Anda di halaman 1dari 260

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN i

DAFTAR ISI

I. TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1


1. Teori Perkembangan Kerohanian Imam Al-Ghazali
2. Teori Perkembangan Maturitas Arnold L Gessel
3. Teori Perkembangan Ekologi Urie Brofenbrenner
4. Teori Perkembangan Kognitif Jean Peaget
5. Teori Perkembangan Kepribadian Erik H Erikson
6. Teori Perkembangan Kepribadian Sigmund Frued
7. Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg
II. PERKEMBANGAN MASA PRENATAL 63
1. Tahap Pembuahan
2. Tahap Janin
III. PERKEMBANGAN MASA POSTNATAL TIGA TAHUN PERTAMA 76
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Psikososial
IV. PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK AWAL 114
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Psikososial
V. PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK TENGAH 128
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Psikososial
VI. PERKEMBANGAN MASA REMAJA 147
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Psikososial
VII. PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL 156
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Psikososial
VIII. PERKEMBANGAN MASA DEWASA PERTENGAHAN 167
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Psikososial
IX. PERKEMBANGAN MASA DEWASA AKHIR 193
1. Perkembangan Fisik

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ii
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Psikososial
X. PERKEMBANGAN AKHIR KEHIDUPAN 218
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Psikososial
XI. METODE PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 245
1. Pendekatan Cross Sectional
2. Pendekatan Longitudinal
3. Pendekatan Sequential
4. Pendekatan Cross Cultur
5. Metode Spesifik (Observasi, Eksperimen, Tes)
6. Metode Etnografi
7. Metode Klinis
XII. PANDUAN OBSERVASI PERKEMBANGAN 252

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN iii


EPISTEMOLOGI PERKEMBANGAN

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari


setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian
dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa),
kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara
kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan
supaya kamu memahami(nya). (Q.S Al-:Mu’min :40:67).

Dari pembahasan tentang Al-Qur’an Surat Al-Mu’min


Ayat 76 di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Allah swt menciptakan manusia dari tanah. Makna ayat


tersebut menurut para mufasir adalah bahwa Allah swt
menjadikan manusia dari sari pati yang berasal dari tanah.
Seorang bapak dan seorang ibu mengonsumsi makanan
yang berasal dari tumbuh – tumbuhan dan binatang.
Tumbuh – tumbuhan hidup dengan mengambil unsur –
unsur yang terdapt dalam tanah. Binatang ternak lalu
memakan tumbuh – tumbuhan tersebut. Sari pati makanan
yang dimakan bapak menjadi sel sperma, sedangkan sari
pati makanan yang dimakan ibu menjadi sel telur. Sel

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN iv
sperma dan sel telur tersebut bertemu dalam rahim
sehingga terjadi pembuahan. Peristiwa itu merupakan awal
dari proses terciptanya manusia.
2. Allah swt menjelaskan bahwa manusia yang diciptakan-Nya
akan mengalami tiga tahap kehidupan, yaitu:
a. Masa kanak – kanak (tiflān);
b. Masa dewasa (asyuddakum);
c. Masa tua (syuyūkhan)
3. Di antara manusia ada yang meninggal pada masa kanak –
kanak, ada yang meninggal pada masa dewasa, dan ada pula
yang meninggal setelah berusia lanjut. Ketentuan mengenai
kapan seseorang meninggal berada di tangan Allah swt
semata.
4. Proses kejadian manusia ini merupakan bahan renungan
dan pemikiran bagi manusia sehingga mereka mau beriman
kepada Allah swt, pencipta seluruh makhluk ini.

Hikmah yang Dapat Diambil


1. Dalam surat Al Mukmin ayat 67 banyak mengandung nilai-
nilai sikap dan perilaku yang utama, seperti dari proses awal
kejadian manusia. Jika direnungkan, betapa rendahnya
manusia yang kejadiannya diawali dari setetes air mani yang
tidak berharga dan pada saatnya diakhiri dengan kematian
yang jasadnya akan menjadi bangkai tidak berharga sama
sekali. Melihat dari proses awal kehidupan dan akhir dari
sebuah kematian tersebut, hikmah yang dapat diambil
adalah sudah seharusnya kita mempunyai sifat rendah hati
dan tidak sombong atau angkuh.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN v
2. Di sisi lain, surat Al Mukmin ayat 67, secara implisit,
menggambarkan proses kejadian manusia yang sangat
mulia dan sebaik-baiknya makhluk ciptaan Allah SWT. Oleh
karena itu, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT,
kita diajarkan untuk selalu mengucapkan
“Alhamdulillahirobbil’alamin” setiap kali kita menerima
nikmat.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN vi
1

BAB I
TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

1. TEORI PERKEMBANGAN KEROHANIAN IMAM AL-GHAZALI

A. Struktur Kepribadian
Menurut Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali, pada
diri manusia terkumpul sekaligus
empat dimensi kejiwaan
Semuanya memiliki berbagai
aspek dengan fungsi dan daya
masing-masing, baik yang
bersifat lahiriah dan dapat
diamati maupun yang batiniah
tak teramati. Adapun dimesni
tersebut yaitu:
1. dimensi ragawi (al-jism),
2. dimensi nabati (al-natiyyah),
3. dimensi hewani (al-hayawaniyyun), dan
4. dimensi insani (al-insaniyyah).
Jiwa dan badan terdiri dari dua dunia yang berbeda, jiwa
berasal dari dunia metafisik, bersifat imaterial, tidak berbentuk
komposisi, mengandung daya mengetahui yang bergerak dan
kekal. Sedangkan badan merupakan substansi yang berasal dari
dunia metafisik, bersifat materi, berbentuk komposisi tidak
mengandung daya-daya dan tidak kekal. Jiwa merupakan sub
sistem jiwa (nafs) yang di dalamnya terdiri dari ruh, akal, dan
kalbu yang semua itu merupakan daya-daya penggerak dan
dapat memengaruhi gerak badan (Riyadi, 2008).
Hubungan antara jiwa, badan dan gerak tingkah laku
manusia mempunyai dua hubungan wujud dan aktivitas.
2

Hubungan wujud jiwa dan badan merupakan hubungan yang


saling membutuhkan karena jiwa diciptakan bukan karena badan
dan jiwa bukan berada dalam badan. Maka, jiwa merupakan
substansi material karena jiwa menempati sebuah bagian. Jadi
hubungan keduanya bersifat horisontal transendental dan pada
akhirnya hubungan keduanya akan terputus dan pada saat
tertentu jiwa dan badan bisa kembali seperti semula dan proses
kejadian semula (Riyadi, 2008).
Sekali lagi, Al-Ghazali memandang eksistensi jiwa adalah
suatu yang utuh. Ia mendukung doktrin-doktrin yang
menyatakan bahwa pusat pengalaman manusia tertumpu pada
jiwanya yang merupakan substansi yang berdiri sendiri karena
jiwa itu mempunyai fungsi dan fakultas-fakultas. Jiwa manusia
tidak terkotak secara terpisah, melainkan menyebar ke seluruh
organ tubuh. Jiwa manusia terdiri atas substansi yang
mempunyai dimensi dan kemampuan merasa untuk bergerak
dengan yakin berupa potensi dasar yang dimiliki jiwa (Riyadi,
2008).
Melihat secara sufistik, Al-Ghazali membagi beberapa
tingkatan kejiwaan. Yaitu;
Pertama, jiwa yang tenang (an-nafs al-mutmainnah)
adalah jiwa yang berada pada perkembangan jiwa tatkala
mendapatkan ketenteraman dan kedamaian karena Tuhan. Al-
Ghazali juga mengutip Al-Quran untuk memperkuat
pendapatnya "wahai jiwa yang muthma'innah kembalilah ke
dalam Tuhanmu, dalam keadaan ridla dan diridlai sepenuhnya."
Karakter jiwa ini akan menemukan ketenangan dan
ketentdraman jika terhindar dari godaan-godaan yang
mengganggunya (Al-Ghazali, 1422 & 2007).
Kedua, jiwa yang penuh penyesalan (an-nafs al-lawwah)
adalah mencela. Secara lughawi, istilah al-
lawwamah mengandung arti amat mencela dirinya sendiri. Jiwa
ini termasuk jiwa yang menyadari pikiran-pikiran, keinginan dan
3

cela diri sendiri. Pada taraf jiwa ini merupakan awal taraf rohani
karena pada taraf ini merupakan sebuah proses kembali pada
Tuhan dan proses penghilangan pelanggaran. Jadi, taraf ini ada
proses dalam pencarian Tuhan, di mana ada sesuatu yang
menghendaki batinnya antara kecocokan yang mereka peroleh.
Ketiga, jiwa yang memerintah (an-nafs al-'amarah) pada
taraf ini termasuk jiwa yang belum dimurnikan atau dibersihkan
dari sumber segala jenis perbuatan untuk memenuhi perbuatan-
perbuatan dengan semua yang merupakan kemurkaan
(ghadlab) dan keinginan (syahwah) untuk menguasai jiwa. Juga
disebutkan dalam ayat Al-Quran surat Yusuf ayat 12:53: "Dan
aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena
sesungguhnya jiwa itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Wawasan manusia menurut Al-Ghazali, tidak jauh
berbeda dengan konsep ajaran Islam, karena Al-Ghazali banyak
mendasarkan pemikirannya kepada al-Qur’an dan al-Hadist,
disamping ia juga seorang mufassir dalam Islam. Salah satu kitab
tafsirnya, Jawahir al-Qur’an, cukuplah menjadi bukti bahwa Al-
Ghazali seorang mufassir (Jaya, 1994).
Sungguh pun Al-Ghazali membenarkan konsep manusia
menurut Islam, tersusun dari jasmani dan rohani, akan tetapi ia
menekankan pengertian dan hakikat kejadian manusia pada
spiritualnya, rohani atau jiwa. Manusia itu pada hakikatnya
adalah jiwanya. Jiwalah yang membedakan antara manusia
dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Dengan jiwa manusia
bias merasakan , berpikir, berkemauan, dan berbuat lebih
banyak. Tegasnya jiwa itulah yang menjadi hakikat yang hakiki
dari manusia karena sifatnya yang lathif, ruhani, rabbani, dan
abadi sesudah mati. Keselamatan dan kebahagiaan manusia di
dunia dan akhirat banyak tergantung pada keadaan jiwanya.
Sebab jiwa merupakan pokok dari agama dan asas bagi orang
4

yang berjalan menuju Allah SWT, serta padanya tergantung


ketaatan atau kedurhakaan manusia kepada Allah SWT.jiwalah
yang pada hakikatnya yang taat kepada Allah atau durhaka dan
ingkar kepada-Nya (Jaya, 1994).
Oleh karenanya Al-Ghazali dalam mengupas hakikat
manusia, beliau menggunakan empat term, yaitu: (1) al-qalb; (2)
al-ruh; (3) al-nafs; dan (4) al-‘aql. Keempat istilah ini ditinjau dari
segi fisik memiliki perbedaan arti. Menurut Al-Ghazali keempat
istilah tersebut masing-masing memiliki dua arti, yaitu arti
khusus dan arti umum (Al-Ghazali, 1422).

Al-Ruh Jiwa Al-Jism


Qalb Aql Nafs (jasad)
(Hati) (Akal)

B. PERKEMBANGAN ROHANI MENURUT IMAM AL GHAZALI

Menurut Imam Ghazali perkembangan rohani ialah


perkara yg terdiri dari akal, nafsu, jiwa dan roh. Maka
pendidikan sejak lahir harus diberikan orang tuanya untuk
menjaga akhlaknya, jangan diberi kepada orang lain untuk dijaga
kecuali orang yg berakhlak mulia, baik dan kuat pegangan
agamanya.

Menurut Islam perkembangan rohani insan dari kanak-


kanak hingga remaja terbagidalam empat tingkatan yaitu:

1. Kanak-Kanak (Usia 2–6 Tahun).


Peroleh perasaan suka didampingi. Konsep ketuhanan
hanya boleh difahami dalam gambaran berbentuk benda
atau lukisan saja. Konsep kebesaran Tuhan, nilai-nilai murni
dan adab sopan peringkat biasa boleh difahami dan dihayati
2. Kanak-Kanak Akhir (Usia 7-12 Tahun).
5

Kesedian rohaninya mula mantap. Pendidikan Agama dan


Moral boleh dipelajari secara formal. Amalan rukun Islam
boleh diamalkan dengan tepat. Rukun Iman mula difahami
dan dihayati.
3. Remaja Awal (Usia 12-15 Tahun)
Nilai ketuhanan, dosa dan pahala telah difahami secara
konseptual. Memerlukan kepuasan kerohanian utk
menghadapi dugaan hidup. Pengaruh persekitaran dan
rekan sebaya adalah penting dlm perkembangan rohaninya.
4. Remaja (15-20 Tahun)
Mula mempunyai pegangan yang kuat kepada agama.
Percaya kewujudan Tuhan, dosa, pahala dan hari
pembalasan. Mula mempersoalkan aspek kerohanian
secara logik. Mula memikirkan Tuhan & sifat Ketuhanan
secara abstrak. Kekadang timbul perasaan ragu, gelisah dan
curiga terhadap perkara yg berkaitan dengan kerohanian.1

1
Disarikan dari sumber online tersedia dalam http://progresivitas-
islam.blogspot.co.id/2011/03/struktur-kepribadian-manusia-
menurut_1210.html dan Materi Kuliah tersedia dalam Psikologi
Perkembangan. Univerisiti Kebangsaan Malaysia.
6

2. TEORI PERKEMBANGAN MATURITAS ARNOLD L GESSEL

A. Sudut Pandang Teoritis Gessel

Perkembangan manusia
bergerak maju melalui suatu urutan
teratur. Sejarah biologis dan evolusi
spesies menentukan urutan tersebut.
Tingkat kemajuan anak dalam
melangkah melalui urutan genotip
anak menentukan individu, yaitu
nenek moyangnya mempengaruhi
latar belakang keturunan anak. Seorang anak yang
berkembang dengan kecepatan lambat bila dibandingkan
dengan anak lain tidak dapat diubah dari arah yang sedang
ditempuhnya, begitu juga dengan anak yang berkembang
lebih cepat tidak bisa diubah arahnya (Salkind, 2009: 79).
Lingkungan juga dapat mempengaruhi kecepatan
perkembangan seorang anak. Menurut Salkind, bahwa
tingkat kecepatan perkembangan bisa dipengaruhi oleh
kekurangan gizi atau sakit, akan tetapi faktor-faktor biologi
sepenuhnya berada dalam kendali (Salkind, 2009: 79).

B. Konsep Pematangan
Pertumbuhan dan perkembangan menurut Gesell
dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama, anak adalah
produk dari lingkungannya. Kedua adalah perkembangan
anak berasal dari dalam, yaitu dari aksi gen-gen tubuhnya.
Kedua proses di atas disebut “kematangan” (Crain,
2007:30).
Perkembangan kematangan menurut Gesell selalu
terjadi dalam urutan tertentu. Misalnya embrio, jantung
7

menjadi organ yang pertama berkembang dan berfungsi.


Selanjutnya sel-sel yang berbeda-beda mulai membentuk
sistem saraf utama dengan cepat yaitu otak dan saraf tulang
belakang. Berikutnya adalah perkembangan otak dan kepala
secara utuh baru dimulai setelah bagian-bagian lain
terbentuk seperti tangan dan kaki. Urutan ini yang
diarahkan oleh cetak biru genetik, tidak pernah berjalan
terbalik (Crain, 2007: 30).

C. Pola
Pada pematangan terdapat pola yang terlihat pada
visi dan koordinasi tangan-mata yaitu:
1) Gerakan tanpa tujuan pada saat lahir;
2) Bertahap kemampuan untuk berhenti dan menatap;
3) 1 bulan – fokus pada objek dekat wajah;
4) 4 bulan – koordinasi visual fokus dan tangan bergerak
dengan objek yang besar (misalnya kerincingan);
5) 6 bulan – koordinasi visual fokus dan tangan bergerak
dengan sebuah benda kecil; dan
6) 10 bulan – kemampuan untuk melihat dan mengambil
sebuah benda kecil dengan menjepit atau pegangan.
Prinsip-prinsip dasar perkembangan
Gesell menguraikan mengenai perkembangan dalam
bukunya “Vision its Development in Infant and Child” pada
bab XII “The Ontogenesis of Infan Behavior”. Pada bab
tersebut, Gesell menggambarkan secara lengkap mengenai
perkembangan dengan menyatukan prinsip-prinsip dasar
pertumbuhan morfologis dengan prinsip-prinsip dasar
pertumbuhan behavioral untuk menunjukkan bagaimana
‘pertumbuhan psikologis, sebagaimana pertumbuhan
somatis. Proses ini bersifat morfologis. Menurut Gesell ada
lima prinsip dasar perkembangan yang memiliki dampak
‘psikomorfologis’ – artinya proses-proses perkembangan
8

yang terjadi baik di tingkatan psikologis maupun tingkat


struktural. Lengkapnya prinsip-prinsip dasar perkembangan
Gesell yang dimaksud adalah sebagai berikut (Salkind,
2009:81-84):
1) Prinsip arah perkembangan (principle of developmental
direction) – Perkembangan tidak berlangsung acak,
melainkan dalam pola yang teratur. Perkembangan
bergerak maju secara sistematis dari kepala hingga ke
ujung kaki yang dikenal dengan cephalocaudal trend.
Perkembangan juga bergerak dari pusat tubuh ke arah
luar, ke arah pinggir. Gerakan-gerakan bahu terlihat
jauh lebih teratur pada awal kehidupan anak
dibandingkan dengan gerakan-gerakan pergelangan
tangan dan jari-jemari yang lebih dikenal dengan istilah
proximodistal trend.
2) Prinsip jalinan timbal balik (principle of reciprocal
interweaving) – Prinsip ini didasarkan pada prinsip
fisiologis Sherrington yaitu pengencangan dan
peregangan otot-otot yang berbeda-beda sama-sama
saling melengkapi untuk menghasilkan gerakan tubuh
yang efisien. Fenomena ini menurut Gesell terjadi pada
proses perkembangan yaitu berlangsungnya pola
perilaku membutuhkan pertumbuhan struktural yang
saling melengkapi. Contohnya urutan perkembangan
yang menghasilkan aktivitas berjalan kaki sebagai
rangkaian pergantian antara dominasi otot pengencang
dan dominasi otot pelonggar pada lengan dan kaki.
Menurut Gesell prinsip kedua ini adalah susunan
hubungan timbal balik antara dua fungsi atau sistem
saraf motorik yang saling berlawanan, yang secara
ontogenik terwujud melalui peralihan periodik yang
semakin meningkat antara berbagai komponen fungsi
atau sistem, dengan modulasi dan integrasi progresif
9

pada pola-pola perilaku yang dihasilkan (Gesell, 1954:


349).
3) Prinsip asimetri fungsional (principle of functional
asymmetry) – Perilaku berlangsung melalui periode-
periode perkembangan yang bersifat asimetris (tidak
seimbang) agar organisme bisa mencapai kadar
kematangan pada tahap selanjutnya. Misal refleks
pengencangan otot leher (tonic neck refleks). Hal ini
terlihat pada bulan pertama kelahiran atau posisi
telentang dengan kepala ke satu sisi, lengan terulur
dengan lengan berlawanan tertekuk.
4) Prinsip maturasi individu (principle of individual
maturation) – Pematangan (maturasi) merupakan
proses yang dikendalikan oleh faktor-faktor endrogen
atau internal. Menurut Gesell bahwa faktor lingkungan
ikut mendukung, membelokkan, dan mengkhususkan,
tetapi faktor lingkungan tidak menjadi penyebab
munculnya bentuk-bentuk pokok tata urutan
ontogenesis (Gesell, 1954:354). Inti dari prinsip ini
adalah pembelajaran hanya bisa terjadi ketika struktur-
struktur telah berkembang sehingga memungkinkan
terjadi adaptasi perilaku, dan sebelum struktur-struktur
itu berkembang maka pendidikan semacam apa pun
tidak akan bisa efektif.
5) Prinsip fluktuasi teratur (principle of self-regulatory) –
mengandung arti bahwa perkembangan bergerak naik
turun seperti papan jungkit, antara periode stabil dan
periode tidak stabil, dan antara periode pertumbuhan
aktif dan periode konsolidasi. Fluktuasi progresif ini
berpuncak pada serangkaian tanggapan yang bersifat
stabil.
Menurut Gesell, setiap urutan tahapan yang khas akan
berlangsung berulang-ulang seiring dengan semakin
10

dewasanya si anak, dan tahapan-tahapan yang tidak


seimbang atau goyah akan selalu diikuti oleh tahapan-
tahapan yang seimbang.

D. Kedudukan perbedaan individu


Sumbangan Gesell untuk psikologi
perkembangan adalah penggunaan gambar bergerak
untuk merekam perkembangan anak yang diteliti. Gesell
membagi perbedaan individu dari segi perkembangan
perilakunya dalam empat bidang: perilaku motorik
(gerakan tubuh, koordinasi, keahlian motorik khusus),
perilaku adaptif (kesiagaan, kecerdasan, berbagai bentuk
eksplorasi), perilaku bahasa (semua bentuk komunikasi),
dan perilaku personal-sosial (reaksi-reaksi terhadap
orang dan lingkungannya) (Salkind, 2009: 85-87).
Untuk membantu orang tua dalam memperhatikan
keempat bidang perilaku tersebut, temuan Gesell dan
rekan-rekannya menjadi dasar ‘ujian penyaringan’ yang
banyak digunakan orang tua untuk mengetahui status
perkembangan anak dari usia 1 hingga 6 bulan. Ujian
penyaringan dikenal dengan Denver Developmental
Screen Test (DDST-II) yang dikembangkan oleh William K.
Frankenburg dan pertama kali diperkenalkan olehnya
bersama JB Dobbs pada tahun 1967 (wikipedia).

Menurut Gesell (Salkind, 2009: 87) bahwa


“Perkembangan anak dikendalikan sepenuhnya oleh
prinsip-prinsip perkembangan yang ditentukan secara
biologis dan menghasilkan urutan proses pematangan
yang bersifat pasti.” Proses pematangan ini
memungkinkan terjadinya perwujudan perilaku.
Meskipun anak-anak secara individual bergerak maju
sesuai laju kecepatan mereka sendiri, urutan proses
11

perkembangan berlaku sama pada semua anak (Salkind,


2009: 87).
Keutamaan Gesell di bidang penelitian adalah
penekanannya terhadap metodologi terutama pada
kehandalan pengukuran dan pentingnya observasi.
Melalui ketepatan penggunaan metode, Gesell mampu
menyusun semua informasi menjadi sebuah deskripsi
mengenai pertumbuhan dan perkembangan yang
memungkinkan dirinya untuk menangani serangkaian
tugas mengevaluasi perkembangan individu seorang
anak dalam kaitannya dengan kelompok umur anak.
Metode Gesell ini yang dikenal dengan Gesell
Development Schedule. Melalui jadwal ini dapat
diperoleh “DQ” atau Developmental Quotient (Skor-test
perkembangan) seorang anak.
Keunggulan Gesell dalam melakukan penelitian
adalah pada pengujian secara berulang-ulang terhadap
anak yang sama dalam jangka waktu lama (strategi
longitudinal) untuk mendapatkan penjelasan usia yang
khas dan untuk menguji kestabilan atau kesinambungan
berbagai perbedaan individu. Gesell bersama Thompson
dalam meneliti anak kembar memperkenalkan metode
penelitian kontrol kembar (co-twin control research
method). Melalui metode ini Gesell dan Thompson
menemukan bahwa anak kembar yang menerima
pelatihan (Kembar 1) memperlihatkan adanya
pencapaian yang bertahap dan lambat dalam perilaku
dimaksud, sementara anak kembar kontrol (Kembar 2)
tidak menunjukkan pencapaian sama sekali. Kemudian
ketika Kembar 2 mencapai usia menurut ukuran
kematangan diharapkan mulai mempelajari perilaku,
hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pelatihan
jangka pendek, Kembar 2 akan meraih tingkat
12

penguasaan yang sama dengan Kembar 1 pada akhir


eksperimen tidak ada perbedaan kemampuan di antara
kedua anak itu. Intinya, pelatihan pada usia dini hanya
akan membuahkan sedikit konsekuensi pada hasil
akhirnya. Kematangan merupakan faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan sehingga
pembelajaran hanya akan mungkin terjadi apabila sarana
pematangan atau struktur yang diperlukan untuk belajar
juga berfungsi (Salkind, 2009: 90).

E. Penerapan teori gesell dalam perkembangan


manusia
Pada praktiknya kontribusi Gesell pada
perkembangan manusia adalah para orang tua agar tidak
berputus asa, bila mereka memberikan waktu yang
cukup agar anak mereka mengalami pematangan dalam
perkembangan, supaya anak akan mengembangkan
perilaku yang tepat. Artinya ketika anak siap belajar,
mereka pun akan belajar. Jadi kata kuncinya adalah
kesiapan. Jika anak siap belajar, maka anak akan
berkembang. Namun orang tua juga memperhatikan
lingkungan normal yang menjadi faktor aktif yang
merangsang dan mencakup banyak kejadian yang
berbeda-beda (Salkind, 2009: 97).
Pada beberapa kasus perkembangan seorang
anak tidak berlangsung seperti yang diharapkan, orang
tua akan mengambil strategi intervensi. Misalnya
seorang anak perempuan usia 2 tahun yang belum bisa
berbicara, ia berkomunikasi dengan cara menunjuk-
nunjuk tangannya. Orang tuanya berkonsultasi dengan
dokter. Menurut dokter anak tersebut tidak mengalami
persoalan. Dokter menyatakan orang tua jangan
khawatir, si anak akan berbicara bila ia sudah siap. Hanya
13

berselang 6 bulan, orang tua anak membawa anaknya ke


dokter dengan kemajuan yang luar bisa, ia mampu
berbicara. Sesungguhnya orang tuanya telah melakukan
sesuatu tindakan dengan memperlambat bicara,
mengulang-ulang kata dan kalimat atau membuat
ucapan yang lebih jelas. Artinya, orang tua mengubah
beberapa dimensi yang terdapat dalam lingkungan
normal si anak (Salkind, 2009: 99).2

2
Disarikan dari berbagai sumber dan sumber utama tersedia dalam
http://digilib.unm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=unm-digilib-
unm-muhyusri-21
14

3. TEORI PERKEMBANGAN EKOLOGI URIE BROFENBRENNER

A. Prinsip Teori Ekologi

Teori ekologi
dikembangkan oleh Urie
Bronfenbrenner (1917) yang
fokus utamanya adalah pada
konteks sosial di mana anak
tinggal dan orang-orang yang
memengaruhi perkembangan
anak.
lima sistem lingkungan teori ekologi Bronfenbrenner
terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi
interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas.
Bronferbrenner (1995, 2000); Bronfenbrenner & Morris,
makrosistem, dan kronosistem.
Mikrosistem adalah setting dimana individu
menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini
antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, dan
tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu berinteraksi langsung
dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang lain. Manurut
Bronfenbrenner, murid bukan penerima pengalaman secara
pasif di dalam setting ini, tetapi murid adalah orang yang
berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan
membantu mengkonstruksi setting tersebut.
Mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh
adalah hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan
pengalaman di sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya.
Misalnya, salah satu mesosistem penting adalah hubungan
antara sekolah dan keluarga. Dalam sebuah studi terhadap
seribu anak kelas delapan (atau setingkat kelas 3 SMP ke awal
SMA (Epstein, 1983). murid yang diberi kesempatan lebih
15

banyak untuk berkomunikasi dan mengambil keputusan, entah


itu di rumah atau di kelas, menunjukkan inisiatif dan nilai
akademik yang lebih baik.
Dalam studi mesosistem lainnya, murid SMP dan SMA
berpartisipasi dalam sebuah program yang didesain untuk
menghubungkan keluarga, teman, sekolah, dan orang tua
(Cooper, 1995). sasaran program ini (yang dilakukan oleh sebuah
unversitas) adalah murid dari kalangan Latino dan Afrika-
Amerika di keluarga kelas menengah kebawah. Para murid
mengatakan bahwa program tersebut membantu mereka
menjembatani kesenjangan antardunia sosial yang berbeda.
Banyak murid dalam program ini memandang sekolah dan
lingkungan mereka sebagai konteks di mana mereka
diperkirakan akan gagal dalam studi, menjadi hamil dan keluar
dari sekolah, atau berperilaku nakal. Program ini memberi murid
harapan dan tujuan moral untuk melakukan “sesuatu yang baik
bagi masyarakat anda”, seperti bekerja di komunitas dan
mengajak saudara untuk bersekolah. Kita akan membahasa lebih
banyak tentang hubungan keluarga sekolah nanti.
Eksosistem (exosystem) terjadi ketika pengalaman di
setting lain (dimana murid tidak berperan aktif) memengaruhi
pengalaman murid dan guru dalam konteks mereka sendiri.
Misalnya, ambil contoh dewan sekolah dan dewan pengawas
taman di dalam suatu komunitas. Mereka memegangi peran
kuat dalam menentukan kualitas sekolah, taman, fasilitas
rekreasi, dan perpustakaan. Keputusan mereka bisa membantu
atau menghambat perkembangan anak.
Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah
istilah luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi
dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas di man
amurid dan guru tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat
masyarakat. Misalnya, beberapa kultur (seperti si negara Islam
semacam Mesir atau Iran), menekankan pada peran gender
16

tradisonal. Kultur lain (seperti di AS) menerima peran gender


yang lebih bervariasi. Di kebanyakan negar Islam, sistem
pendidikannya mempromosikan dominasi pria. Di Amerika,
sekolah-sekolah semakin mendukung nilai kesetaraan antara
pria dan wanita.
Salah satu aspek dari status sosiekonomi murid adalah
faktor perkembangan dalam kemiskinan. Kemiskinan dapat
memengaruhi perkembangan anak dan merusak kemampuan
mereka untuk belajar, meskipun beberapa anak di lingkungan
yang miskin sangat ulet.
Kronosistem adalah kondisi sosiihistoris dari
perkembangan anak. Misalnya, murid-murid sekarang ini
tumbuh sebagai generasi yang tergolong pertama (Louv, 1990).
anak-anak sekarang adalah generasi pertama yang
mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang
tumbuh di lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer
dan bentuk media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam
revolusi seksual, dan generasi pertama yang tumbuh di dalam
kota yang semrawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas batas
antara kota, pedesaan atau subkota.
17

Bronferbrenner makin banyak memberi perhatian


kepada kronosistem sebagai sistem lingkungan yang penting. Dia
memerhatikan dua problem penting: (1) banyaknya anak di
Amerika yang hidup dalam kemiskinan, terutama dalam keluarga
single-parent; dan (2) penurunan nilai-nilai (Bronferbrenner
dkk., 1996)3

3
Bronfenbenner juga berpendapat bahawa anak-anak sekarang adalah
generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama
yang lahir pada zaman teknologi yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk
media baru, generasi pertama yang lahir dalam revolusi seksual,. Disarikan
dari buku Disarikan dari buku Santrock, Life-Span Development, 2002. Dan
Santrock, Psikologi Pendidikan, 2008.
18

4. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET

A. Perkembangan Kognitif Menurut


Jean Peaget
Teori perkembangan kognitif
piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan objek dan
kejadian-kejadian disekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri
dan fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot, dan
makanan, serta objek-objek social seperti diri, orang tua dan
teman.
Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau
perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan
perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-
pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi
dengan lingkungannya.
Piaget (1964) berpendapat, karena manusia secara
genetik sama dan mempunyai pengalaman yang hampir
sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh-sungguh
memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan
kognitif mereka. Oleh karena itu, dia mengembangkan
empat tahap tingkatan perkembangan kognitif yang akan
terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu
sensori motor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-7 tahun).
Yang akan kita bicarakan untuk masa kanak-kanak adalah
dua tahap ini lebih dahulu, sedangkan dua tahap yang lain,
yaitu operasional konkret (7-11 tahun) dan operasional
formal (11-dewasa), akan kita bicarakan pada masa awal
pubertas dan masa remaja.
19

Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa


remaja adalah tahap transisi dari penggunaan berpikir
konkret secara operasional ke berpikir formal secara
operasional. Remaja mulai menyadari batasan-batasan
pikiran mereka. Mereka berusaha dengan konsep-konsep
yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Inhelder dan
Piaget (1978) mengakui bahwa perubahan otak pada
pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif
remaja.

B. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget


Menurut Jean Piaget, perkembangan manusia
melalui empat tahap perkembangan kognitif dari lahir
sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai
mengerti dunia yang bertambah kompleks.

Tahap-Tahap Umur Kemampuan


Sensori- 0-2 tahun Menunjuk pada konsep
motorik permanensi objek, yaitu kecakapan
psikis untuk mengerti bahwa suatu
objek masih tetap ada. Meskipun
pada waktu itu tidak tampak oleh
kita dan tidak bersangkutan
dengan aktivitas pada waktu itu.
Tetapi, pada stadium ini permanen
objek belum sempurna.
Praoperasional 2-7 tahun Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol yang
menggambarkan objek yang ada di
sekitarnya. Berpikir masih
egosentris dan berpusat.
Operasional 7-11 tahun Mampu berpikir logis. Mampu
konkret memperhatikan lebih dari
satu dimensi sekaligus dan juga
dapat menghubungkan dimensi ini
20

satu sama lain. Kurang egosentris.


Belum bisa berpikir abstrak.
Operasional 11tahun- Mampu berpikir abstrak dan dapat
formal dewasa menganalisis masalah secara ilmiah
dan kemudian menyelesaikan
masalah.

a. Periode sensorimotor

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks


bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi
dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi
refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah
periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat
bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan
dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai
usia enam minggu dan berhubungan terutama
dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia
enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan
terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul
antara usia empat sampai sembilan bulan dan
berhubungan terutama dengan koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder,
muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan,
saat berkembangnya kemampuan untuk melihat
objek sebagai sesuatu yang permanen walau
kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut
berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul
dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan
21

berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara


baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik,
berhubungan terutama dengan tahapan awal
kreativitas.

b. Tahapan praoperasional

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat


tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget
bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun
jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis
muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah
prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap
objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental
yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam
tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-
kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak
kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu
ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau
bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua
benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional
mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia
dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka
mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata
dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan
penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini,
mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat
memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal
22

tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan


memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya.
Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan
menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki
perasaan.

c. Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat


tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun
dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini
adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila
diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang
paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk
gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa
animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan).
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa
aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi
menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
23

Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau


benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan
awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan
bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau
jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila
air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di
gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan
saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan
ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke
dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak
dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak
walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan
ke dalam laci oleh Ujang.

d. Tahapan operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir


perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai
dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan
terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini
adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang
24

dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan


nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk
hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di
antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul
saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara
fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang
tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap
ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit.

C. Informasi umum mengenai tahapan-tahapan


Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia
bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada
ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan
yang mundur.
2. Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari
operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga
pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang
terorganisasi secara logis. Urutan tahapan bersifat hirarkis
(setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan
sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi).
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif
dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif.
Menurut Piaget, perkembangan masing-masing
tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari
perkembangan tahap sebelumnya. Setiap individu akan
25

melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat


invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur.
Perubahan ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya
pengorganisasian struktur berpikir.

D. Struktur yang Mendasari Pola-pola Tingkah Laku


yang Terorganisir.
1. Skema (struktur kognitif)
Adalah proses atau cara mengorganisir dan
merespons berbagai pengalaman. Atau suatu pola
sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi
pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka
pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan
jenis situasi.
Contoh : Gerakan refleks menghisap pada bayi, ada
gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan
gerakan menghisap.
2. Adaptasi (struktur fungsional)
Piaget menggunakan istilah ini untuk menunjukkan
pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya
dalam proses perkembangan kognitif. Piaget yakin bahwa
bayi manusia ketika dilahirkan telah dilengkapi dengan
kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, ada dua proses adaptasi yaitu :
a) Asimilasi
Integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari
luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada
organism. Asimilasi terjadi ketika individu menggunakan
informasi baru ke dalam pengetahuan mendalam yang
sudah ada.
26

Contoh : Seorang bayi yang menghisap puting susu


ibunya atau dot botol susu, akan melakukan tindakan yang
sama (menghisap) terhadap semua objek baru.
b) Akomodasi
Menciptakan langkah baru atau memperbarui atau
menggabung-gabungkan istilah lama untuk menghadapi
tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah
struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya untuk
disesuaikan dengan objek stimulus eksternal.
Contoh : bayi melakukan tindakan yang sama
terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti bahwa
bayi telah mengubah puting susu ibu menjadi ibu jari.4

4
Disarikan dari Makalah pada Mata Kuliah Psikologi Perkembangan tahun
2002
27

5. TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ERIK H ERIKSON

A. Perkembangan Kepribadian
Menurut Erikson

Teori perkembangan
kepribadian yang dikemukakan
Erik Erikson merupakan salah satu
teori yang memiliki pengaruh kuat
dalam psikologi. Bersama dengan
Sigmund Freud, Erikson mendapat
posisi penting dalam psikologi. Hal
ini dikarenakan ia menjelaskan
tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut
usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu
karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah
ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa
aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih
realistis.

Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang


sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan
yang pertama, karena teorinya sangat representatif
dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego
yang merupakan salah satu aspek yang mendekati
kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya
perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan
dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga/terakhir adalah
menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam
mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar
belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan
dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah
lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu
28

yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia


dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna
memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh
manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu,
teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus
atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap
perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia.

Erikson dalam membentuk teorinya secara baik,


sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam
hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson
berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai
dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh
Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang
post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson
lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini
terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya
ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar,
bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam
bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia
menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak
menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep
dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan
oleh Freud. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu
diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar
biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan
sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan
dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam
kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini
berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir
sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang
berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang
secara fisik dan psikologis. Sedangkan konsep
29

perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang


menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital,
diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa
sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan
sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh
perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.

Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan


ego ialah sebuah asumpsi mengenai perkembangan setiap
manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan
secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses
yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun sangat
berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah
dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan
persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan
berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana Erikson dalam
teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu :

(1) Pada dasarnya setiap perkembangan dalam


kepribadian manusia mengalami keserasian dari tahap-
tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada
tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong,
mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius
soial yang lebih luas. (2) Masyarakat, pada prinsipnya, juga
merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat setiap
individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna
berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong
secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-
tahap yang ada.

Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and


Society” tahun 1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk
mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai
30

perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal


dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”.
Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan
epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata yaitu epi
yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang berlangsung,
dan genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan.
Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam
setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan
waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu
muncul , dan akan selalu terjadi pada setiap tahap
perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara
keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari
setiap tahap itu sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat
bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis.
Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada
didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus
dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang
sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena
pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam
sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam
sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan
berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap.

Erikson percaya “epigenetic principle” akan


mengalami kemajuan atau kematangan apabila dengan jelas
dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam lingkaran
kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam
bentuk sebuah gambar Di mana gambar tersebut
memaparkan tentang delapan tahap perkembangan yang
pada umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia
secara hirarkri seperti anak tangga. Di dalam kotak yang
bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai
adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk
31

setiap tahap secara berturut-turut. Periode untuk tiap-tiap


krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang relatif
berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan
sakit yang terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri.

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dengan


berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan
psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada
dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori
tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek
perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya
yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of Psychosocial
Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson
tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik
teori psikoseksual Freud maupun teori perkembangan
kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara
mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu
di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson
menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget
berhenti hanya sampai pada masa dewasa.

Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis


buku bahwa “apa saja yang tumbuh memiliki sejenis
rencana dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah bagian-
bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-masing untuk
mekar, sampai semua bagian bersama-sama ikut
membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena
itu, melalui delapan tahap perkembangan yang ada Erikson
ingin mengemukakan bahwa dalam setiap tahap terdapat
maladaption/maladaptif (adaptasi keliru) dan malignansi
(selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak
berhasil dilewati atau gagal melewati satu tahap dengan
baik maka akan tumbuh maladaption/maladaptif dan juga
32

malignansi, selain itu juga terdapat ritualisasi yaitu


berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap
perkembangan yang terjadi serta ritualisme yang berarti
pola hubungan yang tidak menyenangkan. Menurut Erikson
delapan tahap perkembangan yang ada berlangsung dalam
jangka waktu yang teratur maupun secara hirarkri, akan
tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami
ketidakseimbangan seperti yang diinginkan maka pada
tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna
memperbaikinya.

Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian


menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah
di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial,
yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun
tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui
oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai
berikut:

Developmental Stage Basic Components


Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust
Early childhood (1-3 thn) Autonomy vs Shame, Doubt
Preschool age (4-5 thn) Initiative vs Guilt
School age (6-11 thn) Industry vs Inferiority
Adolescence (12-10 thn) Identity vs Identity Confusion
Young adulthood ( 21-40 thn) Intimacy vs Isolation
Adulthood (41-65 thn) Generativity vs Stagnation
Senescence (+65 thn) Ego Integrity vs Despair
33

1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

Masa bayi (infancy) ditandai adanya


kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari
oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai
orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai
orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak
akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang
bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak
dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-
orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat
asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau
menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi
menangis.

Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira


terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus
dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan
mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan
kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan.
Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila
dorongan oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk
tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan
nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang
kotoron (eliminsi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu,
pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara
kwalitatif sangat menentukan perkembangan
kepribadian anaknya yang masih kecil. Apabila seorang
ibu bisa memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi
dan kontinuitas kepada bayi mereka, maka bayi itu akan
mengembangkan perasaan dengan menganggap dunia
khususnya dunia sosial sebagai suatu tempat yang aman
untuk didiami, bahwa orang-orang yang ada didalamnya
34

dapat dipercaya dan saling menyayangi. Kepuasaan yang


dirasakan oleh seorang bayi terhadap sikap yang
diberikan oleh ibunya akan menimbulkan rasa aman,
dicintai, dan terlindungi. Melalui pengalaman dengan
orang dewasa tersebut bayi belajar untuk
mengantungkan diri dan percaya kepada mereka. Hasil
dari adanya kepercayaan berupa kemampuan
mempercayai lingkungan dan dirinya serta juga
mempercayai kapasitas tubuhnya dalam berespon
secara tepat terhadap lingkungannya.

Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat


memberikan kepuasan kepada bayinya, dan tidak dapat
memberikan rasa hangat dan nyaman atau jika ada hal-
hal lain yang membuat ibunya berpaling dari kebutuhan-
kebutuhannya demi memenuhi keinginan mereka
sendiri, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak
percaya, dan dia akan selalu curiga kepada orang lain.

Hal ini jangan dipahami bahwa peran sebagai


orangtua harus serba sempurna tanpa ada
kesalahan/cacat. Karena orangtua yang terlalu
melindungi anaknya pun akan menyebabkan anak punya
kecenderungan maladaptif. Erikson menyebut hal ini
dengan sebutan salah penyesuaian indrawi. Orang yang
selalu percaya tidak akan pernah mempunyai pemikiran
maupun anggapan bahwa orang lain akan berbuat jahat
padanya, dan akan memgunakan seluruh upayanya
dalam mempertahankan cara pandang seperti ini.
Dengan kata lain,mereka akan mudah tertipu atau
dibohongi. Sebaliknya, hal terburuk dapat terjadi apabila
pada masa kecilnya sudah merasakan ketidakpuasan
yang dapat mengarah pada ketidakpercayaan. Mereka
35

akan berkembang pada arah kecurigaan dan merasa


terancam terus menerus. Hal ini ditandai dengan
munculnya frustasi, marah, sinis, maupun depresi.

Pada dasarnya setiap manusia pada tahap ini


tidak dapat menghindari rasa kepuasan namun juga rasa
ketidakpuasan yang dapat menumbuhkan kepercayaan
dan ketidakpercayaan. Akan tetapi, hal inilah yang akan
menjadi dasar kemampuan seseorang pada akhirnya
untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik. Di mana
setiap individu perlu mengetahui dan membedakan
kapan harus percaya dan kapan harus tidak percaya
dalam menghadapi berbagai tantangan maupun
rintangan yang menghadang pada perputaran roda
kehidupan manusia tiap saat.

Adanya perbandingan yang tepat atau apabila


keseimbangan antara kepercayaan dan
ketidakpercayaan terjadi pada tahap ini dapat
mengakibatkan tumbuhnya pengharapan. Nilai lebih
yang akan berkembang di dalam diri anak tersebut yaitu
harapan dan keyakinan yang sangat kuat bahwa kalau
segala sesuatu itu tidak berjalan sebagaimana mestinya,
tetapi mereka masih dapat mengolahnya menjadi baik.

