Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.

4,Januari 2014 : 53 - 57

RISIKO BISNIS YANG DIHADAPI STARBUCKS

Dr. H. A. Hussein Fattah, M.M *)

ABSTRAK

Starbucks merupakan perusahaan internasional (MNCs) yang mengantisipasi berbagai risiko.


Starbucks adalah bisnis kedai kopi, teh, dan rempah-rempah yang dipasarkan ke seluruh dunia.
Perusahaan Starbucks tidak hanya mengubah bisnis tetapi juga budaya Amerika dan Starbucks telah
mempengaruhi budaya seluruh dunia.

Kata kunci : Starbucks, risiko strategi, risiko operasional, risiko politik, risiko negara, risiko
teknologi, risiko lingkungan

Pendahuluan Starbucks membuka minuman yang


Sejarah Starbucks dimulai mirip kopi dan mengeluarkan peraturan
pada tahun 1971 ketika Jerry Baldwin, dilarang merokok yang harus dihindari
Zev Siegel dan Gordon Bowker oleh wanita Jepang. Starbucks
memperkenalkan kedai kopi, teh, dan mendapatkan keuntungan pendapatan
rempah yang dinamakan Starbucks dari partner lokal tentang kebiasaan
melalui bisnis di Seattle, Washington meminum kopi di Jepang. Menurut
(Michelli, 2007:2). Pada tahun 1982 sepengetahuan kolega setempatnya,
Howard Schultz yang bekerja dengan Sazaby, tentang kebiasaan orang
Hammarplast bergabung dengan Jepang meminum kopi dan
perusahaan Starbucks sebagai memperkenalkan produk barunya
manager pemasaran berbagai jenis Green Tea Frappuccino, sehingga
kopi dan seluk beluk bisnis kopi. menjadi terkenal.
Starbucks pertama kali Tahun 1998 membuka gerai di
membuka gerai di Vancouver dan Inggris dan memperluasnya di
Chicago pada 1987, sedangkan Switzerland, Jerman, dan Italy.
cabang pertama di luar Amerika Utara Starbucks terus meningkatkan jumlah
terletak di Tokyo Jepang yang dibuka gerainya secara internasional hingga
pada tahun 1996. menjelang 2005 mencapai 10.000
Schultz memperluas gerai gerai.
Starbucks ke Chicago, Los Angeles Berdasarkan uraian di atas,
dan negara-negara maju lainnya. mengingat bertambahnya jumlah gerai
Menjelang tahun 1991 jumlah gerai yang kelola oleh Starbucks, tidak
Starbuck meningkat menjadi 119 dan terlepas pula dari risiko bisnis yang
terdaftar pada pusat penjualan dengan dihadapinya. Oleh karena itu, masalah
harga 17 dolar per bagian. Kemudian dalam tulisan ini adalah apa sajakah
pada tahun 1993 meningkat menjadi risiko bisnis yang dihadapi oleh
145. Tahun 1995 mulai menjual Starbucks.
compact disk (CD) yang terkenal
dengan industri musik, tahun 1996 Risiko Bisnis yang Dihadapi
meluncurkan ice cream dengan Starbucks
penjualan meningkat 6--8 % per tahun. Sebuah perusahaan yang
Starbucks memutuskan untuk bergerak secara internasional tentu
go international produksinya dengan telah mengantisipasi berbagai jenis
menggunakan tiga strategi, yaitu: (1) risiko. Starbucks merupakan
joint ventures, (2) licensing, dan (3) perusahaan internasional (MNCs) juga
wholly owned subsidiaries. Gerai mengantisipasi berbagai risiko,

