Anda di halaman 1dari 30

BAB III

STUDI PELAKSANAAN

3.1 TINJAUAN UMUM PROYEK

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yakni dilakukan turun ke


lapangan secara langsung. Pada saat berada di lapangan, penulis melakukan
wawancara dengan narasumber terkait yang sudah ahli pada bidangnya, sehingga
penulis bisa membandingkan ilmu yang ada di lapangan dan ilmu yang diberikan
di mata kuliah.

3.1.1 Identitas Proyek

Penulis mendapatkan identitas proyek ini langsung dari data umum


dari Proyek Gedung Laboraturium Teknik Universitas Muhammadiyah
Surabaya. Berikut ini data identitas dari Proyek Gedung Laboraturium
Teknik Universitas Muhammadiyah Surabaya.

a. Nama Proyek : Proyek Gedung Laboraturium Teknik


Universitas Muhammadiyah Surabaya
b. Lokasi Proyek : Jl. Sutorejo No.59, Dukuh Sutorejo,
Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya
c. Jumlah Lantai : 6 Lantai
d. Lingkup Pekerjaan : Struktur dan Arsitektur
e. Pemilik Proyek : Universitas Muhammadiyah Surabaya
f. Kontraktor Pelaksana : PT. Graha Muriatama Indonesia
g. Pengawas Proyek : Tim Pengembang Kampus
Universitas Muhammadiyah Surabaya
h. Konsultan Perencana : PT. Graha Muriatama Indonesia
i. Nilai Kontrak : Rp. 12.785.700.000,00
j. Waktu Pelaksanaan : 11 Bulan Kalender
k. Sifat Kontrak : Lump Sump
Gambar 3.1 Logo PT. Graha Muriatama Indonesia

(Sumber : PT. Graha Muriatama Indonesia)

3.1.2 Lokasi Proyek

Gambar 3.2 Lokasi Spesifik Proyek

(Sumber : Google Maps)


Lokasi spesifik Proyek Gedung Laboraturium Teknik Universitas
Muhammadiyah Surabaya, bertempat di Jalan Sutorejo No.59, Dukuh
Sutorejo, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya seperti yang sudah tertera
pada gambar diatas. Berikut ini lokasi lingkungan sekitar proyek.

a) Utara : Lahan Kosong


b) Selatan : Gedung Dakwah Universitas Muhammadiyah Surabaya
c) Timur : Kantor Kelurahan Dukuh Sutorejo
d) Barat : Gedung Rektorat Universitas Muhammadiyah Surabaya

3.1.3 Spesifikasi Material

Sebagai struktur utama, kolom pada Proyek Gedung Laboraturium


Teknik Universitas Muhammadiyah Surabaya menggunakan material
berbahan dasar baja, seperti yang tertera pada gambar kerja. Pemilihan baja
sebagai material untuk kolom yakni dengan mempertimbangkan berbagai
aspek, diantaranya:

a) Material baja dianggap lebih cepat dalam proses pengerjaannya,


mengingat waktu yang diajukan oleh owner juga sangat terbatas.
b) Material baja dianggap memiliki kekuatan lebih tinggi daripada material
lainnya. Terutama pada kuat tariknya.
c) Material baja sebagai struktur utama juga dianggap lebih efisien
mengingat fungsi utama dari proyek ini adalah sebagai gedung
laboraturium teknik yang mempunyai berbagai alat praktikum
berukuran besar dan panjang, dan pemilihan material baja sebagai
kolom utama struktur bangunan ini dianggap bisa memiliki bentangan
antar kolom yang panjang.
d) Seiring dengan cepatnya waktu pelaksanaan, maka semakin hemat pula
biaya upah untuk pekerja yang dikeluarkan oleh pihak pelaksana.
Jenis baja yang digunakan pada struktur kolom Proyek Gedung
Laboraturium Teknik Universitas Muhammadiyah Surabaya yakni baja H-
Beam dengan dimensi profil 350.350.12.19. Penulis hanya membahas
metode erection kolom baja lantai 1-4 saja. Untuk spesifikasi ukuran
panjangnya yakni 12 meter.

Untuk material selanjutnya yakni ada angkur jenis HTB dengan


ukuran diameter 22 milimeter. Kegunaan angkur ini adalah untuk pengikat
antara baseplate dan kolom pedestal, agar baja bisa berdiri diatas kolom
pedestal.