Pada aspek lain dalam setiap tahap


perkembangan manusia senantiasa berinteraksi atau
saling berhubungan dengan pola-pola tertentu
(ritualisasi). Oleh sebab itu, pada tahap ini bayi pun
mengalami ritualisasi di mana hubungan yang terjalin
dengan ibunya dianggap sebagai sesuatu yang keramat
(numinous). Jika hubungan tersebut terjalin dengan baik,
maka bayi akan mengalami kepuasan dan kesenangan
36

tersendiri. Selain itu, Alwisol berpendapat bahwa


numinous ini pada akhirnya akan menjadi dasar
bagaimana orang menghadapi/berkomunikasi dengan
orang lain, dengan penuh penerimaan, penghargaan,
tanpa ada ancaman dan perasaan takut. Sebaliknya,
apabila dalam hubungan tersebut bayi tidak
mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu akan merasa
terasing dan terbuang, sehingga dapat terjadi suatu pola
kehidupan yang lain di mana bayi merasa berinteraksi
secara interpersonal atau sendiri dan dapat
menyebabkan adanya idolism (pemujaan). Pemujaan ini
dapat diartikan dalam dua arah yaitu anak akan memuja
dirinya sendiri, atau sebaliknya anak akan memuja orang
lain.

2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu

Masa kanak-kanak awal (early childhood)


ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame,
doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak
sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri,
berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa
ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah
mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat,
sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan
dari orang tuanya.

Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-


mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita
yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau
4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini
adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat
memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila
37

dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya


terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat
menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika
orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah,
maka anak dalam perkembangannya akan mengalami
sikap malu dan ragu-ragu. Dengan kata lain, ketika orang
tua dalam mengasuh anaknya sangat memperhatikan
anaknya dalam aspek-aspek tertentu misalnya
mengizinkan seorang anak yang menginjak usia balita
untuk dapat mengeksplorasikan dan mengubah
lingkungannya, anak tersebut akan bisa
mengembangkan rasa mandiri atau
ketidaktergantungan. Pada usia ini menurut Erikson bayi
mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya, sehingga
melalui masa ini akan nampak suatu usaha atau
perjuangan anak terhadap pengalaman-
pengalaman baru yang berorientasi pada suatu
tindakan/kegiatan yang dapat menyebabkan adanya
sikap untuk mengontrol diri sendiri dan juga untuk
menerima control dari orang lain. Misalnya, saat anak
belajar berjalan, memegang tangan orang lain, memeluk,
maupun untuk menyentuh benda-benda lain.

Di lain pihak, anak dalam perkembangannya pun


dapat menjadi pemalu dan ragu-ragu. Jikalau orang tua
terlalu membatasi ruang gerak/eksplorasi lingkungan
dan kemandirian, sehingga anak akan mudah menyerah
karena menganggap dirinya tidak mampu atau tidak
seharusnya bertindak sendirian.

Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini


tidak perlu mengobarkan keberanian anak dan tidak pula
harus mematikannya. Dengan kata lain,
38

keseimbanganlah yang diperlukan di sini. Ada sebuah


kalimat yang seringkali menjadi teguran maupun nasihat
bagi orang tua dalam mengasuh anaknya yakni “tegas
namun toleran”. Makna dalam kalimat tersebut ternyata
benar adanya, karena dengan cara ini anak akan bisa
mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri. Sedikit
rasa malu dan ragu-ragu, sangat diperlukan bahkan
memiliki fungsi atau kegunaan tersendiri bagi anak,
karena tanpa adanya perasaan ini, anak akan
berkembang ke arah sikap maladaptif yang disebut
Erikson sebagai impulsiveness (terlalu menuruti kata
hati), sebaliknya apabila seorang anak selalu memiliki
perasaan malu dan ragu-ragu juga tidak baik, karena
akan membawa anak pada sikap malignansi yang disebut
Erikson compulsiveness. Sifat inilah yang akan membawa
anak selalu menganggap bahwa keberadaan mereka
selalu bergantung pada apa yang mereka lakukan, karena
itu segala sesuatunya harus dilakukan secara sempurna.
Apabila tidak dilakukan dengan sempurna maka mereka
tidak dapat menghindari suatu kesalahan yang dapat
menimbulkan adanya rasa malu dan ragu-ragu.

Jikalau dapat mengatasi krisis antara kemandirian


dengan rasa malu dan ragu-ragu dapat diatasi atau jika
diantara keduanya terdapat keseimbangan, maka nilai
positif yang dapat dicapai yaitu adanya suatu kemauan
atau kebulatan tekad. Meminjam kata-kata dari
Supratiknya yang menyatakan bahwa “kemauan
menyebabkan anak secara bertahap mampu menerima
peraturan hukum dan kewajiban”.

Ritualisasi yang dialami oleh anak pada tahap ini


yaitu dengan adanya sifat bijaksana dan legalisme.
39

Melalui tahap ini anak sudah dapat mengembangkan


pemahamannya untuk dapat menilai mana yang salah
dan mana yang benar dari setiap gerak atau perilaku
orang lain yang disebut sebagai sifat bijaksana.
Sedangkan, apabila dalam pola pengasuhan terdapat
penyimpangan maka anak akan memiliki sikap legalisme
yakni merasa puas apabila orang lain dapat dikalahkan
dan dirinya berada pada pihak yang menang sehingga
anak akan merasa tidak malu dan ragu-ragu walaupun
pada penerapannya menurut Alwisol mengarah pada
suatu sifat yang negatif yaitu tanpa ampun, dan tanpa
rasa belas kasih.

3. Inisiatif vs Kesalahan

Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai


adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini
anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan
kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan
beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan
dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara
waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.

Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap


kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang
biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu
periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5
atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang
anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan
(inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.
Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang
40

anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap


tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-
kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan.
Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk
menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata,
sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh
anaknya dengan cara mendorong anak untuk
mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi,
semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada
masa genital ini mengalami hambatan karena dapat
mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang
baik bagi dirinya yaitu merasa berdosa dan pada
klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah atau
malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri
sendiri atas apa yang mereka rasakan dan lakukan.

Ketidakpedulian (ruthlessness) merupakan hasil


dari maladaptif yang keliru, hal ini terjadi saat anak
memiliki sikap inisiatif yang berlebihan namun juga
terlalu minim. Orang yang memiliki sikap inisiatif sangat
pandai mengelolanya, yaitu apabila mereka mempunyai
suatu rencana baik itu mengenai sekolah, cinta, atau karir
mereka tidak peduli terhadap pendapat orang lain dan
jika ada yang menghalangi rencananya apa dan siapa pun
yang harus dilewati dan disingkirkan demi mencapai
tujuannya itu. Akan tetapi bila anak saat berada pada
periode mengalami pola asuh yang salah yang
menyebabkan anak selalu merasa bersalah akan
mengalami malignansi yaitu akan sering berdiam diri
(inhibition). Berdiam diri merupakan suatu sifat yang
tidak memperlihatkan suatu usaha untuk mencoba
melakukan apa-apa, sehingga dengan berbuat seperti itu
mereka akan merasa terhindar dari suatu kesalahan.
41

Kecenderungan atau krisis antara keduanya dapat


diseimbangkan, maka akan lahir suatu kemampuan
psikososial adalah tujuan (purpose). Selain itu, ritualisasi
yang terjadi pada masa ini adalah masa dramatik dan
impersonasi. Dramatik dalam pengertiannya dipahami
sebagai suatu interaksi yang terjadi pada seorang anak
dengan memakai fantasinya sendiri untuk berperan
menjadi seseorang yang berani. Sedangkan impersonasi
dalam pengertiannya adalah suatu fantasi yang dilakukan
oleh seorang anak namun tidak berdasarkan
kepribadiannya. Oleh karena itu, rangakain kata yang
tepat untuk menggambarkan masa ini pada akhirnya
bahwa keberanian, kemampuan untuk bertindak tidak
terlepas dari kesadaran dan pemahaman mengenai
keterbatasan dan kesalahan yang pernah dilakukan
sebelumnya.

4. Kerajinan vs Inferioritas

Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya


kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan
dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini
anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di
lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan
berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di
pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan
kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia
menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak
merasa rendah diri.

Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap


laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6
42

sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam


tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan
kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan
rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area
sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga
merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek
memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu
mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus
menerima kehadirannya, dan lain sebagainya.

Tingkatan ini menunjukkan adanya pengembangan


anak terhadap rencana yang pada awalnya hanya sebuah
fantasi semata, namun berkembang seiring
bertambahnya usia bahwa rencana yang ada harus dapat
diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar.
Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan
bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau
ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat
mengembangkan suatu sikap rajin. Berbeda kalau anak
tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak
mampu (inferioritas), sehingga anak juga dapat
mengembangkan sikap rendah diri. Oleh sebab itu,
peranan orang tua maupun guru sangatlah penting untuk
memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada
usia seperti ini. Kegagalan di bangku sekolah yang dialami
oleh anak-anak pada umumnya menimpa anak-anak
yang cenderung lebih banyak bermain bersama teman-
teman dari pada belajar, dan hal ini tentunya tidak
terlepas dari peranan orang tua maupun guru dalam
mengontrol mereka. Kecenderungan maladaptif akan
tercermin apabila anak memiliki rasa giat dan rajin terlalu
besar yang mana peristiwa ini menurut Erikson disebut
sebagai keahlian sempit. Di sisi lain jika anak kurang
43

memiliki rasa giat dan rajin maka akan tercermin


malignansi yang disebut dengan kelembaman. Mereka
yang mengidap sifat ini oleh Alfred Adler disebut dengan
“masalah-masalah inferioritas”. Maksud dari pengertian
tersebut yaitu jika seseorang tidak berhasil pada usaha
pertama, maka jangan mencoba lagi. Usaha yang sangat
baik dalam tahap ini sama seperti tahap-tahap
sebelumnya adalah dengan menyeimbangkan kedua
karateristik yang ada, dengan begitu ada nilai positif yang
dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap
pribadi yakni kompetensi.

Dalam lingkungan yang ada pola perilaku yang


dipelajari pun berbeda dari tahap sebelumnya, anak
diharapkan mampu untuk mengerjakan segala sesuatu
dengan mempergunakan cara maupun metode yang
standar, sehingga anak tidak terpaku pada aturan yang
berlaku dan bersifat kaku. Peristiwa tersebut biasanya
dikenal dengan istilah formal. Sedangkan pada pihak lain
jikalau anak mampu mengerjakan segala sesuatu dengan
mempergunakan cara atau metode yang sesuai dengan
aturan yang ditentukan untuk memperoleh hasil yang
sempurna, maka anak akan memiliki sikap kaku dan
hidupnya sangat terpaku pada aturan yang berlaku. Hal
inilah yang dapat menyebabkan relasi dengan orang lain
menjadi terhambat. Peristiwa ini biasanya dikenal
dengan istilah formalism.

6. Identitas vs Kekacauan Identitas

Tahap kelima merupakan tahap adolesen


(remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan
berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja
44

(adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity –


Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah
kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan
kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha
untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri,
ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan
memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja
sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga
tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai
penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi
oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap
kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka
mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka
sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada
masing-masing anggota

Pencapaian identitas pribadi dan menghindari


peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus
dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini
merupakan masa yang mempunyai peranan penting,
karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat
identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi
berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara
seseorang terjun ke tengah masyarakat. Lingkungan
dalam tahap ini semakin luas tidak hanya berada dalam
area keluarga, sekolah namun dengan masyarakat yang
ada dalam lingkungannya. Masa pubertas terjadi pada
tahap ini, kalau pada tahap sebelumnya seseorang dapat
menapakinya dengan baik maka segenap identifikasi di
masa kanak-kanak diintrogasikan dengan peranan sosial
secara aku, sehingga pada tahap ini mereka sudah dapat
melihat dan mengembangkan suatu sikap yang baik
45

dalam segi kecocokan antara isi dan dirinya bagi orang


lain, selain itu juga anak pada jenjang ini dapat
merasakan bahwa mereka sudah menjadi bagian dalam
kehidupan orang lain. Semuanya itu terjadi karena
mereka sudah dapat menemukan siapakah dirinya.
Identitas ego merupakan kulminasi nilai-nilai ego
sebelumnya yang merupakan ego sintesis. Dalam arti
kata yang lain pencarian identitas ego telah dijalani sejak
berada dalam tahap pertama/bayi sampai seseorang
berada pada tahap terakhir/tua. Oleh karena itu, salah
satu point yang perlu diperhatikan yaitu apabila tahap-
tahap sebelumnya berjalan kurang lancar atau tidak
berlangsung secara baik, disebabkan anak tidak
mengetahui dan memahami siapa dirinya yang
sebenarnya ditengah-tengah pergaulan dan struktur
sosialnya, inilah yang disebut dengan identity confusion
atau kekacauan identitas.

Akan tetapi di sisi lain jika kecenderungan


identitas ego lebih kuat dibandingkan dengan kekacauan
identitas, maka mereka tidak menyisakan sedikit ruang
toleransi terhadap masyarakat yang bersama hidup
dalam lingkungannya. Erikson menyebut maladaptif ini
dengan sebutan fanatisisme. Orang yang berada dalam
sifat fanatisisme ini menganggap bahwa pemikiran, cara
maupun jalannyalah yang terbaik. Sebaliknya, jika
kekacauan identitas lebih kuat dibandingkan dengan
identitas ego maka Erikson menyebut malignansi ini
dengan sebutan pengingkaran. Orang yang memiliki sifat
ini mengingkari keanggotaannya di dunia orang dewasa
atau masyarakat akibatnya mereka akan mencari
identitas di tempat lain yang merupakan bagian dari
kelompok yang menyingkir dari tuntutan sosial yang
46

mengikat serta mau menerima dan mengakui mereka


sebagai bagian dalam kelompoknya.

Kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang


dapat dipetik dalam tahap ini, jikalau antara identitas ego
dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara
seimbang, yang mana kesetiaan memiliki makna
tersendiri yaitu kemampuan hidup berdasarkan standar
yang berlaku di tengah masyarakat terlepas dari segala
kekurangan, kelemahan, dan ketidakkonsistennya.

Ritualisasi yang nampak dalam tahap adolesen ini


dapat menumbuhkan ediologi dan totalisme.

6. Keintiman vs Isolasi

Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui,


maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya
yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30
tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai
adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada
masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat
dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan
kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai
selektif, dia membina hubungan yang intim hanya
dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada
tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan
yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang
akrab atau renggang dengan yang lainnya.

Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin


mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha
menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan
47

dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang


biasanya disebut dengan istilah pacaran guna
memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan
dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam
kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya
kerja sama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi,
peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda
apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai
kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain
secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi.
Erikson menyebut adanya kecenderungan maladaptif
yang muncul dalam periode ini ialah rasa cuek, di mana
seseorang sudah merasa terlalu bebas, sehingga mereka
dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan dan
merasa tergantung pada segala bentuk hubungan
misalnya dalam hubungan dengan sahabat, tetangga,
bahkan dengan orang yang kita cintai/kekasih sekalipun.
Sementara dari segi lain/malignansi Erikson
menyebutnya dengan keterkucilan, yaitu kecenderungan
orang untuk mengisolasi/menutup diri sendiri dari cinta,
persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga
muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari
kesendirian dan kesepian yang dirasakan.

Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman


dan isoalasi harus berjalan dengan seimbang guna
memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks
teorinya, cinta berarti kemampuan untuk
mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan
keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah
cinta yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup
hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan
orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain.
48

Ritualisasi yang terjadi pada tahan ini yaitu


adanya afiliasi dan elitisme. Afilisiasi menunjukkan suatu
sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk
mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat,
kekasih, dan lain-lain. Sedangkan elitisme menunjukkan
sikap yang kurang terbuka dan selalu menaruh curiga
terhadap orang lain.

7. Generativitas vs Stagnasi

Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada


posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang
berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa
(Adulthood) ditandai adanya kecenderungan
generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa
dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak
dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.
Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat
luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala
macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap
pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk
mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia
mengalami hambatan.

Apabila pada tahap pertama sampai dengan


tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian
pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai
ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara
sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak
berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah
perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah
49

kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui


generativitas akan dapat dicerminkan sikap
memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh
berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan
terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan
dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap
siapapun.

Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap


terlalu peduli, sehingga mereka tidak punya waktu untuk
mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang ada
adalah penolakan, di mana seseorang tidak dapat
berperan secara baik dalam lingkungan kehidupannya
akibat dari semua itu kehadirannya ditengah-tengah area
kehiduannya kurang mendapat sambutan yang baik.

Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu


terjadinya keseimbangan antara generativitas dan
stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat
dipetik yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini
meliputi generasional dan otoritisme. Generasional ialah
suatu interaksi/hubungan yang terjalin secara baik dan
menyenangkan antara orang-orang yang berada pada
usia dewasa dengan para penerusnya. Sedangkan
otoritisme yaitu apabila orang dewasa merasa memiliki
kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang
mereka alami serta memberikan segala peraturan yang
ada untuk dilaksanakan secara memaksa, sehingga
hubungan diantara orang dewasa dan penerusnya tidak
akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan.
50

8. Integritas vs Keputusasaan

Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut


tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang
berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua
(Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego
integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki
kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji
dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi
yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya
yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki
beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya
tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali
kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini
individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus
berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan
karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut,
sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya

Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada


tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-
tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia
senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan
putus asa dan kekecewaan. Tahap ini merupakan tahap
yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian
orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari
lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja
dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak
berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam
diri orang yang berada pada tahap paling tinggi dalam
teori Erikson terdapat integritas yang memiliki arti
tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena itu juga
berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun,
51

sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka


tidak terdapat integritas yang mana sikap terhadap
datangnya kecemasan akan terlihat. Kecenderungan
terjadinya integritas lebih kuat dibandingkan dengan
kecemasan dapat menyebabkan maladaptif yang biasa
disebut Erikson berandai-andai, sementara mereka tidak
mau menghadapi kesulitan dan kenyataan di masa tua.
Sebaliknya, jika kecenderungan kecemasan lebih kuat
dibandingkan dengan integritas maupun secara
malignansi yang disebut dengan sikap menggerutu, yang
diartikan Erikson sebagai sikap sumaph serapah dan
menyesali kehidupan sendiri. Oleh karena itu,
keseimbangan antara integritas dan kecemasan itulah
yang ingin dicapai dalam masa usia senja guna
memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.5

5
Sebagian disarikan dari buku The Erik Erikson Reader oleh Robert Coles.
Penerbit w.w Norton and Company New York. 1978. Dan Buku Chilhood and
Society. Oleh Erik H Erikson. Penerbit Paladin Grafton Books. 1977. Serta
disarikan dari sumber on-line.
52

6. TEORI PERKEMBANGAN PSIKOANALISA SIGMUN FRUED

A. Teori Psikoanalisa Sigmund Freud

Psikonalisa merupakan suatu


pandangan baru tentang manusia pada
abad 20-an, dimana ketidaksadaran
memainkan peranan sentral.
Pandangan ini mempunyai relevansi
praktis, karena dapat digunakan dalam
mengobati pasien-pasien yang
mengalami gangguan-gangguan psikis.
Secara skematis Sigmund Freud mengambarkan jiwa
sebagai Gunung Es dimana bagian yang muncul di permukaan air
merupakan bagian terkecil yaitu puncak dari Gunung Es itu yang
dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (conciousnes), agak
di bawah permukaan adalah bagian pra kesadaran (sub
conciousness) dan bagian terbesar terletak di dasar air yang
dalam hal kejiwaan merupakan alam ketidaksadaran
(unconciousness).
Sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan mausia
dikuasai oleh alam ketidaksadaran dan berbagai kelainan tingkat
laku dapat disebabkan karenafaktor-faktor yang terpendam
dalam alam ketidaksadaran. Maka dari itu untuk mempelajari
seseorang kita harus menganalisa jiwa orang tersebut sampai
kita dapat melihat keadaan dalam alam ketidaksadarannya, yang
selama ini tertutup oleh alam sadar
Adapun Struktur Kepribadian awal yang digambarkan
oleh Freud adalah sebagai berikut:
53

Struktur Kepribadian Awal dari Freud


Freud
Kesadaran ( consciousness )

Prakesadaran ( pre -consciousness )

Ketidaksadaran ( unconsciousness )

Kepribadian manusia seperti gunung es. Bagian yang terlihat


adalah bagian terkecil. Sedangkan bagian terbesar ada di
bawah permukaan laut.

B. Psikoanalisa Sebagai Teori Perkembangan Kepribadian


a. Struktur kepribadian
Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau
aspek yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan
superego (aspek sosiologis). Untuk mempelajari dan memahami
sistem kepribadian manusia, Freud berusaha mengembangkan
model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan
ketegangan antara satu dengan yang lainnya. Konflik dasar
ketiga sistem kepribadian tersebut dapat menciptakan energi
psikis individu dan memiliki sistem kerja, sifat serta fungsi yang
berbeda. Meskipun demikian antara satu dengan yang lainnya
merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam
mempengaruhi perilaku manusia.
Id merupakan lapisan psikis yang paling dasariah,
kawasan eros dan thanos berkuasa. Dalam id terdapat naluri-
naluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada
pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan
kesenangan) serta keinginankeinginan yang direpresi. Hidup
psikis janin sebelum lahir dan bayi yang baru dilahirkan terdiri
54

dari id saja. Jadi id sebagai bawaan waktu lahir merupakan bahan


dasar bagi pembentukan hidup psikis lebih lanjut.
Sedangkan naluri id merupakan prinsip kehidupan yang
asli atau pertama, yang oleh Freud dinamakan prinsip
kesenangan, yang tujuannya adalah untuk membebaskan
seseorang dari ketegangan atau mengurangi jumlah ketegangan
sehinga menjadi lebih sedikit dan untuk menekannya sehingga
sedapat mungkin menjadi tetap.
Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan atau
kegerahan sedangkanpert longan dari ketegangan dirasakan
sebagai kesenangan. Id tidak diperintahkan oleh hukum akal
atau logika dan tidak memiliki nilai etika ataupun akhlak. Id
hanya didorong oleh satu pertimbangan yaitu mencapai
kepuasan bagi keinginan nalurinya, sesuai dengan prinsip
kesenangan.
Menurut Freud ada dua cara yang dilakukan oleh id
dalam memenuhi kebutuhannya untuk meredakan ketegangan
yang timbul yaitu melalui reflek seperti berkedip dan melalui
proses primer seperti membayangkan makanan pada saat lapar.
Sudah pasti dengan membayangkan saja kebutuhan kita tidak
akan terpenuhi melainkan hanya membantu meredekan
ketegangan dalam diri kita. Agar tidak terjadi konflik maka dari
itu diperlukan sistem lain yang dapat merealisasikan imajinasi itu
menjadi kenyataan sistem tersebut adalah ego.
Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi
kesadaran yang terbentuk sebagai pengaruh individu kepada
dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya
berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Jadi
ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil
kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan
dijalankan ego sehubungan dengan upaya menawarkan dengan
kebutuhan atau mengurangi ketegangan
55

Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang


mengontrol dan memerintahkan id dan superego serta
memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan
seluruh kepribadian yang keperluannya luas. Jika ego melakukan
faal pelaksanaannya dengan bijaksana akan terdapat
keharmonisan dan keselarasan. Kalau ego mengarah atau
menyerahkan kekususannya terlalu banyak kepada id, kepada
superego ataupun kepada dunia luar akan terjadi kejanggalan
dan kesadarannya pun tidak teratur.
Selain itu ego juga merupakan hasil dari tindakan saling
mempengaruhi lingkungan garis perkembangan idividu yang
ditetapkan oleh keturunan dan dibimbing oleh proses-proses
pertumbuhan yang wajar. Ini berarti bahwa setiap orang
memiliki potensi pembawaan untuk berpikir dan menggunakan
akalnya. Sehingga dapat dikatakan bahwaa kebanyakaan ego
bekerja di bidang kesadaran, terkadang juga pada alam
ketidaksadaran dan melindungi individu dari gangguan
kecemasan yang disebabkan oleh tuntutan id dan superego.
Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi
nilai-nilai moral bersifat evaluatif (memberikanbatasan baik dan
buruk). Menurut Freud superego merupakan internalisasi
individu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini
terdapat nilai moral yang memberiakan batasan baik dan buruk.
Dengan kata lain superego dianggap pula sebagai moral
kepribadian. Adapun fungsi pokok dari superego jika dilihat dari
hubungan dengan ketiga aspek kepribadian adalah merintangi
impuls-impuls ego terutama impuls-impuls seksual dan agresif
yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat dan
mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis
daripada yang realistis serta mengejar kesempurnaan yang
diserap individu dari lingkungannya.
Sedangkan dalam superego yang bersifat ideal, Freud
membaginya kedalam dua kumpulan yaitu suara hati cansience)
56

dan ego ideal. Kata hati didapat melalui hukuman oleh orang tua,
sedangkan ego ideal dipelajari melalui penggunaan
penghargaan. Superego dapat obyektif dan lingkungan proses
rohaniah yang lebih tinggi maka superego dapat dianggap
sebagai hasil sosialisasi dengan adat tradisi kebudayaan.

Superego dalam peranannya sebagai penguasa dari


dalam dirinya kemudian mengambil tindakan serangan terhadap
ego. Setiap kali ego mengandung pikiran untuk memusuhi atau
membrontak terhadap seorang yang berkuasa di luar. Oleh
karena itu ego merupakan agen dari penghidupan superego
dengan jalan berusaha untuk menghancurkan ego mempunyai
tujuan yang sama dengan keinginan mati yang semula dalam id.
Itulah sebabnya maka superego dikatakan menjadi agen dari
naluri-naluri kematian.

b. Dinamika kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan
positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia
sebagai suatu kompleks sistem energi, yang memperoleh
energinya dari makanan serta mempergunakannya untuk
57

bermacam-macam hal: sirkulasi, pernafasan, gerakan otot-otot,


mengamati, mengingat, berpikir dan sebagainya. Sebagaimana
ahli-ahli ilmu alam abad XIX yang mendefinisikan energi
berdasarkan lapangan kerjanya, maka Freud menamakan energi
dalam psike ini “energi psikis”. Menurut hukum “penyimpangan
tenaga” maka energi dapat berpindah dari satu tempat
ketempat lain, tetapi tidak dapat hilang. Berdasarkan pemikiran
itu Freud berpendapat, bahwa energi psikis dapat dipindahkan
keenergi fisioligis dan sebalikya. Jembatan antara energi tubuh
dengan kepribadian ialah id dengan instink-instingnya.
Salah satu masalah yang banyak dibicarakan oleh para
ahli ialah jumlah dan macam-macamnya instink. Untuk
menyebutkan beberapa macam saja misalnya James
mengemukakan 32 macam instink, Mc Dougall mengemukakan
14 dan kemudian 18 macam instink, Thorndike mengemukakan
40 macam atau lebih, Angel mengemukakan 16 macam. Freud
tidak berusaha memberikan jumlah serta macam-macamnya
instink itu sebab dia beranggapan bahwa keadaan tubuh tempat
bergantungnya instink itu tidak cukup dikenal. Mengenal
keadaan tubuh bukanlah tugas ahli psikologi, melainkan tugas
ahli fisiologi. Walaupun demikian menerima bahwa
bermacammacam instink itu dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Instink-instink hidup(Life instinct atau eros)
Instink kehidupan baik yang berupa kecondongan untuk
mempertahankan ego, libido narsissistis maupun libido
berobyek. Bertujuan untuk pengikatan, artinya mengadakan
kesatuan yang semakin erat dan karena itu semakin mantap
untuk mempertahan hidup.
2. Instink-instink mati mati (Death instinc atau thanatos)
Instink kematian bertujuan untuk mengahancurkan dan
menceraikan apa yang sudah bersatu, karena tujuan
terakhir setiap mahluk hidup ialah mau tidak mau meninggal
58

dunia. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa baik instink-


instink kehidupan maupun instink-instink kematian bersifat
konsevatif, dalam arti bahwa kedua-duanya berusaha untuk
mempertahankan suatu keadaan yang lebih dahulu. Instink
kehidupan berusaha untuk mempertahankan kehidupan
yang sudah ada, sedangkan instinkkematian berusaha untuk
mempertahankan keadaan inorganik.
Menurut pendapat Freud dua jenis instink ini sesuai
dengan dua proses pada taraf biologis yang berlangsung dalam
setiap organisme, yaitu pembentukan dan penghancuran.
kematian berusaha untuk mempertahankan keadaan inorganik.
Menurut pendapat Freud dua jenis instink ini sesuai dengan dua
proses pada taraf biologis yang berlangsung dalam setiap
organisme, yaitu pembentukan dan penghancuran

c. Tahapan Perkembangan Psikoseksual


Freued membagi perkembangan anak menjadi 6 (enam)
fase perkembangan yakni:
1) Fase Oral
Yaitu pada usia 0 sampai dengan 18 bulan. Pada fase ini,
mulut merupakan central pokok keaktifan yang dinamis.
2) Fase Anal
Yaitu pada usia 18 bulan sampai dengan 3 tahun. Pada fase
ini, dorongan dan tahanan berpusat pada alat pembuangan
kotoran rektum.
3) Fase Falis (phalik)
Yaitu pada usia 3 tahun sampai dengan 6 tahun. Pada fase
ini, alat-alat kelamin merupakan daerah organ paling
perasa, seperti jatuh cinta pada orang tua dengan jenis
kelamin berbeda.
59

4) Fase Latensi (Latent)


Yaitu pada usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun. Pada fase
ini, impuls-impuls cenderung berdada pada kondisi
tertekan, lebih pada perkembangan moral dan intelektual.
5) Fase Pubertas
Yaitu pada usia11 tahun sampai dengan 20 tahun. Pada fase
ini, impuls-impuls kembali menonjol. Kegiatan ini jika dapat
disublimasikan maka seorang anak akan sampai pada fase
kematangan.
6) Fase Genital
Yaitu pada usia lebih dari 20 tahun. Pada fase ini, seseorang
telah sampai pada fase dewasa. Seperti membangun
hubungan dengan lawan jenis.

Secara menyeluruh perkembangan psikoseksual dapat


dilihat pada tabel berikut:

Usia Tahap Fokus Karakteristik Hasil yang tidak


Psiko Perasa Perilaku diharapkan
seksual an (fiksasi)
Senang
Lahir-18 Oral Mulut, Mencari stimulasi Alkoholisme,
bulan Bibir oral, menghisap merokok,
meski tidak lapar menggigit kuku,
tidak matang,
kepribadian
menuntut
18 bln--3 Anal Rektum Menikmati saat Konformisme
tahun mengeluarkan tinggi, kerapian
dan menahan kompulsive,
feses permusuhan,
kepribadian
menantang
60

3--6 Phalik Genital Tertarik genital, Problem seksual


tahun jatuh cinta pada (impoten,
orangtua dengan frigiditas),
jenis kelamin homoseksual,
berbeda ketidakmampuan
menangani
kompetisi
6--11 Latensi --- Mengembangkan ---
tahun kecakapan sosial
dan intelektual

11--20 Pubert Impuls-impuls


tahun as kembali menonjol

20 Genital Genital Membangun ---


tahun hubungan dengan
lawan jenis

Secara teoritis setiap orang harus melewati fase-fase


tersebut dalam perkembangan psikoseksualnya. Apabila terjadi
gangguan pada salah satu fase maka akan terjadi ketidakpuasan
yang dapat menyebabkan terjadinya neurose pada orang
tersebut dikemudian hari setelah ia dewasa. Dengan demikian
maka untuk menilai kepribadian seorang penderita neurose dan
mecari faktor-faktor penyebab neurose itu perlu diteliti segala
peristiwa yang pernah terjadi selama tingkat-tingkat
perkembangan psikoseksual, yang terdiri dari beberapa fase
tersebut.6

6
Disarikan dari berbagai sumber dan sumber utama tersedia dalam
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1-2007-
nurhadinim-1688-bab3_410-9.pdf
61

7. TEORI PERKEMBANGAN MORAL LAWRENCE KOHLBERG

Pendidikan moral harus


mengacu pada perkembangan
penalaran moral peserta didik, karena
seiring dengan perkembangan anak
mereka menjadi kurang bergantung
pada hadiah (reward) dan hukuman
(punishment) dalam pemberian
penguatan (reinforcement), dan lebih
bergantung pada satu rasa pribadi
tentang benar dan salah. Hal ini dianggap mencerminkan
internalisasi mereka atas kode moral masyarakat, perubahan
dari kode moral eksternal ke internal ini merupakan fokus utama
dalam kajian pendidikan moral . adapun tahap-tahap
perkembangan moral tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini;

Tingkat Tahap Deskripsi


Tingkat Tahap 1 Prilaku moral dikaitkan dengan hukuman.
I Moralitas Apapun yang dihargai adalah baik, apapun
Heteronomus yang dihukum adalah buruk, anak-anak
mematuhinya karena mereka takut
dihukum.
Tahap 2 Mengejar kepentingan2 individual
Individualisme dipandang sbg hal yg benar untuk
tujuan dan dilakukan. Karena itu, prilaku dikatakan
Pertukaran baik bila memenuhi kepentingan pribadi,
Instrumental
Tingkat Tahap 3 Rasa percaya dan kasih sayang dan
II Ekspektasi- kesetiaan dihargai dan dipandang sbg basis
ekspektasi antar penilaian moral. Anak-anak dan remaja
pribadi timbal balik, mungkin mengadopsi standar2 moral orang
keselarasan tua mereka agar dianggap sbg anak yg baik.
hubungan dan antar
pribadi
62

Tahap 4 “Baik” ditentukan oleh hukum2


Moralitas Sistem- masyarakat, dengan melakukan tugas
sistem Sosial asing2. Hukum harus dipatuhi, bahkan jika
itu tidak adil. Aturan dan hukum dipatuhi
karena diperlukan untuk menjaga tatanan
sosial. Keadilan Drs dipandang sbg hal yang
harus ditegakkan
Tingkat Tahap 5 Nilai-nilai, hak-hak, dan prinsip-prinsip
III Kontrak Sosial dan melampaui hukum. “Baik” dipahami dalam
hak-hak individual kaitan dengan nilai-nilai dan prinsip2 yang
telah disepakati masyarakat. Validitas
hukum dievaluasi dan diyakini bahwa itu
harus diubah jika tidak mempertahankan
dan melindungi hak-hak dan nilai-nilai
dasar
Tahap 6 Pada tahap ini individu telah
Prinsip-prinsip etika mengembangkan satu kode moral internal
universal yang didasarkan pada nilai-nilai universal
dan hak-hak manusia yang mendahului
aturan2 dan hukum2 sosial. Ketika
dihadapkan pada konflik antara hukum dan
nurani, nurani akan diikuti meski ini dapat
melibatkan resik pribadi.

Anak-anak akan semakin mampu membedakan antara


pelanggaran moral (moral transgressions) dan pelanggaran
konvensional (conventional transgressions), semakin
bertambahnya usia. Pelanggaran konvensional merupakan
prilaku-prilaku yang meskipun etis tetapi melanggar
pemahaman yang dianut secara luas.7

7
Disarikan dari Buku Santrock.J.W. Perkembangan Anak. Edisi Kesebelas.
Penerbit Erlangga. Jakarta
63

BAB II
PERKEMBANGAN MASA PRENATAL

A. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa


yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat
sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat
kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat
(gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen
dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah
pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses
diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998;
Tanuwijaya, 2003).

Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu


perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri
lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan
adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap
kelompok umur dan masing-masing organ juga mempunyai
pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 periode
pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 – 1
tahun, dan masa pubertas.

Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan


pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil
64

interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ


yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi
beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif,
motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada
fase awal ini akan menentukan perkembangan fase
selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek
perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.

B. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Prenatal

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur,


saling berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak
pembuahan sampai dewasa. Walaupun terdapat variasi, namun
setiap anak akan melewati suatu pola tertentu. Permulaan
kehidupan manusia dapat ditinjau secara psikologis dan biologis

 Secara psikologis kehidupan manusia dimulai pada saat


janin mulai bereaksi terhadap rangsang-rangsang dari
luar. Reaksi terhadap rangsang dari luar telah dimulai
sangat awal.
65

 Secara biologis kehidupan dimulai pada saat terjadinya


konsepsi atau pembuahan, yakni bersatunya sel telur
(ovum: tunggal, ova: jamak) dan sel laki-laki
(spermatozoa: tunggal, spermatozoon: jamak)

Kedua sel yang telah bersatu tersebut tumbuh dan


berkembang dalam organ reproduksi wanita (rahim). Masa
pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan.
Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan
masa fetus. Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai
umur kehamilan 8 minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak
umur 9 minggu sampai kelahiran.

Ovum

Spermatozoa
66

Sel telur diproduksi dalam gonad wanita (ovarium) dan


sel spermatozoa diproduksi dalam gonad pria (tes tes). Proses
terjadinya pembuahan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

a. Proses Pembuahan

Kemungkinan terjadinya pembuahan telah


ditentukan secara alamiah. Sekali dalam 28 hari, seringkali
sekitar pertengahan siklus menstruasi, sebuah telur dalam
salah satu kandung telur menjadi masak dan bergerak pelan
masuk ke dalam rahim.

Perjalanan ini memakan waktu 3 sampai 7 hari, dan


apabila dalam perjalanan tersebut tidak terjadi pembuahan,
maka lenyaplah telur dalam rahim. Bila telur dalam
perjalanan bertemu dengan spermatozoa dan masuk
melalui dinding telur, maka terjadilah pada detik itu hal-hal
67

sebagai berikut: sel benih melepaskan 23 bagian kecil-kecil


dari dirinya yang disebut kromosom.

Pada saat itu pecahlah inti telur dan lepaslah 23


kromosom. Kromosom ayah dan kromosom ibu lebur
menjadi satu dan membentuk bakal keturunan bagi anak.
Kromosom tadi mengandung bagian yang lebih kecil lagi
yang membawa faktor-faktor keturunan yang sesungguhnya
yang disebut gene.

Kromosom
68

b. Lama Masa Prenatal

Periode pranatal berlangsung selama 280 hari atau


kurang lebih 40 minggu yang dihitung mulai dari sesudah
hari pertama menstruasi terakhir. Hurlock (1993)
mengatakan bahwa orang awam menghitung kehamilan
selama 9 bulan kalender. Bertentangan dengan itu, para
ilmuwan menggunakan bulan yang lamanya 28 hari (lunar)
sebagai tolok ukur. Ini bertepatan dengan periode siklus
menstruasi wanita.

c. Urutan Perkembangan Masa Prenatal

Urutan perkembangan dalam periode pranatal telah


pasti dan tidak dapat diubah. Kepala, mata, tubuh, tangan,
kaki, alat-alat kelamin dan alat-alat berkembang dengan
urutan tertentu dan juga kurang lebih pada usia pranatal
yang sama pada semua fetus. Pertumbuhan yang teratur ini
dapat dilihat dari kenyataan bahwa semua fetus selalu
dapat memutar kepalanya lebih dahulu sebelum mereka
dapat melencangkan kepalanya.
69

Urutan Perkembangan Prenatal

Periode-periode prenatal menurut para ahli,


disajikan dalam tabelsebagai berikut:
70

Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Selama


Trisemester, Mulai Fase Germinal Sampai Fase Fetal
Disajikan dalam Tiga Tabel berikut:
71

Hubungan Ibu dan Anak


72

Janin Kembar

d. Pengaruh Prenatal Terhadap Tingkah Laku Postnatal


73

1) Faktor Lingkungan
Faktor ekstern yang diperkirakan mempengaruhi
tingkah laku postnatal antara lain:
 Sinar rontgen dapat mempengaruhi tingkah laku
motorik, gerak bebas, pembuangan, aktivitas, dan
belajar diskriminatif. Akibat penyinaran memiliki
hubungan dengan usia kehamilan. Makin banyak
dosis penyinaran makin buruk akibatnya
 Pemakaian obat-obat penenang seperti softenon
atau thalidomid dapat mengakibatkan cacat
berat. Penelitian antara tahun 1959 – 1962
menemukan bahwa cacat yang disebabkan
thalidomid terjadi antara hari ke 34 dan ke 50, jadi
antara minggu kelima dan ketujuh usia
kehamilan.
 Usaha-usaha pengguguran kandungan dengan
menggunakan obat-obatan yang lain pada usia
kehamilan awal dapat menyebabkan gangguan-
gangguan perkembangan.

2) Ketegangan emosional dapat berpengaruh pada


kenaikan aktivitas yang sangat menyolok pada fetus.
 Penelitian yang pernah dilakukan membuktikan
bahwa wanita dengan susunan syaraf otonom
yang labil mempunyai fetus yang paling aktif.
 Fetus yang aktif pada waktu dilahirkan memiliki
berat badan yang kurang serta menunjukkan
masalah-masalah makan.
 Menurut penelitian Stott, 1957, 1958 (dalam
Monks, 1992) menemukan bahwa kegoncangan
psikis dalam dua bulan pertama dapat
74

menyebabkan gangguan sentral, misalnya


mongolismus atau down syndrome.
 Bila ketegangan psikis terjadi pada usia fetal,
maka dapat terjadi sindrom nafsu terhambat,
yakni sedikit aktivitas, sedikit spontanitas, pada
umumnya terjadi suatu tingkah laku apatis.

3) Takhayul

Takhayul di Indonesia menjadi masalah, terutama


mengenai pengaruh tingkah laku orangtua terhadap bayi
yang akan dilahirkan.

Ada anggapan bahwa sewaktu ibu sedang hamil,


suaminya membunuh seekor ular, maka anak yang akan
dilahirkan kulitnya bersisik seperti ular.

Selain itu ibu hamil sering ngidam, misalnya


menginginkan makanan yang aneh-aneh, buah-buahan
masam, bau-bauan tertentu, mual-mual bila membau
keringat atau rokok suami.

Hal itu dapat diterangkan bahwa dalam diri ibu adanya


pengaruh keadaan hormonal terhadap psikis ibu.

Ada anggapan bahwa sikap menolak dari pihak ibu


terhadap janin dalam kandungan akan diteruskan
sesudah anak dilahirkan.

Namun hasil penelitian Geissler di Jerman Timur dan


Sears et al di Amerika (dalam Monks, dkk., 1992)
menunjukkan bahwa lebih dari 90% jumlah ibu yang
semula menolak, berubah mempunyai sikap yang positif
terhadap anak sesudah dilahirkan.
75

Geissler dalam penelitian longitudinal menunjukkan


bahwa ada perubahan sikap ibu terhadap anak yang
dikandungnya, yakni dari sikap positip ke negatif, dan
dari sikap negatif ke positif, dan sikap yang berubah-ubah
itu akhirnya menjadi positif, yaitu sikap menerima
terhadap anak yang dilahirkan

e. Implikasi Terhadap Pendidikan

Supaya bayi yang dilahirkan sehat, maka ibu harus


merawatnya dengan baik dan membutuhkan perawatan
secara fisik dan psikis dan menjauhkan dari bahaya-
bahaya selama kehamilan.
Pemeriksaan rutin selama kehamilan akan semakin
mudah diketahui secara dini gejala-gejala kelainan
selama kehamilan, sehingga pencegahan terhadap
gangguan selama kehamilan sedini mungkin dapat
dicegah dan diobati.
76

BAB III
PERKEMBANGAN MASA POST NATAL TIGA TAHUN PERTAMA

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola,


yaitu pola umum, neural, limfoid, serta reproduksi. Organ-
organ yang mengikuti pola umum adalah tulang panjang,
otot skelet, sistem pencernaan, pernafasan, peredaran
darah, volume darah. Perkembangan otak bersama tulang-
tulang yang melindunginya, mata, dan telinga berlangsung
lebih dini.

Otak bayi yang baru dilahirkan telah mempunyai


berat 25% berat otak dewasa, 75% berat otak dewasa pada
umur 2 tahun, dan pada umur 10 tahun telah mencapai 95%
berat otak dewasa. Pertumbuhan jaringan limfoid agak
berbeda dengan dari bagian tubuh lainnya, pertumbuhan
mencapai maksimum sebelum remaja kemudian menurun
hingga mencapai ukuran dewasa.

Sedangkan organ-organ reproduksi tumbuh


mengikuti pola tersendiri, yaitu pertumbuhan lambat pada
usia pra remaja, kemudian disusul pacu tumbuh pesat pada
usia remaja. (Tanuwijaya, 2003; Meadow & Newell, 2002;
Cameron, 2002 ).

Kurva pertumbuhan jaringan dan organ yang


memperlihatkan 4 pola pertumbuhan (Dikutip dari
Cameron, 2002). Dapat dilihat dalam kurva sebagi berikut:
77

Usia dini merupakan fase awal perkembangan anak


yang akan menentukan perkembangan pada fase
selanjutnya. Perkembangan anak pada fase awal terbagi
menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik
kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara dan bahasa,
serta sosial emosi dan perilaku. Jika terjadi kekurangan pada
salah satu aspek kemampuan tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan aspek yang lain.

Kemajuan perkembangan anak mengikuti suatu pola


yang teratur dan mempunyai variasi pola batas pencapaian
dan kecepatan. Batasan usia menunjukkan bahwa suatu
patokan kemampuan harus dicapai pada usia tertentu.
Batas ini menjadi penting dalam penilaian perkembangan,
apabila anak gagal mencapai dapat memberikan petunjuk
untuk segera melakukan penilaian yang lebih terperinci dan
intervensi yang tepat.
78

B. Proses Kelahiran

Kelahiran merupakan sebuah stage penting dalam


kehidupan manusia. Proses kelahiran yang biasa dikenal, yaitu
dengan cara vaginal child birth terdapat pada 3 tahapan,
yaitu labor, actual birth of the baby dan after birth.

