaan. Masalah pencemaran air dapat Anda saksikan dari pinggir sungai di
perkotaan. Tanpa analisis kimia pun Anda akan tahu bagaimana besar pencemaran
yang terjadi. Belum lagi kalau Anda melihat tumpukan sampah domestik
perkotaan. Sampah domestik adalah jenis sampah yang merupakan sisa aktivitas
manusia. Sampah tersebut terdiri dari bahan organik, seperti sisa makanan,
sayuran busuk; dan bahan anorganik seperti plastik dan botol bekas, logam,
kertas, kain, dan lain-lain. Jumlah sampah tersebut adalah sangat besar, dan cara
pengolahan ataupun pembuangan selama ini lebih banyak sebagai landfill atau
pengisi tanah. Pengolahan menjadi kompos dan pendaur-ulangan bahan anorganik
yang dapat didaur ulang masih relatif sedikit dibanding jumlah sampah secara
keseluruhan. Padahal, sekitar 65% dari sampah di kota-kota besar adalah sampah
organik. Jadi semakin besar kita menyampah, akan semakin luas pula kita
membutuhkan tempat untuk membuang sampah tersebut.
40
digunakan dalam mesin pendingin, telah merusak lapisan ozon yang melindungi
bumi dari radiasi ultraviolet berlebihan, maka diupayakan bahan pengganti lain
yang tidak merusak. Jadi dengan kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang
ilmu lingkungan dan ekologi, diharapkan dapat ditemukan solusi yang mendasar
bagi berbagai permasalahan lingkungan. Upaya yang gencar dilakukan adalah
menerapkan teknologi tepat guna yang lebih “ramah lingkungan”. Misalnya,
peralatan atau mesin produksi harus ditingkatkan efisiensinya sehingga hemat
bahan baku dan hemat energi. Limbah yang dihasilkan pun harus diproses
sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Untuk mengurangi
limbah yang menyebabkan pencemaran maka diusahakan pula proses daur ulang.
Dengan teknologi daur ulang bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali
untuk berbagai kepentingan lain. Dengan bantuan teknologi dilakukan upaya
penggunaan energi alternatif yang lebih “bersih” atau lebih ramah lingkungan.
Contohnya digunakannya peralatan berbasis energi matahari, usaha pemanfaatan
energi angin, gelombang, dan energi pasang surut. Penggunaan energi alternatif
tersebut memberi harapan penurunan kadar CO2 di udara dan mencegah
terjadinya pemanasan global.
2. Ekonomi
Pembenahan masalah lingkungan sangat relevan ditinjau dari aspek
ekonomi, karena terdapat hubungan yang erat antara ekonomi pembangunan
dengan lingkungan hidup. Sebagai contoh sederhana, apabila pada waktu dulu
limbah produksi tidak diperhitungkan, dan dianggap sebagai bahan buangan,
maka dengan mudah pabrik akan membuang limbah ke lingkungan di sekitarnya.
Limbah tersebut akan menimbulkan pencemaran misalnya menurunkan kualitas
air tanah dan mengganggu kesehatan masyarakat setempat. Penurunan kualitas air
tanah selain merugikan masyarakat sekitar pabrik, pada gilirannya akan
merugikan pabrik itu sendiri, baik untuk kepentingan air minum bagi karyawan,
maupun memenuhi kebutuhan air bagi proses produksi. Strategi yang seharusnya
adalah mengolah terlebih dahulu limbah yang dihasilkan sampai pada kondisi
yang tidak membahayakan lingkungan, baru kemudian dibuang. Karena harus
mengolah limbah, maka pabrik akan berhati-hati dengan efisiensi proses produksi,
41
supaya limbah jangan terlalu banyak jumlahnya. Kesalahan perhitungan lain
adalah bahwa sumber daya alam yang terperbarui, telah diambil melampaui batas
daya dukungnya. Sebagai contoh adalah perlakuan kita terhadap hutan alam.
Karena hutan alam dianggap sebagai sumber daya alam yang terperbarui, maka
kita cenderung memperlakukan hutan sebagai bahan tambang. Keanekaragaman
hayati yang dimiliki ekosistem alam mempunyai peran penting secara jangka
panjang. Keanekaragaman hayati dapat merupakan sumber plasma nutfah,
misalnya sumber asal berbagai obat-obatan untuk berbagai macam penyakit.
Dalam mengubah ekosistem kita harus melakukan penilaian sumber daya alam
secara keseluruhan, termasuk keanekaragaman hayatinya, secara benar dalam
perhitungan ekonomis, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Artinya, semua biaya, termasuk kehilangan keanekaragaman secara kuantitatif
dan kualitatif harus diperhitungkan. Perhitungan ekonomis dengan benar nilai
sumber daya alam tersebut merupakan kecenderungan yang membawa harapan
positif bagi penanggulangan kerusakan lingkungan. Apalagi apabila pendekatan
ekonomis tersebut juga diperkuat dengan produk hukum. Contoh aplikatif dari hal
tersebut antara lain dalam bentuk polluter pay principles atau prinsip pencemar
harus membayar ganti rugi, dan ecolabelling (ekolabel). Secara ringkas, polluter
pay principles adalah kewajiban bagi pencemar lingkungan Keberhasilan
pendekatan ekonomi tersebut dapat dijamin apabila terjadi pula perubahan sikap
konsumen, yaitu konsumen yang semakin sadar dan menghargai lingkungan dan
dengan sengaja memilih produk yang ramah lingkungan. Pasar tentunya akan
berubah pula mengikuti tuntutan konsumen, menjadi green market, dan interaksi
ekonomi menjadi berpihak kepada keselamatan lingkungan hidup.