Selanjutnya ada material mur, baut, dan ring angkur jenis HTB
dengan ukuran diameter yang sama dengan diameter angkur yakni 22
milimeter. Kegunaan mur, baut dan ring ini adalah untuk mengencangkan
antara angkur dengan baseplate kolom baja.

Untuk jointer dan stiffener, menggunakan bahan plat baja dengan


ketentuan tebal 10 milimeter. Kegunaan jointer adalah sebagai sambungan
utama antara sambungan kolom baja dan balok baja. Dan kegunaan
stiffener untuk pengaku dari jointer tersebut.

Berikut ini adalah detail tabel spesifikasi material dari kolom baja
H-Beam lantai 1-4 Gedung Laboraturium Teknik Universitas
Muhammadiyah Surabaya.

Tabel 3.1 Spesifikasi Material Kolom Baja H-Beam Lantai 1-4

Jenis Material Dimensi Material


Baja H-Beam H-Beam 350.350.12.19
Angkur HTB Ø22 mm
Baut, Mur, Ring Angkur Ø22 mm
Plat Baja Tebal 10 mm
Sumber : PT. Graha Muriatama Indonesia

3.1.4 Detail Kolom Baja H-Beam

Pada saat pekerjaan persiapan, tentunya kontraktor harus


memperhatikan spesifikasi fabrikasi antara gambar shopdrawing yang
sudah disetujui oleh stakeholder dengan hasil fabrikasi yang ada di
lapangan. Seperti contoh dimensi ukuran baseplate yakni 600 mm x 600
mm, Dimensi jointer 56 mm x 20 mm.

Berikut ini adalah shopdrawing dari detail baja H-Beam lantai 1-4
pada Proyek Gedung Laboraturium Teknik Universitas Muhammadiyah
Surabaya.

Gambar 3.3 Detail Plat Flendes

(Sumber : PT. Graha Muriatama Indonesia)


Gambar 3.4 Detail Jointer Kolom Baja H-Beam dengan Balok WF

(Sumber : PT. Graha Muriatama Indonesia)

Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa bangunan material baja


membutuhkan tingkat ketelitian yang lebih tinggi dan lebih detail. Dengan
adanya gambar kerja ini akan memudahkan monitoring pada saat
pelaksanaan proses fabrikasi kolom baja, agar meminimalisir terjadinya
kesalahan fabrikasi. Karena jika ukuran tidak sesuai spesifikasi awal, maka
akan berakibat fatal pada proses pelaksanaan, salah satunya yakni pada
proses penyambungan antar elemen baja.
3.2 METODE PELAKSANAAN ERECTION KOLOM BAJA H-BEAM
LANTAI 1-4

Pokok pembahasan pertama yang akan dikupas penulis yakni tentang


metode pelaksanaan erection kolom baja H-beam lantai 1-4 pada Proyek Gedung
Laboraturium Teknik Universitas Muhammadiyah Surabaya. Berikut ini adalah
alur dari pelaksanaan erection kolom baja H-beam.

Gambar 3.5 Flowchart Pelaksanaan Erection Kolom Baja H-Beam

(Sumber : Data Pribadi Penulis)


Beberapa item pekerjaan tersebut dapat dikelompokkan lagi sesuai dengan
jenis pekerjaan masing-masing. Jenis pekerjaan tersebut terdiri dari pekerjaan
persiapan (pra pelaksanaan), pekerjaan pelaksanaan, dan pekerjaan pasca
pelaksanaan. Berikut ini adalah penjelasan lebih detail dari jenis pekerjaan tersebut.

3.2.1 Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan sebelum


proses pelaksanaan berlangsung dan menyangkut beberapa aspek untuk
mempersiapkan semua yang ada sesuai kondisi di lapangan untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan pada saat proses pelaksanaan di
lapangan. Sebagai contoh, pada pelaksanaan erection kolom baja pada
Proyek Gedung Laboraturium Teknik terdapat beberapa item pekerjaan
persiapan, seperti :

1) Pekerjaan persiapan shopdrawing.


2) Pekerjaan loading kolom baja yang sudah di fabrikasi ke lokasi sekitar
proyek.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan memaparkan lebih detail tentang
masing-masing item pekerjaan persiapan.