*) Dosen PNS Dpk pada Universitas Muhammadiyah Palembang 53


Risiko Bisnis Yang Dihadapi Starbucks (Hussein Fattah)

meliputi: risiko strategi, risiko dengan pembuangan sampah


operasional, risiko politik, risiko pada mengurangi perbedaan dan
negara, risiko teknologi, dan risiko penghabisan waktu dengan proses
lingkungan yang akan diuraikan berikut peningkatan. Yang penting untuk
ini. mengarahkan effesiensi global
kebanyakan ditujukan kepada bagian
Risiko Strategi jumlah dan proses yang melibatkan
MNCs khususnya berhadapan dalam produksi, risiko yang paling
dengan jenis-jenis risiko yang tidak besar adalah tidak menerima kualitas
dapat diukur secara kuantitatif. Michael dan standarisasi dalam produksi.
Porter membagi 5 kekuatan dalam Schultz1 mendesak Jerry
persaingan perusahaan, Starbucks Baldwin untuk mengubah Starbucks
menerapkan prinsip itu. Yaitu; (1) menjadi bar espresso dengan gaya
ancaman pengganti, bukan hanya Italia. Setelah perdebatan dan
semata-mata secangkir kopi yang pertengkaran yang panjang, keduanya
dijualnya. Starbucks Jepang menjual menemui jalan buntu. Jerry menolak
minuman yang mirip kopi. Gerai-gerai karena meskipun idenya bagus
lain juga sudah menjual cokelat, es Starbucks sedang terjerumus dalam
krim, teh dan rempah (2) ancaman utang sehingga tidak akan mampu
pendatang baru dalam industri, membiayai perubahan. Schultz pun
walaupun pengalaman sudah matang, bertekad mendirikan perusahaan
Starbucks juga mengantisipasi sendiri. Belajar dari Starbucks, tidak
pendatang baru dalam gerai kopi. (3) mau berutang dan berjuang mencari
kekuatan tawar menawar dari supplier, investor karena menurutnya berutang
(4) kekuatan tawar menawar dari adalah berilusi bahwa pengusaha
pelanggan, Starbucks telah dapat tetap memegang kendali sendiri
mengizinkan untuk menjual kopi padahal tidak. Sedangkan dengan
expresso (khas Italia) setelah bekerja pada pemegang saham
melakukan berbagai bujukan karena perusahaan justru dapat bertumbuh
keinginan pelanggan,(5) intensitas dan melakukan inovasi. Schultz
persaingan dalam industri. Perusahaan menyadari pentingnya berjuang
Starbucks merupakan bisnis gerai kopi dengan investor, sekalipun akan lebih
dunia yang belum ada tandingannya. banyak tekanan daripada bekerja
Pesaingnya belum kelihatan. Pesaing sendiri, dalam membesarkan
baru sebatas minuman tapi lain Starbucks.
jenisnya, seperti coca cola, dan pepsi.
Keputusan strategis sebuah Risiko yang terjadi dalam
perusahaan untuk merespon 5 operasional perusahaan, terjadinya
kekuatan sebagai sumber risiko. perseli-sihan dalam tubuh perusahaan
Starbucks telah menerapkan strategi Starbucks.
itu.
Risiko Politik
Risiko Operasional Risiko politik menunjukkan
Risiko operasional muncul dari gerak dari politik yang mempunyai
faktor internal dalam perusahaan pengaruh negatif pada nilai
seperti kerusakan pada mesin, perusahaan. Proses pembangunan
perselisihan dalam industri,
penyediaan dan pendistribusian yang 1
http://www.swa.co.id/sekunder/resensi/pemasaran/
tidak sempurna. Pengurangan harga strategi/details.php?cid=5&id=47, diakses: 4 Januari 2008

54
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.4,Januari 2014 : 53 - 57

