Anda di halaman 1dari 94

MAKALAH

ENERGI DAN LINGKUNGAN


“ENERGI DAN LINGKUNGAN”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Drs. Johnly Alfreds Rorong, M.Si

Disusun Oleh Kelompok I :


FARMASI A 2018 :
Antyka B.E Kawa (18101105002)
Chrispawanty C. Ranggatau (18101105007)
Meinny N. Rompis (18101105008)
Ni Made Novi Trisnayanti (18101105006)
Diana G Maniagasi (18101105003)
Tasya A M P Santoso (18101105005)
Anjely Jessica Makatempuge (18101105001)
FARMASI A 2020 :
Christinia A. Supit (20101105005)
Ni made virjini (20101105012)
Karmelita Rarung (20101105006)
Priska kamu (20101105010)
Ratiah Nurbayt Alizzah (20101105009)
Julio Cecario Kamasaan (20101105011)
Natasya Syella Toisuta Kasenge (20101105007)
Ripka Milka Sumanti (20101105008)
Carmelita Novianti Nadila Laloan (20101105003)
Chensie Margareta Lomboan (20101105004)
Chelsea Kawatu (20101105002)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FARMASI

2021
PENDAHULUAN

Bumi, tempat satu-satunya manusia bersama dengan makhluk hidup lainnya


telah mengalami sejarah geologi dan evolusi sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu.
Evolusi makhluk hidup sampai dengan munculnya manusia pertama terus
berlangsung sampai saat ini telah berlangsung milyaran tahun. Berbagai
permasalahan yang dihadapi umat manusia juga terus berkembang menuju
kompleksitas yang jauh lebih tinggi pada saat ini.

Ekosistem banyak berubah dan mengalami degradasi terkait aktivitas manusia


dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan pangan, air, kayu, sandang, dan energi
yang makin meningkat menyebabkan ekosistem dieksploitasi. Eksploitasi sumber
aya alam yang tidak sustainable ini menyebabkan degradasi ekosistem yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia.

Permasalahan lingkungan hidup dari waktu ke waktu akan tetap menjadi


perhatian seluruh umat manusia mengingat manusia hidup pada suatu lingkungan
dan membutuhkan sumber daya dari lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Permasalahan tersbut bersumber dari semakin meningkatnya jumlah
populasi umat manusia serta ketimpangan akan akses terhadap sumber daya. Pada
akhirnya, permasalahan ini akan menimbulkan krisis pada berbagai aspek
kehidupan manusia, antara lain eksploitasi sumber daya secara tidak bijaksana,
polusi atau pencemaran lingkungan, munculnya berbagai penyakit, kerusakan
lingkungan, sampai pada pasokan energi yang tidak mencukupi. Permasalahan
lingkungan secara umum disajikan pada Gambar 1.1 (Supriatna, 2007 dalam
Mangunjaya, 2008).

1
Gambar 1. Permasalahan Lingkungan secara umum.

Permasalahan yang sangat besar yang juga dihadapi umat manusia pada
saat ini ialah energi. Untuk menghadapi krisis energi akibat meningkatnya
konsumsi dunia, maka perlu berbagai upaya dalam mewujudkan ketahanan energi.
Menurut Nugroho (2014), ketahanan energi (energy security) dirumuskan melalui
indikator 4A: 1) bagaimana ketersediaan fisiknya (availability), 2) bagaimana
kemudahan mendapatkannya (accessibility), 3) bagaimana keterjangkuan
harganya (affordability), serta 4) bagaimana/seberapa kualitasnya yang dapat
diterima (acceptability). Secara umum ketahanan energi juga digambarkan
melalui dua elemen bauran energi (energy mix) serta keberlanjutan (sustainability)
dari sistem penyediaan-permintaan energi yang ada.

Inti permasalahan energi di dunia pada saat ini ialah ketidakseimbangan


permintaan (demand) dan penawaran (supply) serta akses terhadap sumber daya
energi (Repository USU, akses 2021). Berbagai faktor yang menciptakan
ketidakseimbangan tersebut antara lain ialah pesatnya laju pertambahan penduduk
serta industrialisasi dunia yang masif. Kondisi tersebut akan meningkatkan
konsumsi energi dunia secara drastis dan mengakibatkan tersedotnya berbagai
cadangan energi, terutama energi fosil. Diperkirakan sampai dengan tahun 2030,
konsumsi energi dunia masih akan bergantung pada energi minyak bumi yang
tidak terbarukan. Bagi kawasan Asia Pasifik yang memiliki pertumbuhan ekonomi
yang dinamis tetapi hanya memiliki cadangan minyak yang sedikit sehingga
menyebabkan kebutuhan minyak kawasan banyak tergantung pada kawasan lain.
Kondisi seperti tersebut di atas juga dialami Indonesia. Sampai saat ini, Indonesia
masih sangat bergantung pada migas sebagai penghasil devisa maupun untuk
memasok kebutuhan dalam negeri. Cadangan minyak bumi dalam keadaan
depleting, walaupun gas bumi cenderung meningkat. Untuk energi baru dan
terbarukan, sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang sangat beragam, tetapi
pengelolaan dan penggunaannya masih belum optimal. Berbagai potensi energi
tersebut antara lain: sumber energi nabati, gas, panas bumi, energi nuklir, energi
surya, energi angin, dan energi laut, serta sumber-sumber lainnya. Di sisi lain,

2
Indonesia yang dulu merupakan negara pengekspor minyak, justru saat ini telah
berubah menjadi negara pengimpor minyak (net-importing country).

Tantangan Pemerintah dan kita semua ke depan ialah memperkuat


ketahanan energi nasional melalui berbagai perangkat kebijakan dengan tujuan
untuk mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan guna mencapai
energi bauran, meningkatkan efisiensi dan konservasi energi serta memperkuat
peran Pemerintah sebagai regulator kebijakan energi. Untuk memperkuat
ketahanan energi, maka penting dikembangkan berbagai upaya dalam
mengeksplorasi, memanfaatkan, serta menggunakan secara bijaksana dan lestari
berbagai sumber energi, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan
dengan mencari sumber-sumber energi alternatif.

A. Pengertian Lingkungan

Lingkungan atau lingkungan hdup didefinikan menurut beberapa landasan


oleh para ahli. Dalam buku ini, kita hanya membahas menurut beberapa literatur
saja, seperti di bawah ini:

1) Menurut Otto Soemarwoto (2001), lingkungan hidup merupakan ruang


yang ditempati makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup
yang di dalamnya termasuk tumbuhan, hewan, manusia, maupun jasad
renik.

2) Menurut Emil Salim (1983), lingkungan hidup adalah segala benda,


kondisi keadaan, serta pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita
tempati dan mempengaruhi hal yang hidup (termasuk manusia).

3) Di dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa:
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

3
Dalam ekologi atau ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya, lingkungan
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar makhluk hidup yang
didefinisikan (fokus pembicaraan). Dalam ekologi juga dikenal konsep kesatuan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang dikenal sebagai ekosistem.
Ekosistem didefinisikan sebagai sistem alami yang terdiri dari makhluk hidup atau
komponen biotik (bakteri, protista, jamur, tumbuhan, hewan, serta virus) bersama-
sama dengan komponen abiotiknya (benda mati dan faktor kimia-fisik) (Sumarto
& Koneri, 2016).

Dengan demikian di dalam konsep tentang lingkungan hidup tersusun atas


komponen-komponen sebagai berikut ini:

1. Makhluk hidup: terdiri dari manusia dan organisme lainnya yang terdiri
dari virus, bakteri, protista, tumbuhan, serta hewan lainnya. Dalam mata
kuliah ini, yang menjadi pusat bahasan/kajian terutama ialah manusia
sebagai bagian utama lingkungan hidup.

2. Makhluk tidak hidup atau benda mati: terdiri dari benda mati, seperti batu,
cahaya, tanah, udara, air, serta faktor kimia fisik lainnya seperti tekanan
udara, salinitas atau kadar garam, tekanan udara, suhu, kelembaban, dan
sebagainya.

3. Daya atau energi: Energi yang dimaksud dalam mata kuliah ini memiliki
pengertian yang jauh lebih luas dibandingkan dengan energi yang biasanya
dibicarakan dalam rantai dan jaring-jaring makanan dalam konsep ekologi,
yaitu aliran materi dan energi. Energi di sini didefinisikan sebagai
komponen yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam meningkatkan
kemampuan kerja dan produktivitas, antara lain energi listrik, energi
angin, energi nuklir, energi ombak, energi panas bumi, energi minyak
bumi, dan sebagainya.

4. Kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk


hidup lain: konsep ini merupakan luaran atau hasil kerja setiap

4
pemanfaatan sumber daya oleh manusia pada muaranya harus dapat
meningkatkan kelangsungan hidup serta kesejahteraan hidup manusia.

B. Ekosistem

Gambar 2. Bagan sistem ekologi atau ekosistem.

Istilah Ekosistem pertama kali diusulkan pada tahun 1935 oleh A.G.
Tansley, seorang ahli ekologi bangsa Inggris, tetapi konsep ini bukanlah
merupkan hal yang baru. Berbagai pendapat tentang kesatuan organisme dan
lingkungannya demikian juga tentang kesatuan manusia dan alam sudah sejak
lama ada. Pada akhir abad ke-19 dalam penerbitan ekologik baik di Amerika,
Rusia, dan Eropa telah mulai bermunculan pernyataan-pernyataan tentang konsep
ekosistem. 

Ekosistem atau sistem ekologi (Anderson,1981) merupakan kesatuan


komunitas biotik dengan lingkungan abiotiknya. Pada dasarnya, ekosistem dapat

5
meliputi seluruh biosfer dimana terdapat kehidupan, atau hanya bagian-bagian
kecil saja seperti sebuah danau atau kolam. Dalam jangkauan yang lebih luas,
dalam kehidupan diperlukan energi yang berasal dari matahari. Dalam suatu
ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang disebut homeostatis, yaitu adanya
proses dalam ekosistem untuk mengatur kembali berbagai perubahan dalam
sistem secara keseluruhan, atau dalam pendekatan yang holistik. Dalam
mekanisme keseimbangan itu, termasuk mekanisme pengaturan, pengadaan dan
penyimpanan bahan-bahan, pelepasan hara makanan, pertumbuhan organisme dan
populasi serta daur bahan organik untuk kembali terurai menjadi materi atau
bahan anorganik. 

Meskipun suatu ekosistem memiliki daya tahan yang besar terhadap


perubahan, biasanya batas mekanisme homeostatis dapat dipengaruhi bahkan
dikalahkan oleh kegiatan manusia. Misalnya, sebuah sungai yang tercemar oleh
pembuangan limbah yang tidak terlalu banyak sehingga air sungai masih dapat
jernih kembali secara alami. Tetapi jika bahan pencemar yang masuk ke badan air
sungai melebihi kapasitas homeostatis-nya maka sungai akan mengalami
penurunan kualitas peruntukannya bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini daya
tampung atau daya serap alami sudah terlampaui sehingga air sungai mengalami
pencemaran. 

Sehubungan dengan hal di atas, maka konsep faktor pembatas menjadi hal
penting untuk mengkaji keberadaan (eksistensi) dan pertumbuhan suatu populasi
biotik. Dalam hukum Minimum Liebig dikemukakan bahwa kehidupan sangat
tergantung pada jumlah minimum bahan makanan, sedangkan menurut Hukum
Toleransi Shelford bahwa pertumbuhan dan penyebaran populasi tidak hanya
tergantung pada unsur yang sangat sedikit, tetapi juga dibatasi oleh unsur yang
sangat banyak. Organisme memiliki kisaran toleransi yang lebar pada satu faktor
lingkungan dan kisaran yang sempit di lain faktor. Organisme dengan kisaran
toleransi yang lebar untuk semua faktor memiliki penyebaran yang paling luas,
demikian sebaliknya. Hewan pengerat (misalnya tikus) mampu bertahan hidup di
berbagai tempat karena memiliki banyak variasi jenis makanan, sebaliknya Panda

6
dan Koala hanya memiliki satu atau dua jenis tumbuhan yang menjadi
makanannya sehingga penyebaran kedua hewan ini terbatas pada habitat dan
kondisi tertentu pula.

a). Kaidah-kaidah ekosistem Menurut Zoer’aini (2003) kaidah-kaidah ekosistem


sebagai berikut; 

a. Suatu ekosistem diatur dan dikendalikan secara alamiah. 

b. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan


berimbang. Di atas kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi terkendali, dengan
akibat menimbulkan perubahan-perubahan lingkungan atau krisis lingkungan
yang tidak lagi berada dalam keadaan lestari bagi kehidupan organisme. 

c. Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling


mempengaruhi dan bersifat timbal balik. 

d. Interaksi terjadi antara; Komponen-komponen biotik dengan komponen-


komponen abiotik Sesama komponen biotik sesama komponen-komponen abiotik 

e. Interaksi senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil, untuk


mencapai suatu optimum mengikuti setiap perubahan yang dapat ditimbulkan
terhadapnya dalam ukuran batas-batas kesanggupan. 

f. Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas disamping yang umum dan
secara bersama-sama dengan ekosistem lainnya mempunyai peranan terhadap
ekosistem keseluruhannya (biosfer).

g. Setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat,


waktu dan masing-masing membentuk basis-basis perbedaan diantara ekosistem
itu sendiri sebagai cerminan sifat-sifat yang khas. 

h. Antara satu dengan lainnya, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri


untuk memilih interaksinya pula secara tertentu.

b). Komponen atau faktor ekosistem 

Komponen-komponen ekosistem dapat dibagi berdasarkan :

7
 Dari segi makanan (trophik) 

1. Komponen autrotop (memberi makanan sendiri), disini terjadi pengikatan


energi sinar matahari. 

2. Komponen heterotrophik (memakan yang lainnya), disini terjadi pemakaian,


pengaturan kembali dan perombakan bahan-bahan yang kompleks. 

 Dari segi keperluan deskriptif 

1. Komponen Abiotik, terdiri dari : 

a) Senyawa-senyawa inorganik (C, H, CO2, H2O dan lainnya) yang terlibat dalam
siklus bahan atau mineral. 

b) Senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak dan seterusnya) yang


menghubungkan biotik dan abiotik. 

c) Iklim (temperatur, faktor-faktor fisik lainnya) 

d) Air 

Gambar 3. Contoh ekosistem.

8
2. Komponen-komponen biomas terdiri dari; 

a) Produsen, organisme autotropik, umumnya tumbuhan hijau yang mampu


menghasilkan atau membentuk makanan dari senyawa-senyawa an-organik yang
sederhana. 

b) Makro-konsumer atau phagotrof, organisme-organisme heterotropik terutama


hewan yang mencernakan organisme-organisme atau bagian bahan organik. 

c) Mikro-konsumer, saprotrof (sapro = merombak) atau osmotrop, organisme


heterotropik terutama bakteri dan jamur yang merombak senyawa-senyawa
kompleks dari pada protoplasma mati. Menghisap beberapa dari hasil perombakan
dan melepaskan bahan makanan inorganik yang dapat digunakan oleh produsen.
Menghasilkan senyawa organik sebagai sumber energi yang dapat menghambat
atau meransang komponen biotik lainnya dalam ekosistem. 

3. Wiegest dan Owens (1970), membagi heterotrof menjadi; 

a) Biophag adalah organisme-organisme yang memakan organisme hidup


lainnya. 

b) Saprophag adalah organisme-organisme yang memakan bahan-bahan organik


mati. 

 Dari segi fungsional 

1. Lingkaran mineral. 

2. Rantai-rantai makanan. 

3. Pola-pola keragaman dalam waktu dan ruang. 

4. Perkembangan dan evaluasi. 

5. Pengendalian (cybernetiks) 

9
Faktor-faktor ekosistem yang merupakan komponen habitat yaitu;

A. Faktor Abiotik 

1. Tanah; 

a. Sifat fisik tanah seperti tekstur, kematangan, porositas, kapasitas menahan air. 

b. Sifat kimia tanah seperti pH, kandungan dan jenis unsur hara (materi) 

2. Faktor Iklim 

Rezim energi, suhu, kelembapan, angin, kandungan gas/partikel. 

3. Faktor air 

Kecerahan, pH, kandungan unsur. 

B. Faktor Biotik; 

1. Produsen; tumbuhan hijau, bakteri 

2. Konsumen; herbivora, karnivora 

3. Dekomposer 

C. Faktor Manusia; ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam 

Tanah sebagai ekosistem, terdiri atas komponen; 

1. Komponen Abiotik; fraksi mineral yaitu sifat fisik dan sifat kimia, kandungan
bahan organik, air tanah, dan atmosfer tanah 

2. Komponen Biotik; mikrobiota seperti Algae, Protozoa, Fungi. Mesobiota


seperti Nematoda dan Artipro. Makrobiota seperti cacing, Moluska, Artropoda

c). Klasifikasi ekosistem berdasarkan energi 

Sumber dan kualitas energi yang tersedia menentukan jenis dan jumlah
organisme, pola fungsional dan proses pertumbuhan, dan pola hidup manusia.
Karena energi adalah suatu penyebut umum dan faktor penentu terakhir di dalam
semua ekosistem, apakah yang dirancang oleh manusia atau oleh alam, maka
energi memberikan suatu dasar logis untuk suatu klasifikasi tingkat pertama. 

Atas dasar ini, dibedakan 4 klas dasar ekosistem, yaitu; 

10
a. Ekosistem alam, tanpa subsidi dan ditunjang oleh energi matahari. 

b. Ekosistem alam yang ditunjang oleh energi matahari dan energi alam lainnya. 

c. Ekosistem yang ditunjang oleh energi matahari dan dibantu oleh manusia. 

d. Sistem-sistem industri-perkotaan yang ditunjang oleh energi bahan bakar


(sumber energi dari bahan bakar fosil atau bahan bakar organik lain atau nuklir). 

d). Studi tentang Ekosistem 

Para ekologiwan mempunyai dua macam pendekatan dalam mempelajari


ekosistem, yaitu : (1) secara hologis (holos = menyeluruh), dimana masukan-
masukan dan keluaran-keluaran dari suatu ekosistem diukur, sifat-sifat kolektif
dan emergen ditentukan dan bagian-bagian komponen diteliti sesuai dengan
tujuan studi ; (2) pendekatan secara merologis (meros = bagian), disini bagian-
bagian utama dari ekosistem dipelajari terlebih dahulu kemudian digabungkan
kedalam sistem secara keseluruhan. Metode lain yang dipakai akhir-akhir ini
dalam mempelajari ekosistem adalah metode eksperimen dan pembuatan model. 

Di dalam prakteknya metode studi yang dipakai tergantung pada tujuan


studi. Yang perlu juga diperhatikan adalah sifat-sifat dari suatu organisme
mungkin mempunyai prilaku yang berbeda di dalam sistem yang berbeda. Hal ini
ada hubungannya dengan interaksi antara organisme dengan komponen-
komponen lain. Beberapa jenis serangga misalnya, merupakan hama yang sifatnya
merusak apabila berada dalam habitat pertanian, namun di dalam habitata alami
dimana terdapat parasit, predator, dan persaingan maka populasi dan aktivitas
dapat dikendalikan. Dengan cara eksperimentasi para ekologiwan dapat
mempelajari tanggap yang timbul dari suatu perlakuan untuk menjawab hipotesis-
hipotesis yang dibuat sebagai hasil pengamatan.

Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

1. Interaksi Antar-Individu Membentuk Populasi Sekumpulan makhluk hidup


dari spesies yang sama yang hidup pada suatu waktu dan kawasan tertentu

11
serta saling berinteraksi mambentuk populasi. Oleh karena barasal dari
spesies yang sama, maka individu di dalam populasi mempunyai potensi
melakukan kawin silang yang akan menghasilkan keturunan yang fertile
(mampu bereproduksi). Contoh populasi adalah populasi itik, populasi padi,
dan populasi sapi.

Gambar 4. Populasi Sapi.

Suatu populasi dapat dikenali dengan adanya ciri-ciri : 

a. memiliki kesamaan morfologi 

b. memiliki kesamaan fungsi fisiologi 

c. dapat melakukan perkawinan silang 

d. dapat menghasilkan keturunan yang fertile 

Dengan demikian, populasi memiliki sifat dapat tumbuh dan berkembang,


dari populasi berukuran kecil menjadi populasi yang berukuran besar. Sebaliknya,
karena alasan-alasan tertentu (misalnya, diburu, terkena penyakit, bencana alam),
ukuran populasi bisa menjadi lebih kecil dari semula. Semakin besar populsi,
semakin banyak kebutuhan makanannya. Demikian pula dengan kebutuhan
oksigen, air, dan ruangan. 

