Soal 01
Apakah arti dan maksud tarekat itu ?
Jawab;
Arti harfiahnya tarekat itu ialah jalan. Adapun menurut esensinya
ialah;
“Menjauhi hal-hal yang dilarang baik yang zhahir maupun batin dan
melaksanakan perintah Allah SWT sekuat-kuatnya”.
Adapun tarekat dalam pengertian yang lebih khusus ialah
AMALAN yang bertujuan untuk membersihkan hati dari sifat-sifat
tercela.
Soal 02
Di Indonesia ada berapa tarekat yang termasuk dalam tarekat
mu’tababarah ?
Jawab;
Menurut dalam hadist Rasulullah SAW
Soal 03 Apakah
perbedaan tarekat dan tasawuf itu ?.
Jawab;
“Syariat itu ibarat pohon, tarekat itu dahannya, dan hakikat itu
buahnya. Itulah yang dinamakan ilmu tasawuf “. Soal 04
Apakah boleh belajar ilmu hakikat sebelum belajar ilmu syariat
dan tarekat?.
Jawab;
Imam Malik dengan tegas mencegah orang-orang yang belajar
ilmu hakikat tanpa belajar ilmu syariat dan tarekat lebih dahulu. Setiap
orang yang salik (orang yang menuju ma’rifat kepada Allah) wajib
mengamalkan tiga macam ilmu tersebut.
“Tidak boleh tidak bagi orang yang salik menuju jalan akhirat
itu menghimpunkan / mengamalkan ilmu yang tiga macam itu, dan
jangan sampai melalaikan salah satunya”. Soal 05
Ada diantaranya yang melarang bertarekat karena berbagai
alasan. Bagaimana menurut anda ?.
Jawab;
Misi dan fungsi tarekat itu sangat bagus, antara lain adalah untuk
menghilangkan penyakit-penyakit batin yang bersarang dalam hati
manusia seperti ujub, ria, sombong takabbur dan lain-lain. Syekh
Ubaidah Sanqiti memandang sangat penting mempelajari dan
mengamalkan ilmu tarekat seperti dalam penegasannya berikut;
Jawab;
Jawab;
Jawab;
Dalam kitab-kitab tarekat Tijaniah diceritakan bahwa Syekh
Ahmad Attijani berjumpa dengan Rasulullah dalam keadaan tidak
tidur, dan dalam perjumpaan itu pulalah Rasulullah mengijazahkan
(serangkaian amaliah yang kemudian dinamakan dengan) tarekat
Tijaniah kepadanya pada tahun 1196 H, dan agenda pertemuan ini
dinamakan dengan peristiwa FATHUL AKBAR. Dalam pada itu pula
Rasulullah bersabda;
- --
“ Sesungguhnya ilmuku sesudah wafatku seperti ilmuku semasa
hidup”.
Soal 16
Sepengetahuan saya dalam tarekat Tijaniah itu seperti ada
ketegasan dalam pengamaliahannya, seperti apabila ketinggalan
membaca wiridannya maka ikhwan-ikhwat itu diwajibkan untuk
mengqadha’ wiridan tersebut, apa benar demikian ?.
Jawab;
Benar apa yang anda ketahui itu, dalam tarekat Tijaniah
kedudukan wirid lazim pagi dan wirid lazim sore maupun wazdifah
yaumiah dan hailalah sore hari Jum’at adalah sebagai nazar ibadah
kepada Allah SWT, maka oleh karena itu pelaksanaannya naik
menjadi wajib dan apabila ketinggalan maka wajib qadha. Rasulullah
SAW bersabda;
Soal 20
Kalau demikian, apa gerangan yang membedakan antara
amaliah (istigfar, salawat dan zikir) biasa, dengan amaliah tarekat
yang materinya juga sama ?.
Jawab;
Sekilas nampak sama. Akan tetapi pada tarekat itu ada Syekh
Mursyid yang membimbing dalam beramaliah yang dilengkapi dengan
silsilah dari guru ke guru hingga sampai kepada Rasulullah SAW,
itulah perbedaanya, dan disini pula peran aktifnya syekh mursyid itu.
