Anda di halaman 1dari 34

BAB IV

MAKNA TEOLOGIS TINDAKAN YESUS MEMBASUH KAKI MURID-MURID-


NYA BERDASARKAN YOHANES 13:1-20

Dalam bab ini akan dibahas tentang makna teologis tindakan Yesus

membasuh kaki murid-murid-Nya, Dalam melakukan suatu tindakan pastinya ada

hal-hal yang melatar belakangi atau memiliki suatu alasan yang menjadi acuan dari

sebuah tindakan, dan suatu tindakan pastinya mempunyai arti atau nilai-nilai dan juga

tujuan. Demikian halnya dengan Tuhan Yesus ketika membasuh kaki murid-murid-

Nya, ada hal-hal prinsip yang melatar belakangi tindakan pembasuhan kaki dan juga

ada makna yang dalam dari tindakan tersebut. dalam ayat 14 Yesus bertanya apakah

para murid mengerti dengan apa yang Yesus lakukan.

Pada bab ini penulis akan mengawalinya dengan latar belakang tindakan

Yesus membasuh kaki, dan selanjutnya akan menjelaskan tentang Makna Teologis

Pembasuhan Kaki. adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah dengan cara

mengekposisi Yohanes 13:1-20. Untuk mengetahui lebih jauh tentang tindakan

pembasuhan kaki maka penulis terlebih dahulu akan memaparkan Latar Belakang

Tindakan Pembasuhan Kaki sehingga setiap pembaca memahami tentang pembasuhan

kaki.

40
41

Latar Belakang Konteks Dekat (1-3 dan 18)

Bila membaca Yohanes 13:1-20 begitu jelas tertulis mengapa Yesus

melakukan tindakan pembasuhan kaki, ada alasan yang sangat kuat sehingga Yesus

perlu melakukan tindakan itu. Yesus telah menyadari bahwa segala sesuatunya

haruslah terjadi sehingga Ia perlu untuk mempersiapkan para murid-Nya sebab

waktunya tidak lama lagi untuk bersama-sama dengan para murid-Nya dan dasar dari

tindakan tersebut tertulis pada ayat 1-3.

Waktunya Telah Genap Untuk Kembali Kepada Bapa (ayat 1b, 3)

Dari kisah Yesus membasuh kaki, ayat 1b dan ayat 3 adalah satu dari tiga

hal yang menjadi latar belakang dari tindakan Yesus membasuh kaki murid-murid-

Nya. Ayat 1b dituliskan “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih

dari dunia ini kepada Bapa. Dan ayat 3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah

menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali

kepada Allah.”

Ayat 1b dalam terjemahan baru dituliskan Yesus telah tahu, bahwa “saat-

Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.” Dari ayat ini dapat dilihat

bahwa ada penekanan dari segi waktu, bahwa Yesus telah menyadari waktu-Nya telah

tiba. bila dibandingkan pada terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari dituliskan

“Yesus tahu bahwa sudah waktunya Ia meninggalkan dunia ini untuk kembali kepada

Bapa-Nya” secara sadar Yesus menyadari ada hal yang harus dilakukan dan mendesak

untuk dikerjakan, sebab kegenapan waktu yang mendorong Yesus untuk melayani
42
murid-murid-Nya. seperti yang diungkapkan William Braclay dalam buku berjudul

Pemahaman Alkitab Setiap hari dituliskan … “justru pada waktu itu ketika Allah

sudah dirasakan dekat sekali dengan-Nya, Yesus memberikan pelayanan yang

terdalam sampai batasan yang terakhir, kepada manusia”87

Bila dibandingkan dengan ayat-ayat yang lain seperti pada pasal 2:4, 7:6,

7:30, 8:20 Yesus menegaskan bahwa saat-Nya belum tiba. Kalimat ini menggunakan

suatu keterangan waktu yang menunjukan penekanan pada satu waktu tertentu, namun

pada bagian ini dituliskan “saat-Nya belum tiba” yaitu waktu yang belum genap untuk

melakukan sesuatu, Kata saat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “waktu

(yang pendek sekali), waktu yang bertalian dengan baik buruk”88 kata belum artinya

“masih dalam keadaan tidak”89 dan kata tiba artinya “datang, atau sudah datang”90 jadi

bila dikalimatkan memiliki arti waktu-Ku masih dalam keadaan tidak datang, seperti

Herman N. Ridderbos berpendapat tentang pernyataan Yesus, bahwa saat-Nya belum

tiba menuliskan:

Dalam kaitan itu “saat-Ku belum tiba” memiliki arti penting yang khusus.
Ucapan itu muncul berulang-ulang dalam kitab Yohanes (bdk. 7:30, 8:20,
12:23, 13:1, bdk. 16:21, 17:1:bdk 7:6, 8) biasanya, tibanya “saat” ini
menunjukan kepada permulaan penderitaan Yesus91

Dari hal diatas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kata “saat-Ku belum

tiba” merujuk pada satu hal, yaitu masa penderitaan Yesus dikayu salib.

