Anda di halaman 1dari 29

Judul Laporan

Bangunan High Rise – Apartemen

LAPORAN PERANCANGAN
STUDIO TEKNOLOGI BANGUNAN 4
Semester A – 2020/2021

Oleh
YESHAYA NATHANAEL SHIAWI NIM 180406147
HAIKAL HANAFI NIM 180406151
DINA AINIYAH DALIMUNTHE NIM 180406160
RAHMAH MAULIDA NIM 180406162
AQILA VADYA SALSABILA NIM 180406167

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Judul Laporan PRAKATA
Bangunan High Rise – Apartemen

Puji dan syukur kami atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya,
LAPORAN PERANCANGAN kami dapat menyelesaikan laporan perancangan ini. Penulisan laporan perancangan ini diajukan untuk
STUDIO TEKNOLOGI BANGUNAN 4 memenuhi salah satu syarat mata kuliah Studio Teknologi Bangunan 4 pada Program Studi Arsitektur
Semester A – 2020/2021 Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Judul rancangan yang kami ajukan adalah “Bangunan
High Rise - Apartemen”. Proses penulisan dan penyusunan laporan perancangan ini tentunya tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu dengan penuh rasa syukur penulis hendak
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga

Oleh Tuhan yang Maha Esa membalas segala bentuk kebaikan yang telah diberikan pada kami. Kami selalu

YESHAYA NATHANAEL SHIAWI NIM 180406147 berusaha untuk menyajikan laporan perancangan ini dengan sebaik mungkin.Kami berharap agar

HAIKAL HANAFI NIM 180406151 laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Kami juga selalu terbuka bagi pembaca yang memberi

DINA AINIYAH DALIMUNTHE NIM 180406160 kritik dan saran yang membangun, agar menjadi pembelajaran bagi kami untuk menjadi lebih baik lagi

RAHMAH MAULIDA NIM 180406162 kedepannya

AQILA VADYA SALSABILA NIM 180406167

Medan, 30 Oktober 2020

Medan, 30 Oktober 2020


Disetujui Oleh :

Kelompok 2

Dosen, Koordinator

Basaria Talarosha, Ir., MT. Basaria Talarosha, Ir., MT.


NIP 1965010919950121001 NIP 1965010919950121001
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................

PRAKATA ...........................................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................

DAFTAR TABEL .................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................

1.1 Latar Belakang Penugasan ...........................................................................


1.2 Tujuan dan Manfaat Penugasan ....................................................................
1.3 Ruang Lingkup Tugas ..................................................................................

BAB II SISTEM TEKNOLOGI PADA BANGUNAN TINGGI ............................

2.1 Pengertian Bangunan Tinggi


2.2 Pengertian Apartemen
2.3 Struktur Bangunan Tinggi
2.4 Pembebanan Bangunan Tinggi
2.5 Material Bangunan Tinggi
2.6 Building Service System

BAB III STUDI KASUS .......................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN ..................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

LAMPIRAN .........................................................................................................
BAB I 1.3 Ruang Lingkup Tugas

PENDAHULUAN Beberapa sumber bacaan yang dapat digunakan mahasiswa sebagai bahan studi kepustakaan antara lain
adalah buku, jurnal penelitian dalam bentuk hardcopy dan/atau soft copy secara daring melalui mesin
mencari data/informasi. Sumber bacaan harus dicantumkan pada Daftar Referensi.
1.1 Latar Belakang Penugasan

Mahasiswa diminta untuk melakukan studi pustaka terkait sistem teknologi (struktur dan
Referensi :
konstruksi; material; building services system) yang digunakan untuk bangunan bertingkat tinggi.Studi
pustaka dilengkapi dengan penerapan sistem teknologi tersebut pada kasus bangunan tinggi (10 s/d 15  Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi, Oleh Wolfgang Schueller.
lantai), dengan salah satu fungsi utamanya yaitu hunian/komersial/perkantoran (bangunan tunggal
 The Tall Buildings Reference Book 1st Edition by David Parker (Editor), Antony Wood (Editor)
dengan podium).
 “Tall Building Structures: Analysis and Design” by Alex Coull and Bryan Stafford Smith
Masing-masing Dosen MK Teknologi Bangunan 4, membagi mahasiswa peserta atas tiga (3)
 “Designing Tall Buildings: Structure as Architecture” by Mark Sarkisian
sub-kelompok dengan kasus fungsi bangunan yang berbeda (masing-masing sub kelompok membahas
sistem teknologi bangunan salah satu fungsi bangunan, dengan kata lain setiap kelompok Dosen  Structure As Architecture A Source Book For Architects And Structural Engineers, Andrew W.
membahas 3 fungsi bangunan berbeda). Jumlah studi kasus minimal sejumlah anggota/mahasiswa yang
Charleson
ada pada setiap sub kelmpok). Obyek studi yang dipilih dapat berupa bangunan yang ada di Indonesia
atau luar negeri. Pembahasan dilengkapi dengan gambar/foto pendukung terkait sistem teknologi pada  Bryan Stafford Smith, Alex coull, “Tall Building Structures, Analysis and Design”, John Wiley

bangunan obyek studi and Sons, Inc., 1991.

 Taranath B.S., “Structural Analysis and Design of Tall Buildings”, McGraw Hill, 2011.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penugasan  Lin.T.Y, Stotes Burry.D, “Structural Concepts and systems for Architects and Engineers”, John

Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui sistem teknologi yang Wiley, 1988.

digunakan pada bangunan bertingkat banyak/bertingkat tinggi, dan penerapannya pada bangunan  Lynn S.Beedle, “Advances in Tall Buildings”, CBS Publishers and Distributors, Delhi, 1986.
(obyek studi).
 Sandaker, Bjorn Normann & Eggen, Arne Petter.: The Structural Basis of Architecture: Whitney
Setelah melakukan kajian pustaka, diharapkan setiap mahasiswa memiliki wawasan/pengetahuan
Library of Design, New York, 1992.
tentang sistem teknologi pada bangunan tinggi dengan fungsi tertentu, selanjutnya akan digunakan pada
tugas 2 yaitu merancang bangunan tinggi 10- 15 lantai.  Lin, T.Y. & Stotesbury, S.D.: Structural Concepts and Systems for Architects and Engineers:

John Wiley & Sons, New York, 1981.

 Sutrisno, R.: Bentuk Struktur Bangunan dalam Arsitektur Modern: Gramedia, Jakarta, 1983.

 Engel, Heinrich: Structure Systems: Van Nostrand Reinhold Co., New York, 1981.

 Dwi Tanggoro et al, : Struktur Bangunan Tinggi dan Bentang Lebar, Universitas Indonesia, 200
JUDUL STUDI LITERATUR :
BAB II
STUDI BANGUNAN TINGGI -
SISTEM TEKNOLOGI PADA BANGUNAN TINGGI
APARTEMEN

2.1 Pengertian Bangunan Tinggi

a) Menurut CTBUH (The Council on Tall Buildings and Urban Habitat)


Latar belakang “The world’s leading resource for professionals focused on the inception, design, constructions
Tujuan & Manfaat
3. Perlunya Pengetahuan and operation of tall buildings and future cities” Tidak ada definisi mutlak apa yang dimaksud
1. Mengetahui stuktur
mengenai stuktur dengan “bangunan tinggi”
bangunan tinggi dan jenis
bangunan tinggi dan jenis
material yang dipakai b) Menurut Stefan dan Viktor, Arsitek atau perencana kota sering mendefiniskannya sebgai
material yang dipakai
hingga utilitasnya.
hingga utilitasnya. bangunan yang terlihat lebih menonjol (lebih tinggi) dari bangunan yang berada disekitarnya.
2. Mengetahui cara
4. Perlunya mengetahui cara Dikalangan insinyur struktur, defenisi bangunan bertingkat tinggi biasanya berkaitan dengan
menentukan struktur
menentukan struktur
bangunan tinggi hingga 15 kompleksitas struktur (beban dinamis) akibat desain bangunannya. Untuk mengkategorikan
bangunan tinggi hingga 15
lantai. sebuah bangunan termasuk bangunan tinggi, CTBUH memberikan beberapa kategori sebagai
lantai.
element “ketinggian” :
1. Height Relative to context (Ketinggian bangunan relatif terhadap konteks sekitar) Contoh:
Sebuah bangunan 20 lantai tidak dapat dianggap sebagai bangunan tinggi jika berada di
kota seperti Chicago, Dubai atau Hongkong.
PENGUMPULAN DATA 2. Propertion (Proporsi) Bahwa bangunan tinggi tidak hanya tentang ketinggian saja tetapi
Studi literature (Buku, Jurnal, dll) juga tentang proporsi. Ada banyak bangunan yang tidak terlalu tinggi, tetapi cukup ramping
Studi banding fungsi dan tema sejenis untuk memberikan penampilan bangunan tinggi.
3. Tall Building Technologies (Teknologi Bangunan Tinggi) Jika sebuah bangunan
menerapkan teknologi tinggi untuk memfasilitasi aktifitas bangunan misalnya, teknologi
Laporan Studi Literatur transportasi vertikal, teknologi stabilitas beban angin struktur.

c) The Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) mengelompokkan bangunan
tinggi berdasarkan “ketinggian” pada:
1. Tall: bangunan diatas 14 lantai atau ketinggian diatas 50 m (165 ft) sampai 300 m
2. Supertall: bangunan dengan ketinggian diatas 300 m ( 984 ft ) sampai 600 m (1,968 ft )
3. Megatall: bangunan dengan ketinggian diatas 600 m (1,968 ft )
d) Menurut Emporis standards, A multi-story structure between 35-100 meters tall, or a 2.2 Pengertian Apartemen
building of unknown height from 12-39 floors is termed as high rise. Buildings higher than
1. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994), apartemen merupakan tempat tinggal suatu
100m is termed as skyscraper according to emporis. Buildings 300m or higher is termed as
bangunan bertingkat yang lengkap dengan ruang duduk, kamar tidur, dapur, ruang makan, jamban,
super tall and buildings 600m or taller is termed as mega-tall.
dan kamar mandi yang terletak pada satu lantai, bangunan bertingkat yang terbagi atas beberapa
tempat tinggal.
e) Menurut Building code of Hyderabad,India
2. Menurut Ernst Neufert (1980), apartemen merupakan bangunan hunian yang dipisahkan secara
A high-rise building is one with four floors or more, or one 15 meters or more in height.
horizontal dan vertikal agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan
bertingkat rendah atau bangunan tinggi, dilengkapi berbagai fasilitas yang sesuai dengan standar
f) Menurut The International Conference on Fire Safety, Any structure where the height can
yang ditentukan.
have a serious impact on evacuation“
3. Menurut Kevin Lynch dan Gary Hack (1984), apartemen diartikan sebagai “...several dwelling
units share a common (usually an indoor) access and are enclosed by a common structural
g) Menurut Massachusetts, United States General Laws, A high-rise is being higher than 70 feet
envelope...”, yang artinya adalah beberapa unit hunian yang saling berbagi akses yang sama dan
(21 m).
dilingkupi oleh struktur kulit bangunan yang sama.
4. Menurut Endy Marlina (2008), apartemen adalah bangunan yang memuat beberapa grup hunian,
h) Menurut Perda No. 5 tahun 2009 tentang Bangunan Gedung pasal 12, bangunan gedung
yang berupa rumah flat atau rumah petak bertingkat yang diwujudkan untuk mengatasi masalah
selain digolongkan berdasarkan fungsi bangunannya, juga digolongkan berdasarkan
perumahan akibat kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan dengan harga yang terjangkau
ketinggiannya.bangunan gedung berdasarkan ketinggiannya dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
di perkotaan.
 Bangunan gedung bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 8 (delapan) lantai
 Bangunan gedung bertingkat sedang dengan jumlah lantai 5 (lima) sampai dengan 8 (delapan)
lantai
 Bangunan gedung bertingkat rendah dengan jumlah lantai 1 (satu) sampai dengan 4 (empat)
lantai.