3.2.2 Pekerjaan Persiapan Shopdrawing

Seperti pada umumnya, shopdrawing adalah gambar kerja yang


menjadi acuan pelaksanaan di lapangan. Persiapan shopdrawing merupakan
salah satu item pekerjaan persiapan, dikarenakan pekerjaan ini harus di
selesaikan terlebih dahulu sebelum proses pelaksanaan erection kolom pada
Proyek Gedung Laboraturium Teknik Universitas Muhammadiyah
Surabaya. Fungsi utama dari pekerjaan ini adalah meminimalisir terjadinya
kesalahan yang akan terjadi pada proses pelaksanaan nantinya dan sebagai
salah satu acuan yang dilakukan di lapangan nantinya. Berikut ini adalah
alur pekerjaan persiapan shopdrawing pada proses pelaksanaan erection
kolom baja lantai 1-4 pada Proyek Gedung Laboraturium Teknik
Universitas Muhammadiyah Surabaya.

- Gambar rencana dirancang oleh pihak konsultan perencana yang dibuat


dan diserahkan sebelum berlangsungnya proyek sebagai dokumen
lelang yang akan di ajukan di dalam proses pengadaan.
- Shopdrawing yang dibuat oleh pihak kontraktor harus disetujui dan
harus dikoreksi oleh pihak pengawas lapangan untuk menjamin
memperoleh mutu dan metode yang sesuai dengan kesepakatan kontrak.
Apabila tidak disetujui oleh pihak pengawas lapangan, maka pihak
kontraktor bisa melakukan perbaikan pada shopdrawing setelah itu bisa
melakukan pengajuan lagi untuk selanjutnya disetujui oleh pihak
pengawas lapangan.
- Setelah disetujui oleh pihak pengawas lapangan, maka shopdrawing
diserahkan pada pihak site manager dan konsultan perencana untuk
disetujui.
- Setelah itu shopdrawing dapat disalurkan ke lapangan melalui mandor
yang akan membagikan tugas kepada para pekerjanya.
Gambar 3.6 Shopdrawing Kolom Baja Lantai 1-4

(Sumber : PT. Graha Muriatama Indonesia)

Gambar diatas adalah contoh shopdrawing pada pelaksanaan


erection kolom baja lantai 1-4 pada Proyek Gedung Laboraturium Teknik
Universitas Muhammadiyah Surabaya, yang menjelaskan titik lokasi kolom
baja yang akan dipasang beserta spesifikasi teknisnya.

3.2.3 Loading Baja Ke Lokasi Proyek

Baja yang sudah selesai di fabrikasi akan dibawa atau dipindahkan


ke lokasi proyek, hal ini yang dinamakan dengan proses loading baja.
Setelah dipindahkan, baja akan dikelompokkan sesuai dengan dimensinya
dan kebutuhannya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses lifting dan
proses erection agar meminimalisir terjadinya kesalahan pada saat
pengambilan baja.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses loading baja ini
adalah sebagai berikut :

- Proses mobilisasi, yang artinya proses ini memerlukan modal


transportasi yang efektif sehingga dapat mempersingkat waktu pada saat
proses pemindahan baja.
- Jarak tempuh, kebanyakan untuk proses fabrikasi baja dilakukan di
workshop atau pabrik baja itu sendiri. Hal ini dikarenakan peralatan dan
bahan tambahan di workshop atau pabrik baja lebih lengkap. Alasan
yang kedua adalah keterbatasan tempat di lokasi sekitar proyek,
kadangkala banyak juga pihak pelaksana yang memilih mengerjakan
proses fabrikasi di lapangan dikarenakan lokasinya yang masih cukup
luas dan aman, dan kadangkala banyak juga yang lebih memilih
melakukan proses fabrikasi di workshop atau pabrik baja itu sendiri
dikarenakan kondisi di lapangan sekitar proyek tidak memungkinkan
untuk melakukan pekerjaan fabrikasi. Jika pihak pelaksana memilih
untuk melakukan pekerjaan fabrikasi di workshop, maka mereka harus
memilih dan mencari workshop yang paling dekat dengan lokasi proyek
atau workshop yang sudah bisa diajak kerjasama. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir pembengkakan pada biaya dan pembengkakan
pada waktu. Semakin jauh lokasi workshop tersebut maka semakin
mahal pula biaya pengirimannya dan semakin banyak pula waktu yang
sudah terbuang.
- Tempat, seperti yang dibahas sebelumnya. Tempat merupakan hal
penting yang juga harus diperhatikan. Jika tempat di lokasi sekitar
proyek memungkinkan untuk dilakukan proses fabrikasi, maka lebih
dianjurkan melakukan proses fabrikasi disana. Hal ini bertujuan untuk
mempersingkat waktu pada saat loading baja. Kebetulan proses
fabrikasi baja pada Proyek Gedung Laboraturium Teknik Universitas
Muhammadiyah Surabaya dilakukan di sekitar lokasi proyek.
- Kesiapan operator alat berat, dimana pihak operator alat berat juga harus
siap dalam banyak hal yang mendukung proses loading baja ini. Proses
loading baja pada Proyek Gedung Laboraturium Teknik Universitas
Muhammadiyah Surabaya dilakukan dengan menggunakan bantuan alat
berat mobile crane. Hal ini dikarenakan tempat fabrikasi dilakukan di
sekitar lokasi proyek. Pada saat loading baja, operator mobile crane
sangat memperhatikan kondisi di sekitar proyek, medan di lokasi
proyek, dan dimensi serta ukuran baja. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya kegagalan loading ataupun kecelakaan kerja
di lokasi proyek. Operator mobile crane juga harus diperiksa dari aspek
fisik dan rohaninya agar bisa melakukan pekerjaan dengan maksimal,
selain itu operator mobile crane dipilih berdasarkan pengalaman dan
mempunyai sertifikat terampil.