menyebabkan masalah dan dampak Starbucks Corporation4 go


kerjasama antar faktor politik dan public pada Juni 1992, pada hari
pendapatan bisnis yang dinamakan pertama perdagangan, sahamnya
analisis risiko politik. Risiko politik tidak ditutup pada $21,50—naik dari harga
mengurangi pada negara berkembang. pembukaan $17. Bukan hanya jaringan
Risiko politik terjadi pada ekonomi CEO saja yang disorot; pengecer kopi
industri yang tinggi. Sementara makro ini akhirnya berhasil untuk ke liga
- dalam risiko politik seperti terjadinya besar. Tetapi bukannya menumpuk
perang dan dampak usaha anti global keuntungan, Shultz justru memutuskan
pada semua nilai perusahaan di dalam untuk menyerahkannya sebagian pada
negara, mikro- dalam risiko politik karyawan dalam bentuk saham.
seperti regulasi yang jelas merupakan Sementara perusahaan lain hanya
dampak industri pada nilai perusahaan menawarkan sahamnya pada jajaran
dengan industri yang berlawanan. eksekutif senior utama, Shultz
Ketika seorang Dr. Yusuf menawarkannya pada siapa pun yang
Qardhawi2 mengeluarkan fatwa boikot bekerja di perusahaan selama 20 jam
dan mengharamkan umat Muslim per minggu atau lebih, termasuk yang
membelanjakan uangnya membeli berdiri di belakang konter di kedai
produk zionis (di antaranya Starbucks) Starbucks lokal.
di bulan November 2000, maka nyaris Para pemimpin Starbucks
serentak dunia Islam menyambutnya berkeyakinan bahwa membangun
dengan gempita. Aksi boikot bergaung budaya dengan keterlibat seluruh
ke seluruh dunia. Alasan fatwa boikot, karyawan dalam kepemilikan saham
karena Howard Shultz pimpinan akan dapat maju secara bersama-
Starbucks adalah pendukung dan sama. Tentunya perusahaan telah
penyandang dana aktif zionisme mengantisipasi risiko yang kan terjadi.
melawan Palestina. Sebagian Hasil laporan keuangan
keuntungan gerai Starbucks untuk September 2000 — September 2002,
dana zionisme3. Sikap Shultz pendapatan terus meningkat, yaitu
mengabaikan pernyataan yang tanpa $2,169,20 millions pada September
bukti karena anti Palestina dan tidak 2000 dan menjadi $3,288,90 juta pada
mempedulikan pernyataan-pernyataan September 2002. Sedangkan jumlah
tersebut.Operasi Starbucks di Israel pendapatan bersihnya (total net
ditutup pada tahun 2003. income) terus meningkat dari $94,60
juta pada September 2000 menjadi
Risiko pada Negara $215,10 juta pada September 2002
Risiko pada negara merupakan (kenaikannya sebesar 127,38%
konsep yang paling besar untuk selama dua tahun).
mengulang keadaan ekonomi, Kemajuan yang diperoleh
kebijakan pemerintah, kondisi politik, Starbucks, sampai tahun 2002
faktor keuangan. Tantangan yang di memang perlu dibanggakan. Namun,
analisis pada risiko luar negari tahun-tahun setelah itu, dengan risiko
merupakan faktor keseluruhan dari politik di Israel, dan perselisihan dalam
risiko. tubuh Starbucks sendiri perlu perhatian
khusus. Starbucks harus
berpandangan jauh ke depan
2
menghadapi risiko ini.
http://www.inminds.co.uk/boycott-starbucks.html,
diakses: 3 Januari 2008.
3 4
http://www.eramuslim.com/berita/tha/45aae221.htm, Joseph A. Michelli. The Starbucks Experience. (Jakarta:
diakses: 6 Januari 2008. Esensi Erlangga Group, 2007). p. 8.