1. Interaksi Antar-Populasi Membentuk Komunitas 

Interaksi antara populasi yang satu dengan yang lain dalam suatu areal tertentu
membentuk komunitas. Contoh komunitas adalah komunitas hutan hujan tropik

12
yang di dalamnya terdapat berbagai populasi tumbuhan, reptilian, burung,
mamalia, mikroorganisme, cacing moluska.

Berikut ini adalah beberapa bentuk interaksi antarspesies dalam suatu komunitas.

Kompetisi 

Kompetisi adalah bentuk interaksi dua makhluk hidup yang


mengakibatkan kedua makhluk hidup tersebut mengalami kerugian.

Predasi 

Di dalam sebuah interaksi antarmakhluk hidup terdapat hubungan satu


spesies memakan yang lain. Dalam hal ini, konsumernya disebut predator,
sedangkan spesies yang dimakan dikenal sebagai mangsa. Predator (Latin, praeda
= mangsa) adalah makhluk hidup yang memperoleh sumber-sumber yang
diperlukan dengan memakan makhluk hidup lain. Jika yang dimangsa adalah
produser, maka bentuk interaksi itu disebut herbivori, sedangkan hewan yang
memakan produser disebut herbivor. 

Simbiosis 

Hubungan yang dekat antara dua spesies makhluk hidup berbeda disebut
simbiosis yang berarti hidup bersama. Interaksi simbiotik meliputi bentuk
parasitisme, komensalisme, dan mutualisme. 

a) Parasitisme Parasitisme merupakan bentuk interaksi yang dapat menyebabkan


satu pihak mendapat keuntungan, sedangkan pihak yang lain menderita kerugian.
Suatu parasit dapat memperoleh makanan atau sumber-sumber yang diperlukan
dari tubuh makhluk hidup lain, disebut inang atau hospes. Selain menggunakan
inang sebagai sumber nutrisi beberapa parasit juga menggunakan inang mereka
untuk perlindungan bagi predator yang akan memangsanya. Contohnya,
kehidupan ikan mutiara pada timun laut. 

b) Komensalisme Komensalisme merupakan bentuk interaksi yang menyebabkan


satu pihak mendapatkan keuntungan, sedangkan yang lain tidak terpengarug
(tidak diuntungkan maupun dirugikan). Contoh interaksi komensalisme adalah
kehidupan ikan remora dengan hiu. 

13
c) Mutualisme Mutualisme (Latin, mutuus = penukaran) merupakan bentuk
interaksi yang menyebabkan kedua spesies sama-sama mendapat keuntungan.
Interaksi mutualisme kadang-kadang disebut juga simbiosis obligat. Contohnya
adalah pada proses penyerbukan bunga (polinasi). Pada beberapa proses
penyerbukannya dapat berlangsung oleh bantuan beberapa serangga khusus,
burung, atau kelelawar. 

Gambar 5. Contoh simbiosis mutualisme, misalnya proses penyerbukan pada


bunga oleh bantuan serangga.

Salah satu ciri dari komunitas adalah adnya keanekaragaman spesies dan
pola penyebarannya. Sekin beraneka ragam spesies penyusun suatu komunitas,
semakin tinggi organisasinya, dan ini berarti semakin dewasa komunitas tersebut.
Komunitas yang demikian itu biasanya lebih stabil. Dalam arti, komunitas mampu
memulihkan diri apabila mandapatkan “gangguan”, asalkan masih dalam batas
toleransi. Gangguan itu berupa penambahan atau pengurangan materi atau energi.
Komunitas yang mampu memulihkan dirinya dikatakan memiliki daya lenting
yang tinggi. 

1. Interaksi Antara Komunitas dengan Komponen Abiotik Membentuk


Ekosistem 

Interaksi antara komunitas dengan faktor abiotik membentuk suatu system yang
dikenal sebagai lingkungan atau ekosistem. Interaksi tersebut dapat berupa proses

14
memakan dan dimakan sehingga terjadi pemanfaatan energi dan daur ulang
materi. 

Luas ekositem itu tidak dapat ditentukan. Ada ekosistem sawah yang cukup luas
dan ada pula ekosistem lautan yang sangat luas. Jadi, luas sempitnya ekositem
tidak dapat ditentukan secara pasti. Bahkan, seluruh permukaan bumi beserta
segala makhluk hidup di dalamnya yang disebut sebagai biosfer, dapat dipandang
sebagai ekosistem raksasa. 

2. Interaksi Antar-Ekosistem Membentuk Biosfer

Di permukaan bumi, mulai dari dasar samudera hingga puncak pegunungan


yang tinggi serta beberapa ratus meter lapisan udara di atasnya, terdapat berbagai
macam ekosistem yang saling berinteraksi. Ini merupakan lapisan permukaan
bumi yang dihuni organisme yang saling berinteraksi. Lapisan permukaan bumi
ini dikenal sebagai biosfer atau ekosfer. Bumi merupakan satu kesatuan sebagai
hasil dari interaksi berbagai faktor penyusun yang terdapat di dalamnya. Oleh
karena itu, para pakar lingkungan prihatin dengan pencemaran, perusakan, dan
perubahan iklim yang terjadi akibat kegiatan manusia. Jika ekosistem di bumi
mengalami kerusakan, maka akibat kerusakan itu akan berangkai karena antar-
komponen terjadi interaksi sebagaimana diuraikan sebelumnya. Umat manusia
sendiri akan terancam kelestariannya. 

Aliran Energi 

Setiap makhluk hidup memerlukan energi untuk kelangsungan hidupnya.


Misalnya, untuk tumbuh, bereproduksi, dan bergerak. Dalam pemenuhan
kebutuhan energi tersebut terjadi hubungan saling ketergantungan energi di antara
makhluk hidup yang berbeda. Dalam hal ini, ada makhluk hidup yang berperan
sebagai produser, konsumer, atau dekomposer. 

a) Produser 

Produser merupakan makhluk hidup yang mampu menangkap energi


cahaya matahari untuk kegiatan fotosintesis sehingga dapat menghasilkan materi
organic yang berasal dari materi anorganik. Contoh produser adalah tumbuhan

15
hijau dan makhluk hidup fotosintesis lainnya. Melalui produser tersebut energi
yang berasal dari matahari mengalir ke makhluk hidup lainnya.

Banyaknya energi cahaya yang dapat diubah menjadi energi kimia oleh
produser disebut produktivitas primer. Jumlah total produktivitas ini dikenal
sebagai produktivitas primer kotor (PPK). Sebagian produk materi organic
tersebut digunakan sebagai bahan baker bagi respirasi selularnya, sedangkan
sebagian lagi disimpan di dalam tubuh tumbuhan. Bagian materi organik yang
disimpan itulah yang dikenal sebagai produktivitas primer bersih (PPB). PPB
merupakan keseimbangan terhadap produktivitas primer kotor dikurangi energi
yang digunakan oleh produser untuk respirasi (Rs). 

PPB = PPK – Rs 

Perhatikan keseimbanga reaksi antara fotosintesis dengan respirasi berikut. 

Gambar 6. Keseimbangan reaksi antara fotosintesis dengan respirasi

Produktivitas primer diwujudkan dalam istilah energi per satuan luas per
satuan waktu (J/m2 /tahun) atau sebagai biomassa yang ditambahkan ke ekosistem
per satuan luas per satuan waktu (g/m2 /tahun). Biomassa merupakan berat kering
dari sejumlah materi organic yang berada pada satu tingkat trofik kehidupan. 

Selanjutnya, PBB dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh consumer atau


makhluk hidup heterotrof (manusia dan hewan). Pada umumnya, consumer dan
detritus akan menyintesus kembali materi organic yang diperoleh dan
menyimpannya di dalm jaringan tubuh dalam bentuk energi kimia. Produk itulah
yang disebut dengan produktivitas sekunder. 

b) Konsumer 

Konsumer merupakan makhluk hidup yang memperoleh energi dalam


bentuk materi organic. Misalnya, dengan cara memakan makhluk hidup lainnya.

16
Seluruh hewan tergolong consumer. Berdasarkan tingkatnya, consumer dapat
dibedakan atas konsumen primer, konsumen sekunder, dan konsumen tersier.
Consumer primer atau herbivore adalah consumer yang secara langsung memakan
tumbuhan. Consumer sekunder atau karnivor adalah consumer yang memakan
consumer primer. Konsumer tersier atau karnivor puncak adalah consumer yang
memakan konsumen sekunder. Beberapa hewan ada yang berperan sebagai
karnivor pada suatu waktu dan herbivore pada saat yang lain. Hewan demikian
disebut omnivor. Mereka dapat ditempatkan ke dalam tingkat trofik berbeda
bergantung pada materi yang dimakan pada saat itu. Produser dan berbagai
karnivor di dalam ekosistem dalam pemenuhan kebutuhan makanan dikenal
dengan istilah tingkat trofik. 

c) Dekomposer 

Dekomposer (pengurai) merupakan makhluk hidup yang memperoleh


makanannya dengan cara menguraikan senyawa-senyawa organik yang berasal
dari makhluk hidup yang telah mati (bangkai). Dalam hal ini, decomposer
berperan mengembalikan materi ke lingkungan abiotik dan digunakan kembali
oleh tumbuhan hijau. Contoh decomposer adalah jamur dan bakteri. 

d) Detritivor 

Detritivor adalah organisme yang memakan partikel-partikel organik atau


detritus. Detritus merupakan serpihan hancuran jaringan hewan atau tumbuhan.
Organisme detrivor antara lain cacing tanah, siput, keluwing, bintang laut, dan
kutu kayu. 

Gambar 7. Kutu Kayu sebagai organisme detrivor

17
Tipe-Tipe Ekosistem 

Pada umumnya, dikenal tiga tipe ekosistem utama, yaitu ekosistem akuatik (air),
ekosistem terestrial (darat), dan ekosistem buatan. 

Ekosistem Akuatik 

Ekosistem akuatik (perairan) adalah tipe ekosistem yang sebagian


lingkungan fisiknya didominasi oleh air. Ekosistem akuatik dipengaruhi oleh
empat factor, yaitu penetrasi cahaya matahari, substrat, temperatur, dan jumlah
material terlarut. Akan tetapi, factor penentu utama dari ekosistem perairan adalah
jumlah garam terlarut di dalam air. Jika perairan tersebut sedikit mengandung
garam terlaryt, maka disebut ekosistem air tawar. Sebaliknya, jika mengandung
kadar garam tinggi, maka disebut ekosistem laut. 

1) Air Tawar 

Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik. Ekosistem
air tawar lotik memiliki ciri airnya berarus. Contohnya adalah sungai. Organisme
yang hidup pada ekosistem ini dapat menyesuaikan diri dengan arus air. Produsen
utama pada ekosistem ini adalah ganggang. Akan tetapi, umunya organisme lotik
memakan detritus yang berasal dari ekosistem darat di sekitarnya. Ekosistem air
tawar lentik memiliki cirri airnya tidak berarus. Ekosistem air tawar lentik
meliputi rawa air tawar, rawa gambut, kolam, dan danau. Rawa didominasi oleh
lumut Spaghnum. Ekosistem danau dan kolam terdiri dari tiga wilayah horizontal,
yaitu litoral, limnetik, dan profundal. 

2) Laut 

Hampir 71% dari permukaan bumi tertutup oleh laut. Rata-rata salinitas
(kadar garam) laut adalah 3%, tetapi angka ini bervariasi dari satu wilayah ke
wilayah yang lain sesuai dengan kedalaman dan geografinya. Salinitas tertinggi
terdapat di daerah tropis. Pada daerah tropis suhu yang tinggi menyebebkan laju
penguapan berlangsung cepat sehingga salinitas laut menjadi tinggi. Contohnya,
Laut Merah memiliki salinitas 4%. Sebaliknya, pada geografi yang lebih tinggi,

18
proses penguapan berkurang sehingga salinitasnya rendah. Contohnya, Laut
Baltik dengan salinitas 0,7%. 

3) Estuari 

Ekosistem estuary terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai dan laut
atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut juga pantai Lumpur. Esturi
mamiliki cirri berair payau dengan tingkat salinitas di antarsa air tawar dan laut.
Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau. Beberapa organisme laut melakukan
perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, udang, dan moluska yang dap-at
dimakan. 

4) Pantai Batu 

Ekosistem pantai batu tersusun dari komponen abiotik, berupa batubatuan


kecilmaupun bongkahan batu yang besar. Pada ekosistem pantai batu terdapat
organisme seperti ganggang Eucheuma dan Sargassum, serta beberapa jenis
moluska yang dapat melekat di batu. Ekosistem pantai batu antara lain terdapat di
Pantai Selatan Jawa, Pantai Barat Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku. 

5) Terumbu Karang 

Ekosistem terumbu karang hanya dapat tumbuh di dasar perairan ynag


jernih. Terumbu karang terbentuk dari rangka hewan kelompok Coelenterata.
Pada ekosistem ini terdapat berbagai jenis organisme laut dari kelompok Porifera,
Coelenterata, ganggang, berbagai jenis ikan, serta udang. Ekosistem terumbu
karang antara lain terdapat di perairan Nusa Tenggara dan Maluku. 

6) Laut Dalam 

Ekosistem laut dalam merupakan zona pelagic laut. Ekosistem ini berada
pada kedalaman 76.000 m dari permukaan laut, sehingga tidak ada lagi cahaya
matahari. Oleh karena itu, produsen utama di ekosistem ini merupakan organisme
kemoautotrof. 

19
Gambar 8. Ekosistem akuatik.

Ekosistem Terestrial 

Ekosistem terestrial (darat) adalah suatu tipe ekosistem yang sebagian


besar lingkungan fisiknya berupa daratan. Ekosistem terrestrial memiliki bagian
daerah yang luas dengan habitat dan komunitas tertentu, disebut bioma. 

1) Hutan Musim 

Bioma daratan yang berada di belahan timur Amerika Utara dikenal


dengan bioma hutan musim atau hutan gugur. Pemberian nama bioma tersebut
adalah berdassarkan ciri-ciri umum dari ekosistem atau berdasarkan vegetasi yang
dominant. Pada bioma hutan musim ditemukan tumbuhan bercirikan pohon keras
seperti oak (Quercus sp.), beach, dan maple (Acer saccharinum), yang
menggugurkan daunnya pada musim gugur. Adapun jenis hewan yang menghuni
bioma tersebut antara lain rusa, musang, dan salamander. 

2) Padang Rumput 

Di sebelah barat dari hutan musim di Amerika Utara terdapat bioma


padang rumput. Curah hujan bioma padang rumput tidak banyak memberikan
dukungan bagi pertumbuhan tumbuhan. Penyebabnya adalah pada daerah tersebut
terdapat aliran sungai yang panjang sehingga air tersedia dalam jumlah yang
besar. Vegetasi dominan dalam bioma padang rumput adalh bermacam-macam
spesies rumput-rumputan. Hewan yang ditemukan di daerah tersebut antara lain

20
bison, anjing padang rumput, antelope, belalang, dan ular. Soatu bioma yang
mirip dengan sebutan sabana. Sabana adalah tipa bioma yang banyak teradapat di
Amerika Selatan. Tumbuhannya terdiri atas rumput dan pohon-pohon yang
menyebar. Tipe bioma ini memiliki musim kering dan musim basah. 

3) Gurun 

Gurun terdapat di belahan bumi sekitar 20° - 30° lintang utara dan lintang
selatan. Curah hujan di gurun rendah, yaitu kurang dari 25 cm per tahun.
Kehidupan organisme di gurun beradaptasi dengan lingkungannya yang kering.
Vegetasinya terdiri dari berbagai balukar akasia, tumbuhan sukulen, dan kaktus.
Hewan yang banyak terdapat di gurun antara lain belalang, buurung pemangsa
serangga, dan kadal. Umunya hewan-hewan gurun melakukan kegiatan pada
malam hari (nokturnal). Contoh bioma gurun adalah gurun Gobi di Asia, gurun
Sahara di Afrika, dan gurun Anzo Borrego di Amerika. 

4) Taiga 

Taiga terdapat di wilayah utara hutan gugur subtropics dan juga di


pegunungan tropis. Cirri iklim taiga adalah musim dingin yang panjang. Hujan
turun hanya pada musim panas. Taiga merupakan hutan pinus (koifer) yang selalu
hijau. Taiga terdapat di Amerika Utara, juga pada dataran tinggi di berbagai
wilayah. Hewan yang hidup di taiga antara lain beruang hitam dan serigala. 

5) Tundra 

Di sebelah utara dari bioma taiga terdapat suatu wilayah yang dikenal
sebagai bioma tundra. Karakteristik bioma tundra sangat ekstrem, yaitu lama
musim dinginnya lebih panjang daripada musim panas. Dalam kondisi demikian
sangat sedikit ditemukan jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di sana.
Tumbuhan yang terutama berupa lumut (liken), dan tumbuhan semusim yang
tumbuh cepat selama musim tumbuh. Hewan yang menghuni bioma tundra antara
lain rusa kutub (karibu), serigla, ajag, burung hantu salju, tikus, dan beberapa
jenis serangga. 

21
6) Hutan Hujan Tropik 

Bioma hutan hujan tropik adalah akhir dari spectrum iklim bioma tundra.
Bioma hutan hujan tropic, terutama terdapat dekat ekuator di Amerika Selatan dan
Amerika Tengah, Afrika, bagian selatan Asia, serta pulau di kepulauan Pasifik.
Bioma hutan hujan tropic ditandai dengan suhu yang tinggi, hujan turun hamper
setiap hari, dan memiliki ribuan spesies tumbuhan dan hewan. Tumbuhan tumbuh
subur dengan cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk tudung atau
kanopi. 

7) Savana 

Savana terdapat di wilayah sekitar khatulistiwa, dengan curah hujan lebih


rendah daripada hutan hujan tropis (sekitar 90 – 150 cm per tahun). Vegetasi
savanna didominasi oleh rumput dengan semak dan pohon yang tumbuh
terpencar. Hewan yang hidup di savana adalah berbagai jenis serangga seperti
belalang, kumbang, rayap, herbivore, dan karnivora. Di Kenya (Afrika) terdapat
savanna yang di dalamnya hidup gajah, jerapah, zebra, dan singa. Di Indonesia,
savana terdapat di Sumbawa (NTB).

22
Gambar 9. Ekosistem teresterial.

Ekosistem Buatan 

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk


memenuhi kebutuhannya. Contoh ekosistem buatan misalnya bendungan, hutan
tanaman produksi seperti jati dan pinus, agroekosistem berupa sawah tadah hujan,
sawah irigasi, perkebunan sawit, perkebunan kopi, serta pemukiman seperti
ekosistem kota dan desa.

Gambar 10. Sawah irigasi sebagai ekosistem buatan.

Rantai Makanan

Aliran energi kimia di dalam ekosistem dapat diperlihatkan melalui


beberapa cara. Misalnya, melalui rantai makanan dan jaring-jaring makanan.
Kedua cara tersebut dapat memperlihatkan makhluk hidup pemangsa dan
dimangsa. Akan tetapi, masing-masing cara tersebut tidak dapat memperlihatkan
jumlah energi kimia yang dipindahkan. 

Rantai makanan merupakan sebuah aliran energi makanan melalui sebuah


ekosistem. Energi tersebut mengalir dalam satu arah melalui sejumlah makhluk
hidup. Semua energi yang masuk ke dalam rantai makanan umumnya berasal dari
cahaya matahari. Melalui proses fotosintesis energi tersebut diubah dan disimpan
dalam tubuh makhluk hidup produser dalam bentuk energi kimia. Selanjutnya,

23
energi tersebut mengalir ke konsumer pada berbagai tingkat trofik dalam
ekosistem.

Jaring-Jaring Makanan

Rantai makanan merupakan gambarahn sederhana dari proses


makandimakan yang terjadi di alam. Sebenarnya, proses makan-dimakan yang
terjadi di dalam ekosistem adalah proses yang kompleks, dan apabila disusun
secara lengkap akan diperoleh jarring-jaring makanan. Jarring-jaring makanan
memperlihatkan hubungan populasi yang satu dengan populasi yang lain. 

Jaring-jaring yang menggambarkan hubungan makan-dimakan itu


terbentuk agar kelangsungan hidup tiap populasi terjamin. Semakin kompleks
jaring-jaring makanan, menunjukkan semakin kompleksnya aliran energi dan
aliran makanan. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya kestabilan komunitas
dan kestabilanekosistem. Artinya, jika salah satu populasi spesies hilang, jaring-
jaring makanan masih tetap berjalan. Coba bayangkan jika jaring-jaring makanan
itu sederhana. Jika salah satu populasi spesies hilang, maka aliran energi dan
aliran makanan di dalam ekosistem tersebut akan kacau. Itulah pentingnya
keanekaragaman hayati yang berinteraksi dalam menjaga kestabilan suatu
komunitas.