i) Menurut Mulyono (2000), Karakterisktik gedung bertingkat dikelompokkan menjadi :


 Gedung bertingkat rendah (Low Rise Building) Gedung bertingkat rendah, dengan jumlah lantai
1 – 3 lantai, tingginya < 10m
 Gedung bertingkat sedang (Medium Rise Building) Bangunan bertingkat sedang, dengan jumlah
lantai 3 – 6 lantai, tingginya < 20 m
 Gedung bertingkat tinggi (High Rise Building) Bangunan bertingkat tinggi, dengan jumlah
lantai > 6 lantai, tingginya > 20 m
Semua aspek gedung tinggi — bentuk dan desain arsitektural, berhubungan dengan habitat
perkotaan, structural, sistem, teknik elevator, metode konstruksi, strategi lingkungan, sikap
terhadap fasad—,Antony Wood.
Tipologi gedung-gedung tinggi telah disaksikan belum pernah terjadi sebelumnya pertumbuhan 3. Rasio tinggi lebar suatu bangunan
dan perubahan selama dua dekade terakhir. Terdapat banyak faktor pendorong untuk tindakan 4. Pertimbangan mekanis (sistem utilitasnya)
membangun bangunan tinggi, beberapa di antaranya yang telah disebutkan: harga tanah dan keinginan 5. Pertimbangan tingkat bahaya kebakaran
untuk pengembalian investasi finansial yang lebih besar; keinginan untuk membuat ikon sebagai 6. Ketersediaan dan harga bahan konstruksi utama (Schueller, 1989)
"promosi" atau mempromosikan korporasi atau kota; dan, kebutuhan kota yang lebih padat/banyak
sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim dan untuk kehidupan yang akan datang.
2.3.1 Jenis Struktur Bangunan Tinggi Berdasarkan Komponen
Bahkan di abad ke-19, arsitek dan kontraktor menunjukkan bukti antusias terhadap gedung
a) Pelat
pencakar langit karena itu berhubungan dengan lingkungan perkotaan, khususnya ditunjukkan oleh
kepedulian mereka terhadap kesopanan perkotaan dalam desain atau untuk meningkatkan domain
Pelat lantai adalah elemen horisontal utama yang menyalurkan beban hidup maupun beban
publik, baik seperti yang ditentukan dalam gedung pencakar langit itu sendiri atau melalui
mati ke kerangka pendukung vertikal dari suatu sistem struktur.Elemen-elemen tersebut
kontribusinya kepada lingkungan kota. Saat abad ke-20 akhir, minat baru dalam hubungan seperti itu
dapat dibuat sehingga bekerja dalam satu arah atau bekerja dalam dua arah (Nawy,
desain khusus untuk gedung pencakar langit terkemuka di seluruh Dunia. Penekanan dari arsitek dan
2009).Pelat lantai menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan pelat.
pembangun memiliki pergeseran dari pencarian ketinggian ke seperangkat kriteria kompetitif baru,
Berdasarkan kemampuannya untuk menyalurkan gaya akibat beban, pelat lantai dibedakan
banyak di antaranya ditujukan untuk meningkatkan pengalaman estetika, spasial, dan lingkungan
menjadi pelat satu arah dan dua arah. Pelat satu arah adalah pelat yang ditumpu hanya pada
gedung pencakar langit dan kota.
kedua sisi yang berlawanan, sedangkan pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu keempat
sisinya sehingga terdapat aksi dari pelat dua arah (Winter dan Nilson, 1993).

2.3 Struktur Bangunan Tinggi

Menurut Schueller (1989), struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri b) Balok
dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor
Balok adalah elemen struktural untuk menerima gaya-gaya yang bekerja dalam arah
resiko yang cukup besar terhadap pengaruh gempa.Untuk itu dalam perancangan suatu struktur
transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya
bangunan bertingkat tinggi haruslah memperhatikan unsur-unsur dasar bagunan. Unsur-unsur tersebut
geser sepanjang bentangnya. Balok adalah elemen yang menyalurkan beban-beban merata
adalah :
dari pelat lantai ke kolom penyangga vertikal. 13 Dua hal utama yang dialami oleh balok
1. Unsur Linear yang berupa kolom dan balok yang mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi. ialah tekan dan tarik, yang antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral
Menurut Nawy 1990 berdasarkan jenis keruntuhannya, keruntuhan yang terjadi pada balok
2. Unsur Permukaan yang terdiri dari dinding dan plat.
dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok adalah sebagai berikut.
Pemilihan sistem struktur bangunan bertingkat tinggi tidak hanya berdasarkan atas pemahamana
a. Penampang balanced. Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton mencapai
struktur dalam konteksnya semata, tetapi lebih kepada faktor fungsi, terkait dengan kebutuhan budaya,
regangan batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada awal terjadinya keruntuhan,
sosial, ekonomi dan teknologi Beberapa faktor dalam perencanaan sistem pembangunan struktur
regangan tekan yang diijinkan pada saat serat tepi yang tertekan adalah 0,003,
bangunan bertingkat tinggi adalah :
sedangkan regangan baja sama dengan regangan lelehnya yaitu εy = fy/Ec.
1. Pertimbangan umum ekonomi
2. Kondisi tanah
b. Penampang over-reinforced. Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang regangan εy. Kondisi penampang yang demikian dapat terjadi apabila tulangan tarik
tertekan. Pada awal keruntuhan, regangan baja εs yang terjadi masih lebih kecil yang dipakai pada balok bertulang kurang dari yang diperlukan dibawah kondisi
daripada regangan lelehnya εy. Dengan demikian tegangan baja fs juga lebih kecil balanced.
daripada daripada tegangan lelehnya εy, kondisi ini terjadi apabila tulangan yang
digunakan lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaanbalanced. d) Kolom
Kolom adalah elemen vertikal yang memikul sistem lantai struktural.Elemen ini merupakan
c. Penampang under-reinforced. Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada elemen yang mengalami tekan dan pada umumnya disertai dengan momen lentur. Kolom
tulangan baja. Tulangan baja ini terus bertambah panjang dengan bertambahnya dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya,posisi beban pada
regangan εy. Kondisi penampang yang demikian dapat terjadi apabila tulangan tarik penampangannya, dan panjang kolom dalam hubunganya dengan dimensi lateralnya.
yang dipakai pada balok bertulang kurang dari yang diperlukan dibawah kondisi Menurut Nawy (1990), bentuk dan susunan tulangan pada kolom dapat dibagi menjadi tiga
balanced. kategori,yaitu :
1. kolom segiempat atau bujursangkar dengan tulangan memanjang dan sekang
c) Balok 2. kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang atau
spiral.
Balok adalah elemen struktural untuk menerima gaya-gaya yang bekerja dalam arah
3. kolom komposit yang terdiri atas beton dan profil baja struktural di dalamnya
transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya
Berdasarkan besarnya regangan pada tulangan baja yang tertarik, penampang kolom
geser sepanjang bentangnya. Balok adalah elemen yang menyalurkan beban-beban merata
dapat dibagi menjadi dua kondisi awal keruntuhan, yaitu: keruntuhan tarik, yang
dari pelat lantai ke kolom penyangga vertikal. 13 Dua hal utama yang dialami oleh balok
dawali dengan lelehnya tulangan yang tertarik, dan keruntuhan tekan, yang diawali
ialah tekan dan tarik, yang antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral
dengan hancurnya beton yang tertekan. Kondisi balanced terjadi apabila keruntuhan
Menurut Nawy 1990 berdasarkan jenis keruntuhannya, keruntuhan yang terjadi pada balok
diawali dengan lelehnya tulangan yang tertarik sekaligus juga hancurnya beton yang
dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok adalah sebagai berikut.
tertekan.
a) Penampang balanced. Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton mencapai
regangan batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada awal terjadinya keruntuhan,
regangan tekan yang diijinkan pada saat serat tepi yang tertekan adalah 0,003, sedangkan e) Dinding Geser Beton Bertulang Berangkai
regangan baja sama dengan regangan lelehnya yaitu εy = fy/Ec. Dinding geser beton bertulang berangkai adalah suatu sub-sistem struktur gedung yang
fungsi utamanya adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa gempa
b) Penampang over-reinforced. Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang rencana, yang terdiri dari dua buah atau lebih dinding geser yang dirangkaikan oleh balok-
tertekan. Pada awal keruntuhan, regangan baja εs yang terjadi masih lebih kecil daripada balok perangkai dan yang runtuhnya terjadi dengan sesuatu daktilitas tertentu oleh
regangan lelehnya εy. Dengan demikian tegangan baja fs juga lebih kecil daripada terjadinya sendi-sendi plastis pada kedua ujung balok-balok perangkai dan pada kaki semua
daripada tegangan lelehnya εy, kondisi ini terjadi apabila tulangan yang digunakan lebih dinding geser, dimana masing-masing momen lelehnya dapat mengalami peningkatan
banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan balanced. hampir sepenuhnya akibat pengerasan regangan (SNI 03-1726-2002 pasal 3.1.4.2), (T.
Paulay dan MJN Priestly,1992).
c) Penampang under-reinforced. Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada
tulangan baja. Tulangan baja ini terus bertambah panjang dengan bertambahnya
2.4 Pembebanan Bangunan Tinggi Unsur struktur pada umumnya dirancang untuk beban mati dan beban hidup,