“Syekh yang wasil (ma’rifat yang sempurna) itu ibarat tali Allah
SWT dimuka bumi ini, maka barang siapa yang bergantung kepadanya
akan sampai pula. Adapun syekh yang tidak wasil siapa yang
bergantung kepadanya akan terputus.
Soal 21
Apakah dalam tarekat Tijaniah begitu pula ketentuannya ?.
Jawab;
Benar, dalam tarekat Tijaniah orang yang mentalkin itu disebut
dengan muqaddam atau syekh tarekat. Dan muqaddam itu disamping
wajib mendapat izin untuk mentalkin, wajib pula ia mengetahui /
memiliki sanad yang tersambung hingga Rasulullah SAW. Kalau
kedua ketentuan wajib ini tidak dimilikinya maka wiridannya tidak
boleh diterima maupun diamalkan.
Soal 22
Soal 25
Namun saya pernah menemukan sebuah hadist Rasulullah SAW
yang maksudnya ilmu ma’rifat itu yang paling awal jika dibanding
dengan ilmu-ilmu lainnya, hadist tersebut ialah;
–
“Awal-awal ilmu itu yaitu ilmu ma’rifat kepada Allah SWT, dan
keakhiran ilmu itu pada tafwidhul amar (dewan ijtihady)”.
Jawab;
Pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar, mengedepankan ilmu
hakikat dengan mengabaikan ilmu tarekat dan ilmu syariat adalah
suatu pemahaman yang fatal, berkembangnya pemahaman ilmu seperti
ini akan memudarkankan sekian banyak ilmu-ilmu keagamaan. Syekh
Abd Karim dalam kitabnya Insanul Kamil beliau mengutip hadist
Rasulullah SAW yang inti dari ma’na hadist itu ialah, bahwa ilmu
hakikat (ilmu ma’rifatullah) dan ilmu tasawuf (ilmu adabiah yang
digambarkan dalam kalimat khaufan) adalah satu paket yang tidak
terpisahkan dengan bagian ilmu yang lainnya. Hadist tersebut;
Soal 26
Minta alasan tambahan tentang tidak bolehnya tarekat Tijaniah
digabung dengan tarekat lain ?.
Jawab;
Seorang murid tarekat itu dituntut untuk memfokoskan
perhatiannya hanya dengan satu syekh yang diikutinya dan satu tarekat
yang diamalkannya.
Soal 28
Mengenai pelarangan ziarah itu bagaimana ?. Jawab;
Sebenarnya bukan melarang ziarah tetapi mengatur ziarah bagi
ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah, sehubungan dengan masalah ini saya
kutipkan lagi keterangan dari kitab Al Anwarul Qudsiah hal 194, kata
Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany;
Keterangan Dalil;
A. Ziarah seperti ini haram sebagaimana keterangan Surat Al
Qashash ayat 88,
Soal 30 Dari
mana asal lima buah nama tersebut?.
Jawab;
Kelima buah nama tersebut berasal dari Rasulullah SAW
pula, sebagai mana yang tersebut dalam kitab Rimah hal
40-2 sebagai berikut;
Jawab;
Allah SWT itu tidak ada batasan bagi-Nya. Tetapi istilah “ Al Khitam”
sudah mewakili atas semua tingkatan maqam Al Muqarrabin. Maka
siapa yang memperoleh semua tingkatan Al Qurbah itu, maka DIA lah
Khatmul Aulia itu, dan dia mewarisi Nabi SAW dalam hal
menyandang gelar (al khitam). Dia juga pemegang maqamul qurbah.
Maqam terpuji yang tidak didahului oleh seorang juapun maqamnya.
Karena dialah yang menduduki maqam kema’rifatan itu”.
A). Khatmul Anbia istilah untuk nabi penutup.
B). Khatmul Aulia istilah untuk wali khatmi.