Piramida Ekologi

Telah diuraikan sebelumnya bahwa di dalam ekosistem alami, jumlah


produser yang berada di tingkat trofik I merupakan jumlah terbesar. Jumlah
consumer yang berada di tingkat trofik II lebih kecil, and demikian seterusnya
sehingga jumlah karnivor puncak merupakan jumlah terkecil. Jika digambarkan
akan berbentuk piramida dengan ujung yang semakin meruncing. Piramida itu
disebut piramida ekologi. 

Piramida ekologi dapat dibedakan menjadi piramida jumlah individu,


piramida biomassa, dan piramida energi.

24
Gambar 11. Piramida Ekologi.

1. Piramida Jumlah Individu Piramida jumlah menggambarkan jumlah individu


dalam populasi yang menempati tingkat trofik tertentu. Sebagaimana diuraikan di
atas, jumlah organisme yang menempati trofik I memiliki jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan organisme yang menempati tingkat trofik II. Jumlah
organisme yang menempati tingkat trofik II juga lebih besar dibandingkan dengan
jumlah organisme yang menempati tingkat trofik III, demikian seterusnya. Jadi, di
dalam ekosistem normal, jumlah produser lebih banyak daripada konsumer I
(herbivor), dan konsumer I lebih banyak daripada konsumer II (karnivor).
Individu yang menempati puncak piramida jumlahnya paling sedikit. Dalam
membuat piramida jumlah, kita menghitung jumlah individu dalam populasi pada
suatu waktu tertentu per m2. 

2. Piramida Biomassa Biomassa adalah berat total komponen biotik suatu area
tertentu pada suatu waktu tertentu. Biomassa tumbuhan diukur dari berat akar,
batang, dan daun tumbuhan yang menempati areal tertentu. Biasanya dihitung

25
sebagai berat kering per m2 (g/m2). Piramida biomassa dibuat berdasarkan berat
total populasinya pada suatu waktu. Untuk mengukur biomassa seluruhnya,
dilakukan dengan teknik sampling (cuplikan) guna memperkirakan
keseluruhannya. Jadi, untuk menentukan biomassa hutan yang luas dapat diambil
sebagian areal sebagai sampel untuk memperkirakan biomassa seluruhnya.
Piramida biomassa lebih memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang
aliran energi ekosistem. Kelemahannya, piramida biomassa hanya
menggambarkan keadaan ekosistem dalam waktu tertentu. 

3. Piramida Energi Piramida biomassa hanya menggambarkan keadaan ekosistem


pada waktu tertentu. Untuk dapat menggambarkan keadaan ekosistem dalam
jangka waktu lebih lama, digunakan piramida energi. Piramida energi dapat
memberikan gambaran lebih akurat tentang aliran energi pada suatu ekosistem. Di
dalam ekosistem normal terjadi penurunan energi akibat pemborosan energi.
Sebagaimana disinggung sebelumnya, hanya sekitar 10% energi dari tingkat trofik
sebelumnya yang termanfaatkan. 

Piramida energi menggambarkan banyaknya energi yang tersimpan dalam


bentuk senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Energi
yang tersimpan itu dikenal sebagai energi primer. Energi itu disetarakan dengan
mengubah satuan berat kering ke satuan energi yang dinyatakan dalam kalori ayau
Joule. Dengan demikian, biomassa energi dinyatakan dalam kalori per m2 satuan
waktu (kal/m2 /tahun). 

Daur Biogeokimia 

Siklus atau daur unsur-unsur kimia tersebut berputar melewati tubuh


makhluk hidup, tanah, dalam bentuk persenyawaan-persenyawaan kimia. Jadi,
daur materi atau mineral ini berlangsung di dalam ekosistem (biosfer), mengalir
melalui komponen: biotik abiotik reaksi kimia dan seterusnya. Oleh karena itu,
siklus materi tersebut disebut sebagai daur biogeokimia. Daur biogeokimia terjadi
sejak munculnya makhluk hidup pertama kali di bumi. 

Daur biogeokimia mendukung proses berlangsungnya kahidupan.


Makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat dari lingkungannya, melakukan

26
pertukaran zat, serta membuang zat-zat yang tidak berguna ke lingkungannya.
Jika daur ini terhenti, proses kehidupan juga berhenti. Jadi, kelancaran daur
biogeokimia penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Daur biogeokimia
yang akan dibahas meliputi daur nitrogen, daur karbon dan oksigen, daur belerang
(sulfur), dan daur fosforus. Berikut akan dibahas daur-daur tersebut satu per satu. 

1. Daur Nitrogen 

Nitrogen diperlukan oleh setiap organisme. Nitrogen merupakan salah satu


unsure pembentuk asam amino. Asam amino merupakan persenyawaan
pembentuk molekul protein. Protein merupakan senyawa yang berguna sebagai
penyusun tubuh, misalnya otot, dan sebagai penggiat reaksi-reaksi metabolisme
tubuh, misalnya enzim pencernaan untuk mencerna makanan. 

Nitrogen diperlukan tidak dalam bentuk unsure, melainkan dalam bentuk


persenyawaan. Atmosfer bumi mengandung ±79% nitrogen. Petir menyebebkan
nitrogen di atmosfer bersenyawa dengan oksigen membentuk nitrat (NO3).
Tumbuhan menyerap nitrat dari tanah untuk dijadikan protein. Ketika tumbuhan
dimakan consumer, nitrogen berpindah ke tubuh hewan. Urin, bangkai hewan, dan
tumbuhan mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi ammonium dan ammonia.
Bakteri nitrit Nitrosomonas mengubah ammonium menjadi nitrit. Selanjutnya,
bakteri nitrat Nitrobacter akan mengubah nitrit menjadi nitrat. Peristiwa
pengubahan ammonium menjadi nitrit dan nitrat disebut sebagai nitrifikasi. Nitrat
akan diserap lagi oleh tumbuhan. Ada pula bakteri yang mampu mengubah nitrat
atau nitrit menjadi nitrogen bebas di udara. Prosesnya disebut sebagai
denitrifikasi. 

Pada umumnya, makhluk hidup tidak mampu memanfaatkan nitrogen


secara langsung dari udara. Akan tetapi, ada pula yang dapat memanfaatkannya.
Contohnya, bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan kacang-kacangan
(kelompok Leguminosae) membentuk bintil akar dan mampu mengikat nitrogen
dari udara. Bakteri tersebut sangat menguntungkan petani, karena dapat
menyediakan nitrogen bagi tumbuhan inangnya dan juga dapat menyuburkan
tanah. Tanah yang kekurangan bakteri Rhizobium dapat ditaburi dengan lagin,

27
yaitu biakan bakteri pengikat nitrogen yang saat ini sudah banyak
diperjualbelikan.

Gambar 12. Daur Nitrogen di atmosfir.

2. Daur Karbon dan Oksigen 

Unsur C (karbon) diserap tumbuhan dalam bentuk CO2 . tumbuhan tidak


dapat menyerap unsure C dalam bentuk gula atau zat tepung. Sebaliknya, hewan
hanya dapat memanfaatkan karbon dalam bentuk persenyawaan organic. Unsure
C dan O selalu terlibat dalam proses respirasi dan fotosintesis, yaitu dalam bentok
CO2 dan O2. oleh karena itu, membahas daur karbon pada dasarnya juga
membahas daur oksigen. 

Daur karbon ini diawali oleh penyerapan CO2 oleh tumbuhan, dan
dijadikan persenyawaan organic, yaitu glukosa, melalui proses fotosintesis.
Selanjutnya, glukosa disusun menjadi amilum, kemudian amilum diubah menjadi
senyawa gula yang lain, lemak, protein, dan vitamin. Pada proses pernafasan
tumbuhan, dihasilkan lagi CO2 dan oksigen. Dengan demikian, daur karbon
terpendek terjadi pada tumbuhan-lingkungan-tumbuhan. Demikian pula daur
oksigen. 

Hewan mendapatkan karbon setelah memakan tumbuhan. Kemudian,


tubuh hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan menjadi karbon dioksida, air, dan

28
mineral oleh pengurai. Karbon dioksida yang terbentuk dilepaskan ke udara.
Demikian seterusnya daur karbon itu berlangsung. Daur karbon ini merupakan
daur karbon terpanjang yang berlangsung melalui tumbuhan hewan pengurai
karbon dioksida diudara tumbuhan.

Dalam ekosistem normal, terjadi keseimbangan antara daur karbon dan


oksigen. Oksigen diserap hewan dan tumbuhan untuk oksidasi dan hasilnya, yaitu
karbon dioksida silepaskan ke udara. Karbon dioksida ini digunakan oleh
tumbuhan untuk fotosintesis.

Gambar 13. Mekanisme daur karbon dan oksigen.

3. Daur Air 

Air sangat penting bagi makhluk hidup karena air berfungsi sebagai
pelarut kation dan anion, pengatur suhu tubuh, pengatur tekanan osmotic sel, dan
bahan baku untuk fotosintesis. Di dalam terjadi daur air yang dapat diuraikan
sebagai berikut. 

Air laut, danau, dan sungai yang terkena cahaya matahari akan menguap.
Tumbuhan dan hewan juga mengeluarkan uap air. Uap air akan membubung ke
atmosfer dan berkumpul membentuk awan. Akibat tiupan angina, awan akan
bergerak menuju ke permukaan daratan. Pengaruh suhu yang rendah
mengakibatkan terjadinya kondensasi uap air menjadi titik-titik air hujan. Air

29
hujan yang turun di permukaan bumi sebagian meresap ke dalam tanah, sebagian
dimanfaatkan tumbuhan dan hewan, sebagian yang lain mengalir di permukaan
tanah menjadi sungai-sungai, dan sebagian lagi menguap menjadi uap air yang
akan turun kembali bersama air hujan.

Gambar 14. Mekanisme terjadinya hujan sebagai proses daur air.

4. Daur Belerang (Sulfur) 

Sulfur merupakan unsure penyusun protein. Tumbuhan mendapatkan


belerang dari dalm tanah dalam bentuk sulfat (SO4 2-). Di dalam tubuh tumbuhan,
belerang digunakan sebagai bahan penyusun protein. Hewan dan manusia
mendapatkan belerang dengan jalan memakan tumbuhan. Jika tumbuhan dan
hewan mati, jasad renik akan menguraikannya menjadi gas H2S, atau menjadi
SO2 dan SO4 2-. 

Secara alami, belerang terkandung di dalam tanah dalam bentuk mineral


tanah. Beberapa gunung berapi, misalnya Gunung Arjuno di Jawa Timur,
mengeluarkan belerang yang kemudia ditambang menjdai batangan belerang.
Selain itu, belerang di udara juga berasal dari sisa pembakaran minya bumi dan
batu bara, dalam bentuk SO2. gas SO2 banyak dihasilkan oleh asap kendaraan dan
pabrik. Jika bereaksi dengan uap air hujan, gas tersebut berubah menjadi sulfat,

30
yang jatuh di tanah, sungai, atau lautan. Selanjutnya, sulfat dapat dimanfaatkan
oleh tumbuahn atau alga air.

Gambar 15. Daur belerang.

5. Daur Fosforus 

Fosforus (P) merupakan bahan pembentuk tulang pada hewan. Semua


makhluk hidup memerlukan fosforus untuk digunakan sebagai pembentuk DNA,
RNA, protein, energi (ATP), dan senyawa organic lainnya. Daur fosforus terjadi
melalui proses berikut.  Di dalam tabah, terkandung fosfat organic yang dapat
diserap tumbuhan. Tumbuhan dan hewan yang mati, feses, dan urinnya akan
terurai menghasilkan fosfat organic. Oleh bakteri, fosfat organic akan diubah
menjadi fosfat anorganik yang dapat diserap tumbuhan. Demikianlah daur
fosforus. Di dalam air, juga terjadi daur fosforus: yakni tumbuhan hewan
air bakteri fosfat anorganik. Bagian tumbuhan yang jatuh ke dasar danau yang
dalam atau lautan dalam akan membentuk endapan fosforus (batuan fosforus)
yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Inilah salah satu alasan semakin kurusnya

31
ekosistem air dalam yang tidak mempunyai arus air. Lautan yang memiliki arus
air mengakibatkan endapan fosforus teraduk dan menyuburkan ekosistem
laut. Penimbunan fosforus dapat terjadi misalnya karena penumpukan kotoran
burung atau kelelawar. Kotoran burung atau kelelawar ini dapat dijadikan pupuk
guano yang mengandung fosforus tinggi.

Gambar 16. Mekanisme terjadinya daur fosforis.

Suksesi dan Klimaks

Ekosistem tidak diam dan statis, melainkan selalu berubah (dinamis).


Ekosistem tumbuh dari komunitas sederhana menuju ke komunitas yang
kompleks. Selama pertumbuhan itu terjadi pergantian jenis-jenis organisme yang
dominant atau menguasai. Pertumbuhan dominasi itu dikenal sebagai suksesi.
Suksesi terus berlangsung hingga tercapai suatu klimaks atau bioma. Suatu
klimaks adalah kondisi yang seimbang, tidak terjadi pergantian dominasi lagi. 
Sebagai contoh, sawah yang dibiarkan, akan ditumbuhi rumput. Jika dibiarkan
terus beberapa tahun kemudian, akan ditumbuhi semak belukar. Jika terus
dibiarkan, misalnya hingga 75 - 150 tahun, mungkin akan menjadi hutan yang
lebat. 

32
Suksesi ekologi akan terus berlangsung hingga mencapai suatu keadaan
seimbang, yang disebut dengan istilah komunitas kimaks (atau disebut klimaks
saja). Jika terjadi klimaks, suksesi ekologi terhenti. Ini bukan berarti proses
pemanfaatan energi juga berhenti. Proses pemanfaatan energi terus berlanjut.
Hanya saja, terjadi keseimbangan antara energi yang didimpan dan energi yang
digunakan oleh berbagai komponen penyusun ekosistem itu. Ini dikenal sebagai
keseimbangan ekosistem. Jadi dalam klimaks, terjadi keseimbangan ekosistem. 

Klimaks dan keseimbangan ekosistem tidak diam atau statis, melainkan


berproses atau dinamis. Jika hutan klimaks mendapat gangguan, misalnya satu
pohon tumbang karena penyakit, maka dengan cepat akan diganti dengan pohon
baru yang tumbuh menggantikan pohon yang tumbang. Eosistem dikatakan
memiliki daya pulih kembali, yang dikenal sebagai daya lenting lingkungan.
Kerusakan yang melebihi batas kelentingan, misalnya akibat penebangan hutan
yang dilakukan terus-menerus, mengakibatkan ekosistem tersebut sulit untuk
kembali ke kondisi semula dalam waktu yang singkat. Dikatakan bahwa
keseimbangan ekosistem terganggu dan daya lenting ekosistem juga terganggu. 

Ditinjau dari asal terjadinya, suksesi dibedakan menjadi suksesi primer dan
suksesi sekunder. 

1. Suksesi Primer

Suksesi primer berlangsung pada permukaan erbuka yang kosong sehingga


muncul ekosistem baru. Misalnya, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883
mengakibatkan permukaan Pulau Krakatau ditutupi batu-batu gunung. Sampai
dua bulan berikutnya, keadaan batu-batuan di sana masih panas. Tidak ada
makhluk hidup dijumpai di atasnya. Sembilan bulan kemudian, muncul alga biru
yang menempel pada batu yang lembab. Alga biru yang hidup pertama kali itu
dukenal sebagai organisme perintis (pionir). Tahun berikutnya, muncul lumut
kerak. Hasil pelapukan oleh alga biru dan lumut kerak membentuk tanah, yang
memungkinkan tumbuhan lain hidup di atasnya. Tiga tahun kemudian, muncul
tumbuhan pantai yang tumbuh dari biji-biji yang terbawa air laut dari Pulau Jawa
atau Sumatera. Biji-biji yang terbawa burung atau kelelawar yang berjatuhan di

33
sana juga akan tumbuh. Tujuh tahun setelah itu, dijumpai bermacam-macam
serangga, biawak, ular, dan laba-laba. Seratus tahun kemudian, telah terdapat
hutan di tereng-lereng Gunung Krakatau. Di Negara kita, proses dari batuan
hingga menjadi hutan belantara memerlukan waktu 100 – 150 tahun. Di Negara
beriklim sedang, waktunya mencapai 500 tahun atau lebih.

2. Suksesi Sekunder

Suksesi sekunder berlangsung di bekas ekosistem yang tidak mengalami


kerusakan total. Suksesi sekunder tidak dimulai dari kondisi ekosistem yang
kosong. Contohnya, suksesi yang terjadi di bekas sawah, tanah rawa yang
dikeringkan, dan padang alag-alnag. Di dalam suksesi sekunder tidak dijumpai
organisme perintis. Jenis organisme yang mendominasi tergantung pada
lingkungannya. 

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Hidup

a. Faktor Geografi

Faktor geografis terdiri atas iklim, perubahan cuaca, kesuburan tanah, dan erosi.

1) Iklim

Iklim merupakan faktor yang memengaruhi manusia dalam beraktivitas


dalam lingkungannya.

2) Perubahan Cuaca

Perubahan cuaca yang ekstrem dapat menjadi pembatas utama aktivitas


manusia.

3) Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah merupakan faktor yang cukup berpengaruh terutama bagi


daerah agraris. Dengan keadaan tanah yang subur, maka daya dukung lingkungan
akan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang kurang subur.

34
4) Erosi

Terjadinya erosi dapat mengurangi daya dukung lingkungan. Erosi


menyebabkan hilangnya lapisan tanah subur yang dibutuhkan untuk pertanian.
Faktor-faktor tersebut memengaruhi lingkungan hidup secara langsung dan tidak
langsung.

b. Faktor Budaya

Faktor budaya terdiri atas ilmu, pengetahuan, teknologi, dan perilaku manusia.

1) Ilmu

Tingkat perkembangan ilmu yang dimiliki oleh suatu masyarakat dapat


meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup bagi manusia.

2) Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat dapat


meningkatkan nilai daya dukung lingkungan.

3) Teknologi

Tingkat teknologi yang dimiliki oleh masyarakat dapat meningkatkan dan


menurunkan nilai daya dukung lingkungan.

4) Perilaku Manusia

Perilaku manusia yang beragam dapat meningkatkan dan menurunkan


nilai daya dukung lingkungan.

Iklim adalah keadaan rata – rata cuaca disuatu daerah dalam jangka lama
dan tetap. Definisi lain, iklim merupakan karakter kecuacaan suatu tempat atau
daerah, dan bukan hanya merupakan cuaca rata – rata (Wirjomiharjo dan
Swarinoto, 2007). Iklim yaitu rata-rata cuaca dalam waktu yang lama (dalam
kurun waktu 25-30 tahun) dan dalam tempat yang relatif luas. Sedangkan cuaca
merupakan segala fenomena yang terjadi di lapisan troposfer dalam waktu singkat
dan tempat yang sempit. Iklim disuatu tempat dipengaruhi oleh letak lintang,
lereng, ketinggian, serta seberapa jauh jarak tempat tersebut dari perairan dan juga

keadaan arus lautanya.

35
a. Iklim Tropis

Kata tropika berasal dari bahasa Yunani, tropos yang berarti “berputar”,
karena posisi Matahari yang berubah antara dua garis balik dalam periode yang
disebut tahun. Daerah tropis ini terletak pada garis lintang 23,5° LU - 23,5° LS

Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai berikut:

1)Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu
udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya
mencapai 30°C.

2) Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 – 5°C,


sedangkan ampitudo hariannya lebih besar.

3) Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan

4) Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia.

b. Iklim Subtropis

Daerah Subtropis terletak antara 23,5° LU - 35° LU, dan 23,5° LS -


35°LS. Subtropis adalah wilayah Bumi yang berada di utara dan selatan setelah
wilayah tropis yang dibatasi oleh garis balik utara dan garis balik selatan pada
lintang 23,5° utara dan selatan. Kondisi iklim subtropic diwarnai dengan
gangguan dan rintangan dari alam seperti badai, hujan salju, atau tornado. Daerah
beriklim subtropis memiliki 4 musim yaitu musim semi, musim panas, musim
gugur, dan musim dingin.

Ciri-cirinya:

1) Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari
daerah iklim tropis ke iklim sedang.

2) Terdapat empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi. Tetapi
musim dingin pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula dengan musim panas
tidak terlalu panas.

3) Suhu sepanjang tahun menyenangkan. Maksudnya tidak terlalu panas dan tidak
terlalu dingin.

