Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ADAM PUTRA SETIAWAN

KELAS : XII IIK 2


TUGAS BAM

Pengertian, Rukun dan Adat Tasybih


A. Pengertian Tasybih
Tasybih menurut bahasa bermakna tamtsil, yang artinya “perumpamaan” atau “penyerupaan”. Sedangkan
tasybih menurut ahli ilmu bayan adalah suatu istilah yang didalamnya terdapat pengertian penyerupaan
atau perserikatan antara dua pekara (musyabbah dan musyabbah bih). Perserikatan tersebut terjadi pada
suatu makna (wajh al-syibh) dan dengan menggunakan sebuah alat (adat tasybih).
Tasybih termasuk uslub bayan yang didalamnya terdapat penjelasan dan perumpamaan. Tasybih terdiri
dari empat bentuk :
1) Mengeluarkan sesuatu yang tidak dapat diindera dan menyamakannya dengan sesuatu yang bisa
diindera.
2) Mengeluarkan/mengungkapkan sesuatu yang tidak pernah terjadi dan mempersamakannya dengan
sesuatu yang terjadi.
3) Mengungkapkan sesuatu yang tidak jelas dan mempersamakannya dengan sesuatu yang jelas.
4) Mengungkapkan sesuatu yang tidak mempunyai kekuatan dan mempersamakannya kepada sesuatu
yang tidak mempunyai kekuatan dan mempersamakannya kepada sesuatu yang memiliki kekuatan dalam
hal sifat.
Tasybih merupakan langkah awal untuk menjelaskan suatu makna dan sarana untuk menjelaskan sifat.
Dengan Tasybih, maka kita dapat menambah ketinggian makna dan kejelasannya serta juga dapat
membuat makna tampak lebih indah dan bermutu.
Rukun Tasybih
Suatu ungkapan dinamakan tasybih jika memenuhi syarat-syarat dan unsur-unsurnya.
Sebuah tasybih  harus memenuhi unsur-unsur berikut ini :
1.      Musyabbah, yaitu sesuatu yang hendak diserupakan.
contoh :  ‫كالشمس في الضياء‬ ‫انت‬     
2.      Musyabbah bih, yaitu sesuatu yang diserupai.
                         : contoh‫خمرا‬ ‫خ ّدها كاالورد‬
3.      Wajh syibh, yaitu sifat yang terdapat  pada kedua pihak itu.
           : contoh        ‫في الحسن‬ ‫محمد كا البدر‬
4.      Adat tasybih, yaitu huruf atau kata yang digunakan untuk menyatakan penyerupaan.
contoh :           ‫كاالجمرة فى الخمرة‬ ‫العين‬
Keadaan Musyabbah dan Musyabbah bih:
1.      Keduanya bersifat hissi
(sesuatu yang bisa ditemukan oleh salah satu dari panca indera yang lima, mata, hidung, telinga, lidah,
bibir, dan tangan)[1]
Contoh:
‫في الضياء‬ ‫كاالشمس‬ ‫أنت‬
‫كاالور ِد‬ ‫خد ّك‬
2.      Keduanya bersifat aqli
(sesuatu yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera atau maddah masing-masing dari bahannya -tidak
bisa diindera-)
Contoh:
‫ت‬
ِ ‫الحيا‬ ‫كا‬ ‫العل ُم‬
‫عمى‬ ِّ ‫الضّال ُل عن الح‬
َ ‫كا ل‬ ‫ق‬
‫ت‬
ِ ‫المو‬ ‫كا‬ ‫الجه ُل‬
 Adat Tasybih   
Yaitu, huruf atau kata yang digunakan untuk menyatakan penyerupaan. Adapun macam-
macam adat tasybih sebagai berikut :

1.     Adat tasybih yang  seperti kaaf


Maksudnya yaitu adat tasybih yang tidak masuk, kecuali pada salah satu rukunnya tasybih dan lafadz
yang dimasuki dibaca jar. Seperti kaaf, mitslu, nahwu, syibhu.
Ada tasybih yang seperti hukum asalnya adalah berdampingan dengan musyabbah bih, contohnya:
‫زي ٌد كا القم ِر‬
‫زي ٌد مثل أم ٍر‬