Beberapa cara melahirkan yang terjadi dalam


masyarakat adalah sebagai berikut:

1) Melahirkan Normal/ vaginal child birth

Melahirkan normal merupakan cara melahirkan yang paling


umum dan sejak dulu terjadi dalam masyarakat. Melahirkan
dengan cara normal akan melewati proses-proses seperti
diatas. Dan dalam proses ini, si ibu harus berperan aktif
dalam mengedan dan bidan/dokter dalam mendorong bayi
keluar dari rahim si ibu.

2) Water Birth

Proses ini aman untuk bayi. Bayi tidak akan terendam dalam
air, karena didalam rahim, bayi juga berada dalam carian
ketuban, suhu air juga disesuaikaan dengan suhu yang baik
bagi bayi, serta suplay oksigen bagi bayi juga masih tersedia
dari plasenta yang masih terhubung dengan si ibu.

3) Orgasmic Birth

Mirip dengan melahirkan normal. Namun orgasmic birth


tidak dilakukan dengan mengedan. Namun sang bidan,
dokter atau orang yang membantu persalinan membuar ibu
rilex dan mengalami orgasme saat melahirkan. Orgasme
didapatkan dengan cara menyentuh bagian sensitive
rangsang milik sang ibu. Saat si ibu orgasme, maka bayi akan
dapat keluar dengan normal.
79

4) Caesar

Proses melahirkan Caesar/operasi Caesar, dilakukan


dengan membius si ibu, sehingga ibu tidak akan mengalami
sakit saat melahirkan. Cara melahirkan Caesar dilakukan
umumnya karena si ibu tidak dapat mengeden karena
tekanan darah tinggi, bayi terlalu besar untuk keluar dari
rahim si ibu atau karena si ibu ingin melahirkan dengan cara
Caesar untuk menghindari kesakitan. Setelah melakukan
Caesar, maka perut si ibu akan dijahit dan selama 4-5 tahun
ke depaan, ibu dilarang untuk hamil kembali karena
dikahwatirkan jahitan pada rahim akan sobek.

C. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir dapat bertahan hidup secara fisik dan


psikologisnya melalui bantuan orang dewasa. Rata-rata bayi
baru lahir di Amerika Serikat memiliki panjang 50 cm dan berat
3,75 kg dan bayi laki-laki cenderung lebih berat dari pada bayi
perempuan.

Ketika kolostrum diganti dengan susu yang lebih berlemak, maka


berat badan bayi akan bertambah dan melebihi berat badan
pada saat lahir. Dan pada usia 2 minggu diperkirakan bayi dapat
bertambah berat 30 gr. Sebagain besar bayi memiliki kulit
berwarna merah muda, karena kulit mereka sangat tipis,
sehingga pembuluh darah tempat darah mengalir tampak.

Bayi baru lahir memiliki pendengaran yang cukup baik walaupun


belum bekerja optimal. Bayi juga memiliki reaksi terhadap
aroma dan rasa berbeda. Penglihatan bayi belum cukup jelas.
Bayi hanya mampu melihat jarak 30cm dari matanya. Walaupun
bayi tidak dapat melihat dengan jelas, namun bayi dapat
mengenali sentuhan, sehingga bayi dapat menangis jika
80

popoknya basah atau berada dalam keadaan yang kurang


nyaman.

Bayi baru lahir pada umumnya tidur hingga 16 jam dalam


sehari. Namun, ada juga yang tidur hanya 11 jam atau bahkan
sampai 21 jam. Semakin besar si bayi, maka kebutuhan tidurnya
pun akan semakin berkurang.

1. PERKEMBANGAN FISIK AWAL

Selama 3 tahun pertama anak tumbuh lebih cepat


daripada masa yang lain sepanjang hidupnya. Pada tahun
pertama, biasanya bayi laki-laki berkembang tiga kali lipat
dari berat lahir. Pada usia 3 tahun, tinggi anak laki-laki telah
mencapai 92,5 dan berat badan mencapai 16kg. Anak laki-
laki rata-rata lebih besar dan lebih berat daripada
perempuan, Namun perbedaannya tidak terlalu jauh.

Pada tahapan ini, perkembangan dialami seorang


individu dimulai pada saat bayi sampai mencapai umur 3
tahun. Pertumbuhan gigi dimulai di usia 3 atau 4 bulan, tapi
biasanya gigi pertama baru akan muncul pada usia 5-9
bulan, atau bahkan lebih lama. Diusia 3 tahun, semua gigi
utama telah tumbuh dan anak dapat makan apapun dan
mengunyah makan apapun. Berikut ini tabel pertumbuhan
anak
Umur Penambahan Pertumbuhan Pertumbuhan
berat harian panjang lingkar kepala
(g) (cm/bulan) (cm/bulan)

0-3 bulan 30 3,5 2,00

3-6 bulan 20 2,0 1,00


81

6-9 bulan 15 1,5 0,50

9-12 bulan 12 1,2 0,50

1-3 tahun 8 1,0 0,25

a. Perilaku Otak dan Refleks

Apa yang membuat seorang bayi yang baru lahir


merepon putting?Apa yang memerintahkan mereka
untuk memulai gerakan menghisap yang mengizinkan
mereka mengontrol cairan yang masuk? Semua ini
adalah kerja system saraf sentral-Otak dan spinal cord
(sekelompok saraf yang bekerja sepanjang tulang
belakang)dan pertumbuhan jaringan luar saraf yang
mengembng ke setiap bagian dari tubuh,Melalui
jaringan ini,pesan sensoris berjalan ke otak dan saraf
motor memberikan perintah untuk kembali.

Pada saat lahir,berat otak hanya sekitar 25 persen


dari berat akhirnya di periode dewasa yatu 1,75kg. Otak
mendapatkan 70% dari berat tersebut pada usia 1
tahun dan hamper 90 persen pada usia 3 tahun.pada
usia enam tahun,ukuran otak hmpir sebesar otak orang
dewaasa,tapi pertumbuhan dan perkembangan fungsi
terjadi scara tak teratur,dan berbagai yang berbeda
daroi otak tumbuh dengan pesat pada waktu yang
berbeda pula.

Refleks awal (Early Reflexes) ketika anda berkedip


saat menatap lampu yang menyala terang,maka alis
anda akan bergerak tidak menentu.Respon otomtis dan
alami terhadap rangsangan seperti ini di sebut perilaku
reflek. Perilaku reflek di control oleh inti otak bagian
82

bawah yang mengatur proses otomatis lain,seperti


menghirup udara dan detak jantung.terdapat bagian
dari otak yang dimeilinasi secara penuh pada saat
kelahiran.perilaku reflek memainkan peran penting
dalam merangsang perkembangan awal system saraf
pusat dan otot.

b. Kemampuan Sensori Awal

Indra bayi berkembang dengan cukup signifikan


dalam beberapa bulan setelah kelahirannya. Berikut ini
perkembangan sensori awal pada bayi :

a) Sentuhan dan Rasa Sakit

Sentuhan merupakan indra pertama yang berkembang,


dan dalam beberapa bulan pertama,
sentuhan merupakan sistem sensor paling matang
daripada yang lainnya. Dalam sebuah tes, Ketika pipi
dekat mulut seorang bayi yang baru lahir disentuh, ia
akan beraksi dengan mencoba mencari puting susu ibu.
Isyarat awal dan reflek dasar ini terjadi dua bulan
setelah kehamilan. Pada usia 8 bulan dari kehamilan,
seluruh bagian tubuh seorang bayi sangat sensitif
terhadap sentuhan, dan sensitivitas ini akan semakin
meningkat selama lima hari pertama setelah kelahiran.

b) Mencium dan Merasa

Indra penciuman dan perasa ini juga mulai berkembang


di rahim. Rasa dan bau makanan yang dikonsumsi calon
Ibu dapat ditranmisikan kepada janin melalui cairan
amniotik. Setelah melahirkan, transmisi yang sama juga
terjadi melalui ASI. Bayi yang baru lahir lebih memilih
rasa manis dibandingkan rasa-rasa yang
83

lainnya. Seorang bayi berumur enam hari yang


mengonsumsi ASI lebih memilih aroma susu ibunya
ketimbang ibu lain yang juga menyusui, tetapi bayi
berusia 2 hari tidak demikian. Hal ini menunjukkan
bahwa bayi membutuhkan beberapa hari pengalaman
untuk belajar bau tubuh ibu mereka. Pemilihan rasa
tertentu tampaknya merupakan hal yang alami.

c) Pendengaran

Pendengaran juga telah berfungsi sebelum


kelahiran. Bayi tiga hari dapat mengetahui suara dari
mereka yang telah mereka dengar sebelumnya. Karena
pendengaran merupakan kunci dari perkembangan
bahasa, kekurangan dalam pendengaran seharusnya
diidentiikasikan dan ditangani sedini mungkin, dengan
cara bayi dipindai untuk mengetahui kelainan
pendengaran dalam tiga bulan pertama.

Pengenalan dini terhadap suara dan bahasa yang


didengar di dalam rahim merupakan pondasi hubungan
antara orang tua dan anak. Bayi tiga hari dapat
mengetahui suara dari mereka yang telah mereka
dengar sebelumnya.

d) Penglihatan

Penglihatan merupakan indra yang baru berkembang


tepat ketika seorang bayi dilahirkan. Mata seorang bayi
yang baru lahir, lebih kecil dibandingkan mereka yang
dewasa, struktur retinanya belum komplet, dan saraf
optiknya sedang berkembang. Bayi yang baru lahir buta
di cahaya yang terang. Peralatan penglihatan mereka
sangat sempit, dan akan menjdi dua kali lipat lebih luas
pada usia 2 hingga 10 minggu.
84

Kemampuan untuk mengikuti target bergerak, dan juga


persepsi terhadap warna, berkembang dengan cepat
pada bulan pertama.Penglihatan menjadi semakin
bagus ditahun-tahun pertama. Penglihatan
binokular (penggunaan bola mata untuk fokus,
memungkinkan persepsi dalam dan jauh, biasanya baru
akan berkembang pada bulan ke-4 dan ke-5.

e) Perkembangan Motoris

Bayi tidak perlu diajarkan keterampilan motor dasar


seperti merangkak, menggenggam, dan berjalan.
Karena secara alami mereka hanya membutuhkan
ruang gerak untuk bereksperimen dalam tingkahnya
dan membutuhkan kebebasan untuk melihat apa yang
bisa mereka lakukan, tentunya dengan pengawasan
orang tua.

f) Kontrol Kepala

Setelah lahir, sebagian besar bayi dapat menggerakan


kepalanya ke kiri dan ke kanan ketika ditidurkan
terlentang. Ketika ditidurkan tengkurap, banyak yang
dapat mengangkat kepala mereka cukup tinggi untuk
dapat diputarkan. Dalam dua atau tiga bulan pertama,
mereka akan mengangkat kepala mereka semakin
tinggi hingga suatu ketika samapi pada titik dimana
mereka kehilangan keseimbangan dan berguling. Pada
usia 4 bulan, hampir semua bayi dapat menjaga kepala
mereka tetap tegak ketika digendong dalam posisi
duduk.
85

g) Kontrol Tangan

Bayi dilahirkan dengan refleks menggenggam. Apabila


telapak tangan seorang bayi ditekan maka tangan akan
menggenggam dengan kuat. Pada usia 3 ½ bulan,
sebagian bayi dapat menggenggam benda berukuran
sedan seperti mainan, tapi kesulitan untuk memegang
objek berukuran kecil. Antara 7-11 bulan, tangan
mereka sudah cukup terkoordinasi untuk mengambil
benda kecil seperti daun dengan menggunakan princer
grasp. Pada bulan ke-15, bayi normal dapat
membangun menara dengan kedua kotak. Beberapa
bulan setelah ulang tahun yang ketiga, seorang anak
dapat menyalin lingkaran dengan baik.

h) Locomotion

Setelah 3 bulan bayi akan mulai berguling dengan


sengaja (bukan karena kebetulan seperti sebelumnya),
duduk tanpa sandaran pada usia 6 bulan, dan bisa
duduk tanpa bantuan sekitar 2 ½ bulan
kemudian.Antara 6 dan 10 bulan, sebagian bayi sudah
mulai merangkak dan merayap dengan kekuatan
mereka sendiri. Dengan bertumpu pada tangan atau
perabot, bayi normal dapat berdiri di usia 7 bulan
keatas. Kurang lebih 4 bulan kemudian bayi sudah dapat
berdiri sendiri.

Semua perkembangan ini mengarah kepada


pencapainan keterampilan motorik utama pada bayi
yaitu berjalan. Untuk beberapa bulan sebelu mereka
dapat berdiri tanpa bantuan, bayi mempraktikan
merangkak ketika berpegangan pada perabot. Mereka
dapat berdiri dengan baik pada sekitar 11 ½ bulan dan
86

melakukan langkah pertama mereka. Dalam beberapa


minggu, setelah ulang tahun pertamanya, anak normal
akan berjalan dengan baik dan karena itu disebut balita
(toddler).

Pada tahun kedua, anak mulai memanjat tangga


dengan meletakkan satu kaki setelah kaki yang lain naik,
lalu mereka akan menggilir pergerakan kaki tersebut.
Pada tahun kedua balita lari dan melompat. Pada usia 3
½ tahun sebagian besar anak dapat berdiri seimbang
satu kaki dalam waktu yang sebentar saja dan mulai
melompat dengan satu kaki.

2. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TIGA TAHUN PERTAMA

Berikut adalah tiga pendekatan klasik dalam


perkembangan kognitif a) pendekatan Behaviorist, b)
pendekatan psikometrik, c) pendekatan peaget, dan d)
pendekatan kontamporal. Dengan penjelasan sebagai berikut:

2.1. Pendekatan Perkembangan


a. Pendekatan Behaviorist

Mempelajari cara kerja pembelajaran dasar, yang bertujuan


pada bagaimana perilaku berubah dalam respon terhadap
pengalaman.
87

Bayi di lahirkan dengan kemampuan belajar dari apa yang


mereka lihat, dengar, mencium, merasakan, dan
memegang, dan mereka memiliki beberapa kemampuan
untuk mengingat apa yang mereka pelajari. Kita akan
melihat 2 proses pembelajaran yang dipelajari oleh
behaviorist, yaitu: classical conditioning dan operant
conditioning.

1) Classical Conditioning

Classical conditioning adalah sebuah metode pembelajaran


dimana stimulus netral dihubungkan dengan stimulus tidak
terkondisi untuk menimbulkan respon terkondisi dimana
respon terkondisi bersamaan dengan respon tidak
terkondisi.

2) Operant Conditioning

Operant conditioning adalah suatu usaha memperoleh


penguatan dengan kata lain dengan pemberian
reinforcement itu maka seseorang dapat mengontrol
tingkah laku organisme.

3) Infant memory

Rata-rata manusia tidak dapat mengingat ketika usianya


belum genap 2 tahun. Ketidakmampuan ini disebut dengan
infantile amnesia.Pada awal kehidupan, semua itu tidak
tersimpan dalam memori karena otak kita belum
berkembang dengan baik (Piaget, 1969).Sedangkan Freud
meyakini bahwa awal memori itu tersimpan tetapi ditekan
karena emosinya belum stabil.
88

b. Pendekatan Psikometrik

Mengukur perbedaan kuantitatif dalam kemampuan


kognitif dengan menggunakan test yang menyatakan atau
memprediksi kemampuan tersebut.

1) Perkembangan dan Test Intelligent

Tugas pengetesan psikometrik adalah untuk mengukur


secara kuantitatif berbagai faktor yang diduga membangun
kecerdasan,dan dari hasil pengukuran tersebut,untuk
meramalkan kinerja dimasa mendatang.

Intelligent behavior

Perilaku yang tujuan berorientasi dan beradaptasi dengan


situasi dan kondisi hidup.

IQ Test

Test psikometri yang bertujuan untuk mengukur intelligent


untuk membandingkan hasil test dengan peraturan yang
sudah distandarisasi.

Melakukan test pada anak-anak atau bayi adalah persoalan


lain. Karena bayi tidak dapat memberitahu kita apa yang
mereka tau dan apa yang mereka pikir, cara yang paling
sederhana untuk mengukur kepintaran mereka dengan apa
yang bisa mereka lakukan.

2) Test Perkembangan untuk Anak-anak dan Bayi

Meskipun sangat tidak mungkin untuk mengukur kepintaran


bayi tadi, sangat mungkin untuk mengukur perkembangan
kognitif mereka. Test perkembangan membandingkan
89

performa bayi dalam beberapa tugas dengan norma-norma


sebagai patokan atas dasar dari pengamatan sekumpulan
bayi dan anak-anak dalam jumlah yang besar yang dapat
dilakukan dalam umur-umur tertentu.

3) Penilaian Interaksi Awal terhadap Lingkungan Rumah

Dengan menggunakan Home Observation For Measurement


Of The Environment, pengamat ahli menyusun daftar atas
barang-barang dan suasana di rumah anak tersebut.Salah
satu faktor penting yang diukur home adalah ketanggapan
orang tua.Home memberi nilai yang lebih tinggi pada orang
tua bayi atau anak yang membelai atau mengecup anak
selagi pemeriksa berkunjung,pada orang tua yang memuji
anak pra-sekolah secara spontan dan hal-hal positif lainnya.

Penelitian lain menemukan 6 aspek terhadap lingkungan


awal rumah yang memfasilitasi perkembangan kognitif dan
psikososial serta membantu kesiapan anak-anak untuk
sekolah.

Berikut 6 aspek tersebut:

 Keberanian untuk menjelajah lingkungan.


 Pembelajaran kognitif dasar dan kemampuan social
seperti labeling dan membandingkan.
 Merayakan keberhasilan.
 Panduan dalam pelatihan dan pengembangan
kemampuan.
 Perlindungan dari hukuman yang tidak sesuai seperti
mengganggu, menghukum atas kesalahan akibat
mencoba hal-hal yang baru.
 Menstimulasi bahasa dan komunikasi simbolik.
90

4) Early Intervention

Early Intervention (intervensi dini) adalah proses sistematis


yang memberikan bantuan kepada keluarga untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan pada bayi,anak-anak
dan anak pra-sekolah. Misalnya: Project CARE dan North
Carolina.

Berikut adalah intervensi dini yang paling efektif adalah:

 Dimulai dari dini dan akan berlanjut hingga masa pra-


sekolah.
 Sangat berjadwal intensif.
 Memberikan pengalaman edukatif.
 Mengikutsertakan layanan kesehatan,konseling
keluarga, dan layanan social.
 Disesuaikan bagi perbedaan dan kebutuhan individual.

Early Head Start,sebuah intervensi dini yang didanai Negara


bagi keluarga berpendapatan rendah.

c. Pendekatan Piaget

Pada pendekatan ini melihat adanya perubahan, tingkatan,


di dalam kualitas suatu kognitif yang berfungsi.

1) Tahap Sensorimotorik

Tahap pertama dari empat tahap Piaget tentang


perkembangan kognitif adalah tahap sensorimotorik. Pada
tahap ini (pada usia 2 tahun), bayi belajar tentang mereka
dan dunianya melalui aktivitas sensor dan motorik yang
sedang berkembang.
91

2) Sub-Tahap Sensorimotorik

Tahap sensorimotorik terdiri dari 6 sub-tahap, yang


bergerak dari tahap satu ke tahap berikutnya sejalan
dengan skema (schemes) seorang bayi, pola yang rumit dari
tingkah laku, menjadi semakin terperinci.

Selama sub 5 tahap petama, bayi belajar untuk


mengkordinasikan input dari panca indra mereka dan
mengorganisasikan aktivitas mereka yang berhubungan
dengan lingkungan mereka. Mereka melakukan ini melalui
proses organisasi, adaptasi, dan equilibrasi.

Banyak dari pertumbuhan kognitif awal melalui circural


reaction, dimana para bayi dapat mengulangi perilaku atau
perbuatan yang mana sebelumnya perilaku tersebut terjadi
secara tiba-tiba pada bayi.

Berikut adalah sub-tahap sensorimotorik menurut Piaget:

a) Pada sub-tahap pertama(usia 1 bulan), bayi baru lahir


mulai berlatih untuk mengambil alih refleks-refleks
yang sudah ada sejak lahir, melibatkan diri dalam
tingkah laku meskipun tidak ada stimulus normal pada
saat itu. Contohnya adalah bayi yang baru lahir mulai
menghisap secara refleks ketika bibir mereka disentuh.
b) Pada sub-tahap kedua(usia 1-4 bulan), bayi mulai
belajar untuk mengulangi perilaku-perilaku yang
menghasilkan sensasi yang menyenangkan yang pada
awalnya terjadi secara spontan, seperti menghisap jari.
Mereka mulai tertarik pada bunyi, dan mulai
menunjukkan kemampuan mengordinasi sebagai
informasi sensorik (penglihatan dan pendengaran).
c) Pada sub-tahap ketiga (umur 4-8 bulan), bersamaan
dengan ketertarikan baru dalam memanipulasi objek
92

dan mempelajari bagian tubuh mereka.Pada sub-tahap


ini terjadi circular reaction sekunder, dimana bayi
tersebut mengulang sebuah tindakan bukan karena dia
mampu tetapi karena dia ingin mendapatkan hasil yang
melampaui kemampuan tubuh bayi itu sendiri.
Contohnya adalah bayi yang berusaha memainkan
mainannya hanya untuk mendengarkan bunyi mainan
tersebut.
d) Pada sub-tahap keempat (8-12 bulan), bayi belajar
menggeneralisasikan dari pengalaman lalu untuk
memecahkan masalah. Bayi akan merangkak untuk
mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan,
menggenggamnya atau menjauhkan benda yang
menghalangi sesuatu yang mereka inginkan (misalnya
tangan orang lain). Mereka memodifikasi dan
mengordinasi skema-skema sebelumnya seperti
skema-skema untuk merangkak, mendorong,
menggenggam untuk menemukan cara agar bisa
berhasil.
e) Pada sub-tahap kelima (12-18 bulan), bayi mulai
mencoba perilaku baru untuk melihat apa yang terjadi.
Setelah mereka mulai berjalan, maka mereka dapat
lebih mudah mengeksplorasi lingkungan mereka.
Mereka sekarang memasuki reaksi sirkular tersier,
memvariasikan tindakan untuk mendapatkan hasil yang
serupa, ketimbang hanya mengulang perilaku
menyenangkan yang secara tidak sengaja mereka
temukan. Misalnya, seorang balita mungkin akan
meremas bebek plastiknya yang berbunyi ketika ia
menginjaknya, untuk melihat apakah benda tersebut
berbunyi kembali. Untuk pertama kali, mereka
menunjukkan orisinalitas dalam memecahkan masalah.
Dengan trial dan error, mereka mencoba beberapa
93

tindakan sampai mereka menemukan cara terbaik


untuk mencapai tujuan.
f) Pada sub-tahap keenam (18- 2 tahun), merupakan
transisi ketahap pra-operasional masa kanak-kanak
awal.Kemampuan representasional (representational
ability) kemampuan secara mental menghadirkan
kembali objek dan tingkah laku dalam ingatan, cukup
banyak melalui simbol seperti kata, angka, dan gambar
mental – membebaskan anak dari pengalaman
langsung.Mereka bisa berpura-pura, dan kemampuan
representasional mereka mempengaruhi kepuasan
mereka dalam berpura-pura.Mereka dapat memikirkan
tindakan mereka sebelum melaksanakannya.Mereka
tidak lagi harus bersusah payah melalui trial and error
untuk memecahkan masalah.

Invisible imitation (imitasi tidak terlihat) adalah imitasi yang


menggunakan bagian tubuh bayi yang mana tidak dapat
terlihat oleh bayi itu sendiri, seperti mulut.Visible Imitation
(Imitasi terlihat) adalah imitasi yang menggunakan bagian
tubuh bayi dimana bayi tersebut dapat melihatnya.

Piaget juga berpendapat bahwa anak dibawah usia 18 bulan


tidak dapat melakukan deffered imitation (imitasi
tertunda), suatu tindakan yang mereka lihat disuatu waktu
sebelum mereka mengembangkan kemampuan
mempertahankan representasi mental. Elicited Imitation
adalah metode penelitian dimana bayi atau anak dibuat
mengimitasi serangkaian tindakan khusus yang mereka
telah lihat, tetapi belum tentu pernah dilakukan
sebelumnya.Elicited imitation jauh lebih andal dalam 2
tahun pertama, hampir 8 dari 10 anak usia 13 hingga 20
bulan dapat mengulang urutan yang asing dan langkah
jamak hingga 1 tahun kemudian. Latihan sebelumnya
94

membantu mengaktifkan kembali ingatan anak, terutama


bila ada item-item baru yang menggantikan item-item
sebelumnya. 4 faktor yang tampaknya menentukan
kemampuan mengingat anak :

1) Banyaknya urutan peristiwa yang telah dialami.


2) Apakah anak secara aktif berpartisipasi atau sekedar
mengamati.
3) Apakah anak diingatkan secara verbal tentang
pengalaman tersebut.
4) Apakah urutan peristiwa terjadi menurut urutan
biologis dan kausal.

Perkembangan Pengetahuan tentang Objek dan Ruang

Salah satu aspek konsep objek adalah permanensi objek,


pemahaman bahwa suatu objek atau seseorang terus
menerus ada ketika tidak terlihat.

Piaget percaya bahwa bayi mengembangakn pengetahuan


tentang berbagai objek dengan mengamati hasil dari
berbagai pengamatan sendiri, dengan kata lain
mengordinasikan informasi fisula dan motoric. Dengan cara
ini menurut pengamatannya, permanensi objek
berkembang bertahap semasa sensorik motor. Mulanya,
bayi tidak memiliki konsep apapun seperti ini. Pada sub
tahap ke tiga, dari sekitar 4 hingga 8 bulan, merekaakan
mencari sesuatu yang mereka jatuhkan, tapi bila mereka
tidak bisa melihatnya, mereka beranggapan seakan benda
tersebut sudah tidak ada lagi. Pada sub tahap ini, sekita 12
hingga 18 bulan, kesalahan ini tidak lagi mereka lakukan,
mereka akan mencari objek di tempat terakhir objek
tersebut tersembunyi. Namun, mereka tidak akan mencari
di tempat dimana barang tersebut tidak terlihat oleh
95

mereka (yang disembunyikan). Pada sub tahap ke enam,


usia 18 hingga 24 bulan permanensi objek sudah dicapai
secara penuh akan mencari objek walaupun tidak
melihatnya (yang disembunyikan).

Perkembangan Simbolis, Kompetensi Piktorial, dan


Berpikir Spasial

Salah satu manifestasi perkembangan ini adalah tumbuhnya


kompetensi piktorial, kemampuan memahami sifat alamiah
dari berbagai gambar. Hipotesis representasi dual adalah
menyatakan bahwa anak dibawah usia kesulitan memahami
hubungan spasial karena kebutuhan untuk meyimpan lebih
dari satu representasi mental secara bersamaan.

Hipotesis representasi dual memiliki implikasi praktis.


Artinya para guru sekolah kanak-kanak tidak seharusnya
berasumsi bahwa anak akan memahami ketika mereka
menggunakan objek konkret, seperti kotak-kotak beragam
ukuran, untuk mewakili konsep abstrak, contohnya adalah
hubungan-hubungan numerik.

d. Pendekatan Kontemporal

Berikut pendekatan-pendekatan baru untuk menambah


pengetahuan tentang perkembangan kognitif bayi dan anak,
yaitu; 1) Information Processing Approach (Pendekatan
Pemrosesan Informasi), 2) Cognitif Neuroscience Approach
(Pendekatan Neurosains Kognitif), dan 3) Social Contextual
Approach (Pendekatan Sosial Kontekstual). Dengan
penjelasan sebagai berikut:
96

1. Information Processing Approach (Pendekatan


Pemrosesan Informasi),

berfokus pada berbagai proses yang terlibat dalam


persepsi, pembelajaran, ingatan, dan pemecahan
masalah. Pendekatan ini mencoba untuk menemukan
apa yang dilakukan oleh orang dengan informasi, sejak
saat mereka berhadapan dengan informasi hingga
mereka menggunakannya.

Representasi
Penelitian pemrosesan informasi menggunakan
metode-metode baru untuk menguji berbagai ide
tentang perkembangan kognitif yang muncul dari
pendektan-pendekatan sebelumnya.

Habituation
Banyak penelitian mengatakan pemrosesan informasi
pada bayi didasarkan pada habituation, yaitu suatu jenis
pembelajaran di mana pemaparan berulang atau terus
menerus dari suatu stimulus mengurangi perhatian
terhadap stimulus tersebut. Dengan kata
lain,habituation adalah jenis pembelajaran dimana
familiaritas dapat mengurangi stimulus, memperlambat
atau menghentikan respon.
Penelitian-penelitian mengkaji habituasi pada bayi yang
baru lahir dengan cara berulang-ulang memberikan
suatu stimulus (biasanya suara atau pola visual) dan
memonitori respon-respon seperti detak jantung,
menghisap, gerakan mata dan aktivitas otak. Bayi yang
sedang menghisap biasanya berhenti ketika stimulus-
stimulus diberikan pertama kali, mengarahkan
perhatiannya pada stimulus baru tersebut dan tidak lagi
mulai menghisap sampai stimulusnya berakhir. Setelah
97

suara diberikan lagi dan lagi, stimulus tersebut akan


kehilangan kebaruannya dan tidak lagi membuat bayi
berhenti menghisap. Melanjutkan kembali menghisap,
menunjukkan bahwa bayi telah terhabituasi terhadap
stimulus tersebut. Namun gambar dan suara yang baru
akan menangkap perhatian bayi dan ia akan kembali
berhenti menghisap. Peningkatan respon terhadap
stimulus baru ini disebut dishabituation.

Kemampuan Perseptual serta Pemrosesan Visual dan


Auditori
Kecenderungan bayi memandang sesuatu lebih lama
daripada memandang yang lain disebut visual
preference (pre-ferensi visual).Bayi yang kurang dari dua
hari lebih memilih untuk melihat garis-garis lengkung,
pola kompleks, objek tiga dimensi, gambaran wajah, dan
hal-hal baru.
Visual recognition memory adalah kemampuan untuk
membedakan stimulus visual yang familiar dari yang
tidak familiar ketika keduanya diperlihatkan secara
bersamaan. Fakta menyatakan bahwa bayi baru lahir
akan menoleh kearah sumber suara menunjukkan
bahwa mereka mengasosiasikan pendengaran dengan
penglihatan.
Kemampuan yang hebat lagi adalah cross-modal
transfer yaitu kemampuan menggunakan informasi yang
diperoleh dari satu indra untuk menuntun indra yang
lain. Contohnya: ketika seseorang mengidentifikasi
berbagai objek dengan penglihatan setelah
menyentuhnya dengan mata tertutup.
98

Pemprosesan Informasi sebagai Prediktor Kecerdasan

Korelasi yang lemah antara skor bayi pada tes-tes


perkembangan dan IQ mereka, banyak psikolog percaya
bahwa fungsi-fungsi kognitif bayi memiliki sedikit
persamaan dengan IQ anak yang lebih tua atau orang
dewasa. Dengan perkataan lain, terdapat diskontinuitas
pada perkembangan kognitif, Piaget juga percaya
demikian. Namun, ketika para peneliti menyusun
bagaimana bayi dengan anak mengolah informasi,
beberapa aspek perkembangan mental tampak cukup
berkesinambungan sejak lahir. Anak yang sejak awal
sudah efisien menangkap dan menerjemahkan
informasi sensori akan mendapat skor tes-tes
perkembangan yang baik.

Beberapa kemampuan kognitif yang sudah mulai


berkembang 3 tahun pertama kehidupan yaitu :

1) Kausalitas
Pemahaman kausalitas, prinsip satu kejadian
menyebabkan kejadian lain, ini penting karena
“memungkinkan seseorang untuk meramalkan dan
mengendalikan dunianya”.Piaget percaya bahwa
pemahaman ini berkembang perlahan pada tahun
pertama.Pada sekitar usia 4 hingga 6 bulan,bayi mampu
mengenggam objek mereka mulai bertindak terhadap
lingkungannya. Menurut Piaget, bayi belum tahu bahwa
berbagai sebab muncul sebelum akibat, tidak mendekati
usia 1 tahun baru menyadari bahwa kekuatan dari luar
dirinya dapat menyebabkan sesuatu terjadi.
2) Kategorisasi
99

Membagi-bagi dunia kedalam kategori-kategori yang


bermakna merupakan hal yang penting terhadap tingkah
laku berpikir mengenai berbagai objek dan konsep serta
keterkaitannya. Menurut piaget kemampuan untuk
mengklasifikasi berbagai hal, baru muncul pada sekitar
18 bulan. Namun jika bayi memperhatikan lebih lama
sesuatu benda bahkan ketika dia baru berusia 3 bulan,
bayi telah dapat membedakan misalnya saja antara
anjing dan kucing.Pengelompokkan ini disebut
perceptual categorization yaitu pengelompokkan
berdasarkan ciri fisik objek seperti : ukuran, warna, pola
atau bagian dari objek.

3) Objek Permanensi
Penelitian pelanggaran terhadap ekspektasi (violation of
expectations) dimulai dengan fase familiarisasi di mana
bayi melihat suatu kejadian atau serangkaian kejadian
berlangsung normal.Setelah bayi terbiasa terhadap
prosedur ini, kejadian tersebut diubah sedemikian rupa
sehingga berkonflik dengan melanggar ekspektasi
normal.Pelanggaran terhadap ekspektasi adalah metode
penelitian di mana kebiasaan terhadap suatu stimulus
yang berkonflik dengan pengalaman dianggap sebagai
bukti bahwa bayi mengenali stimulus baru tersebut
sebagi hal yang mengejutkan.
Menggunakan metode pelanggaran terhadap
ekspetasi,Renee Baillargeon dan tokoh lainnya
menemukan bukti bahwa permanensi objek pada bayi
berusia 3 ½ bulan. Bayi tampak terkejut ketika wortel
yang lebih tinggi bergeser di balik layar tidak tampak
ujung atasnya, padahal pada layar sebelumnya terdapat
bagian terpotong.Di mana bagian wortel dapat dilihat
bila lewat.
100

4) Angka
Berbagai penelitian pelanggaran terhadap ekspektasi
menunjukkan bahwa pengalaman angka sudah ada jauh
sebelum sub tahap ke 6 Piaget, ketika ia mengakui anak-
anak mulai menggunakan simbol. Menurut Wyen konsep
numeriksudah ada sejak bawaan lahir sejak 5 bulan dan
bahwa pengajaran pada anak sebenarnya hanya berupa
pengajaran “nama” saja yaitu : “satu” “dua” dan
seterusnya.

2. Cognitif Neuroscience Approach (Pendekatan


Neurosains Kognitif),
yaitu menelaah bagian-bagian system saraf pusat.
Pendekatan ini berupaya untuk mengidentifikasi
struktur-struktur otak yang terlibat aspek kognitif
tertentu.

Struktur Kognitif Otak

Beberapa peneliti telah mendokumentasikan


perpindahan aktivitas otak untuk menentukan struktur
otak yang memengaruhi fungsi kognitif dan mencatat
perubahan-perubahan perkembangan.Penelitian-
penelitian terhadap orang dewasa normal dengan yang
mengalami kerusakan otak mengarah kepada 2 sistem
ingatan jangka panjang yang terpisah.Eksplisit dan
Implit yang memperoleh dan menyimpan jenis
informasi yang berbeda.Explicit memory(ingatan
eksplisit) bersifat sadar atau ingatan yang disengaja,
biasanya terdiri atas berbagai fakta,nama,peristiwa,dan
hal lain yang sesorang dapat utarakan dan nyatakan.
Implicit memory(ingatan implisit) mengacu pada
ingatan yang terjadi tanpa usaha atau bahkan
101

kesadaran, secara umum menyimpan informasi tentang


berbagai kebiasaan dan keterampilan, seperti tahu
bagaimana melempar bola dan mengendarai sepeda.

Korteks Prefrontal (bagian besar lobus frontal yang


terletak langsung di balik dahi) di percaya mengatur
berbagai aspek kognisi. Bagian otak ini berkembang
lebih lambat dibandingkan lain. Selama setengah tahun
pertama, Korteks Prefrontal dan jaringan sirkuit yang
berkaitan dengannya mengembangkan kapasitas
ingatan kerja (working memory), penyimpanan jangka
pendek terhadap informasi yang diolah, atau kerjakan,
secara aktif oleh otak.Di dalam working memory
representasi mental disiapkan untuk diingat kembali.

3. Social Contextual Approach (Pendekatan Sosial


Kontekstual),
yaitu menelaah aspek-aspek lingkungan dari proses
pembelajaran, khususnya peran orangtua dan
pengasuh lainnya.

Pembelajaran Interaksi melalui Interaksi dengan


Pengasuh

Penelitian-penelitian yang dipengaruhi oleh theory


social budaya Vgotsky mengkaji bagaimana konteks
budaya mempengaruhi interaksi sosial yang mungkin
mendorong perkembangan kompetensi kognitif.Guided
Participation merujuk pada interaksi timbal balik
dengan orang dewasa yang membentuk berbagai
aktivitas anak dan menjembatani jurang antara anak
dan orang dewasa. Konsep ini diinspirasi oleh
pandangan pembelajaran Vgotsky sebagai proses
102

kolaboratif. Guided Participationsering terjadi pada saat


bermain dan aktivitas biasa sehari-hari dimana anak
belajar secara informal berbagai keterampilan,
pengetahuan, dan nilai penting dalam budaya mereka.

2.2. Perkembangan Bahasa

Language (bahasa) merupakan sistem komunikasi berdasarkan


kata dan tata bahasa.Pertumbuhan bahasa mengilustrasikan
dari berbagai aspek perkembangan.Dengan matangnya berbagai
struktur fisik yang dibutuhkan untuk menghasilkan suara dan
mulai aktifnya berbagai koneksi suara yang dibutuhkan untuk
mengasosiakan makna, interaksi sosial mengenalkan bayi pada
sifat komunikatif bicara.

2.3.1 Urutan Perkembangan Bahasa Awal

Seperti yang dilakukan Doddy Darwin, melalui suara-suara yang


bergerak maju dari menangis sampai mengeluarkan bunyi tanpa
arti sama sekali seperti celoteh. Kemudian imitasi tidak disengaja
dan imitasi sengaja.Suara-suara ini biasanya dikenal sebagai
Prelinguistic Speech(bicara pralinguistik).

A. Vokalisasi Dini

Menangis merupakan satu-satunya alat komunikasi


bayi.Perbedaan dalam nada,pola, dan intensitas menandakan
lapar,kantuk,atau kemarahan.Antara usia 6 minggu dan 3 bulan,
bayi mulai mengeluarkan suara mendengkur tak jelas ketika
mereka senang,menjerit, menggumam,dan mengeluarkan suara
vocal seperti “aaah”.Pada sekitar usia 3 hingga 6 bulan,bayi
mulai bermain dengan suara pembicaraan dengan
menyesuaikan suara yang mereka dengar dari orang-orang
sekelilingnya.
103

Berceloteh adalah pengulangan konsonan dan untaian vokal


seperti “ma—ma” terjadi antara usia 6 dan 10 bulan dan sering
disalahkaprahkan sebagai kata pertama bayi.

Celoteh bukanlah kata pertama dari bayi karena tidak membawa


makna bagi bayi tersebut tetapi hanya mirip dengan kata-kata
yang ada.

B. Mengenal Bunyi Bahasa

Proses ini ternyata sudah dimulai sejak bayi terdapat dalam


kandungan.Dalam sebuah eksperimen, dua kelompok wanita
Paris di kehamilan ke 35 minggu masing-masing membacakan
dua ritme kanak-kanak yang berbeda selama tiga kali sehari
selama 4 minggu.Pada akhir periode,peneliti memutarkan
rekaman kedua ritme kanak-kanak dekat ke abdomen para
ibu.Detak jantung fetus melambat ketika rima yang dibacakan
ibu mereka diputarkan tapi tidak pada rima yang satu lagi.Karena
suara di rekaman bukan suara ibu mereka,dapat disimpulkan
bahwa janin ternyata merespons terhadap bunyi yang digunakan
oleh ibu mereka.Ini menunjukkan bahwa mendengar “lidah ibu”
sebelum lahir dapat “menyetel” telinga bayi untuk mendengar
suara.

Dalam serangkaian penelitian lain berdasarkan waktu


mendengar,bayi berusia 9 bulan tampaknya mencerna pola suku
kata dan pelafalan dari konsonan inisial serta mengaplikasikan
pola tersebut pada kata baru yang sesuai atau yang salah pada
pola tersebut.

C. Isyarat

Antara 9 dan 12 bulan,bayi telah belajar beberapa isyarat sosial


secara konvensional seperti melambai selamat
tinggal,menganggukkan kepala yang berat dan menggelengkan
104

kepala untuk menandakan tidak.Pada usia 13 bulan,bayi


menggunakan isyarat representasional.

Isyarat simbolis, seperti meniup untuk panas, atau


mengendus untuk bunga, sering muncul pada waktu yang sama
dengan bayi mengucapkan kata pertama mereka dan berfungsi
sangat mirip dengan kata.Dengan hal tersebut, anak
menunjukkan pemahaman bahwa simbol dapat merujuk pada
berbagai objek,kejadian,keinginan,dan kondisi spesifik.Isyarat
biasanya muncul sebelum anak memiliki sebanyak 25 kosakata
dan berkurang ketika anak menemukan kata untuk ide yang
mereka gesturkan dan bisa mengucapkannya.

Dalam sebuah eksperimen,bayi berusia 11 bulan mempelajari


isyarat dengan cara mengamati orang tua mereka
memperagakan kata korespondensi kepada mereka.Antara 15
dan 36 bulan, ketika perkembangan bahasa vokal diuji,anak-
anak ini melampaui dua kelompok lain-kelompok satu,yang
orang tuanya hanya mengucapkan kata,dan kelompok lain,yang
tidak mendapatkan latihan vokal maupun isyarat.

D. Kata Pertama

Rata-rata bayi mengucapkan kata pertama antara usia 10 dan 14


bulan,memulai bicara linguistic—ekspresi verbal yang berati
makna.Awalnya total kosakata anak hanya “mama” atau
“dada”.Bisa pula,kosakatanya mungkin hanya suku kata
sederhana yang memiliki lebih dari satu makna,bergantung pada
konteks di mana anak mengucapkannya, ”Da” mungkin berarti
“Saya ingin itu”, ”Saya ingin ke luar”, atau “Apa yah?” kata-kata
tersebut yang mengungkapkan pikiran disebut holofrasa.

Antara usia 16 dan 24 bulan,”ledakan penamaan” diduga


terjadi.Dalam beberapa minggu,anak mungkin bergerak dari
mengucapkan 50 hingga 400 kata.Pemerolehan yang cepat
105

dalam pengucapan kosakata ini dapat mencerminkan


peningkatan kecepatan dan akurasi pengenalan kata sepanjang
usia dua tahunnya.

Namun demikian,dalam sebuah penelitian longitudinal terhadap


28 anak AS, hanya 5 orang yang menunjukkan peningkatan yang
pesat dalam pembelajaran kosakata, menunjukkan bahwa gejala
ini tidak bersifat universal.

E. Kalimat Pertama

Awalnya anak biasanya menggunakan bicara telegrafik terdiri


atas hanya sedikit kata esensial.Seperti ketika Rita mengucap,
“Nek dur”, sepertinya yang ia maksud adalah “Nenek sedang
tidur di lantai”. Penggunaan anak terhadap bicara
telegrafik,serta bentuknya,variasinya,bergantung pada bahasa
yang sedang dipelajarinya.Urutan kata umumnya mengikuti
sesuai dengan yang didengar anak.Diantara usia 20-30 bulan,
anak menunjukkan kompetensi dalam syntax (aturan merangkai
kata dalam bahasa tertentu), mereka akan semakin nyaman
dengan artikel (a, the), preposisi (di, pada), kata sambung (dan,
atau), kata jamak, kalimat bentuk lampau. Pada usia 3 tahun,
bicaranya sudah lancar, semakin panjang dan semakin kompleks,
walaupun ada bagian dari percakapan yang dihilangkan, mereka
dapat mengomunikasikan maknanya dengan benar.

2.3.2 Karateristik Bahasa Awal

Bahasa awal memiliki karakteristik tersendiri, apapun bahasa


yang digunakan anak.Seperti telah kita lihat,anak
menyederhanakan.Mereka menggunakan bicara telegrafik
untuk secukupnya menyampaikan makna seperti “Susu tidak
minum”.
106

Anak memahami hubungan gramatikal yang mereka belum


mampu ungkapkan.Awalnya,Nina mungkin mengerti bahwa
seekor anjing mengejar kucing,tapi ia tidak dapat merangkai
cukup kata untuk mengungkapkan tindakan secara lengkap.
Kalimat yang mungkin keluar “Kucing dikejar” bukan “Anjing
mengejar kucing”.