3. Penegakan Hukum
Sering kali upaya mengatasi masalah lingkungan harus segera dilakukan,
dan tidak bisa menunggu timbulnya kesadaran lingkungan ataupun ditemukannya
teknologi baru. Berbagai produk hukum yang berkaitan dengan lingkungan mulai
dikembangkan dan diberlakukan oleh berbagai negara untuk mencegah dan
mengawasi berbagai kegiatan pembangunan yang menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Dalam mengatasi masalah lingkungan, Indonesia telah ikut
42
serta dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (UN Conference
on Human Environment) di Stockholm tahun 1972. Sejak itu langkah-langkah
tindak lanjut yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam pembentukan hukum
dan perundangan merupakan langkah yang tepat dan konkret. Tindak lanjut
tersebut antara lain membentuk Komite Nasional Lingkungan Hidup berdasarkan
Keppres No. 16 tahun 1972. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) pada saat itu memiliki peranan yang sentral dalam merumuskan
kebijakan dan hukum lingkungan nasional melalui pembentukan komite, biro,
serta mempersiapkan rancangan UU lingkungan melalui pembentukan Kelompok
Kerja Hukum dan Aparatur dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup. Pada tahun 1992, Konferensi PBB mengenai Pembangunan
dan Lingkungan Hidup (The UN Conference on Environment and Development)
diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil. Dalam konferensi tersebut diupayakan
dicapai tingkat pemahaman yang utuh dan menyeluruh tentang konsep dan prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable development), serta bagaimana
menerjemahkannya ke dalam tindakan nyata sebagaimana tertuang dalam
Deklarasi Rio dan Agenda 21. Berbagai negara kemudian melakukan revisi UU
Lingkungan mereka untuk menyesuaikan dengan Prinsip-prinsip Rio. Demikian
juga Indonesia yang sedang mengupayakan penyempurnaan UU No. 4 Tahun
1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup dan sekarang telah
disempurnakan dengan Undang-Undang No. 23/1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Adapun Prinsip-prinsip utama yang terdapat dalam Deklarasi
Rio yang menjadi dasar pengembangan berbagai produk hukum lingkungan
adalah:
a. keadilan intergenerasi (intergenerational equity).
b. keadilan intragenerasi (intragenerational equity).
c. pencegahan dini (precautionary principle).
d. pelestarian keanekaragaman hayati (conservation of biological diversity).
e. internalisasi biaya-biaya lingkungan dan mekanisme insentif (internalization of
environmental costs and incentive mechanisms).
43
Hukum Lingkungan dapat disusun berdasarkan asas pertanggungjawaban
ketat/mutlak atau strict liability (SL). Hal tersebut merupakan salah satu jenis
pertanggungjawaban perdata (civil liability). Pada berbagai kasus lingkungan,
peran pertanggungjawaban perdata (civil liability) dalam konteks penegakan
hukum lingkungan memiliki keterbatasan apabila terjadi kondisi sebagai berikut:
a. kerugiannya bersifat laten (non immediate);
b. suatu kerugian yang diakibatkan oleh tindakan yang bersifat kumulatif
(cumulative acts);
c. sulit dijejaki pihak yang bertanggung jawab (unidentifiable parties);
d. tidak terdapat dasar dari suatu pertanggungjawaban perdata, apakah didasarkan
pada kesalahan atau tanpa kesalahan/strict (no basis for liability);
e. hubungan sebab akibat sulit dilakukan (no causal link determinable); dan
f. tidak ada pihak yang dapat mengajukan gugatan yang memiliki kepentingan
hukum (legal interest). Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka dapat
diusahakan pengembangan sistem pendanaan lingkungan (environmental fund).
Dana tersebut merupakan dana yang diambilkan dari industri-industri berbahaya
sebagai pajak khusus dan penggunaannya adalah untuk biaya pemulihan
lingkungan dan jenis kompensasi lainnya yang diakibatkan oleh pencemaran
bahan berbahaya dan beracun.
4. Etika Lingkungan
Masalah lingkungan hidup baik yang bersifat nasional maupun global pada
intinya adalah bersumber pada perilaku manusia, yaitu perilaku yang
mementingkan diri sendiri dan tidak bertanggung jawab. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa masalah lingkungan hidup adalah masalah moral dan relevan
untuk dilakukan pemecahan masalah dengan pendekatan etika (Keraf, 2002). Dari
aspek etika, maka permasalahan lingkungan terjadi akibat cara pandang manusia.
Dalam sejarah interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya, maka terdapat
berbagai cara pandang. Cara pandang tersebut dipengaruhi oleh cara pandang
bahwa manusia adalah pusat dari segalanya, atau yang lazim disebut sebagai
antroposentrisme. Menurut Miller (1985), terdapat empat tingkatan kesadaran
manusia atas lingkungan hidup. Pada tingkatan kesadaran lingkungan yang paling
44
awal manusia menyadari bahwa pencemaran alam adalah akibat ulah manusia.
Sehingga pemecahan masalahnya adalah mencari siapa yang mencemari, dan
kemudian teknologi apa yang cocok untuk mengatasi masalah tersebut.
Permasalahan lingkungan masih dianggap sebagai masalah sektoral yang tidak
terkait satu dengan lainnya. Sehingga siapa yang melakukan pencemaran, harus
membayar kemudian. Pada tingkatan berikutnya, manusia mulai mengaitkan
permasalahan lingkungan dengan keterbatasan daya dukung bumi, dengan
populasi manusia yang berlebihan, dan dengan penggunaan sumber daya alam
yang tidak merata antara negara kaya dan negara miskin. Permasalahan
lingkungan sudah dianggap sebagai permasalahan global seluruh penduduk bumi.
