Anda di halaman 1dari 5

KOMITE ANTI KEKERASAN SEKSUAL

UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Tamalanrea Indah, Kec.
Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245
E-mail: komiteantikekerasanseksualuh@gmail.com / CP : 0895410978729

Nomor : 067/UNDANGAN/KAKS-U/B/VIII/2021
Lampiran : Satu berkas
Perihal : Surat Undangan Pembicara

Kepada Yth.
LBH Makassar

Di –
Tempat

Dengan hormat,
Sehubung dengan akan diadakannya kegiatan Gelar Wicara dengan tema “SEXUAL
HARRASMENT DURING PANDEMIC; BENTUK KASUS DAN RESPON KEBIJAKAN
NEGARA” oleh Komite Anti Kekerasan Seksual Universitas Hasanuddin yang akan
dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Agustus 2021


Waktu : 13.30 – 15.30 WITA / 12.30 – 14.30 WIB
Tempat : Zoom Meeting

Maka kami selaku Panitia Pelaksana Komite Anti Kekerasan Seksual mengharapkan
kesediaan Saudara/i agar berkenan untuk menghadiri acara kami sebagai pembicara. Demikian
surat undangan ini kami buat. Atas perhatian dan kesediaannya kami ucapkan terima kasih.

Makassar, 12 Agustus 2021

Koordinator Umum

Siti Khafidzah Mufti


NIM. M011 17 1343
2. KOMITE ANTI KEKERASAN SEKSUAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Tamalanrea Indah, Kec.
Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245
E-mail: komiteantikekerasanseksualuh@gmail.com / CP : 0895410978729

Lampiran

TERM OF REFFERENCE
GELAR WICARA
SEXUAL HARRASMENT DURING PANDEMIC;
BENTUK KASUS DAN RESPON KEBIJAKAN NEGARA

I. LATAR BELAKANG
Kekerasan seksual adalah salah satu kejahatan luar biasa (extraordinary crime)
yang saat ini kondisinya sedang darurat di Indonesia. Hal ini didukung oleh data dalam
Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan Tahun 2020. Dalam CATAHU
tersebut, dijabarkan bahwa terdapat sebanyak 75% yakni 11.105 kasus Kekerasan
dalam Rumah Tangga (KDRT), 24% yakni 3.602 kasus kekerasan terhadap Perempuan
di Ranah Publik/Komunitas, dan sisanya 12 kasus kekerasan dalam lingkup Negara.
Dalam lingkup personal/KDRT terdapat 43% atau sebanyak 4.783 kasus kekerasan
fisik, 25% (2.807 kasus) kekerasan seksual, 19% (2.056 kasus) kekerasan psikis, dan
13% (1.459 kasus) kekerasan ekonomi. Dalam ranah publik atau komunitas ada
sebanyak 3.602 kasus kekerasan seksual. Kekerasan seksual ini mencakup 531 kasus
pencabulan, 715 kasus perkosaan, 520 kasus pelecehan seksual, 176 kasus
persetubuhan, dan sisanya adalah kasus percobaan perkosaan dan persetubuhan.

Berdasarkan data Komnas Perempuan di atas, dapat kita lihat bahwa kasus
kekerasan dalam ranah personal mengambil tempat pertama sebagai kasus terbanyak.
Hal ini mengindikasikan bahwa stigma ‘rumah’ sebagai tempat paling aman dan
nyaman bagi kita semua menjadi terbantahkan. Terlebih lagi, kondisi pandemi yang
mengharuskan kita semua untuk menghabiskan waktu lebih banyak di rumah. Bagi
korban kekerasan dalam ranah rumah tangga, tentunya ini menjadi hal yang cukup sulit
bagi mereka untuk menghabiskan waktu lebih lama dengan pelaku kekerasan. Situasi
pandemi juga memunculkan transformasi fenomena dalam terjadinya kekerasan
seksual, terlebih dalam ranah publik. Masa pandemi, dimana segala
KOMITE ANTI KEKERASAN SEKSUAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Tamalanrea Indah, Kec.
Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245
E-mail: komiteantikekerasanseksualuh@gmail.com / CP : 0895410978729

