Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MENTRUASI DISMOENOREA

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas II


Dosen Pengampu : Ns. Syafitrah Umamity, S.Kep., M.KesS

OLEH KELOMPOK II

Kelas / Semester : Ambon (Pagi) / IV (Genap)

Armenia Riyanti

Andi Rasni

Aniza Atahya Haryati

Ardila

Jesika Matital

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DISMENORE

A. Defenisi
1. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan selama
menstruasi (Ramaiah, 2006).
2. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah
sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual (Prawirohardjo,
2007).
3. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari (Wijayanti, 2009).

B. Klasifikasi
Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea terbagi menjadi :
1. Dismenorea spasmodic
Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan berawal
sebelum masa menstruasi atau segera setelah masa menstruasi mulai. Beberapa
wanita yang mengalami dismenorea spasmodik merasa sangat mual, muntah bahkan
pingsan. Kebanyakan yang menderita dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan
tetapi dijumpai pula kalangan wanita berusia di atas 40 tahun yang mengalaminya.
2. Dismenorea kongestif
Dismenorea kongestif yaitu nyeri menstruasi yang dirasakan sejak beberapa hari
sebelum datangnya menstruasi. Gejala ini disertai sakit pada buah dada, perut
kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung, gangguan tidur dan
muncul memar di paha dan lengan atas.Gejala tersebut berlangsung antara dua atau
tiga hari sampai kurang dari dua minggu sebelum datangnya menstruasi.
Secara klinis dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu dismenorea Primer dan
dismenorea sekunder diterangkan sebagai berikut:
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa kelainan anatomis
alat kelamin. Terjadi pada usia remaja, dan dalam 2-5 tahun setelah pertama kali
menstruasi (menarche) nyeri sering timbul segera setelah mulai menstruasi
teratur. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus, spastik, dan sering disertai
mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala (Manuaba, 2009).
Nyeri menstruasi primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau
perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.Nyeri menstruasi ini
normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis, dan fisik
seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang
darah, dan kondisi tubuh yang menurun.Gejala ini tidak membahayakan
kesehatan (Wijayanti, 2009).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kalainan
anatomis ini kemungkinan adalah menstruasi disertai infeksi, endometriosis,
kloaka uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR. Nyeri
menstruasi sekunder biasanya baru muncul kemudian, jika ada penyakit atau
kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista/polip, tumor disekitar
kandungan kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan
jaringan disekitarnya (Wijayanti, 2009).

C. Manifestasi klinis dismenorea primer dan sekunder adalah:


1. Dismenorea Primer
a. Pada usia muda
b. Terjadi saat siklus ovulasi
c. Biasanya muncul dalam setahun setelah menarche (mentruasi pertama)
d. Nyeri dimulai bersamaan atau hanya sesaat sebelum menstruasi dan bertahan
ataumenetap selam 1-2 hari.
e. Nyeri menyebar kebagian belakang (punggung) atau anterior medial paha
f. Pemeriksaan pelvic normal
g. Sering disertai sakit kepala,mual,muntah dan diare
h. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spatik.
i. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.
2. Dismenorea sekunder
a. Lebih sering ditemukan pada usia tua
b. Cenderung mulai setelah 2 tahun mengalami siklus menstruasi teratur
c. Nyeri dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
menstruasi.
d. Nyeri sering terasa terus – menerus
e. Sering ditemukan kelainan pelvic.
f. Pengobatanya sering kali memerlukan tindakan operatif

D. Tanda dan gejala klinik


Tanda daan gejala klinik dismenorea primer dan sekunder :
a. Tanda-tanda dismenorea primer
Permulaan awal sembilan puluh persen mengalami gejala didalam 2 tahun menarche.
Lama berlangsungnya dan jenis nyeri dismenorea dimulai beberapa jam sebelumnya
atau segera setelah permulaan menstruasi dan biasanya berlangsung setelah 48-72
jam.
Gejala yang menyertai yakni : mual, muntah, rasa lelah, diare, nyeri pinggang bawah,
nyeri kepala. Nyerinya seperti kejang dan biasanya paling kuat pada perut bawah dan
dapat menyebar ke punggung atau paha sebelah dalam.
b. Tanda-tanda dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder tidak terbatas pada menstruasi, kurang berhubungan dengan
hari pertama menstruasi, terjadi pada wanita yang lebih tua.
Gejala yang lain (dispareunia, kemandulan, perdarahan yang abnormal).