87
William Braclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Yohanes pasal 8-21 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011), 217.
88
Julius C. Rumpak, Marcus Susanto, “saat” dalam kamus Besar bahasa Indonesia, Peny.,
Anton M. Moeliono (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 973.
89
Julius C. Rumpak, Marcus Susanto, “belum” dalam kamus Besar bahasa Indonesia, 129.
90
Julius C. Rumpak, Marcus Susanto, “tiba” dalam kamus Besar bahasa Indonesia, 1189.
91
Herman N. Ridderbos, Injil Yohanes Suatu Theologis Pen., Lanna Wahyuni, (Surabaya:
Momentum, 2012), 114.
43
Pada bagian ini dituliskan bahwa waktunya telah tiba. Dalam bahasa Yunani “telah

tiba” menggunakan kata ἦλθεν dari akar kata ἔρχομαι yang artinya “datang, tiba, pergi

bersama, sampai, berjalan, menjadi, mendatangkan, membawa, akan datang, dan

muncul”92 namun pada bagian ini berarti telah tiba, yang dimaksudkan adalah waktu

penderitaan Yesus di kayu salib telah tiba, sebab pada bagian selanjutnya pasal 16:16-

33 menjelaskan bahwa akan tiba saatnya Ia tidak akan berkata-kata kepada murid-

murid-Nya dan tinggal sesaat lagi Yesus bersama para murid-murid-Nya di dunia,

bahkan ayat 32 di katakan lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, dan lebih di

tegaskan dalam doa-Nya pada pasal 17:1 “1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia

menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-

Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau” dalam The Wicliffe Bible

Commentary di jelaskan bahwa “Telah tiba saanya, saat itu tidak ditentukan batasnya,

merupakan sesuatu hal yang diketahui betul di antara Bapa dan Anak. Saat itu adalah

saat menderita sekaligus permuliaan.”93

Dengan genapnya waktu untuk kembali kepada Bapa, hal ini menjadi

sebuah dasar bagi Yesus untuk mengajarkan sesuatu bagi para murid-Nya, yaitu

mengajarkan tentang suatu sikap dalam melayani. Yesus tahu bahwa waktunya telah

genap untuk kembali, sebab pada ayat tiga Yohanes kembali menekankan Yesus tahu

92
Pdt. Hasan Susanto, D.Th., Perjanjian Baru Interlinear dan Konkordansi Perjanjian Baru,
(PBKI) (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), 316.
93
The Wykliffe Bible Commentary, editor Charles F. Pfeiffer (Malang: Gandum Mas, 2001),
376.
44
bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan Dia harus kembali

kepada Allah, dalam tafsiran dituliskan: “Mengetahui akan kekuasaan-Nya, asal-usul

Ilahi-Nya dan kepastian kepulangan-Nya kepada Bapa, Yesus tidak merasa hina untuk

merendahkan diri dan melakukan pelayanan sebagai hamba, inilah kesanggupan dari

semangat inkarnasi”94, dengan kata lain kemuliaan bukanlah menjadi sebuah halangan

untuk melayani, tetapi inilah yang menjadi dasar dan acuannya untuk membuktikan

pelayanan-Nya, sebab waktunya telah genap untuk mengerjakan tugasnya sebagai

Penyelamat bagi dunia dengan mengikuti jalan penderitaan.

Dalam ayat 3 dikatakan bahwa “ Yesus tahu bahwa Bapa-Nya telah

menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali

kepada Allah” hal ini menyatakan bahwa Bapa telah memberikan hak kepemilikkan

dan kuasa atas segalanya baik di bumi dan di Sorga untuk menjalankan misi agung

dari Bapa, dengan kata lain bahwa Yesus merupakan ahli waris dari segala sesuatu

baik di bumi maupun di sorga. Herman N Ridderbos menjelaskan bahwa:

Ketika saat yang menentukan tiba, Ia tahu apa yang harus Dia lakukan,
sebagai Dia yang datang dari dan kembali kepada Allah, dengan membawa
kedalam tangan-Nya tugas yang atas-Nya Bapa telah berikan kuasa kepada-
Nya untuk dilakukan: menyerahkan nyawa-Nya dan mengambilnya kembali
(bdk 10:17) prakarsa untuk menyelesaikan ini sekarang adalah bagi-Nya untuk
mengambil. 95

Dengan kata lain, Yesus sangat mengerti dan memahami apa yang menjadi tujuannya

dalam dunia dan kapasitasnya sebagai juru selamat, Ia harus menyelesaikan tugas-

Nya menebus dosa manusia dengan mati dikayu salib, karena waktu-Nya telah genap

dan segala sesuatunya telah diserahkan kepada-Nya.