Syekh Abd Karim al Jili cukup gamblang mengisyaratkan tentang
keberadaan Khatmul Aulia ini, sekalipun jarak antara keduanya sekitar
345 tahun. Syekh Abd Karim al Jili wafat 805 H Syekh Ahmad Attijani
lahir tahun 1150 H.
Soal 36
40 10 40
- 1 08
-
40 10 40
40 10 40
30 1 4
150 + 32 + 132 Jumlah 314
Soal 37
Selain bergelar sebagai wali khatmi, Syekh Ahmad Attijani juga
bergelar wali katmi, kedua gelar tersebut sering disebut secara
bersamaan oleh pengikut tarekat Tijaniah dengan sebutan;
Soal 38
Mungkin ada yang bertanya, kenapa tokoh wali katmi dan
khatmi ini justru ada di Moroko / Magriby, bukannya pada pusatpusat
islam seperti kebanyakan tokoh-tokoh islam lainnya, sehingga
karenanya banyak yang tidak mengetahui akan tokoh tersebut ?.
Jawab;
Itulah rahasia Allah. Bukankah Rasulullah sendiri lahir di kota
Mekkah tapi maqamnya di Madinah. Ibnu Araby dari Spanyol
(Andalusi), padahal semestinya dia berasal dari Mekkah karena dia
pengarang kitab Futuhatul Makiah. Tapi sekali lagi ini adalah rahasia
Allah, kita tidak mampu memahaminya secara sempurna. Dan
mungkin inilah yang dimaksud oleh Ibnu Araby dalam Futuhatul
Makiah-nya, katanya;
Soal 39
Dalam hadist Rasulullah pernah menyinggung-nyinggung
tentang negeri cina, yaitu ketika beliau menganjurkan pentingnya
menuntut ilmu. Yang saya tanyakan, adakah Rasulullah menyinggung
tentang negeri Maroko ini dalam hadistnya ?.
Jawab;
Baiklah, kita kembali membuka kitab Ibnu Araby. Dalam
kitabnya Futuhatul Makiah soal ke 136 dia mencantumkan sebuah
dalil yang diakuinya sebagai hadist Rasulullah SAW;
diambil sebagai judul buku terbaru saya yang akan datang, insyaAllah. Tolong do’a dari
ikhwan-ikhwat.
Soal 40
Soal 41
Jawab;
Saya sering mendengar anggapan seperti itu, tapi itu adalah hak
mereka. Sehubungan dengan pembahasan kita sekarang menurut
pendapat Umar bin Abd Aziz (dalam kitab Hilyatul Aulia hal-287-5- ),
katanya;
Soal 46
Apakah pemberian gelar (Al Quthbul Jami) itu sebelum atau
sesudah memperoleh gelar wali katmi dan khatmi ?
Jawab;
Pelantikan Syekh Ahmad Attijani (sebagai wali katmi dan
khatmi) itu terjadi 27 tahun setelah gelar Al Quthbul Jami. Untuk lebih
jelasnya lihat tabel berikut ini;
Tabel 5
No Gelar Dari Tahun Untuk
Al Quthbul Syekh
1 Muhammad 1187 H Syekh Ahmad Attijani
Jami Samman
Soal 47
Kedua gelar (wali katmi dan khatmi) itu cukup jelas pada
penjelasan sebelumnya, namun saya minta keterangan tambahan
sehubungan dengan kedua gelar tersebut ? Jawab;
Baiklah, sekarang akan saya kutipkan keterangan dari Syekh
Husen Hasan tentang kedua gelar tersebut yang berasal dari
itu ?. Jawabnya; Arti Wali Maktum itu ialah wali yang Allah
sembunyikan ketinggian maqamnya dari pengetahuan hamba-
hambaNya, kecuali hanya Rasulullah saja yang mengetahui hal ihwal
ketinggian maqamnya itu. Dan (wali katmi) inilah yang
menghimpunkan kemuliaan yang dimiliki oleh hadhrat wali-wali
semuanya. Dan wali (maktum) ini pula yang menjadi perentara antara
roh-roh nabi-nabi dan roh-roh para wali-wali. Maka setiap wali-wali
Allah yang tinggi martabatnya hingga yang rendah mereka tidak
menerima langsung limpahan dari para nabi-nabi melainkan melalui
perentara wali katmi ini tanpa disadari mereka”. Adapun arti “Wali
Makhtum” itu ialah;
Tabel 6
Kalimat Huruf Nilai Jumlah
2 86 poin
70
10
Soal 56
Pada dialog sebelumnya (no 50), anda menyebutkan buku
manakib Syekh Ahmad Attijani. Adakah mankib selain yang anda
sebutkan itu ?.