Beban dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama bergantung kepada gaya gravitasi akan tetapi, unsur tersebut dapat dibebani oleh beban yang jauh lebih besar dari beban

yang bekerja pada suatu bangunan, yaitu statis/ beban mati dan dinamis/beban hidup. Beban rencana ketika bangunan didirikan. Beban ini dinamakan beban konstruksi dan

dinamis bersifat sementara, beban ini berubah menurut perubahan waktu dan musim atau merupakan pertimbangan yang penting dalam rancangan unsur struktur. Beban

menurut fungsi ruangan di dalam atau pada suatu struktur. konstruksi juga harus diperhitungkan untuk suatu balok yang dirancang untuk berlaku
secara komposit dengan plat beton, dengan anggapan tidak ada penopangan
1. Beban Mati dapat dinyatakan sebagai gaya statis yang disebabkan oleh berat setiap sementara yang digunakan dalam proses konstruksi. Dalam hal ini, balok harus
unsur di dalam struktur. Gaya-gaya yang menghasilkan beban mati terdiri dari berat diperiksa dalam kaitannya dengan pemukulan beban dalam aksi nonkomposit. Untuk
unsure pendukung beban dari bangunan, lantai, penyelesaian langit-langit, dinding beton pracetak, masa yang paling kritis adalah ketika mengangkat unsur panel yang
partisi tetap, penyelesaian fasade, tangki simpan, sistem ditribusi mekanis, dan berat dari perancahnya. Jumlah titik angkat dan penempatannya harus diketahui.
seterusnya. Gabungan beban semua unsur ini menjadikan beban mati dari suatu Demikian pula, karena unsur ini harus dirancang untuk berbagai kemungkinan
bangunan. peletakan pada saat penanganan dan pembangunan, gaya-gaya benturan dan tekanan
harus diperhitungkan.
2. Beban Hidup berbeda dengan beban mati karena sifatnya. Beban hidup berubah-
ubah dan sulit diprakiraan. Perubahan beban hidup terjadi tidak hanya sepanjang 5. Beban Salju, Hujan dan Es
waktu, tetapi juga sebagai fungsi tempat. Perubahan ini bisa berjangka pendek Beban salju hanya perlu dipertimbangkan untuk atap dan daerah lain pada
ataupun panjang sehingga menjadi hampir mustahil untuk memprakirakan beban- bangunan yang mengumpulkan salju seperti pada pelataran terbuka, balkon dan
beban hidup secara statis. teras. Beban salju, seperti disyaratkan oleh peraturan, didasarkan atas salju
maksimum pada tanah. Pada umumnya beban ini lebih tinggi daripada beban salju
3. Beban yang disebabkan oleh isi benda-benda di dalam atau di atas suatu bangunan yang bekerja pada atap karena angin akan meniup salju yang longgar dari atap atau
dinamai beban penghunian (Occupancy Load). Beban-beban ini mencakup beban salju akan mencair dan menguap karena kehilangan panas melalui kulit atap.
peluang untuk manusia, perabot, partisi yang dapat dipindahkan, lemari besi, buku, Persyaratan bangunan biasanya membolehkan pengurangan persentase dari nilai
lemari arsip, perlengkapan mekanis (seperti computer, mesin bisnis), kendaraan beban pada atap pelana karena salju dapat meluncur dari atap tersebut.
bermotor, perlengkapan industry, dan semua beban semipermanen atau beban
sementara lainnya yang berpengaruh terhadap sistem bangunan, tetapi bukan bagian Beban hujan pada umumnya tidak sebesar beban salju, tetapi harus diingat
dari struktur dan tidak dianggap sebagai beban mati. Dari segi pandang struktur, bahwa adanya akumulasi air yang mempunyai berat jenis 62,4 lb/ft^3 akan
pemilihan sistem struktur yang memadai bergantung pada pemahaman terhadap tiga menghasilkan beban yang cukup besar. Beban yang besar dapat terjadi pada atap
faktor : datar karena saluran tertutup. Dengan menggenangnya air, atap akan mengalami
a) Beban yang akan dipikul lendutan sehingga air akan semakin mengumpul dan mengakibatkan lendutan yang
b) Sifat bahan konstruksi semakin besar. Proses ini dinamai genangan (Ponding) dan akhirnya dapayt
c) Aksi struktur yang mengarahkan gaya-gaya bebanmelalui komponen struktur menyebabkan runtuhnya atap. Es akan mengumpul pada bagian-bagian unsur yang
ke tanah. menonjol, terutama pada unsur luar yang bila tidak ada es tidak dibebani selain oleh
beratnya sendiri. Itulah sebabnya unsur-unsur tersebut harus dirancang untuk
4. Beban konstuksi menahan beban es yang berat. Selanjutnya, gumpalan es pada struktur rangka
terbuka akan meningkatkan luas, demikian pula berat, sehingga menghasilkan menjadi semakin besar oleh adanya peningkatan kecepatan angina tau oleh
tekanan angin yang lebih tinggi. pertambahan luas permukaan penghalangnya. Aksi angin yang cukup besar ke satu
muka bangunan atau lebih akan menyebabkan lentur ganda pada bangunan.
6. Beban Angin
Untuk memahami angin dan memprakirakan perilakunya secara ilmiah yang
tepat mungkin mustahil. Aksi angin pada bangunan bersifat dinamis dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kekasaran dan bentuk permukaan,
bentuk kerampingan dan tekstur fasad struktur itu sendiri serta peletakan bangunan
yang berdekatan. Sifat dinamis angin seperti gambar dibawah ini

Gambar 2.4.3 Aksi angin terhadap bangunan tinggi


Sumber : Schueller, 1999

`Tekanan angin berasal dari dua komponen yaitu kecepatan rata-rata dan kecepatan
hembusan. Karena kecepatan statis rata-rata dibuat dalam jangka waktu yang
panjang. Maka tekanan angin yang terjadi juga merupakan tekanan rata-rata dan
Gambar 2.4.1 Sifat dinamis angin
Sumber : Schueller, 1999 menghasilkan lendutan yang kuat pada bangunan.
Kecepatan angin dicatat pada ketinggian tertentu pada suatu bangunan dan
menunjukkan dua fenomena, yaitu kecepatan angin rata-rata konstan yang umum
dan kecepatan angin yang tiba-tiba berubah. Maka angin mempunyai dua
komponen, yang satu statis dan yang lainnya dinamis. Kecepatan angin rata-rata
pada umumnya bertambah dengan bertambahnya ketinggian seperti gambar
dibawah ini,

Gambar 2.4.4 Arus tekanan angin


Sumber : Schueller, 1999
Gambar 2.4.2. Kecepatan angin terhadap bangunan tingi
Sumber : Schueller, 1999 7. Beban Suhu
Akan tetapi tingkat pertambahan kecepatan rata-rata adalah fungsi dari kekasaran Sebagian besar gerak bangunan berhubungan dengan perngaruh yang ditimbulkan
permukaan tanah karena perjalanan angin dihambat di dekat permukaan tanah oleh oleh suhu. Respon bangunan terhadap gerak yang diinduksi oleh suhu berbanding
gaya gesek. Semakin banyak pengaruh benda-benda sekitar (Pepohonan, bentuk, lurus dengan jumlah lantai struktur tersebut. Aksi suhu vertical dan horizontal harus
permukaan tanah, bangunan) semakin meningkat pula ketinggian tempat terjadinya selalu dipertimbangkan untuk bangunan yang lebih tinggi dari 30 lantai. Beberapa
kecepatan maksimum Vmax. Semua gerak bangunan sesuai dengan arah angin efek gerakan yang diinduksi oleh suhu adalah :
bertiup. Apabila massa udara yang bergerak kearah tertentu membentur permukaan a. Lentur Kolom
bangunan, maka terjadilah gaya guling. Gaya guling adalah tekanan angin, dan bisa
Perbedaan suhu di dalam dan di luar ruangan yang dikenal sebagai temperature jendela, dinding tirai, dan partisi menjadi peka terhadap aksi beban dan
gradient menyebabkan tegangan yang tak merata pada kolom luar sehingga pengeseran bahan. Penggunaan bahan partisi fleksibel dan atau dilatasi dapat
mengakibatkan kelenturan. mengendalikan kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh gerakan suhu.

Gambar 2.4.8 Efek Retak Lantai


Sumber : Schueller, 1999
Gambar 2.4.5 Efek Lentur Kolom
e. Perbedaan gerak antara atap dan lantai-lantai di bawahnya
Sumber : Schueller, 1999
Perbedaan pemuaian dan penyusutan antara bidang atap yang diekspos dengan
b. Perbedaan gerak antara kolom luar dan kolom dalam lantai-lantai di bawahnya dapat mengakibatkan retak geser pada struktur
Pergeseran vertikal terjadi antara kolom eksterior dan interior apabila perubahan dinding pendukung batu atau lentur kolom pada suatu bangunan rangka kaku.
suhu menimbulkan pemuaian atau penyusutan sepanjang garis kolom.

Gambar 2.4.6 Efek gerak antar kolom luar dan dalam


Sumber : Schueller, 1999

c. Gerak antara kolom luar Gambar 2.4.9 Efek Gera kantar atap dan lantainya
Sumber : Schueller, 1999
Perbedan gerak vertical dapat terjadi antara kolom-kolom yang mempunyai
eksposur permukaan luar yang berbeda seperti halnya kolom sudut. 6. Beban Ledakan
Bangunan tidak harus hanya menahan gaya eksternal, tetapi juga gaya tekanan internal
yang terjadi karena ledakan, contohnya ledakan gas internal. Kemungkinan terjadinya
ledakan oleh bahan peledak karena sabotase atau pengapian gas yang mudah terbakar
Karena kebocoran yang tidak disengaja atau api, selalu mengancam. Ledakan menimbulkan
tekanan yang besar di daerah ledakan sehingga mengakibatkan beban yang sangat besar
terhadap unsur-unsur bangunan yang dapat menghancurkan jendela, dinding dan lantai.
Gambar 2.4.7 Efek Gerak kantar kolom luar Tekanan internal ini harus ditahan setempat, dan tidak boleh menimbulkan keruntuhan
Sumber : Schueller, 1999
d. Retak Lantai struktur secara beruntun. Kemungkinan terjadinya beban ledakan eksternal berkisar dari
Retak pada lantai terjadi pada struktur rangka kaku akibat perubahan vertical sonic boom hingga ledakan nuklir. Kerusakan yang ditimbulkan Sonic Boom relative kecil
pada kolom luar. Perbedaan gerak terjadi sedikit demi sedikit dan paling besar (misalnya kaca pecah dan dinding retak).
pada trave eksterior. Dengan terjadinya perbedaan gerak pada struktur, maka
2.5 Material Bangunan tinggi 2.6 Building Service System

Meskipun hanya digunakan dua macam material untuk bangunan tinggi, yaitu baja dan 2.6.1 Sistem Elektrikal Bangunan Tinggi