Untuk pemecahannya diusahakan suatu kesepakatan global mengenai pengelolaan
lingkungan hidup. Pada tingkatan yang ketiga, pandangan antroposentrisme tetap
menjadi ciri yang kuat, yang memandang bumi sebagai sebuah pesawat ruang
angkasa yang besar. Tujuan utama, pada tingkatan ini adalah menggunakan
teknologi, ekonomi, dan politik secara bersama untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk, pencemaran, degradasi sumber daya alam, dan mencegah
kerusakan lingkungan. Konsepnya adalah bahwa dengan perkembangan teknologi,
kita dapat mengendalikan alam dan menciptakan lingkungan buatan untuk
menghindarkan keterbatasan daya dukung lingkungan alam. Beberapa ahli
berpendapat bahwa hal tersebut merupakan bentuk lain dari arogansi manusia
terhadap alam. Pendekatan tersebut secara jangka panjang diperkirakan akan
membebani lingkungan alam pula, karena prinsip tersebut didasarkan pada ide
yang salah tentang pemahaman kita terhadap lingkungan. Permasalahan gaya
hidup berlebihan, etika lingkungan, perhitungan ekonomi, pandangan sosial dan
politis, yang selama ini menjadi penyebab masalah lingkungan, ditakutkan belum
ditinjau kembali atau dipertanyakan secara benar. Menurut Arne Naess, seorang
ahli filsafat dari Norwegia yang mengemukakan konsep deep ecology pada tahun
1973 (dalam Miller, 1985), kesadaran lingkungan pada tahapan ini masih
dianggap sebagai shallow ecology, yang dicirikan dengan pandangan yang
antroposentris, yaitu: penekanan terhadap hak manusia untuk hidup; peduli
dengan perasaan manusia; pengelolaan sumber daya alam yang bijak untuk
45
kepentingan manusia; menekankan kestabilan populasi manusia terutama di
negara berkembang; belum beranjak dari konsep pertumbuhan ekonomi;
mendasarkan keputusan atas analisis untung rugi; perencanaan dan pengambilan
keputusan masih dalam rangka kepentingan jangka pendek; dan masih tetap
mencoba bertahan dengan sistem politik, sosial, dan ekonomi yang ada sekarang.
Pada tahap ke empat, yang dianggap terdepan saat ini adalah tumbuhnya
kesadaran lingkungan yang lebih bersifat radikal, yang sesuai dengan konsep
Naess mengenai deep ecology. Pandangan ini, yang juga merupakan pandangan
ekologi yang berkelanjutan menganggap bahwa:
a. setiap organisme hidup adalah berinteraksi dengan erat;
b. peran manusia di alam bukanlah untuk mengontrol alam, tetapi adalah untuk
bekerja sama dengan alam;
c. apabila harus mengelola sebagian kecil dari alam, maka pengelolaannya harus
didasarkan pada pemahaman ekologi yang mendalam;
d. karena kompleksitas dari ekosfer, maka upaya untuk mengontrolnya secara
menyeluruh dan berlebihan bukan prinsip yang bijak, yang pada akhirnya akan
merugikan manusia;
e. tujuan utama kita hendaknya untuk melindungi integritas lingkungan ekologis,
stabilitas, dan keanekaragaman ekosfer; dan
f. karena semua makhluk hidup mempunyai hak untuk hidup pada lingkungan
alamnya, maka hanya kekuatan evolusi biologis saja yang boleh mengontrol
evolusi makhluk hidup, dan bukan kontrol teknologi dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki manusia yang menentukan makhluk yang mana yang harus hidup dan
mana yang punah.
E. Konservasi Lingkungan
1. Batasan Konservasi
46
masa depan. Istilah konservasi dapat diartikan pula sebagai perlindungan alam,
berasal dari kata natural conservation. Menurut Undang-Undang 129 No. 23
Tahun 1997, pengertian konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan
sumberdaya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana, dan sumberdaya alam terbaharui untuk menjamin kesinambungan
ketersediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai
keanekaragamannya. Dalam Undang-Undang tersebut pengertian konservasi
terkait dengan sumberdaya alam yang terdapat dalam lingkungan hidup.
Keberadaan dalam hal ini tidak hanya dalam arti kualitas tetapi juga
kuantitas. Karena itu konservasi akan dapat menghasilkan kelestarian. Adanya
kelestarian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan akan menjamin terciptanya
pemanfaatan yang berlanjut sehingga pembangunan berkelanjutan atau
sustainable development dapat terwujud.
1. Pantai
47
Pantai di Indonesia sangat banyak karena Indonesia merupakan negara
yang dikelilingi laut. Wilayah pantai dapat dijaga dengan hutan bakaunya
sehingga ekosistem yang ada tidak terganggu/tetap lestari.
3. Lahan Gambut
4. Hutan Kerangas
Merupakan tipe hutan yang khas yang terdapat di suaka alam Padang
Luwai Kalimantan Timur dan Mandor, Kalimantan Barat. Hutan kerangas ini
mudah rusak dan cara memulihkannya tidak mudah.
6. Hutan Musim
7. Hutan Pegunungan
48
Gede, Gunung Arjuno dan Gunung Ijen di Jawa, serta Pegunungan Lorentz di
Papua.
1. Mengapa Konservasi?
Perkembangan penduduk yang sangat pesat dan pertumbuhan ekonomi
dunia yang terus meningkat menyebabkan sumberdaya alam dimanfaatkan tanpa
mempertahankan kelestariannya. Di beberapa negara yang sedang membangun,
ditemukan lingkungan yang mengalami kerusakan, dan didapatkan kemiskinan.
Seringkali sumberdaya alam ini dieksploitasi untuk memenuhi berbagai
kebutuhan negara lain. Di negara yang sumberdaya alamnya melimpah tetapi
kondisinya rusak akan terjadi kelaparan, ekonomi yang tidak berkembang dan
akan terjadi disintegrasi sosial. Saat ini penduduk dunia terus bertambah.