Jawab;
Selain kitab yang saya sebutkan itu ada, antara lain yaitu;
Soal 57
Kalau boleh tau, apa sajakah syarat atau aturan-aturan yang
ada dalam tarekat Tijaniah itu ?.
Jawab;
Syarat utama dan wajib dalam tarekat Tijaniah itu antara lainya
yaitu;
1) Taqwa dhahir dan batin kepada Allah dengan mengikuti
sunnah Rasulullah SAW.
2) Melazimkan salat lima waktu tepat pada waktunya, dan
upayakan dengan berjamaah
“ Dan diantara hal (adabiah) murid itu ialah janganlah ia menziarahi seseorang dari
wali-wali masanya kecuali dengan izin dari syekhnya,(baik izin yang jelas atau secara sidiran),
walaupun yang diziarahi itu termasuk sahabat dari syekhnya. Karena syarat murid (tarekat)
itu bahwa jangan ada syekh lain kecuali syekh yang tunggal”.
“Apabila murid (tarekat ) itu tidak melihat syekhnya itu cukup baginya dari yang
lainnya, maka ia telah mengangkat yang lain itu sebagai syekhnya”.
Kata Ibnu Araby yang dikutip oleh Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany dalam Anwarul
Qudsiah nya hal 194, katanya;
“Ada berapa banyak murid-murid tarekat (tarekat)itu yang rusak akibat mereka
melakukan ziarah, kemudian akhirnya mereka memisahkan diri dari syekh (tarekat)nya dan
(bahkan) jadilah mereka seperti terdinding kepada syekhnya dan kepada ikhwan-ikhwanya”.
Katanya lagi;
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya”.
Ma’na dari ayat tersebut oleh Imam Al Qurthabi diperjelas dengan tafsirnya;
“Tidak berhimpun dua keyakinan yang berbeda dalam hatinya”.
Seperti itu pula kiranya tidak berhimpunnya dua syekh yang berbeda tarekatnya dan
tidak berhimpun dua macam tarekat yang dipegangnya.
Dalam surat Az Zumar ayat 29 ditegaskan;
Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh
beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi
milik penuh dari seorang laki-laki saja (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya ?. Segala
puji bagi Allah tapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya”. Ibnu Katsir menafsirkan ayat
tersebut sebagai berikut;
Jawab;
Sebelumnya (pada jawaban dialog no 18) sudah saya jelaskan
mengenai tujuan dari persyaratan-persyaratan itu. Persyaratan yang ada
dalam tarekat Tijaniah itu adalah untuk mengevaluasi colon ikhwan-
ikhwat itu agar mereka tidak mudah mengabaikan wiridan yang sudah
diterimanya dari syekhnya. Menurut kaidah ushuliah dirumuskan;
Jawab;
Kalau;
A. Tidak memenuhi syarat maka tidak bisa ditalkin, adapun
kalau
B. Ketinggalan rukun maka wajib mengulangi bacaannya, kalau
C. Terjadi pelanggaran maka wajib talkin ulang. Soal 62
Padahal nampaknya waridan tarekat Tijaniah ini sederhana
saja tapi syaratnya cukup ketat ?
Jawab;
Sekilas memang sederhana saja, hanya terdiri dari;
1. Istigfar 100 x
2. Salawat 100 x Materi wirid lazim
3. Dzikir 100 x pagi dan sore
Soal 63
Kalau diizinkan saya ingin tau rangkaian sanad tarekat
Tijaniah ini.