55
Risiko Bisnis Yang Dihadapi Starbucks (Hussein Fattah)

oleh perusahaan; (2) risiko pada


Risiko Teknologi lingkungan dalam manajemen harus
Risiko teknologi artinya mungkin memberikan bantuan dalam waktu
efek dari perlawanan bisnis yang cepat seperti risiko yang harus
berdasarkan seperti keuangan dalam dihadapi oleh manajemen perusahaan
teknologi yang ada, harga penetapan tetapi dalam pelaksanaannya harus
yang terbaru, kegagalan dalam jelas yang dapat menjadikan sumber
teknologi baru, perhatian keamanan keuntungan dalam persaingan dan
dalam transaksi. dapat mempertinggi prospek kerja
Starbucks5 berhasil mendobrak sama.
kebiasaan-kebiasaan orang Indonesia Dalam pernyataan misinya,
dalam menikmati kopi, karena pemimpin Starbucks7 telah
kecanggihannya dalam meramu kopi. berkomitmen untuk “menyediakan
Tidak banyak orang Indonesia yang sebuah lingkungan kerja yang hebat
memahami kopi dan cara minumnya dan memperlakukan satu sama lain
yang benar. Tetapi karena prestise, dengan penuh rasa hormat dan
orang rela mengeluarkan puluhan ribu bermartabat”.
rupiah untuk segelas kopi ini. Starbucks8 membayar lebih
Starbucks juga harus besar dari upah yang pada umumnya
mengantisipasi tentang teknologi berlaku di restoran dan toko eceran,
pengolahan kopi, tetap seperti itu, atau dan dengan menawarkan tunjangan
mengubah teknologi baru jika yang tidak dijumpai dimanapun.
pelanggan bertambah. Bahan baku Starbucks mengharapkan akan
juga harus diantisipasi. menarik orang-orang berpendidikan
Farah Milda6, Manajer baik dan ingin sekali
Pemasaran Starbucks di Indonesia mengomunikasikan gairah pada kopi.
menyatakan, bahwa perusahaan ini Kepedulian Starbucks cukup
tidak bersentuhan langsung dengan tinggi terhadap pencemaran
para petani kopi, tetapi membeli kopi lingkungan, terbukti dengan cangkir
yang terbaik di dunia, termasuk dari dan seluruh sarana pembeli dari kertas
Indonesia, dengan harga lebih tinggi yang mudah didaur ulang dan tidak
30 hingga 40 persen di pasaran kopi mencemari lingkungan.
dunia. Selain itu, Starbucks juga
memberikan pinjaman modal usaha Penutup
untuk 25.000 petani. Starbucks telah menjelma
menjadi sebuah nama tanpa tandingan
Risiko Lingkungan yang hampir menjadi sinonim dari kata
Risiko lingkungan dapat dibagi kopi. Starbucks tidak hanya mengubah
dalam dua bentuk: (1) perusahaan bisnis tetapi juga budaya Amerika dan
mungkin terjadi perselisihan karena Starbucks telah mempengaruhi budaya
telah mengotori lingkungan atau seluruh dunia. Berbagai risiko bisnis
banyak kerusuhan yang terjadi akibat telah diantisipasi dan para pimpinan
dampak lingkungan yang disebabkan Starbucks telah menjalankan misi
mereka sesuai dengan visinya.
5
Kompas, http://www.kompas.co.id/kompas-
cetak/0708/27/jogja/1041580.htm, Senin, 27 Agustus 7
2007, Joseph A. Michelli. The Starbucks Experience. (Jakarta:
diakases: 2 Januari 2008. Esensi Erlangga Group, 2007). p. 11.
6 8
Kompas, http://www.kompas.co.id/kompas- http://www.swa.co.id/sekunder/resensi/pemasaran/
cetak/0708/27/jogja/1041580.htm, Senin, 27 Agustus strategi/details.php?cid=5&id=47, diakses: 8 Januari 2008
2007, diakses: 2 Januari 2008.

56
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 10, No.4,Januari 2014 : 53 - 57

DAFTAR RUJUKAN

http://www.swa.co.id/sekunder/resensi/
pemasaran/strategi/details.php
?cid=5& id=47, diakses 4
Januari 2008

http://www.inminds.co.uk/boycott-
starbucks.html, diakses 3
Januari 2008.

http://www.eramuslim.com/berita/tha/4
5aae221.htm, diakses 6
Januari 2008.

Kompas, http://www.kompas.co.id/
kompas-cetak/0708/27/jogja/
1041580.htm, Senin, 27
Agustus 2007, diakses 2
Januari 2008.

Michelli, Joseph A. 2007. The


Starbucks Experience. Jakarta:
Esensi Erlangga Group.

57

Anda mungkin juga menyukai