Gambar 3.7 Proses Loading Baja dengan Mobile Crane

(Sumber : Data Pribadi Penulis)


3.2.4 Proses Erection Kolom Sesuai dengan Titik Yang Ditentukan

Setelah melakukan loading baja dari lokasi fabrikasi ke lapangan,


maka langkah selanjutnya yakni melakukan erection baja sesuai dengan titik
kolom pedestal. Untuk beban material baja yang memiliki beban diatas 1
ton dan mempunyai ketinggian lebih dari 10 meter, dianjurkan untuk
menggunakan alat bantu seperti tower crane atau mobile crane dikarenakan
dengan menggunakan alat bantu tersebut maka pekerjaan bisa lebih aman
dan mempersingkat waktu. Pada proyek Gedung Laboraturium Teknik
Universitas Muhammadiyah Surabaya, proses erection dibantu dengan alat
berat mobile crane. Berikut ini proses erection kolom H-beam lantai 1-4.

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam proses erection adalah


posisi mobile crane harus benar-benar aman. Maksud dari kata aman disini
adalah harus mempunyai ruang yang cukup sehingga tidak mengganggu
aktivitas mobile crane tersebut, selain itu posisi mobile crane harus benar-
benar seimbang diatas muka tanah, hal ini dilakukan untuk menghindari
kecelakaan kerja yang ada di lapangan. Untuk menyeimbangkan posisi
mobile crane, operator akan mengeluarkan hydraulic float yang dipasang
sebagai kaki-kaki pada bagian depan dan belakang mobile crane.
Gambar 3.8 Hydraulic Float Pada Mobile Crane

(Sumber : Data Pribadi Penulis)

Setelah mobile crane siap dengan posisi yang sudah aman, maka
langkah selanjutnya adalah proses mengaitkan sling baja dengan lubang
yang sudah di drill pada baja H-beam. Hal ini dilakukan untuk proses
pengangkatan H-beam tersebut. Pada waktu ini, operator mobile crane akan
dibantu oleh pekerja untuk mengaitkan sling baja dengan baja H-beam
tersebut.

Setelah sling baja dengan baja H-beam sudah terikat, maka


selanjutnya operator akan menggerakkan mobile crane untuk mengatur
boom untuk mengaitkan antara sling baja dengan main hook block pada
boom mobile crane. Pada saat ini juga operator juga membutuhkan bantuan
pekerja di lapangan untuk mengaitkan main hook block dengan boom pada
mobile crane.
Gambar 3.8 Sling baja yang dikaitkan dengan main hook block

(Sumber : Data Pribadi Penulis)

Jika sling baja dan main hook block sudah terkait satu sama lain,
proses erection sudah bisa dilakukan oleh operator mobile crane atas
persetujuan dari kontraktor dan pengawas sesuai dengan titik yang sudah
direncanakan. Dalam hal ini operator harus melakukan secara hati-hati dan
harus memperhatikan lokasi sekitar agar tidak terjadi kegagalan erection
ataupun kecelakaan kerja.
Gambar 3.9 Proses Erection Kolom Baja

(Sumber : Data Pribadi Penulis)

3.2.5 Proses Centering Kolom Baja dengan Angkur Pedestal

Setelah melewati beberapa rangkaian proses sebelumnya, maka


proses berikutnya yakni melakukan centering kolom baja dengan angkur
pada kolom pedestal. Pada proses ini, tingkat ketelitian pekerja pada saat
pekerjaan marking posisi as akan terlihat. Jika pekerja melakukan kesalahan
beberapa milimeter saja, maka akan berdampak pada proses centering ini,
karena lubang pada baseplate kolom baja akan susah masuk dengan angkur
kolom pedestal.