Akibatnya, kebutuhan lahan pertanian semakin luas, kebutuhan akan kayu juga
semakin tinggi, sehingga menyebabkan tekanan terhadap hutan. Kerusakan hutan
menyebabkan terjadinya erosi yang tinggi, datangnya banjir yang merusak dan
membawa malapetaka, rusaknya tanaman pangan, kelangkaan sumberdaya air di
beberapa wilayah, serta hilangnya beberapa spesies flora dan fauna. Hilangnya
hutan, apalagi hutan pelestarian dan hutan lindung, akan menyebabkan
malapetaka yang digambarkan oleh IUCN sebagai Forest clearance and land
abuse, destroy the essential natural resources established over million of years.
For example, change to the water cycle may lead to soil erosion, silting of rivers
and reservoirs, intensifies flooding, changes in the run of pattern increased water
shortages and changes in ground water (IUCN, 1982:4).
49
akan benar-benar menguntungkan bila unsur waktu benar-benar diperhitungkan.
Namun sering terjadi pula konservasi sumberdaya alam tidak 132 menguntungkan
si pengelola, dan bahkan tidak diinginkan oleh masyarakat. Menguntungkan atau
tidaknya konservasi sumberdaya alam tergantung pada beberapa faktor berikut:
50
3. Kemampuan pelaksana dalam memilih alternatif cara konservasi Dengan
berbagai alternatif cara konservasi, pengelola akan dapat menentukan rencana
yang dikuasainya dan memberikan prospek yang lebih baik. Pemilihan cara ini
tentu saja akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi
dalam sumberdaya itu.
51
pendidikan dan bantuan kredit permodalan. Di samping itu ada kesulitan karena
tidak adanya kestabilan perekonomian, berhubung biaya dan pasar sulit
diramalkan. Karena itu seringkali pelaksana menggunakan perencanaan jangka
pendek dan tingkat diskonto yang tinggi. Keadaan ini dapat diatasi oleh
pemerintah dengan cara mengurangi ketidakpastian dan lebih menstabilkan
perekonomian.
52
ada dalam suatu lingkungan tertentu. Seperti telah dikemukakan dalam pengertian
konservasi, bahwa ada perbedaan yang esensial untuk lingkungan fisik dan biotik.
Komponen fisik ditekankan pada penghematan dan upaya mencari sumberdaya
alam terbaharui. Sementara untuk komponen biotik dilaksanakan konservasi
dengan tujuan:
a. Selalu menjaga proses ekologis yang utama atau mendasar dan menjaga sistem
penyangga kehidupan.
4. Program-Program Konservasi
53
F. Pengertian Energi dan Sifat-Sifatnya
Kata energi ini berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergon yang artinya kerja.
Dalam perkembangannya istilah energi dapat digunakan untuk berbagi pengertian
kemampuan untuk melakukan kerja. Energi melakukan banyak hal untuk kita,
mulai dari menggerakkan mobil di sepanjang jalan dan mendorong perahu di air,
untuk memanggang kue di oven dan membuat es tetap beku di freezer,
memainkan lagu favorit kita, serta menerangi rumah kita di malam hari. Energi
membantu kita untuk tumbuh dan digunakan dalam berfikir. Energi adalah
mengubah, melakukan, bergerak, benda kerja. Energi dapat dibedakan menjadi
beberapa tugas yang bisa kita kenali dengan mudah, antara lain: energi
mrenghasilkan cahaya, energi menghasilkan panas, energi menghasilkan suara,
energi menghasilkan pertumbuhan, serta terknologi pembangkit energi. Energi
tidak akan bisa diciptakan atau juga tidak bisa dimusnahkan, tetapi energi bisa
dirubah bentuknya.
Energi dapat memiliki berbagai bentuk (Schroeder, akses 2021). Bola bisbol
yang bergerak memiliki energi kinetik, atau energi gerak. Saat bola tinggi di atas
tanah, maka dikatakan mengucapkannya memiliki energi gravitasi. Meregangkan
karet gelang menyimpan energi elastis di dalamnya. Serpihan jagung dan bensin
menyimpan energi kimia, sedangkan uranium dan plutonium menyimpan energi
nuklir. Kentang panas mengandung lebih banyak energi panas daripada
sebelumnya saat itu dingin. Energi listrik disalurkan melalui kabel dari
pembangkit listrik ke peralatan, dan energi radiasi dilepaskan oleh bola lampu,
laser, kompor, dan bintang.
54
Energi akan selalu ada dan terkandung dalam suatu materi. Jika materi
berubah, maka energi akan berpindah ke materi yang baru tersebut.
Sebagaimana penjelasan pada sifat yang pertama, energi bersifat kekal, hanya
berpindah ke materi main atau bertransformasi menjadi bentuk energi lainnya.
Misalnya:
2. Baterai pada lampu senter: perubahan energi kimia menjadi energi listrik
Energi suara adalah energi yang dihasilkan oleh getaran suara saat melaku
kan perjalanan melalui udara, air, atau ruang lainnya. Suara atau kebisingan
merupakan salah satu sumber energi yang tersedia secara luas.
55
Kebisingan adalah polusi suara yang pada umumnya terjadi pada daerah-
daerah permukiman yang padat Kawasan industry, dan lain-lain. oleh karena itu
kebisingan yang merupakan energi suara yang terbuang, biasanya diminimalisasi.
Salah satu pemanfaatan energi kebisingan adalah pada Sound -Driven Piezoelectric
Nanowire.