beton tetapi terkait dengan sistem strukturnya maka dapat dibedakan dalam empat macam Berbeda dengan layanan MEP lain yang akan disediakan dalam a gedung tinggi, listrik
material struktur sebgai berikut: tidak harus mengatasi masalah gravitasi, karena elektron tidak terpengaruh olehnya. Namun,
1. Gedung struktur baja (steel), jika unsur-unsur utama struktur vertikal dan lateral, maupun salah satu tantangan utama adalah untuk mencapai cara pendistribusian yang paling efisien dan
sistem lantainya memakai struktur baja. hemat biaya listrik melalui gedung. Biasanya yang terbaik cara melakukannya adalah dengan
2. Gedung struktur beton (concrete), jika unsur-unsur utama struktur vertikal dan lateral, menggunakan tegangan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya digunakan di antarmuka
maupun sistem lantainya memakai struktur beton bertulang. Untuk mencapai kuat tekan pengguna. Ini biasanya puluhan ribuan volt, berlawanan dengan ratusan volt, karena ini
beton perlu diperhatian kepadatan dan kekerasan massanya, umumnya semakin padat dan mengurangi kerugian dalam sistem.Sayangnya, mendistribusikan pada tegangan yang lebih
keras massa agregat akan makin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya tahan terhadap tinggi ini memang mewakili a masalah keamanan, karena dapat berbahaya jika terjadi kesalahan
penurunan mutu dan akibat pengaruh cuaca). Untuk itu diperlukan susunan gradasi butiran kondisi. Karena alasan inilah, ketika memutuskan yang mana tegangan untuk didistribusikan,
yang baik. Nilai kuat tekan beton yang dicapai ditentukan oleh mutu bahan agregat ini penting untuk memastikan bahwa otoritas lokal akan mengizinkan solusi tegangan tinggi
(Dipohusodo, 1994) menjadi diperoleh. Ada banyak negara dan wilayah di seluruh dunia di mana tegangan tinggi
Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah : seperti itu bukanlah praktik umum dan khusus persetujuan mungkin diperlukan. Tantangan lain
a) Kualitas semen dalam merawat gedung tinggi adalah kebutuhan sumber listrik alternative untuk peralatan
b) Proporsi terhadap campuran pemadam kebakaran dan keselamatan hidup selama peristiwa. Sumber alternatif ini biasanya
c) Kekuatan dan kebersihan agregat disediakan oleh generator atau generator diesel yang siaga.Sayangnya unit seperti itu berat,
d) Interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat bergetar saat berjalan dan perlu membuang gas buang.
e) Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton
f) Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton
g) Perawatan beton, dan 2.6.2 Sistem Tata Udara
h) Kandungan klorida tidak melebihi 0,15 % dalam beton yang diekspos dan 1 % bagi beton Efek angin lingkungan perlu dievaluasi di awal proyek, saat langkah-langkah dapat
yang tidak diekspos (Nawy, 1985) Dalam buku Mulyono (2003). diambil untuk menghilangkan atau mengurangi kebutuhan akan tindakan mitigasi. Mengatasi
masalah angin lingkungan mungkin menjadi bagian penting dari setiap aplikasi perencanaan dan
3. Gedung struktur komposit (composite), jika dipakai kombinasi keduanya, baja dan beton pengujian terowongan angin mungkin tepat untuk menentukan sifat sebenarnya dari efek angin
komposit sebagai elemen-elemen utama struktur, termasuk dalam hal ini bangunan baja pada bangunan sistem.Di tingkat atas gedung-gedung tinggi efek angin bisa parah, menciptakan
dengan core-wall dari beton bertulang. kisaran tekanan yang berfluktuasi yang mungkin mempengaruhi operasi sistem HVAC.Sifat
4. Gedung struktur campuran (mixed), jika bangunannya memakai sistem struktur yang berbeda, angin yang acak dan sporadis membuat desain untuk semua kondisi sulit, dan desainer harus
anatar bagian bawah dana atasnya , atau sebaliknya. mempertimbangkannya prinsip masing-masing sistem yang berkaitan dengan local efek angin.
Satu pernyataan yang akan konsisten saat berhadapan dengan angin begini: kecepatan angin
meningkat dengan tinggi. Pertimbangkan gedung tinggi dengan memperhatikan sekelilingnya.
dapat diberi makan tangki air dingin menengah, memastikan seimbang tekanan air di outlet.
Persediaan air sub-meteran di gedung-gedung tinggi adalah an cara efektif untuk memantau
penggunaan dan pendeteksian air kebocoran. Meter air melayani sewa atau lantai terpisah dapat
dihubungkan ke Sistem Manajemen Gedung dan dipantau secara terpusat.

2.6.4 Sistem Pengolahan Air Hujan dan Air Limbah

1. Pengolahan Air Hujan

Mengumpulkan air hujan air hujan yang jatuh di atap gedung dapat ditangkap, disaring
dan digunakan sebagai suplai air non-minum untuk toilet flushing, irigasi atau pencucian fasad.
Gambar 2.5.2.1 Arus Udara di Gedung Tinggi Biasanya air hujan dialirkan ke bawah melalui membangun dan dikumpulkan di tangki
Sumber : Parker, 2013
penyimpanan pusat di lantai dasar atau basement.

Efek angin di dalam lapisan terlindung ini tidak dapat diprediksi. Bangunan tunggal Air hujan yang diolah kemudian dipompa ke tangki hari yang lebih kecil dan
terbuka tanpa lapisan built-up yang mengelilingi mereka akan melihat peningkatan ini dalam didistribusikan ke perlengkapan toilet dari sini.Dengan ruang pabrik perantara bisa ada sejumlah
kecepatan dari ketinggian yang mendekati permukaan tanah. Tekanan udara sebanding dengan tangki penyimpanan air hujan di setiap tangki tingkat, yang dapat melayani toilet dengan
kuadrat kecepatan. Jadi, jika kecepatan angin 300 meter dua kali lipat kecepatan angin di bawah gravitasi dan dengan demikian kurangi kebutuhan pemompaan.Potensi air hujan jelas terbatas
30 meter, tekanan udara yang bekerja pada kisi-kisi ventilasi pada 300 meter akan menjadi panen di sebagian besar gedung tinggi, dibandingkan dengan gedung bertingkat rendah
empat kali lipat pada 30 meter. Dalam desain ventilasi, efek merugikan dari tekanan tinggi ini bangunan, karena luas atap yang tersedia relatif kecil.Namun demikian, memanen air hujan
harus dipertimbangkan untuk lokasi kisi-kisi masuk atau keluar, untuk mengurangi dampak biasanya dapat membantu meminimalkan kebutuhan air minum dan mengurangi konsumsi air
angin kencang sepanjang tahun.Tekanan yang tepat juga harus disertakan dalam desain unit bangunan secara keseluruhan. Air hujan juga dapat dimanfaatkan untuk riasan menara
penanganan udara dan kipas. pendingin, tetapi akanmembutuhkan filtrasi fisik serta kimiawi pengobatan. Dalam penggunaan
campuran atau pengembangan perumahan, di mana ada permintaan penggunaan toilet yang
rendah, menara pendingin peningkatan kebutuhan air dapat ditambah dengan air hujan.Namun,
2.6.3 Sistem Plumbing (Tata Saluran Air Bersih dan Saluran Air Kotor) kebutuhan menara pendingin cenderung banyak lebih besar dari persediaan air hujan yang
dipanen.
Persediaan air di gedung-gedung tinggi perlu ditingkatkan tekanan yang relatif tinggi
untuk mengatasi statis tekanan.Oleh karena itu, pipa distribusi harus sesuai dinilai, seperti yang
dibahas sebelumnya.Kombinasi pasokan yang didorong dan gravitasi sistem dapat digunakan
2. Pengolahan Grey Water
untuk memastikan lebih hemat energy sistem, dengan menghilangkan kepala dan permintaan
pompa yang tinggi lonjakan.Dengan memasukkan ruang pabrik perantara di berbagai tingkat Penggunaan kembali Grey Water.Grey Water mengacu pada air limbah yang
lantai di seluruh gedung bertingkat tinggi penggunaan energi secara keseluruhan lebih seragam dikumpulkan dari wash-hand, baskom dan pancuran.Air ini bisa diolah, disimpan dan digunakan
dan memompa energi bisa dikurangi.Setiap kelompok lantai dapat disuplai dengan air dari kembali di dalam gedung sebagai tidak dapat diminum pasokan air untuk penyiraman toilet,
tangki gravitasi di atas, di tingkat pabrik menengah.Sistem air panas di setiap tingkat pabrik irigasi atau pencucian.Grey Water dari bak cuci piring tidak dapat digunakan kembali karena
dengan kandungan lemaknya yang tinggi, yang dapat merusak membrane filter yang mengolah LIFT UNTUK MANUSIA LIFT KHUSUS
air abu-abu.Keuntungan dari sistem ini di gedung-gedung tinggi adalah itu Air abu-abu dalam TINGGI GEDUNG KECEPATAN JENIS GEDUNG KECEPATAN LIFT
jumlah besar dapat dikumpulkan, khususnya di perumahan bertingkat tinggi bangunan, yang LIFT
memiliki proporsi pancuran dan bak mandi yang relatif tinggi.Air kondensat dari koil kipas dan 4-10 Tingkat 1.0-2.5m/detik Rumah Sakit 2.5-3.5m/detik
penanganan udara unit juga dapat dikumpulkan dan digunakan kembali di dalam gedung untuk 10-15 Tingkat 3.0-3.5m/detik Rumah Tinggal 1.0-1.3m/detik
mencuci dan menambah air irigasi, bila dicampur dengan air minum. 15-20 Tingkat 3.5-4.0m/detik LIFT UNTUK BARANG
20-25 Tingkat 4.0-6.0m/detik 2-3 Tingkat 0.5m/detik
>50 Tingkat 6.0-7.5m/detik 4-5 Tingkat 0.8m/detik
6-10 Tingkat 1.0m/detik
Tabel 2.5.6.1 Kecepatan Lift Gedung Tinggi
Sumber : Frick, 2002

Lift berfungsi dengan kabel kawat baja dan beban penyeimbang (lift manusia) atau secara
hidraulis (biasanya lift barang) sebagai berikut:

Gambar 2.5.4.1 Pengolahan Grey Water


Sumber : Parker, 2013

2.6.5 Sistem Transportasi Vertikal

Instalasi Lift harus memenuhi persyaratan peraturan bangunan nasional yang menentukan,
antara lain bahwa garis tengah kabel-kabel harus sekurang-kurangnya 12 mm. Banyaknya kabel
harus lebih dari tiga buah. Pelat lantai pemikul lift harus dibuat dari beton bertulang , rel
penuntun kabin harus dari baja, dan kabin lift harus dari bahan tahan api dan tertutup sehingga
pengguna tidak dapat memegang barang-barang di luar, dan berlubang. Dari lubang itu Gambar 2.5.6.1 Lift Kabel Kawat
Sumber : Frick, 2002
pengguna dapat ditolong dalam keadaan darurat.Peraturan tersebut membedakan antara lift
untuk manusia dan lift untuk barang. Lift-lift tersebut mempergunakan kecepatan berikut:
Ruang mesin untuk lift yang berfungsi dengan kabel kawat baja dan beban penyeimbang
diletakkan sebaiknya di atas tambang lift. Pada pelat lotengnya harus dipasang rel untuk pemandu dan
pada lantainya dibutuhkan lubang untuk mengangkat mesin lift. Supaya ruang lift tidak terlalu panas,
penghawaan harus terjamin sebagai berikut:

Gambar 2.5.6.2 Ruang Lift dan Pemandu dengan Penghawaan alami


Sumber : Frick, 2002

Tambang lift harus dibuat dari bahan yang tahan api dan tidak dibakar, biasanya dari beton Gambar 2.5.6.4 Jenis-jenis Lift
Sumber : Frick, 2002
bertulang (untuk lift kecil dapat dipacetak) atau batu merah yang diplester. Tambang lift tidak
boleh digunakan untuk instalasi lain seperti air, air limbah, listrik, dan sebagainya.
2.6.7 Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik jika sebelumnya dilakukan
Dibagian bawah lift harus diadakan sumur lift (lubang di bawah perhentian lift terendah). suatu persyaratan pada bangunannya sendiri. Adapun klasifikasi bangunan-bangunan menurut
Karena bagian terendah itu rawan banjir oleh air tanah yang masuk, maka harus dibuat kedap ketentuan struktur utamanya terhadap api, dibagi dalam kelas A, B, C, dan D.
air.Di bawah beban penyeimbang dibutuhkan penyangga, dan sumur tersebut harus dilengkapi 1. Kelas A
dengan tangga naik untuk mengontrol dan membersihkannya. Struktur utama harus tahan api sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan yang masuk dalam
kelas ini adalah: bangunan untuk kegiatan umum, seperti hotel, pertokoan dan pasar raya,
perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum, dan bangunan
dengan penggunaan ganda/campuran.
2. Kelas B
Struktur utama harus tahan api sekurang-kurangnya 2 jam. Bangunan-bangunan tersebut
meliputi perumahan bertingkat, asrama, sekolah dan tempat ibadah.
3. Kelas C
Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari struktur utama selama 1 jam, biasanya
untuk bangunan-bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana.
4. Kelas D
Gambar 2.5.6.3 Ruang bawah lift
Sumber : Frick, 2002 Bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C, dan diatur tersendiri,
seperti instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/mesin.
Pengaturan lingkungan dengan ketentuan yang meliputi pengaturan blok dengan kemudahan
pencapaian, ketinggian bangunan, jarak bangunan, dan kelengkapan lingkungan, serta
pengaturan ruang-ruang efektif, ruang sirkulasi, penempatan tangga yang tepat dengan pintu
kebakaran. Beberapa persyaratan yang diperlukan untuk mencegah bahaya kebakaran pada
bangunan antara lain :
a. Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api.
b. Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan disebelahnya atau terhadap
lingkungannya.
Gambar 2.5.7.1 Jarak antara Detektor Panas
c. Melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan persyaratan.
Sumber : Fahirah, 2010
d. Mempunyai pencegahan terhadap sistem elektrikal.
e. Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir.
f. Mempunyai alat kontrol untuk ducting pada sistem pengkodisian udara.
g. Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem automatic smoke, dan heat
ventilating
h. Mempunyai alat kontrol terhadap lift.
i. Melakukan komunikasi dengan stasiun komando untuk sistem pemadam kebakaran.
Jenis alat yang dapat mencegah bahaya kebakaran pada bangunan antara lain :
1. Fire Detector
Dalam setiap gedung tinggi (high rise building) faktor keselamatan manusia merupakan
faktor yang sangat diprioritaskan, yang mana sistem deteksi kebakaran merupakan salah
satu unsur faktor penting khususnya penyediaan fire detector.
2. Detektor Panas Gambar 2.5.7.2 Jarak antara Detektor Panas pada Langit-langit yang berbelok-belok
Sumber : Fahirah, 2010
Lokasi peningkatan temperatur merupakan petunjuk adanya hubungan singkat dalam
gulungan kawat katup terbuka di atas pipa bahan bakar untuk alat pembakaran dengan
panas meluas dari zat cair atau tabung dengan peringatan bermetalik dari sirkuit alarm. Detektor Asap Ionisasi detektor asap mengandung sumber radio aktif. Perputaran
microcurietipe Amen Amenciur-241, dimana menyaring udara yang mengandung partikel
Alpa (ionisasi). Kehadiran asap mengurangi aliran ion Alpa aliran listrik, mengurangi dan
menekan hasil andalan dalam aktifitas.
3. Detektor Nyala Api
Gas, minyak, bensin atau bahan kimia lain, kehadiran deteksi nyala api untuk katalisator

Gambar 2.5.7.1 Heat Detector


reaksi kimia.
Sumber : Google Images
beberapa kriteria yang disyaratkan untuk digunakan dalam perancangan menurut Juwana
(2005:139) dan dalam Bab 3 butir 3.8.1.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
26/PRT/M/2008 bahwa semua tangga darurat, terutama pada bangunan tinggi harus aman dan
terlindung dari api dan gas panas yang beracun. Pada SNI 03-1746-2000 butir 5.2 kriteria
tangga darurat, antara lain:

1. Konstruksi
Gambar 2.5.7.2 Smoke Detector  Semua tangga yang digunakan sebagai sarana jalan ke luar sesuai persyaratan, harus dari
Sumber : Google Images
4. Detektor Gas konstruksi tetap yang permanen.

Gas Hydrokarbon yang tak berwarna, difusi asap sebuah membran adalah detektor.  Setiap tangga, panggung (platform) dan bodres tangga dalam bangunan yang
5. TPM dipersyaratkan dalam standar ini untuk konstruksi kelas A atau kelas B harus dari bahan
Batang lazer membiaskan panas segera atau asap yang jauh dari target fotosell dan yang tidak mudah terbakar.
memulai alarm sebuah kelanjutan dari urat nadi adalah batang merah dapat menaikkan 2. Bodres tangga
transmisi untuk 100 m dan dapat menggunakan kontrol komputer untuk meneliti dan Tangga dan bordes antar tangga harus sama lebar dengan tanpa pengurangan lebar
melindungi wilayah. sepanjang arah lintasan jalan ke luar. Dalam bangunan baru, setiap bordes tangga harus
6. Alarm Kebakaran mempunyai dimensi yang diukur dalam arah lintasan sama dengan lebar tangga.
Deteksi bahaya memberikan peringatan awal dari resiko kebakaran atau ledakan. Pengecualian: Bordes tangga harus diijinkan untuk tidak lebih dari 120 cm (4 ft) dalam arah
7. Panel Kebakaran Kabel lintasan, asalkan tangga mempunyai jalan lurus.
Suatu sumber dari lampu yang menerima bagian foto.Asap tak dikenal atau menyebarkan 3. Permukaan anak tangga dan bodres tangga
dan detektor adalah inggered.  Anak tangga dan bordes tangga harus padat, tahanan gelincirnya seragam, dan bebas
8. Catu Daya dari tonjolan atau bibir yang dapat menyebabkan pengguna tangga jatuh. Jika tidak
Timbulnya ledakan atmosfir lokal bebas hasil lengkap atau laju cepat adalah detektor. tegak (vertikal), ketinggian anak tangga harus diijinkan dengan kemiringan di bawah
Pengawasan gedung baik manual ataupun otomatis dari api sebaiknya dihubungkan oleh anak tangga pada sudut tidak lebih dari 30 derajat dari vertikal, bagaimanapun, tonjolan
pengamatan switchboard sebelum membahayakan orang. Keuntungan dari detektor dapat yang diijinkan dari pingulan harus tidak lebih dari 4 cm (1½ inci).
dikombinasikan dengan pengawasan keamanan.Pemilihan jenis detektor harus  Kemiringan anak tangga harus tidak lebih dari 2 cm per m) (kemiringan 1: 48).
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan fungsi ruangan yang akan digunakan.  Ketinggian anak tangga harus diukur sebagai jarak vertikal antar pingulan anak tangga.
 Kedalaman anak tangga harus diukur horisontal antara bidang vertikal dari tonjolan
terdepan dari anak tangga yang bersebelahan dan pada sudut yang betul terhadap ujung
2.6.8 Sistem Tangga Darurat terdepan anak tangga, tetapi tidak termasuk permukaan anak tangga yang dimiringkan
atau dibulatkan terhadap kemiringan lebih dari 20 derajat (kemiringan 1: 2,75)
Bangunan gedung harus disediakan sarana vertikal selain lift, seperti tangga darurat.
-Pengukuran tinggi anak tangga dengan kemiringan kedepan
Dalam Bab 1 butir 69 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008, tangga
-Pengkuran tinggi anak tangga dengan kemiringan ke belakang
kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran.
-Kedalaman anak tangga
Tangga darurat di dalam gedung Dalam perencanaan tangga darurat/tangga kebakaran ada
-Pengukuran anak tangga dengan tumpuan yang stabil
 Pada pingulan anak tangga, pemiringan atau pembulatan harus tidak lebih dari 1,3 cm  Rancangan dari pagar pelindung dan rel pegangan tangan dan perangkat keras untuk
(½ inci) dalam dimensi horisontal. memasangkan rel pegangan tangan ke pagar pelindung, balustrade atau dinding-dinding
 Harus tidak ada variasi lebih dari 1 cm (3/16 inci) di dalam kedalaman anak tangga yang harus sedemikian sehingga tidak ada tonjolan yang mungkin menyangkut pakaian.
bersebelahan atau di dalam ketinggian dari tinggi anak tangga yang bersebelahan, dan  Bukaan pagar pelindung harus dirancang untuk mencegah pakaian yang menyangkut
toleransi antara tinggi terbesar dan terkecil atau antara anak tangga terbesar dan terkecil menjadi terjepit pada bukaan seperti itu.
harus tidak lebih dari 1 cm (3/8 inci) dalam sederetan anak tangga. Pengecualian:
Apabila anak tangga terbawah yang berhubungan dengan kemiringan jalan umum, jalur Detail rel pegangan tangan
pejalan kaki, jalur lalu lintas, mempunyai tingkat ditentukan dan melayani suatu bordes,  Rel pegangan tangan pada tangga harus paling sedikit 86 cm (34 inci) dan tidak lebih
perbedaan ketinggian anak tangga terbawah tidak boleh lebih dari 7,6 cm (3 inci) dalam dari 96 cm (38 inci) di atas permukaan anak tangga, diukur vertikal dari atas rel sampai
setiap 91 cm (3 ft) lebar jalur tangga harus diijinkan. ke ujung anak tangga. Pengecualian 1: Ketinggian dari rel pegangan tangan yang
4. Pagar pengaman dan rel pegangan tangan diperlukan yang membentuk bagian dari pagar pelindung harus diijinkan tidak lebih dari
 Sarana jalan ke luar yang lebih dari 75 cm (30 inci) diatas lantai atau di bawah tanah 107 cm (42 inci) diukur vertikal ke bagian atas rel dari ujung anak tangga. Pengecualian
harus dilengkapi dengan pagar pengaman untuk mencegah jatuh dari sisi yang terbuka. 2: Rel pegangan tangan yang sudah ada harus paling sedikit 76 cm (30 inci) dan tidak
 Tangga dan ram harus mempunyai rel pegangan tangan pada kedua sisinya. Di dalam lebih dari 96 cm (38 inci) di atas permukaan atas anak tangga, diukur vertikal ke bagian
penambahan, rel pegangan tangan harus disediakan di dalam jarak 75 cm (30 inci) dari atas rel dari ujung anak tangga. Pengecualian 3: Rel pegangan tangan tambahan yang
semua bagian lebar jalan ke luar yang dipersyaratkan oleh tangga. Lebar jalan ke luar lebih rendah atau lebih tinggi daripada rel pegangan tangan utama harus diijinkan.
yang dipersyaratkan harus sepanjang jalur dasar dari lintasan. Dianggap jalur ;intasan  Rel pegangan tangan yang baru harus menyediakan suatu jarak bebas paling sedikit
biasa pada tangga monumental dengan lokasi rel pegangan tangan yang beragam. 3,8 cm (1½ inci) antara rel pegangan tangan dan dinding pada mana rel itu dipasangkan.
-Pengecualian 1 :  Rel pegangan tangan yang baru harus memiliki luas penampang lingkaran dengan
Pada tangga yang sudah ada, pegangan tangga harus disediakan di dalam jarak 110 cm ( diameter luar paling sedikit 3,2 cm (1¼ inci) dan tidak lebih dari 5 cm (2 inci). Rel
44 inci ) dari semua bagian lebar jalan ke luar yang disyaratkan oleh tangga. pegangan tangan yang baru harus dengan mudah dipegang terus menerus sepanjang
-Pengecualian 2 : seluruh panjangnya. Pengecualian 1: Setiap bentuk lain dengan satu dimensi keliling
Jika bagian dari batu penahan pinggiran trotoir memisahkan sisi pejalan kaki dari jalan paling sedikit 10 cm (4 inci) tetapi tidak lebih dari 16 cm (6¼ inci), dan dengan dimensi
kendaraan, sebuah langkah tunggal atau sebuah ram tidak harus disyaratkan untuk penampang terbesar tidak lebih dari 5,7 cm (2¼ inci) harus diijinkan, asalkan ujungnya
mempunyai rel pegangan tangan. dibulatkan sampai satu jarak radius minimum 0,3 cm (1/8 inci). Pengecualian 2:
-Pengecualian 3 : Pengikat rel pegangan tangan atau balustrade dipasang ke bagian bawah permukaan dari
Tangga yang sudah ada, ram yang sudah ada, tangga di dalam unit rumah tinggal dan di rel pegangan tangan, yang mana tonjolan horisontalnya tidak melewati sisi sisi dari rel
dalam wismar tamu, dan ram di dalam unit rumah tinggal dan di dalam wisma tamu, pegangan tangan dalam jarak 2,5 cm (1 inci) dari bagian bawah rel pegangan tangan dan
harus mempunyai sebuah rel pegangan tangan tidak kurang pada satu sisi. yang memiliki ujung dengan radius minimum 0,3 cm (1/8 inci), harus tidak
 Pagar pengaman dan rel pegangan tangan yang disyaratkan harus menerus sepanjang dipertimbangkan sebagai penghalang pada pegangan tangan.
tangga. Pada belokan tangga, rel pegangan tangan bagian dalam harus menerus antara  Ujung rel pegangan tangan yang baru harus dikembalikan ke dinding atau lantai atau
deretan tangga pada bordes tangga. Pengecualian: Pada tangga yang sudah ada, rel berhenti pada tempat terbaru.
pegangan tangan harus tidak dipersyaratkan menerus antara deretan tangga pada bordes.
 Rel pegangan tangan yang baru yang tidak menerus diantara sederetan anak tangga sedikit 50% dari jumlah dan kapasitas eksit pada lantai eksit pelepasan harus tersendiri
harus melebar horisontal, pada ketinggian yang diperlukan, paling sedikit 30 cm ( 12 ditutupnya.
inci ) tidak melebihi tiang tegak teratas dan menerus miring pada kedalaman satu anak -Jalur tangga dengan dinding luar tidak tahan api dalam bidnag yang sama dengan
tangga di atas tiang tegak paling bawah. Pengecualian: Apabila disetujui oleh instansi dinding luar
yang berwenang karena keterbatasan tempat dan di dalam unit hunian, kepanjangan -Jalur tangga dengan keliling yang menonjol ke luar pada dinding luar bangunan
horisontal di atas anak tangga teratas tidak diperlukan asalkan rel pegangan tangan -Jalur tangga dengan dinding luar tidak diproteksi berhadapan dengan dinding luar yang
memanjang pada ketinggian yang diperlukan sampai pada satu titik langsung di atas bersebelahan dari bangunan
tiang tegak teratas.  Apabila dinding yang bukan tahan terhadap api atau bukan tidak terproteksi menutup
 Ketinggian pagar pengaman yang dipersyaratkan harus diukur vertikal ke bagian atas bagian luar jalur tangga dan dinding serta bukaan itu di ekspos pada bagian lain dari
pagar pengaman dari permukaan yang dekat dimaksud. bangunan pada satu sudut tidak lebih dari 180 derajat, dinding penutup bangunan dalam
 Pagar pengaman paling sedikit harus 100 cm (42 inci) tingginya. Pengecualian 1: Pagar jarak 3 m (10 ft) horisontal dari dinding yang bukan tahan api atau bukan yang
pengaman yang sudah ada yang di dalam unit hunian harus sedikitnya 90 cm (36 inci) terproteksi harus dikonstruksikan seperti dipersyaratkan untuk ruang jalur tangga
tingginya. Pengecualian 2: Seperti yang ada pada bangunan kumpulan. Pengecualian 3: tertutup termasuk proteksi untuk bukaannya. Konstruksi harus menjulur vertikal dari
Pagar pengaman yang sudah ada pada tangga yang sudah ada harus paling sedikit dasar ke suatu titik 3 m (10 ft) di atas bordes tangga di puncak paling tinggi atau pada
tingginya 80 cm (30 inci). garis atap, yang mana yang lebih rendah.Untuk perencanaan tangga darurat/tangga
 Pagar pengaman terbuka harus mempunyai rel atau pola ornamen sehingga bola kebakaran, perlu mempertimbangkan jumlah orang (N) yang dapat terakomodasi, lebar
berdiameter 10 cm (4 inci ) harus tidak bisa lolos melalui bukaan sampai ketinggian tangga darurat, dan jumlah lantai. Perhitungan ini dilakukan sesuai dengan persamaan
80 cm (34 inci ). Pengecualian 1: Bukaan segitiga yang dibentuk oleh tiang tegak, anak berikut:
tangga, dan elemen bawah rel pagar pengaman pada sisi terbuka dari sebuah tangga
harus ukurannya sedemikian rupa sehingga sebuah bola dengan diameter 15 cm (6 inci)
P = 200w + [50(w – 0,3)] (n – 1)
harus tidak dapat lolos melalui bukaan segitiga itu. Pengecualian 2: Dalam rumah
Dimana:
tahanan, dalam hunian industri, dan di dalam gudang, jarak bebas antara rel terdekat
diukur tegak lurus pada rel harus tidak lebih dari 50 cm (21 inci). Pengecualian 3: Pagar P = jumlah orang yang direkomendasi
pengaman yang sudah ada yang disetujui. w = lebar tangga dalam meter