sesuatunya lebih banyak dialihkan ke dalam dunia virtual juga ikut menjadikan
kekerasan seksual lebih banyak menyelinap dalam virtualisasi tersebut. Hal ini
diperkuat dengan data dari Komnas Perempuan yang disampaikan melalui Rilis Pers
SAFEnet (Southeast Asia Freedom of Expression Network) pada 16 Desember 2020
lalu. Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa ada peningkatan drastis kasus KBGO
yang dilaporkan korban, 2017 (97 kasus), 2018 (97 kasus), 2019 (281 kasus), dan 2020
(659 kasus). Pihak SAFEnet juga menerima laporan kasus KBGO yang mengejutkan.
Laporan tentang penyebaran konten intim secara non-konsensual telah meningkat
sebesar 375% (169 kasus) dibandingkan dengan 2019 (45 kasus).
Selain data dan transformasi kasus, penting pula untuk menelisik tantangan dan
hambatan yang dihadapi oleh korban ketika melaporkan kasus (alur pelaporan, proses
sidang, dll) dan mengakses layanan pemulihan di masa pandemi. Para pegawai yang
bertugas akan mendapat pembatasan interaksi. Meskipun Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) telah menerbitkan protokol penanganan
kasus kekerasan terhadap perempuan di masa pandemi covid-19, namun penting untuk
kita merefleksi kembali apakah metode yang dilaksanakan selama terbitnya protokol
tersebut mampu merangkul kebutuhan korban dan tidak menjadikan korban lebih
kesulitan.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka diperlukan atensi yang serius dalam
menanggapi kasus kekerasan seksual, terutama di masa pandemi seperti sekarang.
Gelar Wicara dengan topik Sexual Harrasment during Pandemic; Bentuk Kasus
dan Respon Kebijakan Negara yang akan diadakan oleh Komite Anti Kekerasan
Seksual Universitas Hasanuddin bermaksud untuk membahas berbagai tantangan dan
hambatan penanganan kasus kekerasan seksual tersebut, khususnya di masa pandemi.
Gelar Wicara ini juga menjadi bentuk desakan kepada pemerintah akan pentingnya
untuk segera menghadirkan produk hukum yang berperspektif korban, dalam hal ini
Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU-PKS).
KOMITE ANTI KEKERASAN SEKSUAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Tamalanrea Indah, Kec.
Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245
E-mail: komiteantikekerasanseksualuh@gmail.com / CP : 0895410978729

II. PEMBAHASAN
Cakupan pembahasan yang harus dibahas dalam diskusi, yaitu:
1. Menjelaskan mengenai kebijakan negara tentang kekerasan seksual
2. Menjelaskan hambatan penanganan kasus kekerasan seksual selama pandemi
(dari segi kebijakan dan penanganan)
3. Menjelaskan bentuk kekerasan seksual yang meningkat di masa pandemi
4. Menjelaskan spesifikasi kasus kekerasan seksual yang meningkat dalam
setahun terakhir, khususnya wilayah Kota Makassar
5. Menjelaskan urgensi RUU-PKS
6. Menjelaskan perkembangan pengesahan RUU-PKS
7. Menjelaskan upaya advokasi dan penanganan kasus yang strategis bagi kolektif
anti kekerasan di masa pandemi

III. TUJUAN
Tujuan dari gelar wicara ini, yaitu:
1. Memberikan pemahaman tentang advokasi kebijakan Negara bagi penanganan
kasus kekerasan seksual
2. Memberikan pemahaman tentang jenis-jenis kekerasan yang berpotensi terjadi
di masa pandemi
3. Memberikan pemahaman tentang urgensi RUU-PKS

IV. TARGET PESERTA


Target peserta gelar wicarai ini, yaitu publik.
V. WAKTU & TEMPAT
Diskusi publik akan dilaksanakan pada:

Hari & Tanggal : Sabtu, 28 Agustus 2021


Waktu : 13.30 – 15.30 WITA / 12.30 – 14.30 WIB
Tempat : Media Zoom
KOMITE ANTI KEKERASAN SEKSUAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Tamalanrea Indah, Kec.
Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245
E-mail: komiteantikekerasanseksualuh@gmail.com / CP : 0895410978729

VI. CAPAIAN
Capaian yang diharapkan dari kegiatan ini, yaitu:
1. Peserta mampu memahami tentang advokasi Kebijakan Negara dalam
penanganan kasus kekerasan seksual
2. Peserta mampu memahami tentang jenis-jenis kekerasan yang berpotensi terjadi
masa pandemi
3. Memberikan pemahaman tentang urgensi RUU-PKS

VII. METODE
Gelar Wicara ini dilakukan dalam bentuk webinar. Moderator membuka diskusi
dengan menyampaikan latar belakang selama 10 menit. Pemantik memaparkan bahan
diskusi dalam bentuk power point dengan pembahasan yang sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Masing-masing pemantik secara bergantian memaparkan bahan diskusi
selama 15 menit (total 45 menit). Setelah pemaparan selesai, moderator membuka sesi
diskusi selama maksimum 65 menit dan ditutup dengan kesimpulan.

VIII. NARAHUBUNG

PIC Pemateri:
Icha 082349562533
Arinda 085340292319

PIC Registrasi Peserta Diskusi:


Ainun 0895806334464

Anda mungkin juga menyukai