36
4) Daerah sub tropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim
panasnya kering disebut daerah iklim Mediterania, dan jika hujan jatuh pada
musim panas dan musim dinginnya kering disebut daerah iklim Tiongkok.

c. Iklim Sedang

Daerah iklim sedang terletak antara 35° LU - 66,5° LI 23,5° dan 35° LS -
66,5° LS. Dalam geografi, garis lintang sedang atau tepid dunia terletak di antara
tropika dan lingkaran kutub. Perubahan di daerah ini antara musim panas dan
musim dingin biasa sejuk, daripada terlalu panas atau dingin. Di dalam perbatasan
ini ada banyak jenis iklim, yang secara umum dikelompokkan dalam dua kategori:
samudera dan benua. Iklim samudra dipengaruhi oleh laut, yang membantu
menyeimbangkan temperatur stabil sepanjang tahun. Iklim benua biasa berada di
daratan, dengan musim panas hangat dan musim dingin yang dingin. Kehilangan
dan penerimaan panas dibantu oleh massa tanah yang ekstensif.

Ciri-ciri iklim sedang adalah sebagai berikut:

1) Banyak terdapat gerakan-gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering


berubah-ubah, arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu, dan sering
terjadi badai secara tiba-tiba.

2) Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil
dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.

d. Iklim Dingin

Daerah iklim dingin terletak antara 66,50 LU – 900 LU dan 66,50 LS –


900 LS. Iklim kutub adalah iklim dingin yang terdapat di daerah kutub. Di daerah
itu musim dingin berlangsung lama, musim panas yang sejuk berlangsung singkat,
udaranya kering, tanahnya selalu membeku sepanjang tahun, saat musim dingin
seluruh tanah ditutupi es, memiliki jenis vegetasi berupa lumut-lumutan dan
semak-semak.

ciri-ciri iklim es atau iklim kutub adalah sebagai berikut:

1) Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju abadi.

37
2) Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika
di kutub selat.

D. Permasalahan Lingkungan di Indonesia & Cara Mengatasi


A. PERMASALAHAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
Di Indonesia kerusakan lingkungan telah terjadi di berbagai tempat dan
berbagai tipe ekosistem, misalnya pada ekosistem pertanian, pesisir, dan lautan.
Jenisnya ada yang termasuk perusakan habitat, keanekaragaman hayati,
pembuangan limbah, pencemaran. Hampir setiap hari kita mengetahuinya dari
pemberitaan di surat kabar tentang terjadinya kasus kerusakan lingkungan di
seluruh negeri.
1. Kawasan Pertanian
Baiklah kita mulai dengan kawasan pertanian, yang memegang peran
sumber pangan bagi semua orang. Kerusakan ekosistem sawah terutama
merupakan akibat sampingan dari program revolusi hijau yang dicanangkan pada
sekitar tahun 1965 dengan tujuan untuk meningkatkan produksi beras. Program
tersebut antara lain memperkenalkan varietas padi unggul yang membutuhkan
pupuk kimia dan pestisida dalam jumlah banyak. Pemakaian zat kimia dalam
jumlah berlebihan tak dapat didegradasi oleh lingkungan dan akhirnya
menimbulkan pencemaran tanah dan air. Kedua hal tersebut telah menyebabkan
kepunahan varietas padi lokal dan ledakan hama karena ketidakseimbangan
lingkungan.
2. Kawasan Hutan
Kita semua mengetahui apa yang merusak kawasan hutan. Pemberian
konsesi hutan HPH yang kurang bertanggung jawab, pembukaan hutan untuk
lahan perkebunan besar, transmigrasi, pencurian hasil hutan, perladangan liar,
kebakaran hutan. Semua hal itu merusak fungsi hutan sebagai pengatur dan
penstabil sistem tata air, iklim, habitat satwa liar, dan sumber keanekaragaman
hayati. Seperti kita ketahui gangguan terhadap hutan tersebut merugikan banyak
orang, dari penduduk setempat, sampai dengan penduduk lain tempat, dan bahkan

38
bumi secara keseluruhan. Masih segar dalam ingatan kita musibah kebakaran
hutan yang masih terus berulang terjadi, musibah gambut sejuta hektar, dan
dilema pembukaan tambang di hutan taman nasional. Kerusakan hutan biasanya
mengancam satwa liar pula. Pada saat ini tercatat berbagai jenis satwa liar di
Indonesia yang kondisinya terancam, baik karena perburuan liar maupun
perusakan habitat. Sebagai contoh adalah Banteng, Badak Sumatera, Owa Jawa.
Juga berbagai jenis burung seperti Cendrawasih, Jalak Bali, Elang Jawa, Kakatua
Hitam dan Putih, dan masih banyak lagi. Kalau tidak segera diupayakan dengan
sungguh-sungguh, maka nasibnya akan seperti Harimau Jawa.
3. Kawasan Pesisir dan Laut
Wilayah pesisir dan lautan juga mengalami gangguan berat. Selama ini
orang bahkan menganggap wilayah tersebut sebagai tempat sampah, tempat
membuang limbah domestik maupun limbah industri. Untuk ekosistem terumbu
karang, dari barat ke timur, tercatat dengan bentangan 17.500 km. Ekosistem ini
juga terus-menerus diganggu. Gangguan yang terjadi akibat pengambilan karang
yang menggunakan bahan peledak dan racun, serta akibat terjadinya pelumpuran
dari daratan telah menyebabkan kerusakan terumbu karang yang parah di seluruh
bagian tanah air. Hasil laut yang berupa ikan dan udang secara terus-menerus
diambil sampai melampaui batas keberlanjutannya. Terjadi over fishing, baik oleh
industri nelayan kita sendiri maupun pencurian yang dilakukan nelayan asing.
Sedangkan tempat berkembang biak sebagian besar ikan, yaitu mangrove juga
mengalami gangguan berat. Kerusakan di laut Indonesia masih ditambah lagi
dengan pembuangan tailing atau sisa pengolahan tambang ke wilayah laut dalam.
Hal tersebut antara lain terjadi di Sulawesi Utara dan di Nusa Tenggara.
Walaupun pembuangan tersebut telah dipilih ke bagian paling dalam dari laut
dengan sangat hati-hati sekalipun, namun risiko kerusakan masih besar, terutama
pada saat terjadi upwelling, yaitu pertukaran air laut bagian dalam dan bagian
luar. Kemudian tailing yang antara lain juga mengandung logam berat seperti
merkuri dan arsen akan mencemari organisme di sekitarnya, dan pada akhirnya
akan membahayakan manusia.
4. Kawasan Perkotaan

39
Di lingkungan perkotaan yang merupakan lingkungan buatan manusia,
lebih banyak lagi terjadi gangguan keseimbangan yang akhirnya menimbulkan
kerusakan. Penduduk perkotaan sangat akrab dengan pencemaran udara yang
ditimbulkan oleh asap knalpot, terutama pada jam sibuk dan macet lalu lintas.
Anda perhatikan pohon peneduh (mahoni) di tengah jalan di Jakarta, batangnya
berwarna hitam semua. Berbeda dengan batang pohon Mahoni di wilayah
pedesaan. Masalah pencemaran air dapat Anda saksikan dari pinggir sungai di
perkotaan. Tanpa analisis kimia pun Anda akan tahu bagaimana besar pencemaran
yang terjadi. Belum lagi kalau Anda melihat tumpukan sampah domestik
perkotaan. Sampah domestik adalah jenis sampah yang merupakan sisa aktivitas
manusia. Sampah tersebut terdiri dari bahan organik, seperti sisa makanan,
sayuran busuk; dan bahan anorganik seperti plastik dan botol bekas, logam,
kertas, kain, dan lain-lain. Jumlah sampah tersebut adalah sangat besar, dan cara
pengolahan ataupun pembuangan selama ini lebih banyak sebagai landfill atau
pengisi tanah. Pengolahan menjadi kompos dan pendaur-ulangan bahan anorganik
yang dapat didaur ulang masih relatif sedikit dibanding jumlah sampah secara
keseluruhan. Padahal, sekitar 65% dari sampah di kota-kota besar adalah sampah
organik. Jadi semakin besar kita menyampah, akan semakin luas pula kita
membutuhkan tempat untuk membuang sampah tersebut.

USAHA MENGATASI PERMASALAHAN LINGKUNGAN


Melihat dampak buruk perilaku manusia terhadap lingkungan, tentunya
manusia tidak tinggal diam. Berbagai konsep dan wacana dikemukakan, dan tak
kurang pula berbagai usaha nyata dilakukan. Ada yang mencari solusi dengan
pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi; ada yang menyoroti dari sudut
pandang ekonomi; penegakan hukum; penyelenggaraan pemerintahan yang baik;
dan dari sudut etika.
1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Salah satu cara pendekatan pemecahan permasalahan lingkungan adalah
melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh, dengan ditemukannya
fakta bahwa zat CloroFluoroCarbon (CFC), suatu zat kimia buatan manusia yang

40
digunakan dalam mesin pendingin, telah merusak lapisan ozon yang melindungi
bumi dari radiasi ultraviolet berlebihan, maka diupayakan bahan pengganti lain
yang tidak merusak. Jadi dengan kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang
ilmu lingkungan dan ekologi, diharapkan dapat ditemukan solusi yang mendasar
bagi berbagai permasalahan lingkungan. Upaya yang gencar dilakukan adalah
menerapkan teknologi tepat guna yang lebih “ramah lingkungan”. Misalnya,
peralatan atau mesin produksi harus ditingkatkan efisiensinya sehingga hemat
bahan baku dan hemat energi. Limbah yang dihasilkan pun harus diproses
sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Untuk mengurangi
limbah yang menyebabkan pencemaran maka diusahakan pula proses daur ulang.
Dengan teknologi daur ulang bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali
untuk berbagai kepentingan lain. Dengan bantuan teknologi dilakukan upaya
penggunaan energi alternatif yang lebih “bersih” atau lebih ramah lingkungan.
Contohnya digunakannya peralatan berbasis energi matahari, usaha pemanfaatan
energi angin, gelombang, dan energi pasang surut. Penggunaan energi alternatif
tersebut memberi harapan penurunan kadar CO2 di udara dan mencegah
terjadinya pemanasan global.
2. Ekonomi
Pembenahan masalah lingkungan sangat relevan ditinjau dari aspek
ekonomi, karena terdapat hubungan yang erat antara ekonomi pembangunan
dengan lingkungan hidup. Sebagai contoh sederhana, apabila pada waktu dulu
limbah produksi tidak diperhitungkan, dan dianggap sebagai bahan buangan,
maka dengan mudah pabrik akan membuang limbah ke lingkungan di sekitarnya.
Limbah tersebut akan menimbulkan pencemaran misalnya menurunkan kualitas
air tanah dan mengganggu kesehatan masyarakat setempat. Penurunan kualitas air
tanah selain merugikan masyarakat sekitar pabrik, pada gilirannya akan
merugikan pabrik itu sendiri, baik untuk kepentingan air minum bagi karyawan,
maupun memenuhi kebutuhan air bagi proses produksi. Strategi yang seharusnya
adalah mengolah terlebih dahulu limbah yang dihasilkan sampai pada kondisi
yang tidak membahayakan lingkungan, baru kemudian dibuang. Karena harus
mengolah limbah, maka pabrik akan berhati-hati dengan efisiensi proses produksi,

41
supaya limbah jangan terlalu banyak jumlahnya. Kesalahan perhitungan lain
adalah bahwa sumber daya alam yang terperbarui, telah diambil melampaui batas
daya dukungnya. Sebagai contoh adalah perlakuan kita terhadap hutan alam.
Karena hutan alam dianggap sebagai sumber daya alam yang terperbarui, maka
kita cenderung memperlakukan hutan sebagai bahan tambang. Keanekaragaman
hayati yang dimiliki ekosistem alam mempunyai peran penting secara jangka
panjang. Keanekaragaman hayati dapat merupakan sumber plasma nutfah,
misalnya sumber asal berbagai obat-obatan untuk berbagai macam penyakit.
Dalam mengubah ekosistem kita harus melakukan penilaian sumber daya alam
secara keseluruhan, termasuk keanekaragaman hayatinya, secara benar dalam
perhitungan ekonomis, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Artinya, semua biaya, termasuk kehilangan keanekaragaman secara kuantitatif
dan kualitatif harus diperhitungkan. Perhitungan ekonomis dengan benar nilai
sumber daya alam tersebut merupakan kecenderungan yang membawa harapan
positif bagi penanggulangan kerusakan lingkungan. Apalagi apabila pendekatan
ekonomis tersebut juga diperkuat dengan produk hukum. Contoh aplikatif dari hal
tersebut antara lain dalam bentuk polluter pay principles atau prinsip pencemar
harus membayar ganti rugi, dan ecolabelling (ekolabel). Secara ringkas, polluter
pay principles adalah kewajiban bagi pencemar lingkungan Keberhasilan
pendekatan ekonomi tersebut dapat dijamin apabila terjadi pula perubahan sikap
konsumen, yaitu konsumen yang semakin sadar dan menghargai lingkungan dan
dengan sengaja memilih produk yang ramah lingkungan. Pasar tentunya akan
berubah pula mengikuti tuntutan konsumen, menjadi green market, dan interaksi
ekonomi menjadi berpihak kepada keselamatan lingkungan hidup.
3. Penegakan Hukum
Sering kali upaya mengatasi masalah lingkungan harus segera dilakukan,
dan tidak bisa menunggu timbulnya kesadaran lingkungan ataupun ditemukannya
teknologi baru. Berbagai produk hukum yang berkaitan dengan lingkungan mulai
dikembangkan dan diberlakukan oleh berbagai negara untuk mencegah dan
mengawasi berbagai kegiatan pembangunan yang menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Dalam mengatasi masalah lingkungan, Indonesia telah ikut

42
serta dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (UN Conference
on Human Environment) di Stockholm tahun 1972. Sejak itu langkah-langkah
tindak lanjut yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam pembentukan hukum
dan perundangan merupakan langkah yang tepat dan konkret. Tindak lanjut
tersebut antara lain membentuk Komite Nasional Lingkungan Hidup berdasarkan
Keppres No. 16 tahun 1972. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) pada saat itu memiliki peranan yang sentral dalam merumuskan
kebijakan dan hukum lingkungan nasional melalui pembentukan komite, biro,
serta mempersiapkan rancangan UU lingkungan melalui pembentukan Kelompok
Kerja Hukum dan Aparatur dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup. Pada tahun 1992, Konferensi PBB mengenai Pembangunan
dan Lingkungan Hidup (The UN Conference on Environment and Development)
diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil. Dalam konferensi tersebut diupayakan
dicapai tingkat pemahaman yang utuh dan menyeluruh tentang konsep dan prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable development), serta bagaimana
menerjemahkannya ke dalam tindakan nyata sebagaimana tertuang dalam
Deklarasi Rio dan Agenda 21. Berbagai negara kemudian melakukan revisi UU
Lingkungan mereka untuk menyesuaikan dengan Prinsip-prinsip Rio. Demikian
juga Indonesia yang sedang mengupayakan penyempurnaan UU No. 4 Tahun
1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup dan sekarang telah
disempurnakan dengan Undang-Undang No. 23/1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Adapun Prinsip-prinsip utama yang terdapat dalam Deklarasi
Rio yang menjadi dasar pengembangan berbagai produk hukum lingkungan
adalah:
a. keadilan intergenerasi (intergenerational equity).
b. keadilan intragenerasi (intragenerational equity).
c. pencegahan dini (precautionary principle).
d. pelestarian keanekaragaman hayati (conservation of biological diversity).
e. internalisasi biaya-biaya lingkungan dan mekanisme insentif (internalization of
environmental costs and incentive mechanisms).

43
Hukum Lingkungan dapat disusun berdasarkan asas pertanggungjawaban
ketat/mutlak atau strict liability (SL). Hal tersebut merupakan salah satu jenis
pertanggungjawaban perdata (civil liability). Pada berbagai kasus lingkungan,
peran pertanggungjawaban perdata (civil liability) dalam konteks penegakan
hukum lingkungan memiliki keterbatasan apabila terjadi kondisi sebagai berikut:
a. kerugiannya bersifat laten (non immediate);
b. suatu kerugian yang diakibatkan oleh tindakan yang bersifat kumulatif
(cumulative acts);
c. sulit dijejaki pihak yang bertanggung jawab (unidentifiable parties);
d. tidak terdapat dasar dari suatu pertanggungjawaban perdata, apakah didasarkan
pada kesalahan atau tanpa kesalahan/strict (no basis for liability);
e. hubungan sebab akibat sulit dilakukan (no causal link determinable); dan
f. tidak ada pihak yang dapat mengajukan gugatan yang memiliki kepentingan
hukum (legal interest). Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka dapat
diusahakan pengembangan sistem pendanaan lingkungan (environmental fund).
Dana tersebut merupakan dana yang diambilkan dari industri-industri berbahaya
sebagai pajak khusus dan penggunaannya adalah untuk biaya pemulihan
lingkungan dan jenis kompensasi lainnya yang diakibatkan oleh pencemaran
bahan berbahaya dan beracun.
4. Etika Lingkungan
Masalah lingkungan hidup baik yang bersifat nasional maupun global pada
intinya adalah bersumber pada perilaku manusia, yaitu perilaku yang
mementingkan diri sendiri dan tidak bertanggung jawab. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa masalah lingkungan hidup adalah masalah moral dan relevan
untuk dilakukan pemecahan masalah dengan pendekatan etika (Keraf, 2002). Dari
aspek etika, maka permasalahan lingkungan terjadi akibat cara pandang manusia.
Dalam sejarah interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya, maka terdapat
berbagai cara pandang. Cara pandang tersebut dipengaruhi oleh cara pandang
bahwa manusia adalah pusat dari segalanya, atau yang lazim disebut sebagai
antroposentrisme. Menurut Miller (1985), terdapat empat tingkatan kesadaran
manusia atas lingkungan hidup. Pada tingkatan kesadaran lingkungan yang paling

44
awal manusia menyadari bahwa pencemaran alam adalah akibat ulah manusia.
Sehingga pemecahan masalahnya adalah mencari siapa yang mencemari, dan
kemudian teknologi apa yang cocok untuk mengatasi masalah tersebut.
Permasalahan lingkungan masih dianggap sebagai masalah sektoral yang tidak
terkait satu dengan lainnya. Sehingga siapa yang melakukan pencemaran, harus
membayar kemudian. Pada tingkatan berikutnya, manusia mulai mengaitkan
permasalahan lingkungan dengan keterbatasan daya dukung bumi, dengan
populasi manusia yang berlebihan, dan dengan penggunaan sumber daya alam
yang tidak merata antara negara kaya dan negara miskin. Permasalahan
lingkungan sudah dianggap sebagai permasalahan global seluruh penduduk bumi.
Untuk pemecahannya diusahakan suatu kesepakatan global mengenai pengelolaan
lingkungan hidup. Pada tingkatan yang ketiga, pandangan antroposentrisme tetap
menjadi ciri yang kuat, yang memandang bumi sebagai sebuah pesawat ruang
angkasa yang besar. Tujuan utama, pada tingkatan ini adalah menggunakan
teknologi, ekonomi, dan politik secara bersama untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk, pencemaran, degradasi sumber daya alam, dan mencegah
kerusakan lingkungan. Konsepnya adalah bahwa dengan perkembangan teknologi,
kita dapat mengendalikan alam dan menciptakan lingkungan buatan untuk
menghindarkan keterbatasan daya dukung lingkungan alam. Beberapa ahli
berpendapat bahwa hal tersebut merupakan bentuk lain dari arogansi manusia
terhadap alam. Pendekatan tersebut secara jangka panjang diperkirakan akan
membebani lingkungan alam pula, karena prinsip tersebut didasarkan pada ide
yang salah tentang pemahaman kita terhadap lingkungan. Permasalahan gaya
hidup berlebihan, etika lingkungan, perhitungan ekonomi, pandangan sosial dan
politis, yang selama ini menjadi penyebab masalah lingkungan, ditakutkan belum
ditinjau kembali atau dipertanyakan secara benar. Menurut Arne Naess, seorang
ahli filsafat dari Norwegia yang mengemukakan konsep deep ecology pada tahun
1973 (dalam Miller, 1985), kesadaran lingkungan pada tahapan ini masih
dianggap sebagai shallow ecology, yang dicirikan dengan pandangan yang
antroposentris, yaitu: penekanan terhadap hak manusia untuk hidup; peduli
dengan perasaan manusia; pengelolaan sumber daya alam yang bijak untuk

45
kepentingan manusia; menekankan kestabilan populasi manusia terutama di
negara berkembang; belum beranjak dari konsep pertumbuhan ekonomi;
mendasarkan keputusan atas analisis untung rugi; perencanaan dan pengambilan
keputusan masih dalam rangka kepentingan jangka pendek; dan masih tetap
mencoba bertahan dengan sistem politik, sosial, dan ekonomi yang ada sekarang.
Pada tahap ke empat, yang dianggap terdepan saat ini adalah tumbuhnya
kesadaran lingkungan yang lebih bersifat radikal, yang sesuai dengan konsep
Naess mengenai deep ecology. Pandangan ini, yang juga merupakan pandangan
ekologi yang berkelanjutan menganggap bahwa:
a. setiap organisme hidup adalah berinteraksi dengan erat;
b. peran manusia di alam bukanlah untuk mengontrol alam, tetapi adalah untuk
bekerja sama dengan alam;
c. apabila harus mengelola sebagian kecil dari alam, maka pengelolaannya harus
didasarkan pada pemahaman ekologi yang mendalam;
d. karena kompleksitas dari ekosfer, maka upaya untuk mengontrolnya secara
menyeluruh dan berlebihan bukan prinsip yang bijak, yang pada akhirnya akan
merugikan manusia;
e. tujuan utama kita hendaknya untuk melindungi integritas lingkungan ekologis,
stabilitas, dan keanekaragaman ekosfer; dan
f. karena semua makhluk hidup mempunyai hak untuk hidup pada lingkungan
alamnya, maka hanya kekuatan evolusi biologis saja yang boleh mengontrol
evolusi makhluk hidup, dan bukan kontrol teknologi dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki manusia yang menentukan makhluk yang mana yang harus hidup dan
mana yang punah.