Anak lebih mengetatkan aturan.Mereka mengaplikasikannya


dengan kaku,tidak mengerti bahwa beberapa aturan memiliki
pengecualian. Ketika Delilah,melihat ke luar jendela dengan
ayahnya pada hari mendung, “Berangin… Berawan…..
berhujan…” ini menunjukkan kemajuan. Setelah anak itu belajar
aturan bentuk kata jamak dan kata yang menunjukkan masa lalu,
barulah mereka mengaplikasikannya secara universal, biasanya
terjadi pada masa awal sekolah.

2.3.3Teori Klasik Pemerolehan Bahasa:Debat Nature-Nurture

Skinner (1957) bersikeras bahwa pembelajaran bahasa,seperti


pembelajaran yang lain,didasarkan pada pengalaman. Menurut
teori pembelajaran klasik,anak mempelajari bahasa melalui
operant conditioning. Awalnya,bayi menuturkan kata secara
acak.Pengasuh mempertegas suara yang muncul mirip bicara
orang dewasa dengan senyum,perhatian,dan pujian.Kemudian,
bayi mengulang kata-kata yang dipertegas tersebut. Pandangan
Chomsky sendiri disebut nativisme.Tidak seperti teori
pembelajaran skinner,nativisme menekankan pada peran aktif
pembelajaran.Karena bahasa bersifat universal bagi
manusia,Chomsky berpendapat bahwa otak manusia memiliki
kapasitas bawaan untuk memperoleh bahasa, bayi belajar
berbicara sealamiah mereka belajar berjalan. Ia berpendapat
bahwa alat pemeroleh bahasa (Language acquisition device-
LAD) bawaan memprogram otak bayi untuk menganalisis bahasa
yang mereka dengar dan untuk menemukan aturan-aturannya.
107

2.3.4 Pengaruh terhadap Perkembangan Bahasa Awal

Faktor Neurologis

Pertumbuhan dan penataan ulang yang mengagumkan semasa


awal bulan dan tahun, pertumbuhan anak dikaitkan sangaterat
dengan perkembangan bahasa. Tangisan bayi yang baru lahir
dikendalikan oleh batang otak dan pons,bagian otak yang paling
primitivedan paling dahulu berkembang (rujuk kembali). Celoteh
yang berulang-ulang mungkin muncul dengan maturasi dari
bagian korteks motorik yang mengendalikan gerakan wajah dan
tenggorokan.Pada tahun kedua motorik menjadi
matang.Wilayah kortikal yang berkaitkan dengan bahasa terus
berkembang hingga paling tidak masa prasekolah akhir atau
lewat-beberapa bahkan ketika masa dewasa.

Interaksi social:Peran Orang Tua dan Pengasuh

Bahasa merupakan tindakan sosial.Orang tua dan pengasuh


memiliki peran yang sangat penting dalam tiap tahap
perkembangan bahasa.

Berikut tahap-tahap tersebut:

Periode Pra-linguistik

Pada tahap berceloteh,orang dewasa membantu anak


berkembang ke arah bicara yang utuh dan benar dengan
mengulang-ulang suara yang dikeluarkan bayi.Bayi kemudian
ikut bermain dan mengulang kembali suara tersebut.Imitasi oleh
orang tua terhadap suara bayi memengaruhi kecepatan
pembelajaran bahasa.
108

Perkembangan kosakata

Bayi belajar dengan mendengarkan hal yang diucapkan


oleh orang dewasa.Ketika bayi mulai berbicara,orang tua dan
pengasuh sering membantu mereka dengan mengulang kata
pertama mereka dan melafalkannya secara benar.Kosakata
bertambah cepat ketika orang dewasa menggunakan peluang
yang tepat untuk mengajarkan kata baru kepada anak.

Anak yang dibesarkan dalam lingkungan dengan dua


bahasa sering kali menggunakan berbagai elemen dari kedua
bahasa,kadang dalam ucapan yang sama gejala yang disebut
pencampuran kode (code mixing).Namun hal ini tidak berarti
bahwa mereka bingung terhadap kedua bahasa.Kemampuan
berpindah dari satu bahasa ke bahasa lain disebut pertukaran
kode.

Child-Directed Speech

Ketika anda berbicara dengan bayi atau anak anda,jika


anda berbicara dengan perlahan dalam intonasi yang tinggi
dengan nada tinggi dan rendah yang berlebihan, berbicara
sederhana, melebih-lebihkan suara vocal,penggunaan berbagai
kata dan kalimat pendek serta banyak pengulangan,anda sedang
menggunakan child-directedspeech—CDS.Kebanyakan orang
dewasa dan bahkan anak-anak melakukannya secara alamiah
yang sering disebut dengan cara bicara “Kebayi-bayian”.Banyak
peneliti yang mempercayai bahwa CDS membantu bayi dan
anak-anak dalam mempelajari bahasa native mereka.

2.3.5Mempersiapkan Literasi:Keuntungan Membaca Lantang

Bagi bayi dan anak,membaca memberikan peluang


keintiman emosional serta membina komunikasi antara mereka
dengan orang tua.Frekuensi orang tua atau pengasuh dalam
109

membaca serta cara mereka melakukannya dapat memengaruhi


perkembangan literasi,kemampuan membaca dan menulis pada
bayi.Anak yang belajar membaca sejak dini biasanya adalah
mereka yang orang tuanya sering membacakan untuk mereka
ketika mereka masih kecil.

3. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK 3 TAHUN PERTAMA

Dasar Perkembangan Psikososial

Emosi

Emosi, seperti kesedihan, sukacita, dan rasa takut, adalah


reaksi subjektif terhadap pengalaman yang diasosiasikan dengan
perubahan fisiologis dan tingkah laku. Rasa takut,
misalnya, disertai dengan detak jantung lebih cepat
dan sering kali, tindakan melindungi diri.Satu anak dapat mudah
marah, yang lain tidak. Emosi merupakan bagian dari aspek
afektif yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan
perilaku seseorang. Emosi bersifat fluktuatif dan dinamis, artinya
perubahan emosi sangat tergantung pada kemampuan
seseorang dalam mengendalikan diri.

Tanda-tanda munculnya emosi

Bayi yang baru lahir akan menunjukkan ekspresi ketika


mereka tidak bahagia. Mereka menangis dengan kencang,
menggerak-gerakkan tangan dan kaki, dan mengakukan
tubuh. Sangat sulit untuk mengetahui kapan mereka sedang
senang. Pada bulan pertama, mereka menjaditenang ketika
mendengar suara seseorang atau ketika digendong, dan
mereka tersenyum ketikatangan mereka digerakkan
bersama untuk bermain puk-ame-ame. Seiring dengan
berjalannya waktu, bayi lebih merespon terhadap orang-orang
di sekitarnya.
110

Menangis, Menangis adalah cara yang paling ampuh, dan


kadang-kadang satu-satunya cara bayi untuk dapat
mengkomunikasikan kebutuhan mereka. Beberapa penelitian
telah membedakan empat pola menangis: tangisan lapar
(tangisan yang beritme, yang tidak selalu berhubungan dengan
rasa lapar); tangisan marah (variasi tangisan beritme, di mana
banyak udara dipaksakan melewati pita suara); tangisan
sakit (tangisan tiba-tiba tanpadidahului rintihan, kadang-
kadang diikuti dengan menahan napas), dan tangis frustrasi (dua
atau tiga tangis, tanpa menahan napas panjang).

Tersenyum dan tertawa

Senyum kecil paling dini terjadi secara spontan segera setelah


lahir, yang ternyata adalah hasil dari aktivitas
sistem saraf subkortikal. Senyuman involuntari ini sering muncul
pada periode tidur REM. Senyum ini berkurang pada usia tiga
bulan pertama . Senyum sadar paling dini dapat ditimbulkan
oleh sensasi halus, seperti menggoyangkan dan meniup
kulit bayi. Pada minggu kedua, bayi mungkin tersenyum
mengantuk setelah diberi makan. Pada minggu ketiga, sebagian
besar bayi mulai tersenyum ketika mereka terjaga
dan memperhatikan anggukan kepala pengasuh dan suara
pengasuh. Pada sekitar 1 bulan, senyum umumnya menjadi
lebih sering dan lebih sosial. Selama bulan kedua,seiring
berkembangnya pengenalan visual, bayi lebih sering
tersenyum pada rangsangan visual, seperti wajah mereka kenal.
Pada sekitar bulan keempat, bayi tertawa keras ketika dicium di
perut atau digelitik. Pada sekitar bulan keenam, mereka
mungkin terkekeh merespons ibunya yang mengeluarkan suara
aneh atau muncul dengan handuk mengerudungi wajahnya.

Pada sekitar bulan kesepuluh, mereka tertawa mungkin


mencoba untuk menempatkan handuk kembali di wajahnya
111

ketika jatuh. Perubahan ini mencerminkan perkembangan


kognitif: dengan tertawa tiba-tiba, bayi menunjukkan
bahwa mereka tahu apa yang mereka harapkan.Tertawa juga
membantu bayi melepas ketegangan, seperti rasa
takut terhadap objek yangmengancam.

Empati

Empati adalah kemampuan untuk "menempatkan diri sendiri di


posisi orang lain" danmerasakan yang dirasakan orang
tersebut, atau diharapkan merasakan, dalam situasi
tertentu.Seperti perasaan bersalah, empati berkembang seiring
dengan berjalannya usia. Makin anak mampu membedakan
keadaan mentalnya dengan orang lain, mereka mampu
merespon distres anak lain seperti distres mereka
sendiri. Empati berbeda dengan simpati, yang hanya melibatkan
kesedihan atau kepedulian terhadap penderitaan orang lain.
Baik empati dan simpati dapat menimbulkan tingkah laku
sosial, seperti memberi kembali mainan.

Tempramen

Temperamen dideskripsikan sebagai bagaimana seseorang


bertingkah laku. Namun, para peneliti memandang temperamen
secara lebih luas, dimana mereka menganggap bahwa
temperamen juga berkaitan dengan bagaimana mereka
mengatur fungsi mental, emosional, dan perilaku mereka
sendiri.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MENURUT


ERIKSON

Erik Erikson adalah satu diantara para ahli yang melakukan


ikhtiar itu, dari perspektif psikolopgi, ia menguraikan manusia
dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0 sampai usia
112

lanjut. Kelebihan dari teori Erickson adalah bahwa ia mengurai


seluruh siklus hidup manusia, tidak seperti freud yang hanya
sampai masa remaja. Termasuk Erickson memasukkan faktor-
faktor sosisal yang mempengaruhi perkembangan tahapan
manusia tidak hanya faktor libidinal sosial.

Selama perkembangan anak 3 tahun pertama, menurut kami ada


dua tahap yang mempengaruhi, yaitu :

Trust Vs Mistrust(Percaya Vs tidak percaya)

Terjadi pada usia 0 s.d. 18 bulan

Tingkat Pertama teori perkembangan psikososial Erickson antara


kelahiran sampai satu tahun dan merupakan tingakatn hidup
paling dasar

Oleh karena itu bayi sangat bergntung pada kepercayaandi


dasarkan pada ktergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada
anak

Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa


selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten,
tidak tersedia secara emosional, atau ,menolak dapat
mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang diasuh.
Kegagalan dalam mengembangkkan kepercayaan akan
menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak
konsisten dan tidak dapat di tebak.

Autonomy vs Shame (Otonomi Vs malu-malu dan ragu-ragu)

Terjadi pada usia 18-36 bulan

Tingkat kedua dari teori perkambangan psikososial ini terjadi


selama masa awal kanak-kanak berfokus pada perkembangan
besar dari pengendalian diri
113

Erickson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian


yang penting sekali dalam proses ini. Karena erickson percaya
bahwa belajar mengontrol fungsi tubuh seseorang akan
membawa pada perasaan mnegendalikan diri dan kemandirian,

Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan


pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan mainan yang
disukai, dan juga pemilihan pakaian

Anak yang berhasil melewati tahap ini akan merasa aman dan
percaya diri sementara yang gagal akan merasa tidak cukup fan
ragu-ragu terhadap diri sendiri.

Daftar Pustaka

Papalia, Diane E., et al. Human Development (Psilokogi


Perkembangan) Jakarta: kencana. 2010

http://kharinblog.wordspress.com/2012/11/24/tahap-tahap-
perkembangan-psikososial-erik-erickson/
114

BAB IV
PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK AWAL

A. Pendahuluan
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-
kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang
kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan
tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak (young
childern) dalam uraian selanjutnya digunakan kata “anak-anak”
yang menunjuk pada pengertian anak yang masik kanak-kanak.
Masa kanak-kanak sering kali dianggap tidak ada akhirnya,
sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan
yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-
anak lagi, melainkan “orang-orang dewasa”. Masa kanak-kanak
dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai anak
matang secara seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk wanita
dan empat belas tahun untuk pria. Setelah anak matang secara
seksual, maka ia disebut remaja
Dalam buku ini akan membahas perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial, serta
dalam buku ini juga akan membahas perkembangan-
perkembangan tersebut dalam integrasi dan interkoneksi islam
sebagai sebuah upaya dalam melakukan perkembangan
pengetahuan islam.

B. Perkembangan Fisik Pada Masa Kanak-Kanak Awal


Perkembangan fisik pada awal masa kanak-kanak dibagi
mnjadi beberapa aspek yaitu: tinggi, berat, perbandingan tubuh,
postur tubuh, tulang dan otot, lemak dan gigi.
1. Tinggi
Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata
3inci. Pada usia 6 tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inci.
115

2. Berat
Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata 3-5
pond. Pada usia 6 tahun berat anak harus kurang lebih 7
kali berat pada waktu lahir. Anak perempuan rata-rata
beratnya 48,5 pond dan anak laki-laki 49 pond.
3. Perbandingan Tubuh
Perbandingan tubuh sangat berubah dan “penampilan
bayi tidak tampak lagi”. Wajah tetap kecil tetapi dagu
tampak lebih jelas dan leher lebih memanjang.
Gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsuransur
berkurang dan tubuh cnderung berbentuk kerucut,
dengan perut yang rata (tidak buncit) , dada yang lebih
bidang dan rata, dan bahu lebih luas dan lebih persegi.
Lengan dan kaki lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki
tumbuh lebih besar.
4. Postur Tubuh
Perbedaan dalam postur tubuh untuk pertama kali
tampak jelas dalamawal kanak-kanak. Ada yang
posturnya gemuk dan lembek atau endomorfik ada yang
kuat berotot atau mesomorfik, dan ada lagi yang relatif
kurus atau etomorfik.
5. Tulang dan Otot
tingkat pengerasan otot brfariasi pada bagian-bagian
tubuh mengikuti hukum perkembangan arah. Otot
menjadi lebih besar ,lebih kuat dan lebih berat, sehingga
anaktampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah.
6. Lemak
anak-anak cenderung bertumbuh endomorfik lebih
banyak jaringan lemaknya dari pada jaringan otot ; dan
yang bertumbuh ektomorfik mempunyai otot-otot yang
kecil dan sedikit jaringan lemak.
7. Gigi
selama empat sampai enam bulan pertama dari awal
116

masa kanak-kanak, empat gigi bayi yang terakhir –


geraham belakang – muncul. Selama setengah tahun
berakhir gigi bayi mulay tangal digantikan oleh gigi tetap
yang mula-mula lepas adalah gigi bayi yang pertama kali
tumbuh yaitu gigi sari tengah. Bila masa awal kanak-
kanak berakhir, pada umumnya bayi memilikisatu atau
dua gigi tetap didepan dan beberapa celah dimana gigi
tetap akan muncul.

Perkembangan fisik
pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak
berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan
masa bayi. awal masa kanak-kanak
merupakan masa pertumbuhan yang relatif seimbang meskipun
pendapat perbedaan musim; bulan juli sapai pertengahan
desember merupakan saat yang terbaik untuk meningkatkan
berat badan dan april sampai pertengahan agustus untuk
peningkatan tinggi tubuh (26,86,98,132). Anak dengan tingakat
kecerdasan yang tinggi, misalnya, tubuhnya cenderung lebih
tinggi pada masa awal kanak-kanak dari pada mereka yang
kecerdasannya rata-rata atau dibawah rata-rata dan gigi
sementaranya lebih cepat tanggal. Meskipun perbedaan seks
tidak menonjol dalam peningkatan tinggi dan berat tubuh, tetapi
pengerasan tulang dan lepasnya gigi sementara lebih cepat pada
anak perempuan, dari usia keusia. Anak dari kelompok sosial
ekonomi yang lebih tinggi cenderung memperoleh gizi dan
perawatan yang lebih baik sebelum dan sesudah kelahiran. Oleh
karena itu, perkembangan tinggi, berat dan otot-otot badan
cenderung lebih baik (26,98,132).

Kebiasaan fisiologis
Dalam awal masa kanak-kanak, kebiasaan fisiologis yang
dasarnya sudah diletakkan pada masa bayi menjadi semakin
117

baik. Namun nafsu makan anak-anak tidak sebesar seperti pada


masa bayi. Hal ini sebagian disebabkan karena tigkat
pertumbuhan telah menurun dan sebagian karena sekarang ia
telah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan tidak
disukai.
Jumlah tidur yang dibutuhkan sehari-hari berbeda,
bergantung pada berbagai faktor tertentu seperti, banyaknya
latihan disiang hari dan macam kegiatan yang dilakukan. Anak-
anak usia tiga tahun tidur sekitar dua belas jam sehari. Tahun-
tahun berikutnya jumlah tidur sehari-hari rata-rata berkurang
sekitar setengah jam dari tahun sebelumya.
Pengendalian pembuangan kotoran telah dikuasai pada
masa akhir bayi. Pada usia tiga tahun atau empat tahun anak
sudah harus dapat mengendalikan kantung kemih pada malam
hari. Pada saat anak-anak siap masuk sekolah pengendalian
kantung kemih sudah harus sempurna, sehingga sekalipun
mengalami ketegangan emosional, anak-anak tetap tidak
mengompol.

Keterampilan pada awal masa kanak-kanak


Awal masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk
mempelajari keterampilan tertentu, terdapat tiga alasan :
 Pertama, anak sedang mengulang-ulangdan karenanya
dengan senang hatimau mengulang suatu aktifitas
sampai mereka trampil melakukannya.
 Kedua, anak-anak bersifat pemberani sehingga tidak
terhambat oleh rasa takut kalau dirinya mengalami sakit
atau diejek teman-temannya.
 Ketiga, anak belia mudah dan cepat belajar karena tubuh
mereka masih sangat lentur dan keterampilan yang
dimiliki bru sedikit sehingga keterampilan yang baru
dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah
ada.
118

C. Perkembangan Kognitif Pada Masa Kanak-Kanak Awal


pendekatan Piagetian : anak Preoperasional
Jean peaget menamakan masa anak-anak awal, dari sekitar usia
2-7 tahun, sebagai tahap preoperasional, karena anak-anak
belum siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi mental
yang mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik dalam tahap
utama kedua perkembangan kognitif adalah perluasan
penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan
representasional, yang pertama kali muncul pada akhir tanpa
sensori motor.
Kemajuan kognitif sepanjang usia kanak-kanak awal:
1. Menggunakan simbol
Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak sensori
motori dengan objek, orang, atau peristiwa untuk
memikirkan hal tersebut.
2. Memahami identitas
Anak memahami bahwa perubahan dipermukaan tidak
mengubah karakter alamiah sesuatu.
3. Memahami sebab akibat
Anak memahami bahwa peristiwa memiliki sebab.
4. Mampu mengklasifikasi
Anak mengorganisir objek orang, dan peristiwa kedalam
kategori yang memiliki makna.
5. Memahami angka
Anak dapat berhitung dan bekerja dengan angka.
6. Empati
Anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa
yang dirasa orang lain.
7. Teori pikiran
Anak menjadi lebih sadar akan aktivitas mental dan
fungsi pikiran.
119

Batasan pemikiran praoperasional (merujuk kepada piaget)


1. Sentrasi: Ketidakmampuan untuk decenter
Anak focus kepada satu aspek dari situasi yang lain
2. Ketidakmampuan untuk irreversibility
anak gagal memahami bahwa beberapa oprasi atau
tidak dapat dibalik, dikembalikan kesituasi semula
3. Fokus kepada situasi bukan kepada transformasi
anak gagal memahami nilai penting transformasi
antar pernyataan
4. Penalaran tranduktif.
anak tidak menggunakan penalaran deduktif,
mereka malah melompat dari satu penalaran ke yang
lain dan mencari sebab ketika mereka tidak
menemukannya
5. Egosentrisme
anak berasumsi bahwa orang lain berfikir menerima,
dan merasa sebagaimana yang mereka lakukan.
6. Animisme
anak mengatributkan kehidupan kepada objek yang
tidak hidup
7. Ketidakmampuan membedakan penampakan
dengan kenyataan anak merasa bingung dengan apa
yang sebenarnya penampilan.

Bahasa dan Kemampuan Kognitif Lainnya Perkembangan


Bahasa

Anak-anak prasekolah membuat perkembangan yang pesat


dalam kosa kata bahasa, dan sintaksis. Anak yang pada usia 3
tahun menggambarkan ayah sedang “mengampak” kayu
(membelah dan menggunakan kampak), atau meminta ibunya
untuk ‘memotong” kue (memotong-motong kue menjadi
potongan kecil), mungkinakan berkata kepada ibunya “jangan
120

bercanda!’ pada usia 5 tahun atau dengan bangga menunjukan


mainannya dan berkata, “lihat, semuanya saya yang pasang”.
Dan sebagaimana yang akan kitalihat, bahasa memainkan peran
dalam perkembangan memori dan prediktabilitas kecerdasan .

Konsep umum yang berkembang selama masa awal kanak-kanak


1. Kehidupan
anak-anak cenderung memberikan sifat yang hidup
kepada benda-benda mati scontohnya boneka.
2. Kematian
Anak-anak cenderung menghubungkan kematian dengan
sesuatu yang pergi tetapi biasanya tidak dapat mengerti
apa makna kematian
3. Fungsi Tubuh
Anak-anak sebagai kelompok, mempunyai konsep
mengenaifungsi tubuh dan kelahiran yang kurang tepat.
Hal ini berlaku sampai anak masuk sekolahmeskipun
pada saatnya kesalahan konsep akan diperbaiki memalui
pelajaran mengenai kesehatan dan pendidikan seks.
4. Ruang
Anak usia empat tahun dapat menaksir jarak yang dekat
secara tepat tetapi kemampuan untuk menaksir jarak
yang jauh belumberkembang sampai masa akhir kanak-
kanak. Dengan menggunakan petunjukyang dapat
dimengerti anak-anak dapat menentukan kanan dan kiri
dengan benar.
5. Berat
Sebelum anak-anak belajar bahwa benda-benda yang
berbeda mempunyai berat yang berbeda, jarang terjadi
bahwa sebelum usia sekolah, anak-anak dapat
memperkirakan berat benda sesuai dengan besarnya
benda.
121

6. Bilangan.
Anak-anak yang mengikuti taman kanak-kanak biasanya
mengerti bilangan sampai lima. Konsep mengenai
bilangan di atas 5 masih sangat samar-samar.
7. Waktu
Anak-anak belum mengerti tentang lamanya waktu,
misalnya berapa lamanya satu jam itu. Mereka juga
belum dapat memperkirakan waktu menurut kegiatan-
kegiatan mereka sendiri. Kebanyakan anak usia empat
atau lima tahun mengerti tentang hari-hari dalam satu
minggu dan pada usia enam tahun mengerti bulan,
tahun, dan musim.
8. Kesaran sosial
Sebelum masa awal kanak-kanak berakhir, kebanyakan
anak-anak dapat membentuk pendapat tentang orang
lain, apakah seorang itu baik ayau jahat, pandai atau
bodoh misalnya.
9. Keindahan
Bebanyakan anak-anak menyukai musik dengan nada
atau irama yang pasti dan ia senang dengan bentuk-
bentuk yang sederhana, warna-warna yang cerah dan
mencolok.
10. Kelucuan
Yang sering dianggap lucu adalah wajah-wajah lucu yang
dibuatnya sendiri atau orang lain, perilaku yang kurang
dapat diterima secara sosial dan kelakar mengenai
binatang piaraan. Permainan kata-kata juga dianggap
lucu.
122

D. Perkembangan Psikososial pada Masa Anak Awal

Tugas perkembangan masa kanak-kanak awal dari segi


perkembangan psikososial

Secara kronologis, masa kanak-kanak (early childhood)


adalah masa perkembangan dari usia 1 atau 2 tahun hingga 5
atau 6 tahun. Perkembangan biologis pada masa ini berjalan
pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh
lingkungan dan keluarganya. Oleh karena itu,
fungsionalisasilngkungan keluarga pada fase ini penting sekali
untuk mempersiapkan anak terjun kedalam lingkungan yang
lebih luas terutama lingkungan sekolah.
Masa kanak-kanak sering disebut masa etika, masa
indera, dan masamenetang orang tua . disebut etika karena pada
masa ini merupakan saat terjadinya persaan keindahan. Disbut
masa indera karena pad saat masa ini indera berkembang pesat
dan merupakan kelanjutan dari perkembangan selanjutnya,
berkat kesempatan perkembangan itulah ia senang mengadakan
eksplorasi. Kemudian disebut dengan masa menentang kerena
masa ini disebut masa Raja kecil atau masa Troz Alter dengan
sikap egosentris kaeena merasa dirinya berada dipusat
lingkungan, yang ditampilkan anak dengan sikap senang
menetang sesuatu disekitarnya. Perkembangan seperti itu
antara lain disebabkan oleh kesadaran anak, bahwa dirinya
mempunyai kemauan dan kehendak sendiri, kesadaran itu
merupakan awal dari usaha untuk mewujudkan diri (Self
realization) sebagai satu dari individu bahwa dirinya tidak sama
dengan orang lain
Anak-anak pada masa ini bersifat meniru, banyak
bermain dengan lelakon (sandiwara) atau khayalan, yang
kadang-kadang dapat membantu dalam mengatasi kekurangan-
kekurangannya dalam kenyataan. Kegiatan yang bermacam-
123

macam itu akan memberikan ketrampilan dan pengalaman pada


si anak.

Tugas-tugas perkembangn pada fase ini meliputi:


1. Belajar berbicara, misalnya mulai dengan menyebut kata
ibu, ayah dan nama benda-benda sederhana yang ada
disekitarnya.
2. Belajar membedakan jenis kelamin antar laki-laki dan
perempuan, dan bersopan santun seksual.
3. Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan
ibunya, dengan ayah, dengan saudar kandung dan orang-
orang yang ada disekelilingnya.
4. Belajar membedakan antara hal yang baik dengan hal
yang buruk, juga antara hal-hal yang benar dan hal-hal
yang salah,setra mengembangkan atau membentuk kata
hati (hati nurani).
5. Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana
tentang ke nyataan sosial dan alam, serta
mempersiapkan diri untuk membaca.

Ciri-ciri masa kanak-kanak awal

Adapun ciri-ciri masa kanak-kanak awal adalah sebagai berikut:


1. Usia yang mengandung masalah atau sulit
2. Usia mainan
3. Usia prasekolah
4. Usia belajar berkelompok
5. Usia menjelajah dan bertanya
6. Usia meniru dan kretif
Dengan demikian, ciri-ciri masa kanak-kanak awal tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Adapun kekuranga dari
salah sau ciri-ciri tersebut merupakan suatu kondisi yang harus
diperhatikan sungguh-sungguh oleh orang tua atau masyarakat.
124

Perkembangan yang terjadi pada periode ini dari segi


perkembangan psikososial
Adapun prkembangan yang terjadi pada periode ini adalah :
1. Perkembangan fisik dan motorik
2. Perkembangan intelektual (pengertian)
3. Perkembangan berbicara (bahasa)
4. Perkembangan emosi
Emosi yang meninggi pada masa awal kanak-kanak
ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang
hebat dan iri hati yang tidak masuk akal. Penyebab emosi
ini adalah akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang,
dan makan terlalu sedikit.
Emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak adalah :
 Amarah
 Takut
 Cemburu
 Ingin tahu
 Iri hati
 Gembira
 Sedih
 Kasih sayang
5. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi
oleh iklim sosio-psikologis keluarganya, jika di lingkungan
keluarganya tercipta suasana yang harmonis, saling
memperhatikan, saling membantu dalam menyelesaikan
tugas-tugas ke;uarga, dan konsisten dalam
melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki
kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan
dengan orang lain.
Pola perilaku sosial pada anak antar lain ; meniru,
persaingan, kerja sama, simpati, empati (mengerti
perasaan dan emosi orang lain serta membayngkan
125

dirinya berada dikondisi tersebut), dukungan sosial,


berbagi kemudian perilaku akrab.
Perilaku tidak sosial antara lain ; negativisme,
agresif, perilaku berkuasa, mementingkan diri sendiri,
merusak, prasangka.

6. Perkembangan bermain
Permainan tidak bisa dipisahkan dari dunia anak.
Dan merupakan bagian penting dalam perkembangan
tahun pertama masa ini. Bentuk-bentuk permainan yang
biasa dilakukan anak pada masa periode ini adalah :
 Memasuki tahun kedua, anak suka bermain
sendirian
 Akhir tahun ketiga, anak mulai bermain dengan
anak lain
 Pada tahun keempat, anak-anak cenderung
bermain pada kelompok khusus dalam
permainan imajinatif dan bangunan
 Pada usia kelima, anak menyukai permainan yang
memungkinkan untuk saling mengungguli.
7. Perkembangan kepribadian
Lingkungan keluarga merupakan dunia sosial
awal bagi anak-anak, maka bagaimana perasaan mereka
kepada anak-anak dan bagaimana perlakuan mereka
merupakan faktor penting dalam pembentukan konsep
diri, yaitu inti pola kepribadian . dan dalam
perkembangan selanjutnya, sikap dan cara teman sebaya
memperlakukannya mulai membawa pengaruh dalam
konsep diri.
8. Perkembangan moral
Dalam tahap ini, anak secara otomatis mengikuti
peraturan tanpa berfikir ataupun menilai. Anak
sebaiknya dilatih untuk berdisiplin, karena ini merupakan
126

cara mengajarkan berperilaku moral sesuai yang diterima


dikelompoknya.

9. Perkembangan kesadaran beragama


Pengenalan agama sudah dapat dilakukan sejak dini,
pengetahuan anak tentang agama berkembang sejalan
dalam pengalamannya dalam mendengar ucapan-
ucapan orang tuanay, melihat sikap dan perilaku orang
tuanya dalam beribadah, selanjutnya mereka meniru dari
apa yang telah dilihat maupun didengarnya.

Beberapa Kondisi Penting yang Mendukung Kebahagiaan


Dalam Awal Masa Anak-anak
1. Kesehatan yang baik memungkinkan anak menikmati apa
pun yang ia lakukan dan berhasil dlam melakukannya.
2. Lingkingan yang merangsang dimana anak memperoleh
kesempatan untuk menggunakan kemampuannya
semaksimal mungkin.
3. Perilakunya yang kekanak-kanakanan mengganggu
diterima oleh orang tua dan bimbingan orang tua dalam
belajar berperilaku secara sosial.
4. Kebijaksanaan dalam menegakkan disiplin yang
terencana dan dilaksanakan secara konsisten. Dengan
demikian anak mengerti apa yang diharapkan dirinya dan
mencegah anak merasa bahwa ia dihukum secara tidak
adil.
5. Mengembangkan ekspresi-ekpresi kasih sayang yang
wajah, seperti menunjukkan rasa bangga terhadap
prestasi anak dan rasa bangga terhap prestasi anak dan
meluangkan waktu bersama anak, melakukan hal-hal
yang kingin dilakukan.
6. Harapan-harapan yang realistis, sesuai dengan
kemampuan anak sehingga anak memperoleh
127

kesempatan yang wajar untuk meraih sukses, dan


dengan demikian mendorong konsep diri yang baik.
7. Mendorong kreativitas dalam bermain dan menghindari
cemooh atau kritik yang tidak perlu yang dapat
mengurangi semangat anak untuk kreatif.
8. Diterima oleh saudar-saudara kandung dan teman
bermain sehingga anak dapat mengembangkan sikap
yang baik terhadap pelbagai kegiatan sosial. Ini dapat
dorongan oleh bimbingan dalam hal bagaimana
menyesuaikan dengan orang lain dan oleh adanya
panutan yang baik dirumah untuk ditiru.
9. Suasana gembira dan bahagia di rumah sehingga anak
akan belajar berusaha untuk mempertahankan suasana
ini.
10. Prestasi dalam kegiatan yang penting bagi anak dan
dihargai oleh kelompok dengan siapa anak
mengidentifikasi diri.

DAFTAT PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B,1980. Psikologi perkembangan. Jakarta:


Erlangga

Papalia, Diane E, Sally Wendkos Old dan Ruth Duskin Feldman.


2008. Human Development. Jakarta: prenada media group

http://mahmud09-
kumpulanmakalah.blogspot.com/2011/01/masa-anak-anak-
awal-perkembangan-html
193

BAB IX
PERKEMBANGAN MASA DEWASA AKHIR

Karakteristik
Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang
disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis.
Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang
menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan
ada pula yang mengaggapnya sebagai hukuman.
Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang
menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.
Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat
menganggap orang berusia lanjut tidak begitu dibutuhkan
karena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat
yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama
yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar.
Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap
sosial yang negatif tentang usia lanjut.
Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing
lagi dengan kelompok yang lebih muda.
Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya
konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang
negatif.
Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari
segala cara untuk memperlambat penuaan.

Tugas Perkembangan
1. Menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik. Misalnya
adanya perubahan penampilan pada wajah wanita,
menggunakan kosmetik untuk menutupi tanda-tanda
penuaan pada wajahnya. Pada bagian tubuh, khususnya
194

pada kerangka tubuh, mengerasnya tulang sehingga tulang


menjadi mengapur dan mudah retak atau patah.
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan keluarga.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
4. Menjalin hubungan dengan orang-orang disekitarnya.
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan
harmonis.

Usia Tua Saat ini


Di jepang, usia tua adalah tanda status. Sebaliknya di
Amerika Serikat, ketuaan umumnya dipandang sebagai sesuatu
yang tidak diinginkan.
Pada saat ini, usaha memerangi Ageisme : _Prasangka buruk
atau diskriminasi terhadap seseorang ( umumnya terhadap
orang yang sudah tua ) yang didasarkan kepada usia_telah
mengalami kemajuan, berkat makin banyaknya lansia yang sehat
dan aktif seperti Jhon Glenn.
Penuaan Primer adalah proses kemunduran tubuh gradual
tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan dan
terus berlangsung selama bertahun – tahun, terlepas dari apa
yang orang – orang lakukan untuk menundanya, sedangkan
Penuaan Sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan, dan
penyalahgunaan faktor – faktor yang sebenarnya dapat dihindari
dan berada dalam kontrol seseorang. Dengan memilih makanan
dan menjaga kebugaran tubuh sepanjang masa dewasa, banyak
orang yang dapat menunda efek sekunder dari penuaan.
Pada saat ini, ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri
mempelajari penuaan merujuk kepada 3 kelompok lansia : “
lansia muda “ ( young old ), “ lansia tua “ ( old old ), “ lansia tertua
“ ( oldest old ). Secara kronologis, young old berkisar antara usia
65 sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital, dan bugar. Old old
195

berusia antara 75 sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85


tahun keatas, berkecenderungan lebih besar lemah dan tidak
bugar serta memiliki kesulitan dalam mengelola aktivitas
keseharian.
Akan tetapi, klasifikasi yang lebih berguna dalah Usia
Fungsional : Ukuran kemampuan seseorang untuk berfungsi
secara efektif dalam lingkungan fisik dan sosialnya dibandingkan
dengan orang lain yang seusianya. Seseorang berusia 90 tahun
yang tetap berasa dalam kesehatan yang prima bisa jadi
berfungsi lebih muda dibandingkan orang berusia 65 tahun yang
tidak sehat. Riset dalam Gerontolog: Studi tentang penuaan dan
prosesnya. Geriatris : Cabang pengobatan yang fokus pada
proses penuaan dan kondisi medis yang berkaitan dengan usia.

9.1. PERKEMBANGAN FISIK

1. Usia dan Penuaan


Harapan hidup telah meningkat secara dramatis. Semakin
lama orang hidup, semakin panjang meraka berkeinginan untuk
hidup. Harapan hidup : Usia dimana seseorang dalam waktu
tertentu biasanya hidup ( dengan `mempertimbangkan usia dan
status kesehatannya pada saat ini ), berdasarkan usia rata – rata
populasi. Usia : Panjang kehidupan seseorang. Rentang usia :
Periode terpanjang suatu spesie dapat hidup.
a. Tren dan Faktor dalam Harapan Hidup
Perbedaan Regional dan Etnis : Rata-rata seseorang yang
lahir di negara maju dapat berharap untuk hidup 13 tahun lebih
lama dibandingkan orang yang lahir di negara berkembang. Akan
tetapi, harapan hidup bervariasi secara lebih luas dalam
beberapa negara. Rata-rata, orang Amerika kulit putih hidup 6
tahun lebih lama dibandingkan Afro-Amerika(NCHS, 2002b; lihat
tabel 1.1).
196

Harapan hidup berdaasarkan tahun kelahiran, jenis kelamin,


dan ras, tahun 2000, di Amerika Serikat

Jenis Kelamin Semua Ras Kulit Putih Kulit Hitam


Pria 74,1 74,8 68,2
Wanita 79,5 80,0 74,9
Sumber: Minino, et.al.2002.

Perbedaan Gender : Hampir di seluruh dunia, wanita hidup


lebih lama dibandingkan pria, walaupun terdapat pengecualian
di negara berkembang dimana para anak perempuan dan wanita
menghadapi diskriminasi yg parah ( Kinsella &Velkoff, 2001 ).
Lebih panjangnya usia wanita diakaitkan kepada beberapa
faktor, kencendrunag mereka yang lebih besar dalam mengurusi
diri sendiri dan untuk mencari perawatan medis, tingkat
dukungan sosial yang mereka nikmati lebih besar, dan lebih
besarnya kerapuhan biologis pada pria.

b. Mengapa Orang – Orang Menjadi Tua ?

Tabel 1.2 Teori penuaan Biologis

Teori pemrograman genetik Teori peringkat variabel

Teori senescene terprogram : Teori wear and tear : Sel dan


Penuaan merupakan hasil jaringan memiliki bagian vital
pertukaran berurutan pada gen yg akan rusak.
tertentu. Senescene
merupakan waktu ketika
penurunan yang berkaitan
dengan penuaan menjadi
197

Teori Endokrin : Jam biologis Teori radikal bebas :


bertindak melalui hormon Akumulasi kerusakan dari
untuk mengontrol dimensi radikal oksigen
penuaan. menyebabkan sel dan organ
untuk berhenti berfungsi.

Teori Imunologis : Penuaan Teori peringkat kehidupan :


terprogram dalam sistem imun semakin besar tingkat
tubuh yang menjurus kepada metabolisme, semakin
peningkatan kerapuhan pendek usianya.
terhadap penyakit menular &
kemudian kepada penuaan dan
kematian.

Teori autoimun : Sistem imun


menjadi bingung &
menyerang sel tubuh sendiri.

2. Perubahan Fisik

Masa dewasa tua berkisar umur 60 tahun ke atas. Proses


penuaan berarti menurunnya daya tahan fisik, menurut kartari
(1993) lanjut usia disebabkan oleh meningkatnya usia, sehingga
terjadi perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem
organ.

Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa menjadi tua


ditandai dengan kemunduran biologis yang terlihat dari gejala
kemunduran fisik, antara lain:
a. Kulit mulai mengendur dam pada wajah timbul keriput serta
garis-garis yang menetap
b. Rambut beruban
c. Gigi mulai tanggal
198

d. Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang


e. Mulai lelah
f. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
g. Kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak
terutama di bagian perut dan pinggul.

Kulit mereka yang sudah menua menjadi memucat dan


kurang elastis, dan seiring dengan mengkerutnya lemak dan
otot, kulit tersebut bisa jadi mengkerut. Pembengkakan
pembuluh darah dikaki menjadi hal yang umum. Rambut
dikepala menjadi putih dan menjadi semakin tipis, dan rambut
menjadi semakin jarang.

Orang dewasa yang lebih tua menjadi lebih pendek seiring


dengan melemahnya tulang vertebrae, dan postur bungkuk
manjadikan mereka semakin kecil. Penipisan tulangdapat
menyebabkan “dowager hump” pada belakang leher, terutama
bagi wanita dengan osteoporosis. Selain itu, komposisi kimia
tulang juga berubah, menciptakan resiko keretakan yang lebih
besar.

a. Perubahan Organis dan Sistematis

Perubahan dalam fungsi organis dan sistematis sangat


bervariasi, baik diantara maupun didalam individu. Sebagian
sistem tubuh dan keberfungsian organ menurun, sedangkan
sebagian yang lain tetap sebagaimana adanya, Akan tetapi
jantung menjadi sensitif terhadap penyakit dan kemampuan
pencadangan(reserve capicity) menurun.
199

b. Penuaan Otak

Pada lansia normal dan sehat, perubahan pada otak biasanya


bersifat rendah dan hanya membuat sedikit perbedaan (
kemper, 1994 ). Setelah usia 30 tahun, otak kehilangan beratnya,
pertama- tama sedikit, kemudian menjadi lebih cepat. Sehingga,
pada usia 90 tahun, otak kehilangan 10 % dari beratnya.

c. Fungsi Sensoris dan Psikomotoris Penglihatan

Penglihatan : Banyak lansia yang kesulitan melihat warna


atau melakukan aktivitas sehari- hari seperti membaca,
menjahit, berbelanja, dan memasak.

Sebagian besar kerusakan penglihatan ( termasuk kebutaan)


disebabkan oleh katarak, degenerasi moskular yang
berhubungan dengan usia, glaukoma, dan retinopathy diabetes
(komplikasi diabetes yang tidak berkaitan dengan usia).

Lebih dari setengah orang berusia 65 tahun keatas terkena


Katarak : Bidang berkabut atau buram di sekeliling lensa mata,
yang menyebabkan pengaburan pandangan. Degenerasi
moskular yang berkaitan dengan usia : Kondisi dimana inti retina
secara gradual kehilangan kemampuan untuk membedakan
detail yang halus, menjurus kepada penyebab kerusakan mata
permanen pada lansia. Glaukoma : Merupakan kerusakan
permanen pada saraf optik yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan pada mata.

Pendengaran : 40 % lansia menderita kehilangan


pendengaran, sering kali disebabkan oleh pres- bycusis,
penurunan dalam kemampuan mendengarkan suara bernada
tinggi yang berkaitan dengan usia ( O’Neill et al., 1999).
200

Rasa dan Bau : Kehilangan kedua indra ini dapat merupakan


bagian normal dari penuaan, tetapi juga dapat disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit dan obat- obatan, pembedahan, atau
keterpaparan terhadap materi beracun di lingkungan. Selain itu
dapat disebabkan juga oleh olfactory bulb, organ di otak yang
bertanggung jawab terhadap penciuman dan perasa yang rusak.

Kekuatan, Daya Tahan, Keseimbangan, dan Waktu Bereaksi


: Lansia memiliki kekuatan yang jauh berkurang dari yang pernah
mereka miliki dan lebih terbatas kemampuannya dalam aktivitas
yang mensyaratkan daya tahan atau kemampuan membawa
beban berat.

d. Fungsi Seksual

Seks pada masa dewasa akhir berbeda dengan apa yang ada
pada masa yang lebih muda. Pria biasanya membutuhkan waktu
lebih lama untuk ereksi dan ejakulasi. Basahmya payudara
wanita dan sinyal gairah seksual menjadi kurang intens
dibandingkan sebelumnya. Vagina menjadi kurang fleksibel dan
mungkin membutuhkan pelumas buatan.

3. Kesehatan Fisik
a. Status sehat dan perawatan kesehatan

Sebagian besar orang tua sehat, terutama jika mereka


mengikuti gaya hidup yang sehat. Sebagian besar memang
memillki kondisi kronis dan Ketidakberdayaan Fisik biasanya
memiliki satu atau lebih kondisi kronis maupun
ketidakberdayaan fisik, akan tetapi hal ini tidak amat membatasi
aktivitas atau menggangu rutinitas keseharian. Jumlah lansia
dengan ketidakberdayaan fisik telah menurun. Walaupun
demikian, lansia membutuhkan lebih banyak perwatan medis
dibandingkan yang lebih muda.
201

Arthritis ( radang sendi ) : Kelompok gangguan yang


menyebabkan sakit dan ketidakmampuan bergerak, seringkali
mengandung peradangan pada sendi. Osteoarthritis : Penyakit
degeneratif sambungan sendi. Rheumatoid arthritis : Yang
mengakibatkan kesulitan bergerak yang secara progresif
menghancurkan jaringan sambungan. Biasanya penanganan
penyakit tersebut mengandung kombinasi obat anti
peradangan, istirahat, terapi fisik, penggunaan panas dan dingin,
melindungi sendi dari tekanan, dan terkadang mengganti
sambungan, terutama pinggang. Latihan aerobik dan menyedot
cairan yang terbentuk dalam lubang sendi dapat meringankan
osteoarthritis.

b. Pengaruh pada Kesehatan

Aktivitas fisik. Program olahraga jangka panjang bisa


mencegah banyak perubahan fisik yang diasosiasikan dengan
penuaan yang normal. Latihan reguler dapat menguatkan
jantung dan paru – paru serta menurunkan stres.