Penelitian ini dilakukan oleh beberapa peneliti asal Korea Selatan dimana
dalam penelitian ini sumber energi telepon akan diperoleh dari energi suara
pembicaraan dan suara lain yang ada disekitanya, seperti suara kebisingan yang
dihasilkan oleh kendaraan yang melintas.
56
Biomassa merupakan bahan-bahan organic dari jasad hidup berupa limbah
pertanian, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Biomassa dari limbah hewan seperti
kotoran sapi dan kuda dapat digunakan sebagai energy alternative untuk keperluan
sehari-hari.
57
Thermal cracking adalah termasuk proses pyrolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan
pada temperatur antara 350 °C sampai 900 °C. Dari proses ini akan dihasilkan
arang, minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin,
naphthene dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
Energi listrik menjadi energi gerak, misalnya mesin cuci dan kipas angin.
H. Macam-Macam Energi
58
Gambar 17. Bentuk-bentuk energi
1) Energi Kimia
Energi kimia adalah energi yang disimpan dalam ikatan atom dan
molekul. Bentuk energi ini adalah energi yang menyatukan partikel-
partikel ini. Makanan yang kita makan, biomassa, minyak bumi, gas alam,
dan propana adalah contoh energi kimia yang tersimpan. Selama
fotosintesis, sinar matahari memberi tanaman energi yang dibutuhkan
tumbuhan untuk membangun senyawa kimia yang kompleks. Pada saat
senyawa ini dipecah, energi kimia yang disimpan dilepaskan sebagai
panas, cahaya, gerak, dan suara.
2) Energi Elastik
3) Energi Nuklir
59
Energi gravitasi merupakan energi posisi atau tempat. Sebuah batu
yang bertumpu pada puncak bukit berisi energi potensial gravitasi. Tenaga
air, seperti air di reservoir suatu bendungan adalah contoh potensial
gravitasi energi.
Energi kinetik berasal dari kata kinetikos (bhs. Yunani), yang artinya "gerak".
Ketika benda bergerak, benda memiliki kecepatan. Dengan demikian, kita dapat
menyimpulkan bahwa energi kinetik merupakan energi yang dimiliki benda
karena gerakannya atau kecepatannya. Beberapa bentuk energi kinetik ini, antara
lain:
1) Energi Listrik
2) Energi Radian/Radiasi
3) Energi Panas/Termal
4) Energi Gerak
60
Energi gerak atau energi mekanik adalah gerak benda dan zat dari
satu tempat ke tempat lain. Menurut Hukum Grak Newton, benda dan zat
bergerak ketika gaya berada dalam keadaan tidak seimbang. Angin dan
ombak adalah contoh energi gerak.
5) Energi Suara
I. Sumber-Sumber Energi
61
menyebabkan penguapan air yang terdapat di sungai, danau dan laut. Air
menguap dan menjadi awan. Awan tersebut terbawa angin dan akhirnya
jatuh lagi sebagai hujan. Begitu seterusnya proses terjadinya siklus air.
Energi terbarukan adalah sumber energi alam yang dapat digunakan secara
bebas, bisa diperbarui terus menerus, dan tidak terbatas.
Air yang mengalir dapat digunakan untuk memutar kincir. Putaran kincir
itu menjadi sumber energi mekanis industri. Aliran air juga bisa menghasilkan
listrik melalui turbin dan generator.
62
Biomassa adalah material organik yang mempunyai simpanan energi dari
matahari dalam bentuk energi kimia. Di zaman lampau, energi biomassa sudah
digunakan dalam bentuk kayu bakar. Kini, sumber energi biomassa semakin
beragam. Ada hasil panen, rumput, kotoran hewan, sampah rumah tangga, hingga
limbah pertanian.
Panas yang terkandung dalam bumi menimbulkan uap. Uap dan air panas
yang ada di permukaan tanah ini dapat memberikan tenaga pada generator dan
menghasilkan listrik.
63
Matahari adalah sumber energi terbesar. Sinar matahari atau tenaga surya
dapat memanaskan, memberi penerangan, dan menghasilkan listrik. Untuk dapat
menghasilkan listrik, panas matahari diserap oleh panel surya (solar panel) lalu
diubah menjadi tenaga listrik.
Angin adalah udara yang bergerak. Sejak dahulu, angin telah dimanfaatkan
sebagai sumber energi. Di Belanda, angin berfungsi memutar kincir. Kincir ini
menjadi sumber tenaga alat pengolah biji-bijian. Saat ini, angin mampu
menghasilkan listrik dengan menggunakan turbin. Turbin ini menggerakkan
generator pembangkit listrik.
64
Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pasang surut air laut.
Jenis energi ini digunakan di Eropa dan pantai timur Amerika. Turbin dipasang di
pinggir laut. turbin itu kemudian mengubah energi pasang surut menjadi energi
mekanik yang digunakan untuk menggiling gandum.
Gambar 23. Turbin pengubah energi pasang surut menjadi energi mekanik.
65
Gambar 24. Energi ombak.
Air laut memang dingin. Namun di permukaan, airnya hangat karena langsung
disinari matahari. Perbedaan temperatur ini dapat menghasilkan energi listrik.
Peredaan temperatur yang diperlikan minimal 25 derahat celsius.
1. Batu Bara
Batu bara adalah batuan yang berwarna hitam atau kecoklatan. Batu bara
adalah bahan bakar fosil yang terbentuk dari makhluk hidup yang mati dan
terkubur jutaan tahun lalu. Batu bara dibakar untuk menghasilkan energi. Untuk
mendapatkan batu bara, kita membuat tambang di permukaan bumi dan di bawah
tanah.
66
Gambar 26. Batu bara.