n = jumlah lantai bangunan


Ruangan tertutup dan proteksi dari tangga
 Semua tangga di dalam, yang melayani sebuah eksit atau komponen eksit harus tertutup Berikut ini contoh perhitungan lebar minimum tangga yang diperlukan untuk

(harus aman dan terlindung dari api dan gas panas yang beracun). menghindari penumpukan penghuni pada tiap lantai:

 Semua tangga lain di dalam harus diproteksi sesuai dengan bukaan vertikalnya. P = 226 orang (bisa di dapat dari perhitungan Jumlah Orang = Luas bangunan/Beban
Pengecualian: Dalam bangunan gedung yang sudah ada, apabila sebuah ruangan eksit Okupansi)
dua lantai menghubungkan lantai eksit pelepasan dengan lantai berdekatan, eksit
n = 10
tersebut harus dipersyaratkan untuk ditutup pada lantai eksit pelepasan dan paling
P = 200w + [50 (w – 0,3)] (n – 1)

226 = 200w + [50 (w – 0,3)] (10 – 1)


226 = 200w + (50w – 15) 9 3. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan
Pemasangan Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran pada
226 = 200w + 450w – 135
Bangunan Gedung. 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
226 + 135 = 200w + 450w
^ "The Official Corporate Website of Penerbit Erlangga". www.erlangga.co.id (dalam bahasa
361 = 650w
Inggris). Diakses tanggal 2018-12-03
w = 1,80 m

Jadi lebar tangga yang diperlukan untuk tiap lantai adalah 1,80 m 2.6.9 Sistem Penangkal Petir

 Pada tangga darurat harus diadakan penandaan jalur tangga. Dalam perencanaan Perlindungan terhadap efek petir prinsipnya adalah menciptakan satu atau lebih titik yang
penandaan tangga darurat/kebakaran ada beberapa kriteria yang disyaratkan berdasarkan disukai petir menggunakan elemen konduktor impedansi rendah. Titik ini kemudian
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 Bab 3 butir 3.8.4, antara menyalurkan dan menghilangkan arus petir ke tanah.Sistem yang koheren ini memungkinkan
lain: petir ditangkap dan dihamburkan dan memberikan perlindungan pada struktur bangunan. Ada
lima jenis sistem proteksi petir untuk melindungi struktur bangunan yang biasanya digunakan :
1) Menunjukkan tingkat lantai

2) Menunjukkan akhir teratas dan terbawah dari ruang tangga terlundung  Roods
 Mashed conductors
3) Menunjukkan tingkat lantai dari, dan kearah eksit pelepasan
 Catenary wires
4) Diletakkan di dalam ruang terlindung di tempat mendekati 1,5 m di atas bordes
 Early streamer
lantai dalam suatu posisi yang mudah terlihat bila pintu dalam posisi terbuka atau
 Perlindungan dengan komponen alami
tertutup,

5) Dicat atau dituliskan pada dinding atau pada penandaan terpisah yang terpasang
kuat pada dinding, 1. Sistem Penangkal petir Franklin

6) Huruf identifikasi jalur tangga harus ditempatkan pada bagian atas dari
penandaan dengan tinggi minimum huruf 2,5 cm dan harus memenuhi ketentuan
tentang “karakter huruf”

7) Angka level lantai harus ditempatkan di tengah-tengah penandaan dengan tinggi


angka minimum 12,5 cm.

Catatan Sumber :

1. Juwana, J. S. 2005. Sistem Bangunan Tinggi, Jakarta: Erlangga[1]


2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. 2008. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum. Gambar : Sistem Penangkal petir Franklin
Benjamin Franklin menemukan Lightning Rod pada tahun 1753. Konduktor petir ini terdiri 3. Sistem Penangkal Petir Kawat Catenary
dari batang logam meruncing setinggi 2 m hingga 8 m yang berada di puncak struktur yang
akan dilindungi dan yang terhubung ke minimum dua konduktor yang mengalirkan dan dua
sistem grounding.Karena radius perlindungan jenis Air-Termination Rod ini terbatas pada
sekitar 30 meter lingkungan (Level Perlindungan Petir = IV, tinggi = 60 meter), biasanya
hanya digunakan untuk melindungi bangunan atau zona kecil seperti tiang, cerobong asap,
tangki , menara air, tiang-tiang udara, rumah tinggal, dll yang areanya dibawah radius 30
meter.