Nutrisi. Nutrisi berperan dalam proses kerapuhan terhadap


penyakit kronis seperti atherosclerosis, jantung, dan diabetes (
Mohs, 1994 ). Memakan buah dan sayur – sayuran, terutama
yang kaya dengan vitaminC seperti buah jeruk dan jus, sayuran
berdaun hijau, brokoli, kubis menurunkan resiko stoke (
Joshipura at al., 1999 ). KekuranganVitamin D meningkatkan
resiko patah pinggul ( LeBoff et al., 1999 ).

9.2. PERKEMBANGAN KOGNITIF

1. Beberapa aspek perkembangan kognitif


a. Kecerdasan dan Kemampuan Memproses

Apakah kecerdasan mengilang pada masa dewasa akhir?


Jawabnya, tergantung kepada apa yang diukur dan bagaimana
202

mengukurnya. Beberapa kecerdasan seperti kecepatan


memproses mental dan penalaran abstrak biasa menurun pada
tahun-tahun brikutnya, akan tetapi berbagai aspek pemikiran
praktis dan integratif cenderung meningkat sepanjang masa
kehidupan masa dewasa (Sternberg, Grigorenko, dan Oh, 2001).

Mengukur kecerdasan lansia. Mengukur kecerdasan lansia


merupakan hal yang kompleks. Sejumlah factor fisik dan
psikologis merupakan nilai kecerdasan dan mengrah kepada
kesalahan penilaian atas kecerdasan mereka. Sebagaimana
orang yang lebih muda, kondisi terbaik lansia untuk diuji adalah
ketika mereka sedang segar bugar secara fisik dan telah
beristirahat dengan cukup. Penurunan pada pengelihatan dan
pendenganran dapat menyulitkan pemahaman atas pengujian.
Batas waktu pada sebagian besar uji keceerdasan amat berat
bagi lansia, karena baik proses fisik maupun psikologis juga
kemampuan perceptual, cenderung menurun seiring usia. Maka
lansia akan bekerja lebih baik jika mereka diberikan kebebasan
waktu sesuai dengan kebutuhan mereka (Hertzog, 1989; Schaie
& Hartzog, 1983).

Kecemasan pada saat ujian merupakan hal yang umum di


kalangan lansia. Mereka telah menduga tidak dapat melakukan
tes tersebut dengan baik, dan dugaan ini menjadi self-fulfilling
proprchy (schie, 1996b). mereka mungkin kekurangan
ketertarikan atau motivasi kecuali mereka melakukan tes
tersebut demi mendapatkan pekerjaan atau tujuan penting
lainnya.

Untuk mengukur kecerdasan lansia, para periset sering kali


menggunakan Wechsler Adult Intelegence Scale (WAIS). Nilai
pada sub uji WAIS, memberikan nilai IQ verba, performa IQ dan
akhirnya total IQ. Lansia sebagai sebuah kelompok, tidak bekerja
203

sebaik orang dewasa yang lebih muda pada wais. Akan tetapi
pada dasarnya nonverbal.

Model dual proses : Model fungsi kognitif yang dikemukakan


oleh Baltes, yang mengidentifikasi dan mencoba mengukur dua
dimensi kecerdasan, yakni mekanis dan pragmatis. Mekanika
kecerdasan : Pada model dual proses Baltes, istilal ini berarti
kemampuan memproses informasi dan memecahkan masalah,
terlepas dari isi, dapat pula berarti area kognisi dimana kerap
terjadi penurunan yang berkaitan dengan usia. Pragmatis
Kecerdasan : Dalam model dual proses Baltes, kalimat ini
berarti dimensi kecerdasan yang cenderung tumbuh seiring
dengan bertambahnya usia dan mencakup pemikiran praktis,
aplikasi dari pengetahuan dan keterampilan yang terakumulasi,
kekhususan, produktivitas profesional, dan kebijaksanaan.
Melalui Optimasi selektif terhadap kompensasi : Dalam model
dual proses Baltes, strategi untuk memelihara atau
meningkatkan keseluruhan fungsi kognitif dengan menggunakan
kekuatan yang lebih kuat untuk mengkompensasi yang
melemah.

Perubahan dalam Kemampuan Memproses. Penurunan


menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat, sebagaimana yang
diukur melalui waktu reaksi, secara luas dipercaya sebagai
kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan
efisiensi dalam pemprosesan informasi. Kemampuan yang
digunakan untuk belajar dan menguasai keterampilan baru
cenderung menurun pada lansia.

Kompetensi dalam Tugas Sehari- hari dan Pemecahan


Masalah. Ketika orang menjadi tua, tes penting kompetensi
kognitifnya adalah kemampuan untuk hidup independen,
sebagaimana yang diukur oleh tujuh aktivitas instrumental hidup
sehari- hari ( IADLs ) : mengatur keuangan, berbelanja kebutuhan
204

pokok, menggunakan telepon, mendapatkan transportasi,


mempersiapkan makan, beobat, dan mengurus rumah.

b. Memori : Bagaimana Perubahannya ?

Memori Jangka Pendek Para periset menilai memori jangka


pendek dengan meminta seseorang mengulang rangkaian
angka, baik dalam urutan ke depan maupun ke belakang (digit
span backward). Kemampuan mengurutkan angka ke depan
akan terus bertahan seiring dengan peningkatan usia. Tetapi
tidak demikian dengan performa deretan terbalik, sebab
penjelasan yang diterima secara luas adalah pengulangan deret
ke depan hanya membutuhkan memori sensoris yang
efesiensinya terus bertahan sepanjang hidup. Sedagkan
pengulangan deret terbalik menuntut pengolaan informasi
dalam memori kerja (working memory), yang kemampuannya
menurun secara gradual sejak sekitar usia 45 tahun.

 Memori sensoris : Penyimpanan awal, singkat, dan


temporer informasi sensoris.
 Memori kerja : Penyimpanan jangka pendek informasi yg
sedang diproses secara aktif.

Memori Jangka Panjang Para periset pemrosesan informasi,


membagi memori jangka panjang ke dalam tiga komponen
utama yaitu : memori episodik, memori semantik, dam memori
prosedural.
 Memori episodik : Memori episodik ini berhubungan
dengan peristiwa tertentu atau memori ini disebut juga
memori jangka panjang pengalaman tertentu
dihubungkan kepada waktu dan tempat.
 Memori semantik : Yang dimaksud dengan memori
semantik ialah seperti ensiklopedi mental. Memori
tersebut menyimpan pengetahuan fakta sejarah, lokasi
205

geografis, adat, makna dari kata-kata, dan yang lainya.


Memori semantik tidak tergantung kepada di mana dan
kapan sesuatu pernah dipelajari, dan memori tersebut
menunjukan sedikit penurunan seiring dengan
bertambahnya usia.
 Memori prosedural : Mengingat bagaimana cara
mengendarai sepeda merupakan sala satu contoh dari
memori prosedural. Hal ini mencangkup keterampilan
motor, kebiasaan dan cara melakukan sesuatu yang
sering kali diingat tanpa usaha yang disadari. Penggunaan
bawah sadar yang terus bertahan seiring bertambahnya
usia disebut juga priming, yang peningkatan dalam
kemampuan memecahkan masalah, menjawab
pertanyaan, dan melakukan tugas yang lalu.

Mengapa Beberapa Aspek Memori Menurun ?


Masalah pada Encoding, Storage, dan Retrieval : Lansia
cenderung kurang efisien dan akurat dalam meng-encode
informasi baru yang mudah diingat, menyimpan, dan mengulang
kembali.
Perubahan Neurologis, Hipocampus : penting dalam
kemampuan menyimpan informasi baru dalam memori jangka
panjang, diperkirakan kehilangan 20 % sel sarafnya pada usia
senja. Daerah di kiri prefrontal cortex tampaknya mempengaruhi
kemampuan lansia dalam mengingat dan mengenali. Penurunan
pada prefrontal cortex bisa menyebabkan masalah memori
umum lansia seperti lupa memenuhi janji dan menyangka
peristiwa yang dibayangkan sebagai benar – benar terjadi.

c. Metamemori : Pandangan dari Dalam


Metamemory in Adulthood ( MIA ) : Kuesioner yang didesain
mengukur berbagai aspek metamemori orang dewasa, termasuk
keyakinan akan memori mereka sendiri dan seleksi serta
206

penggunaan strategi untuk mengingat. Meningkatkan Memori


pada Lansia. Beberapa peneliti telah menawarkan program
pelatihan mnemonics : yaitu teknik yang di desain untuk
membantu orang mengingat, membuat asosiasi antara wajah
dan nama, atau mentrasformasikan berbagai elemen cerita ke
dalam citra mental.

d. Kebijaksanaan
Erikson memandang kebijaksaan sebagai sebuah aspek
perkembangan kepribadian di masa senja. Penyelidik lain
mendefinisikan kebijaksanaan sebagai peluasan pemikiran
postformal, yakni sistesis penalaran dan emosi.
Robert Sternberg mengklasifikasikan kebijaksanaan sebagai
kemampuan kognitif yang dapat pelajari dan diuji. Merujuk
kepada sternberg, kebijaksanaan adalah bentuk khusus
kecerdasan praktis yang memiliki aspek moral. Kebijaksaan
tersebut memanfaatkan pengetahuan terpendam (tacit
knowledge) dan bertujuan mencapai kebaikan umum melalui
penyeimbangan berbagai kepentingan yang sering kali
berlawanan. Kebijaksanaan juga mengandung nilai tentang apa-
apa yang akan berakhir dengan baik dan bagaimana mencapai
kebaikan itu.
Riset yang paling luas tentang kebijaksanaan telah dilakukan
oleh Baltes dan koleganya, mereka mendefinisikan kebijasaan
sebagai keahlian yang berkaitan dengan dasar kehidupan
fundamental-yaitu: pengetahuan dan penilaian tentang tingkah
laku dan makna kehidupan. Agar kebijaksanaan berkembang
baik, maka seseorang harus mau belajar dan mempraktikkan
keterampilan dan memiliki motivasi untuk berjuang mencapai
kesempurnaan. Bimbingan dari mentor dan pengalaman hidup
yang penting dapat membuka jalan ke arah tersebut.
207

e. Kesehatan Mental
Keseahtan mental tidak hanya dilihat dari ketidak hadiran
gangguan-gangguan mental, berbagai kesulitan dan frustasi,
tetapi juga merefleksikan kemampuan seseorang untuk
menghadapi masalah-masalah kehidupan dengan cara efektif
dan memuaskan.
› Sinilis/Demensia(kepikunan). Istilah penurunan prilaku
dan kognitif yang secara psikologis dapat memengaruhi
kehidupan sehari-hari.
› Alzheimer. Gangguan otak yang bersifat degeneratif dan
progresif, yang ditandai dengan penurunan kognitif dan
kehilangan kontrol fungsi tubuh, bermuara pada
kematian.
› Prakinson. Degenerasi neurologis progresif, ditandai
dengan gemetar, kekuan gerakan yang melambat, dan
postur yang tidak stabil.
› Depresi. Akibat dari pengaruh interaksi berbagai gen
dengan faktor lingkungan(NIMH,1999b). Seperti kurang
berolahraga. Peristiwa yang menekan, kesendirian, dan
penggunaan pengobatan tertentu dapat memicunya.
Jaringan keluarga dan teman yang kuat dapat membantu
orang yang lebih tua menghilangkan depresi atau
menghadapinya.

2. Belajar seumur hidup

Belajar seumur hidup dapat membuat lansia tetap membuat


lansia tetap mawas sercara mental. Program pendidikan bagi
lansia meningkat dengan pesat. Sebagian besar program ini
memilki fokus sosial praktis atau pendidikan yang lebih serius.
Lansia belajar dengan lebih baik ketika materi dan metode
disesuaikan dengan kebutuhan kelompok usia ini.
208

9.3. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

1. Teori dan riset terhadap perkembangan psikososial


a. Stabilitas Kualitas Kepribadian

Meskipun beberapa riset telah menemukan perubahan usia


senja dalam beberapa dimensi tertenu dari “ lima besar “
kepribadian, seperti peningkatan persetujuan dan menurunnya
ekstraversi telah menunjukkan kasus yang mengesankan
tentang stabilitas esensial kualitas kepribadian. Pola kualitas
tertentu yang terus ada memberikan kontribusi terhadap
kemampuan beradaptasi dengan penuaan dan dapat
memprediksikan kesehatan dan usia.

b. Isu danTugas Normatif

Bagi Erickson, potensi puncak masa dewasa akhir adalah


perasaan akan adanya integritas ego ( ego integrity ), atau
integritas diri , pencapaian yang didasarkan pada refleksi akan
kehidupan seseorang.

Integritas ego Versus Keputusasaan : Menurut Erickson,


tahap kedelapan dan akhir perkembangan psikososial, di mana
orang – orang pada masa dewasa akhir mencapai perasaan
integritas diri dengan menerima hidup yang pernah mereka
jalani, dan karena itu menerima kematian, atau berujung kepada
keputusasaan bahwa hidup mereka tidak dapat diulang kembali.
Erikson meyakini bahwa walaupun fungsi tubuh melemah, orang
harus mempertahankan “ keterlibatan vital “ dalam masyarakat.

c. Model Coping

Coping ( penanganan masalah ) adalah pemikiran atau


perilaku adaptif dalam mengurangi atau meringankan stres yang
bersumber dari kondisi yang menyakitkan, berbahaya, atau
209

menantang. Coping merupakan aspek penting dalam kesehatan


mental.

Berbagai Faktor dalam Kesehatan Emosional.


GeorgeVailliant. Menurut tiga studi prospektif 50 tahun
kehidupan, faktor prediktif paling penting adalah penggunaan
pertahanan adaptif ( adaptive defenses ) yang sudah matang
seperti mementingkan kepentingan orang lain, menahan diri,
antisipasi ( merencanakan masa depan ), dan sublimasi (
menyaring inti hidup ) dalam menghadapi berbagai masalah.

Model Penilaian Kognitif. Model penanganan masalah (


coping ) yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman yang
menyatakan bahwa berdasarkan penilaian berkesinambungan
dalam hubungan mereka dengan lingkungan orang-orang
memilih strategi penanganan masalah yang tepat untuk
menghadapi situasi yang memotong sumber daya mereka.
Coping berfokus pada masalah : Dalam model ini strategi
penanganan masalah ditujukan langsung untuk bertujuan
menghilangkan, mengatur, atau meningkatkan kondisi yang
menekan. Coping berfokus pada emosi : Dalam model
penanganan masalah berfokus pada penilaian kognitif, strategi
coping diarahkan kepada pengaturan respons emosional
terhadap situasi yang menekan untuk mengurangi pengaruh fisik
atau psikologisnya terkadang disebut pallative coping.

Agama dan Kebahagiaan di Akhir Usia. Agama tampaknya


memainkan peran pendukung bagi banyak lansia. Kemungkinan
penjelasan bagi hal ini antara lain dukungan sosial, keinginan
akan gaya hidup yang sehat, persepsi tentang kontrol terhadap
hidup mereka melalui do’a, mendorong kondisi emosi positif,
penurun stres, dan keimanan terhadap Tuhan sebagai cara
menafsirkan kesialan ( Seybold & Hill, 2001 ).
210

Keterlibatan religiusitas tampak memiliki pengaruh positif


pada kesehatan mental secara fisik dan usia ( Ellison & Levin,
1998; Koenig, George, & Peterson, 1998 ). Penelisikan terhadap
riset ini menemukan asosiasi positif antara religiusitas atau
spiritualitas dan kebahagiaan, kepuasan mental, fungsi
psikologis, dan asosiasi negatif dengan bunuh diri,
pembangkangan, kriminalitas, dan penyalahgunaan obat serta
minuman keras ( Seybold & Hill, 2001 ). Orang – orang dengan
komitmen religius yang tinggi cenderung memiliki kepercayaan
diri yang tinggi ( Krause, 1995 )

d. Model Penuaan “ Sukses “ atau “ Optimal “

Teori Penarikan Diri : Teori penuaan yang diungkapkan oleh


Cumming dan Henry yang menyatakan bahwa penuaan yang
sukses ditandai dengan penarikan diri mutual antara lansia dan
masyarakat.

Teori Aktivasi : Teori penuaan yang dipopulerkan oleh


Neugarten dan yang lain, yang menyatakan bahwa untuk menua
dengan sukses seseorang harus tetap aktif.

Teori Kontinuitas : Teori penuaan yang disodorkan oleh


Atchley, yang menyatakan bahwa untuk menua dengan sukses
seseorang harus mempertahankan keseimbangan kontinuitas
dan perubahan dalam struktur internal dan eksternal kehidupan
mereka.

Peran Produktivitas Sebagian ahli riset berfokus pada


aktivitas produktif, berbayar atau sukarela, sebagai kunci untuk
menjalani penuaan dengan baik.

Optimasi Selektif dengan Kompensas. Penuaan yang sukses


tergantung kepada kepemilikan tujuan yang memandu
perkembangan dan sumber daya untuk menjadikan tujuan
211

tersebut berpotensi untuk diraih. Pada masa tua bahkan


sepanjang usia, kata peneliti hal ini terjadi melalui optimasi
selektif dengan kompensasi.

2. Gaya Hidup Dan Isu Sosial Yang Berkaitan Dengan Usia


a. Kerja, Pensiun, dan Bersantai

Tren dalam Pekerjaan di Usia Lanjut dan Pensiun: Sebagian


besar orang dewasa yang dapat pensiun, melakukannya dan
seiring dengan semakin panjang usianya, mereka lebih banyak
menghabiskan waktu dalam masa pensiun. Di semua negara,
para lansia merupakan bagian kecil dari tenaga kerja, dan
persentasenya terus menurun sejalan dengan peningkatan usia.

Orang – orang yang terus bekerja setelah usia 65 sampai 70


tahun menyukai pekerjaan mereka dan tidak menemukannya
sebagai sesuatu yang membosankan dan menekan. Mereka
cenderung lebih aktif sepanjang periode santai mrk
dibandingkan para pensiunan ( Kiefer et al., 2001 ).

Bagaimana Usia Mempengaruhi Performa Pekerjaan dan


Sikap Terhadap Kerja? Pekerja lansia sering kali lebih produktif
dibandingkan yang lebih muda. Walaupun mereka bekerja lebih
lamban dari orang muda akan tetapi mereka lebih akurat ( Czaja
& Sharit, 1998 ).Para Lansia cenderung lebih puas dengan
pekerjaan mereka ketimbang yang lebih muda. Mereka terlibat,
lebih berkomitmen, digaji lebih baik, dan memiliki
kecenderungan lebih kecil untuk beralih pekerjaan dibandingkan
yang muda.

Hidup Setelah Pensiun. Orang – orang yang pensiun bisa jadi


merasakan kehilangan peran sentral bagi identitas mereka, atau
mereka menikmati hilangnya ketegangan yang berlalu bersama
peran tersebut ( Kim & Moen, 2002 ). Sepanjang beberapa tahun
212

pertama setelah pensiun, orang-orang memiliki kebutuhan


khusus akan dorongan atau dukungan emosional yang membuat
mereka merasa masih berharga dan agar dapat mengatasi
perubahan dalam hidup mrk. Teori kontinuitas menyatakan
bahwa orang-orang yang mempertahankan aktivitas dan gaya
hidup mereka sebelumnya akan dapat menyesuaikan diri
dengan lebih sukses.

Gaya hidup yang berfokus pada keluarga. Pola aktivitas


pensiun yang berputar pada keluarga, rumah, dan perusahaan.
Investasi berimbang : Pola aktivitas pensiun yang dialokasikan
diantara keluarga, kerja, dan bersenang-senang. Bersantai yang
serius : Aktivitas bersantai menghasilkan keterampilan,
perhatian , dan komitmen.

b. Living Arrangements

Hidup sendiri. Lansia yang hidup sendiri pada umumnya


berada dalam kondisi kesehatan yang lebih baik dan tidak
dipungkiri rentan terhadap kesepian. Tetapi faktor lain seperti
kepribadian, kemampuan kognitif, kesehatan mental, mungkin
memainkan peran yang lebih signifikan dalam kerentanan
terhadap kesepian.

Tinggal Bersama Anak yang Sudah Dewasa. Kesuksesan


pengaturan terhadap hidup bersama anak tergantung kepada
kualitas hubungan yang ada di masa lalu dan kemampuan kedua
generasi untuk berkomunikasi secara penuh dan terbuka. Hidup
dalam Institusi. Penggunaan institusi nonkeluarga untuk
merawat lansia yang sudah tua amat bervariasi, salah satunya
adalah rumah jompo ( nursing home ). Pilihan Rumah Alternatif.
Pada saat ini bermunculan berbagai pilihan panti kelompok yang
bersama dengan pertolongan medis modern dan program
213

kesehatan rumah, memungkinkan bagi lansia dengan masalah


kesehatan untuk tetap berada dalam komunitas lebih lama lagi
dan mendapatkan pelayanan atau perawatan yang dibutuhkan
tanpa mengorbankan kebebasan dan harga diri.

c. Kekeliruan Penanganan Lansia

Pelecehan lansia : Kesalahan penanganan, penyia-nyiaan


lansia yang bergantung kepada orang lain, atau pelanggaran
terhadap hak pribadi mereka. Kekeliruan dalam memperlakukan
lansia bisa dipecah ke dalam 4 kategori:

 kekerasan fisik ( physical violence ) yang bertujuan untuk


mengakibatkan cedera,
 pelecehan fisik atau emosional, yang bisa mencakup
penghinaan dan ancaman(seperti ancaman akan diusir
dari rumah/ dipanti jompokan),
 eksploitasi material, atau penggelapan uang atau barang,
 penyia- nyiaan, keacuhan yang disengaja maupun yang
tidak dalam memenuhi kebutuhan lansia ( Lachs &
Pillemar, 1995 ).

3. Hubungan Personal pada Usia Senja

Kontak Sosial, Menurut teori selektivitas sosioemosional


lansia menjadi sangat selektif terhadap orang yang dipilihnya
untuk menghabiskan waktu bersama.

Relasi dan Kesehatan. Hubungan sosial dan kesehatan


berjalan beriringan tangan. Keluarga Multigenerasi. Keluarga
yang sudah berusia lanjut memiliki karakter khusus ( Brubaker,
1983 ). Pada saat ini banyak keluarga di negara maju terdiri dari
empat atau bahkan lima generasi ( dengan lebih sedikit anggota
214

keluarga pada setiap generasi ), memungkinkan seseorang


menyandang gelar kakek dan cucu padaa saat yang sama (
Kinsella &Velkoff, 2001 ). Kehadiran banyak anggota keluarga
dapat memberikan pengayaan tetapi juga dapat menciptakan
tekanan yang serius.

4. Relasi Konsensual

Tidak seperti hubungan keluarga lainnya, pernikahan dalam


hubungannya memiliki karakteristik ikatan persahabatan
sekaligus darah dan hubungan tersebut dapat memberikan
pengalaman emosional paling tinggi atau paling rendah.

Pernikahan yang Kekal. Pasangan suami-sistri yg masih


bersama di masa dewasa akhir berkecenderungan menyatakan
pernikahan mereka memuaskan dibandingkan pasangan paruh
baya, dan bahkan menyatakan kepuasaan tersebut meningkat.
Pasangan yang masih bersama sampai usia lanjut cenderung
telah menyelesaikan perbedaan mereka dan telah sampai pada
akomodasi memuaskan secara mutual.

Perceraian dan Pernikahan Kembali. Perceraian pada usia


senja jarang terjadi, pasangan yang mengambil langkah ini
melakukannya pada usia yang lebih muda. Demikian juga untuk
menikah kembali di usia senja mungkin memiliki karakteristik
khusus. Menikah kembali memiliki manfaat sosial , karena lansia
yang menikah tidak terlalu membutuhkan bantuan dari
komunitas dibandingkan yang hidup sebatang kara.

Manjanda / Menduda. Pria lansia lebih cenderung menikah


dibandingkan lansia wanita, para wanita lebih cenderung
menjanda dibandingkan pria, untuk alasan yang sama. Wanita
215

cenderung hidup lebih lama dari suami mereka dan cenderung


untuk tidak menikah lagi.

Hidup Sebatang Kara. Lansia yang tidak pernah menikah


berkenderungan lebih tinggi untuk memilih hidup seorang diri
dibandingkan yang bercerai atau yang menjanda dan tidak
terlalu merasa kesepian ( Dykstra, 1995 ).

Relasi Gay dan Lesbian. Lansia homoseksual, seperti lansia


heteroseksual, memiliki keinginan yang amat kuat terhadap
intimasi, kontak seksual, dan generativitas. Hubungan gay dan
lesbian pada usia senja cenderung menjadi kuat, saling
mendukung dan amat beragam.

Pertemanan. Di kalangan lansia, pertemanan biasa tidak lagi


dihubungkan kepada pekerjaan dan parenting, sebagaimana
dalam periode masa dewasa yang lebih awal. Mereka lebih fokus
kepada pendampingan dan dukungan ( Hartup & Stevens, 1999
). Sebagian besar lansia memiliki sahabat dekat dan lebih
menikmati waktu yang mereka habiskan bersama teman
dibandingkan waktu yang mereka habiskan bersama keluarga
mereka.

5. Ikatan Keluarga di Luar Pernikahan


a. Hubungan dengan Anak yang Telah Dewasa atau
Ketiadaan Hubungan Tersebut

Sebagaimana yang diprediksi teori selektivitas


sosioemosional prediksikan, lansia mencoba menghabiskan
lebih banyak waktu dengan orang terdekat, seperti anak mereka
(Troll & Fingerman, 1996 ). Anak-anak memberikan hubungan
dengan anggota lain, terutama dengan cucu. Dalam satu
kelompok orang “ old old “ dari berbagai latar belakang
216

sosioekonomi, mereka yang bersatu sebagai orang tua lebih aktif


berhubungan dengan keluarga lain dibandingkan dengan orang-
orang yang tidak memiliki anak.

Lansia dalam kondisi kesehatan yang lebih baik lebih sering


mengadakan kontak dengan keluarga mereka dan dilaporkan
merasa lebih dekat kepada keluarga tersebut dibandingkan
mereka yang berada dalam kondisi kesehatan yang buruk.

b. Relasi dengan Saudara Kandung

Semakin dekat seorang lansia hidup di dekat saudara


kandungnya dan semakin banyak saudara kandung yang meraka
miliki, semakin cenderung orang tersebut mempercayai
saudaranya ( Connidis & Davies, 1992 ). Saudara kandung di
negara berkembang berkecenderungan lebih besar memberikan
bantuan ekonomi ( Bedford, 1995 ). Terlepas seberapa besar
bantuan yang mereka berikan, kesiapan saudara kandung
merupakan sumber perasaan nyaman dan aman di masa tua (
Cicirelli, 1995 ).

c. Menjadi Buyut

Ketika para cucu mulai tumbuh, para kakek atau nenek


semakin jarang bertemu mereka. Kemudian, ketika si cucu
menjadi orang tua, sang kakek dan nenek mendapatkan peran
baru sebagai buyut. Para kakek nenek dan para buyut penting
bagi keluarga mereka. Mereka adalah sumber kebijaksanaan,
pendamping dalam bermain, penghubung ke masa lalu, dan
simbol kontinuitas kehidupan keluarga. Mereka terlibat dalam
fungsi generatif utama : Mengekspresikan hasrat manusia untuk
melampaui mortalitas ( kematian ) dengan menginvestasikan diri
mereka sendiri dalam kehidupan generasi berikutnya.
217

Daftar Pustaka

Hurlock, Elizabeth B., 1980, A Life-Span Approach, Jakarta:


Erlangga

Papalia.E,Diane.dan Sally. Dan Ruth., 2008, Human


Development, Jakarta: Kencana

Masbow.2010.Perkembangan Dewasa Akhir [Online] Tersedia di


http://www.masbow.com/2010/09/perkembangan-dewasa-
akhir.htm(07 Desember 2011)

Masturdi.2010.Perkembangan Dewasa Akhir(online) Tersedia


dihttp://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/perkembangan-
dewasa-akhir.html
128

BAB V
PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK PERTENGAHAN

Masa pertengahan pada anak-anak merupakan kelanjutan


dalam masa awal anak-anak. Permulaan pada masa pertengahan
ditandai dengan masuknya anak kekelas satu dasar bagi
sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam
pola khidupannya. Sebab, masuk kekelas satu merupakan
peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. Berikut ini
dapat kita pelajari secara bersama-sama dalam bahasan
presentasi kelompok tiga masa anak sekolah. Anak-anak pada
masa ini harus mengalami tugas-tugas pengembangan:
1. belajar keterampilan fisik untuk permainan biasa
2. membentuk sikap sehat mengenai diri nya sendiri
3. belajar bergaul dengan temen-teman sebaya
4. belajar peranan jenis yang sesuai dengan jenisnya
5. membentuk keterampilan dasar: membaca,menulis, dan
menghitung.
6. Membentuk konsep-konsep yang perlu dalam hidup sehari-
hari
Dalam perkembangan ini anak tetap memerlukan
penambahan pengetahuan melalui belajar. Belajar secara
sistematis disekolah dan mengembangan sikap, kebiasaan dalam
keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian dan pujian perilaku
bila prestasi-prestasinya, baik dirumah maupun disekolah. Akan
tetapi memerlukan pengarahan dan pengawasan dari guru dan
orang tua untuk memunculkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
dan keterampilan-keterampilan yang baru.
129

4.1. PERKEMBANGAN FISIK ANAK MASA PERTENGAHAN

4.1.1. Perubahan Tubuh


Periode masa pertengahan dan akhiranak-anak meliputi
pertumbuhan yang lambat dan konsisten. Masa ini adalah suatu
periode tenang sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang
masa remaja.

Aspek-aspek penting perubahan tubuh di dalam periode


perkembangan adalah:

1) Sistem-sistem Rangka dan Otot

Selama bertahun-tahun di sekolah dasar, anak-anak


bertumbuh rata-rata 5 hingga 7,6 cm setahun, sehingga pada
usia 11 tahun, tinggi rata-rata anak perempuan 147 cm dan
tinggi rata-rata anak laki-laki 146 cm. berat anak-anak
bertambah rata-rata 2,3 hingga 3,2 kg pertahun berat meningkat
terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot,
serta ukuran beberapa organ tubuh. Bertambahnya kekuatan
otot karena factor keturunan dan olahraga.

2) Keterampilan Motorik

Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak,


perkembangan motorik anak menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dari pada masa awal anak-anak. Pada usia 10
hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan
keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai
kemampuan-kemampuan orang-orang dewasa. Mereka mulai
mampu memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks,
rumit, dan cepat yang diperlukan untuk menghasilkan karya
130

kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan lagu sulit


dengan instrument musik.

4.1.2. Berbagai Aspek Pertumbuhan Fisik


1. Pertumbuhan

Pertumbuhan masa anak-anak masa pertengahan


dianggap melambat, karena perubahan dari hari ke hari tidak
begitu nyata, akan tetapi mereka terus tumbuh mencapai
perbedaan yang mengejutkan antara anak usia 6 tahun. Anak
usia ini saat tumbuh sekitar 1 sampai 3 inci dan berat badan
hingga 5 sampai 8 pon atau lebih. Walaupun sebagian besar anak
tumbuh normal, ada pula yang tidak. Salah satu tipe gangguan
muncul dari kegagalan tubuh untuk memproduksi hormon
pertumbuhan yang cukup. Pemberian hormon pertumbuhan
sintetis pada kasus tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan
tinggi yang cepat, terutama dalam dua tahun pertama. Akan
tetapi, hormon pertumbuhan sintetis juga digunakan pada anak
yang jauh lebih pendek dibandingkan anak ynag memiliki
hormon normal.

2. Nutrisi

Sebagian besar anak memiliki cita rasa yang baik. Untk


mendukung kemantapan pertumbuhan dan pengerahan tenaga
yang konstan, seorang anak membutuhkan rata-rata 2400 kalori
setiap hari nya. Para pakar nutrisi merekomendasi berbagai
makanan termasuk banyak sayur, buah dan biji-bijian yang
mengandung gizi alami yang tinggi dan level tinggi karbohidrat
kompleks yang terdapat dalam kentang, pasta, roti, dan sereal.
Karbohidrat yang sederhana terdapat dalam permen harus terus
dijaga dalam level minimum. Anak-anak AS dalam semua
131

tingkatan usia terlalu banyak mengonsumsi lemak dan gula dan


makanan bernutrisi rendah yang diperkuat oleh vitamin buatan.

Malnutrisi. Hampir setengah 46 persen anak di Asia


Utara, 30 persen anak di Sub Sahara-Afrika, 8 persen di Amerika
Latin dan Karibia, dan 27 persen anak di seluruh dunia menderita
malnutrisi. Karena anak yang diasup dengan kemiskinan dan
mengalami jenis kemiskinan lainnya, efek khusus dari malnutrisi
sulit diisolasi. Akan tetapi, semua kemiskinan ini bukan saja
memengaruhi pertumbuhan dan kesejahtaraan fisik tetapi juga
perkembanagn kognitif dan psikososial pada anak. Dalam
sebuah analisis terdapat data representasi nasional dari 3.286
anak berusia 6-8 tahun yang tinggal dalam rumah tangga,
mereka yang keluarga yang kekurangan makanan mimiliki
kecendrungan yang lebih besar untuk memiliki hasil tes
aritmatika yang rendah, mengulang kelas, harus mengunjungi
psikolog, dan mengalami kesulita dalam bergaul dengan anak
lainnya. Malnutrisi ini dapat memengaruhi semua aspek
perkembangan, maka penanganannya harus melampaui
perawatan fisik saja.

3. Kegemukan dan citra tubuh

Kegemukan dikalangan anak meningkat pesat. 15 persen


anak usia 6-11 tahun menderita kegemukan. Kegemukan yang
terjadi bersumbar dari kecendrungan turunan, diperparah
terlalu sedikit bergerak dan terlalu banyak makan atau memakan
makanan yang salah. Diantara gen yang tampaknya terkait
dengan kegemukan adalah yang mengatur produksi protein otak
yang di sebut Leptin. Lingkunagan juga berpengaruh karena
anak cendrung makan jenis-jenis makanan yang sama dan
mengembangkan kebiasaan yang sama dengan orang yang ada
disekelilingnya. Indeks massa tubuh yang tinggi dan tekanan
132

darah tinggi, kedua faktor resiko penyakit jantung, cendrung


lebih umum pada anak Afrika-Amerika dam Meksiko-Amerika.
Selain itu, ketidakaktifan merupakan faktor pertama melesatnya
kegemukan. Misalnya anak yanga sedang menonton tivi empat
jam sehari atau lebih memiliki lemak tubuh yang lebih banyak
dan indeks massa tubuh yang tinggi dibandingkan anak yang
hanya menonton dua jam sehari.

4. Kesehatan fisik

Sebagian besar anak mendapatkan latihan fisik yang


cukup untuk memenuhi target nasional, banyak anak yang tidak
seaktif sebagaimana seharusnya dan sebagaimana yang
dilakukannya. Diantara sampel nasional representatif anak usia
8 sampai 16 tahun. Latihan fisik yang diberikan dapat
meningkatkan kekuatan dan daya tahan, membantu
membangun tulang dan otot yang sehat, membantu mengontrol
berat, mengurangi kecemasan dan stres, dan meningkatkan
kepercayaan diri. Bahkan aktivitas fisik yang moderat memiliki
keuntungan kesehatan jika dilakukan secara reguler selama
paling tidak 30 menit, atau lebih baik dilakukan setiap hari.
Sebagian besar aktivitas fisik didalam dan diluar berbentuk tim
olahraga.

5. Penglihatan dan Pendengaran

Sebagian besar pada anak usia pertengahan ini memiliki


penglihatan yang lebih tajam. Karena kedua mata berkoordinasi
dengan baik sehingga mereka dapat berfokus lebih baik. Sekitar
anak usia 18 tahun diperkirakan buta atau memiliki gangguan
penglihatan. Masalah penglihatan dilaporkan lebih sering terjadi
pada kulit putih dan latin dibandingkan anak Afrika-Amerika.
133

4.1.3. Perkembangan Motorik


Perkembangan motorik pada anak-anak masa pertengahan,
yaitu:

 Usia 6 tahun, perilaku yang dipilih: anak perempuan superior


dalam akurasi gerakan, anak laki-laki superior dalam gerakan
yang bertenaga dan kurang kompleks, melompat
dimungkinkan, anak dapat bermain melempar tangkap serta
langkah yang tepat.
 Usia 7 tahun, perilaku yang dipilih: anak bisa melakukan
keseimbangan satu kaki tanpa melihat, anak dapat berjalan
diatas balok keseimbangan sekitar 2 inci, anak dapat
melompat dengan akurat kedalam lingkaran kecil, anak dapat
melakukan dengan akurat latihan jumping-jack.
 Usia 8 tahun, perilaku yang dipilih: anak dapat memiliki
kekuatan genggaman 12 pon, jumlah permainan yang diikuti
oleh dua jenis kelamin paling banyak terjadi pada usia ini.
Anak dapat melakukan lompat ritmis berseling dalam pola 2-
2, 2-3, atau 3-3. Anak perempuan dapat melempar bola kecil
40 kaki.
 Usia 9 tahun, perilaku yang dipilih: anak laki-laki dapat berlari
16 kaki perdetik
 Usia 10 tahun, perilaku yang dipilh: anak dapat menilai dan
menangkap arah lontaran bola kecil yang dilemparkan dari
jauh, anak perempuan dapat berlari 17 kaki perdetik
 Usia 11 tahun, perilaku yang dipilih: berdiri setelah melompat
5 kaki mungkin dilakukan oleh anak laki-laki, dan mungkin
pula dilakukan oleh anak perempuan dengan lompatan yang
lebih pendek 6 inci.
134

4.1.4. Perubahan bentuk gigi pada bayi dan anak-anak


pada masa pertengahan
Perubahan bentuk gigi bayi ditandai dengan mengeluarkan
air liur, ruam pada dagu dan wajah, mengalami batuk, bayi sering
menggigit, timbul rasa sakit, bayi tersebut sedikit rewel. Setiap
gigi bayi akan mengalami masa pertumbuhan gigi yang berbeda.
Namun biasanya awal pertumbuhan bayi pada usia antara 4
bulan hingga 6 bulan. Perubahan bentuk gigi pada masa
pertengahan pada, pada usia 6 tahun anak mengalami tinggal
gigir. Dimana gigi susunya mengalami pergantian gigi tetap.

4.2. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK MASA PERTENGAHAN

4.2.1. Teori Pemikiran Operasional Piaget


Menurut Piaget (1967), pemikiran anak prasekolah adalah
praoperasional. Pemikiran praoperasional meliputi
pembantukan konsep-konsep yang tetap, penalaran mental,
penonjolan sikap egosentrisme, dan pembentukan system-
sistem keyakinan gaib.

Pemikiran operasional konkret, menurut Piaget terdiri dari


operasi-operasi tindakan-tindakan mental yang memungkinkan
anak melakukan secara mental apa yang telah dilakukan
sebelumnya secara fisik. Operasi-operasi konkret adalah juga
tindakan-tindakan mental yang bertentangan.

1. Kontribusi dan Kritik

 Kontribusi
Piaget adalah seorang jenius dalam mengobservasi anak-
anak, kehebatan observasinya menunjukkan kepada kita cara-
cara yang berdaya cipta untuk melihat bagaimana anak-anak dan
135

bahkan bayi-bayi, bertindak dan menyesuaikan diri dengan


dunia mereka. Piaget memperlihatkan kepada kita beberapa hal
penting untuk dipertimbangkan di dalam perkembangan kognitif
anak-anak, meliputi peralihan dari pemikiran praoperasional ke
pemikiran operasional. Ia juga memperlihatkan bahwa kita
membuat pengalaman-pengalaman yang sesuai dengan
kerangka kognitif kita, tetapi secara serentak menyesuaikan
orientasi kognitif kita dengan pengalaman. Piaget juga
memperlihatkan perubahan kognitif anak-anak akan terjadi bila
situasi-situasi mereka dirancang untuk memungkinkan gerakan
berangsur-angsur ke tingkat berikutnya yang lebih tinggi (Beilin,
1992).

 Kritik
Beberapa kemampuan kognitif muncul lebih awal dari
yang diperkirakan Piaget. Kebanyakan ahli perkembangan
kontemporer sepakat bahwa perkembangan kognitif anak-anak
tidak sebesar tahap seperti pemikiran Piaget. Neo-Piagetians
ialah para ahli perkembangan yang mengelaborasikan teori
Piaget, yang yakin bahwa dalam banyak aspek perkembangan
kognitif anak-anak lebih spesifik daripada yang diperkirakan
Piaget (Case, 1987, 1992, 1993; Pascual-Leone, 1987).
Kebudayaan dan pendidikan memberi pengaruh-pengaruh yang
lebih kuat pada perkembangan anak-anak daripada yang diyakini
oleh Piaget.

 Pemrosesan Informasi
Meskipun selama periode pertengahan dan periode akhir
anak-anak ini tidak terjadi peningkatan yang berarti dalam
memori jangka panjang, malah menunjukkan keterbatasan-
keterbatasan, namun selama periode ini mereka berusaha
mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut dengan
136

menggunakan apa yang disebut dengan strategi memori


(memory strategy), yaitu perilaku yang disengaja digunakan
untuk meningkatkan memori.

 Intelegensi
Adalah kemampuan verbal, keterampilan-keterampilan
pemecahan masalah, dan kemampuan untuk belajar dari dan
menyesuaikan diri dengan pengalaman hidup sehari-hari.

Intelegensi yang dirumuskan oleh para ahli, secara umum dapat


dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi berikut:

1) Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan,


beradaptasi dengan situasi-situasi baru atau menghadapi
situasi-situasi yang sangat beragam.
2) Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima
pendidikan.
3) Kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menggunakan
konsep-konsep abstrak dan menggunakan secara luas
simbol-simbol dan konsep-konsep (Phares, 1988).

 Kreativitas
Ialah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-
cara yang baru dan tidak biasa dan melahirkan suatu solusi yang
unik terhadap masalah-masalah. Definisi sederhana kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Wujudnya adalah tindakan manusia.

Utami Munandar (1977) melalui penelitiannya di


Indonesia, menyebutkan ciri-ciri kepribadian kreatif yang
diharapkan oleh bangsa Indonesia, yaitu:

1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat


137

2. Mempunyai inisiatif
3. Mempunyai minat yang luas
4. Mempunyai kebebasan dalam berpikir
5. Bersifat ingin tahu
6. Selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman
baru
7. Mempunyai kepercayaan diri yang kuat
8. Penuh semangat
9. Berani mengambil resiko
10. Berani mengemukakan pendapat dan memiliki
keyakinan (Munandar, 1999).

 Pemikiran Kritis
Pemikiran kritis adalah pemahaman atau refleksi terhadap
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar
tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang
berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi
yang datang dari berbagai sumber (lisan atau tulisan), dan
berpikir secara reflektif dan evaluatif.

Seorang pakar psikologi kognitif, Robert J. Sternber memberikan


beberapa usulan untuk mengembangkan pemikiran kritis anak,
yaitu:

1) Mengajarkan anak menggunakan proses-proses berpikir


yang benar
2) Mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah
3) Meningkatkan gambaran mental mereka
4) Memperluas landasan pengetahuan mereka
5) Memotivasi anak untuk menggunakan keterampilan-
keterampilan berpikir yang baru saja dipelajari.
138

Untuk berpikir secara kritis , anak-anak harus mengambil


peran yang aktif di dalam belajar. Ini berarti bahwa anak-anak
perlu mengembangkan berbagai proses-proses berpikir yang
aktif, seperti di bawah ini:

1) Mendengarkan secara seksama


2) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan
3) Mengorganisasikan pemikiran-pemikiran mereka
4) Memperhatikan persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan.
5) Melakukan deduksi (penalaran dari umum ke spesifik)
6) Membedakan antara kesimpulan-kesimpulan yang secara
logikavalid dan tidakvalid.

 Kecerdasan Emosional
Daniel Golaman mengklasifikasikan kecerdasan emosional atas
lima komponen penting, yaitu:

 Mengenali Emosi Diri


Yaitu mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada
suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas
kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

 Mengelola emosi
Yaitu menangani emosi sendiri agar berdampak positif
bagi pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup
menunda kenikmatan sebelum tercapainya satu tujuan, serta
mampu menetralisir tekanan emosi.
139

 Motivasi Diri
Yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun manusi menuju sasaran,
membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif serta
bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

 Mengenali Emosi Orang Lain


Yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan
orang lain, mampu memahami perspektif mereka,
menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri
dengan orang banyak atau masyarakat.

 Membina Hubungan
Yaitu kemampuan mengendalikan dan menangani emosi
dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat
membaca situasi dan jaringan social, berinteraksi dengan lancer,
memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar
manusia.

 Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall menjelaskan bahwa SQ adalah landasan
yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.
Beberapa ungkapan Zohar dan Marshall sendiri, diantaranya:

1) SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan


masalah makna dan nilai.
2) SQ adalah kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan
kaya.
140

3) SQ adalah kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau


jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain.
4) SQ adalah kecerdasan yang tidak hanya untuk mengetahui
nilai-nilai yang ada, tetapi juga untuk secara kreatif
menemukan nilai-nilai baru.