Dalam proses centering ini, operator akan dibantu oleh pekerja


untuk memasukkan kolom baja dengan angkur kolom pedestal. Beberapa
masalah terjadi pada proses ini pada Proyek Gedung Laboraturium Teknik
Universitas Muhammadiyah Surabaya. Masalah yang timbul adalah hasil
marking dari beberapa angkur pada kolom pedestal mengalami sedikit
pergeseran setelah proses pengecoran kolom pedestal. Dan akibatnya pada
proses centering ini, pekerja dan operator mengalami sedikit kesulitan.
Untuk mengatasi hal ini, kontraktor mengambil solusi untuk
memerintahkan pekerja memukul angkur yang mengalami pergeseran
dengan alat bantu palu. Resiko dari perlakuan ini adalah bisa saja angkur
mengalami beberapa kerusakan dan mutu nya akan berkurang.

Gambar 3.10 Proses Centering Kolom Baja dengan Angkur Pedestal

(Sumber : Dokumen Pribadi Penulis)

3.2.6 Penyatuan Kolom Baja dengan Pedestal

Proses penyatuan kolom baja dengan pedestal dilakukan setelah


posisi baja dan angkur sudah pas atau sudah center. Jika sudah posisi sudah
center, pekerja akan menginstruksikan operator mobile crane untuk
mengangkat sedikit kolom baja, hal ini dilakukan untuk memasang mur,
baut dan ring untuk diletakkan di angkur.

Setelah selesai diletakkan, maka pekerja akan menginstruksikan


operator mobile crane untuk menurunkan kolom baja agar bisa disatukan
dengan kolom pedestal. Pada baseplate bagian atas juga diletakkan mur,
baut dan ring untuk kemudian dirapatkan agar kolom baja dengan pedestal
benar-benar menyatu. Untuk mengisi space yang kosong antara baseplate
dan pedestal maka langkah selanjutnya bisa dilakukan dengan cara
grouting.

Gambar 3.11 Proses Pemasangan Mur, Baut dan Ring

(Sumber : Dokumen Pribadi Penulis)


Gambar 3.12 Hasil dari Pemasangan Mur, Baut, Dan Ring

(Sumber : Dokumen Pribadi Penulis)

Setelah dilakukan penyatuan antara kolom baja dengan kolom


pedestal, pekerja bisa melepaskan sling baja yang sudah dikaitkan dengan
lubang kolom baja. Pada Proyek Gedung Laboraturium Teknik Universitas
Muhammadiyah Surabaya, pekerja melepaskan sling baja dengan cara naik
pada auxiliary hook block pada mobile crane dengan alat pengaman body
harness.
Gambar 3.13 Proses Melepaskan Sling Baja

(Sumber : Data Pribadi Penulis)

3.2.7 Pengecekan Vertical Kolom Baja Menggunakan Waterpass

Pada saat pasca erection, hal yang harus diperhatikan adalah


memeriksa hasil dari pelaksanaan erection tersebut. Pihak pengawas akan
memastikan kepada owner bahwa hasil dari pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor itu apakah benar sesuai syarat-syarat yang sudah disepakati dari
awal atau justru melenceng jauh dari syarat-syarat yang sudah disepakati
oleh mereka.

Dalam hal erection ini, cara memeriksa hasil pekerjaan bisa


dilakukan dengan cara mengecek tingkat vertical dari kolom baja itu dengan
menggunakan alat bantu waterpass. Dari situ akan kelihatan apakah kolom
baja tersebut sudah lurus atau masih miring. Jika kolom baja tersebut masih
miring, maka pihak pengawas akan memerintahkan kontraktor untuk
melakukan perbaikan sesuai kesepakatan di awal.
Gambar 3.14 Pengecekan Vertical Kolom Baja dengan Waterpass

(Sumber : Dokumen Pribadi Penulis)

Hasil dari rumusan masalah penulis pada saat metode pelaksanaan erection
kolom baja h-beam lantai 1-4 yakni, pelaksanaan kolom erection kolom baja
dilakukan secara sistematis dan runtut meskipun ada beberapa permasalahan dan
ada beberapa pekerjaan yang tidak sesuai dengan RKS.