Jawab;
Kata Al Gazaly;
Soal 67
Bersediakah anda menjelaskan (keramat-keramat) itu secara
terperinci ?
Jawab;
Untuk lebih jelas silahkan anda membuka kitab antara lain;
-–
–
-
Kitab-kitab tersebut mencantumkan lebih dateil tentang
fadhilatfadhilat tersebut.
Soal 68
Lalu bagaimana dengan (fadhilat) terekat Tijaniah sendiri,
bersediakah anda menjelaskannya ?
Jawab;
Setiap amaliah apapun tentu ada ganjarannya, ganjaran itu
sebagai tanda pemurahnya Allah kepada semua hamba-hamba-Nya.
Namun sekali lagi ganjaran bukan tujuan, tapi Yang Memberi
ganjaranlah tujuan kita sebenarnya. Dan ini tidak akan hasil apabila
pelaksanaan ibadah itu tidak dilandasi dengan keikhlasan sebagaimana
sabda Rasulullah berikut ini;
- –
-
- - –
“ Barang siapa yang melazimkan istigfar, Allah akan
menjadikan baginya jalan keluar bagi segala kesulitan”.
2. Salawat.
Fadhilat bersalawat sebagaimana diterangkan dalam Al Qor’an
surat Al Ahzab ayat 56
- - –
“ Barang siapa yang bersalawat kepadaku satu kali maka Allah
memberinya kebaikan sepuluh kali”.
Fadhlat salawat sangat banyak sekali, Syekh Yusuf an Nabhany
menyususun kitab khusus tentang masalah salawat yaitu;
-–
“Bagi tiap-tiap seuatu itu ada pembersihnya, dan bahwa
pembersih hati itu adalah zikrullah”.
Itulah sebagian kecil dari fadhilat-fadhilat yang terkandung
dalam bacaan Istigfar, Salawat dan Zikir itu. Soal 70
Kira-kira ma’na apakah yang terkandung dalam “penetapan
waktu” (seperti wirid lazim yang dibaca waktu pagi dan sore) dan “penetapan
jumlah bilangan” (seperti jumlah istigfar 100 x, salawat 100 x zikir 100 x ) itu ?.
Jawab;
Tentu saja semua itu ada mengandung isyarat dan hikmah yang
terkandung didalamnya, dan hal ini sering luput dari perhatian kita.
Dan dalam kesempatan ini saya akan mengupas rahasia hikmat
yang terkandung didalamnya.
Rahasia Hikmah Wirid Lazim Pagi
Dan Wirid lazim
Sore
A. Istigfar 100 x
B. Salawat 100 x
1. Istigfar wazdifah 30 x
2. Salawat al Fatih 50 x
3. Kalimatul Ikhlash 99 + 1 = 100 x
4. Jauharatul Kamal 12 x
Jumlah total 192 x
A. Istigfar wazdifah berjumlah 30 x, ma’na rahasianya ialah;
ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah itu tidak boleh lepas dari
landasan Al Qor’an (yang 30 juz) itu dan tidak boleh lupa
mengamalkannya.
Jawab;
Tergantung pertimbangan muqaddam yang mentalkin. Jika
dalam pandangan muqaddam itu ia sudah memenuhi syarat untuk
ditalkin wirid lazimah dan wirid ikhtiariah maka ia ditalkin. Akan
tetapi apabila ia dianggap belum mampu untuk mengamalkan wiridan
tersebut, maka biasanya ia hanya diijazahkan salawat (salat) Al Fatih
saja.
Soal 77
Salawat (salat) al Fatih ?. Apakah (salat al fatih) yang anda
maksud itu salawat al fatih dari Syekh Hasan Bakry atau dari Syekh
yang lainnya ?.
