Lecture Notes: Character Building: Pancasila
Lecture Notes: Character Building: Pancasila
Week 6
OUTLINE MATERI:
B. Pengertian HAM
Apa sesungguhnya hak-hak asasi manusia itu? Banyak pemahaman dan konsep
tentang HAM itu. Namun kiranya kita sepakat bahwa hak asasi manusia (HAM) adalah
kumpulan sejumlah hak-hak yang melekat erat (inheren) di dalam diri setiap manusia sejak ia
lahir ke dunia ini. Hak –hak itu merupakan hak-hak dasar yang menempel pada setiap
manusia, bukan karena diberikan oleh masyarakat atau negara, melainkan didapatkannya
berdasarkan martabat asasinya sebagai manusia. Hak-hak itu diperoleh bukan karena hadiah,
melainkan karena hakikat diri sebagai manusia. Bahkan setiap manusia, sejak ia sudah ada di
rahim sang ibu, manusia itu sudah memiliki hak yang tidak dapat dihilangkan atau
dimusnahkan oleh otoritas negara sekalipun.
Karena hak-hak asasi manusia tidak diberikan oleh negara, tetapi diterima karena
kondisi kemanusiaannya sebagai manusia, maka kekuasaan negara sekalipun tidak dapat
meniadakannya. Hak-hak asasi manusia itu bersifat umum, public, universal. Artinya hak-hak
itu dimiliki oleh semua orang di bumi ini, berlaku di mana-mana, kapan saja dan terhadap
siapa saja. Hak-hak asasi itu misalnya hak hidup, hak untuk bekerja, hak untuk mengenyam
pendidikan, hak untuk berpolitik, hak untuk menikah atau membangun mahligai rumah
tangga dan sebagainya.
Setiap usaha dan konseptualisasi hak asasi manusia bisa dikonstruk oleh bangsa
manapun dan dalam konteks budaya apapun itu. Kendatipun konsepnya berbeda,namun satu
hal yang pasti bahwa esensinya tetap universal yang menjangkau setiap kebudayaan manusia
bangsa manapun termasuk kita di Indonesia ini.
1) Magna Carta Tahun 1215: Kebebasan yang direbut oleh bangsawan Inggris dari
genggaman raja Inggris
2) Bill of Rights di Inggris tahun 1689: Hak dan kebebasan warga negara
3) Revolusi Prancis pada tahun 1789
4) Deklarasi Universal HAM (1948)
5) Konvensi Internasional Hak Sipil, Politik dan Ekonomi, Sosial dan Budaya (1966)
Hak-hak ini berkaitan erat dengan relasi warga negara dan pemerintahan, serta
jaminan perlindungan agar setiap warga negara mendapatkan kebebasan/kemerdekaan. Hak-
hak ini terdiri dari: hak atas hidup, hak kebebasan berpikir dan hak kebebasan menyatakan
pendapat, hak kebebasan hati nurani dan beragama, kebebasan berkumpul dan berserikat; hak
atas kesamaan di depan hukum dan perlindungan hukum di pengadilan, hak politik atau
partisipasi dalam pemerintahan dll.
Sejalan dengan masuknya Indonesia ke dalam anggota PBB, Indonesia pun wajib
melindungi hak-hak warga negaranya. Rumusan HAM di Indonesia bukan hanya untuk
tunduk pada keputusan PBB, melainkan sebagai salah satu sarat negara hukum. HAM
dijadikan sebagai indikator tingkat peradaban, tingkat kemajuan demokrasi, dan tingkat
kesejahteraan negara Indonesia. Masuknya HAM ke dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 merupakan suatu kemajuan besar bangsa Indonesia untuk
maju dan berkembang sebagai negara modern dalam kancah dunia global.
Pasal 28I berbunyi: 1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surat
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. 2. Setiap
orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. 3. Identitas
budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban. 4. Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
1
Sekretariat Jenderal MPR RI (2012). Buku Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Jakarta: Sekjen
MPRI, hal.178-179.
Pasal 28J: 1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
Maknanya adalah bahwa pasal 28I mengatur beberapa hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun, termasuk di dalamnya hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut. Sementara itu pasal 28J memberikan pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dan untuk menjamin pengakuan serta permohonan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
Dengan demikian, maka hakikat hak-hak asasi di Indonesia yang masuk dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dibagi ke dalam
beberapa aspek, yakni2:
2
Op.cit., Buku Panduan Pemasyarakatan UUD NRI Tahun 1945 dan Ketetapan MPR RI, hal. 181-182.
Isu-isu aktual tentang HAM tidak pernah luput dari pengalaman hidup kita berbangsa
dan bernegara. Dalam konteks Indonesia, beberapa isu aktual-relevan HAM terdiri dari empat
(4) isu utama, yakni: korupsi, kekerasan atas dasar unsur-unsur primordial seperti latar
belakang agama, ras, etnis, dstnya; isu kemiskinan/pengangguran dan diskriminasi dalam
berbagai bentuk kehidupan manusia. Isu-isu ini tentu sangat memprihatinkan kita di
Indonesia ini. Dari semuanya itu, isu korupsi merupakan virus yang saat ini menghasilkan
“borok busuk” yang sedang menebarkan aroma tak sedap dari tubuh bangsa ini. Mampukah
Pancasila menyembuhkan borok akut ini? Bisa. Tentu dengan upaya edukasi dan penanaman
nilai moral.
3
Baca selengkapnya di Buku Modul Pendidikan Pancasila 2013, hal. 106-109.
Adapun kekuatan internal adalah kekuatan yang muncul dari dalam diri individu dan
mendapat penguatan melalui pendidikan dan pembiasaan. Pendidikan yang kuat terutama dari
keluarga sangat penting untuk menanamkan jiwa anti korupsi, diperkuat dengan pendidikan
formal di sekolah maupun non-formal di luar sekolah.
Maksud dari membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar Pancasila adalah
membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri
masyarakat. Di perguruan tinggi penguatan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan
kepribadian termasuk di dalamnya Pendidikan Pancasila. Nilai-nilai Pancasila apabila betul-
betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu mampu menurunkan angka korupsi. Penanaman
satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari jati
dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat dirinya ke
dalam kehinaan dengan melakukan korupsi.
Perbuatan korupsi terjadi juga karena hilangnya kontrol diri dan ketidakmampuan
untuk menahan diri melakukan kejahatan. Kebahagiaan material dianggap segala-galanya
dibanding kebahagiaan spiritual yang lebih agung, mendalam dan jangka panjang. Keinginan
mendapatkan kekayaan dan kedudukan secara cepat menjadikannya nilai-nilai agama
dikesampingkan. Kesadaran manusia akan nilai ketuhanan ini, secara eksistensial akan
menempatkan manusia pada posisi yang sangat tinggi. Hal ini dapat dijelaskan melalui
hirarki eksistensial manusia, yaitu dari tingkatan yang paling rendah, penghambaan terhadap
harta (hal yang bersifat material), lebih tinggi lagi adalah penghambaan terhadap manusia,
dan yang paling tinggi adalah penghambaan pada Tuhan. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna tentu tidak akan merendahkan dirinya diperhamba oleh harta,
namun akan menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan. Buah dari pemahaman dan penghayatan
nilai ketuhanan ini adalah kerelaan untuk diatur Tuhan, melakukan yang diperintahkan dan
meninggalkan yang dilarang-Nya.