3.3 RENCANA K3 PELAKSANAAN ERECTION KOLOM BAJA H-


BEAM

Seperti pada dunia industri pada umumnya, semua pihak yang berada pada
area atau lingkungan konstruksi harus memakai alat pelindung diri (APD) dan
menerapkan K3. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya resiko
kecelakaan kerja yang bisa datang kapan saja. Dalam pelaksanaan erection kolom
baja h-beam, tentu saja banyak hal yang harus diperhatikan dalam mengantisipasi
kecelakaan kerja. Semua hal itu ada di dalam rencana K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Berikut ini adalah rencana K3 dalam pelaksanaan erection kolom
baja h-beam.

1. Rencana dan Syarat Pelaksanaan Pekerjaan di Ketinggian


Setiap pekerja dan semua orang yang ada di sekitar proyek wajib
memakai safety helmet, safety belt, sepatu safety, dan sarung
tangan sebagai Alat Pelindung Diri (APD).
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan harus memenuhi syarat
Standar Nasional Indonesia (SNI).
Menyiapkan sistem alat perancah pada lokasi pekerjaan.
2. Syarat Operasional Mobile Crane
Spesifikasi mobile crane harus sesuai dengan kapasitas berat
material yang akan dimuat.
Operator harus memiliki sertifikat keahlian kerja, dan pengalaman
yang cukup.
Operator sedang dalam kondisi fit.
Operator dan orang di lokasi proyek harus memakai Alat Pelindung
Diri (APD).
Mobile crane harus dalam kondisi baik dan komponen lainnya
mendukung untuk proses erection.

3.4 PRODUKTIVITAS MOBILE CRANE

Dalam menyusun hasil studi produktivitas pada pelaksanaan erection kolom


baja H-beam dengan menggunakan mobile crane, penulis melakukan beberapa
penelitian, yakni sebagai berikut.

3.4.1 Jenis Material dan Volume Material

Untuk jenis material dan volume material akan dijelaskan melalui


tabel yakni sebagai berikut.
Tabel 3.2 Jenis dan Volume Material

Jenis Material Volume Material


Baja H-Beam 350.350.12.19 Baja H-Beam dengan profil
350.350.12.19 sebanyak 18 batang
dan dengan masing-masing
mempunyai panjang 12 m.
Panjang Seluruh Baja = 12 m x 18
batang = 216 m.
Volume Seluruh Baja = Panjang
Seluruh Baja x Berat Jenis
Baja/Meter
Volume Seluruh Baja = 216 m x
137.00 kg/m = 29.592 kg
Volume 1 Batang Baja = 12 m x
137.00 kg/m = 1.644 kg
Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian Penulis.

3.4.2 Kondisi Cuaca di Lokasi Proyek

Di saat penulis melakukan penelitian dengan metode pengambilan


data di lapangan, cuaca di sekitar lokasi proyek sangat cerah dan panas.
Dalam kondisi cuaca ini tentunya pekerjaan pelaksanaan erection tidak
mempunyai kendala serius seperti pada waktu musim hujan. Hal ini
tentunya akan memudahkan operator untuk menyelesaikan pelaksanaan
erection dengan waktu yang singkat.

3.4.3 Waktu Siklus

Jam kerja pada pelaksanaan erection kolom baja H-Beam


dilaksanakan mulai pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB. Akan tetapi jam kerja
tersebut juga termasuk pelaksanaan erection balok wf, karena pelaksanaan
dilakukan secara bersamaan. Akan tetapi penulis sudah mencatat sesuai
dengan kebutuhan waktu siklus erection kolom baja H-beam. Tentunya
dalam jam kerja tersebut sudah memuat waktu siklus ketika waktu
menunggu, waktu melangsir, waktu mengangkat, waktu memutar, waktu
menurunkan, dan waktu memasang, dan kembali ke tempat melangsir.
Penulis mencatat waktu tersebut dengan alat bantu stopwatch handphone
dan merangkum pada sebuah tabel.