 Bahasa
Selama masa akhir anak-anak, perkembangan bahasa
terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata anak meningkat dan
cara anak-anak menggunakan kata dan kalimat bertambah
kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa. Dari
berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah, bacaan,
pembicaraan dengan anak-anak lain, serta melalui radio dan
televise, anak-anak menambah perbendaharaan kosa kata yang
ia pergunakan dalam percakapan dan tulisan.

 Prestasi
Minat awal yang dirangsang oleh gagasan-gagasan
McClelland, berfokus pada kebutuhan akan prestasi. Gagasan-
gagasan kontemporer meliputi perbedaan antara motivasi
intrinsic dan ekstrinsik, orientasi kemampuan versus orientasi
tidak berdaya, juga suatu keprihatinan akan motivasi prestasi
anak-anak kelompok-kelompok minoritas etnis.

3. Kemampuan kognitif masa anak-anak pertengahan

 pemikiran spasial, dapat menemukan jalan menuju


kesekolah dan pulang kerumah, dapat memperkirakan
jarak, dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk
pergi dari satu tempat ketempat lainnya.
141

 Sebab akibat, mengetahui atribut fisik objek mana yang


akan memengaruhi hasil (misal, jumlah objek berpengaruh
sedangkan jumlah warna tidak), tetapi belum mengetahui
faktor spasial mana seperti posisi dan penempatan objek,
yang membuat perbedaan.
 Klasifikasi, dapat memilah objek kedalam beberapa
katagori, seperti bentuk, warna,
 Sariasi dan kesimpulan transitif, dapat mengatur kumpulan
tongkat sesuai urutan, dari yang paling pendek ke yang
paling panjang, dan dapat memasukkan tongkat berukuran
menengah ketempat yang tepat.
 Penalaran induktif dan deduktif, dapat memecahkan
masalah induktif maupun deduktif dan mengetahui bahwa
kesimpulan induktif memiliki tingkat kepastian yang lebih
rendah dibandingkan dengan kesimpulan deduktif.
 Konservasi, Pada anak usia 7 tahun dapat mengetahui
bahwa apabila bola tanah liat digulung dalam bentuk sosis,
maka ia memiliki jumlah tanah liat yang sama. Nmaun pada
anak usia 9 tahun mengetahui berat bola dan sosis sama.
Baru pada usia awal remajakeduanya meluberkan jumlah
cairan yang sama jika keduanya diletakkan digelas yang
sama.

4.3. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA ANAK-ANAK


PERTENGAHAN

1. Persepsi Anak Tentang Moral


Anak-anak sekolah dasar sungguh mengerti ketidakadilan
dan seringkali mempunyai solusi-solusi yang menarik terhadap
berbagai masalah. Secara keseluruhan, tipe-tipe peraturan yang
diyakini oleh anak-anak harus dipatuhi masyarakat adalah
sangat bijaksana, hamper semuanya mencakup perlunya berbagi
142

sumber-sumber dan pekerjaan secara adil serta larangan-


larangan terhadap agresi.

2. Keluarga
Ketika anak memasuki masa pertengahan dan akhir anak-
anak, para orang tua hanya memberi sedikit waktunya untuk
mereka. Meskipun terjadinya pengurangan pengawasan dari
orang tua terhadap anaknya selama masa pertengahan dan akhir
anak-anak ini, bukan berarti orang tua sama sekali melepaskan
mereka. Sebaliknya, orang tua masih terus memonitor usaha-
usaha yang dilakukan anak dalam memelihara diri mereka,
sekalipun secara tidak langsung.

3. Relasi Dengan Teman Sebaya


Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, anak-anak
meluangkan banyak waktunya dalam berinteraksi dengan teman
sebaya.

1) Pembentukan Kelompok

Interaksi dengan teman sebaya dari kebanyakan anak pada


periode ini terjadi dalam grup atau kelompok, sehingga periode
ini sering disebut “usia kelompok”. Pada masa ini, anak tidak lagi
puas bermain sendirian di rumah, atau melakukan kegiatan-
kegiatan dengan anggota keluarga. Hal ini adalah karena anak
memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota
kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama teman-
temannya.

2) Popularitas, Penerimaan Sosial dan Penolakan

Para penelitimembedakananak-anak atas dua, yaitu:


143

 Anak yang Populer


Hartup (1983) mencatat bahwa anak yang populer adalah anak
yang ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara social,
dan sangat mudah bekerja sama denga orang lain.

 Anak yang Tidak Populer


Dibedakan atas dua tipe, yaitu:

Pertama, anak-anak yang ditolak (rejected children) adalah anak-


anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka,
mereka cenderung lebih bersifat mengganggu dan agresif
dibandingkan anak-anak yang diabaikan.

Kedua, anak-anak yang diabaikan (neglected children) adalah


anak yang menerima sedikit perhatian dari teman-temannya,
tetapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh teman-teman
sebayanya.

4. Sekolah
Di samping keluarga dan teman sebaya, sekolah juga
mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan
selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Menurut Seifert
dan Hoffnung (1994), sekolah mempengaruhi perkembangan
anak melalui dua kurikulum, yaitu :

1) Academic Curriculum, meliputi sejumlah kewajiban yang


diharapkan dikuasai oleh anak.

2) Hidden Curriculum, meliputi sejumlah norma, harapan, dan


penghargaan yang implicit untuk dipikirkan dan dilaksanakan
dengan cara-cara tertentu yang disampaikan melalui hubungan
social sekolah dan otoritas.
144

5. Pemahaman Diri

Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), pemahaman diri


sering juga disebut konsep diri, yaitu suatu pemahaman
mengenai diri atau ide tentang diri sendiri.

Atwater (1987), mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk:

1) Body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana


seseorang melihat dirinya sendiri.

2) Ideal self, yaitubagaimana cita-cita dan harapan-


harapanseseorangmengenaidirinya.

3) Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.

Pada usia sekolah dasar, pemahaman diri atau konsep diri


mengalami perubahan yang sangat pesat. Menurut Santrock
(1995), perubahan ini dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga
karakteristik pemahaman diiri, yaitu:

1) Karakteristik internal

2) Karakteristik aspek-aspek sosial

3) Karakteristik perbandingan social

6. Gender
Gender adalah suatu aspek identitas individu yang sangat
penting. Topic-topik yang berkaitan dengan gender ialah
stereotip, persamaan dan perbedaan gender, klasifikasi gender,
serta gender dan etnisitas. Stereotip peran Gender adalah
kategori-kategori luas yang mencerminkan kesan-kesan dan
kepercayaan kita tentang perempuan dan laki-laki.
145

7. Perkembangan Moral
Menurut Piaget, anak-anak yang lebih tua yang
memperhitungkan maksud-maksud individu percaya bahwa
aturan dapat berubah, dan sadar bahwa hukuman tidak selalu
menyertai suatu perbuatan yang salah.

8. Pertumbuhan Emosional
Pertumbuhan emosional pada masa anak-anak pertengahan

1. Usia 3-6 tahun,anak tidak dapat memahami dua perasaan


dapat muncul sekaligus, mereka bahkan tidak dapat
menerima dua perasaan emosi yang mirip pada satu waktu,
2. Usia 6-7 tahun, anak-anak mengembangkan katagori terpisah
untuk emosi positif dan negatif, mereka dapt menyadari dua
emosi dalam satu waktu, tetapi hanya apabila kedua emosi
tersebut bersifat positif saja atau negatif saja dan ditujukan
kepada target yang sama.
3. Usia 7-8 tahun, anak dapat menyadari bahwa mereka
memiliki dua perasaan yang sejenis terhadap target yang
berbeda,. Akan tetapi, mereka tidak dapat menerima untuk
memiliki dua perasaan yang berlawanan.
4. Usia 8-10 tahun, anak dapat mengintegrasikan rangkaian
emosi positif dan negatif. Merakadapat memahami memiliki
dua perasaan yang saling bertolak belakang dalam satu
waktu, tetapi hanya jika kepada target yang berbeda.
5. 11 tahun, anak dapat mendeskripsikan perasaan yang saling
bertentangan terhadap target yang sama.

Pengaruh positif dan negatif teman sebaya


Ketika anak mulai menjauh dari pengaruh kedua orabg
tua, kelompok sebaya membuka perskeptif baru dan
146

membebaskan mereka untuk membuat penilain independen.


Mengujikan nilai ynag mereka terima dengan nilai yang dimiliki
teman sebaya membantu mereka memutuskan mana yang
harus dipegang dan mana yang harus dilepas. Dengan
membandingkan diri mereka anak mampu menilai dirinya
dangan anak usia yang lainnya. Kelompok teman sebayapun
memiliki efek negatif yang biasanya terdapat dalam pergaulan
teman sebaya penguntil, mulai menggunakan obat terlarang,
dan bertingkahkalu antisosial lainnya. Selain aitu, pengaruh
lainnya kelompok sebaya cendrung untuk menguatkan
prasangka, sikap memusuhi orang luar terutama anggota etnis
atau ras tertentu. Dengan cara memperluas pengalaman anak
bisa mengurangi atau menghilangkan prasangka tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Papalia, Diane E., et al. Human Development (Psilokogi


Perkembangan) Jakarta: kencana. 2010

http://www.slideshare.net/barnayudha/perkembangan-fisik-
dan-kognitif-di-masa-kanak-kanak-pertengahan
147

BAB VI
PERKEMBANGAN MASA REMAJA

Jiwa "pemberontakan" yang dilabelkan pada remaja harus


dipandang sebagai perspektif orang dewasa, dan bukan
sepenuhnya karakteristik dari kelompok usia ini. Sesungguhnya,
yang disebut "pemberontakan" tersebut tidak lebih dari upaya
remaja untuk mencari penegasan diri untuk menemukan bahwa
dirinya berbeda, dan merupakan proses yang penting dalam
tahap-tahap pembentukan kepribadian.

Masa Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-


kanak ke masa dewasa. Masa remaja secara umum dimulai
dengan pubertas, proses yang mengarah kepada kematangan
seksual atau fertilisasi, kemampuan untuk bereproduksi. Masa
remaja dimulai pada usia 12-18 tahun atau awal usia dua
puluhan, dan masa tersebut membawa peluang untuk tumbuh
bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi
kognitif dan psikososial. Otonomi; harga diri, dan intimasi.
Periode ini juga amat beresiko. Secara psikologis masa remaja
adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana remaja tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan
yang sama (Hurlock, 1999).

Masa remaja dimulai pada saat remaja secara seksual


menjadi matang dan berakhir pada saat individu mencapai usia
matang secara hukum. Masa remaja adalah waktu
meningkatnya perbedaan diantara anak muda mayoritas, yang
diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya
produktif, dan minoritas (sekitar satu dari lima) yang akan
berhadapan dengan masalah besar (Offer, 1987; Offer &
Schonert-Reichl, 1992). Remaja AS pada saat ini menghadapi
148

bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan rekan mereka dari


generasi yang lebih awal (Petersen, 1993; Takanishi, 1993).
Diantara bahaya ini adalah kehamilan dan kelahiran dini dan
tingginya tingkat kematian dari kecelakaan, pembunuhan, dan
bunuh diri (Anderson, 2002; National Center for Health Statistics
[NCHS], 2001).

6.1. PERKEMBANGAN FISIK

Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan


berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal
dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap
pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang
kepada kematangan fisik dan seksual.

Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra


USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar 154 cm. Pada
usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm,
sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kekepatan pertumbuhan
tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun,
sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada
masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah
tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra
bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya (Marshall, dalam
Seifert & Hoffnung, 1987).

Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan


juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini
lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah
dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup. Pada usia
remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja
putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra
menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh.
149

Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 %


menjadi sekitar 26 – 27 % (Sinclair, dalam Seifert & Hoffnung,
1987).

Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (tinggi dan


berat badan) lebih awal dan cepat berakhir daripada orang
tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai
contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat
mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12
– 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan
sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada usia
19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum
pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.

Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya


faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik.
Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan
perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan
(morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.

Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang


dicirikan dengan perkembangan kematangan fisik dan seksual
sepenuhnya (Seifert & Hoffnung, 1987). Pubertas ditandai
dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan
sekunder.

Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinyanya


reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada
vagina, uterus, tuba falopi, dan ovaries. Perubahan ini ditandai
dengan munculnya menstruasi pertama (menarche). Pada pria,
ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum, testis,
prostate gland, dan seminal vesicles. Perubahan ini
menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu
150

untuk bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan


keluarnya sperma untuk pertama kali (wet dream).
Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada,
pertumbuhan pubic, bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh,
tekstur kulit, perkembangan muskular, dan pertumbuhan pada
pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional,
serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya
dengan perubahan hormonal.

Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testis)


mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting
dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di
dalam otak) merangsang testis dan ovaries untuk memproduksi
hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus
yang berada di atas batang otak.

Hampir semua remaja memperhatikan perubahan pada


tubuh serta penampilannya. Perubahan fisik dan perhatian
remaja berpengaruh pada citra jasmani (body image) dan
kepercayaan dirinya (self-esteem). Ada tiga jenis bangun tubuh
yang menggambarkan tentang citra jasmani, yaitu endomorfik,
mesomorfik dan ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit
otot (padded). Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender).
Mesomorfik sedikit lemak banyak otot (muscular).

6.2. PERKEMBANGAN KOGNITIF

Merujuk kepada Piaget, remaja memasuki level tertinggi


perkembangan kognitif pada tahap Operasi Formal ketika
mereka mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
Perkembangan ini, yang biasa terjadi pada usia 11 tahun,
memberikan cara baru yang lebih fleksibel kepada mereka untuk
mengolah informasi. Tidak terbatas oleh di sini dan sekarang,
151

mereka sudah dapat mengetahui waktu historis dan ruang luar


angkasa. Mereka dapat berpikir dalam kerangka apa yang
mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi. Mereka dapat
menyusun dan menguji hipotesa.

Pikiran tahap ini memiliki fleksibilitas yang tidak dimiliki


di tahap operasional konkret. Kemampuan berpikir abstrak juga
memiliki implikasi emosional. Sebelumnya, seorang anak dapat
mencintai orang tua dan membenci teman sekelas. Sekarang, si
remaja “dapat mencintai kebebasan dan membenci eksploitasi,
kemungkinan dan cita-cita yang menarik bagi pikiran dan
perasaan” (H. Ginsburg & Opper, 1979. hlm. 201).

Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-


kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah
kecenderungan cara berpikir egosentrisme. (Elkind dalam Beyth-
Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001)
mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme
yang dikenal dengan istilah personal fabel. Personal fable adalah
keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh
oleh hukum alam. Kepercayaan egosentrik ini mendorong
perilaku merusak diri (self-destructive) oleh remaja yang berpikir
bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya.
Menurut Elkind pemikiran yang belum matang pada diri
remaja dapat dimanifestasikan ke dalam 6 karakteristik, yaitu:
Idealisme dan Kekritisan, Argumentivitas, Ragu-ragu, Sikap
Hipokritis, Kesadaran diri, Kekhususan dan Ketangguhan.
Perkembangan Bahasa, saat usia 16 sampai 18 tahun,
umumnya remaja mengenal sekitar 80.000 kata. Pada masa ini,
mereka semakin sadar akan kata-kata sebagai sebuah symbol
dengan berbagai macam makna; mereka lebih suka
menggunakan ironi, humor, permainan kata, dan metafora
(Owens, 1996).
152

Penalaran Moral, menurut Kohlberg terdapat tiga tingkatan


penalaran moral (moral reasoning):

1. Tingkat Prakonvensional, bertindak dibawah control


eksternal. Mereka mematuhi perintah untuk
menghindarnamun Kohlbergi hukuman atau
mendapatkan hadiah, atau bertindak diluar kepentingan
diri. Tingkat ini biasanya ada pada anak-anak yang
berusia 4 - 10 tahun.
2. Tingkat konvensional juga dapat digambarkan sebagai
tingkat konformis. Pada tingkat ini, anak peduli tentang
menjadi “baik”, memuaskan orang lain, menuruti
harapan keluarga, kelompok atau bangsa, yang
dipandangnya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya.
Individu tidak hanya berupaya menyesuaikan diri dengan
tatanan sosialnya, tetapi juga untuk mempertahankan,
mendukung dan membenarkan tatanan sosial tersebut.
Tahap ini dicapai setelah usia 10 tahun.
3. Tingkat Postkonvensional, orang-orang pada tahap ini
menyadari konflik antara standar moral dan membuat
keputusan sendiri berdasarkan prinsip hak, kesetaraan
dan keadilan. Tahap ini dicapai pada masa remaja awal
atau lebih umum lagi pada masa dewasa awal.

Remaja yang memiliki self-efficacy tinggi yang percaya


bahwa mereka dapat menguasai tugas-tugas dan meregulasi
cara belajar mereka sendiri adalah yang paling mungkin
mencapai prestasi baik di sekolah.

Gender remaja laki-laki dan perempuan mendapatkan


skor yang kurang lebih sama dalam tes standar untuk
kebanyakan bidang studi, tetapi remaja perempuan cenderung
memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam kemampuan
akademis mereka. Remaja laki-laki lebih akan menjadi
153

underachiever, untuk mengikuti program khusus atau


pendidikan remedial, dan dapat dikeluarkan dari atau keluar dari
sekolah (Eccles et al., 2003; Freeman, 2004). Sistem pendidikan
berkualitas dari sekolah yang memiliki atmosfer yang teratur
tetapi tidak menekan; kepala sekolah yang aktif dan energik; dan
guru-guru memiliki harapan yang tinggi untuk siswa,
menekankan aktivitas akademis dibandingkan ekstrakurikuler,
dan memonitor peforma siswa dari dekat.

6.3. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Menurut Erikson (1968), tugas utama masa remaja


adalah memecahkan krisis identitas vs kebingungan identitas
(identity vs identity confution), untuk dapat menjadi orang
dewasa unik dengan pemahaman diri yang utuh dan memahami
peran nilai dalam masyarakat. “Krisis Identitas” ini jarang
teratasi pada masa remaja; Identitas vs kebingungan identitas
merupakan tahap pertama perkembangan psikososial, dimana
remaja berusaha mengembangkan perasaan akan eksistensi diri
yang koheren, termasuk perannya dalam masyarakat.

Merujuk kepada Erikson, remaja tidak membentuk


identitas mereka dengan meniru orang lain, melainkan dengan
memodifikasi dan mensintesis identifikasi lebih awal ke dalam
“struktur psikologi baru yang lebih besar” (Kroger, 1993, hlm. 3).
Identitas terbentuk ketika remaja berhasil memecahkan tiga
masalah utama; pilihan pekerjaan, adopsi nilai yang diyakini dan
dijalani, dan perkembangan identitas seksual yang memuaskan.

Marcia menemukan empat tipe status identitas: identity


achievement (pencapaian identitas), foreclosure (penutupan),
moratorium (penundaan), dan identity idufusion (difusi
identitas). Perbedaan keempat kategori ini terdapat pada ada
atau tidaknya krisis dan komitmen. Marcia mendefinisikan krisis
154

sebagai periode pembuatan keputusan yang disadari, dan


komitmen sebagai investasi persoalan dalam pekerjaan atau
system keyakina (ideologi).

Berdasarkan riset Marcia terdapat empat kategori status


identitas, yaitu:
1. Identity Achievement (krisis yang mengarah kepada
komitmen). Menurut Marcia pencapaian identitas ditandai
dengan komitmen untuk memilih menjadikannya sebuah
krisis, periode yang dihabiskan untuk mencari alternatif.
2. Foreclosure (komitmen tanpa krisis), dimana seseorang
tidak menghabiskan banyak waktu mempertimbangkan
berbagai alternatif (tidak berada dalam krisis) dan
melaksanakan rencana yang disiapkan orang lain untuk
dirinya.
3. Moratorium (krisis tanpa komitmen), dimana seseorang
sedang mempertimbangkan berbagai alternatif (dalam
krisis) dan tampaknya mengarah kepada komitmen.
4. Identity Diffusion (tidak ada komitmen, tidak ada krisis),
ditandai dengan ketiadaan komitmen dan kurangnya
pertimbangan serius terhadap berbagai alternatif yang
tersedia.

Orientasi Seksual, menjadi isu yang penting apakah orang


tersebut akan konsisten secara seksual, romantis, dan penuh
kasih sayang kepada orang lain dari jenis kelamin berbeda
(heterosexual) atau kepada jenis kelamin sama (homosexual)
atau kepada kedua-duanya (bisexual).

Remaja dan Orang Tua, gaya pengasuhan orang tua,


pekerjaan orang tua, status perkawinan dan sosio-ekonomi
mempengaruhi hubungan orang tua dengan anak remaja.
Karakter interaksi keluarga berubah pada tahu-tahun remaja.
155

Remaja dan orang tua mereka menghabiskan lebih sedikit waktu


untuk menonton televisi bersama, tetapi tidak dalam
percakapan empat mata (bahkan lebih banyak dari sebelumnya
pada anak perempuan). Ketika remaja tumbuh semakin besar,
mereka semakin melihat diri mereka sendiri dalam mengambil
kepemimpinan dalam diskusi ini, dan kontak mereka dengan
orang tua semakin positif (Larson etal.,1996). Konflik keluarga
paling sering terjadi pada awal masa remaja, ketika emosi
negatif mencapai puncaknya, akan tetapi konflik semakin intens
pada pertengahan masa remaja (Laursen, Coy & Collins, 1998).
Frekuensi ini mungkin berkaitan dengan ketegangan pubertas
dan kebutuhan menuntut otonomi.

Remaja dan Teman Sebaya, kelompok teman sebaya merupakan


afeksi, simpati, pemahaman, dan panduan moral; tempat
bereksperimen dan setting untuk mendapatkan otonomi dan
independensi dari orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya.

Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D. (2011). Human


Development (Psikologi Perkembangan Bagian V s/d IX), Ed. 9
Cet. 2. Jakarta: Kencana.

Soemantri, S. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika


Aditama.
156

BAB VII
PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja


menuju masa dewasa. Peralihan dari ketergantungan kemasa
mandiri baik dari ekonomi, kebebasan menentukan diri, dan
pandangan masa depan lebih realistis. Secara hukum dewasa
awal sejak seseorang menginjak usia 21 tahun (meskipun belum
menikah) atau sejak seseorang menikah (meskipun belum
berusia 21 tahun). Sedangkan dari lingkup pendidikan yaitu masa
dicapainya kemasakan kognitif, afektif dan psikomotor sebagai
hasil ajar latih yang ditunjang kesiapan. (Mappiare 15:1983)

Orang dewasa muda termasuk masa transisi baik secara fisik,


intelektual, peran sosial dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif.Beberapa karakteristik
dewasa awal dan pada salah satu nantinya dikatakan bahwa
dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa
dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan
cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperoleh.
(Hurlock : 1993)

Dewasa awal merupakan masa dari perkembangan fisik yang


mengalami degradasi mengikuti umur seseorang. Pada masa
dewasa awal motivasi untuk meraih sesuatu hal sangat besar
yang diduking oleh kekuatan fisik yang prima.

Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja yang


ditandai dengan pencarian identitas diri yang didapat sedikit-
demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-
nya.Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap
157

pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial


yang baru. (H. S. Becker)

Seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada


dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan
atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk
keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi yaitu
merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri
krena berbeda dengan orang lain. ( Erickson dalam Monks,
Knoers dan Haditono : 2001)

Menurut Havighurst ( dalam Monks, Knoers dan Haditono :


2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau
membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik
atau mengasuh anak, memikul tanggung jawab sebagai warga
negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial
tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.Masa dewasa awal
atau “early adultood” terbentang sejak tercapainya kematangan
secara hukum sampai kira-kita umur usia empat puluh tahun (
dialami seseorang sekitar dua puluh tahun). (E. B. Hurlock, 1993)

Masa dewasa awal adalah masa kelanjutan dari masa


remaja, sehinnga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda
dengan perkembangan remaja.

Ciri-ciri kematangan dewasa awal menurut pendapat Anderson


(dalam Mappiare :17)

1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat


orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang
dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-
perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi
158

2. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja


yang efisien; seseorang yang matang melihat tujuan-
tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-
tujuan itu dapat didefinisikan secara cermat dan tahu
mana yang pantas dan tidak serta bekerja secara
terbimbing menuju arahnya.
3. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang
matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan
tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam
mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang
lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi
mempertimbangkan pula perasaan orang lain.
4. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu
berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang
bersesuaian dengan kenyataan.
5. Menerima kritik dan saran; oarang matang memiliki
kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu
benar, sehingga terbuka terhadap kritik dan saran orang
lain demi peningkatan dirinya.
6. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi;
orang yang matang mai memberi kesempatan pada
orang-orang lain membantu usaha-usahanya untuk
mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa
beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat
dinilainya secara sungguh-sungguh, sehingga untuk itu
dia menerima bantuan orang lain. Tetapi tetap dia
bertanggung jawab secara pribadi terhadap usaha-
usahanya.
7. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru;
oarang yang matang memiliki ciri fleksibel dan dapat
menempatkan diri seirama dengan kenyataan-kenyataan
yang dihadapinya dalam situasi-situasi baru.
159

Banyak di antara ciri penting dalam masa dewasa ini


merupakan kelanjutan dari ciri-ciri yang terdapat dalam masa
remaja. Beberapa di antaranya menunjukkan penonjolan ciri
yang membedakan dengan masa-masa sebelumnya.

Ciri-ciri yang menonjol dalam masa dewasa awal yang


membedakannya denag masa kehidupan yang lain, nampak
dalam peletakan dasar dalam banyak aspek kehidupan,
melonjaknya persoalan hidup yang dihadapi dibandingkan
denga remaja akhir dan terdapatnya ketegangan emosi.

7.1. PERKEMBANGAN FISIK

CIRI-CIRI REMAJA AWAL(Teenagers)

 Terjadi pertumbuhan fisik yang pesat


 Dalam jangka 3-4 tahun anak bertumbuh hingga tingginya
hampir menyamai tinggi ortu.
 Pertumbuhan anggota badan dan otot-otot sering tidak
seimbang. Akibatnya……
 Pada laki-laki mulai memperlihatkan penonjolan otot-otot
pada dada, lengan, paha dan betis. Pada wanita mulai
menunjukkan mekar tubuh yang membedakannya dengan
tubuh kanak-kanak.
 Dalam hal kecepatan pertumbuhan, terutama nampak jelas
dalam usia 12-14 tahun remaja putri bertumbuh demikian
cepat meninggalkan pertumbuhan remaja pria.Akibatnya….
 Dalam masa pertumbuhan ini baik remaja pria maupun
remaja wanita cenderung ke arah memanjang dibanding
melebar.
 Kematangan kelenjar seks pada usia 11/12 th – 14/15
th.Biasanya pertumbuhan itu lebih cepat pada remaja putri
dibanding remaja putri
160

 Kesehatan dan Kondisi Fisik

Kebanyakan orang dewasa awal berada di puncak


kesehatan, kekuatan, energi, daya tahan dan fungsi motorik.
Ketajaman visual paling menonjol di usia 20-40thn, pengecapan,
pembauan serta sensitivitas terhadap rasa sakit dan suhu
umumnya bertahan hingga usia paling tidak 45thn. Namun,
pendengaran secara bertahap berkurang, terutama suara nada-
tinggi, mulai hilang sejak remaja dan makin jelas setelah usia
25thn.

 Status Kesehatan

Pada masa dewasa awal dasar fungsi fisik yang permanen


diletakkan. Kesehatan dipengaruhi sebagian oleh gen, tetapi
faktor tingkah laku – apa yang dimakan, apakah mereka cukup
tidur, seberapa aktif mereka secara fisik dan apakah mereka
merokok, minum atau mengkonsumsi obat-obatan – sangat
berkontribusi terhadap kesehatan serta kesejahteraan di masa
sekarang dan mendatang. Kemisikinan dan diskriminasi juga
memberikan kontribusi pada perbedaan kesehatan.

 Pengaruh Genetik terhadap Kesehatan

Pemetaan genom manusia menemukan akar genetika


dari berbagai gangguan – dari obesitas hingga kanker tertentu
(kanker paru-paru, prostat dan payudara) hingga kondisi
kesehatan mental, seperti: alkoholisme dan depresi.
Kebanyakan penyakit melibatkan pengaruh genetik dan
lingkungan.

7.2. PERKEMBANGAN KOGNITIF


161

 Berpikir Reflektif (reflective thinking) – John Dewey


Pemikiran reflektif terus-menerus mempertanyakan hal-
hal yang sudah dianggap fakta, menarik kesimpulan dan
membuat hubungan-hubungan. Berdasarkan tahap operasional
formal Piaget, pemikiran reflektif dapat menciptakan sistem
intelektual yang rumit, mempertemukan ide-ide atau
pertimbangan yang saling berseberangan. Contohnya:
menggabungkan teori fisika modern atau perkembangan
manusia menjadi satu teori yang menyeluruh yang dapat
menjelaskan berbagai perilaku.

 Pemikiran Pascaformal (Postformal Thought)


Pemikiran postformal bersifat fleksibel, terbuka, adaptif
dan individualistis. Pemikiran ini dilandasi intuisi dan emosi juga
logika untuk membantu seseorang mengatasi dunia yang
tampak berantakan. Seperti berpikir reflektif, pemikiran
postformal memungkinkan orang dewasa untuk melampaui
satu sistem logika. Berpikir postformal seringkali berkembang
sebagai respons terhadap berbagai kejadian dan interaksi yag
membuka cara melihat yang tidak biasa dan menantang
pandangan yang sederhana dan terpusat terhadap dunia.

Jan Sinontt (2003) mengusulkan kerangka pemikiran


postformal, yaitu:
• Shifting gears
• Problem definition
• Procces-product shift
• Pragmatism
• Multiple solutions
• Awareness of paradox
• Self-referential thought
162

Tujuh tahapan rentang kehidupan perkembangan kognitif


menurut K. Warner Schaie

 Tahap pemerolehan (acquisitive stage)


 Tahap pencapaian (achieve stage)
 Tahap tanggung jawab (responsible stage)
 Tahap eksekutif (executive stage)
 Tahap reorganisasional (reorganizational stage)
 Tahap reintegrasi (reintegrative stage)
 Tahap penciptaan warisan (legacy-creating stage)

Steinberg: Wawasan dan Tahu-Bagaimana

Teori Kecerdasan Triarhic


 Unsur Pengalaman (experiential element). Istilah
Steinberg untuk aspek persektif atau kreatif dari
kecerdasa
 Unsur Kontekstual (contextual element). Istilah
Steinberg untuk aspek prkatis dari kecerdasan
 Unsur Componential (Componential element). Istilah
Steinberg Untuk aspek analisis dari kecerdasan.
 Pengetahuan Tacit (tacit knowledge).istilah Steinberg
untuk informasi yang tidak diajarkan secara formal atau
diungkapkan secara terbuka tetapi perlu untuk berfungsi
dengan berhasil.

Pengetahuan tacit dapat mencakup :

 Manajemen diri  mengetahui bagaimana memotivasi


diri sendiri serta mengatur waktu dan tenaga
 Manajemen tugas  mengetahui, misalnya bagaimana
menulis makalah atau proposal hibah.
163

 Manajemen orang lain  mengetahui kapan dan


bagaimana memberi imbalan atau mengkritik bawahan.

Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)


Istilah Salovey dan Mayer untuk kemampuan memahami
dan meregulasi emosi; suatu komponen penting dari tingkah
laku yang efektif dan inteligen.
Kompetensi dari kecerdasan emosional (Goleman) :

kesadaran diri (kesadaran emosional, asesmen diri yang


akurat dan kepercayaan diri), manajemen diri (kontrol diri, dapat
dipercaya, kecermatan, kemampuan beradaptasi, dorongan
prestasi dan inisiatif), kesadaran sosial (empati, orientasi
melayani, kesadaran dan organisasional) dan manajemen
hubungan (mengembangkan orang lain, komunikasi,
manajemen konflik, menjalin ikatan, dll).

Penalaran Moral
 Budaya dan Penalaran Moral
 Gender dan Penalaran Moral

Pendidikan dan Pekerjaan


 Transisi di Perguruan Tinggi
 Memasuki Dunia Kerja
 Memperlancar Transisi Menuju Dunia Kerja

7.3. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Sebagian besar golongan dewasa muda telah


menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan
kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam
pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin
kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain
164

bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan,


membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap
harus memperhatikan orang tua yang semakin tua.

Hubungan orang tua dan anak

a. Keadaan keluarga dan pencapaian status dewasa


1) Pencapaian perkembangan kepribadian dan
adjustment social para pemuda pemudi lebih
berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh keadaan
taraf pemuasan kebutuhan psikologis yang penting
dalam keluarga, kerapian, besar keluarga, dan
keteraturan rumah dan kecermatan orang tua.
2) Dalam kehidupan pemuda pemudi dalam keluarga
mereka sering kali mengalami kesulitan-kesulitan dalam
usahanya mencapai kedewasaan. Kesulitan-kesulitan
itu sebagian timbul dan berhubungan dengan suasana
keluarga dan sebagian lagi karena penyadaran pemuda-
pemudi terhadap status sosialnya.
3) Keluarga yang baik bagi pemuda-pemudia adalah
keluarga yang tidak saja member dan membangun
kesadaran pemuda-pemudi sebagai insan yang dikasihi,
tetapi juga melatih pemuda-pemudi itu supaya dapat
mencapai status dewasa dengan mengikut sertakan
pemuda –pemudi itu dalam kegiatan-kegiatan keluarga.

b. Keadaan keluarga dan relasi orang tua dengan anak


Relasi antara orang tua dengan anak dipengaruhi dan
ditentukan pula oleh sikap orang tua itu terhadap pemuda-
pemudi (internal) dan keadaan eksternal (lahiriah)
keluarga. Berikut ini berbagai sikap orang tua terhadap
pemuda pemudi;
165

Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan dominasi.


1. Afeksi yang berlebih-lebihan akan mengakibatkan
orang tua bersikap;
a) over-prosesive, yaitu sikap orang tua yang
ingin menguasai anak-anaknya.
b) over-indulgent,yaitu sikap orang tua yang
memanjakan dan menuruti kehendak anaknya
2. Afeksi yang mengakibatkan orang tua bersikap
sebagai berikut;
a) Acuh tak acuh kepada anak mereka.
b) Sering menggoda anak dengan
mencemoohkan atau mengejek anak dengan
menonjolkan cacat-cacat dan kelemahan
anak.
3. Afeksi atau kasih sayang yang didasari oleh rasa
persahabatan yang sewajarnya antara orang tua
dengan anak didik.
Sikap-sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi
dan minat
1. Sikap orang tua yang mengutamakan sukses social.
2. Sikap yang mementingkan milik keduniawian
3. Sikap yang mementingkan suasana keagamaan.
4. Siap yang mengutamakan nilai-nilai artistik,
kesusastraan dan sebagainya.

Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Optimalisasi perkembangan dewasa wal mengacu pada tugas –


tugas perkembangan dewasa awal menurut R. J. Havigurst
(1953:9) mengemukakan rumusan tugas – tugas perkembangan
dalam masa dewasa awal sebagai berikut :
1. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri )
2. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri
166

3. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga


4. Belajar mengasuh anak – anak
5. Mengelola rumah tangga
6. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
7. Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak
8. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai –
nilai pahamnya

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan


sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga

Kenny, James. 1991. Dari Bayi sampai Dewasa. Jakarta : Gunung


Mulia

Mamppiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya :


Usaha Nasional

Monks, F.J, dkk. 2001. Psikologi Perkembangan : Pengantar


dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University
Pers
167

BAB VIII
PERKEMBANGAN MASA DEWASA PERTENGAHAN

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya


dipandang sebagai masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa
tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani
dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan
kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat.
Walaupun dewsa ini banyak yang mengalami perubahan-
perubahan tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun
garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya
kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak
sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut
dengan usia madya.

Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan


yang berbeda menurut tahap dimana perubahan fisik yang
membedakan usia madya dini pada satu batas, dan usia lanjut di
batas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti halnya buah apel,
matangnya pun tidak pada waktu yang sama ada yang bulan juli,
ada yang bulan agustus, dan ada pula yang bulan oktober.
Demikian halnya dengan manusia.

Usia madya pada kebudayaan Amerika saat ini,


merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidupan
mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut
untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-
dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khususnya
harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan
sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik yang
diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai
kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran
baru dan harapan sosial usia madya.
168

8.1. PERKEMBANGAN FISIK

Masa Dewasa Pertengahan (Usia Madya)

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya


dipandang sebagai usia antara 40 sampai 60 tahun, biasanya
terjadi penurunan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya
ingat.

Karakteristik usia madya

Berikut ini akan diuraikan beberapa karakteristik yang


amat penting:

1. Usia madya merupakan periode yang sangat di takuti

Cirri pertama dari usia madya adalah bahwa masa


tersebut merupakan periode yang sangat menakutkan. Diakui
bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin
terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia.

2. Usia madya merupakan masa transisi.

Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa


transisi dari masa anak-anak ke masa remaja dan kemudian
dewasa, demikian pula masa madya meruoakan masa di mana
pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa
dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang
akan di liputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.

3. Usia madya adalah masa stres.

Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola


hidup yang berubah, khususnya bila disertai degan berbagai
perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeostasis fisik dan
psikologis seseorang dan membawa ke masa stres.
169

4. Usia madya adalah usia yang berbahaya.

Cirri keempat dari usia madya adalah bahwa umumnya


usia ini di anggap atau di pandang sebagai usia yang berbahaya
dalam rentang kehidupan. Saat ini merupakan masa dimana
seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu
banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang
memperhatikan kehidupan.

5. Usia madya adala masa berprestasi.

Menurut Erikson usia madya marupakan masa krisis di


mana baik “generasivitas” (generatifity) – kecenderungan untuk
menghasilkan -maupun stagnasi – kecenderungan untuk tetap
berhenti - akan dominan.

Menurut Erikson, selama usia madya orang akan menjadi


lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak
mengerjakan sesuatu apapun lagi.

6. Usia madya adalah masa evaluasi

Usia madya pasa umumnya merupakan saat oria dan


wanita mencapai puncak prestasinya, maka logislah apabila
pada masa ini juga merupakan saat mengevaluasi prestasi
tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-
harapan orang lain, khususnyaa anggota keluarga dan teman.

7. Usia madya merupakan masa jenuh.

Banyak atau hampir seluruh pria dan wanita mangalami


kejenuhan pada akhir usia tigapuluhan atau empatpuluhan.
Kejenuhan tidak akan mendatangkan kebahagiaan ataupun
kepuasan pada usia mana pun. Akibatnya, usia madya seringkali
merupakan peride yang tidak menyenangkan dalam hidup.
170

Tanda-tanda Perubahan Fisik Pada Usia Madya:

1. Berat badan bertambah.

Selama usia madya lemak mengumpul pada perut dan


paha.

2. Berkurangnya rambut dan beruban.

Rambut pada pria yang berusia madya mulai jarang,


menipis, dan terjadi kebotakan pada bagian atas kepala. Rambut
di hidung, telinga dan bulu mata menjadi lebih kaku, sedangkan
rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur.
Rambut wanita semakin menipis dan rambut diatas bibir dan
dagu semakin banyak. Baik rambut pria dan wanita mulai
memutih menjelang usia lima puluh tahunan.

3. Perubahan pada kulit.

kulit pada wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi labih


karing dan keriput. Kulit di bagian bawah mata menggembung
seperti kantong, dan lingkaran hitam di bagian ini lebih
permanen dan jelas, warna merah kebiruan sering muncul di
sekitar lutut dan di tengah tengkuk.

4. Tubuh menjadi gemuk.

Bahu sering kali berbentuk bulat, dan terjadi


penggemukan pada bagian seluruh tubuh yang membuat perut
kejihatan menonjol sehingga seseorang kelihatan lebih pendek.

5. Perubahan otot.

Umumnya otot orang yang berusia madya menjadi


lembek mengendur di sekitar dagu, pada lengan bagian atas, dan
perut.
171

6. Masalah persendian.

Beberapa orang berusia madya mampunyai masalah


pada persendian, tungkai dan lengan, yang membuat mereka
sulit berjalan dan memegang benda yang jarang sekali
ditemukan pada orang-orang muda.

7. Perubahan pada gigi.

Gigi manjadi lebih kuning dan harus lebih sering di ganti,


sebagian atau seluruhnya dengan gigi palsu.

8. Perubahan pada mata.

Mata kelihtan kurang bersinar dari pada nereka


ketikamasih muda, dan cenderung mengeluarkan kotoran mata
yang menumpuk di sudut mata.

8.2. PERKEMBANGAN KOGNITIF

Mengukur Kemampuan Kognitif di Usia Paruh Baya

Secara kognitif, orang-orang paruh baya sedang dalam


kondisi puncak. Para periset menyimpulkan “tidak adanya pola
umum perubahan yang berkaitan dengan usia bagi semua
kemampuan intelektual”. Walaupun penurunan konsisten
kemampuan perceptual telah dimulai pada usia 25 tahun, dan
kemampuan numeric mulai menurun pada usia 40 tahun,
performa puncak dalam empat dari enam keterampilan,
penalaran induktif, orientasi spasial, kosakata, dan memori
verbal terjadi pada sekitar pertengahan masa paruh baya. Dalam
empat kemampuan tersebut, orang-orang paruh baya,
khususnya wanita, berada di atas rata-rata dibandingkan pada
usia 25 tahun. Orientasi spasial, kosakata, dan memori verbal
pria mencapai puncak pada usia lima puluhan, pada wanita, pada
172

wanita, pada awal usia 60an. Dengan kata lain, kecepatan


perceptual wanita menurun lebih cepat dibandingkan pria.

Biasanya kecerdasan cair mencapai puncak sepanjang


masa dewasa awal, sedangkan kecerdasan yang mengkristal
meningkat sepanjang masa paruh baya dan sering kali terus
meningkat sampai hampir diakir kehidupan. Salah satu
kemampuan cair yang memang memuncak lebih awal dimulai
pada usia dua puluhan adalah kecepatan perceptual. Orang
dewasa pertengahan mungkin mengganti penurunan dalam
kemampuan neurologis dasar ini dengan menguasai bidang yang
dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman tingkat kemampuan
lebih tinggi yang diperlukan untuk hidup yang independen dan
produktif. Peningkatan dan kemampuan yang mengkristal ini
bisa jadi berkaitan dengan perkembangan kerier dan penguji
tanggung jawab keluarga. Kemajuan dalam memori ferbal pada
masa paruh baya sangat terasa, sebab kehilangan memori
merupakan kekhawatiran utama banyak orang diusia
pertengahan. Dengan performa yang kuat dari sebagian besar
paruh baya di bidang ini, bukti objektif difisit memori substansial
pada seseorang yang berusia lebih muda dari 60 tahun bisa
mengindikasikan masalah neurologis.

Perbedaan Kognisi Orang Dewasa

 Peran Keahlian

Kemajuan dalam kepakaran terus berlanjut sepanjang


masa dewasa pertengahan dan relative terpisah dari kecerdasan
umum serta berbagai penurunan dalam perlengkapan
pemrosesan informasi otak. Dengan kata lain proses
encapsulation akan menangkap kemampuan yang cair untuk
memecahkan masalah tingkat lanjut. Karena itu, walaupun
orang-orang paruh baya mungkin membutuhkan waktu lebih
173

lama dalam memproses informasi baru, akan tetapi mereka


lebih percaya diri dalam memecahkan masalah dalam bidangnya
dengan penilaian yang dikembangkan dari pengalaman.
Didasarkan kepada keterampilan memilih pemenang, para
penyidik membagi para pria tersebut kedalam dua kelompok
“pakar” dan “nonpakar”. Para akar menggunakan metode
penalaran yang lebih rumit, memasukkan interpretasi banyak
informasi yang saling berkaitan, sedangkan pada saat yang sama
para “nonpakar” menggunakan metode yang sederhana dengan
tingkat kesuksesan yang lebih rendah.

Beberapa studi terhadap beberapa pekerjaan yang


berbeda, seperti, pemain catur, pedagang kaki lima, kasir, pakar
fisika, pekerja rumah sakit dan pekerja penerbangan
mengilustrasikan bagaimana pengetahuan tertentu
memberikan kontribusi terhadap performa superior dalam
bidang tertentu. Bahkan dalam bidang tersebut, kepakaran
dapat sangat spasial, pengetahuan dan keterampilan berbeda
lebih dibutuhkan untuk mendesain dan menginterpretasikan
sebuah pengalaman dalam psikologi kognitif ketimbang dalam
psikologi sosial. Para pakar memperhatikan aspek yang berbeda
dari sebuah situasi dibandingkan dengan yang dilakukan oleh
pemula, dan mereka memproses serta memecahkan masalah
dengan berbeda. Pemikiran mereka lebih fleksibel. Mereka
mengasimilasikan dan menerjemahkan pengetahuan baru
secara lebih efisien dengan merejuk kepada gudang representasi
mental dari apa-apa yang telah mereka ketahui. Mereka
mengurutka informasi berdasarkan prinsip dasar, bukan pada
kemiripan dan oerbedaan kulit saja.