E. Konservasi Lingkungan

1. Batasan Konservasi

Konservasi lingkungan adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi


memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh pada saat itu dengan tetap
mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan

46
masa depan. Istilah konservasi dapat diartikan pula sebagai perlindungan alam,
berasal dari kata natural conservation. Menurut Undang-Undang 129 No. 23
Tahun 1997, pengertian konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan
sumberdaya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana, dan sumberdaya alam terbaharui untuk menjamin kesinambungan
ketersediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai
keanekaragamannya. Dalam Undang-Undang tersebut pengertian konservasi
terkait dengan sumberdaya alam yang terdapat dalam lingkungan hidup.

Karena itu konservasi pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan


sumberdaya alam dan lingkungan. Lingkungan sebagai suatu biosphere sangat
menentukan eksistensi makhluk hidup yang berada didalamnya. Makhluk hidup
yang beragam, termasuk manusia, mempunyai tingkat adaptasi terhadap
perubahan lingkungan yang berbeda-beda, sebab setiap makhluk hidup
mempunyai tingkat kerentanan dan kemampuan yang berbeda dalam merespons
perubahan di lingkungannya.

konservasi yang dilakukan penduduk setempat terhadap lingkungan atau


sumberdaya alam memiliki harapan yang besar untuk berhasil. Konservasi dalam
praktiknya banyak dikaitkan dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan. Secara sederhana konservasi diberi pengertian sebagai upaya
pemanfaatan lingkungan dan atau sumberdaya alam yang dilakukan saat ini, tetapi
tetap mempertahankan keberadaannya di waktu mendatang.

Keberadaan dalam hal ini tidak hanya dalam arti kualitas tetapi juga
kuantitas. Karena itu konservasi akan dapat menghasilkan kelestarian. Adanya
kelestarian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan akan menjamin terciptanya
pemanfaatan yang berlanjut sehingga pembangunan berkelanjutan atau
sustainable development dapat terwujud.

Wilayah-wilayah yang perlu dilakukan konservasi adalah:

1. Pantai

47
Pantai di Indonesia sangat banyak karena Indonesia merupakan negara
yang dikelilingi laut. Wilayah pantai dapat dijaga dengan hutan bakaunya
sehingga ekosistem yang ada tidak terganggu/tetap lestari.

2. Vegetasi Rawa dan Hutan Rawa Air Tawar

Melalui pengeringan, kedua kawasan ini mudah dijadikan sawah sehingga


kawasan vegetasi ini cepat berkurang. Contohnya di Rawa Danu Jawa Barat,
suaka alam Way Kombas dan Barbak di Sumatra, serta suaka alam Sampit, Kota
Waringin dan Kutai di Kalimantan.

3. Lahan Gambut

Lahan gambut dimanfaatkan untuk pertanian padi di Kalimantan


khususnya di Kota Waringin, Kutai dan Sampit. Lahan ini merupakan ekosistem
yang unik di daerah tropika.

4. Hutan Kerangas

Merupakan tipe hutan yang khas yang terdapat di suaka alam Padang
Luwai Kalimantan Timur dan Mandor, Kalimantan Barat. Hutan kerangas ini
mudah rusak dan cara memulihkannya tidak mudah.

5. Hutan Dataran Rendah

Merupakan hutan yang paling kaya dan paling terancam karena


pengusahaan dan perladangan liar. Untuk melestarikannya diperlukan suaka alam
yang lebih banyak lagi karena jenisnya yang beragam.

6. Hutan Musim

Vegetasi di hutan musim mudah terbakar pada musim kemarau. Vegetasi


ini paling cepat mendapat gangguan dan telah banyak diubah menjadi tanah
pertanian. Terdapat di Jawa Timur, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Papua
bagian Selatan.

7. Hutan Pegunungan

Sangat menguntungkan bahwa vegetasi dan hujan pegunungan terdapat di


daerah yang terjal dan sukar dicapai. Contoh Gunung Leuser di Sumatra, Gunung

48
Gede, Gunung Arjuno dan Gunung Ijen di Jawa, serta Pegunungan Lorentz di
Papua.

2. Pendekatan Konservasi Dalam Pengelolaan Lingkungan

1. Mengapa Konservasi?
Perkembangan penduduk yang sangat pesat dan pertumbuhan ekonomi
dunia yang terus meningkat menyebabkan sumberdaya alam dimanfaatkan tanpa
mempertahankan kelestariannya. Di beberapa negara yang sedang membangun,
ditemukan lingkungan yang mengalami kerusakan, dan didapatkan kemiskinan.
Seringkali sumberdaya alam ini dieksploitasi untuk memenuhi berbagai
kebutuhan negara lain. Di negara yang sumberdaya alamnya melimpah tetapi
kondisinya rusak akan terjadi kelaparan, ekonomi yang tidak berkembang dan
akan terjadi disintegrasi sosial. Saat ini penduduk dunia terus bertambah.
Akibatnya, kebutuhan lahan pertanian semakin luas, kebutuhan akan kayu juga
semakin tinggi, sehingga menyebabkan tekanan terhadap hutan. Kerusakan hutan
menyebabkan terjadinya erosi yang tinggi, datangnya banjir yang merusak dan
membawa malapetaka, rusaknya tanaman pangan, kelangkaan sumberdaya air di
beberapa wilayah, serta hilangnya beberapa spesies flora dan fauna. Hilangnya
hutan, apalagi hutan pelestarian dan hutan lindung, akan menyebabkan
malapetaka yang digambarkan oleh IUCN sebagai Forest clearance and land
abuse, destroy the essential natural resources established over million of years.
For example, change to the water cycle may lead to soil erosion, silting of rivers
and reservoirs, intensifies flooding, changes in the run of pattern increased water
shortages and changes in ground water (IUCN, 1982:4).

2. Beberapa Masalah Konservasi


a. Apakah konservasi itu akan menguntungkan.
Sebagai warga negara yang baik ia harus menyetujui prinsip-prinsip konservasi
dan menyokong tujuan konservasi pada umumnya. Sebagai pengusaha ia akan
selalu memperhitungkan untung dan ruginya. Ia akan bersedia menanam modal
hanya bila yakin bahwa ia akan mendapatkan keuntungan dari hasil investasi itu

49
akan benar-benar menguntungkan bila unsur waktu benar-benar diperhitungkan.
Namun sering terjadi pula konservasi sumberdaya alam tidak 132 menguntungkan
si pengelola, dan bahkan tidak diinginkan oleh masyarakat. Menguntungkan atau
tidaknya konservasi sumberdaya alam tergantung pada beberapa faktor berikut:

1. Jangka waktu yang direncanakan Bila pengelola memutuskan untuk


mengadakan konservasi, maka keputusan itu tidak mengikat sepanjang waktu.
Dapat disesuaikan rencananya dengan adanya perubahan-perubahan keadaan.
Contoh, seorang yang menentukan untuk memelihara sumberdaya hutan selama
25 tahun, kemudian ia mengubah rencananya menjadi 15 tahun saja karena
dianggap periode ini lebih menguntungkan berhubung ia mempunyai rencana
untuk menjualnya setelah 15 tahun. Karena itu ia cenderung untuk segera
menguras sumberdaya alam yang ada didalamnya. Sebaliknya bila ingin
menggunakannya dalam jangka panjang, maka akan lebih hati-hati dalam
mengelola sumberdaya itu. Makin pendek periode yang direncanakan, akan makin
cepat pengurasan sumberdaya alam itu.

2. Aspek-aspek investasi dari konservasi Pengusaha tidak akan tertarik untuk


menginvestasikan modalnya guna konservasi sumberdaya alam bila
penggunaannya di waktu yang akan datang belum pasti. Pasti yang diharapkan
adalah agar investasinya terbayar dalam jangka waktu yang direncanakannya.
Misalnya, sekarang ia menunda pengeboran minyaknya, hal ini tentunya
dikarenakan ia mengharapkan adanya harga dan penerimaan yang menguntungkan
dari usaha konservasi itu dimasa datang. Disamping karena harga, penerimaan
yang lebih tinggi juga dimungkinkan oleh karena kualitas yang lebih tinggi
sebagai akibat adanya penundaan pengeboran itu. Kalau menurut
pertimbangannya konservasi tidak menguntungkan, maka ia akan mengadakan
investasi jangka pendek sebagai alternatif.

50
3. Kemampuan pelaksana dalam memilih alternatif cara konservasi Dengan
berbagai alternatif cara konservasi, pengelola akan dapat menentukan rencana
yang dikuasainya dan memberikan prospek yang lebih baik. Pemilihan cara ini
tentu saja akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi
dalam sumberdaya itu.

4. Dampak konservasi sumberdaya tertentu terhadap konservasi sumberdaya alam.


Pengelola kadang menentukan adanya hubungan substitusi antar sumberdaya alam
dalam suatu kegiatan produksi. Program konservasi yang dipilih tentu saja akan
memberikan keuntungan yang tertinggi. Namun ia harus mempertimbangkan juga
bagaimana pengaruhnya terhadap sumberdaya lain, sehingga dapat
dipertimbangkan menguntungkan atau tidaknya konservasi sumberdaya tersebut.

b. Apakah masyarakat menghendaki adanya konservasi. Terdapat perbedaan


antara hasrat masyarakat dan hasrat perorangan dalam konservasi. Pada umunya
pengelola pribadi menginginkan derajat preferensi waktu (time preference rate)
yang tinggi dan pendek jangka waktunya. Sebaliknya, masyarakat menghendaki
adanya derajat preferensi waktu yang panjang jangka waktunya dan tingkat
diskonto yang lebih rendah. Hal ini karena masyarakat atau publik menginginkan
kesejahteraan bagi generasi yang akan datang.

c. Bagaimana menanggulangi hambatan untuk konservasi. Dalam


pelaksanaan konservasi sering ditemui hambatan, yang dapat kita bedakan
menjadi hambatan fisik, ekonomi, kelembagaan dan hambatan teknologi.
1) Hambatan fisik Biasanya sumberdaya alam didapatkan dalam keadaan yang
sudah tertentu tempatnya dan terjadinya, sehingga untuk menggunakannya
manusia harus menyesuaikan diri. Misalnya, di daerah lereng bikit, kalau kita
hendak memanfaatkan lahan disitu, maka kita harus membuat teras terlebih
dahulu dan mengaktifkan penghijauan.
2) Hambatan ekonomi Hambatan ekonomi biasanya disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan permodalan, dan hal ini dapat diatasi dengan memberikan

51
pendidikan dan bantuan kredit permodalan. Di samping itu ada kesulitan karena
tidak adanya kestabilan perekonomian, berhubung biaya dan pasar sulit
diramalkan. Karena itu seringkali pelaksana menggunakan perencanaan jangka
pendek dan tingkat diskonto yang tinggi. Keadaan ini dapat diatasi oleh
pemerintah dengan cara mengurangi ketidakpastian dan lebih menstabilkan
perekonomian.

3) Hambatan kelembagaan Banyak orang tidak melakukan konservasi karena


kebiasaan atau karena adat, juga karena mereka kurang memperhatikan
manfaatnya. Bahkan ada adat yang cenderung menguras sumberdaya alam yang
ada. Hal ini dapat diatasi dengan pendidikan.
4) Hambatan teknologi Penggunaan sumberdaya alam akan tergantung antara lain
pada bentuk penyesuaian diri manusia dan teknologi yang ada. Hubungan antara
sumberdaya alam dan macam serta tingkat teknologi sangat erat. Misalnya, dahulu
energi surya belum banyak digunakan lebih luas. Hambatan-hambatan seperti ini
dapat diatasi dengan perbaikan tingkat teknologi misalnya dengan meniru atau
mempelajari teknologi yang ada di negara yang sudah maju atau mengadakan riset
sendiri.

3. Perlunya Kawasan Konservasi

Aktivitas manusia yang tidak terkendali telah menyebabkan perusakan


lingkungan sumberdaya alam. Perusakan tersebut tidak hanya terjadi di daratan
(hutan), akan tetapi juga terhadap sumberdaya alam yang ada di lautan. Karenanya
aktivitas-aktivitas tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dikhawatirkan
potensi sumberdaya alam, termasuk sumberdaya genetik baik di darat (hutan)
maupun di laut akan punah.

3. Strategi Konservasi Dalam Penataan Lingkungan

Pembangunan yang konservatif harus dilaksanakan secara terpadu. Setiap


sektor terkait secara bersama-sama atau terpadu melaksanakan pelestarian dan
pengawetan sumberdaya alam dan lingkungan sesuai dengan kewenangan yang

52
ada dalam suatu lingkungan tertentu. Seperti telah dikemukakan dalam pengertian
konservasi, bahwa ada perbedaan yang esensial untuk lingkungan fisik dan biotik.
Komponen fisik ditekankan pada penghematan dan upaya mencari sumberdaya
alam terbaharui. Sementara untuk komponen biotik dilaksanakan konservasi
dengan tujuan:

a. Selalu menjaga proses ekologis yang utama atau mendasar dan menjaga sistem
penyangga kehidupan.

b. Melindungi dan mempertahankan keanekaragaman benetik.

c. Menjamin pemanfaatan yang lestari dari spesies maupun ekosistemnya.

4. Program-Program Konservasi

1. Konservasi Di Dalam Kawasan Konservasi di dalam kawasan meliputi


kegiatan pengelolaan suaka alam (cagar alam dan suaka margasatwa), taman
nasional taman laut, cagar budaya, gejala alam, keunikan dan keindahan alam
dengan cara melengkapi contoh-contoh perwakilan suatu tipe ekosistem,
menetapkan status hukum, melaksanakan pengukuran, pengamatan dan
pengelolaannya yang diawali dengan inventarisasi dan evaluasi. Tujuan utamanya
adalah menciptakan suatu system pengelolaan kawasan konservasi yang lebih
evesien dan efektif sehingga dapat dirasakan manfaat adanya kawasan konservasi
ini oleh masyarakat luas baik langsung atau tidak langsung dan pada akhirnya
diharapkan kesadaran ekologis masyarakat dapat ditingkatkan sehingga kehadiran
kawasan konservasi dirasakan benar-benar merupakan suatu kebetulan yang luas
ada di dalam lingkungan.
2. Konservasi Di Luar Kawasan Konservasi di luar kawasan meliputi
penyelenggaraan inventarisasi dan identifikasi areal perlindungan, jenis-jenis
flora/fauna langka dan endemic, pembinaan koleksi dalam bentuk binatang dan
kebun botani, pembinaan daerah pengungsian satwa dan daerah perlindungan
plasma nutfah, pengawasan penangkapan/pengambilan flora/fauna dan
perkarantinaan. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk tetap menjaga kelestarian
sumberdaya alam hayati.

53
F. Pengertian Energi dan Sifat-Sifatnya

Kata energi ini berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergon yang artinya kerja.
Dalam perkembangannya istilah energi dapat digunakan untuk berbagi pengertian
kemampuan untuk melakukan kerja. Energi melakukan banyak hal untuk kita,
mulai dari menggerakkan mobil di sepanjang jalan dan mendorong perahu di air,
untuk memanggang kue di oven dan membuat es tetap beku di freezer,
memainkan lagu favorit kita, serta menerangi rumah kita di malam hari. Energi
membantu kita untuk tumbuh dan digunakan dalam berfikir. Energi adalah
mengubah, melakukan, bergerak, benda kerja. Energi dapat dibedakan menjadi
beberapa tugas yang bisa kita kenali dengan mudah, antara lain: energi
mrenghasilkan cahaya, energi menghasilkan panas, energi menghasilkan suara,
energi menghasilkan pertumbuhan, serta terknologi pembangkit energi. Energi
tidak akan bisa diciptakan atau juga tidak bisa dimusnahkan, tetapi energi bisa
dirubah bentuknya.

Energi dapat memiliki berbagai bentuk (Schroeder, akses 2021). Bola bisbol
yang bergerak memiliki energi kinetik, atau energi gerak. Saat bola tinggi di atas
tanah, maka dikatakan mengucapkannya memiliki energi gravitasi. Meregangkan
karet gelang menyimpan energi elastis di dalamnya. Serpihan jagung dan bensin
menyimpan energi kimia, sedangkan uranium dan plutonium menyimpan energi
nuklir. Kentang panas mengandung lebih banyak energi panas daripada
sebelumnya saat itu dingin. Energi listrik disalurkan melalui kabel dari
pembangkit listrik ke peralatan, dan energi radiasi dilepaskan oleh bola lampu,
laser, kompor, dan bintang.

Sifat-sifat penting energi menurut ilmu fisika meliputi:

1) Energi dapat ditransformasikan

Transformasi energi maksudnya adalah energi bisa diubah menjadi sebuah


bentuk lain. Misalnya seperti, energi panas yang dilakukan ketika
pembakaran diubah menjadi energi gerak atau mekanik mesin.

2) Energi tidak pernah hilang

54
Energi akan selalu ada dan terkandung dalam suatu materi. Jika materi
berubah, maka energi akan berpindah ke materi yang baru tersebut.

3) Energi bersifat kekal

Sebagaimana penjelasan pada sifat yang pertama, energi bersifat kekal, hanya
berpindah ke materi main atau bertransformasi menjadi bentuk energi lainnya.

G. Konversi Energi (Perubahan Energi)

Konversi energi atau perubahan energi adalah berubahnya bentuk energi dari


satu jenis energi ke energi lain.

Misalnya:

1. Kayu dibakar: perubahan energi kimia menjadi energi panas

2. Baterai pada lampu senter: perubahan energi kimia menjadi energi listrik

3. Kipas angin: perubahan energi listrik menjadi energi gerak

Energi tidak dapat dihilangkan atau dimusnahkan tetapi dapat diubah


menjadi energi bentuk lain. Prinsip bahwa energi tidak dapat dihilangkan atau
dimusnahkan, namun hanya dapat diubah menjadi energi bentuk lain ini disebut
dengan “Prinsip Kekekalan Energi”.

1.Sistem Konversi Energi Suara menjadi Energi Listrik menggunakan


Piezoelektrik

Energi suara adalah energi yang dihasilkan oleh getaran suara saat melaku
kan perjalanan melalui udara, air, atau ruang lainnya. Suara atau kebisingan
merupakan salah satu sumber energi yang tersedia secara luas.

Suara pada dasarnya merupakan gelombang mekanik yang dihasilkan dari


oilasitekanan melalui beberapa media. Suara yang dapat didengar oelh indera
pendengaran manusia memiliki frekuensi dari sekitar 20Hz sampai 20.000Hz.
Diudara pada suhu dan tekanan standar, panjang gelombang suara berkisar dari
17m sampai 17mm.

55
Kebisingan adalah polusi suara yang pada umumnya terjadi pada daerah-
daerah permukiman yang padat Kawasan industry, dan lain-lain. oleh karena itu
kebisingan yang merupakan energi suara yang terbuang, biasanya diminimalisasi.
Salah satu pemanfaatan energi kebisingan adalah pada Sound -Driven Piezoelectric
Nanowire.