94
The Wykliffe Bible Commentary, editor Charles F. Pfeiffer (Malang: Gandum Mas, 2001),
357.
95
Herman N. Ridderbos, Injil Yohanes Suatu Theologis Pen, Lanna Wahyuni (Surabaya:
Momentum, 2012), 499.
45

Menunjukan Kasihnya Kepada Murid-Murid (ayat1c)

Membasuh kaki murid-murid-Nya adalah suatu hal menakjubkan yang

Yesus demonstrasikan kepada murid-murid-Nya, sebab Yesus yang adalah Guru dan

Tuhan melakukan tindakan yang rendah dan hina sebab … “unsur utama dari tindakan

Yesus terhadap umat-Nya ialah kasih (agape) yang ditunjukan dalam membasuh kaki

mereka”96. Hal itu tertulis di ayat 1c “Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-

murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada

kesudahannya.” Bagi Yesus status dan kemuliaan bukanlah lagi sebuah batasan untuk

melakukan sesuatu dalam pasal 3:16 Yohanes mencatat bahwa kehadiran Kristus di

dunia merupakan suatu bukti kasih yang besar yang Allah telah nyatakan bagi

manusia. demikian halnya dalam pasal 13:1c dicatat bahwa Yesus mengasihi murid-

murid-Nya, bahkan mengasihi mereka sampai kesudahannya.

Pada 1c Yohanes dua kali mencatat kata kasih, pertama dituliskan

senantiasa mengasihi, senantiasa berarti “selalu” selamanya tidak ada putus-

putusnya”97 dan yang kedua dituliskan mengasihi mereka sampai kesudahannya,

artinya “akhir, penghabisan, kesempurnaan, akhirnya kemudian”98. kata kasih yang

dipakai oleh Yohanes adalah kata “ἀγαπήσας (agapesas) dari kata agapao yang

artinya mengasihi, menyatakan kasih”99 Pada bagian ini Yesus secara aktif

menyatakan kasihnya kepada murid-muridnya secara terus menerus, menyatakan


96
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), 268.
97
Julius C. Rumpak, Marcus Susanto, “selalu” dalam kamus Besar bahasa Indonesia, 1016.
98
Julius C. Rumpak, Marcus Susanto, “Kesudahan” Kamus Besar Bahasa Indonesia, 58.
99
Barclay M. Newman JR, Kamus Yunani-Indonesia untuk Perjanjian Baru (Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2015), 1.
46
kasihnya dengan tanpa batas artinya bahwa mengasihi mereka sampai kesudahannya,

ini menunjukan sebuah rasa cinta dan kasih yang tidak pernah terputus maksudnya

adalah sebuah kasih yang tidak mengenal batas, tanpa ada unkurannya dan tidak ada

bandinganya.

Dalam terjemahan The New American Standard Bible dituliskan “he loved

them to the end” yang artinya Ia mengasihi mereka sampai akhir”100 sedangkan dalam

terjemahan New International Version menuliskan “he now showed them the

fullextent of his love yang artinya sekarang Ia menunjukan kepada mereka kasih-Nya

dengan sepenuhnya, pada buku Kunci Bahasa Yunani Perjajian Baru dituliskan

“sesudah Ia mengasihi orang-orang yang menjadi milik-Nya (sampai sekarang) …Ia

mengasihi mereka sampai penghabisan”101 dan dalam tafsiran Wyclife memberikan

penjelaskan bahwa “Ia mengasihi mereka sampai kesudahannya atau pada akhirnya

(ketika segala masa penantian sudah berakhir ) ungkapan ini (eis telos) juga bisa

berarti sepenuh-penuhnya”102. Hal yang serupa dan senada juga diutarakan oleh

Matthew Hendri. Dalam tafsiran Matthew Henry dijelaskan bahwa:

mereka yang dikasihinya, dikasihinya sampai kesudahannya. Dia selalu setia


mengasihi umat-Nya, kasih yang selalu tetap. Dia mengasihi dengan kasih
yang kekal (Yer 31:3) kekal dalam segala rencana-Nya sampai pada
keberlangsungan-Nya. tidak ada satu halpun yang dapat memisahkan orang
percaya dari kasih Kristus. Dia mengasihi orang-orang kepunyaan-Nya, eis
telos- dengan cara yang sempurna, sebab Ia menyempurnakan segala yang
baik bagi mereka dan akan membawa mereka kedunia dimana terdapat kasih
yang sempurna. 103