Akan tetapi performa kognitif bukan satu-satunya unsur


kepakaran. Pemecahan masalah terjadi pada konteks sosial .
kemampuan tersebut penilaian ahli tergantung kepada
keakraban dengan cara melakukan sesuatu hal, mengenal betul
174

ekspektasi dan tujuan dari pekerjaan serta kultur komunitas atau


perusahaan. Bahkan pianis konser, yang mengahabiskan berjam-
jam waktunya bermain piano, harus beradaptasi dengan
berbagai panggung konser dengan tata akustik yang berbeda,
beradaptasi dengan waktu, tempat, serta beradaptasi dengan
selera music para audiennya.

 Pemikiran Integratif

Walaupun tidak dibatasi kepada periode tertentu masa


dewasa, pemikiran postformal tampaknya pas dengan tugas
yang kompleks, multiperan, dan pilihan yang membingungkan,
serta tantangan pada masa paru baya. Orang dewasa yang sudah
matang mengintegrasikan logika dengan intuisi dan emosi,
mereka mengintregasikan fakta dan ide yang slaing
bertentangan, dan mereka mengintregasikan informasi baru
dengan apa yang telah mereka ketahui. Mereka
menginterpretasikan apa yang mereka baca, lihat, atau dari segi
maknanya bagi mereka. Alih-alih menerima sesuatu berdasrakan
nilai lahiriyahnya, mereka menyaringnya melalui pengalaman
hidup dan pelajaran sebelumnya.

Masyarakat mendapatkan manfaat dari fitur integrative


pemikiran orang dewasa ini. Biasanya orang dewasa yang sudah
matanglah, seperti Gandhi, yang menjadi pemimpin spiritual dan
moral dan yang menerjemahkan pengetahuan mereka akan
kondisi manusia kedalam cerita inspirasional yang dapat
dijadikan panduan bagi generasi yang lebih muda. Pemikiran
postformal juga bisa jadi membantu memecahkan maslah
praktis.

 Pemecahan Masalah Praktis

Dalam sebuah studi, kualitas keputusan praktis hanya


mengandung hubungan-hubungan yang sederhana, jika ada,
175

dengan kinerja tugas seperti itu dalam tes kecerdasan, dan


sering kali, tidak ada hubungannya dengan usia. Dalam salah
satu studi, 84 orang dewasa berusia antara 20 sampai 79 tahun
mendapatkan dua jenis masalah. Salah satu diantaranya adalah
seperti permainan dan dua puluh pertanyaan. Partisipan
disuguhi gambar-gambar objek umum dan dinamika untuk
membayangkan gambar mana yang dipikirkan oleh penguji,
dengan memberikan pertanyaanyang dapat dijawab dengan
“ya” atau “tidak”. Semakin tua partisipan tersebut, semakin
buruk nilai mereka pada bagian ini. Nilai yang tinggi diberikan
pada respons yang menunjukkan kecakapan diri dan kesadaran
akan sejumlah kemungkinan penyebab dan solusinya.

Sebagian studi focus pada masalah instrumental, atau


aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti membaca peta.
Kemampuan ini amat berkaitan dengan kecerdasan cair dan
menunjukkan penurunan beriring usia. Penurunan tersebutr
bahkan akan terjadi lebih cepat terutama pada orang dengan
kecepatan perceptual yang lamban. Sebaliknya, studi
sebagaimana yang dipaparkan diatas sebagian bersar berkaitan
dengan maslah sosial. Berbagai studi ini menyatakan bahwa
orang-orang dari tingkatan usia yang berbeda menginterpretasi
masalah dengan berbeda dan berbeda dalam melihat jenis solusi
efektif. Ketika masslah adalah relevan dengan kehidupan dan
persaan orang dewasa yang lebih tua, partisipan menunjukkan
pemikiran yang lebih kompleks. Dalam masalah tipe ini, orang
dewasa paruh baya dan yang lebih tua cendrung lebih baik
dibandingkan yang lebih muda. Hal tersebut disebabkan mereka
memiliki daftar strategi yang lebih luas dan bervariasi untuk
berbagai situasi yang berbeda.

Salah satu hal yang tampak jelas, orang-orang paruh baya


cendrung menjadi pemecaj masalah praktis yang efektif. Jika
fungsi kev=cerdasan adalah mengenai maslah kehidupan nyata,
176

sebagaimana yang dilakukan Gandhi, kekuatan pikiran yang


matang di masa pertengahan jelaslah sudah.

Kreativitas

Kreativitas dimulai dengan bakat, tetapi bakat saja tidak


cukup. Anak-anak mungkin menunjukkan potensi kreatifitas,
akan tetapi dalam diri orang dewasa, yang dihitung adalah
performa kretif. Apa, dan seberapa banyak pikiran kreatif dapat
dihasilkan. Paeforma kreatif adalah produk jaring kekuatan
biologis, personal, sosial, dan kultur. Kreatifitas tersebut muncul
dari interaksi dinamis diantara para pencipta, atauran dan teknik
domain tersebut, dan kalogen yang bekerja dalam domain
tersebut. Bakat khusus lebih banyak didapat dari belajar
ketimbang keturunan karena bakat tersebut pelatihan dan
praktik sistematis. Pencapaian kreatif yang luarbiasa, menurut
salah satu analisis, bersumber dari pengetahuan mendalam yang
terorganisir terhadap subjek motifasi intrinsic untuk bekerja
keras demi pekerjaan tersebut, dan bukan untuk imbalan
eksternal dan kelekatan emosional yang kuat dengan pejerjaan
tersebut, yang memacu pencipta tersebut untuk tekun dalam
menghadapi berbagai rintangan apa yang membawa Einstein
“melewati gerbang pemikiran kompeten dan biasa saja kepada
pemikir luas biasa dan kreatif”, menurut Keagaan, adalah
penguasaan terhadap pengetahuan keahlian. Seseorang harus,
pertama-tama, benar terbenam dalam bidanh tersebut sebelum
dia dapat melihat batasannya, memimpikan permulaan radikal,
dan mengembangkan sudut pandang yang baru dan unik.

Kreatifitas berkembang sepanjang hidup dalam konteks


sosial, dan tidak harus dalam nurturing environment. Agaknya
hal tersebut datang dari ragam pengalaman yang melemahkan
pembatasan konfensional dan dari pengalaman menantang yang
menguatkan kemampuan untuk tekun dan mengatasi
177

hambatan. Lingkungan polotik dan kulturan dapat memberikan


pengaruh pada “mekar” nya kreativitas atau justru
menghambatnya sebagaimana yang terjadi, sebagai contoh,
debekas Uni Soviet.

 Kreatifitas dan kecerdasan

Kecerdasan umum, yang diukur dengan tes IQ setandar, hanya


sedikit memiliki hubungan denga performa kreatif. Walaupun
demikian, tiga aspek kecerdasan yang diidentifikasi oleh
Sternbreg juga memakai peran. Komponen kemampuan
memahami membantu menentukan maslah atau melihat
masalah dengan sudut pandang baru. Orang kreatif
memperlihatkan pemahama istimewa dengan tiga cara :

1. Mereka mengambil informasi yang relefan denga maslah


tersebut sering kali informasi yang tidak dipikirkan atau
dipertimbangkan orang lain
2. Mereka menyatukan semua itu, melihat hubungan
antara dua keeping informasi yang tampaknya tidak
berhubungan
3. Mereka melihat analogi antara masalah baru dan salah
satu yang telah mereka hadapi. Sekali lagi, kemampuan
ini menjadi lebih efisien dengan pengalaman dan
pengetahuan.

Komponen analitis kecerdasan dapat mengefaluasi ide


dan memutuskan mana yang layak dikejar. Aspek praktis dalam
kecerdasan mulai memainkan peran dalam “menjual” ide
menjadikan ide tersebut diterima. Thomas Edison memagang
lebih dari 1000 paten bagi penemunya, menciptakan beberapa
perusahaan untuk memasarkan penemuan tersebut, dan
memiliki ketrampilan khusus menjadikan nama dan gambarnya
178

ada disurat kabar aspek praktis ini mungkin mencapai puncaknya


pada masa pertengahan.

 Kretifitas dan Usia

Kurva usia muncul ketika kreativitas diukur dengan


variasi pada keluaran (jumlah publikasi, likisan, komposisi).
Seseorang yang meniti karier kretifnya selama decade terakhir
bisanya hanya menghasilkan setengah dari karya sepanjang
akhir usia 30 atau awal 40, walaupun pada tingkatan tertentu
lebih banyak ketimbang saat mereka berusia duapuluhan. Akan
tetapi, kurva usia tergantung kepada bidangnya. Penyair, pakar
matematika, dan teoritikus fisika, cendrung mencapai
puncaknya pada akhir usia dua puluhan atau awal tiga puluhan.

Tentu saja, tidak semua yang dihasilkan pencipta kreatif


adalah karya yang bagus. Periode masa dimana seseorang
menciptakan sejumlah besar karya besar juga cenderung
menjadi masa dimana orang tersebut menghasilkan karya yang
teruipakan. Karen aitu kecendrungan dari sebuah karya menjadi
sebuah maha karya tidak ada kaitanya dengan usia. Terkadang
penurunan dalam produktifitas ditutypi oleh peningkatan
kualitas.

Kerja dan Pendidikan

Dalam masyarakat terintegrasi berdasarkan usia, semua


jenis peran belajar, bekerja, dan bermain terbuka bagi orang
dewasa di semua usia. Mereka dapat menselang-selingkan
periode pendidikan, pekerjaan, dan bersantaisepanjang rentang
kehidupan.segala hal tampaknya bergerak dalam arah tersebut.
Orang dewasa yang sudah matang mengambil kelas sore atau
mengambil waktu libur untuk untuk mengejar minat khusus
mereka. Seseorang bisa memiliki beberapa karier secara
berurutan, yang tiap karier tersebut menuntut pendidikan atau
179

pelatihan tambahan. Orang-orang pensiun dini dari masa


sebelumnya, atau tidak pensiun sama sekali. Para pensiun
mencurahkan waktu untyk belajar atau untuk mencari kerja
baru.

Banyak riset tentang oendidikan, kerja, bersantai, dan


pensiun merefleksikan model peran sosial yang dibedakan
berdasarkan usia. Keteika “intregasi usia” muncul, kelompok
masa deepan mungkin memiliki pengalaman dan sikap yang
sangat berbeda.dengan mengingat persoalan ini, mari kita lihat
pekerjaan dan pendidikan di masa dewasa pertengahan.

 Pola dan Lajur Pekerjaan

Dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan


yang dramatis, keputusan karier sering kali berujung terbuka.
Orang-orang yang berpola karier stabil bertahan dengan satu
pekerjaan dan, pada usia pertengahan, sering kali sudah
mencapai posisi yang berkuasa dan memiliki tanggung jawab.
Sebaliknya, orang yang mengikuti pola berpindah tidak terus
bertahan pada pilihan pekerjaan awal mereka mencoba
mencapai kecocokan yang lebih baikantara apa yang dapat
mereka lakukan, apa yang mereka inginkan dan harapan dari
pekerjaan mereka, dan keuntungan dari apa yang mereka
dapatkan dari hal ini.

Orang mungkin berpindah karier kapan saja sepanjang


masa dewasa. Hanya sja, masa, paruh baya, dengan perubahan
dan tanggung jwab keluarga dan kebutuhan keuangan,
merupakan waktu umum untuk melakukan hal tersebut. Karena
lebih sedikit wanita paruh baya dan yang lebih tua telah bekerja
sepanjang masa dewasa, mereka berkecendrungan lebih rendah
menunjukkan pola stabil dibandingkan pria. Dan jika kalupun
mereka melakukan hal tersebut, mereka mungkin mencapai
180

tahap perkembangan karier tradisional lebih lamban


dibandingkan pria.

 Bekerja Versus Pensiun Dini

Di Amerika Serikat, 80 persen usia 40sampai 59 tahun


bkerja. Pada usia 60 sampai 69 tahun, 61 persen bekerja penuh
dan 36 oersen bekerja separuh waktu. Ketika para orang berusia
50 tahun cenderung bekerja karena alasan keuangan, apada usia
60 tahun unsure intrinsic seperti kenikmatan pekerjaan, ingin
terus priduktif, dan merasa dinilai dan dihormati, menjadi
penentu yang lebih penting dari apakah seseorang akan terus
bekerja atau tidak.

Program pensiun public dan pesangon pribadi serta


berbagai insentif lain yang memberikan ruang bagi pekerja yang
lebih muda, sepeti ketersedianya manfaat jaringan sosial. Pada
usia 62, telah mempercepat tren oensiun awal di Amerika
Serikat, sebagaimana banyak dinegara industry lain. Dengan
demikian, pensiun “meningatkan transisi dalam, bukan dari,
masa paruh baya”. Penentu keputusan pensiun adalah
kesehatan, dana oensiun yang telah memenuhi syarat, dan
kondisi keuangan. Status perkawinan juga bisa menimbulkan
perbedaan karena waktu pensiun salah dari seorang dari
pasangan tersebut harus bernegosiasikan dengan pasangan
nnya yang lain.

 Pekerjaan dan Perkembangan Kognitif

Pekerjaan dapat memengaruhi kerja kognitif di


masa mendatang. Beberapa riset menunjukkan bahwa
pemikiran fleksibel cenderung mendapatkan pekerjaan yang
kompleks secara substansia, pekerjaan yang menuntut
pemkiran dan penilaian independen. Pekerjaan ini merangsang
pemikiran yang lebih fleksibel, dan pemikiran yang fleksibel
181

meningkatkan kemampuan melaksanakan pekerjaan yang


kompleks. Apabila pekerjaan dapat dibuat lebih bermakna dan
matang, lebih banyak orang dewasa yang bertahan tau
meningkatkan kemampuan kognitif mereka.

Orang dewasa dapat secara aktif memengaruhi


perkembangan kognitif masa depannya dengan pilihan
pekerjaan yang mereka buat. Mereka yang senantiasa berusaha
mencari peluang yang menantang akan berkecendrungan lebih
besar untuk tetap pintar.

 Pelajar Berumur

Pada 1999, sekitar 45 persen orang paruh baya


berpartisipasi dalam pendidikan keran alasan pekerjaan atau
pengembangan diri. Sebagian orang dewasamencari pelatihan
untuk memenuhi pengetahuan dan ketrampilan mereka.
Sebagian yang lain dilatih untuk pekerjaan yang baru. Sebagian
menginginkan kenaikan jenjang karier atau berbisnis sendiri.
Orang yang sudah mendekati masa pensiun sering kali ingin
mengembangka pemikiran dan keterampilan mereka untuk
lebih roduktif dan penggunaan waktu denagn lebih menarik.
Sebagian orang dewasa menikmati belajar dan ingin
terusmelakukannya seumur hidup.

Sayangnya, sebagian industry pendidikan tidak


dibangun ntuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan psikologis
pelajar berumur tua atau mengambil keuntungan dari kekuatan
kognitif mereka. Pelajar dewasa punya motif, tujuan, dan
developmental, serta pengalaman sendiri-sendiri. Mereka
muncul dengan kepakaranmereka sendiri dan, sering kali,
dengan pemikiran postformal, dan mereka membutuhkan
penegtahuan yang dapat mereka aplikasikan kepada masalah
tertentu.
182

8.3. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Perubahan pada masa pertengahan

Para riset mempelajari tiga tipe perubahan


perkembangan psikososial. Perubahan yang terkait dengan
kebutuhan maturasional atau tigas yang akan dialami seluruh
manusia pada masa tersebut, perubahan yang berkaitan dengan
peran yang didukung secara cultural atau peristiwa sejarah yang
memengaruhi populasi tertentu, dan perubahan yang berkaitan
dengan pengalaman tidak biasa atau timing yang tidak biasa
dalam peristiwa hidup. Teori klasik yang membahas ketiga tipe
model ini adalah model tahapan normative dan model timing of
event. Teori pada tahapn normative pada umumnya
mengusulkan tahapan mutarisional.

Model Tahapan Normatif

Erikson menggambarkan titik balik keluar. Erikson


melihat bahwa tahun-tahun sekitar usia 40 sebagai masa ketika
orang memasuki tahap kenormatifan ketujuhnya: generativitas
versus stagnasi. Generativitas, sebagaimana yang telah
disefinisikan oleh erikson, perhatian orang dewasa untuk
membangun dan membumbung generasi selanjutnya,
mengabadikan diriya melalui pengaruhnyaterhadap yang
genersi selanjutnya. Orang yang merasa perlu meninggalkan
warisan untuk berpartisipasi dalam kelangsungan hidup. Orang
yang tidak menemukan untuk generatifitas menjadi terserap ke
dalam diri sendiri, terlalu memanjakan diri sendiri atau stagnan.
“nilai moral” dari periode ini adalah perhatian: “komitmen yang
luas untuk memperhatikan orang, produk ide tang harus
diperhatikan olehnya”.
183

Timing of Event: Jam Sosial

Perkembangan kepribadian orang dewasa lebih


bergantung kepada peristiwa kehidupan yang penting
dibandingkan pada usia. Usia pertengahan seringkali
menimbulkan restrukturasi peran sosial: anak yang pergi,
menjadi kekek/nenek, mengubah pekerjaan atau karier, dan,
akirnya pensiun. Pada saat ini gaya hidup telah bergam, “jam
sosial” orang-orang berdetik pada tingkatan yang berbeda, dan
“siklus hidup yang mengalir” telah mengaburkan batsan-batsan
masa dewasa pertengahan.

Perkembangan Identitas

Erikson mendefinisikan formasi identitas sebagai


masalah utama masa remaja, dia menerangkannbahwa identitas
terus berkembang. Memang benar, sebagian pakar
perkembangan memandang proses pembentukan identitas
sebagai isu sentral masa dewasa. Identitas dapat mengandung
bukan hanya satu diri, tetapi beberapa “kemungkinan diri”,
termasuk diri dari sosok impian seseorang dan diri dari sosok
yang dihindari. Titik balik seperti transisi masa paruh baya
seringkali mengandung perubahan dalam cara orang melihat diri
mereka sendiri.

Kesehatan Psikologis dan Kesehatan Mental Positif

Kesehatan mental bukan hanya bersih dari penyakit


mental. Kesehatn mental positif mengandung persasaan akan
kenyamanan psikologis yang amat berkaitan dengan perasaan
akan keberadaan diri yang sehat. Dalam erbagai survey di seuruh
dunia, yang menggunakan berbagai untuk menilai kenyamanan
subjektif, sebagian besar orang-orang dari segala tingkatan usia,
ras, dan kelamin menyatakan bahagia dan puas dengan hidup
mereka, dan tidak ada periode tertentu dalam hidup yang
184

mengandung kepuasan lebih banyak dibandingkan periode


lainnya.

Pada periode dewasa pertengahan bukan hanya


mencakup multiplisitas jalur kehidupan yang lebih basar
dibandingkan sebelumnya. Seseorang di usia 45 bisa jadi
merupakan orang yang bahagia dalam pernikahannya dan
membesarkan anak, yang lain bisa menjadi merenungkan
perkawinan, atau berda di tepi perceraian. Seseorang yang
berusia 60 tahun mungkin memeiliki jaringan teman, keluarga,
dan kolega yang luas, yang lain tidak memiliki keluarga yang
masih hidup dan hanya memiliki beberapa orang teman.
Walaupun demikian orang-orang paruh baya, hubungan dengan
orang lain sangat penting mungkin dalam cara yang berbeda dari
masa kehidupan yang lebih awal.

Teori Kontak Sosial

Merujuk kepada teori konvoi (persahabatan)


sosial,orang-orang menjalani kehidupan dengan dikelilingi oleh
social convoy (pertemanan sosial) : lingkaran teman dekat dan
anggota keluarga dengan berbagai tingkat kedekatan,yang
kepada merekalah dia dapat menggantungkan
pertolongan,kesejahteraan, dan dukungan sosial,dan sebagai
imbalannya,mereka menawarkan perhatian,kasih sayang dan
dukungan (Antonucci & Akiyama, 1997; kahn & Antonucci,
1980). Karakteristik orang tersebut
(gender,ras,agama,usia,pendidikan, dan status perkawinan),
bersama dengan karakteristik situasi seseorang (harapan
peran,peristiwa kehidupan.stres kehidupan dll), mempengaruhi
ukuran dan komposisi persahabatan, dan kepuasan yang
bersumber dari dukungan ini.Semua faktor ini memberikan
kontribusi kepada kesehatan dan kesejahteraan.
185

Interaksi Sosial memiliki 3 tujuan utama :

 Sumber informasi
 Interaksi sosial membantu orang-orang mengembangkan
dan mempertahankan rasa akan keberadaan diri
 Interaksi sosial merupakan sumber kenikmatan dan
kenyamanan, atau kesejahteraan emosional.

Pada masa bayi,tujuan ketiga (kebutuhan akan dukungan


emosional) adalah yang terpenting.Dari mulai masa kanak-kanak
sampai masa dewasa awal, pencarian informasi lebih
menonjol.Ketika anak muda berjuang untuk belajar tentang
masyarakat mereka dan tempatnya didalam masyarakat
tersebut,orang asing bisa menjadi sumber pengetahuan
terbaik,pada masa paruh baya walaupun pencarian informasi
tetap sebagai sesuatu yang penting, fungsi asal pengaturan
emosi kontak sosial mulai menonjol.Dengan kata lain, orang-
orang paruh baya mengalami peningkatan dalam mencari orang
lain yang dapat membuat diri mereka merasa nyaman.Dalam
hasil pengujian teori tersebut, orang dewasa paruh baya dan
yang lebih tua menempatkan pendekatan yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa awal terhadap
ketertarikanemosional dalam memilih rekan sosial hipotesis.

Relasi dan Kualitas kehidupan

Sebagian besar orang paruh baya dan yang lebih tua


optimistis tentang kualitas kehidupan seiring dengan
pertambahan usia, merujuk kepada survey surat terhadap 1.384
orang dlewasa dengan usia 45 tahun dan keatas. Walaupun
mereka menganggap relasi seksual yang sukses sebagai sesuatu
yang penting nagi kualitas hidup, relasi sosial bahkan jauh lebih
penting.
186

Sebagaimana pada masa dewasa awal, hubungan


tampaknya bagus untuk kesehatan fisik dan mental. Dalam
sebuah studi lungitudional terhadap 32.624 pria Amerika sehat
berusia antara 42 sampai 77 tahun, pria yang terisolasi secara
sosial mereka yang tidak menikah, memiliki teman dan keluarga
denagn jumlah kurang dari enam orang, dan tidak menjadi
anggota kelompok agama atau komunitas berkecendrungan
lebih tinggi meninggal karena sakit jantung, kecelakaan, atau
bunuh diri pada empat tahun kemudian dibandingkan pria
dengan jaringan sosial yang lebar. Karena itu dalam mempelajari
hubungan sosial paruh baya, kita harus ingat bahwa efek yang
ditimbulkan bisa jadi positif tau negative. Yang diukur adalah
kualitas hubungan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan,
dan atribut ini dapat bergeser dari satu waktu ke waktu lain.

Relasi Konsensual

Perkawinan,ikatan homoseksual dan pertemanan


biasanya melibatkan dua orang segenerasi dan melibatkan
pilihan mutual.

 Perkawinan

Perkawinan paruh baya pada masa kini amat berbeda


dari yang sebelumnya.Ketika harapan hidup memendek,
pasangan yang tetap bersama selama dua puluh lima tahun,
atau empat puluh tahun ,erupakan sesuatu yang langka.Pola
paling umumnya adalah perkawinan tersebut terputus oleh
kematian dan ditinggal menikah kembali.Orang-orang
memiliki banyak anak dan mengharapkan mereka tinggal
dirumah sampai menikah.karena itu, kesendirian merupakan
ketidakbiasaan bagi suami atau istri paruh baya.

Kepuasan pernikahan dalam sebagian besar studi,


mengikuti kurva berbentuk U : setelah tahun-tahun pertama
187

perkawinan,kepuasan tampak menurun dan, pada titik


tertentu diusia paruh baya, kembali meningkat sampai
bagian pertama masa dewasa akhir.

Tahun-tahun penurunan pada perkawinan cenderung


pada tahun-tahun dimana tanggung jawab parental dan
pekerjaan sedang mencapai puncaknya.Dua factor penting
yang dituntut dari orangtua adalah keuangan keluarga dan
jumlah anak yang masih berada dirumah.Tekanan
pemasukan yang terlalu kecil dan terlalu banyak mulut yang
harus diberi makan membebani hubungan
perkawinan,terutama bila beban tersebut tidak terbagi
dengan sama.

 Perceraian pada masa paruh baya

Perceraian pada masa paruh baya relatih jarang.Sebagian


besar perceraian terjadi pada sepuluh tahun pertama
perkawinan.karena itu, bagi otrang-orang yang bercerai
pada masa paruh baya ketika dia telah menyangka hidup
mereka telah mapan,perpisahan tersebut dapat menjadi
traumatis, terutama bagi wanita, yang lebih dipengaruhi
secara negative oleh perceraian diusia berapa pun
dibandingkan pria.Orang-orang paruh baya yang bercerai
dan tidak menikah lagi cenderung memiliki keamanan
keuangan yang lebih rendah disbanding mereka yang
masih menikah.Dan perasaan harapan yang tidak
tercapai ini bisa jadi semakin hilang seiring dengan
semakin umumnya perceraian pada masa paruh baya

 Relasi Gay dan Lesbian

Gay dan lesbian yang pada saat ini memasuki paruh baya
tumbuh pada waktu dimana homoseksualitas dianggap
sebagai penyakit mental, dan homoseksual cenderung
188

dikucilkan. Bukan hanya dari komunitas tetapi juga dari


sesama homoseksual. Beberapa riset tentang gay
sebagian besar terfokus pada pria berkulit putih urban
dengan tingkat pemasukan dan pendidikan diatas rata-
rata. Lesbian yang dipelajari sampai sejauh ini cenderung
berkulit putih, professional, dan kelas menengah atau
keatas.

 Pertemanan

Sebagian yang diprediksi teori Carstensen,jaringan social


cenderung menjadi lebih kecil dan lebih intin pada masa
paruh baya.Dibandingkan orang yang lebih muda, orang-
orang baya hanya memiliki sedikit waktu dan energi yang
bisa diberikan kepada teman, mereka terlalu sibuk
dengan keluarga dan pekerjaan serta membangun
pengaman untuk masa pension.

Relasi dengan Anak yang Sudah Dewasa

Sebagian besar orang tua pada bagian ini awal


paruh baya harus menghadapi serangkaian isu yang
berbeda , yang bersumber dari anak yang akan segera
meninggal kan “sarang”.Ketika anak menjadi dewasa dan
memiliki anak-anaknya sendiri, keluarga intergenarasi
berlipat ganda dalam jumlah dan koneksi.Orang tua
paruh bayalah, biasanya wanita yang cenderung menjadi
“penjaga gawang keluarga” mempertahankan ikatan
dikalangan berbagai turunan dari sebuah keluarga yang
besar

 Anak Remaja : Isu bagi Orang Tua

Merupakan hal yang ironis orang dari dua waktu


kehidupan yang secara popular dihubungkan dengan
189

krisis emosional-remaja dan paruh baya-sering kali


tinggal dalam satu rumah.Biasanya orang dewasa paruh
baya yang menjadi orang tua anak remaja.Pada saat
menghadapi masalah mereka sendiri orang tua harus
berhadapan setiap harinya dengan anak muda yang
sedang mengalami perubahan besar pada fisik

 Ketika Anak-anak Meninggalkan Rumah :the empty


nest

Riset juga menentang ide popular tentang empty


nest,transisi yang seharusnya sulit terutama bagi
wanita.Walaupun sebagian wanita yang terlalu
menhayati perannya sebagai seorang ibu,memiliki
masalah pada saat ini,jumlah mereka dikalahkan oleh
para wanita yang menemukan kemerdekaannya

 Parenting Anak yang Sudah Dewasa

Bahkan bertahun-tahun aktif berakhir dan anak


meninggalkan rumah untuk selamanya, orang tua tetap
orang tua.Peran orang tua pada masa paruh baya
terhadap anak muda menimbulkan masalah baru dan
menuntut sikap dan perilaku bagi kedua belah
pihak.Pada keluarga kelas menengah paling tidak orang
tua paruh baya biasanya memberikan dukungan yang
lebih banyak kepada anak mereka dibandingkan dengan
apa yang mereka dapat ketika sianak membangun karier
dan keluarga.

 Parenting yang Berkepanjangan : “Cluttered Nest”

Sejak tahun 1980-an disebagian besar Negara


barat semakin banyak anak yang sudah dewasa menunda
untuk meninggalkan rumah.Lebih jauh lagi revolving
190

door syndrome (sindrom pintu berputar) (terkadang


disebut fenomena boomerang)menjadi semakin umum
seiring dengan meningkatkan jumlah dewasa awal-
terutama pria yang kembali kerumah orang tua mereka,
terkadang lebih dari sekali dan kadang kala kembali
bersama keluarganya.

Ikatan Kekeluargaan Lain

Pada masa paruh baya, ikatan kekeluargaan


paling awal ini bisa jadi muncul lagi dalam cara yang
baru,seiring dengan bergesernya tanggung jawab
terhadap orang tua yang sudah manula kepada anak-
anak mereka yang sudah paruh baya

 Hubungan dengan Orang Tua yang Sudah Uzur

Pada 1990 pasangan paruh baya hanya memiliki


10 persen peluang memiliki dua orang tua yang masih
hidup.

-Kontak dan bantuan mutual adalah antara anak


yang telah berusia paruh baya dengan orang tua mereka
yang sudah cukup kuat.Ikatan ini tumbuh dari
keterikatan sebelumnya dan terus berlangsung
sepanjang keduanya hidup.

-Menjadi Pengasuh bagi orang tua yang sudah


sepuh :banyak orang tua yang sudah sepuh menerima
perawatan dirumahnya sendiri atau dirumah yang
merawat.Kesempatan untuk menjadi perawat terhadap
orang tua yang sudah sepuh meningkat sejalan dengan
usia.
191

 Relasi dengan Saudara Kandung

Hubungan dengan saudara kandung mungkin


merupakan hubungan terpanjang dalam kehidupan
seseorang.Sekitar 85 persen paruh baya Amerika
memiliki paling tidak satu saudara kandung yang masih
hidup, dan kebanyakan saudara kandung tetap saling
berhubungan, saudara perempuan khususnya selalu
terjangkau dan siap membantu yang lain.

 Grandparenthood

Sering kali grandparenthood mulai sebelum


parenting aktif selesai.Dengan rentang kehidupan yang
memanjang saat ini, banyak orang dewasa yang
menghabiskan beberapa decade menjadi seorang
kakek/nenek .Karena wanita cenderung berusia lebih
panjang dibanding pria.

-Peran Kakek/Nenek : Para kakek/Nenek sering


kali berada ditengah diantara keengganan turut campur
dalam kehidupan keluarga anaknya yang sudah dewasa
dengan kewajiban untuk memberikan bantuan dan
dukungan ditambah lagi level keterlibatan mereka
tergantung kepada orang tua.

-Grandparenting Setelah Perceraian dan


Pernikahan kembali : Salah satu hasil peningkatan dalam
perceraian dan menikah kembali adalah terus
bertambahnya jumlah kakek/nenek dan cucu yang relasi
antara mereka berbahaya atau memburuk.Hasil lainnya
adalah perciptaan kakek tiri dalam jumlah yang besar.

-Membesarkan cucu : Banyak dan nenek yang


menjadi pengasuh tunggal atau utama para cucu
192

mereka.Dalam Negara berkembang salah satu alasan nya


adalah migrasi orang tua pedesaan kedaerah urban
untuk mencari pekerjaan

DAFTAR PUSTAKA

Soerjabrata, soemadi. 1980. Psikologi Perkembangan, Bagian


Penyaji Historis. Jilid 1, Edisi III, Cetakan IV. Yogyakarta: Sarasin.

E. papalia, Dianie, dkk.2011. Human Development(psikologi


perkembangan), Bagian V s/d IX. Jilid II, Edisi Kesembilan.
Jakarta: Kencana.
218

BAB X
PERKEMBANGAN AKHIR KEHIDUPAN

Menghadapi kematian dan kehilangan

10.1. PERKEMBANGAN FISIK

1. Banyak wajah kematian

Kematian merupakan pakta biologis, kan tetapi kematian


juga memiliki aspek sosial, kultural, historis, religius, legal,
psikologis, perembangan, medis, dan etis, dan sering kali
berbagai aspek ini saling berkaitan. Sikap kultural dan religius
terhadap kematian dan kondisi sekarat memengaruhi aspek
psikologis dan perkembangan dan kematian.

Kematian pada umumnya di anggap sebagai akhir proses


jasmaniah. Akan tetapi kriteria kematian menjadi semakin
konplek dengan perkembangan pralatan medis yang dapat
memperpanjang sinyal dasar kehidupan. Perkembangan medis
ini memunculkan pertanyaan berkaitan dengan apakah dan
kapan alat bantu kehidupan tersebut terus dipertahankan dan di
cabut, dan keputusan siapa yang kuat dibeberapa tempat, klaim
”hak untuk mati”telah mengarah kepada hukum pengizinan atau
pelarangan petugas medis membantu seseorang yang sakit
secara permanen untuk mengakhiri hidup yang telah menjadi
semacam beban. Kematian dan kehilangan dalam konteki
kultural dan historis:

Kontek kultural

Adat yang berkaitan dengan mengingat atau yang merupakan


meninggal dunia, peralihan kemilikan, dan bahkan ekpresi duka
219

amat bervariasi diantara kultur dan sering kali diatur oleh aturan
religius atau legal yang merepleksikan pandanga masyarakat apa
makna dalam kematian dan apa yang terjadi setelahnya. Aspek
kultural terhadap kematian mencakup perhatian dan perilaku
terhadap yang sekarat dan yang meninggal dunia, kebiasaan dan
ritual yang berduka dari mulai tidak tidur orang irlandia,dimana
keluarga dan teman menghargai dan kenangan dan orang yang
meninggal dunia hingga seminggu penuh shiva orang yahudi
dimana yang berduka melepas perasaan melepaska perasaan
mereka dan berbagi kenangan mereka yang telah meninggal
dunia.

10.2. PERKEMBANGAN KOGNITIF

Menghadapi kematian dan Kehilangan : Isu Psikologis

a. Menghadapi kematian diri sendiri

Dalam kondisi tidak adanya penyakit yang dapat


diidentifikasi, orang-orang yang berusia sekitar 100 tahun-
hampir mendekati batas rentang usia manusia saat ini-biasanya
menderita penurunan kongnitif dan fungsional lainnya,
kehilangan selera makan dan minum, dan meninggal secara
natural. Perubahan terebut juga dicermati pada orang-orang
yang lebih mudah mendekati kematia. Beberapa orang yang
mendekati ajal mengalami pengalaman “near-death”, yang
sering kali mencakup perasaan keluar dari tubuh dan
penampakan cahaya terang atau pengalaman mistis.

Psikiatris Elisabet Kubler-Ross, dalam pengalamnnya


menghadapi orang-orang yang sekarat, menemukan sebagian
besar dari mereka menerima peluang untuk berbicara secara
terbuka berkaitan dengan kondisi mereka dan sadar bahwa
mereka sudah mendekati kematian, bahkan ketika mereka
220

belum diberitahukan. Setelah berbicara dengan sekitar 500


pasien berpenyakit tak tersembuhkan, Kubbler-Ross
(1969,1970) memaparkan lima tahap dalam kondisi dekat
dengan kematian :

1) penolakan (penolakan yang menerima realitas apa yang


terjadi);
2) marah,
3) menawar untuk mendapatkan tambahan waktu;
4) depresi; dan akhirnya
5) penerimaan. Kubbler-Ross jga mengisyaratkan pergerakan
yang mirip dalam perasaan orang-orang yang menghadapi
duka yang akan terjadi.

b. Pola Kehilangan

Duka karena kehilangan-kehilangan seseorang yang


dirasakan dekat dan proses penyesuaian diri dengan kondisi
tersebut-secara praktik dapat memeranguhi semua aspek
kehidupan mereka yang ditinggalkan. Kehilangan sering kali
membawa perubahan dalam status dan peran (misalnya, dari
seorang istri menjadi seorang janda atau dari seorang anak
menjadi seorang piatu). Kondisi tersebut dapat memiliki
konsekuensi sosial dan ekonomi, kehilangan teman yang
terkadang pemasukan. Akan tetapi pertama-tama adalah rasa
duka-respon emosional yang dialami pada awal fase berduka.

10.3. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Kematian dan Kehilangn Sepanjang Rentang Usia

Tidak ada cara tunggal memandang kematian pada


tingkat usia manapun; sikap orang-orang terhadapnya
merefleksikan kepribadian dan pengalaman mereka, sekaligus
221

beberapa kuat mereka yakin bahwa mereka akan meninggal.


Akan tetapi ada banyak perbedaan perkembangan yang terjadi.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh model timing of event,
kemaren tidak berati hal yang sama bagi pria yang berusia
85tahun dengan radang sendi yang amat menyakitkan, seorang
wanita 56 tahun yang sedang berada dipuncak karir kemudian
mengetahui bahwa dia menderita kanker payudara dan
seseorang yang berusia 15 tahun yang meninggal akibat
overdosis obat terlarang. Perubahan umum dalam sikap
terhadap kematian sepanjang rentang usia tergantung kepada
perkembangan kognitif dan timing of event normatif atau non-
normatif.

Masa Kanak-Kanak dan Remaja

Baru diusia 5-7 tahun sebagian besar anak memahami bahwa


kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari; dan
yang kedua bahwa orang yang sudah meninggal tidak berfungsi
(semua fungsi kehidupan berakhir pada saat meninggal.
Sebelum usia tersebut, anak-anak bisa jadi yakin bahwa
beberapa kelompok orang (katakanlah, guru, orang tua dan anak
kecil) tidak meninggal, bahwa seseorang yang pintar atau
beruntung dapat menghindari kematian dan bahwa mereka
sendiri dapat hidup kekal abadi. Mereka juga mungkin percaya
juga bahwa orang yang telah meninggal dunia masih dapat
berfikir dan merasa. Konsep ketakterhindaran, universalitas, dan
berakhirnya fungsi biasanya berkembang pada saat dimana
merujuk kepada Piaget, anak-anak berpindah dari pemikiran
praoperasional kepada pemikiran operasional konkret (Speece &
Brent, 1985) sepanjang periode ini konsep kualitas juga terjadi
lebih rumit.

Anak dapat dibantu memahami kematian apabila


dikenalkan kepada konsep tersebut pada usia dini dan didorong
222

untuk membicarakannya. Kematian binatang peliharaan bisa


memberikan peluang yang bersifat natural untuk melakukan
pengenalan. Apabila ada anak lain yang meninggal dunia, orang
tua dan guru harus mencoba menghilangkan kecemasan anak
yang masih hidup. Cara menunjukkan duka tergantung kepada
perkembangan kognitif dan emosional. Terkadang, anak-anak
mengekspresikan duka melalui kemarahan, termotifasi untuk,
atau menolak pengetahuan akan kematian, bagaimana berandai
orang tersebut masih hidup. Mereka mungkin bingung dengan
eufemisme orang dewasa bahwa seseorang “bisa habis” atau
bahwa keluarga tersebut “kehilangan” seseorangatau bahwa
seseorang tidur “tanpa pernah bangun kembali”. Kehilangan
akan menjadilebih sulit apabila anak tersebut memiliki
hubungan bermasalah dengan orang yang meninggal; apabila
orang tua yang masih hidup terlalu bergantung kepada sang
anak; apabila kematian tersebut terjadi secara tiba-tiba,
terutama apabila kematian tersebut merupakan pembunuhan
atau bunuh diri; apabila sang anak memiliki masalah prilaku atau
emosional; atau bila keluarga dan komunitas mendukung
kekurang tersebut.

Masa Dewasa

Para pemuda yang telah menyelesaikan pendidikan


mereka dan memulai kerier, pernikahan, atau menjadi orang tua
biasanya bersemangat untuk menjalani hidup yang untuknya
telah meraka persiapkan diri mereka. Apabila meraka tiba-tiba
dihantam oleh penyakit atau cedera yang berpotensi fata,
mereka cendrung menjadi frustasi. Frustasi bisa berubah
menjadi kemarahan, yang menjadikan mereka pasien rumah
sakit yang sulit. Pada saat ini banyak orang menderita AIDS di
usia 20 atau 30-an mereka sering kali harus menghadapi isu
kematian dan proses menjelang ajal, pada usia ini seharusnya
mereka sedang menghadapi isu masa dewasa awal seperti
223

membentuk hubungan intim. Ketimbang memiliki kehilangan


yang berlangsung seumur hidup sebagai persiapan gradual bagi
puncak kehilangan kehidupan.

Pada masa paruh baya, sebagian besar orang-orang menjadi


lebih sadar dari sebelumnya bahwa mereka akan meninggal.
Tubuh mereka mengirimkan sinyal bahwa mereka tidak lagi
semuda, secerdas, dan segairah dahulu. Mereka akan semakin
banyak memikirkan berapa tahun yang tersisa bagi mereka dan
bagaimana memanfaatkan tahun-tahin tersebut semaksimal
mungkin. Terutama setelah kematian kedua orang tua, ada
kesadaran baru bahwa dirinya menjadi generasi lebih tua yang
berada di urutan berikutnya untuk meninggal. Lansia bisa jadi
memiliki perasaan bercampur aduk mengenai kemngkinan
proses menjelang ajal. Kemunduran fisik dan berbagai masalah
serta berbagai kemunduran fisik dan berbagai masalah lain serta
berbagai kemunduran usia tua mungkin menghilangkan
kenikmatan mereka dalam kehidupan dan keinginan mereka
untuk hidup. Menurut Erikson,lansia yang telah menyelesaikan
alternatif kritis final integritas versus keputusasaan mencapai
penerimaan terhadap apa yang telah mereka lakukan dalam
kehidupan mereka dan kematian yang akan terjadi.

Kehilangan Khusus

Kehilangan yang sulit, yang mungkin terjadi sepanjang


masa dewasa adalah kematian pasangan, orang tua, dan anak.
Yang kurang di publikasikan adalah kehilangan potensi
keturunan akibat keguguran atau stillbirth.

Pasangan yang Masih Bertahan Hidup

Kondisi menjanda merupakan salah satu tantangan


emosional terbesar yang mungkin dihadapi manusia. Karena
wanita cendrung hidup lebih lama dibandingkan pria dan lebih
224

muda ketimbang suami mereka, mereka lebih cendrung


menjanda. Wanita juga cendrung menjadi janda dalam usia yang
lebih muda dibandingkan pria. Sepertiga wanita kehilangan
suami merekapada usia 65 tahun, dan baru di usia 75tahun
jumlah pria yang kehilangan istri mereka dapat mengimbangi
jumlah ini. Efek kondisi menjanda atau menduda berbeda antara
pria dan wanita. Wanita mungkin menunjukan penderitaan
mereka secara terbuka, akan tetapi para pria juga merasa
kehilangan tambatan mereka. Teman dan keluarga biasanya
berkumpul bersama yang berduka tetapi segera kembali ke
kehidupan mereka segera setelah kematian. Janda lansia
berkecendrungan lebih besar ketimbang duda lansia untuk terus
berhubungan dengan teman yang darinya mereka menerima
dukungan sosial. Di sisi lain, janda yang suaminya adalah pencari
nafkah utama mungkin akan mengalami kesulitan ekonomi dan
bisa jadi jatuh ke dalam kemiskinan.

Mereka yang bertahan dalam sebuah pernikahaan yang


langgeng berkecendrungan menghadapi banyak masalah
emosional dan praktis. Pernikahan yang baik dapat
menghilangkan jurang emosional. Bahkan apabila pernikahan
tersebut merupakan pernikahan yang bermasalah pasangan
yang berduka cendrung merasa kehilangan. Kehilangan ini amat
berat bagi wanita yang kehidupan dan identitasnya didasaran
pada kegiatan merawat suami. Wanita memiliki tingkat depresi
yang terus meningkat, paling tidak pada lima tahun pertama
setelah kematian. Ada kecendrungan kuat bahwa orang yang
menjanda/menduda, terutama pria, akan segera menyusul
pasangan ke alam baka. Dalam studi berskala besar finnish, pria
yang kehilangan istrinya dalam periode lima tahun, 21 persen
berkecendrungan lebih besar untuk meninggal pada periode
yang sama dibandingkan pria yang tidak menduda. Jumlah
“kelebihan mortalitas” bagi janda adalah 10 persen. Resikonya
225

mencapai puncak bagi dewasa awal dan bagi mereka yang baru
saja menderita kehilangan.

Walaupun di butuhkan waktu untuk menyembuhkan rasa sakit,


mayoritas pasangan yang berduka akhirnya membangun
kembali kehidupan mereka. Kesendirian, Kesedihan, dan depresi
memberikan jalan untuk yakin dalam kemampuan menata diri
mereka sendiri. Mereka yang dapat menyesuaikan diri dengan
amat baik adalah mereka yang tetap sibuk, mengambil peran
baru (seperti pekerjaan berbayar atau sukarelawan baru),
atauamat terlibat dalam aktivitas berkelanjutan. Mereka sering
bertemu dengan teman-teman, dan mereka bisa mungkin
bergabung dengan kelompok support atau self-help. Anak yang
sudah dewasa dapat menjadi sumber bantuan dan dukungan
emosional yang penting. Kemampuan untuk berbicara secara
terbuka akan pengalaman mereka dapat membantu sebagian
orang untuk menemukan makna dan koheresi dalam transisi
kepada kondisi menjanda/menduda.