Tabel 3.3 Waktu Siklus

Jenis Waktu Jenis Material


Kolom Kolom
Kolom H-Beam 1 19,1 Menit
Kolom H-Beam 2 18,30 Menit
Kolom H-Beam 3 18,20 Menit
Kolom H-Beam 4 20 Menit
Kolom H-Beam 5 18,32 Menit
Kolom H-Beam 6 18,20 Menit
Kolom H-Beam 7 22,21 Menit
Kolom H-Beam 8 21 Menit
Kolom H-Beam 9 19,2 Menit
Kolom H-Beam 10 22,30 Menit
Kolom H-Beam 11 22 Menit
Kolom H-Beam 12 20 Menit
Kolom H-Beam 13 22,20 Menit
Kolom H-Beam 14 21,54 Menit
Kolom H-Beam 15 20 Menit
Kolom H-Beam 16 20 Menit
Kolom H-Beam 17 20,17 Menit
Kolom H-Beam 18 19,20 Menit
Rata - Rata 20,10 Menit
Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian Penulis.
3.4.4 Data Spesifikasi Mobile Crane

Pada pelaksanaan erection baja kolom H-Beam Proyek Gedung


Laboraturium Teknik Universitas Muhammadiyah Surabaya
membutuhkan 1 jenis unit hydraulic mobile crane dengan merk TADANO
dan membutuhkan 2 operator yang sudah dijadwalkan untuk bergantian.
Berikut ini adalah spesifikasi mobile crane yang ada pada Proyek Gedung
Laboraturium Teknik Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Tabel 3.4 Spesifikasi Mobile Crane


Kapasitas Daya Angkut 25 Ton
Panjang Boom 30.5 M
Kecepatan Maksimal 49 km/jam
Mesin MITSUBISHI 6M60 - TLE2A
Jumlah Silinder 6 Silinder
Kapasitas Maks. Torsi 785 N/m
(Sumber : TADANO Rough Terrain Crane TR-250M)

3.4.5 Perhitungan Produktivitas Mobile Crane


Berikut ini adalah perhitungan produktivitas mobile crane pada saat
pelaksanaan erection kolom baja h-beam lantai 1-4 Gedung Laboraturium
Teknik Universitas Muhammadiyah Surabaya.
1) Spesifikasi
A) Tipe/Jenis : Tadano TR-250M
B) Kapasitas : 25 Ton
C) Efisiensi Kerja : 0,70
D) Kecepatan Hoisting : 120m/menit
E) Kecepatan Slewing : 2,6 rpm
2,6 x 360° = 936°/menit
F) Kecepatan Landing : 120m/menit
G) Waktu menurunkan : 7 menit
H) Waktu menunggu : 13 menit
2) Perhitungan
A) Perhitungan waktu pengangkatan
Tujuan : Lantai 4
Dv : 11,25 m
Kecepatan Hoisting : 120m/menit
11,25 𝑚𝑚
Waktu (t=Dv/v) :t= = 0,09 menit
120𝑚𝑚/𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

B) Rotasi Slewing
Kecepatan Slewing (v) : 936° menit
Ketinggian (a) : 83°
83
Waktu (t=h/v) :t= = 0,08 menit
936
C) Waktu tempuh vertical landing
Kecepatan Landing (v) : 120m/menit
Ketinggian (h) :2m

2
Waktu (t=h/v) :t= = 0,016 menit
120

D) Waktu Total
Waktu Hoisting + Waktu Slewing + Waktu Landing
= 0,09 menit + 0,08 menit + 0,016 menit
= 0,186 menit
E) Perhitungan waktu kembali
Kecepatan Hoisting (v) : 120m / menit
Ketinggian (Dv) :2m
2
Waktu (t=Dv/v) :t= = 0,016 menit
120
F) Rotasi Slewing
Kecepatan Slewing (v) : 936° menit
Ketinggian (a) : 83°
83
Waktu (t=h/v) :t= = 0,08 menit
936
G) Waktu tempuh vertical landing
Kecepatan Landing (v) : 120m/menit
Ketinggian (h) : 11,25 m
11,25
Waktu (t=h/v) :t= = 0,093 menit
120
H) Waktu Total
Waktu Hoisting + Waktu Slewing + Waktu Landing
= 0,016 menit + 0,08 menit + 0,093 menit
= 0,189 menit
I) Total waktu siklus
Waktu menunggu + Waktu mengangkat + Waktu menurunkan +
Waktu kembali
= 13 menit + 0,186 menit + 7 menit + 0,189 menit
= 20,375 menit = 20 menit
J) Produktivitas mobile crane
60
Produktivitas (Q) = 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑥𝑥 𝑥𝑥 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
𝐶𝐶𝐶𝐶
60
= 25 ton x 𝑥𝑥 0,70
20