E. Etiologi
1. Dismenore primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram
menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang
dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi.
Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel
lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang
otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin,
kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat.
Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari
kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun akan berkurang
seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin (Sinaga, 2017).
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem
reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan
ektopik. Dismenore sekunder dapat diatasi hanya dengan mengobati atau menangani
penyakit atau kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).

F. Patofosiologi
1. Dismenorea Primer
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (Sloughing endometrial
cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi
miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti
ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat
(severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari
pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru
menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin
F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor
(penyempit pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon pituitary
posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mengurangi aliran
darah uterus dan nyeri pada penderita dismenorea primer (Elizabeth, 2009).
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah menstruasi pertama, tetapi yang
paling sering muncul di usia 20-30 tahun. Peningkatan prostaglandin dapat berperan
pada dismenorea sekunder disertai penyakit pelvis yang menyertai diantaranya
endometriosis ( kejadian dimana jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat
ditandai dengan nyeri menstruasi), adenomyosis (bentuk endometriosis yang
invasive), polip endometrium (tumor jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.

G. Factor penyebab resiko


Menurut Hendrik (2006), wanita yang mempunyai resiko menderita dismenore primer
adalah:
1. Mengkonsumsi alkohol
Alkohol merupakan racun bagi tubuh dan hati bertanggungjawab terhadap
penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya
konsumsi alkohol yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh,
akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada
pelvis.
2. Perokok
Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan lamanya
dismenore.
3. Tidak pernah berolah raga
Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam menstruasi
dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen
menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun
berkurang dan menyebabkan nyeri.
4. Stres
Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung
bawah sehingga menyebabkan dismenore.
Karakteristik dan faktor yang berkaitan dengan dismenore primer (Morgan &
Hamilton, 2009) adalah sebagai berikut :
a. Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah haid.
b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23- 27 tahun, lalu
mulai mereda.
c. Umumnya terjadi pada wanita nulipara.
d. Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
e. Kejadian ini berkaitan dengan aliran haid yang lama.
f. Jarang terjadi pada atlet.
g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki status haid tidak teratur.

H. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun
dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga
tingkat keparahan. Menurut Manuaba (2009) dismenore dibagi 3 yaitu:
1. Dismenore Ringan.
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari- hari.
2. Dismenore Sedang.
Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa
perlu meninggalkan kerjanya.
3. Dismenore Berat.
Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan dapat
disertai sakit kepala, nyeri pinggang, diare dan rasa tertekan.
Derajat Dismenore menurut (Hakim, 2016)
a. Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh.
b. Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas seharihari jarang
terpengaruh.
c. Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas sehari-hari terganggu.
d. Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan analgesik, timbul
keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah dan diare.

I. Penatalaksanaan Dismenore
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya
ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini akan sangat efektif jika mulai
diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi
(Nugroho, 2014).
Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi
dengan:
a. Istirahat yang cukup.
b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c. Pemijatan.
d. Yoga atau senam
e. Orgasme pada aktivitas seksual.
f. Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan
muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga bisa dikurangi
dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur (Nugroho, 2014).
Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka
diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau
diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk
mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin,
yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak
efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika
dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur
dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk
dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya (Nugroho, 2014).

J. Pencegahan
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri
menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus menstruasinya
kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri menstruasi.
Berikut ini adalah langkah-langkah pencegahannya:
1. Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negative yang
menimbulkan kecemasan.
2. Memiliki pola makan yang teratur
3. Istirahat yang cukup
4. Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara pencegahan
tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi dokter untuk mengetahui
penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit lainnya.
5. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu bertambahnya
kadar estrogen.
6. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta minum-
minuman yang hangat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn. N

DENGN DIAGNOSA DISMENORE

Contoh Kasus

Nn.N  berumur  19 tahun, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik
abdomen pada hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah,  tekanan
darah 90/60 mmHg, merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen
bertambah, terlihat pucat dan lemas.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Nn. N
Umur : 19 tahun
Status perkawinan : Belum menikah

B. ANAMNESA
1. Keluhan utama
Nyeri abdomen

2. Riwayat penyakit saat ini


Pasien mengeluh nyeri abdomen pada saat menstruasi hari pertama sampai ketiga,
pasien mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari – hari.