2. Minyak bumi
Minyak bumi adalah bahan bakar fosil yang berbentuk cair. Minyak bumi
terperangkap di bawah lapisan batuan. Untuk mengambilnya, tanah dan batuan
dibor. Minyak bumi adalah bahan bakar utama kendaraan. Sayangnya,
pembakaran minyak bumi melepaskan gas-gas berbahaya ke atmosfer.
67
3. Gas alam
Gas alam adalah bahan bakar fosil lainnya yang terperangkan di bawah
batuan. Gas alam sebagian besar terbentuk dari metana. Metana adalah gas
beracun yang berbau busuk. Gas alam digunakan untuk memasak dalam bentuk
LPG atau gas cair.
· ramah lingkungan
· investigasi teknologi
· mudah di kembangkan
· mengurangi sampah
68
Manfaat energi tidak terbarukan
Energi tak terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber daya alam,
manfaat dari energi tidak terbarukan adalah:
Energi baru dan terbarukan dapat selalu dipakai tanpa perlu khawatir
pasokannya akan habis. Sumber energi alternatif juga dikenal ramah
lingkungan karena tidak menghasilkan limbah yang merusak lingkungan atau
memiliki kadar polusi yang jauh lebih sedikit dari energi fosil. Berbeda dengan
bahan bakar fosil atau minyak bumi yang menghasilkan gas karbon dioksida dan
berbagai zat berbahaya lainnya.
69
Kelebihan energi tidak terbarukan
70
Saat ini pengembangan EBT mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres disebutkan kontribusi EBT
dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan
komposisi Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir,
Air, Surya, dan Angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%. Untuk itu
langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah adalah menambah kapasitas
terpasang Pembangkit Listrik Mikro Hidro menjadi 2,846 MW pada tahun 2025,
kapasitas terpasang Biomasa 180 MW pada tahun 2020, kapasitas terpasang angin
(PLT Bayu) sebesar 0,97 GW pada tahun 2025, surya 0,87 GW pada tahun 2024,
dan nuklir 4,2 GW pada tahun 2024. Total investasi yang diserap pengembangan
EBT sampai tahun 2025 diproyeksikan sebesar 13,197 juta USD.
71
masyarakat dan melakukan kerjasama dengan berbagai negara untuk
meningkatkan penguasaan teknologi.
Menteri Sudirman menjelaskan bahwa tantangan utama kita saat ini adalah
penyediaan akses energi modern secara universal, bersih dan berkelanjutan.
"Untuk menghadapi tantangan tersebut, kita perlu mengembangkan kerjasama
global yang berkelanjutan." ujar Menteri ESDM.
Selain itu, Indonesia juga telah berkomitmen dalam upaya mitigasi perubahan
iklim untuk mengurangi emisi sebesar 29% secara business-as-usual dan 41%
72
dengan bantuan internasional. "Sebagai upaya mencapai target tersebut, penting
untuk memaksimalkan sumber daya energi terbarukan, mengoptimalkan
pemanfaatan gas, mendorong revolusi efisiensi energi, dan mengurangi
penggunaan energi fosil." lanjut Menteri Sudirman.
73
J. Pemakaian Energi di Indonesia
Pada tahun 2018, Total pemakaian energy final di Indonesia sebesar 875
juta SBM (Setara Barel Minyak). Pangsa konsumsi energy final per jenis masih
didominasi oleh BBM(bensin, minyak tanah, minyak bakar, avtur, minyak solar,
dan minyak diesel). Besarnya konsumsi BBM itu dikarenakan penggunaan
teknologi peralatan BBM masih lebih efisien disbanding peralatan lainnya,
terutama di sector transportasi. Sejalan dengan meningkatnya konsumsi energy
final BBM, konsumsi energy final BBN (biofuel) sebagai substitusi BBM,
terutama biodesel juga meningkat mengikuti tren pertumbuhan minyak solar dan
mandatory biodesel. Biodesel selain digunakan untuk sector transportasi juga
digunakan untuk sector industry, komersial, dan pembangkit listrik. Sector
transportasi merupakan pengguna energy terbesar dibandingkan sector-sektor
yang lain. Energi yang digunakan di sector transportasi hampir keseluruhannya
menggunakan BBM, terutama bensin. Sector industry banyak menggunakan
batubara karena hampir semua teknologi boiler di industry memerlukan batubara
sebagai bahan bakar. Sebagian besar aktivitas sehari-hari sector rumah tangga
didukung oleh energy listrik lebih mendominasi dibandingkan energy yang lain.
kegiatan di sector lainnya yang meliputi pertanian, konstruksi dan pertambangan,
bnayak menggunakan minyak solar.
74
lainnya. Penyediaan energy saat ini didominasi oleh energy fosil. Energi fosil
yang tumbuh paling pesat adalah batubara karena sektor pembangkit listrik
didominasi oleh PLTU Batubara. Selain itu, batubara juga digunakan sebagai
bahan bakar di sektor industry. Hal ini menyebabkan batubara merupakan pangsa
penyediaan energy primer kedua setelah minyak bumi.
Gas
Pasokan gas bumi diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Gas
bumi tersebut digunakan sebagaian besar di sector industry dan pembangkit
kistrik. Pada tahun 2023, pemerintah akan menghentikan ekspor gas melalui
pipa ke Singapura. Hal ini untuk mengopyimalkan pemanfaatan gas untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Minyak Bumi
Batubara
75
market obligation/DMO) sebesar 25% dari produksi perusahaan batubara.
Produksi pada tahun 2018 sebesar 557 juta ton.
76
Gambar 29. Diagram kondisi migas dalam negeri.