Penelitian ini dilakukan oleh beberapa peneliti asal Korea Selatan dimana
dalam penelitian ini sumber energi telepon akan diperoleh dari energi suara
pembicaraan dan suara lain yang ada disekitanya, seperti suara kebisingan yang
dihasilkan oleh kendaraan yang melintas.

Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah tingkat energi yang


dihasilkan masih cukup kecil dan belum ada mekanisme optimalisasi dan
penyimpanan energi.

Penelitian lain mengenai pemanfaatan energi suara dilakukan oleh Orest


Symko yang memanfaatkan energi suara yang berasal dari udara mengubahnya
menjadi energi listik. Prosesnya dilakukan dengan sebuah silinder yang
ditempakan di antara hot heat exchanger dan cold head excharger. Selanjutnya
panas diberikan sehingga udara akan mengalir dan akan mengeluarkan suara
dengan frekuensi tertentu. Adanya frekuensi ini akan mengakibatkan terjadinya
fenomena resonansi. Frekuensi ini akan mengakibatkan silinder bergerak dan
menekan piezoelektrik sehingga mengahasilkan energi listrik. Penelitian ini lebih
berfokus kepada perancangan sensor suara. Piezoelecric berasal dari Bahasa
Yunani yaitu piezo yang berarti tekanan dan electric yang berarti lisktrik.

Piezoelektrisitas adalah sebuah fenomena saat sebuah gaya yang


diterapkan pada suatu bahan menimbulkan muata listrik pada permukaan bahan
tersebut yang disebabkan oleh adanya distribusi muatan listrik pada sel kristal.
Nilai koefisien muatan piezoelektrik berada pada rentang 1-100 pico
coloumb/Newton.

2.Konversi Energi Biomassa Kotoran Sapi Melalui Rancangan Biodigester


Untuk Rumah Tangga

56
Biomassa merupakan bahan-bahan organic dari jasad hidup berupa limbah
pertanian, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Biomassa dari limbah hewan seperti
kotoran sapi dan kuda dapat digunakan sebagai energy alternative untuk keperluan
sehari-hari.

Konversi energy biomasa kotoran sapi menggunakan biodigester


merupakan hasil dari cara menyelesaikan permasalahan yang melibatkan
masyarakat peternak secara langsung. Biodigester merupakan rancangan system
untuk mempercepat pembusukan bahan organic.

Biodigester merupakan suatu tabung tertutup tempat limbah organic


difermentasi Yang menghasilkan energy disertai dengan bahan penyubur. Bagi
peternak sapi skala rumah tangga, biodigester dibuat sebagai solusi untuk
mengurangi limbah kotoran sapi dan memanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.
Pengelolaan limbah dengan baik dapat mengurangi bau tidak sedap dan
menurunkan dampak dari gas rumah kaca.

3.Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak

Mengkonversi sampah plastic menjadi bahan bakar minyak termasuk daur


ulang tersier. Merubah sampah plastic menjadi bahan bakar minyak dapat
dilakukan dengan proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah
rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil
dari proses cracking plastik ini dapat diguna sebagai bahan kimia atau bahan
bakar. Ada tiga macam proses cracking yaitu;

 Hidro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik dengan


hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada
temperatur antara 423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 – 10 MPa. Dalam
proses hydrocracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu
pencapuran dan reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl
naphtalene, tetralin dan decalin. Beberapa katalis yang sudah diteliti antara
lain alumina, amorphous silica alumina, zeolite dan sulphate zirconia.

57
 Thermal cracking adalah termasuk proses pyrolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan
pada temperatur antara 350 °C sampai 900 °C. Dari proses ini akan dihasilkan
arang, minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin,
naphthene dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.

 Catalytic cracking cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi


perekahan. Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu
reaksi.

 Energi cahaya menjadi energi kimia, misalnya proses fotosintesis.

 Energi cahaya menjadi energi listrik, malnya panek surya

 Energi listrik menjadi energi panas, misalnya setrika, kompor listrik,


solder, dan oven).

 Energi listrik menjadi energi kimia, misalnya penyetruman aki.

 Energi listrik menjadi energi gerak, misalnya mesin cuci dan kipas angin.

 Energi listrik menjadi energi bunyi, miisalnya televisi dan radio.

 Energi listrik menjadi energi cahaya, misalnya lampu.

H. Macam-Macam Energi

Terdapat banyak bentuk energi dan pada dasarnya dapat dikelompokkan ke


dalam 2 kategori saja (Gambar 1.1), yaitu Energi Potensial dan Energi Kinetik.

58
Gambar 17. Bentuk-bentuk energi

Secara umum, energi potensial didefinisikan sebagai energi yang tersimpan


dalam sebuah benda atau dalam suatu keadaan tertentu, dan secara sempit
didefinisikan sebagai energi yang dimiliki benda karena kedudukan atau keadaan
benda tersebut. Terdapat beberapa bentuk energi potensial, antara lain:

1) Energi Kimia

Energi kimia adalah energi yang disimpan dalam ikatan atom dan
molekul. Bentuk energi ini adalah energi yang menyatukan partikel-
partikel ini. Makanan yang kita makan, biomassa, minyak bumi, gas alam,
dan propana adalah contoh energi kimia yang tersimpan. Selama
fotosintesis, sinar matahari memberi tanaman energi yang dibutuhkan
tumbuhan untuk membangun senyawa kimia yang kompleks. Pada saat
senyawa ini dipecah, energi kimia yang disimpan dilepaskan sebagai
panas, cahaya, gerak, dan suara.

2) Energi Elastik

Energi elastis adalah energi yang disimpan dalam benda melalui


aplikasi suatu keuatan gaya. Pegas yang dimampatkan dan karet gelang
yang direntangkan adalah contoh dari energi bahan elastis.

3) Energi Nuklir

Energi Nuklir adalah energi tersimpan dalam inti atom/energi yang


menahan inti bersama. Energi ini bisa dilepaskan pada saat inti
digabungkan atau berpisah. Daya pembangkit nuklir menguraikan atom
uranium dalam suatu proses yang disebut fisi. Matahari menggabungkan
inti atom hidrogen dalam suatu proses disebut fusi. Ilmuwan bekerja
menciptakan fusi energi di bumi, sehingga suatu hari nanti mungkin akan
ada pembangkit listrik fusi. Dalam kedua reksi fisi dan fusi, masa akan
diubah menjadi energi menurut Teori Einstein dengan rumus E = mc .

4) Energi Potensial Gravitasi

59
Energi gravitasi merupakan energi posisi atau tempat. Sebuah batu
yang bertumpu pada puncak bukit berisi energi potensial gravitasi. Tenaga
air, seperti air di reservoir suatu bendungan adalah contoh potensial
gravitasi energi.

Energi kinetik berasal dari kata kinetikos (bhs. Yunani), yang artinya "gerak".
Ketika benda bergerak, benda memiliki kecepatan. Dengan demikian, kita dapat
menyimpulkan bahwa energi kinetik merupakan energi yang dimiliki benda
karena gerakannya atau kecepatannya. Beberapa bentuk energi kinetik ini, antara
lain:

1) Energi Listrik

Energi listrik adalah pergerakan elektron. Semuanya terbuat dari


partikel kecil yang disebut atom. Atom terbuat dari partikel yang lebih
kecil disebut elektron, proton, dan neutron. Menerapkan kekuatan bisa
membuat beberapa elektron bergerak. Elektron bergerak melalui kabel
disebut listrik. Petir adalah contoh lain dari energi listrik.Energi
radian/Elektromagnetik

2) Energi Radian/Radiasi

Energi radian adalah energi elektromagnetik yang bergerak dalam


gelombang transversal. Termasuk di dalam energi radian termasuk cahaya
tampak, sinar-X, sinar gamma, dan gelombang radio. Energi matahari
adalah salah satu contoh energi radiasi.

3) Energi Panas/Termal

Energi termal, yang sering disebut panas, adalah energi internal


dalam suatu zat - getaran dan pergerakan atom dan molekul dalam zat.
Molekul dan atom yang lebih cepat bergetar dan bergerak di dalam suatu
substansi, semakin banyak energi yang mereka miliki dan menjadi lebih
lebih panas. Energi panas bumi adalah salah satu contoh energi panas.

4) Energi Gerak

60
Energi gerak atau energi mekanik adalah gerak benda dan zat dari
satu tempat ke tempat lain. Menurut Hukum Grak Newton, benda dan zat
bergerak ketika gaya berada dalam keadaan tidak seimbang. Angin dan
ombak adalah contoh energi gerak.

5) Energi Suara

Energi suara adalah pergerakan energi melalui zat dalam


gelombang longitudinal (compression/rarefaction). Suara dihasilkan ketika
suatu gaya menyebabkan suatu benda atau zat bergetar. Energi adalah
ditransfer melalui zat dalam gelombang.

I. Sumber-Sumber Energi

ENERGI TERBARUKAN DAN ENERGI TIDAK TERBARUKAN

Matahari sebagai sumber energi utama di bumi, mengapa?

Semua makhiuk hidup seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia perlu


energi untuk pertumbuhan, melakukan kegiatan-kegiatan dan sejenisnya. Sumber
energi utama untuk semua makhluk hidup di bumi adalah matahari. Tanpa
matahari tidak ada kehidupan. Matahari memancarkan sinar terus-menerus ke
bumi, yang pada dasarnya sinar tersebut mengalami proses diterima dan
dipantulkan. Karena itu dapat diketahui bahwa sinar matahari merupakan arus
energi yang dipancarkan bagi kehidupan. Matahari merupakan sumber energi
dalam proses-proses alami yang terjadi di lingkungan hidup:

1. Sinar matahari membuat suhu bumi sesuai untuk kehidupan tumbuh-


tumbuhan, binatang. dan manusia.

2. Sinar matahari menyebabkan terjadinya angin. Perbedaan panas di


permukaan bumi mempengaruhi suhu dan tekanan udara di atmosfer,
sehingga terjadi aliran udara dan angin.

3. Sinar matahari menyebabkan terjadinya sikius air. Sinar matahari


merupakan sumber energi bagi sikius air. Dalam hal ini sinar matahari

61
menyebabkan penguapan air yang terdapat di sungai, danau dan laut. Air
menguap dan menjadi awan. Awan tersebut terbawa angin dan akhirnya
jatuh lagi sebagai hujan. Begitu seterusnya proses terjadinya siklus air.

4. Sinar matahari menyediakan beberapa sumber energi lain, seperti minyak


bumi, batu bara, tenaga air.

Definisi energi terbarukan

Energi terbarukan adalah sumber energi alam yang dapat digunakan secara
bebas, bisa diperbarui terus menerus, dan tidak terbatas.

Berikut macam-macam energi terbarukan seperti dikutup dari Energi


Terbarukan (2016):

1. Tenaga air (hydropower)

Air yang mengalir dapat digunakan untuk memutar kincir. Putaran kincir
itu menjadi sumber energi mekanis industri. Aliran air juga bisa menghasilkan
listrik melalui turbin dan generator.

Gambar 18. Kincir air sebagai sumber energi mekanis industry.

2. Energi biomassa (biomass power)

62
Biomassa adalah material organik yang mempunyai simpanan energi dari
matahari dalam bentuk energi kimia. Di zaman lampau, energi biomassa sudah
digunakan dalam bentuk kayu bakar. Kini, sumber energi biomassa semakin
beragam. Ada hasil panen, rumput, kotoran hewan, sampah rumah tangga, hingga
limbah pertanian.

Gambar 19. Sumber energi biomassa

3. Energi panas bumi (geothermal)

Panas yang terkandung dalam bumi menimbulkan uap. Uap dan air panas
yang ada di permukaan tanah ini dapat memberikan tenaga pada generator dan
menghasilkan listrik.

Gambar 20. Sumber energi panas bumi.

4. Energi matahari (solar power)

63
Matahari adalah sumber energi terbesar. Sinar matahari atau tenaga surya
dapat memanaskan, memberi penerangan, dan menghasilkan listrik. Untuk dapat
menghasilkan listrik, panas matahari diserap oleh panel surya (solar panel) lalu
diubah menjadi tenaga listrik.

Gambar 21. Energi matahari yang digunakan untuk menghasilkan listrik.

5. Energi angin (wind power)

Angin adalah udara yang bergerak. Sejak dahulu, angin telah dimanfaatkan
sebagai sumber energi. Di Belanda, angin berfungsi memutar kincir. Kincir ini
menjadi sumber tenaga alat pengolah biji-bijian. Saat ini, angin mampu
menghasilkan listrik dengan menggunakan turbin. Turbin ini menggerakkan
generator pembangkit listrik.

Gambar 22. Turbin penggerak generator pembangkit listrik.

6. Energi pasang surut (tidal power)

64
Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pasang surut air laut.
Jenis energi ini digunakan di Eropa dan pantai timur Amerika. Turbin dipasang di
pinggir laut. turbin itu kemudian mengubah energi pasang surut menjadi energi
mekanik yang digunakan untuk menggiling gandum.

Gambar 23. Turbin pengubah energi pasang surut menjadi energi mekanik.

7. Energi ombak (ocean wave power)

Sama seperti pasang surut, gelombang juga bisa dimanfaatkan untuk


membangkitkan listrik. Energi ombak adalah energi yang berasal dari tekanan
naik turunnya gelombang air laut. Energi ini dapat digunakan untuk pembangkit
listrik dengan memanfaatkan tekanan naik turun dari ombak.

65
Gambar 24. Energi ombak.

8. Energi panas laut (ocean thermal power)

Air laut memang dingin. Namun di permukaan, airnya hangat karena langsung
disinari matahari. Perbedaan temperatur ini dapat menghasilkan energi listrik.
Peredaan temperatur yang diperlikan minimal 25 derahat celsius.

Gambar 25. Energi panas laut.

Definisi energi tak terbarukan

Sumber energi tak terbarukan merupakan sumber energi yang jumlahnya


terbatas dan tidak dapat diperbarui. Sebagian ada yang dapat diperbaharui namun
memerlukan waktu yang sangat lama. Sumber energi tak terbarukan saat ini masih
merupakan sumber energi utama yang banyak digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi pada kehidupan sehari-hari.

Berikut macam-macam energi terbarukan seperti dikutup dari Energi Tak


Terbarukan:

1. Batu Bara

Batu bara adalah batuan yang berwarna hitam atau kecoklatan. Batu bara
adalah bahan bakar fosil yang terbentuk dari makhluk hidup yang mati dan
terkubur jutaan tahun lalu. Batu bara dibakar untuk menghasilkan energi. Untuk
mendapatkan batu bara, kita membuat tambang di permukaan bumi dan di bawah
tanah.

66
Gambar 26. Batu bara.

2. Minyak bumi

Minyak bumi adalah bahan bakar fosil yang berbentuk cair. Minyak bumi
terperangkap di bawah lapisan batuan. Untuk mengambilnya, tanah dan batuan
dibor. Minyak bumi adalah bahan bakar utama kendaraan. Sayangnya,
pembakaran minyak bumi melepaskan gas-gas berbahaya ke atmosfer.

Gambar 27. Pengolahan minyak bumi.

67
3. Gas alam

Gas alam adalah bahan bakar fosil lainnya yang terperangkan di bawah
batuan. Gas alam sebagian besar terbentuk dari metana. Metana adalah gas
beracun yang berbau busuk. Gas alam digunakan untuk memasak dalam bentuk
LPG atau gas cair.

Gambar 28. Gas alam.

Manfaat energi terbarukan

Energi terbarukan merupakan energi yang diproses dari hasil alam,


manfaat dari energi terbarukan yaitu:

· ramah lingkungan

· investigasi teknologi

· mudah di kembangkan

· mengurangi sampah

· peluang kerja lebih banyak

68
Manfaat energi tidak terbarukan

Energi tak terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber daya alam,
manfaat dari energi tidak terbarukan adalah:

· sebagai pembangkit listrik

· sebagai bahan bakar kendaraan

· sebagai bahan bakar pesawat

· sebagai bahan bakar kereta

Kelebihan energi tebarukan

Energi baru dan terbarukan dapat selalu dipakai tanpa perlu khawatir
pasokannya akan habis. Sumber energi alternatif juga dikenal ramah
lingkungan karena tidak menghasilkan limbah yang merusak lingkungan atau
memiliki kadar polusi yang jauh lebih sedikit dari energi fosil. Berbeda dengan
bahan bakar fosil atau minyak bumi yang menghasilkan gas karbon dioksida dan
berbagai zat berbahaya lainnya.

Kekurangan energi baru dan terbarukan

Walaupun energi baru dan terbarukan memiliki beberapa kelebihan, yaitu


biaya instalasi awal yang cukup tinggi. Saat ini Panel surya adalah Energi yang
sulit untuk disimpan dan dikirim secara luas karena lagi-lagi harganya yang masih
tinggi. Selain itu, energi terbarukan juga sangat bergantung pada faktor-faktor
alam yang tidak bisa diperkirakan atau diatur. Contohnya saja di jika terjadi
kemarau panjang, pembangkit listrik tenaga air akan sulit menghasilkan listrik
karena arus air yang tidak sekencang biasanya. Begitu pula dengan energi
matahari. Ketika cuaca mendung atau berawan, sinar yang didapat pun bisa jadi
tidak cukup.

69
Kelebihan energi tidak terbarukan

· Dapat dinikmati untuk kesejahteraan rakyat

· Relatif lebih mudah untuk ditemukan

· Pengolahan dan pengambilan bahan dapat dilakukan dengan mudah

· Penggunaan Bahan bakar fosil pada industri terutama industri


biokimia dan elemen lain dapat digunakan untuk kemajuan,
perkembangan dan pertumbuhan perekonomian kedepannya atau
dimasa yang akan datang.

Kekurangan energi tidak terbarukan

· Meningkatkan polusi berupa racun dalam udara (radikal bebas)

· Menyebabkan hujan asam

· Menyebabkan pencemaran lingkungan tanah dan air

· Persediaan yang semakin menipis

· Meningkatkan efek buruk pemanasan global

Energi baru dan Terbarukan menurut Kementrian ESDM (Energi Dan


Sumber Daya Mineral Ri)

Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup


besar diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi
surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW. Data
potensi EBT terbaru disampaikan Direktur Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi dalam acara Focus Group Discussion tentang Supply-Demand
Energi Baru Terbarukan yang belum lama ini diselenggarakan Pusdatin ESDM.

70
Saat ini pengembangan EBT mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres disebutkan kontribusi EBT
dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan
komposisi Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir,
Air, Surya, dan Angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%. Untuk itu
langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah adalah menambah kapasitas
terpasang Pembangkit Listrik Mikro Hidro menjadi 2,846 MW pada tahun 2025,
kapasitas terpasang Biomasa 180 MW pada tahun 2020, kapasitas terpasang angin
(PLT Bayu) sebesar 0,97 GW pada tahun 2025, surya 0,87 GW pada tahun 2024,
dan nuklir 4,2 GW pada tahun 2024. Total investasi yang diserap pengembangan
EBT sampai tahun 2025 diproyeksikan sebesar 13,197 juta USD.

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan biomasa adalah mendorong


pemanfaatan limbah industri pertanian dan kehutanan sebagai sumber energi
secara terintegrasi dengan industrinya, mengintegrasikan pengembangan biomassa
dengan kegiatan ekonomi masyarakat, mendorong pabrikasi teknologi konversi
energi biomassa dan usaha penunjang, dan meningkatkan penelitian dan
pengembangan pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi.

Upaya untuk mengembangkan energi angin mencakup pengembangan


energi angin untuk listrik dan non listrik (pemompaan air untuk irigasi dan air
bersih), pengembangkan teknologi energi angin yang sederhana untuk skala kecil
(10 kW) dan skala menengah (50 - 100 kW) dan mendorong pabrikan
memproduksi SKEA skala kecil dan menengah secara massal.

Pengembangan energi surya mencakup pemanfaatan PLTS di perdesaan


dan perkotaan, mendorong komersialisasi PLTS dengan memaksimalkan
keterlibatan swasta, mengembangkan industri PLTS dalam negeri, dan mendorong
terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efisien dengan melibatkan dunia
perbankan.

Untuk mengembangkan energi nuklir, langkah-langkah yang dambil


pemerintah adalah melakukan sosialisasi untuk mendapatkan dukungan

71
masyarakat dan melakukan kerjasama dengan berbagai negara untuk
meningkatkan penguasaan teknologi.

Sedang langkah-langkah yang dilakukan untuk pengebangan mikrohidro


adalah dengan mengintegrasikan program pengembangan PLTMH dengan
kegiatan ekonomi masyarakat, memaksimalkan potensi saluran irigasi untuk
PLTMH, mendorong industri mikrohidro dalam negeri, dan mengembangkan
berbagai pola kemitraan dan pendanaan yang efektif.