Jawab;
Salawat al Fatih yang saya maksudkan itu ialah salawat al Fatih
dari Syekh Ahmad Attijani. Perbedaan kedua salawat al fatih dari kedua
tokoh tersebut sebagai berikut;
Jawab;
Saya pernah diberitahu oleh Guru saya K.H Ahmad Ansari
Banjarmasin hikmat rahasia yang terkandung dalam salawat al fatih
(Syekh Ahmad Attijani) itu. Beliau mengatakan, salawat al Fatih itu
jumlahnya 24 kalimat, surat al Fatihah 24 kalimat, waktu dalam sehari
semalam 24 jam. Artinya rahasianya ialah; Semoga dalam waktu 24
jam itu, kita semua mendapatkan limpahan rahasia surat Al Fatihah,
dan mendapatkan limpahan madadiah dan selalu berhubungan
dengan baginda Rasulullah siang dan malam (24 jam). (berkat
membaca salawat al fatih).
Soal 79
Saya rasa bukan hanya salawat al fatih saja yang menjadi media
penghubung dengan Rasulullah. Amaliah-amaliah yang lain juga
berpotensi menjadi media penghubung dengan rohaniah Rasululllah.
Bukankah begitu ?.
Jawab;
Benar, tapi karena konteks pembicaraan kita diseputar salawat al
Fatih maka tentu pembicaraannya diseputar masalah itu pula.
Soal 81
Selain salawat al fatih, ada juga salawat Jauharatul Kamal.
Apakah salawat Jauharatul Kamal itu ?.
Jawab;
Salawat Jauharatul Kamal adalah salawat yang dibaca 12 kali
disaat pembacaan wazdifah yaumiah. Dan salawat Jauharatul Kamal
ini adalah rukun dalam wazdifah yaumiah.
Tabel 8
Kalimat
No Kalimat Wazan Bacaan Huruf yang dibuang
Asli
1 dan
Dengan demikian ma'na kalimat tetap dengan ma'na
, artinya lurus. Bukan ma'na yang artinya sakit. Selain itu pula kalimat
sebelumnya dapat mempengaruhi ma'na kalimat sesudahnya,
sebagaimana kalimat;
Tabel 9
Kalimat
Nilai Perhuruf Huruf
1
60
100
40
Jumlah Total kalimat ASQAM 201
Jumlah nama-nama Rasulullah 201
Adanya kesamaan antara nilai kalimat ASQAM dan jumlah
nama-nama Rasulullah SAW itulah yang menunjukkan bahwa kalimat
ASQAM itu sebenarnya adalah perwakilan dari sejumlah nama-nama
Rasulullah SAW yang berjumlah 201 itu. Jadi seakan-akan ma’na
kalimat sebagai berikut;
Jalan Engkau yang sempurna itu ialah Rasulullah (yang
memiliki 201 nama)”.
Itulah kira-kira ma’na yang tersembunyi dibalik kalimat unik itu.
100 Dialog Tijaniah 79
Soal 84
Tapi Syekh Yusuf An Nabhany menggantinya dengan kalimat
bukan lengkapnya sebagai berikut;
Jawab;
Memang dalam kitab Sa’adatuddarain beliau menggantinya
dengan kalimat , tapi menurut kami kalimat ini hanya mewakili
satu nama saja dari nama Rasulullah yang 201 itu, karena didalam
nama-nama Rasulullah itu ada terdapat AL MUQADDAM yang
akar katanya sama dengan . Akan tetapi apabila menggunakan
kalimat , maka dengan sendirinya seluruh nama-nama Rasulullah
(yang 201) itu terwakili hanya dengan satu kalimat saja.
Soal 85
Tapi bukan itu saja yang banyak dipersoalkan orang, terutama
mengenai dhamanat (jaminan) yang ada dalam tarekat Tajaniah itu.
Jaminan seperti ini banyak mendapat sorotan, tanggapan, bahkan
kritikan dari berbagai pihak. Apa komentar anda ?.
Jawab;
Saya akui masalah (jaminan) ini memang sering dipersoalkan
oleh banyak pihak. Saya juga ngerti kenapa sampai sekarang persoalan
semacam ini tidak pernah selesai ?. Jawabannya ada dalam benak
masing-masing. Yang jelas tarekat Tijaniah bukan satu satunya tarekat
yang ada jaminan. Misalnya dalam tarekat Syazaliah ada juga jaminan
serupa, tokoh tarekat ini berkomentar;
Soal 92
Seberapa pentingkah adabiah itu bagi ikhwan-ikhwat tarekat
(Tijaniah) itu ?.