Sementara realisasi lifting minyak pada 2020 mencapai 706 ribu barel per hari
(bph), turun sekitar 5,4% dibandingkan realisasi lifting minyak pada 2019 yang
mencapai 746.300 bph. Sementara lifting gas pada 2020 mencapai 5.461 juta
standar kaki kubik per hari (MMSCFD), turun 7,6% dari realisasi 2019 yang
sebesar 5.912 MMSCFD. Adapun target awal lifting dalam APBN 2020 yang
ditetapkan sebelum terjadinya pandemi yakni 755 ribu bph untuk minyak dan
6.670 MMSCFD untuk lifting gas.
Lantas, bagaimana situasi terkini industri hulu migas saat ini? Apa saja yang
akan dilakukan regulator dan industri terkait guna mengalahkan segala hantaman
tersebut? Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto membeberkan kondisi terkini dari
industri hulu migas di dalam negeri kepada CNBC Indonesia, Senin (11/01/2021).
Dwi menjelaskan kini Indonesia memiliki tiga tantangan utama, antara lain
Zangkitnya energi baru terbarukan (EBT) di mana kampanye penggunaan energi
baru terbarukan di dunia semakin gencar dan meminta masyarakat untuk
meninggalkan penggunaan energi berbasis energi fosil. Munculnya industri migas
non konvensional seperti shale oil dan shale gas juga membuat persaingan industri
hulu migas menjadi semakin ketat.
77
Lalu, tingkat penurunan alamiah produksi migas di dalam negeri yang sudah
terjadi selama 25 tahun menurutnya juga menjadi tantangan tersendiri untuk
kembali membangkitkan produksi migas ke depannya. Selain itu, adanya pandemi
yang membuat permintaan minyak dan gas turun menurutnya juga menjadi salah
satu kendala untuk meningkatkan produksi minyak dan gas di dalam negeri.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas), investasi hulu migas pada 2020 mencapai US$ 10,21
miliar, lebih rendah 15,6% dibandingkan target yang ditetapkan sebesar US$ 12,1
miliar.
Sementara realisasi lifting minyak pada 2020 mencapai 706 ribu barel per
hari (bph), turun sekitar 5,4% dibandingkan realisasi lifting minyak pada 2019
yang mencapai 746.300 bph. Sementara lifting gas pada 2020 mencapai 5.461 juta
standar kaki kubik per hari (MMSCFD), turun 7,6% dari realisasi 2019 yang
sebesar 5.912 MMSCFD. Adapun target awal lifting dalam APBN 2020 yang
ditetapkan sebelum terjadinya pandemi yakni 755 ribu bph untuk minyak dan
6.670 MMSCFD untuk lifting gas.
Lantas, bagaimana situasi terkini industri hulu migas saat ini? Apa saja
yang akan dilakukan regulator dan industri terkait guna mengalahkan segala
hantaman tersebut?
Dwi menjelaskan kini Indonesia memiliki tiga tantangan utama, antara lain
bangkitnya energi baru terbarukan (EBT) di mana kampanye penggunaan energi
baru terbarukan di dunia semakin gencar dan meminta masyarakat untuk
meninggalkan penggunaan energi berbasis energi fosil. Munculnya industri migas
non konvensional seperti shale oil dan shale gas juga membuat persaingan industri
hulu migas menjadi semakin ketat.
78
Selain itu, adanya pandemi yang membuat permintaan minyak dan gas
turun menurutnya juga menjadi salah satu kendala untuk meningkatkan produksi
minyak dan gas di dalam negeri.
Namun demikian, dia mengaku pihaknya tidak berdiam diri begitu saja.
SKK Migas telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan
yang sudah jelas di depan mata ini. Salah satu strategi besar yaitu mewujudkan
produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) dan gas sebesar 12 miliar kaki
kubik per hari (MMSCFD) pada 2030.
Namun demikian pemerintah tak putus akal. Kini energi nuklir pun mulai
dilirik untuk mengatasi krisis energi di masa depan. Untuk diketahui bahwa energi
nuklir adalah energi yang dihasilkan dari reaksi antar partikel di dalam inti atom.
Yakni dengan bahan baku uranium dan plutonium.
79
Melalui BATAN dan BAPETAN, Indonesia mulai gencar memperkenalkan
tenaga nuklir kepada masyarakat sebagai pembangkit listrik. Selama ini
kebutuhan akan energi di Indonesia masih bersumber pada sumber daya alam tak
terbarukan. Batu bara pun masih menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar
36%, minyak bumi 33%, gas alam 12%, dan energi terbarukan sebesar 19%.
Energi listrik yang bersumber dari PLTN kian lama mulai dilirik oleh
berbagai negara. Dalam Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT), terdapat 5 negara
yang diperbolehkan memiliki nuklir yaitu Perancis, Republik Rakyat Tiongkok,
Uni Soviet (Rusia), Britania Raya, dan Amerika Serikat.
80
Melalui NPT juga diharapkan dapat mencegah penyebaran senjata nuklir serta
mendorong pemanfaatan energi nuklir secara damai (Anisatul U, 2021).
Permasalahan yang sangat besar yang juga dihadapi umat manusia pada
saat ini ialah energi. Untuk menghadapi krisis energi akibat meningkatnya
konsumsi dunia, maka perlu berbagai upaya dalam mewujudkan ketahanan energi.
Menurut Nugroho (2014), ketahanan energi (energy security) dirumuskan melalui
indikator 4A: 1) bagaimana ketersediaan fisiknya (availability), 2) bagaimana
kemudahan mendapatkannya (accessibility), 3) bagaimana keterjangkuan
harganya (affordability), serta 4) bagaimana/seberapa kualitasnya yang dapat
diterima (acceptability). Secara umum ketahanan energi juga digambarkan
melalui dua elemen bauran energi (energy mix) serta keberlanjutan (sustainability)
dari sistem penyediaan-permintaan energi yang ada.