Untuk mendukung upaya dan program pengebangan EBT, pemerintah


sudah menerbitkan serangkaian kebijakan dan regulasi yang mencakup Peraturan
Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Undang-Undang No.
30/2007 tentang Energi, Undang-undang No. 15/1985 tentang Ketenagalistrikan,
PP No. 10/1989 sebagaimana yang telah diubah dengan PP No. 03/2005 Tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik dan PP No. 26/2006 tentang Penyediaan &
Pemanfaatan Tenaga Listrik, Permen ESDM No. 002/2006 tentang Pengusahaan
Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah, dan Kepmen
ESDM No.1122K/30/MEM/2002 tentang Pembangkit Skala Kecil tersebar. Saat
ini sedang disusun RPP Energi Baru Terbarukan yang berisi pengaturan
kewajiban penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan dan
pemberian kemudahan serta insentif.

Energi Tak Terbarukan menurut Kementrian ESDM (Energi Dan Sumber


Daya Mineral RI)

Menteri Sudirman menjelaskan bahwa tantangan utama kita saat ini adalah
penyediaan akses energi modern secara universal, bersih dan berkelanjutan.
"Untuk menghadapi tantangan tersebut, kita perlu mengembangkan kerjasama
global yang berkelanjutan." ujar Menteri ESDM.

Selain itu, Indonesia juga telah berkomitmen dalam upaya mitigasi perubahan
iklim untuk mengurangi emisi sebesar 29% secara business-as-usual dan 41%

72
dengan bantuan internasional. "Sebagai upaya mencapai target tersebut, penting
untuk memaksimalkan sumber daya energi terbarukan, mengoptimalkan
pemanfaatan gas, mendorong revolusi efisiensi energi, dan mengurangi
penggunaan energi fosil." lanjut Menteri Sudirman.

Menteri ESDM juga menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen


mengurangi ketergantungan terhadap eksploitasi energi fosil, sebab hal tersebut
berkontribusi secara signifikan terhadap emisi Gas Rumah Kaca.

Indonesia berkeinginan memanfaatkan program elektrifikasi perdesaan dan


daerah terpencil untuk membantu pengelolaan ekosistem kita yang khas dan unik
menjadi lebih baik.

Dalam Kebijakan Energi Nasional, telah ditetapkan bahwa share energi


terbarukan dalam bauran energi primer nasional adalah sebesar 23% di tahun
2025, yang berarti akan terdapat 45000 MW pembangkit energi terbarukan, atau
33% dari total kapasitas listrik terpasang. Sedangkan dalam pemanfaatan gas
sebagai energi alternatif, Indonesia telah menetapkan target sebesar 22% pada
2025.

Sementara, untuk mewujudkan energi yang berkelanjutan bagi semua dan


melaksanakan komitmen iklim global, kita semua perlu bekerja bersama.
Indonesia menawarkan sebuah platform untuk mencapai hal tersebut.

Menteri ESDM mengungkapkan bahwa pada tahun 2017, Indonesia kembali


akan menyelenggarakan Bali Clean Energy Forum ke-2 dengan tema "Advancing
Innovation, Building Local Economy". Indonesia berkeinginan untuk dapat
bekerja bersama dengan berbagai negara dan stakeholder untuk menjadikan
inovasi energi bersih sebagai pendorong utama peningkatan ekonomi lokal.
Centre of Excellence energi bersih dapat menjadi platform untuk memfasilitasi
sharing knowledge dan teknologi untuk pembangunan ekonomi lokal dan
mendorong pencapaian target Sustainable Development Goals 2030 dan Paris
Agreement on Climate Change. (SJM)

73
J. Pemakaian Energi di Indonesia

Energi sangat diperlukan dalam menjalankan aktivitas perekonomian


Indonesia, baik untuk kebutuhan perekonomian atau untuk kebutuhan konsumsi.
Energi yang merupakan sumber daya alam harus dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran masyarakat dan pengelolaannya harus mengacu pada asas
pembangunan berkelanjutan. Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di di
Dunia. Pada Tahun 2020 populasi penduduk terus meningkat mencapai 270 juta
jiwa (Susenas, 2020). Pertumbuhan populasi yang meningkat tiap tahunnya akan
meningkatkan urbanisasi dan gaya hidup masyarakat yang semakin dinamis
membutuhkan energi di Indonesia semakin besar.

Pada tahun 2018, Total pemakaian energy final di Indonesia sebesar 875
juta SBM (Setara Barel Minyak). Pangsa konsumsi energy final per jenis masih
didominasi oleh BBM(bensin, minyak tanah, minyak bakar, avtur, minyak solar,
dan minyak diesel). Besarnya konsumsi BBM itu dikarenakan penggunaan
teknologi peralatan BBM masih lebih efisien disbanding peralatan lainnya,
terutama di sector transportasi. Sejalan dengan meningkatnya konsumsi energy
final BBM, konsumsi energy final BBN (biofuel) sebagai substitusi BBM,
terutama biodesel juga meningkat mengikuti tren pertumbuhan minyak solar dan
mandatory biodesel. Biodesel selain digunakan untuk sector transportasi juga
digunakan untuk sector industry, komersial, dan pembangkit listrik. Sector
transportasi merupakan pengguna energy terbesar dibandingkan sector-sektor
yang lain. Energi yang digunakan di sector transportasi hampir keseluruhannya
menggunakan BBM, terutama bensin. Sector industry banyak menggunakan
batubara karena hampir semua teknologi boiler di industry memerlukan batubara
sebagai bahan bakar. Sebagian besar aktivitas sehari-hari sector rumah tangga
didukung oleh energy listrik lebih mendominasi dibandingkan energy yang lain.
kegiatan di sector lainnya yang meliputi pertanian, konstruksi dan pertambangan,
bnayak menggunakan minyak solar.

Pemakaian energi di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa sektor,


yang meliputi sektor Industri, rumahtangga, transportasi, pertanian dan sektor

74
lainnya. Penyediaan energy saat ini didominasi oleh energy fosil. Energi fosil
yang tumbuh paling pesat adalah batubara karena sektor pembangkit listrik
didominasi oleh PLTU Batubara. Selain itu, batubara juga digunakan sebagai
bahan bakar di sektor industry. Hal ini menyebabkan batubara merupakan pangsa
penyediaan energy primer kedua setelah minyak bumi.

Bauran Energi Primer di Indonesia

 Gas

Pasokan gas bumi diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Gas
bumi tersebut digunakan sebagaian besar di sector industry dan pembangkit
kistrik. Pada tahun 2023, pemerintah akan menghentikan ekspor gas melalui
pipa ke Singapura. Hal ini untuk mengopyimalkan pemanfaatan gas untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri.

 Minyak Bumi

Realisasi operasional lifting minyak nasional tahun 2018 mencapai 772


ribu boepd (barrels oil equivalent per day). Atau mengalami penurunan
sebesar 29 ribu boepd dari tahun 2017. Capaian ini telah didorong upaya
optimalisasi serta pengembangan baru melalu pengeboran sumur baru, on-
stream proyek baru, dan pemeliharaan yang optimal.

 Energy Baru Terbarukan

Pangsa EBT mengalami pertumbuhan sebesar 2% dibandingkan tahun


2017. Peningkatan peranan EBT tersebut mensubtitusi penurunan pangsa
minyak dan gas bumi. Penyediaan EBT tersebut didominasi oleh BBN,
biomassa, hidro, dan panas bumi. Sementara itu, EBT lainnya (angin dan
surya) masih memiliki pangsa yang kecil.

 Batubara

Produksi batubara dalam negeri diutamakan untuk menjamin pemenuhan


pasokan kebutuhan domestic sumber energy primer. Pemerintah menjalankan
aturan terkait alokasi penjualan batubara untuk kebutuhan domestic (domestic

75
market obligation/DMO) sebesar 25% dari produksi perusahaan batubara.
Produksi pada tahun 2018 sebesar 557 juta ton.

Di Indonesia diperkirakan selama tahun 2018-2050 total kebutuhan energy


final meningkat rata-rata sebesar 3,9% per tahun. Sebagai penggerak ekonomi,
kebutuhan energy di sector industry diperkirakan terus meningkat dan
mendominasi total kebutuhan energy final pada tahun 2015. Sementara itu,
kebutuhan energy sector transportasi diproyeksikan mengalami pertumbuhan
lebih rendah dari sector industry. Laju pertumbuhan tersebut didorong oleh
pertumbuhan kendaraan bermotor. Dengan meningkatnya perekonomian dan
penduduk, kebutuhan energy final sector komersial diperkirakan akan terus
meningkat dengan laju pertumubahn tertinggi dibandingkan sector-sektor yang
lain. Sementara itu, proyeksi kebutuhan energy sector rumah tangga dan sector
lainnya (pertanian, konstruksi, dan pertambangan) juga terus meningkat dengan
laju pertumbuhan yang lebih rendah.

K. Krisis Energi di Indonesia


Adanya pandemi Covid-19 saat ini memperburuk kondisi industri hulu
minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri. Pasalnya, sebelum adanya
pandemi, industri hulu migas di Tanah Air telah memiliki sejumlah tantangan
besar seperti produksi minyak dan gas yang terus menerus menurun setiap
tahunnya dan cenderung tak mencapai target yang telah ditetapkan, hingga iklim
investasi yang dinilai masih tidak menarik investor atau perusahaan migas global.
Namun, ketika pandemi melanda Indonesia sejak Maret 2020, industri ini
semakin terpukul, karena ditambah dengan hantaman turunnya harga minyak
mentah dunia dan juga semakin melesunya permintaan minyak dan gas bumi di
pasar global, tak hanya di dalam negeri. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), investasi
hulu migas pada 2020 mencapai US$ 10,21 miliar, lebih rendah 15,6%
dibandingkan target yang ditetapkan sebesar US$ 12,1 miliar.

76
Gambar 29. Diagram kondisi migas dalam negeri.

Sementara realisasi lifting minyak pada 2020 mencapai 706 ribu barel per hari
(bph), turun sekitar 5,4% dibandingkan realisasi lifting minyak pada 2019 yang
mencapai 746.300 bph. Sementara lifting gas pada 2020 mencapai 5.461 juta
standar kaki kubik per hari (MMSCFD), turun 7,6% dari realisasi 2019 yang
sebesar 5.912 MMSCFD. Adapun target awal lifting dalam APBN 2020 yang
ditetapkan sebelum terjadinya pandemi yakni 755 ribu bph untuk minyak dan
6.670 MMSCFD untuk lifting gas.
Lantas, bagaimana situasi terkini industri hulu migas saat ini? Apa saja yang
akan dilakukan regulator dan industri terkait guna mengalahkan segala hantaman
tersebut? Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto membeberkan kondisi terkini dari
industri hulu migas di dalam negeri kepada CNBC Indonesia, Senin (11/01/2021).
Dwi menjelaskan kini Indonesia memiliki tiga tantangan utama, antara lain
Zangkitnya energi baru terbarukan (EBT) di mana kampanye penggunaan energi
baru terbarukan di dunia semakin gencar dan meminta masyarakat untuk
meninggalkan penggunaan energi berbasis energi fosil. Munculnya industri migas
non konvensional seperti shale oil dan shale gas juga membuat persaingan industri
hulu migas menjadi semakin ketat.

77
Lalu, tingkat penurunan alamiah produksi migas di dalam negeri yang sudah
terjadi selama 25 tahun menurutnya juga menjadi tantangan tersendiri untuk
kembali membangkitkan produksi migas ke depannya. Selain itu, adanya pandemi
yang membuat permintaan minyak dan gas turun menurutnya juga menjadi salah
satu kendala untuk meningkatkan produksi minyak dan gas di dalam negeri.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas), investasi hulu migas pada 2020 mencapai US$ 10,21
miliar, lebih rendah 15,6% dibandingkan target yang ditetapkan sebesar US$ 12,1
miliar.

Sementara realisasi lifting minyak pada 2020 mencapai 706 ribu barel per
hari (bph), turun sekitar 5,4% dibandingkan realisasi lifting minyak pada 2019
yang mencapai 746.300 bph. Sementara lifting gas pada 2020 mencapai 5.461 juta
standar kaki kubik per hari (MMSCFD), turun 7,6% dari realisasi 2019 yang
sebesar 5.912 MMSCFD. Adapun target awal lifting dalam APBN 2020 yang
ditetapkan sebelum terjadinya pandemi yakni 755 ribu bph untuk minyak dan
6.670 MMSCFD untuk lifting gas.

Lantas, bagaimana situasi terkini industri hulu migas saat ini? Apa saja
yang akan dilakukan regulator dan industri terkait guna mengalahkan segala
hantaman tersebut?

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto membeberkan kondisi terkini dari


industri hulu migas di dalam negeri kepada CNBC Indonesia, Senin (11/01/2021).

Dwi menjelaskan kini Indonesia memiliki tiga tantangan utama, antara lain
bangkitnya energi baru terbarukan (EBT) di mana kampanye penggunaan energi
baru terbarukan di dunia semakin gencar dan meminta masyarakat untuk
meninggalkan penggunaan energi berbasis energi fosil. Munculnya industri migas
non konvensional seperti shale oil dan shale gas juga membuat persaingan industri
hulu migas menjadi semakin ketat.

Lalu, tingkat penurunan alamiah produksi migas di dalam negeri yang


sudah terjadi selama 25 tahun menurutnya juga menjadi tantangan tersendiri untuk
kembali membangkitkan produksi migas ke depannya.

78
Selain itu, adanya pandemi yang membuat permintaan minyak dan gas
turun menurutnya juga menjadi salah satu kendala untuk meningkatkan produksi
minyak dan gas di dalam negeri.

Namun demikian, dia mengaku pihaknya tidak berdiam diri begitu saja.
SKK Migas telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan
yang sudah jelas di depan mata ini. Salah satu strategi besar yaitu mewujudkan
produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) dan gas sebesar 12 miliar kaki
kubik per hari (MMSCFD) pada 2030.

Dwi pun mengatakan bahwa langkah-langkah yang dilakukan SKK Migas


bersama dengan produsen migas atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ini
juga sebagai upaya mencegah terjadinya krisis energi di dalam negeri pada tahun-
tahun mendatang.

"Jadi, 2021 ini adalah sesungguhnya situasi krusial untuk tahun-tahun


mendatang, potensi sangat besar di Indonesia yang bisa dijadikan penopang
kebutuhan energi kita di masa depan," tuturnya kepada CNBC Indonesia (Aisyah
U, 2021).

Di tahun 2030 Indonesia diproyeksikan akan mengalami krisis energi akibat


ketergantungan sumber daya fosil dan batu bara. Minimnya upaya pengembangan
Energi Baru Terbarukan (EBT) pun menjadi sebab mengapa Indonesia diproyeksi
mengalami krisis energi berkepanjangan.

Walau saat ini pemerintah tengah berupaya menghadirkan inovasi baru di


bidang energi, hal itu akan percuma karena fakta di lapangan para pengusaha
energi masih tergiur mengeksploitasi sumber daya fosil dan batu bara. Alasannya
pun sudah bisa ditebak, yang tak lain ialah ongkos produksi energi final (listrik)
jauh lebih murah ketimbang memproduksi EBT.

Namun demikian pemerintah tak putus akal. Kini energi nuklir pun mulai
dilirik untuk mengatasi krisis energi di masa depan. Untuk diketahui bahwa energi
nuklir adalah energi yang dihasilkan dari reaksi antar partikel di dalam inti atom.
Yakni dengan bahan baku uranium dan plutonium.

79
Melalui BATAN dan BAPETAN, Indonesia mulai gencar memperkenalkan
tenaga nuklir kepada masyarakat sebagai pembangkit listrik. Selama ini
kebutuhan akan energi di Indonesia masih bersumber pada sumber daya alam tak
terbarukan. Batu bara pun masih menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar
36%, minyak bumi 33%, gas alam 12%, dan energi terbarukan sebesar 19%.

Gambar 30. Diagram kebutuhan energi di Indonesia.

Hingga kini, Indonesia belum memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir


(PLTN). Beberapa penghambat dalam program PLTN di Indonesia adalah adanya
isu di masyarakat yang menyebabkan kekhawatiran dan keraguan. Pertama, ialah
dari faktor keselamatan, dampak penanganan limbah nuklir, dan radiasi yang
dihasilkan.

Meskipun belum memiliki PLTN, pemanfaatan energi nuklir di Indonesia


hanya digunakan sebagai bahan penelitian. Jumlah PLTN-nya pun hanya 3 unit,
yakni reaktor Kartini berdaya 100 KWth berada di Yogyakarta, reaktor Bandung
berdaya 2 MWth, dan reaktor G. A Siwabessy berdaya 30 MWth terletak di
Serpong.

Energi listrik yang bersumber dari PLTN kian lama mulai dilirik oleh
berbagai negara. Dalam Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT), terdapat 5 negara
yang diperbolehkan memiliki nuklir yaitu Perancis, Republik Rakyat Tiongkok,
Uni Soviet (Rusia), Britania Raya, dan Amerika Serikat.

80
Melalui NPT juga diharapkan dapat mencegah penyebaran senjata nuklir serta
mendorong pemanfaatan energi nuklir secara damai (Anisatul U, 2021).

L. Ketahanan Energi di Indonesia

Permasalahan yang sangat besar yang juga dihadapi umat manusia pada
saat ini ialah energi. Untuk menghadapi krisis energi akibat meningkatnya
konsumsi dunia, maka perlu berbagai upaya dalam mewujudkan ketahanan energi.
Menurut Nugroho (2014), ketahanan energi (energy security) dirumuskan melalui
indikator 4A: 1) bagaimana ketersediaan fisiknya (availability), 2) bagaimana
kemudahan mendapatkannya (accessibility), 3) bagaimana keterjangkuan
harganya (affordability), serta 4) bagaimana/seberapa kualitasnya yang dapat
diterima (acceptability). Secara umum ketahanan energi juga digambarkan
melalui dua elemen bauran energi (energy mix) serta keberlanjutan (sustainability)
dari sistem penyediaan-permintaan energi yang ada.

Ketahanan energi Indonesia berada dalam kondisi kritis. Bila keadaan ini
tidak diperbaiki, keinginan atau rencana untuk menjadi salah satu negara dengan
ekonomi terkuat di dunia akan sulit terwujud. Begitu pula, ketahanan nasional
Indonesia kedepan akan terganggu.

Ekonomi Indonesia yang terus tumbuh telah meningkatkan permintaan


terhadap energi. Kedepan, tidak terdapat jaminan bahwa kebutuhan energi
tersebut akan dapat dipasok. Sekarang “Ketahanan Energi” Indonesia berada
dalam situasi yang sulit, sebagai diungkapkan oleh beberapa survei internasional
maupun seperti ditampakkan oleh indikator 4A&S.

Dari segi ketersediaan (availaibility) energi, permasalahan yang dihadapi


adalah:

 Produksi minyak bumi terus menurun


 Rasio penemuan cadangan/produksi rendah
 Ketergantungan impor energi membesar
 Masih luasnya paradigma Indonesia kaya energi

81
 Belum membangun cadangan strategis
 Upaya eksplorasi energi diluar negeri sangat kurang
 Proporsi batubara yang diekspor terlalu besar
 Besarnya proporsi ekspor LNG dan gas bumi serta masih lamanya
keterikatan pada kontrak-kontrak ekspor jangka Panjang
 Besar/kuatnya tarikan permintaan terhadap energi Indonesia dari sumber-
sumber diluar negeri

Dari sisi “keterjangkauan terhadap pelayanan” (accessibility) terhadap


energi, Indonesia menghadapi permasalahan:

 Masih rendahnya rasio elektrifikasi


 Terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber-sumber energi lain
seperti gas bumi
 Masih buruknya akses terhadap energi bagi penduduk ditempat-tempat
terpencil, pulau kecil dan wilayah-wilayah perbatasan dengan negara
lain.

Indonesia juga mengahadapi permasalahan “kemampuan membayar”


(affordability) energi, ditunjukkan antara lain oleh fakta:

 Sebagian anggota masyarakat tak mampu membayar harga energi


 Kemampuan pemerintah untuk menyediakan energi dalam jangka
panjang terbatas, khususnya untuk menyediakan “Subsidi Energi”
 “Ketidakadilan” (inequality) energi, baik secara regional maupun
kelas ekonomi

“Acceptability” menyangkut penerimaan terhadap mutu energi dan


bagaimana cara energi disediakan ke masyarakat. Tantangan yang dihadapi
adalah:

 Mutu pelayanan listrik ke masyarakat yang masih rendah


 Mutu bahan bakar yang dipasok atau digunakan yang belum baik
 Cara penyediaan energi (eksplorasi, eksploitasi, distribusi, dll) yang
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan

82
Tantangan dari aspek sustainability terutama berkaitan dengan masih
sangat tergantungnya penyediaan energi Indonesia dari sumber-sumber bahan
bakar fosil, yang bersifat tak terbarukan (non-renewable). Selain itu, ketahanan
energi Indonesia juga menghadapi permasalahan:

 Biaya penyediaan energi yang mahal


 Penggunaan energi yang belum efisien, upaya konservasi energi yang
masih lemah.