3. Riwayat menstruasi
a. Menarche usia : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
d. Sifat darah : Merah, encer dan tidak menggumpal
e. Lamanya : 7 hari
f. HPHT : 2 hari yang lalu
g. Keluhan : Disminore

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmetis
c. TTV
TD : 90/60mmHg
Nadi : 70x/menit
Suhu : 36,2°C
RR : 20 x/menit
d. Skala nyeri
P : peningkatan kontraksi uterus
Q : kram-kram abdomen
R : abdomen
S : 5 (sedang)
T : terus menerus

e. Pemeriksaan fisik (ROS: Review of System)


1) Breath
Pola nafas : teratur,
Jenis : normal
Suara nafas : vesikuler, tidak terdapat sesak nafas.
2) Blood
Tekanan darah rendah (90/60 mmHg)
Akral basah dan dingin
3) Brain
Penurunan konsentrasi Pusing
Sklera/ konjungtiva anemi
4) Bladder
Warna kuning
Volume 1,5 liter/hari
5) Bowel
Nafsu makan : baik
Porsi makan : habis
Minum : (1500cc/hari)
Kebersihan mulut : bersih,
Mukosa : lembab
Tenggorokan : normal
Peristaltik : (9x/menit)
BAB : (1x/hari)
Konsistensi : padat
Bau : Khas,
Warna : Kuning kecoklatan.
6) Bone
Badan mudah capek
Nyeri pada punggung.
C. ANALISIS DATA

No Data Etiologi Masalah


. Keperawatan
1 DS: Menstruasi Nyeri akut
   Penyebab timbulnya ↓  
nyeri: disminore.
   Nyeri dirasakan Regresi korpus luteum  

meningkat saat aktivitas


  ↓  
 Lokasi nyeri abdomen
 Nyeri sering dan terus –
  progesteron↓  
menerus

  DO: ↓  

   Wajah tampak menahan Miometrium terangsang  


nyeri
   Skala nyeri ↓  
P : peningkatan kontraksi
  uterus Kontraksi & disritmia uterus  
Q : kram-kram abdomen meningkat
  R : abdomen  

S : 5 (sedang) ↓
   
T : terus menerus
Aliran darah ke uterus↓
   

   
Iskemia
   

   
  Nyeri haid  

   

  Menstruasi Intoleran aktivitas

DS:
  ↓  

 Pasien menyatakan
  Pendarahan  
mudah lelah
DO:
  ↓  

   Nadi 70x/menit Anemia  


 TD 90/60 mmHg
   Pasien terlihat pucat ↓  
 Sclera/ konjungtiva
  anemi Kelemahan  

  ↓  

Intoleran aktivitas  

Menstruasi Ansietas

DS:

Pasien menyatakan merasa


Nyeri haid
gelisah
DO:
 Memperlihatkan kurang ↓
inisiatif
 Klien bertanya-tanya Kurang pengetahuan

tentang apa yang



dialaminya
 Pasien tampak cemas
Ansietas
 

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (peningkatan
kontraksi uterus saat menstruasi)
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
E. INTERVENSI

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri akut berhubungan Setelah di lakukan 1. Beri linkungan tenang 1. Meningkatkan