2. Sistem Proteksi Petir Sangkar Konduktor (Sistem Faraday) Gambar : Sistem Pengkal Petir Kawat Catenary
Sistem proteksi petir ini menggunakan prinsip yang mirip dengan Sistem Faraday, terdiri
dari mesh konduktor, tetapi pada jarak yang cukup jauh dari bangunan yang akan dilindungi.
Tujuannya adalah untuk menghindari arus petir yang bersentuhan langsung dengan
bangunan.Konduktor kawat Catenary yang ditempatkan di atas bangunan yang akan dilindungi
dihubungkan ke konduktor turun dan sistem grounding khusus. Ukuran mesh dan jarak antara
konduktor down dikenakan aturan yang sama seperti untuk sistem proteksi petir konduktor
mesh.
Perlindungan ini mensyaratkan studi mekanis tambahan (ketahanan material untuk tiang,
tekanan tanah yang memenuhi syarat, ketahanan terhadap angin dan kondisi cuaca, dll.)Harus
dilakukan dan jarak isolasi ditentukan.Konduktor petir kawat catenary khususnya digunakan

Gambar : Sistem Proteksi Petir Sangkar Konduktor (Sistem Faraday) untuk melindungi area terbuka ketika tidak ada dukungan arsitektur atau penyimpanan
berbahaya. Contoh penggunaannya seperti di area taman terbuka, pusat olahraga, objek wisata

Perlindungan petir ini, berasal dari Sistem Faraday Cage atau type sangkar, terdiri dari terbuka, pantai dan lain-lain.

konduktor bertautan yang menutupi atap dan dinding bangunan yang akan dilindungi. Terminal 4. Perlindungan Menggunakan Komponen Alami
petir berupa tiang-tiang penangkal yang kecil diposisikan di sekitar tepi atap dan di titik-titik
tinggi.Jaringan konduktor mengikuti perimeter eksternal atap.Jaringan ini dilengkapi dengan
elemen transversal.Jarak antar terminal antara 5 dan 20 meter sesuai dengan efektivitas yang
diperlukan.Bagian atas konduktor yang dipasang di dinding dihubungkan ke atap, dan bagian
bawah untuk sistem grounding khusus.Jarak antara dua konduktor turun adalah antara 10 dan 20
meter sesuai dengan tingkat proteksi petir yang diperlukan.Arus petir dialirkan melalui
konduktor dan sistem grounding yang paling dekat dengan titik dampak sambaran petir.Contoh
Gambar : Perlindungan Menggunakan Komponen Alami
penggunaannya pada gedung bertingkat, hotel atau mall yang memiliki area bangunan yang
luas.
Sistem ini menggunakan bagian dari struktur atau bangunan yang dapat berpartisipasi dalam besar.Tergantung pada nilai muka pemicu konduktor petir (int dalam μs), tinggi dan efektivitas
perlindungan eksternal melalui kapasitas bahan untuk menangkap sambaran petir atau untuk perlindungan, nilai maksimumnya adalah 120 meter (Tingkat III, tinggi = 60 meter). Ukuran ini jauh
mengalirkan arus petir.Mereka dapat digunakan untuk mengganti semua atau sebagian konduktor down lebih luas dibanding penangkal petir biasa. Jika dibandingkan kelima jenis sistem penangkal petir ini,
atau sebagai tambahan untuk instalasi eksternal. maka berikut ini adalah tabel kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem penangkal petir yang
telah dijelaskan sebelumnya di atas :

Komponen-komponen ini dapat terdiri dari: Keunggulan Kerugian

Penangkal Petir Franklin


 Bingkai konstruksi logam
 Kemudahan pemasangan  Terbatas untuk melindungi struktur ukuran kecil
 Pelapis logam dari dinding atau kelongsong logam
 Ekonomis  Mekanik menahan kendala tiang
 Lembaran logam yang menutupi volume yang akan dilindungi
 Dapat diintegrasikan dengan mulus dan diam-diam
 Komponen logam dari struktur atap seperti rangka baja yang saling berhubungan, dll ke dalam struktur bangunan

 Batang logam dalam beton bertulang Penangkal Petir Faraday

 Bagian logam seperti talang, dekorasi, pagar, dll  Pengurangan efek radiasi elektromagnetik dalam  Kompleks dan mahal untuk dipasang
struktur yang dilindungi.
 Pipa dan tangki logam, asalkan tebalnya setidaknya 2,5 mm  Seringkali tidak estetis karena kompleksitas
 Penyebaran arus petir di beberapa konduktor turun struktur
 Berkontribusi pada ekototensial keseluruhan antara
Komponen-komponen ini harus memenuhi persyaratan ketebalan, penampang dan kontinuitas, struktur penghantar dan tanah
sehingga penggunaannya tidak menjadi masalah yang sulit.Selain itu, jika digunakan sebagai penangkal Penangkal Petir Komponen Alami Bangunan
petir, komponen tersebut tidak boleh tersentuh oleh pengguna gedung.  Penyederhanaan pemasangan dan pengurangan  Sulit dirawat (pemeriksaan kontinuitas listrik,
biaya identifikasi bagian-bagian struktur yang terlibat
5. Konduktor Petir Emisi Early Streamer (Pencegahan Dini) dalam perlindungan, dll.)
 Kemungkinan penghapusan sebagian atau total
elemen «alami» yang berpartisipasi dalam
perlindungan saat bangunan dimodifikasi
Penangkal Petir Early Streamer

 Jika area yang akan dilindungi adalah area  Tinggi konduktor petir minimum 2 meter
berbahaya, konduktor petir dapat dipasang di luar Mekanik menahan kendala tiang
 Kemungkinan untuk melindungi beberapa bangunan
dengan konduktor petir yang sama
 Ekonomis
 Dapat melindungi struktur dan lingkungan di
sekitarnya secara bersamaan

Gambar : Konduktor Petir Emisi Early Streamer (Pencegahan Dini)  Perlindungan zona terbuka Dapat diintegrasikan
dengan mulus dan diam-diam ke dalam struktur
bangunan

Radius perlindungan yang dihasilkan Prinsip konduktor petir emisi streamer dini adalah secara buatan Tabel : Penangkal Petir
menghasilkan arus ke atas lebih awal sebelum sambaran petir terjadi.Karena penangkapan sambaran Sumber: https://earlystreameremission.com/en/the-world-of-lightning-protection/protection-against-
effects-of-lightning/
petir lebih cepat daripada dengan penangkal petir biasa, teknologi ini dapat digunakan untuk
melindungi zona yang tersebar di area yang lebih luas, sehingga memastikan perlindungan bangunan
BAB III Plumbing + duckting : 25 kg/m3
Spesi : 21 kg/m3
STUDI KASUS : SISTEM TEKNOLOGI PADA BANGUNAN DENGAN FUNGSI HUNIAN
Tangga dan bordes : 300 kg/m3
2. Beban Angin : Jauh dari pantai : 25 kg/m3
3. Beban Gempa. Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap gempa dilakukan
3.1 Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan
menurut SNI 03-1726-2012.
Gedung ini telah dirancang dengan tinggi 15 lantai dengan menggunakan metode beton
pracetak. Elemen pracetak hanya balok dan pelat, sedangkan pada elemen kolom, dinding geser,
tangga, lift, dan pondasi direncanakan menggunakan metode cor ditempat. Gedung ini dirancang
menggunakan Sistem Ganda dengan rangka pemikul momen menengah yang mampu menahan
paling sedikit 25 persen gaya gempa yang ditetapkan dan dinding geser beton bertulang khusus
yang mampu menahan 75 persen gaya gempa yang ditetapkan.

3.1.1 Data Perencanaan

Data-data perencanaan secara keseluruhan mencakup data umum bangunan, data bahan dan
data tanah. Bangunan gedung tersebut akan dimodifikasi menggunakan metode beton
pracetak dan data bangunan yang direncanakan sebagai berikut:

 Data Umum Bangunan:


Nama gedung : Apartemen Aspen Admiralty Tower C
Lokasi : Jakarta Selatan
Tipe bangunan : Hunian
Jumlah lantai : 15 lantai
Tinggi bangunan : + 46,55 meter
Gambar 3.1 Permodelan 3D Struktur Utama
Struktur bangunan : Beton pracetak (non prategang) Sumber : Habib Syaifuddin,2016

3.1.1 Pembebanan
3.1.2 Sistem Struktur Gedung
1. Beban Gravitasi
Beban Mati (PPIUG 1983) Elemen struktur sendiri terbagi dalam elemen struktur primer atau struktur utama
Berat sendiri beton bertulang : 2400 kg/m3 dan struktur sekunder.Struktur sekunder merupakan bagian dari struktur gedung yang
Tegel : 24 kg/m3 tidak menahan kekakuan secara keseluruhan, namun tetap mengalami tegangan-tegangan
Dinding ½ bata : 250 kg/m3 akibat pembebanan yang bekerja pada bagian tersebut secara langsung, ataupun
Plafond : 11 kg/m3 tegangan akibat perubahan bentuk dari struktur primer. Bagian perancangan struktur
Penggantung : 7 kg/m3 sekunder ini meliputi pelat dan tangga .
3.1.2.1 Elemen Struktur Primer 550 cm Pelat tipe D : 210 x 870 cm Pelat tipe E : 275 x 785 cm Pelat
a. Perencanaan Dimensi Balok tipe F : 380 x 785 cm Semua tipe pelat tersebut direncanakan dengan
Modifikasi ini menggunakan balok yang penampangnya spesifikasi sebagai berikut: Mutu beton : 30 MPa Mutu baja : 390
berbentuk persegi (rectangular beam). Perencanaan balok dilakukan MPa Tebal pelat rencana : 15 cm
dalam dua tahap dimana tahap pertama balok pracetak dibuat dengan
sistem fabrikasi yang kemudian pada tahap kedua dilakukan
penyambungan dengan menggunakan sambungan basah.Pada tahap kedua
balok dipasang dengan pengangkatan ke site lalu dilakukan over-topping c. Perencanaan Dimensi Kolom
(cor in site) setelah sebelumnya dipasang terlebih dahulu pelat pracetak. Perencanaan dimensi kolom yang tinjau adalah kolom yang mengalami
Dengan system tersebut maka akan membentuk suatu struktur yang pembebanan terbesar. Data-data yang diperlukan dalam menentukan
monolit. dimensi kolom adalah sebagai berikut:
a. Tebal pelat = 15 cm = 150 mm
b. Tinggi tiap lantai = 3,325 m
c. Dimensi balok induk = Tabel 4.1
d. Dimensi balok anak = Tabel 4.2
Bedasarkan PPIUG 1983 pembebanan seperti berikut ini:
a. Beban mati lantai 2-14 dan atap
Beban mati yang diterima oleh kolom adalah sebagai
berikut:
Pelat : 7,1x5,575x0,15x2400 kg/m3 x14lt =199495,8 kg
Balok Induk : 12,675x0,40x0,60x2400kg/m3 x14 lt =102211,2 kg
Balok anak : 9,05x0,30x0,5x2400 kg/m3x14 lt = 45612,0 kg

d. Perencanaan Tebal Dinding Geser


Bedasarkan peraturan SNI 03-2847-2013 pasal 14.5.3.1 ketebalan dinding
pendukung tidak boleh kurang dari 1/25 tinggi atau panjang bagian dinding
yang ditopang secara lateral, diambil yang terkecil, dan tidak kurang
daripada 100 mm.
Gambar 3.2 Denah Pembalokan Tebal dinding geser direncanakan sebagai berikut:
Sumber : Habib Syaifuddin,2016 Tebal dinding geser = 40 cm
b. Data Perencanaan Tebal Pelat Lantai dan Atap Pelat yang direncanakan Panjang bentang dinding = 785 cm
berupa pelat lantai dengan 8 tipe pelat yang memiliki ukuran yaitu: Pelat Tinggi dinding = 332,5 cm
tipe A : 275 x 905 cm Pelat tipe B : 320 x 905 cm Pelat tipe C : 210 x
Dengan demikian tebal dinding geser 40 cm memenuhi.