ٍ ‫زي ٌد شبه‬
‫بكر‬
2.     Adat tasybih yang  tidak seperti kaaf
Maksudnya adat tasybih yang tidak menge-jarr-kan musyabbah seperti lafadz  ‫أن‬mmm‫ك‬ dan sesamanya.
Hukum  adat tsybih yang seperti ini, yaitu berdampingan dengan musyabbah, contohnya:
‫كأن زيداً أس ٌد‬
َّ

D.    Maksud dan Tujuan Tasybih


Setiap ungkapan yang meluncur dari lisan seorang penutur pasti mempunyai tujuannya. Untuk sampai
kepada tujuannya dengan baik dan tepat, seorang penutur perlu memperhatikan berbagai aspek seperti
objek pembicaraan, situasi, tujuannya
efek yang ditimbulkannya, dan lain sebagainya. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka
muncul teknik, uslub, style, dan bentuk-bentuk penuturan yang bervariasi.
Tasybih merupakan salah satu uslub pengungkapan dalam bahasa arab. Uslub tasybih ini digunakan
untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.      Menjelaskan kemungkinan adanya sesuatu hal pada musyabbah (‫)بيان المكان المشبّة‬
Digunakan apabila sifat yang akan dipersamakan berlawanan.
Contoh:
‫ب‬ َ ّ‫دان إلى ايدى العفاة والشالسع – عن كل ن ّد في الن‬
ِ ‫دى و ضري‬
ِ ‫البدرو افرطُ قي العل ِّو و ضوئهُ – للعصب ِة السري ِن ج ّدث قري‬
‫ب‬ ِ
2.      Menjelaskan keadaan musyabbah  (‫)بيان الحال المشبة‬
Digunakan apabila musyabbah tidak dikenal sifatnya sebelum dijelaskan melalui tasybih yang
menjelaskannya. Dengan demikian tasybih itu menjelaskan pengertian yang sama dengan kata sifat.

Contoh:
ّ
‫منهن كوكب‬ ‫كأنك شمس والملوك كواكب = إذا طلعت لم يرد‬
3.      Menjelaskan kadar keadaan musyabbah (‫)بيان مقدار حال المشبة‬
Digunakan jika musyabbah sudah diketahui keadaanya secara global, lalu tasybih didatangkan untuk
menjelaskan rincian keadaan itu.
Contoh:
‫ماقوبلت عيناه اال ظنتا = تحت الدجى نارالفريق حلوال‬
4.      Menegaskan keadaan musyabbah (‫)تكرير حال المشبة‬
Digunakan jika keadaan sesuatu bersifat abstrak, biasanya digunakan penyerupaan dengan sesuatu yang
konkrit, sehingga lebih jelas dan mudah difahami.
Contoh
‫والذين يدعون من دونه لال يستجيبون لهم بشيئ‬
‫إال كباسط كفيه الى الماء ليبلغ فاخ وما هو ببالغيه‬
5.      Memperindah atau memperburuk musyabbah  (‫)تزيين المشبه و تقبيحه‬
Contoh:
‫مددت يديك نحوهم احتفاء = كمدهما اليهم بالهبات‬
‫وتفتح – الكانت – فمالو رأيته = توهمته بابا من النار يفتح‬

E.     Pokok-pokok tasybih
Dalam pembentukan tasybih, ada dua unsur yang wajib disebutkan, yaitu musyabbah dan musyabbah bih.
Jika salah satu dari keduanya tidak disebutkan, maka ungkapan tersebut tidak bisa disebut
sebagai tasybih.
:‫المراجع‬

‫ الشيخ أحمد قالش‬: ‫تيسير البالغة‬    .1

‫ امام أخضاري‬: )‫ بديئ‬،‫ بيان‬،‫علم بالغة (غلم معاني‬    .2

Anda mungkin juga menyukai