Bagi wanita, khususnya, derita akibat kehilangan dapat menjadi


katalisator bagiintrospeksi dan pertumbuhan untuk
mengungkapkan aspek diri yang tenggelam dan belajar hidup
mandiri. Semakin sadar mereka akan mortalitas diri sendiri,
menjadikan mereka mengevaluasi ulang kehidupan mereka
dalam rangka mencari makna personal. Dalam proses tersebut,
mereka mungkin akan melihat kembali pernikahan mereka
dengan lebih realistis. Sebagian kembali bersekolah atau
menemukan pekerjaan baru. Dengan ketersediaan wanita yang
jauh melebihi jumlah pria, para duda lansia berkecendrungan
empat kalilipat menikah kembali dibandingkan para janda.
Biasanya dalam setahun kebutuhan akan intimasi bisa
menjadisalah satu faktor. Jika sang suami memiliki teman
tempat berkeluh kesah, demikian pula istrinya, walaupun para
226

istri (yang memiliki pertemanan intim lebih banyak) lebih


cendrung berkeluh kesah pada orang di luar pernikahan.

Kehilangan Orang Tua Pada Masa Dewasa

Hanya sedikit perhatian diberikan kepada pengaruh


kematian orang tua pada diri anak yang sudah dewasa. Dengan
harapan hidup yang lebih panjang pada saat ini, kehilangan ini
terjadi pada masaparuh baya. Mayoritas anak (dewas) yang
berduka masih mengalami penderitaan emosional, mulai dari
perasaan sedih dan menangis hingga depresi dan berpikiran
buruk untuk bunuh diri, setelah satu sampai lima
tahun,terutama setelah kehilangan sang Ibu. Walaupun
demikian, kematian orang tua dapat menjadi pengalaman yang
mendewasakan. Kondisi tersebut dapat mendorong orang
dewasa menyelesaikan masalah perkembangan penting:
mencapai rasa akan keberadaan diri yang lebih kuat dan
kesadaran yang lebih menekan serta realistis terhadap
mortalitas mereka sendiri beriringan dengan rasa tanggung
jawab, komitmen, dan keterikatan kepada orang lain yang lebih
besar.

Kematianorang tua sering kali membawa perubahan pada relasi


lainnya. Anak (dewasa) yang berduka bisa jadi mendapatkan
lebih banyak tanggung jawab terhadap orang tuanya yang masih
hidup dan dalam menjaga kesatuan keluarga. Emosi duka yang
intens dapat lebih mendekatkan saudara kandung, atau mereka
dipinggirkan akibat perbedaan yang muncul sepanjang masa
puncak sakit orang tua. Kematian orang tua membebaskan anak
(dewasa) untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan energi
pada hubungan yang secara temporer terabaikan agar dapat
memenuhi tuntuan perawatan. Atau kematian bisa jadi
memungkinkan anak (dewasa) untuk melepaskan hubungan
yang dipertahankan demi memenuhi harapan orang tua.
227

Kematian orang tua yang kedua dapat memiliki pengaruh


yang besar. Pada saat itu anak(dewasa) merasa penajaman rasa
mortalitas akibat hilangnya generasi lebih tua yang merupakan
penyangga . kesadaraan itu dapat menjadi peluang untuk
pertumbuhan , mengarah kepada pandangan akan hidup yang
lebih dewasa dan apresiasi terhadap nilai hubungan personal
yang lebih besar . kesadaran finalitas kematian dan
ketidakmungkinan untuk mengatakan sesuatu kepada orang tua
yang telah meninggal memotivasi beberapa orang untuk
menyelsaikan gangguan dalam ikatan mereka terhadap
kehidupan ketika masih ada waktu yang tersisa . Sebagai orang
bergerak kearah rekonsiliasi dengan anak(dewasa)mereka.
Terkadang saudara kandung yang saling menjauh mencoba
untuk memperbaiki jarak tersebut akibat adanya kesadaran
bahwa orang tua memberikan ikatan antara mereka sudah tidak
ada lagi .

Kehilangan Anak

Pada masa lalu, bukanlah sesuatu yang aneh jika orang


tua menguburkan anaknya, sebagaimana yang dilakukan oleh
ibunda Lousa May Alcott. Pada saat ini, dengan kemajuaan
medis dan peningkatan harapan hidup dinegara maju , kematiian
bayi telah mencapai catatan yang rendah , dan anak dapat
bertahan hidup pada tahun pertama jehidupan
berkecenderungan lebih besar untuk terus hidup sampai usia tua
.
Orang tua jarang mempersiapkan diri secara emosional
bagi kematian seorang anak. Kematiian seperti itu, tidak masalah
pada usia berapa , datang sebagai hantaman kasar yang tidak
alamiah , peristiwa yang normalnya terjadi pada saat yang tidak
seharusnya terjadi.Orang tua dapat merasa mereka telah gagal,
terlepas seberapa besar mereka dicintai dan diindahkan oleh
sang anak , dan mereka akan merasa berat untuk merelakannya
228

Apabila pernikahan kedua orang tua tersebut kuat,


pasangan tersebut mungkin akan saling mendekatkan diri , saling
mendukung dengan berbagi duka mereka . Tapi dikasus lain ,
kehilangan tersebut telah melemahkan dan pada akhirnya
menghancurkan pernikahan . Stres akibat kehilangan seorang
anak bahkan dapat mempercepat kematian orang tau .
Walaupun tiap orang tua yang berduka harus
menghadapi duka dengan cara mereka sendiri, sebagian telah
menemukan bahwa menenggelamkan diri dalam perkerjaan ,
hobi , dan relasi lain atau bergabung dengan support group
dapat meringankan rasa sakit tersebut. Penulis chile ,Isabel
Allende menulis memori keluarga ketika duduk disamping
tempat tidur putri nya yang koma dan sekarat . Beberapa
sahabat sang anak menyatakan kepada orang tua agar tidak
tenggelam dalam duka, akan tetapi yang seharusnya mereka
lakukan adalah mengingat anak tersebut dalam cara yang
berarti.

Duka Akibat Keguguran

Pengalaman kehilangan seseorang (atau pasangan)


merupakan sesuatu yang unik,sulit untuk menggeneralisasi cara
orang-orang menghadapi kehilangan ini. Mereka cenderung
mengandalkan strategi dan sumber daya batin dan naluriah
.Perbedaan dalam cara pria dan wanita berduka dapat menjadi
sumber keteganggan dan percekcokan dalam hubungan
pasangan tersebut . Dalam sebuah studi kecil , 11 pria yang anak
nya meninggal in utero dilanda frustasi dan rasa tidak berdaya
selama dan setelah persalinan , tetapi beberapa di antara
mereka menemukan ketenangan dengan mendukung pasangan
mereka . Dalam studi lain, orang tua yang berduka menyadari
bahwa pasangan dan keluarga besarnyalah yang membantu dan
dokter yang paling tidak membantu . Beberapa orang tua yang
229

berduka mendapatkan manfaat dari kelompok support ,dan


sebagiaan yang lain tidak mendapatkan apapun . pasangan yang
pernah kehilangan bayi nya membutuhkan penanganan ekstra
simpati pada kehamilan berikutnya ,walaupun sekali lagi ,
respons yang didapat bisa jadi berbeda-beda satu dengan yang
lain .

11. Isu-isu Medis , Legal , dan Etis :”Hak untuk Mati “

Berikut ini beberapa pertanyaan sulit berkaitan dengan


moral, etika , dan masalah legal yang dihadapi individu , keluarga
, dokter dan masyarakat. Pertanyaan yang mengandungkualitas
khidupan dan karakteristik alamiah serta kondisi kematian

Bunuh Diri

Walaupun bunuh diri bukan lagi dikatakan tindakan


kriminal dalam masyarakat modern, masih ada stigma yang
menentangnya, didasarkan pada larangan religi dan kepentingan
masyarakat dalam mempertahankan kehidupan . Seseorang
yang mengekspresikan pemikiran bunuh diri dapat dianggap
sering kali dengan alasan yang baik sakit secara mental .Disisi lain
,ketika usia bertambah, bertambah pula resiko penyakit
degeneratif jangka panjang , bertambah banyak orang yang
menganggap pilihan sadar seorang dewasa untuk mengakhiri
hidupnya merupakan keputusan rasiaonal dan memiliki hak
untuk dipertahankan.

Statistik mungkin mengaburkan jumlah bunuh diri, karna


banyak yang tidak dilaporkan dan sebagiaan yang lain
(seperti”kecelakaan”lalu lintas dan “kekeliruaan “meminum
dosis obat)tidak dikenali sebagai tindakan bunuh diri .Juga ,
gambaran tentang bunuh diri sering kali tidak memasukan
percobaan bunuh diri , diperkirakan 10 sampai 40 persen orang
yang melakukan bunuh diri telah mencoba melakukan hal
230

tersebut sebelumnya. Sebuah studi nasional menemukan bahwa


60 persen cedera yang dilakukan sendiri ditangani diruang gawat
darurat rumah sakit Amerika Serikat , terutama dikalangan
remaja putri dan wanita muda, merupakan percobaan bunuh diri
dan 10 persen merupakan kemungkinan percobaan .
Di sebagiaan besar negara, tingkat bunuh diri meningkat
sejalan dengan usia dan lebih tinggi dikalangan pria ketimbang
wanita. Di A.S, walaupun lebih banyak wanita dibandingkan pria
yang mencoba bunuh diri , pria berkecendrungan empat kali
lipat untuk berhasil. Hal ini dikarnakan mereka cenderung
mengunakan metode yang dapat diandalkan seperti pistol api ,
sedangkan wanita biasanya lebih memilih racun . Orang asli
Amerika memilikitingkat bunuh diri yang tertinggi , diikuti oleh
kulit putih non-hispaik . Anggota kedua kelompok ini dua kali
lipat lebih besar dalam melakukan kecendrungan bunuh diri .
Walaupun sebagiaan orang yang mencoba bunuh diri
menyembunyikan rencana mereka dengan hati-hati, slalu ada
sinyal bahaya. Sinyal ini dapat berupa penarikan diri dari
keluarga atau teman,membicarakan hari akhir, kematian , atau
bunuh diri memberikan barang barang yang amat brarti baginya
, menyalahgunakan narkoba dan perubahan kepribadiaan ,
seperti kemarahan , kegundahan atau apati yang tidak biasa .
orang-orang yang akan membunuh diri mereka sendiri bisa jadi
mengabaikan penampilan mereka, menjauh dari pekerjaan atau
aktivitas rutin lain, mengeluhkan masalah fisik pdahal tidak ada
yang salah , atau makan dan tidur lebih bnyak atau lebih sedikit
dari biasanya . Mereka selingkali menunjukan sinyal depresi,
seperti kesulitan berkonsentrasi seperti tidak biasa,kehilangan
harga diri, dan merasa tidak berdaya , putus asa , cemas
berlebihan atau panik .
231

Bantuan dalam mengakhiri Hidup

Di Evanston , illinois , seorang pria berusia 70 tahun


mengunjungi istrinya (66 tahun )yang dirawat di rumah sakit
akibat menderita kanker dan dua kali stroke. Kemudian
,menggunakan bantal sebagai perendam suara , dia menembak
sang istri di jantung untuk mengakhiri penderitaannya ,
kemudian menembakan pistol tersebut kepada dirinya sendiri
.dia meninggalkan surat panjang yang menjelaskan bahwa
mereka telah merencanakan kematian mereka bersama-sama
.”peristiwa tersebut tampaknya merupakan euthanasia”ungkap
juru bicara rumah sakit.

euthanasia artinya”kematian yang baik”.suami ini


bertindak sebagaai contoh euthanasia yang aktif (mercy
killing).tindakan disengaja untuk memendekan umur untuk
mengakhiri penderitaan orang yang berpenyakit permanen
,untuk dapat meninggal dengan terhormat sedangkan
euthanasia pasif adalah tindakan disengaja menunda atau
menghentikan perawatan,sistem penunjang kehidupan atau
selang makanan yang dapat yang dapat memperpanjang
kehidupan pasien ,euthanasia aktif pada umumnya ilegal ,
sedangkan euthanasia pasif dalam beberapa kondisi adalah yang
legal .pertanyaan penting apakah euthanasia bersifat sukarela
,dengan kata lain ,apakah tindakan tersebut dilakukan
berdasarkan permintaan langsung .atau untuk melaksanakan
hasrat yang diekspresikan ,dari orang yang meninggal .
Bunuh diri berbantuan(assissted suicide) dimana petugas
kesehatan atau orang lain membantu seseorang mendapatkan
kematian akibat perbuatan sendiri , misalnya, dengan
mesresapkan atau memberikan obat atau memungkinkan
pasien menghirup gas mematikan , merupakan perbuatan ilegal
diberbagai tempat,tetepi padasaat ini berada dalam perdebatan
publik. Bunuh diri secara berbantuan secara prinsip mirip
232

dengan euthanasia aktif sukarela, dimana, misalnya, pasien


meminta , dan menerima, suntikan mematiakan . perbedaan
utamanya adalah dalam bunuh diri berbantuan orang yang ingin
menghabisi nyawanya melaksanakannya sendiri . semua variasi
bentuk ini terkadang disebut bantuan untuk mati .
advance directive perubahan sikap terhadap bantuan
untuk mati dapat diatributkan kepada perubahan terhadap
teknologi yang membuat pasien tetap hidup walaupun hal
tersebut bertentangan dengan keinginan si pasien dan terlepas
dari penderitaan yang dirasakan nya, dan terkadang bahkan
setelah otak , untuk segala tujuan praktis , tidak berfungsi .

Bahkan dengan advance directive ,banyak orang


meninggal dalam rasa sakit dalam perawatan panjang dan tidak
membuahkan hasil. Karna memperhatikan pandangan sejawat ,
tekanan medis yang diterima , atau komitmen filosofis untuk
mempertahankan hidup, para petugas medis dan perawat
mungkin akan meneruskan upaya”heroik “ ketimbang keinginan
pasien.
Dalam sebuah studi 5 tahun terhadap sekitar 9ribu
pasien dengan penyakit kritis dilima rumah sakit A.S. , para
dokter biasanya tidak menyadari permintaan pasien untuk tidak
ditolong dalam peristiwa gagal jantung. Menurut anggota
keluarga pasien yang telah meninggal dunia , 1dalam 10 pasien
ini tidak setuju dengan perawatan yang mereka terima .
komunkasi pasien , dokter yang jelas tentang pilihan dan
proyeksi adalah sesuatu yang jarang.

Temuan semacam itu bermuara pada pembentukan


gugus kualitas perawatan pada akhir masa kehidupan oleh
amerikan medical assotiation . banyak rumah sakit yang pada
saat ini memiliki komite etis yang menciptakan panduan ,
menggulas kasus , dan membantu dokter , pasien , dan
keputusan keluargamereka dengan perawatan menjelang ajal .
233

Sikap terhadap euthanasia dan bunuh diri


berbantuan.sebagian pengacara etika melegalisasikan semua
bentuk euthanasia dan bunuh diri berbantuan sukarela ,dengan
pencegaahan terhadap euthanasia yang tidak sukarela . mereka
berpendapat bahwa isu kuncinya bukan bagaaimana kematian
terjadi tetapi siapa yang membuat keputusan . bahwa tidak ada
perbedaan dalam prinsip antara menari kabel alat bantu
pernapasan dan memberikan suntikan mati atau memberikan
resep over dosis , dan bahwa orang yang kompeten secara
mental harus mendapatkan hak untuk mengontrol kehidupan
dan kematian nya sndiri. Mereka bersih keras bahwa bantuaan
untuk mati , jika tersedia secara terbuka , akan mengurangi
ketakutan dan keputusasaandengan memungkinkan pasien
mengontrol takdir mereka .

kelompok yang lain bersih keras akan adanya perbedaan


antara euthanasia pasif, dimana keadaan alamiah yang
mengizinkan tindakan tersebut dilakukan , dan yang
menyebabkan kematian secara langsung . mereka berpendapat
bahwa bantuan denganbantuan tenaga medis pada giliran nya
akan secara tidak terhindarkan mengarah kepada euthanasia
aktif , karna dosis yang dietapkan sendiri tidak selalu berhasil .
mereka mempringatkan bahwa langkah berikutnya pada”
tangga yang licin” tersebut akan menjadi euthanasia tidak
sukarela , terutama bagi pasien yang tidak dapat
mengekspresikan keinginanmereka. Mereka mengklaim bahwa
orang-orang yang ingin meninggal seringkali mengalami depresi
secara temporer dan bisa jadi merubah pikiran mereka dengan
perawatan atau paliatif care .

Berdasarkan poling nasional terhadap orang awam yang


memenangkan bantuan untuk mati dengan perbandingan
3banding 1, beberapa tenaga medis meluluskan permohonan
pasien untuk melakukan hal tersebut . survei bersekla nasional
234

terhadap 1.902 tenaga medis yang spesialisasi nya melingkupi


perawatan pasien yang sekarat menemukan bahwa , dari
mereka yang mendapat permintaan bantuan untuk bunuh diri
(18 pasien)atau suntik mati (11pasien), sekitar 7persen telah
melaksanakan permintaan tersebut paling tidak 1 kali . dalam
poling terhadap 352 dokter , hampir 3 dari 4 orang bahwa
mereka harus diizinkan membantu pasien dengan penyakit
permanen untuk meninggal dengan bermartabat , 37 persen
menyetujui pemberiaan jalan untuk bunuh diri , dari sekitar
13persen menyatakan bahwa mereka akan mengatur suntikan
yang mematikan .

Usaha melegalisasi bantuan tenaga medis untuk


meninggal . pada september 1996 ,seorang pria Australia berusia
66 tahun dengan kanker prostat yang berat merupakan orang
pertama yang meninggal dunia dengan menggunakan bunuh
diri berbantuan yang legal . dibawah ini uu yang dikeluarkan di
daerah utara , dia menekan tombol komputer yang mengatur
dosis obat tidur yang mematikan. Pada 1997 hukum tersebut
dicabut.
Pilihan mengakhiri hidup. Salah satu hasil positif dari
kontrofersi bantuan untuk mati adalah perhatian terhadap
kebutuhan paliatif care yang lebih baik dan perhatian yang lebih
dekat kepada motivasi serta kondisi pasien. Permintaan bantuan
untuk mati dapat memberikan awal untuk mengeksplorasi
alasan dibalik permintaan tersebut. Ketika dokter berbicara
secara terbuaka dengan pasien akan simtom fisik dan mental
mereka , harapan mereka , ketakutan dan tujuan mereka, pilihan
mereka untuk perawatan dipenghujung usia , perhatian keluarga
mereka ,dankebutuhan mereka terhadap makna dan kualitas
hidup . ada banyak cara yang mugkin ditemukan untuk
menghilangkan berbagai masalah ini tanpa bunuh diri dengan
bantuan medis .
235

Menemukan Makna dan Tujuan dalam Kehidupan dan


Kematian

Karakter sentral dalam the Death of ivan Llyich didera


oleh penyakit mematikan . dan yang lebih menyakitkan dari sakit
pada fisik adalah siksaan pada batin . dia menanyakan kepada
diri sendiri berulang kaliapa makna dari deritanaya ini , dan dia
menjadi yakin bahwa kehidupan nya tanpa tujuan dan kematian
nya sama tidak bermaknanya . walaupun demikian , sejalan
dengan waktu , dia mengalami pencerahan spiritual perhatian
terhadap istri dan anaknya , yang meberikannya momen
integritas final dan memungkinkan nya untuk melakukan teror .

Penolakan terhadap kematianlah yang secara


parsialbertanggung jawab atas orang-orang yang menjalani
kehidupan yang kosong dan tanpa tujuan :karena ketika anda
hidup seakahidup untuk selamanya ,maka menunda sesuatu
yang seharusnya dilaksanakan nya merupakan sesuatu yg
mudah .

Menggulas kehidupan

Penggulasan kehidupan tentu saja dapat dilakukan kapan


saja . walaupun demikian , hal tersebut memiliki makna khusus
pada masa tua, ketika hal tersebut dapat mendorong intergritas
ego , tugas final tentang usia . ketika akhir dari perjalanan
senakin dekat, orang-orang mungkin akan melihat kembali
prestasi dan kegagalan dan bertanya kepada diri mereka sendiri
apakah kehidupan mereka memiliki makna . kesdaran akan
mortalitas bisa jadi energi untuk menilai kembali nilai dan
memandang pengalaman dan tindakan seseorang dari sisi yang
baru . sebagian orang menemukan niat untuk menyelsaikan
tugas yang belum terselsaikan , seperti , berdamai dengan
angota keluarga atau teman yang dijauhi, dan karna itu
236

mencapai perasaan yang memuaskan . tidak semua kenangan


sama kondusifnya terhadap kesehatan dan pertumbuhan
mental . lansia yang mengunakan reminiscance untuk
memahami diri menunjukan integritas ego terkuat , sedangkan
yang hanya mengingat memori yang menyenangkan
menunjukan tingkat integritas yang lebih rendah . yang
menyesuaikan diri lebih buruk lagi adalah mereka yang terus
mengingat peristiwa negatif dan teropsesi dengan penyasalan ,
keputusasaan , dan rasa takut akan kematiaan , integritas ego
mereka memberikan jalan kepada keputusan . tetapi ulasan
kehidupan dapat membantu fokus terhadap proses alamiah
perenungan hidup dan menjadikan nya lebih sadar ,bermakna ,
dan efisien .metode yang kerap digunakan untuk mrnyingkap
kenangan dalam tetapi renunggan hidup (yang bisa pula
digunakan oleh seseorang terhadap diri mereka sendiri)
mencakup menuliskan atau merekam autobiografi seseorang ,
membangun pohon keluarga , membicarakan buku corat-coret ,
album foto ,surat tua , dan memorabilia lain : membuat
perjalanan kembali kepada secene masa anak-anak dan masa
dewasa muda: reuni dengan teman sekelas atau sekuliah atau
anggota keluarga yang jauh : mengambarkan tradisi etnis: dan
merangkum karya seseorang .

Perkembangan :Proses seumur Hidup

Kematian dapat menjadi pengalaman perkembangan .


sebagaimana yang dikatakan oleh seseorang praktisi kesehatan ,
“...ada berbagai hal yang didapat dan diselsaikan pada saat
menjelang ajal”. Waktu yang ada dan bagi mereka yang sudah
dekat dan mencapai rasa sejati nilai diri dan kesiapan untuk
“berangkat” merupakan elemen tak ternilai dari sebuah
kematian yang baik” jenis kematian yang dideskripsikan Louisa
may alcott di little women .
237

Dengan rentang usia yang terbatas , tidak ada orang


menyadari semua kemampuan , mewujutkan semua keinginan ,
mengeksplorasi semua ketertarikan, dan mendapatkan semua
kekayaan yang ditawarkan oleh kehidupan . ketegangan antara
kemungkinan untuk tubuh menentukan kehidupan manusia .
dengan memilih peluang mana yang ingin dikejar dan dengan
terus mengikutnya sejauh mungkin, bahkan sampai ujung
terakhir , tiap orang memberikan kontribusi kepada kisah
perkembangan manusia yang belum berakhir .

2.7.Pandangan Islam Mengenai Masa Dewasa Akhir


Fase usia lanjut yang dalam Islam disebut arzal al-‘umr
atau disebut juga syuyukh, Ciri-ciri usia lanjut: 1) merupakan
periode kemunduran, 2) perbedaan individual pada efek menua
3) usia tua dinilai dengan criteria yang berbeda. Tahapan ini oleh
Rasulullah dinamakan masa "pergulatan maut" yaitu masa umur
enam puluh hingga tujuh puluh tahun.
Masalah umum bagi usia lanjut adalah keadaan fisik
lemah dan tak berdaya sebagaimana firman Allah dalam (QS Ar-
Rum ayat 54), yaitu artinya: "Allah, Dialah yang menciptakan
kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah
yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa."
Adapun umur yang paling baik adalah umur yang
dipergunakan untuk hal-hal positif yang sesuai dengan
kemampuannya Rasulullah bersabda: " Sebaik-baik kamu ialah
orang yang panjang umurnya dan baik pula amalannya". Dia
harusnnya berpikir bahwa tidak akan hidup kekal di dunia, jika
dia tidak berpikir seperti itu maka dalam jiwanya akan selalu
diliputi perasaan was-was akan kehilangan apa yang telah dia
238

usahakan selama hidupnya. Allah berfirman dalam (QS Al-


Munafiqun ayat 9), yaitu artinya: "Hai orang-orang beriman,
janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka
mereka Itulah orang-orang yang merugi"
Dalam usia 63 Nabi dan para sahabat telah wafat hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada alasan untuk mengadukan bahwa
umurnya pendek setelah Allah membiarkannya hidup hingga
usia enam puluh. Sering mengingat mati mengandung faedah
yang berkesan diantaranya qana'ah dan selalu membiasakan diri
mengerjakan amal saleh yang menjadi bekal manusia diakhirat.

1. Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Sebagai Seorang Muslim


Ketika Memasuki Usia Lanjut:
a. Mensyukuri umur panjang
Umur panjang adalah anugrah Allah SWT, kadang seorang
anak mendahului kematian orang tuanya, seorang adik
mendahului kakaknya, kadang orang yang sehat mendahului
orang yang sakit selama bertahun-tahun.
Semua itu adalah rahasia Allah SWT, ditangan-Nya lah semua
terjadi, Allah memberi usia panjang berarti Allah memberikan
peluang dan kesempatan untuk beramal shaleh, peluang untuk
bertobat, bukan untuk diperingati setiap tahun dengan meniup
lilin dan potong kue yang diselingi dengan ucapan “Happy
birthday to you, selamat panjang umur kami ucapkan”

Hadits diterangkan:
“Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang hari ini lebih baik
dari hari kemarin, maka ia itu beruntung, dan barangsiapa yang
hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia itu rugi, dan
barangsiapa yang hari ini lebih jelek dari hari kemarin , maka ia
itu terlaknat”
239

Dalam Al-Qur’an diterangkan (Q.S Al-Hadid: 16)


“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman,
untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada
kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan
Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di
antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Ayat itu menggugah kita agar bertambah usia bertambah pula
pengabdian yang kuat kepada Allah SWT.

b. Menggunakan waktu seefektif mungkin hanya beribadah


kepada Allah SWT
Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun
menjalaninya dengan sangat tidak terasa, sebaiknya kita
mengisinya dengan torehan tinta emas yang mencatatkan
amalan shaleh yang kelak di akhirat akan langsung diperlihatkan
kepada kita bahkan dipersilahkan membacanya secara rinci.
Pada hari itu umat manusia akan dibuat terpana sebagaimana
yang dikisahkan dalam Al-Qur’an (Q.S al-Kahfi: 49)
“dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang
bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya,
dan mereka berkata: "Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang
tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar,
melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang
telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak
Menganiaya seorang juapun".

c. Hasanah di Dunia dan Hasanah di Akhirat


Setiap oaring pasti mendambakan kebahagiaan dunia
dengan fasilitas-fasilitas yang mencukupi kebutuhan hidupnya,
baik rumah mewah, mobil mewah, harta berlimpah, dsb. Tapi,
walau kerja keras, tidak semua orang meraihnya. Bagi seorang
240

muslim yang yakin akan hari akhir, tentu saja tidak akan berpikir
untuk meraih kebahagiaan dunia saja, tetapi berpikir untuk
menyiapkan bekal masa depan yang abadi yaitu kebahagiaan di
akhirat nanti.
Berkaitan dengan hal ini, ada 4 kelompok manusia:
 Orang yang meraih Hasanah di Dunia dan di Akhirat
 Orang yang meraih Hasanah di Dunia tapi di Akhirat
mendapat Sayyi’ah (penderitaan)
 Orang yang meraih Sayyi’ah di Dunia tapi di Akhirat
mendapat Hasanah
 Orang yang meraih Sayyi’ah di Dunia dan di Akhirat
Untuk itu, hendaknya setiap muslim berusah untuk
mendapatkan Hasanah di Dunia dan di Akhirat, sesuai dengan
do’a yang diajarkan di dalam al-Quran; (Q.S al-Baqoroh: 201)
“dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami,
berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah Kami dari siksa neraka".

d. Jangan ragu-ragu dalam beramal shaleh walaupun sudah


berusia lanjut, usahakan saja karena jangankan di hari
akhir nanti, kadang di duni sudah dapat merasakan
hasilnya, berupa kepuasan, kebahagiaan, dimana
hasilnya bisa dirasakan manfaatnya oleh orang lain.

e. Siapkanlah “tiga jongko” Tiga jongko disini yaitu investasi


yang akan
mengalir terus pahalanya walaupun yang bersangkutan
sudah meninggal dunia. Diantaranya:
 Shadaqatin Jariyatin (Sedekan Jariah)
 ‘Ilmin Yuntafa’u Bihi (Ilmu yang bermanfaat)
 Waladin Shalihin Yad’u Lahu (Anak shaleh yang selalu
mendoakan orang tuanya)
241

Pahalanya yaitu rahmat Allah yang tiada taranya, Surga


yang Abadi

f. Sering mengingat akan kematian


(Q.S al-Jumuah: 8)
“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari
daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui
kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
Ayat ini mengingatkan bahwa bagaimanapun manusia
berusaha untuk menghindari kematian, tetap saja kematian
akan menjemputnya, dan tidak sekedar mati tapi harus
mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya dihadapan
Allah SWT.

2. Etika Kita Sebagai Anak Kepada Orang Tua


a. Janganlah sekali-kali kita berbicara “ah” kepada orang
tua dan berbicaralah dengan sopan santun dan penuh
hormat. (Q.S al-Isra: 23-24)
“dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia”. (23).
“dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil". (24)
242

b. Bersyukurlah kepada orang tua. (Q.S. Luqman: 14)


“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.

c. Bergaulah dengan baik, walaupun mereka


memerintahkan kepada hal yang bertentangan dengan
agama. (Q.S Luqman: 15)
“dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
d. Jadikanlah orang tua itu sebagi peluang untuk masuk
surga
Dari Abu Hurairah ra berkata; Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh kecewa (3x) dan hina siapa yang mendapatkan salah
satu dari kedua orang tuanya sampai usia lanjut, kemudian ia
tidak dapat masuk surga (karena tidak dapat berbakti kepada
mereka)” (HR. Muslim)

e. Dahulukan perintah orang tua sebelum melaksanakan


panggilan jihad.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, berkata; seorang laki-laki
datang kepada Nabi SAW, maka ia meminta izin untuk pergi
berperang, maka Nabi bertanya: “Apakah kedua orang tuamu
masih hidup? Ia menjawab: Ya! Maka sabda Nabi: “ Pada
mereka berjuanglah kamu (dengan berbuat baik kepadanya).
(HR. Bukhari)
243

f. Dahulukan memenuhi panggilan ibu daripada bapak.


Dari Abi Hurairah ra, berkata: Seseorang datang kepada Nabi
SAW dan bertanya: “Siapakah yang paling berhak aku layani
dengan sebaik-baiknya? Jawab Nabi: Ibumu, ia bertanya: Lalu
siapa? Jawab Nabi: Ibumu, ia bertanya: kemudian siapa? Jawab
Nabi: Ibumu, ia bertanya: Kemudian siapa lagi? Jawab Nabi:
Bapakmu”. (HR Muttafaq alaihi)

g. Cara berbuat baik kepada orang tua yang sudah


meninggal.
Dari Abu Usayyid (Malik bin Rabi’ah) as-Sa’idi berkata: “Ketika
kami duduk di sisi Rasulullah SAW tiba-tiba datang seseorang
dari bani SAlamah bertanya: Ya Rasulullah! Apakah masih ada
jalan untuk berbakti kepada kedua oaring tuaku setelah mereka
meninggal? Jawab Rasul: Ya! Mendo’akan keduannya,
memohonkan ampun untuk keduanya, menunaikan janjinya
(wasiat) setelahnya, menghubungkan silaturahmi yang tidak
bisa dihubungkan kecuali karenanya dan menghormati
temannya”. (HR. Abu Daud)

3. Tugas Perkembangan Menurut Pandangan Islam:


a. Terinternalisasi sifat-sifat Rasul yang agung, sebab Nabi
Muhammad SAW diangkat menjadi rasul ketika usianya
menginjak 40 tahun. Sifat-sifat yang dimaksud seperti
jujur, dapat dipercaya, menyampaikan kebenaran, dan
memiliki kecerdasan spiritual.
b. Meningkatkan kesadaran akan peran sosial dengan niat
amal shalih.
c. Meningkatkan ketakwaan dan kedekatan kepada Allah
SWT, melalui perluasan diri dengan mengamalkan
ibadah-ibadah sunnah.
d. Mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi
kematian.
244

Pada fase ini, seseorang terkadang tidak mampu


mengaktualisasikan potensinya, bahkan kesadarannya
menurun atau bahkan menghilang. Kondisi ini
disebabkan oleh menuanya syaraf-syaraf dan organ-
organ tubuh lainnya, sehingga terjadilah kepikunan (al-
haram).

Daftar Pustaka

Papalia.E,Diane.dan Sally. Dan Ruth., 2008, Human


Development, Jakarta: Kencana

Masbow.2010.Perkembangan Dewasa Akhir [Online] Tersedia di


http://www.masbow.com/2010/09/perkembangan-dewasa-
akhir.htm(07 Desember 2011)

Masturdi.2010.Perkembangan Dewasa Akhir(online) Tersedia


dihttp://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/perkembangan-
dewasa-akhir.html
245

BAB XI
METODE PENELITIAN DALA PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

11.1. Pengertian
Pendekatan yang digunakan para ahli psikologi
perkembangan untuk secara sistematik mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai perubahan-perubahan
perilaku dan proses mental yang terjadi sepanjang rentang
kehidupan manusia, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Objektif
b. Sistematik
c. Replikatif

11.2. Pendekatan dalam Penelitian Perkembangan


Dalam metode penelitian psikologi perkembangan ada
beberapa pendekatan yang digunakan diantaranya:

1. Pendekatan Cross Sectional


Dalam desain cross-sectional peneliti mempelajari dua atau
lebih kelompok usia pada waktu yang bersamaan dan
membandingkan hasilnya. Perbandingan tersebut mungkin
antara usia yang berbeda dalam periode hidup yang sama,
misalnya membandingkan kemampuan sosialisasi anak usia
6 tahun dan l0 tahun. Atau perbandingan antara kohort
dalam periode hidup yang berbeda misalnya
membandingkan kernampuan mengingat individu usia 18
tahun dan usia 80 tahun.
Jadi dalam desain crosss-sectional, peneliti melakukan
perbandingan variabel tertentu dari beberapa kelompok
subjek dengan variasi usia pada waktu yang bersamaan.
Misalnya ingin meneliti perkembangan bahasa pada anak
246

antara usia 2 tahun sampai 6 tahun, maka peneliti


membandingkan kemampuan berbahasa kelompok anak
usia 2 tahun, anak usia 3 tahun, usia 4 tahun, 5 tahun dan 6
tahun pada waktu bersamaan.
Masalahnya adalah tidak ada cara untuk rnenjelaskan
perbedaan yang muncul berhubungan dengan usia yang
merupakan hasil dari perkembangan atau karena
perbedaan kohot. Keterbatasan desain ini adalah tidak
memperlihatkan pola dari perubahan di dalam diri individu,
karena kita meneliti perubahan yang terjadi pada individu
yang berbeda

Time of Measurement
Cohort 1975 1985 1995 2005
1955 50 tahun
1965 40 tahun
1975 30 tahun
1985 20 tahun

2. Pendekatan Longitudinal
Pada desain longitudinal peneliti mempelajari individu dari
usia yang sama diikuti selama berminggu-minggu, bulan,
tahun, atau dekade. Misalnya meneliti perkembangan
bahasa anak usia 2 tahun sampai 6 tahun, maka kita meneliti
subjek yang sama mulai usia dua tahun diikuti sampai usia 6
tahun dan diamati kemampuan bahasanya.
247

Desain ini memberikan informasi yang berharga tentang


perkembangan, karena kita bisa mengikuti perubahan
secara berkesinambungan sehingga perubahan yang terjadi
pada individu bukan disebabkan oleh perbedaan kohort.
Masalah yang muncul dari desain ini adalah apakah
perubahan yang terjadi karena perkembangan dari individu
atau akibat perubahan dalam iklim sosial masyarakat.
Masalah lain adalah bisa terjadi practice-effect, yaitu karena
pengulangan tes yang diberikan kepada individu dapat
menjadikannya familiar dengan tipe tes tersebut.

Time of Measurement
Cohort 1975 1985 1995 2005
1955 20 tahun 30 tahun 40 tahun 50 tahun
1965
1975
1985

3. Pendekatan Sequential
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dimunculkan
kedua desain di atas, maka Wamer Schaie (1983)
memperkenalkan desain sequential, yaitu dua atau lebih
usia diperiksa dalam situasi cross-sectional, dan kemudian
setelah beberapa tahun, kohod yang sama di periksa ulang
untuk mendapatkan data lohgitudinal.

Contohnya, ingin meneliti perkembangan bahasa anak usia


2 lahun sampai 5 tahun, maka kelompok subjek usia 2 tahun
dan 4 tahun diperiksa kemampuan bahasanya, satu tahun
248

kemudian kelompok subjek tersebut diperiksa kembali


kemampuan bahasanya. Dengan demikian dalam waklu satu
tahun kita bisa memeriksa perkembangan kemampuan
bahasa anak pada usia 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan 5
tahun. Waktu yang diperlukan pada desain sequential lebih
singkat daripada desain longitudinal, namun tetap saja
desain sequential membutuhkan biaya yang besar dan
waktu.

Combine other designs into a single study


Time of Measurement
Cohort 1985 1995 2005
1955 Group A Group A
30 th 40 th
1965 Group B Group B Group B
20 th 30 th 40 th
1975 Group C Group C
20 th 30 th

Allows cross-sectional, longitudinal, and time lag comparisons

Time of Measurement
Cohort 1975 1985 1995 2005
1955 20 tahun
1965 20 tahun
1975 20 tahun

1985 20 tahun
249

4. Pendekatan Cross Cultur


Suatu pendekatan dalam penelitian desain cross-cultur
peneliti mempelajari dua atau lebih kelompok
budaya/suku/etnis pada waktu yang bersamaan dan
membandingkan hasilnya. Perbandingan tersebut mungkin
antara usia yang berbeda dalam periode hidup yang sama,
misalnya membandingkan kemampuan kognitif atau
psikososial.

11.3. Metode dalam Penelitian Perkembangan

Adapun metode yang sering digunakan dalam penelitian-


penelitian perkembangan diantafanya sebagai berikut:
1. Metode Spesifik
a. Metode Observasi (Natural and Controlled)
Naturalistic Observation
• Observasi perilaku dan prose mental dlm konteks
alamiah
• Observasi mencerminkan kehidupan anak-anak
sehari-hari
• Kondisi-kondisi yang mendasari perilaku anak tidak
bisa dikontrol
• Kehadiran observer
Controlled Observation
• Observasi perilaku dan proses mental di sebuah
laboratorium
• Kondisi-kondisi observasi sama untuk semua anak
• perilaku yang muncul mungkin tidak sama dengan
perilaku mereka sehari-hari

Adapun dalam observasi tersebut harus memenuhi hal


sebagai berikut:
250

• Prosedur
1. Specimen Record: mencatat apa saja yang dilakukan
dan dikatakan subjek dalam periode waktu tertentu
2. Event Sampling: hanya mencatat perilaku atau
peristiwa tertentu yang menjadi fokus kajian pada
periode waktu tertentu
3. Time Sampling: hanya mencatat perilaku atau
peristiwa yang terjadi pada interval waktu tertentu.

• Limitasi
1. Observer influence: kecenderungan subjek untuk
bereaksi terhadap kehadiran observer dan berperilaku
dlm cara-cara yg tidak alamiah
2. Observer bias: kecenderungan observer untuk
melihat dan mencatat perilaku yang diharapkan drpd
perilaku aktual subjek

2. Metode Eksperimen

Sebuah metode dimana peneliti mencoba untuk memahami


keunikan nilai-nilai dan proses-proses sosial sebuah budaya
atau sebuah kelompok sosial yang berbeda dgn cara tinggal
dengan anggota kelompok tersebut dan mencatatnya dalam
periode waktu yang lama
3. Metode Klinis
Sebuah metode di mana peneliti mencoba untuk
memahami keunikan individual anak dengan
mengkombinasikan data-data interview, observasi, dan test
mendapatkan gambaran lengkap tentang fungsi-fungsi
psikologis anak dan pengalaman-pengalaman yang
mempengaruhi hal fungsi-fungsi psikologis anak tersebut.
251

4. Metode Tes
Galvanic Skin Response
Heart Rate, Blood Pressure, Respiration Rate
Electroencephalograph (EEG)
Event Related Potentials (ERP’s)
Functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI)
Limitations

5. Metode Etnografi
Sebuah metode di mana peneliti mencoba untuk
memahami keunikan etnis, suku, atau budaya tertentu pada
sekolompok orang, umumnya dengan mengkombinasikan
data-data interview, observasi, dan test mendapatkan
gambaran lengkap tentang fungsi-fungsi psikologis.

6. Metode Klinis
Sebuah metode di mana peneliti mencoba untuk
memahami keunikan individual anak dengan mengambil
data record klinis yang panjang, mengkombinasikan data-
data tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap
tentang fungsi-fungsi psikologis anak melalui riwayat klinis.
252

BAB XII
LEMBAR OBSERVASI

Perkembangan Aspek Upaya pengembangan YA TK


A. Fisik 1. Kesehatan a. pengembangan pemahaman dan
2. Motorik (kasar sikap positif terhadap kondisi
& halus) fisiknya .
3. Pemahaman b. menyediakan sarana untuk
tentang bagian bermain atau berolahraga (
dan dan fungsi seperti : jungkitan,
tubuh perosotan,ayunan,dll )
c. melatih olahraga (seperti senam)
dan keterampilan ( mengaji,
menggunting, bernyanyi, )
d. mengembangkan kebiasaan
untuk memilihara kebersihan
dan kesehatan.
B. Kognitif Keberbakatan / a. mengenalkan angka,huruf dan
(kecerdasan) kretivitas / daya gambar (seperti : gajah dan
pikir / daya cipta geometri )
b. membiasakan anak untuk berani
mengungkapkan ide / gagasan
c. mendorong kemandirian anak
untuk melakukan tugas tugas
atau pekerjaan sendiri.
C. Emosi Kecerdasan a. membicarakan tentang perasaan
Emosional , baik sendiri maupun orang lain
(kematangan b. mengembangkan sikap dan
emosi ) kebiasaan saling menyayangi
dengan teman
c. menghormati pribadi anak
(seperti : bertutur katas opan,
mengucapkan/menjawab salam
anak dan tidak mencemoohkan
anak)
d. memberikan penghargaan
(seperti : pujian , ancungan
jempol dan hadiah).
D. Sosial 1. Kedisiplinan a. Mengembangkan sikap dan
2. Sikap toleransi kebiasaan untuk menaati tata–
tertib dan menjelaskan alasan
penerapannya
b. Mengembangkan sikap
kebiasaan untuk saling
menghormati, menolong dan
menjalin persahabatan.
253

E. Kesadaran 1. Akidah a. Mengenalkan rukun imam dan


beragama 2. Ibadah Islam
3. Akhlak b. Mengajarkan cara berwudhu
c. Mengajarkan bacaan dan
gerakan sholat
d. Memberikan contoh, latihan dan
dorongan kepada anak untuk
menghafal doa – doa, surat
pendek dan ayat pilihan
e. Mengajarkan baca tulis al qur’an
kepada anak
f. Mengenalkan para malaikat dan
tugas–tugasnya .
g. Mengenalkan dan membiasakan
anak untuk berpakain sopan
h. Mengenalkan kepada anak
tentang hal yang diharamkan
agama, seperti: mencuri,
berbohong,
i. bermusuhan dan berkelahi.
CATATAN:

FORMAT LAPORAN OBSERVASI PERKEMBANGAN:


1. COVER LAPORAN;
Judul : Ex; LAPORAN OBSERVASI PERKEMBANGAN
ANAK USIA DINI DI PAUD KARTIKA 2 BDL
Nama/Kelas/Smt : Siti Fajriah/B/I
2. BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah tentang Perkembangan AUD
3. BAB II PEMBAHASAN
Membahas Hasil Lembar Observasi
4. BAB III SIMPULAN
5. DAFTAR PUSTAKA
254

LEMBAR INTERVIEW
Perkembangan Hasil Wawancara Keterangan
A. Fisik

B. Kognitif

C. Psikososial

Data Pribadi Responden


Nama (Boleh Inisial):………………………………….
Usia:………………………………………………………….
Jenis Kelamin:……………………………………………
Pekerjaan:…………………………………………………

Peneliti, Subjek penelitian,

(.................................) (..........................)
Nama Terang Nama Inisial

Teknik Pelaporan:
Bahas Perkembangan Perkembangan Fisik, Kognitif, Psikososial
sesuai dengan Perkembangannya.

Anda mungkin juga menyukai