DIBUAT OLEH :
NAMA : Salindri Eliyasa
NIM : 1962201079
Analisa Penggunaan Good Corporate Governance ( GCG ) Pada Perusahaan Go Public Yang
Terdaftar Pada BEI ( Bursa Efek Indonesia )
PT.Kino Indonesia
Oleh :
Salindri Eliyasa
ABSTRAKSI
Pada dasarnya prinsip Good Corporate Governance (GCG) meliputi lima komponen utarna yaitu
1. fairness (kewajaran),
2. transparancy (keterbukaan informasi),
3. accountability (dapat dipertanggun jawabkan),
4. independency (independen)
5. responbility (tanggung jawab).
Good Corporate Governance (GCG) semakin penting bagi perusahaan, yakni sebagai alat kontrol
manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan yang sehat. Tujuan pembuatan analisa mengenai
Good Corporate Govermance pada perusahaan go public ini merupakan dasar langkah peninjauan
dalam pengelolaan menejement yang didasarkan pada kinerja perusahaan yg sesuai dengan kriteria
yang sehat.
Hal ini juga dibutuhkan untuk meminimalkan penyalahgunaan wewenang , karena prinsip-prinsip
dalam implementasi governance yang baik akan mencegah kemungkinan dilakukannya rekayasa oleh
pihak-pihak terkait. Serta dapat memberikan keuntungan bagi pemegang saham dan negara karena
penerapan governance yang baik akan meningkatkan nilai saham perusahaan. .
PENDAHULUAN
ANALISA
PT KINO INDONESIA .Tbk
Pada dasarnya perusahaan PT.Kino Indonesia sudah ditetapkan sebagai perusahaan dengan emiten
teratas dengan skor Corprate Governance tertinggi tahun 2016. Dengan acuan penilaian berdasarkan :
Dalam hal ini perusahaan PT.KINO INDONESIA menyebarkan dengan gamblang tanggung jawab
yang dikerjakan perusahaan yang dilangsir langsung pada website resmi milik perusahaan yaitu
www.kino.co.id
Dalam pencatatannya PT. Kino Indonesia menjelaskan tanggung jawabnya untuk memberikan
rekomendasi kepada Dewan Komisaris, termasuk namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut :
1. Terkait Fungsi Nominasi
a. Menyusun dan memberikan rekomendasi mengenai kebijakan, kriteria, serta
prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris dan
Direksi, kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS;
b. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai:
(i) komposisi jabatan anggota Direksi, dan/atau Dewan Komisaris sesuai
dengan kebutuhan Perseroan;
(ii) kebijakan dan kriteria yang diperlukan dalam proses Nominasi;
(iii) kebijakan evaluasi kinerja anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris,
Komite Komisaris;
c. Memberikan rekomendasi mengenai calon anggota Dewan Komisaris dan/atau
Direksi kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS Perseroan;
d. Membantu Dewan Komisaris dalam melakukan penilaian kinerja anggota Dewan
Komisaris dan/atau anggota Direksi berdasarkan tugas dan tanggung jawab
masing-masing anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi sebagai
bahan evaluasi.
2. Terkait Fungsi Remunerasi
a. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai:
(i) Struktur, kebijakan, dan besaran remunerasi bagi Dewan Komisaris dan
anggota Direksi;
(ii) Struktur, kebijakan, dan besaran remunerasi bagi anggota komite;
(iii) Struktur, kebijakan, dan besaran remunerasi bagi pejabat senior Perseroan
(bila diperlukan).
b. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi dan implementasinya;
c. Membantu Dewan Komisaris melakukan penilaian kinerja anggota Direksi
3. Komite wajib memastikan bahwa kebijakan remunerasi setidaknya memperhatikan:
a. Kinerja keuangan dan pemenuhan cadangan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Prestasi kerja individual;
c. Kewajaran pada industri sejenis; dan
d. Pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang Perseroan.
4. Dalam hal anggota Komite memiliki benturan kepentingan dengan usulan yang
direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut wajib diungkapkan adanya benturan
kepentingan serta pertimbangan-pertimbangan yang mendasari usulan tersebut.
5. Mengevaluasi dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris atas
kebijakan ketenagakerjaan dan fungsi manajemen sumber daya manusia yang
mengandung risiko-risiko yang berdampak signifikan pada perusahaan termasuk
pertumbuhan Perseroan di masa yang akan datang.
6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi Perseroan yang diperoleh
masing-masing anggota Komite Nominasi dan Remunerasi sehubungan dengan
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
7. Menyusun, mengkaji, dan memberikan masukan kepada Dewan Komisaris untuk
memperbarui Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi, bila diperlukan.
8. Melakukan tugas lainnya yang diperintahkan Dewan Komisaris terkait dengan
pelaksanaan fungsi nominasi dan remunerasi.
PT. Kino Indonesia Tbk, menyertakan laporan keuangan berupa Highlight performance pada tahun
2016 penerbitan laporan keuangan ini disesuaikan pula dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) No. 29/POJK.04/2016. Dengan keterangan sebagai berikut:
Berdasarkan detail laporan yang dijabarkan oleh perusahaan PT. Kino Indonesia,Tbk,penggunaan
metode corporate governance sudah di terapkan secara baik pada public, mulai dari tugas dan
tanggung jawab begitu pula dengan hasil pengauditan laporan keuangan perusahaan tecatat
baik.
Dalam Laporan Tahunannya pula PT Kino Indonesia.Tbk menerangkan perihal pengelolaan
SDM yang memasuki tahap kedua transformasi menuju Talent Management.
Beberapa pengembangan pengelolaan SDM di 2016 di antaranya:
1. Membuat, merevisi, update dan sosialisasi 13 Standard
Operating Procedure (SOP) yang berkaitan dengan Human
Resource Information System (HRIS).
2. Melakukan implementasi HRIS (Human Resource
Information System) untuk 1 bisnis unit baru.
3. Penerapan Performance Appraisal berbasis Key Performance
Indicator (KPI) dan Kompetensi untuk karyawan golongan
IV keatas.
4. Penerapan pengukuran Service Level Agreement (SLA)untuk
mengukur pelayanan di Divisi HRGA kepada karyawan
hal ini dapat menjadi tolak ukur atas keberhasilan perusahaan dalam hal penerapan fungsi GCG
sendiri , PT. Kino Indonesia. Tbk telah menerapakan ke-lima faktor aspek GCG dalam pengelolaan
menejement perusahaan dan dilansir dari situs web pribadi perusahaan yang dapat diakses secara
genaral oleh publik memperlihatkan sejumlah prospek kinerja pada perusahaan yang sehat.
Dilansir dati ikhtisar keuangan sendiri pada highlight point jumlah Net Income To Total Asset sebesar
5,51% pada 2016 dan Net Income To Total Equity sebesar 9,28% dan dilansir pula pada laporan
ikhtisar keuangan pada PT Kino Indonesia Tbk di tahun 2016 mendapatkan hasil perhitungan untuk
Ratio of interestbearing debt to total equity sebesar 0,40 kurang dari 1 , hal ini menunjukan bahwa
hutang/kewajiban perusahaan lebih kecil daripada seluruh aset yang dimilikinya. Maka dari itu PT
Kino Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan aspek GCG dengan baik , dan
memiliki status perusahaan yang sehat dan bersih bagi go public .
TERIMA KASIH