Jawab;
Tentu saja adabiah itu sangat penting sekali dipelajari dan
diamalkan oleh segenap ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah.
Adabiahadabiah itu antara lain, adabiah kepada; - Allah.
- Rasul-Nya.
- Syekhnya, wali-wali Allah.
- Ikhwan-ikhwatnya.
- Kaum muslimin (umumnya).
- Makhluk Allah lainnya.
Pentingnya adabiah ini sebagaimana dikomentari oleh Imam
Abu Nu’aim dalam kitabnya Hilyatul Aulia, sebagai berikut;
Soal 93
Adakah kitab lain selain kitab tersebut, yang membicarakan
masalah adabiah bertarekat itu ?.
Jawab;
Ada, misalnya seperti kitab Tanwirul Qulub (tarekat
Naqsyabandiah) hal 528-535 masalah adabiah dan pada hal 493
masalah khalwat. Adapun kitab Tijaniah antara lain kitab Ira’ah, kitab
ini sangat lengkap isinya.
Soal 94
Bisakah diperjelas lagi maksud khalwat itu ?
Jawab; Ma’na khalwat secara
harfiah ialah bersunyi dari keramaian. Karena itu apabila ada yang
bersunyi dari keramaian maka ia dinamakan berkhalwat. Tapi ma’na
khalwat yang dikehendaki disini ialah berkhalwat untuk ibadah kepada
Allah. Dan khalwat disini wajib dengan izin dan bimbingan dari
syekhnya. Dalil khalwat berdasarkan hadist Rasulullah SAW berikut;
100 Dialog Tijaniah 86
“ Barang siapa berkhalwat (dengan ikhlas hati) selama 40 subuh
(40 hari) maka akan nampak aliran hikmah dari hatinya atas
lisannya”.
Yang terpenting tujuan berkhalwat itu adalah untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT dan mengharap ridha’-Nya. Itulah maksud
khalwat itu.
Soal 95
Beri saya contoh khalwat dalam tarekat Tijaniah itu ? Jawab;
Salah satu contoh khalwat dalam tarekat Tijaniah itu yaitu seperti
khalwat bismillah. Khalwat bismillah ini dilakukan dibawah
bimbingan syekh pula, karena tanpa bimbingan syekh maka yang akan
membimbingnya adalah syaitan sebagaimana tersebut dalam kitab Al-
Anwarul Qudsiah berikut ini;
“ Orang yang tidak ada baginya guru, maka dia tidak ada
pembimbing, orang yang tidak ada pembimbing baginya maka syaitan
dengannya lebih aula”.
Tanpa syekh pembimbing, syaitan akan lebih mudah masuk
kedalam jiwa seseorang agar hatinya tidak ikhlas atau ingin dipuji
bahkan ingin minta karamat.
Soal 96
Saya pernah membaca sebuah kitab yang isinya sebagai
berikut;
Soal 98
Tapi salawat yang termaktub dalam wirid lazim pagi maupun
sore itu sangat sedikit saja, bukankah (seperti yang anda bilang tadi)
untuk masuk kedalam hadhratun Nabi (baitin nubuwwah) itu harus
memperbanyak membaca salawat ?.
Jawab;
Salawat yang termaktub dalam wirid lazim pagi dan wirid lazim
sore itu sudah ditentukan jumlah bilangannya, dan tidak bisa ditambah
maupun dikurang.
Adapun jika ada keinginan untuk memperbanyak membaca
salawat, tentu harus diluar dari materi wiridan yang sudah ditentukan
itu. Hal ini sudah banyak dilakukan oleh syekh-syekh terdahulu,
bahkan banyak yang berhasil wushul ilallah karena banyaknya
membaca salawat.
Soal 99
Ada satu hal yang masih membingungkan saya, dalam kitab
Rimah hal 146/2, sebagai berikut;