dengana agen pencedera tindakan keperawatan dan kurangi rangsangan istirahat dan
fisiologis (peningkatan selama kuurang lebih penuh stress meningkatkan
kontraksi uterus saat). 1x24 jam, masalah nyeri 2. Ajarkan strategi kemampuan koping
dapat diadaptasi oleh relaksasi (misalnya nafas 2. Memudahkan
pasien dengan kriteria berirama lambat, nafas relaksasi, terapi non
hasil : dalam, bimbingan farmakologi tambahan
imajinasi
1. Skala nyeri 0-1 3. Evaluasi dan dukung 3. Penggunaan persepsi
2. Pasien tampak mekanisme koping px sendiri atau prilaku
rileks untuk menghilangkan
nyeri dapat membantu
mengatasinya lebih
efektif
4. Kompres hangat 4. Mengurangi rasa
nyeri dan memperlancar
aliran darah
5. Kolaborasi dengan 5. Analgesik dapat
dokter dalam pemberian menurunkan nyeri
analgesic  
2 Intoleran aktivitas b.d Setelah di lakukan 1. Beri lingkungan 1. Menghemat energi untuk
kelemahan akibat nyeri tindakan keperawatan tenang dan perode aktivitas dan regenerasi
abdomen selama kurang lebih 1x24 istirahat tanpa gangguan, seluler/ penyembuhan
jam masalah dapat dorong istirahat sebelum jaringan
teratasi dengan kriteria makan 2. Tirah baring lama dapat
hasil : 2. Tingkatkan aktivitas menurunkan
secara bertahap kemampuan
1. Pasien dapat 3. Menurunkan
beraktivitas seperti 3. Berikan bantuan penggunaan energi dan
semula sesuai kebutuhan membantu
2. Pasien dapat keseimbangan supply
mengidentifikasi dan kebutuhan oksigen
faktor – faktor
yang memperberat
dan memperingan
intoleran aktivitas
3. Pasien mampu
beraktivitas
3 Ansietas berhubungan dengan Selama di lakukan 1. Libatkan pasien/ orang 1. Keterlibatan akan
ketidaktahuan penyebab nyeri tindakan keperawatan terdekat dalam rencana membantu pasien merasa
abdomen Selama kurang lebih perawatan stres
1x24 jam masalah dapat berkurang,memungkinka
teratasi dengan kriteria n energi untuk ditujukan
hasil : pada penyembuhan
1. Pasien menyatakan 2. Berikan lingkungan 2. Memindahkan pasien
kesadaran perasaan tenang dan istirahat dari stress luar
ansietas meningkatkan relaksasi;
2. Pasien membantu menurunkan
menunjukkan ansietas
relaksasi 3. Ajari pasien untuk 3. Perilaku yang berhasil
3. Pasien mengidentifikasi/ dapat dikuatkan pada
menunjukkan memerlukan perilaku penerimaan masalah
perilaku untuk koping yang digunakan stress saat ini,
menangani stres pada masa lalu meningkatkan rasa
control diri pasien
4. Ajari pasien belajar 4. Belajar cara baru untuk
mekanisme koping baru, mengatasi masalah dapat
misalnya teknik mengatasi membantu dalam
stress menurunkan stress dan
ansietas
F. IMPLEMENTASI
NO Diagnose keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan 1. Memberikan linkungan tenang dan S : Pasien mengatakan tidak merasakan
dengan agen pencedera kurangi rangsangan penuh stress nyeri pada abdomen.
fisiologis (peningkatan 2. Mengajarkan strategi relaksasi
kontraksi uterus saat). (misalnya nafas berirama lambat, nafas O : Pasien tampak tenang
dalam, bimbingan imajinasi Skala nyeri
3. Mengevaluasi dan dukung mekanisme P : peningkatan kontraksi uterus
koping pasien Q : kram-kram abdomen
4. Memberikan kompres hangat R : abdomen
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam S : 1 (ringan)
pemberian analgesic T : nyeri hilang
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

2 Intoleran aktivitas b.d 1. Memberikan lingkungan tenang dan S : Pasien mengatakan sudah merasa
kelemahan akibat nyeri perode istirahat tanpa gangguan, dorong bugar dan tidak lelah lagi
abdomen istirahat sebelum makan
2. Meningkatkan aktivitas secara O : Nadi 80x/menit
bertahap TD 110/80 mmHg
Sclera/ konjungtiva Unanemi
3. Memberikan bantuan sesuai A : Masalah teratasi
kebutuhan P : Hentikan intervensi
3 Ansietas berhubungan dengan 1. Melibatkan pasien atau orang terdekat S : Pasien mengatakan sudah tidak
ketidaktahuan penyebab nyeri dalam rencana perawatan gelisah lagi dan paham tentang apa
abdomen yang dialaminya.
2. Memberikan lingkungan tenang dan O : Klien sudah tidak cemas.
istirahat Klien tidak lagi bertanya-tanya
3. Ajarkan pasien untuk mengidentifikasi/ tentang keadaanya.
memerlukan perilaku koping yang A : Masalah teratasi
digunakan pada masa lalu P : Hentikan intervensi
4. Ajarkan pasien belajar mekanisme koping
baru, misalnya teknik mengatasi stress

Anda mungkin juga menyukai