= 52,5 ton/jam
K) Produktifitas angkut mobile crane
Berat rangka baja = 1.644 kg
Kapasitas Mobile Crane Tadano TR-250M = 25 Ton
Maka kapasitas angkut mobile crane kolom h-beam 1.644 kg x
sebanyak 18 batang baja h-beam = 29.592 kg atau setara 29 ton dari
kapasitas mobile crane 25 ton.
3) Perhitungan Produktifitas Hari
Rumus Produktivitas Hari = Berat Baja x Kondisi Alat Berat x 60 x
Faktor Koreksi / Waktu Pelaksanaan
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 19,1 = 2.711,30
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 18,3 = 2.829,3
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 18,2 = 2.845,3
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 20 = 2.589,3
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 18,3 = 2.826,7
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 18,20 = 2.845,3
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 22,21 = 2.331,6
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 21 = 2.466
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 19,20 = 2.697,13
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 22,30 = 2.322,24
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 22 = 2.353,9
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 20 = 2.589,3
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 /22,20 = 2.332,7
1.644 x 0,70 x 60 x 0,75 / 21,54 = 2.404,1
1.644 x 0.70 x 60 x 0,75 / 20 = 2.589,3
1.644 x 0.70 x 60 x 0,75 / 20 = 2.589,3
1.644 x 0.70 x 60 x 0.75 / 20,17 = 2.567,4
1.644 x 0.70 x 60 x 0.75 / 19,20 = 2.697,1
Total = 46.587,27/8 Jam
= 5,8 Hari/6 Hari

Dalam pelaksanaan erection kolom baja h-beam di lapangan yakni


dilakukan dengan perhitungan produktifitas dengan waktu pengerjaan selama 6 hari
dan dengan alat bantu mobile crane berkapasitas 25 Ton.

3.5 RENCANA ANGGARAN PELAKSANAAN

Untuk menyusun rencana anggaran pelaksanaan pada suatu proyek maka


bisa ditinjau dari rincian lamanya pelaksanaan dan item pekerjaan tersebut. Berikut
ini adalah rencana anggaran pelaksanaan pada pekerjaan erection kolom baja h-
beam lantai 1-4 pada Proyek Gedung Laboraturium Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Tabel 3.5 Rencana Anggaran Pelaksanaan

No Pekerjaan Jumlah Satuan Harga Satuan Total


/
Volume
1 Sewa mobile 6 Hari Rp. 2.000.000,00 Rp.
crane 12.000.000,00
2 Mobilisasi 1 Unit Rp. 1.000.000,00 Rp.
1.000.000,00
3 Biaya operator 2/6 Orang Rp. 150.000,00 Rp.
/ Hari 1.800.000,00
4 Bahan bakar 6 Hari Rp. 180.000,00 Rp.
1.080.000,00
5 Angkur 180 Buah Rp. 88.800,00 Rp.
Diameter 22 15.984.000,00
mm
6 Baja H-Beam 29.592 Kg Rp. 16.000,00 Rp.
350.350.12.19 473.472.000,00
7 PPN 10% - Rp. 200.000,00 Rp. 200.000,00
Total Biaya Rp.
505.536.000, 00

Perhitungan hari pelaksanaan diperoleh dari perhitungan produktifitas


mobile crane yang memiliki hari kerja selama 6 hari dan biaya sewa diperoleh dari
rincian administrasi proyek. Dengan biaya sewa mobile crane sebesar Rp.
505.536.000,00 dan dengan jangka waktu 6 hari, menurut penulis sudah
diklasifikasikan normal dan efisien. Dan untuk keuntungan dari sebuah kontraktor
sendiri yakni dihitung dengan selisih antara RAB dan RAP.

Keuntungan Kontraktor = Rp. 626.040.000, 00 – Rp. 505.536.000, 00

= Rp. 120.504.000, 00
Dengan keuntungan sebesar Rp. 120.504.000, 00 , maka kontraktor dalam
pelaksanaan erection kolom baja h-beam lantai 1-4 sudah dikatakan berhasil dan
mendapatkan keuntungan yang lumayan besar.

Anda mungkin juga menyukai