Askep Dismoenorea
Askep Dismoenorea
OLEH KELOMPOK II
Armenia Riyanti
Andi Rasni
Ardila
Jesika Matital
DISMENORE
A. Defenisi
1. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan selama
menstruasi (Ramaiah, 2006).
2. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah
sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual (Prawirohardjo,
2007).
3. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari (Wijayanti, 2009).
B. Klasifikasi
Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea terbagi menjadi :
1. Dismenorea spasmodic
Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan berawal
sebelum masa menstruasi atau segera setelah masa menstruasi mulai. Beberapa
wanita yang mengalami dismenorea spasmodik merasa sangat mual, muntah bahkan
pingsan. Kebanyakan yang menderita dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan
tetapi dijumpai pula kalangan wanita berusia di atas 40 tahun yang mengalaminya.
2. Dismenorea kongestif
Dismenorea kongestif yaitu nyeri menstruasi yang dirasakan sejak beberapa hari
sebelum datangnya menstruasi. Gejala ini disertai sakit pada buah dada, perut
kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung, gangguan tidur dan
muncul memar di paha dan lengan atas.Gejala tersebut berlangsung antara dua atau
tiga hari sampai kurang dari dua minggu sebelum datangnya menstruasi.
Secara klinis dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu dismenorea Primer dan
dismenorea sekunder diterangkan sebagai berikut:
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa kelainan anatomis
alat kelamin. Terjadi pada usia remaja, dan dalam 2-5 tahun setelah pertama kali
menstruasi (menarche) nyeri sering timbul segera setelah mulai menstruasi
teratur. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus, spastik, dan sering disertai
mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala (Manuaba, 2009).
Nyeri menstruasi primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau
perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.Nyeri menstruasi ini
normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis, dan fisik
seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang
darah, dan kondisi tubuh yang menurun.Gejala ini tidak membahayakan
kesehatan (Wijayanti, 2009).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kalainan
anatomis ini kemungkinan adalah menstruasi disertai infeksi, endometriosis,
kloaka uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR. Nyeri
menstruasi sekunder biasanya baru muncul kemudian, jika ada penyakit atau
kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista/polip, tumor disekitar
kandungan kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan
jaringan disekitarnya (Wijayanti, 2009).
E. Etiologi
1. Dismenore primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram
menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang
dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi.
Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel
lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang
otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin,
kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat.
Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari
kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun akan berkurang
seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin (Sinaga, 2017).
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem
reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan
ektopik. Dismenore sekunder dapat diatasi hanya dengan mengobati atau menangani
penyakit atau kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).
F. Patofosiologi
1. Dismenorea Primer
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (Sloughing endometrial
cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi
miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti
ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat
(severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari
pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru
menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin
F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor
(penyempit pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon pituitary
posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mengurangi aliran
darah uterus dan nyeri pada penderita dismenorea primer (Elizabeth, 2009).
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah menstruasi pertama, tetapi yang
paling sering muncul di usia 20-30 tahun. Peningkatan prostaglandin dapat berperan
pada dismenorea sekunder disertai penyakit pelvis yang menyertai diantaranya
endometriosis ( kejadian dimana jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat
ditandai dengan nyeri menstruasi), adenomyosis (bentuk endometriosis yang
invasive), polip endometrium (tumor jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.
H. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun
dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga
tingkat keparahan. Menurut Manuaba (2009) dismenore dibagi 3 yaitu:
1. Dismenore Ringan.
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari- hari.
2. Dismenore Sedang.
Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa
perlu meninggalkan kerjanya.
3. Dismenore Berat.
Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan dapat
disertai sakit kepala, nyeri pinggang, diare dan rasa tertekan.
Derajat Dismenore menurut (Hakim, 2016)
a. Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh.
b. Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas seharihari jarang
terpengaruh.
c. Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas sehari-hari terganggu.
d. Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan analgesik, timbul
keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah dan diare.
I. Penatalaksanaan Dismenore
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya
ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini akan sangat efektif jika mulai
diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi
(Nugroho, 2014).
Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi
dengan:
a. Istirahat yang cukup.
b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c. Pemijatan.
d. Yoga atau senam
e. Orgasme pada aktivitas seksual.
f. Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan
muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga bisa dikurangi
dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur (Nugroho, 2014).
Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka
diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau
diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk
mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin,
yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak
efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika
dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur
dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk
dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya (Nugroho, 2014).
J. Pencegahan
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri
menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus menstruasinya
kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri menstruasi.
Berikut ini adalah langkah-langkah pencegahannya:
1. Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negative yang
menimbulkan kecemasan.
2. Memiliki pola makan yang teratur
3. Istirahat yang cukup
4. Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara pencegahan
tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi dokter untuk mengetahui
penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit lainnya.
5. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu bertambahnya
kadar estrogen.
6. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta minum-
minuman yang hangat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn. N
Contoh Kasus
Nn.N berumur 19 tahun, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik
abdomen pada hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah, tekanan
darah 90/60 mmHg, merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen
bertambah, terlihat pucat dan lemas.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Nn. N
Umur : 19 tahun
Status perkawinan : Belum menikah
B. ANAMNESA
1. Keluhan utama
Nyeri abdomen
3. Riwayat menstruasi
a. Menarche usia : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
d. Sifat darah : Merah, encer dan tidak menggumpal
e. Lamanya : 7 hari
f. HPHT : 2 hari yang lalu
g. Keluhan : Disminore
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmetis
c. TTV
TD : 90/60mmHg
Nadi : 70x/menit
Suhu : 36,2°C
RR : 20 x/menit
d. Skala nyeri
P : peningkatan kontraksi uterus
Q : kram-kram abdomen
R : abdomen
S : 5 (sedang)
T : terus menerus
DO: ↓
S : 5 (sedang) ↓
T : terus menerus
Aliran darah ke uterus↓
↓
Iskemia
↓
Nyeri haid
DS:
↓
Pasien menyatakan
Pendarahan
mudah lelah
DO:
↓
↓
Intoleran aktivitas
Menstruasi Ansietas
DS:
↓
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (peningkatan
kontraksi uterus saat menstruasi)
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
E. INTERVENSI
2 Intoleran aktivitas b.d 1. Memberikan lingkungan tenang dan S : Pasien mengatakan sudah merasa
kelemahan akibat nyeri perode istirahat tanpa gangguan, dorong bugar dan tidak lelah lagi
abdomen istirahat sebelum makan
2. Meningkatkan aktivitas secara O : Nadi 80x/menit
bertahap TD 110/80 mmHg
Sclera/ konjungtiva Unanemi
3. Memberikan bantuan sesuai A : Masalah teratasi
kebutuhan P : Hentikan intervensi
3 Ansietas berhubungan dengan 1. Melibatkan pasien atau orang terdekat S : Pasien mengatakan sudah tidak
ketidaktahuan penyebab nyeri dalam rencana perawatan gelisah lagi dan paham tentang apa
abdomen yang dialaminya.
2. Memberikan lingkungan tenang dan O : Klien sudah tidak cemas.
istirahat Klien tidak lagi bertanya-tanya
3. Ajarkan pasien untuk mengidentifikasi/ tentang keadaanya.
memerlukan perilaku koping yang A : Masalah teratasi
digunakan pada masa lalu P : Hentikan intervensi
4. Ajarkan pasien belajar mekanisme koping
baru, misalnya teknik mengatasi stress