Ketahanan energi Indonesia berada dalam kondisi kritis. Bila keadaan ini
tidak diperbaiki, keinginan atau rencana untuk menjadi salah satu negara dengan
ekonomi terkuat di dunia akan sulit terwujud. Begitu pula, ketahanan nasional
Indonesia kedepan akan terganggu.
81
Belum membangun cadangan strategis
Upaya eksplorasi energi diluar negeri sangat kurang
Proporsi batubara yang diekspor terlalu besar
Besarnya proporsi ekspor LNG dan gas bumi serta masih lamanya
keterikatan pada kontrak-kontrak ekspor jangka Panjang
Besar/kuatnya tarikan permintaan terhadap energi Indonesia dari sumber-
sumber diluar negeri
82
Tantangan dari aspek sustainability terutama berkaitan dengan masih
sangat tergantungnya penyediaan energi Indonesia dari sumber-sumber bahan
bakar fosil, yang bersifat tak terbarukan (non-renewable). Selain itu, ketahanan
energi Indonesia juga menghadapi permasalahan:
M. Konservasi Energi
83
kecenderungan berbanding terbalik, maka diperlukan upaya-upaya solutif dalam
menangani keterbatasan energy (Samudro, 2016).
Penggunaan bahan bakar dari minyak bumi, batubara dan gas alam
menghasilkan emisi gas buang berupa karbondioksida (CO2), karbonmonooksida
(CO), sulfit/sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan sejumlah unsur atau
senyawa lain berupa logam berat lainnya. Perhatian parameter utama sebagai
indikator pencemar khususnya penyebab global warming adalah karbondioksida
84
(CO2). Karbondioksida terperangkap dalam atmosfer bumi, yang menyebabkan
radiasi matahari terjerap, sehingga memunculkan fenomena smog atau
lapisan/layer yang terdiri dari gabungan asap dan kabut (asbut) yang mengandung
karbondioksida (CO2) dan pencemar-pencemar lainnya (Samudro, 2016).
85
meningkatkan efisiensi pemanfaatannya (PP RI No.70 tahun 2009). Konservasi
energi juga bisa dikatan sebagai pengguanaan energi dengan efisiensi dan rasional
tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan.
Upaya konservasi energi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, mulai dari
pemanfaatan sumber daya energi sampai pada pemanfaatan terakhir, dengan
menggunakan teknologi yang efisien, dan membudayakan pola hidup hemat
energy (Humas UGM, 2005). Tujuan konservasi energi adalah untuk memelihara
kelestarian suber daya alam yang berupa sumber energi melalui kebijakan
pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien, rasional dan bijaksana
untuk mewujudkan kemampuan penyediaan energi, penggunaan energi secara
efisien dan merata serta kelestarian sumber-sumber energi (Keppres RI No.43
tahun1991).
86
pupuk cair dan kompos, destilasi bertingkat yang merubah plastik menjadi
premium dan minyak tanah, dan lain sebagainya. Secara umum, renewable energy
technologies terdiri dari solar energy dengan teknologi solar cell/sel surya,
hydropower energy dengan teknologi turbin air pembangkit listrik baik air yang
berasal dari laut maupun air permukaan, geothermal energy dengan teknologi
geothermal power plant, wind energy dengan teknologi wind turbine/turbin kincir
angin dan biomass energy dengan teknologi konversi biomassa (Samudro, 2016).
87
Gambar 31. Microbial Fuel Cell
88
eksternal dari anoda menuju katoda yang didalamnya terdapat larutan elektrolit
sebagai aseptor elektron sehingga menimbulkan tegangan listrik. Secara garis
besarnya mekanisme prosesnya adalah substrat dioksidasi oleh bakteri, kemudian
menghasilkan elektron dan proton pada anoda. Elektron ditransfer melalui kabel
sirkuit eksternal, sedangkan proton didifusikan melalui membran penukar proton
(PEM) menuju katoda. Proton (ion H+) dan elektron dalam katoda selanjutnya
akan bereaksi dengan oksigen membentuk air (H2O) (Logan, 2008).
Menurut Mutia (2018), ada beberapa contoh tindakan konservasi energi dalam
Kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut :
89
Tabel 2. Contoh Tindakan konservasi energi dalam kehidupan sehari-
hari.
Menurut Mutia (2018), ada beberapa contoh tindakan efisiensi energi dalam
Kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut :
90
DAFTAR PUSTAKA
91
Anonim. 2021. “Mengapa Indonesia Belum Memiliki Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir? (Online).<https://bitjournal.id/mengapa-indonesia-masih-belum-
memiliki-pembangkit-listrik-tenaga-nuklir-pltn>. [diakses pada 22
Februari 2021].
Anonim. 2021. Dwi Soetjipto Beberkan Jurus SKK Migas Adang Krisis Energi
(Online). <https://www.cnbcindonesia.com/profil/20210112131558-41-
215310/dwi-soetjipto-beberkan-jurus-skk-migas-adang-krisis-energi>.
[diakses pada 22 Febaruari 2021].
Eddy, W., Budy, H., dkk. 2018. Pengujian Sistem Konversi Energi Suara menjadi
Energi Listrik menggunakan Piezoelektrik . echné Jurnal Ilmiah
Elektroteknika. 2018. 17(1) : 59 -67.
I Gede Bawa, S., I Made, S. 2017. Konversi Energi Biomassa Kotoran Sapi
Melalui Rancangan Biodigester Untuk Rumah Tangga. Jurnal Logic.
2017. 17(3) : 1-8.
Logan, Bruce E. 2008. Microbial Fuel Cells. United States of America: WILEY-
INTERSCIENCE John Wiley & Sons, Inc.
92
Ramli Utina dan Dewi Wahyuni K. Baderan. 2009. Ekologi dan Lingkungan
Hidup. Gorontalo : Penerbit UNG Press.
93