3.1.2.2 Elemen Struktur Sekunder


Perencanaan Struktur Sekunder Perencanaan Pelat Desain tebal pelat
direncanakan menggunakan ketebalan 15 cm dengan perincian tebal pelat
pracetak 9 cm dan pelat cor setempat (overtopping) 6 cm. Peraturan yang
digunakan untuk penentuan besar beban yang bekerja pada struktur pelat adalah
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983). Desain Pelat
direncanakan pada beberapa keadaan, yaitu :
1. Sebelum Komposit Keadaan ini terjadi pada saat awal pengecoran topping
yaitu komponen pracetak dan komponen topping belum menyatu dalam
memikul beban.Perletakan pelat dapat dianggap sebagai perletakan bebas. Gambar 3.3(a) Dimensi balok anak sebelum
komposit, (b) Dimensi balok anak saat pengecoran
dan balok anak saatKomposit.
2. Sesudah Komposit Keadaan ini terjadi apabila topping dan elemen pracetak Sumber : Habib Syaifuddin,2016
pelat telah bekerja bersama-sam dalam memikul beban.Perletakan pelat
dianggap sebagai perletakan terjepit elastis.Pada dasarnya, permodelan pelat 3.1.4 Perencanaan Struktur Utama
terutama perletakan baik pada saat sebelum komposit dan setelah komposit
Struktur utama merupakan suatu komponen utama dimana kekakuannya mempengaruhi perilaku
adalah untuk perhitungan tulanan pelat.Pada saat sebelum komposit yaitu
gedung tersebut. Struktur utama memiliki fungsi untuk menahan pembebanan yag berasal dari beban
kondisi ketika pemasangan awal pelat, pelat diasumsikan tertumpu pada dua
gravitasi dan beban lateral berupa beban gempa maupun beban angin. Komponen utama terdiri dari
tumpuan.Sedangkan pada saat setelah komposit, perletakan pelat diasumsikan
balok induk, kolom, dan dinding geser.
sebagai perletakkan terjepit elastis.Penulangan akhir nantinya merupakan
penggabungan pada dua keadaan diatas. 3.1.4 .1 Perencanaan Balok Induk

Balok induk merupakan struktur utama yang memikul beban struktur sekunder dan meneruskan
a. Perencanaan Balok Anak Pracetak . beban tersebut ke kolom.Didalam preliminary desain gedung tower C apartemen Aspen Admiralty
Pada perencanaan balok anak, beban yang diterima oleh balok anak berupa Jakarta Selatan direncanakan dimensi balok induk dengan menggunakan sistem pracetak.Maka dari itu,
beban persegi biasa.Itu dikarenakan pelat pracetak hanya menumpu dua titik penulangan lentur balok induk dihitung dalam dua kondisi, yaitu sebelum komposit dan setelah
tumpu, titik tumpu pertama ada dibalok induk serta titik tumpu yang kedua komposit. Dengan adanya dua kondisi tersebut nantinya akan dipilih tulangan yang lebih kritis untuk
berada di balok anak. digunakan pada penulangan balok induk.

3.1.4 .2 Perencanaan Kolom

Kolom merupakan struktur utama yang berfungsi memikul beban beban yang diterima struktur,
baik dari struktur sekunder maupun balok induk, serta berfungsi untuk meneruskan beban yang
diterima ke pondasi.Pada perencanaan Tugas Akhir ini, kolom yang diperhitungkan diambil pada 3.1.5 Perencanaan Sambungan
kolom yang memikul beban terbesar. Data umum perencanaan adalah sebagai berikut:
Sambungan berfungsi sebagai penyalur gaya-gaya yang dipikul oleh elemen struktur ke elemen struktur
1. Dimensi kolom : 70/70 cm yang lainnya.Gaya-gaya tersebut untuk selanjutnya diteruskan ke pondasi.Selain itu desain sambungan
2. Tinggi kolom : 332,5 cm dibuat untuk menciptakan kestabilan. Suatu sambungan diharapkan dapat mentransfer beberapa gaya
3. Diameter Tulangan Utama (D) : 25 mm secara bersamaan. Sambungan basah relatif mudah dalam pelaksanaannya jika dibandingkan dengan
4. Diameter Sengkang (ф) : 16 mm sambungan kering (non topping) seperti mechanical connection dan welding connection yang cukup
rumit.Untuk sambungan basah dalam daerah joint, diberikan tulangan yang dihitung berdasarkan
3.1.4 .3 rencanaan Dinding Geser
panjang penyaluran dan sambungan lewatan.Selain itu juga dilakukan perhitungan geser friksi yaitu
Dinding geser (Shearwall) dalam struktur gedung berfungsi untuk menahan gaya geser dan momen geser beton yang berbeda umurnya antara beton pracetak dengan beton topping. Di dalam pelaksanaan
momen yang terjadi akibat gaya lateral. Dinding geser bekerja sebagai sebuah balok kantilever vertikal biasanya dipakai stud tulangan (shear connector) yang berfungsi sebagai penahan geser dan sebagai
dan dalam menyediakan tahanan lateral, dinding geser menerima tekuk maupun geser. Jika tegangan pengikat antara pelat pracetak dan pelat topping agar pelat bersifat secara monolit dalam satu kesatuan
lentur diperhitungkan, besar tegangan lentur tersebut akan dipengaruhi oleh beban aksial Nu integritas struktur.Dalam pelaksanaan kontruksi beton pracetak, sebuah sambungan yang baik selalu
(kombinasi aksial lentur). Dalam struktur bangunan ini dipakai model section dinding geser dengan ditinjau dari segi praktis dan ekonomis.Selain itu perlu juga ditinjau serviceability, kekuatan dan
tebal 40 cm. produksi.Faktor kekuatan khususnya harus dipenuhi oleh suatu sambungan karena sambungan harus
mampu menahan gayagaya yang dihasilkan oleh beberapa macam beban.Beban-beban tersebut dapat
berupa beban mati, beban hidup, beban gempa dan kombinasi dari beban-beban tersebut.Sambungan
antar elemen beton pracetak tersebut harus mempunyai cukup kekuatan, kekakuan dan dapat
memberikan kebutuhan daktilitas yang disyaratkan.Baik sambungan cor setempat maupun sambungan
grouting sudah banyak dipergunakan sebagai salah satu pemecahan masalah dalam mendesain
konstruksi pracetak yang setara dengan konstruksi cor setempat (cast in situ).

1. Klasifikasi Sistem dan Sambungannya


Sistem pracetak didefinisikan dalam dua kategori yaitu lokasi penyambungan dan jenis alat
penyambungan:
a. Lokasi penyambungan

Portal daktail dapat dibagi sesuai dengan letak penyambungdan lokasi yang
diharapkan terjadi pelelehan atau tempat sendidaktailnya.Simbol-simbol di bawah
ini digunakan untukmengidentifikasi perilaku dan karakteristik pelaksanaannya.

a. Strong, sambungan elemen-elemen pracetak yang kuat dan tidak akan leleh
akibat gempa-gempa yang besar.
Gambar 3.4 Denah penempatan shearwall
b. Sendi, sambungan elemen-elemen pracetak bila dilihat dari momen akibat
Sumber : Habib Syaifuddin,2016
beban lateral gempa dapat bersifat sebagai sendi.
c. Daktail, sambungan elemen-elemen pracetak yang daktail dan berfungsi lampu kamar mandi 1 buah dengan daya 10,5 W dan jumlah lampu dapur 1 buah dengan daya 10,5
sebagai pemencar energi. W. Sebagai contoh penerangan yang berdasarkan BSN (2001) untuk kamar tidur unit apartemen tipe 1
b. Jenis alat penyambung adalah:
a. Shell pracetak dengan bagian intinya di cor beton setempat
Data ruangan kamar tidur:
b. Cold joint yang diberi tulangan biasa
Panjang (p) = 3,7 m
c. Cold joint yang diberi tulangan pracetak parsial, dimana joint digrout.
Lebar ruangan = 3,2 m
d. Cold joint yang diberi tulangan pracetak parsial, dimana joint tidak digrout.
Tinggi dari bidang kerja = 2,3 m
e. Sambungan-sambungan mekanik
Kp (bangunan baru) = 0,9
3.2 Apartemen Menara-ONE Surakarta Kd (bangunan baru) = 0,8
E (kamar tidur) = 125 lux

Gambar 3.2.1. Tampak gedung Apartemen Menara One


Sumber : Al Faruq, 2018
Gambar 3.2.2 Instalasi penerangan apartemen tipe 1
Gedung Apartemen Menara One terletak di Jl. Permata Raya, Pabelan, Kartasura, Kabupaten Sumber : Al Faruq, 2018
Sukoharjo, Jawa tengah. Tampak Apartemen Menara One.. Apartemen Menara One terdiri dari 12
lantai. Unit apartemen terletak pada Lantai 2 sampai dengan Lantai 11. Retail dan foodcourt terletak Dengan cara yang sama didapat jumlah lampu balkon 1 buah dengan daya 7 W, jumlah lampu
pada Lantai 1 dan resto terletak pada Lantai 12. Apartemen ini dibangun diatas tanah seluas 2000 m2 kamar mandi 1 buah dengan daya 10,5 W dan jumlah lampu dapur 1 buah dengan daya 10,5 W.
dengan tinggi 43 m (Menara Santoso, 2016). Bentuk ruangan pada unit apartemen sebagian besar Jumlah total daya listrik Apartemen Menara One Surakarta adalah 854,07 kVA. Dengan asumsi
berbentuk persegi. Jumlah lampu dan armatur untuk masing-masing ruangan bergantung dari fungsi penambahan 15% dari daya total untuk SDP (Sub Distribution Panel) cadangan didapat daya listrik
dan luas ruangannya. Perhitungan jumlah lampu dan armatur pada sebuah ruangan, bertujuan untuk total Apartemen Menara One sebesar 982,31 kVA .Berdasarkan perhitungan daya total, transformator
mendapatkan tingkat pencahayaan yang baik. Perencanaan menggunakan katalog lampu merek yang dipilih adalah yang berkapasitas 1000kVA step down (Centrado, 2017) dan genset dengan
Philips (Philips, 2017). Jumlah armatur/lampu pada kamar tidur adalah 4 lampu dengan daya per kapasitas 1000 kVA tipe open type (Komatsu, 2017).
lampu 7 watt. Dengan cara yang sama didapat jumlah lampu balkon 1 buah dengan daya 7 W, jumlah
Tabel 3.2.1 Daya Listrik Apartemen
Sumber : Al Faruq, 2018

Suplai energi listrik apartemen Menara One menggunakan sistem 3 fasa dengan tegangan suplai
220/380 V, sehingga perlu dilakukan pembagian kelompok beban. Hal ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan beban pada tiap fasa, melokalisir gangguan yang timbul agar tidak mempengaruhi kerja
sistem secara keseluruhan, mempermudah dalam pemasangan, pemeriksaan, pengoperasian dan
perbaikan. Alur pendistribusian daya listrik dari Panel LVMDP (Low Voltage Main Distribution
Panel) ke panel beban. Secara keseluruhan terdapat 17 panel beban. Pada setiap lantai terdapat satu
buah panel beban, kecuali lantai dasar memiliki tiga buah panel yang terdiri dari satu panel pompa,
satu panel hydrant dan satu panel dasar.
Gambar 3.2.3 Diagram distribusi listrik Apartemen Menara One
Sumber : Al Faruq, 2018

Dari perhitungan sistem elektrikal yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

a. Daya listrik pada hunian apartemen tipe 1 adalah 2200 VA dan daya listrik pada hunian
apartemen tipe 2 sampai 6 adalah 3500 VA.
b. Kapasitas Transformator stepdown dan genset adalah 1000 kVA.
c. Susut tegangan maksimum yang terjadi adalah 1,89 % atau 7,19 V.

Anda mungkin juga menyukai