Seiring dengan pertumbuhan konsumsi energinya, Indonesia menghadapi


berbagai tantangan atau permasalahan ketahanan energi sebagaimana
ditampakkan pada semua indicator ‘4A dan S” tersebut. Dari segi “availability”
telah terjadi penurunan kemampuan produksi atau ancaman pada kemampuan
menyediakan energi dari sumber-sumber dalam negeri (khususnya minyak bumi),
sedangkan impor minyak dan LPG (liquefied petroleum gas) terus meningkat.
“Accesibility” yang belum baik ditunjukkan antara lain dengan rendahnya rasio
elektrifikasi serta terbatasnya jangkauan pelayanan gas bumi, bahkan bahan bakar
minyak (BBM). Permasalahan “Acceptability” ditunjukkan antara lain dengan
banyaknya keluhan mengenai pelayanan kelistrikan. Permasalahan
“Affordability” tidak saja menyangkut kemampuan masyarakat untuk membayar
harga energi, namun juga kemampuan pemerintah untuk menyediakan energi
dikaitkan dengan “subsidi” yang disediakannya. Tantangan dari sisi bauran energi
(energy mix) adalah sangat tingginya ketergatungan pada bahan bakar fosil,
khususnya minyak bumi. Ketergantungan berlebihan pada bahan bakar fosil juga
mengancam keberlanjutan (sustainability) sistem penyediaan-pemanfaatan energi
di Indonesia.

M. Konservasi Energi

Peningkatan kebutuhan energi meningkat seiring dengan peningkatan


jumlah penduduk. Secara global, suplai energi semakin menipis dikarenakan
belum banyak eksplorasi-eksplorasi baru dari sumber energi tidak terbarukan.
Peningkatan jumlah penduduk dan penipisan suplai energi memiliki

83
kecenderungan berbanding terbalik, maka diperlukan upaya-upaya solutif dalam
menangani keterbatasan energy (Samudro, 2016).

Penggunaan energi dari sumber energi tidak terbarukan menyebabkan


peningkatan emisi gas buang baik dari kegiatan domestik maupun non-domestik,
sehingga meningkatkan kontribusi pada pemanasan global atau global warming.
Jika kita memperoleh energi dari sumber-sumber energi tidak terbarukan
menggunakan teknologi konvensional, kita akan merilis tambahan CO2,
memperburuk kerusakan lingkungan, dan mempercepat perubahan iklim global
(Logan, 2008). Pemenuhan energi listrik didapatkan dari penggunaan bahan bakar
minyak melalui generator/turbin listrik. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak
lingkungan khususnya pencemaran udara dikarenakan adanya emisi CO2 dari
pembakaran bahan bakar minyak (Samudro dkk, 2014).

Kebutuhan energi Indonesia ditopang oleh sektor migas, khususnya


minyak bumi, batubara dan gas alam. Kilang minyak bumi menghasilkan
beberapa produk seperti bensin (pertamax dan premium) dan solar (pertadex dan
biosolar), yang banyak dipergunakan sebagai bahan bakar utama aktivitas
kendaraan, domestik dan nondomestik. Sedangkan batubara, banyak dipergunakan
sebagai bahan bakar utama dalam pembangkit listrik. Selain minyak bumi dan
batubara, gas alam juga banyak dipergunakan sebagai bahan bakar utama
domestik dan non-domestik, serta sebagian untuk transportasi. Berdasarkan
supply and demand minyak bumi, batubara dan gas alam, supply batubara dan gas
alam masih lebih besar dibandingkan demand. Hal ini dikarenakan fungsi
batubara dan gas alam seperti contoh yang tersebut diatas. Oleh karena itu, saat ini
Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor batubara dan gas alam terbesar di
dunia (Samudro, 2016).

Penggunaan bahan bakar dari minyak bumi, batubara dan gas alam
menghasilkan emisi gas buang berupa karbondioksida (CO2), karbonmonooksida
(CO), sulfit/sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan sejumlah unsur atau
senyawa lain berupa logam berat lainnya. Perhatian parameter utama sebagai
indikator pencemar khususnya penyebab global warming adalah karbondioksida

84
(CO2). Karbondioksida terperangkap dalam atmosfer bumi, yang menyebabkan
radiasi matahari terjerap, sehingga memunculkan fenomena smog atau
lapisan/layer yang terdiri dari gabungan asap dan kabut (asbut) yang mengandung
karbondioksida (CO2) dan pencemar-pencemar lainnya (Samudro, 2016).

Menurut sumber dari U.S. Energy Information Administration,


International Energy Statistics (2011) mengenai Energy Profile of Indonesia,
didapatkan informasi mengenai sumber-sumber energi Indonesia, yang terdiri dari
petroleum/minyak bumi dengan proporsi penggunaan sebesar 30%, coal/batubara
sebesar 22%, biomass & renewable sebesar 29% dan natural gas sebesar 19%.
Kontribusi Indonesia terhadap emisi karbondioksida terbilang cukup besar, karena
mencapai peringkat ketiga bersama Australia, Timur Tengah, sebagian Asia
Timur, sebagian Eropa, Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Kanada. Secara
kuantitatif, nilai kontribusi Indonesia terhadap emisi karbondioksida sebesar
2,32ton CO2/jiwa dengan perbandingan masih lebih kecil dibandingkan kontribusi
dunia terhadap emisi karbondioksida sebesar 4,9ton CO2/jiwa. Apabila nilai emisi
karbondioksida tersebut dikonversi ke satuan ˚C, dengan asumsi dasar 1 ton CO 2,
meningkatkan suhu sebesar 0,0000000000015 ˚C, maka nilai suhu dapat
diperkirakan sebesar 0,00084 ˚C, yang merupakan kontribusi Indonesia terhadap
kenaikan suhu global dunia. Nilai suhu tersebut sangatlah kecil, tetapi Indonesia
telah merasakan dampakdampak negatif dari perubahan suhu tersebut. Oleh
karena itu, Indonesia tetap harus memiliki strategi menurunkan emisi
karbondioksida per kapita, sebagai kontribusi terhadap penyelamatan lingkungan
dunia dari dampak global warming. Secara global, kenaikan suhu dapat diprediksi
hingga mencapai sebesar 1 ˚C pada tahun 2040, dengan nilai kontribusi Indonesia
terhadap kenaikan suhu global sebesar 0,024˚C. Nilai tersebut terhitung besar dan
dapat diprediksi dampak-dampak negatif dari perubahan suhu tersebut ke
depannya (Samudro, 2016).

Pemanfaatan energi dengan lebih efisien dapat dicapai salah satunya


melalui Konservasi energy. Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana,
dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta

85
meningkatkan efisiensi pemanfaatannya (PP RI No.70 tahun 2009). Konservasi
energi juga bisa dikatan sebagai pengguanaan energi dengan efisiensi dan rasional
tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan.
Upaya konservasi energi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, mulai dari
pemanfaatan sumber daya energi sampai pada pemanfaatan terakhir, dengan
menggunakan teknologi yang efisien, dan membudayakan pola hidup hemat
energy (Humas UGM, 2005). Tujuan konservasi energi adalah untuk memelihara
kelestarian suber daya alam yang berupa sumber energi melalui kebijakan
pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien, rasional dan bijaksana
untuk mewujudkan kemampuan penyediaan energi, penggunaan energi secara
efisien dan merata serta kelestarian sumber-sumber energi (Keppres RI No.43
tahun1991).

Dewasa ini, pengembangan teknologi konservasi energi telah banyak


ditingkatkan dalam rangka untuk mencapai produk teknologi yang ramah
lingkungan. Pengembangan energi dominan terjadi pada non-bioteknologi,
walaupun secara kenyataan masih terdapat banyak usaha-usaha dalam
pengembangan bio-teknologi sebagai dasar teknologi konservasi energi walaupun
jumlahnya masih sangat sedikit. Hal inilah yang menunjukkan semakin
melambatnya pengembangan dalam teknologi konservasi energi berbasis energi
terbarukan. Pengembangan teknologi konservasi energi ini perlu dikembangkan
secara optimal, karena dampak yang muncul lebih ringan pada beban
lingkungannya dibandingkan teknologi konservasi energi berbasis teknologi
energi takterbarukan. Penggunaan teknologi berbasis jasad renik/mikroba menjadi
solusi terbaik saat ini, dikarenakan pemanfaatannya tidak menimbulkan dampak
lingkungan yang buruk, melainkan memberikan kontribusi adaptasi dan mitigasi
(Samudro dkk., 2014).

Dalam rangka menciptakan teknologi-teknologi penghasil energi ramah


lingkungan dan dapat diperbaharui, maka perlu diketahui jenis-jenis teknologi
yang telah dikembangkan saat ini, meliputi pembuatan bio-etanol dan bio-solar
melalui proses fermentasi dan lanjutannya, biodigester yang menghasilkan biogas,

86
pupuk cair dan kompos, destilasi bertingkat yang merubah plastik menjadi
premium dan minyak tanah, dan lain sebagainya. Secara umum, renewable energy
technologies terdiri dari solar energy dengan teknologi solar cell/sel surya,
hydropower energy dengan teknologi turbin air pembangkit listrik baik air yang
berasal dari laut maupun air permukaan, geothermal energy dengan teknologi
geothermal power plant, wind energy dengan teknologi wind turbine/turbin kincir
angin dan biomass energy dengan teknologi konversi biomassa (Samudro, 2016).

Masing-masing teknologi yang bersumber dari alam ini memiliki


kelebihan dan kekurangan, namun secara prinsip bahwa teknologi dari alam ini
lebih ramah lingkungan yang sekaligus menjadi salah satu kelebihannya,
sedangkan kekurangan utamanya terletak pada biaya investasi dan biaya
pelaksanaannya yang masih tergolong tinggi. Oleh karena itu, perkembangan
teknologi saat ini telah meluas pemanfaatannya, khususnya energi yang
bersumber dari biomassa. Teknologi konversi biomassa ini dapat menjadi mahal
investasi dan biaya pelaksanaannya, apabila tidak diketahui teknik atau cara atau
metode tepat dalam pengoperasian dan pemeliharaannya. Kompetisi dalam
pengembangan teknologi konversi biomassa ini semakin banyak akhir-akhir ini,
walaupun cenderung melambat seiring stagnasi perkembangan dan pemanfaatan
teknologi yang ada (Samudro, 2016).

Penggunaan teknologi berbasis jasad renik/mikroba menjadi salah satu


pengembangan teknologi konversi biomassa dalam hal ini biomassa dari
mikroorganisme. Selain teknologi microbial konvensional, pembangkit energi
dengan teknologi microbial lanjutan/advanced sedang terus dikembangkan untuk
mendapatkan energi ramah lingkungan dan pemanfaatannya meluas, serta dapat
diterapkan pada segala kondisi. Teknologi microbial lanjutan atau teknologi
microbial masa depan, diantaranya adalah Microbial Fuel Cells (MFCs) dengan
turunanturunannya (seperti Soil-based MFCs, Plant MFCs, Microbial Solar Cells,
dan Phototrophic Biofilm MFCs), Microbial Electrolysis Cells (MECs), dan
Microbial Electrosynthesis Cells (MECs), serta perkembangan modifikasi MFCs
lainnya (Samudro, 2016).

87
Gambar 31. Microbial Fuel Cell

Microbial Fuel Cells (MFCs) adalah bioreaktor yang mengubah energi


kimia dari senyawa organic menjadi energi listrik melalui reaksi katalitik
mikroorganisme (bantuan mikroorganisme/bakteri) dalam kondisi anaerob.
Microbial fuel cell (MFC) adalah salah satu metode menghasilkan energi yang
terbarukan. Secara umum sistem microbial fuel cell dioperasikan dalam suatu
reaktor anaerob dan dilengkapi dengan elektroda anoda dan elektroda katoda
dimana ruang anoda berisi substrat dan bakteri. Substrat yang merupakan
makanan bakteri ini kemudian digunakan oleh bakteri untuk menjalankan
aktivitasnya yang akan menghasilkan beberapa produk yang salah satunya adalah
elektron yang melalui anoda kemudian dialirkan ke katoda melalui sirkuit
eksternal. Aliran elektron inilah energi listrik yang dihasilkan. kemudian elektron
pada ruang katoda bersama dengan proton (ion H+) akan bereaksi dengan oksigen
dan menghasilkan air (Logan, 2008).

Prinsip kerja sistem MFC adalah bakteri pada reactor memproduksi


elektron kemudian dipindah ke anoda dan dialirkan ke katoda yang disambungkan
oleh perangkat konduktivitas untuk menghasilkan listrik yang dapat menjalankan
alat. Sistem ini akan memanfaatkan hasil metabolisme mikroorganisme.
Mikroorganisme akan melakukan metabolisme dengan mengurai substrat menjadi
hidrogen (H2) dan oksigen (O2). Hidrogen merupakan bahan baku yang digunakan
untuk reaksi reduksi dengan oksigen, sehingga melepaskan electron pada anoda
sebagai sumber arus listrik. Elektron yang dihasilkan ditransfer melalui sirkuit

88
eksternal dari anoda menuju katoda yang didalamnya terdapat larutan elektrolit
sebagai aseptor elektron sehingga menimbulkan tegangan listrik. Secara garis
besarnya mekanisme prosesnya adalah substrat dioksidasi oleh bakteri, kemudian
menghasilkan elektron dan proton pada anoda. Elektron ditransfer melalui kabel
sirkuit eksternal, sedangkan proton didifusikan melalui membran penukar proton
(PEM) menuju katoda. Proton (ion H+) dan elektron dalam katoda selanjutnya
akan bereaksi dengan oksigen membentuk air (H2O) (Logan, 2008).

Efisiensi Energi dan Konservasi Energi Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menurut Mutia (2018), Efisiensi energi sangat berhubungan erat dengan


konservasi energi. Meski keduanya adalah sama-sama upaya penghematan energi,
namun keduanya berbeda. Konservasi energi itu terkait sikap atau prilaku
(behavior) untuk memakai lebih sedikit energi namun tetap rasional. Sedangkan
efisiensi energi terkait dengan penggunaan energi yang lebih sedikit untuk
mendapatkan manfaat yang sama atau bahkan lebih, atau menggunakan energi
yang sama namun menghasilkan manfaat yang lebih. Ambil contoh sederhana:

Tabel 1. Contoh efisiensi penggunaan energi dalam kehidupan sehari-


hari.

Menurut Mutia (2018), ada beberapa contoh tindakan konservasi energi dalam
Kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut :

89
Tabel 2. Contoh Tindakan konservasi energi dalam kehidupan sehari-
hari.

Menurut Mutia (2018), ada beberapa contoh tindakan efisiensi energi dalam
Kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Contoh Tindakan efisiensi energi dalam kehidupan sehari-hari.

90
DAFTAR PUSTAKA

Ahzara, Mutia. 2018. Environment Indonesia : Efisiensi Energi dan Konservasi


Energi (Online). https://environment-indonesia.com/efisiensi-energi/.
[Diakses 21 Februari 2021].

Anonim. 2016. Konservasi Lingkungan (Online).


https://sobatmateri.com/konservasi-lingkungan/#:~:text=Konservasi
%20lingkungan%20adalah%20upaya%20pelestarian,lingkungan%20untuk
%20pemanfaatan%20masa%20depan. [Diakses Pada Tanggal 23 Februari
2021]

Anonim. 2020. Apa Saja yang Termasuk Energi Terbarukan? (Online).


https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/18/120000969/apa-saja-
yang-termasuk-energi-terbarukan-?page=all. [Diakses 22 Februari 2021].

Anonim. 2020. Kekurangan dan Kelebihan Bahan Bakar Fosil (Online).


<https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/kekurangan-dan-kelebihan-bahan-
bakar-fosil/amp#aoh=16139756746492&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s >. [Diakses 22
Februari 2021].

Anonim. 2020. Macam-macam energi Tak Terbarukan (Online).


<https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/18/080000969/macam-
macam-energi-tak-terbarukan?page=all>. [Diakses 22 Februari 2021].

Anonim. 2020. Outlook Energi Indonesia 2020 ed Dampak Pandemi COVID-19


terhadap sector Energi di Indonesia. Jakarta: Pusat Pengkajian
Industri Proses dan Energi.

Anonim. 2020. Sumber Energi tak Terbarukan. Zenius (Online).


<https://www.zenius.net/prologmateri/fisika/a/1034/sumber-energi-tak-
terbarukan>. [Diakses 22 Februari 2021].

91
Anonim. 2021. “Mengapa Indonesia Belum Memiliki Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir? (Online).<https://bitjournal.id/mengapa-indonesia-masih-belum-
memiliki-pembangkit-listrik-tenaga-nuklir-pltn>. [diakses pada 22
Februari 2021].

Anonim. 2021. Dwi Soetjipto Beberkan Jurus SKK Migas Adang Krisis Energi
(Online). <https://www.cnbcindonesia.com/profil/20210112131558-41-
215310/dwi-soetjipto-beberkan-jurus-skk-migas-adang-krisis-energi>.
[diakses pada 22 Febaruari 2021].

Anonim. MANFAAT ENERGI TERBARUKAN (Online)


<https://www.rumah.com/panduan-properti/mengenal-energi-terbarukan-
manfaat-dan-cara-menggunakannya-27421>. [Diakses 22 Februari 2021].

Eddy, W., Budy, H., dkk. 2018. Pengujian Sistem Konversi Energi Suara menjadi
Energi Listrik menggunakan Piezoelektrik . echné Jurnal Ilmiah
Elektroteknika. 2018. 17(1) : 59 -67.

Humas UGM. 2005. Konservasi Energi Dalam Penyediaan Energi Nasional


(Online). https://www.ugm.ac.id/id/berita/1057-konservasi-energi-dalam-
penyediaan-energi-nasional. [Diakses 21 Februari 2021].

I Gede Bawa, S., I Made, S. 2017. Konversi Energi Biomassa Kotoran Sapi
Melalui Rancangan Biodigester Untuk Rumah Tangga. Jurnal Logic.
2017. 17(3) : 1-8.

Logan, Bruce E. 2008. Microbial Fuel Cells. United States of America: WILEY-
INTERSCIENCE John Wiley & Sons, Inc.

Pemerintah Indonesia. 1991. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 43


Tahun 1991 Tentang Konservasi Energi. Lembaran RI Tahun 1991 No.43.
Jakarta: Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


70 Tahun 2009 Tentang Konservasi Energi. Lembaran RI Tahun 2009
No.70. Jakarta: Sekretariat Negara.

92
Ramli Utina dan Dewi Wahyuni K. Baderan. 2009. Ekologi dan Lingkungan
Hidup. Gorontalo : Penerbit UNG Press.

Renoz. 2020. MANFAAT ENERGI BAHAN BAKAR FOSIL (Online).


<https://brainly.co.id/tugas/32138196#:~:text=Ada%20Beberapa
%20Manfaat%20Dari%20Bahan%20Bakar%20Fosil%20Diantaranya
%2CYaitu...&text=Sebagai%20Bahan%20Bakar%20Pesawat
%2CPesawat,Bahan%20Bakar%20Berupa%20Batu%20Bara>. [Diakses
22 Februari 2021].

Samudro, Ganjar. 2016. Konservasi Energi Berbasis Renewable Energy


Technology Dengan Pemanfaatan Teknologi Microbial. Jurnal
PRESIPITASI.. 13(2): 57-65.

Santoso, Rio., dkk. 2019. KLIMATOLOGI PERTANIAN. Bandar Lampung:


Pusaka Media.

U.S. Energy Information Administration. 2011. International Energy Statistics :


Energy Profile of Indonesia (Online).
http://www.eoearth.org/view/article/152501. [Diakses 21 Februari 2021].

Widodo, W. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ENERGI BARU DAN


TERBARUKAN (Online).
<https://mahasiswaenergiite.wixsite.com/energiitera/post-1/kelebihan-dan-
kekurangan-energi-baru-dan-terbarukan>. [Diakses 22 Februari 2021].

Wiryono. 2013. Pengantar Ilmu Lingkungan. Bengkulu: Pertelon Media.

93

Anda mungkin juga menyukai