100
Pdt, Budi Asali M.Div,”Eksposisi Yohanes 13:1-20” Golgotaministry.org, 1.
101
Pdt. B.F Drewes, M.Th dkk. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru Kitab Injil Matius Kitab
Kisah Para Rasul (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 335.
102
The Wykliffe Bible Commentary, editor Charles F. Pfeiffer (Malang: Gandum Mas, 2001),
357.
103
Mattew Henry tafsiran MattewHenry Injil Yohanes 12-21,pen, Iris Andreas dkk
(Surabaya:Momentum , 2010), 919.
47
Jadi dalam bagian ini Yesus membuktikan kasih-Nya kepada murid-

murid-Nya bukan hanya sekedar berkata tetapi Ia menyatakan atau mewujudkan

kasih-Nya yang tanpa batas. bahkan kasih yang Ia berikan adalah kasih yang

sempurna dan tidak ada habisnya kepada murid-murid-Nya, kasih yang diberikan

bukanlah kasih yang pura-pura tetapi kasih yang tulus, tidak bersyarat, kasih yang

tetap, tidak berubah. Yesus mengasihi murid-murid-Nya sampai akhir hidup-Nya dan

mengasihi mereka secara maksimal, bahkan kasih itu diberikan bukan hanya kepada

murid-murid-Nya tetapi juga kepada dunia.

Kasih Allah dinyatakan dalam pribadi Krisus, Yesus rela datang kedalam

dunia untuk menyelamatkan umat-Nya dengan memberikan nyawa-Nya sebagai

korban menggantikan orang berdosa, bahkan Allah mengasihi setiap orang dengan

kasih yang sejati dan kekal, mengasihi umat-Nya dengan kasih yang tetap dan tidak

berubah dari mula-Nya sampai dengan kekal-Nya.

Iblis Telah Bekerja (ayat 2 dan 18)

Selanjutnya yang melatarbelakangi tindakan Yesus membasuh kaki

murid-murid-Nya disebabkan iblis telah bekerja, namun dalam hal ini menunjukan

puncak dari pekerjaan iblis untuk menggagalkan rencana Allah bagi dunia ini. Hal itu

dituliskan pada ayat 2 dan 18 “mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah

membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati

Dia.” diayat 18 “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah

Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat

tumitnya terhadap Aku.” Pada ayat 2 dijelaskan bahwa Iblis telah membisikan

rencana dalam hati Yudas untuk mengkhianati Yesus. Pada terjemahan Bahasa
48
Indonesia Sehari-hari dituliskan “iblis sudah memasukan niat dalam hati Yudas anak

Simon Iskariot untuk menghianati yesus” bila dicermati dengan baik maka dapat

dimengerti bahwa iblis berupaya untuk mengoda Yudas sehingga dari pekerjaan iblis

ini mengakibatkan terjadinya penghianatan. Dalam New International Version

dituliskan “and the devil had already promted Judas Iskariot, son of Simon, to betray

Jesus” yang artinya dan si iblis telah menyuruh Yudas iskariot, putra simon untuk

mengkhianati Yesus, Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa iblis berupaya untuk

menggagalkan rencana Allah bagi dunia, dengan diam-diam iblis mebisikan rencana

jahat untuk mengkhianati Yesus. Dalam tafsiran Injil Yohanes Mattew Henry

menjelaskan bahwa:

Sebagai asal-muasal penghianatan Yudas, jelaslah dosa dengan sifat yang


demikian ini sudah pasti mengandung citra dan gambaran iblis. Kita tidak
bisa mengerti jalan masuk seperti yang di miliki iblis untuk merasuki hati
manusia, dengan cara seperti apa iblis membidikan panah-panah penyesatan,
dan sebagaimana ia mencampuradukan semua itu dengan pikiran, akan
tetapi ada beberapa dosa tertentu yang sunguh-sungguh cemarnya sampai
tidak perlu lagi dipancing sedikitpun dengan godaan dunia ataupun
kedagingan. Sehingga jelas sekali tampak bahwa iblislah yang mengerami
benih-benih dosa itu dalam hati yang bersedia mau menjadi tempat
bertumbuhnya benih-benih itu, sikap Yudas menghianati seorang guru
seperti Kristus dengan cara murahan dan tanpa memerlukan banyak hasutan
tega melakukannya merupakan sikap memusuhi Allah yang terang-terangan,
yang tidak mungkin dilontar oleh siapapun selain iblis sendiri. Yang mengira
bahwa dengan begitu ia telah membinasakan kerajaan sang penebus, padahal
yang sesungguhnya kerajaannya sendirilah yang hancur”104

Iblis bekerja dengan luar biasa untuk menggagalkan rencana Allah, iblis

menyangka dengan kematian Kristus dapat menggagalkan rencana Allah bagi dunia.

dalam bahasa Yunani membisikan menggunakan kata “βεβληκότος yang artinya telah

menaruh. Dari akar kata Ballo”105 digunakan sebanyak 122 dalam perjanjian baru

104
Mattew Henry, tafsiran MattewHenry Injil Yohanes 12-21, pen., Iris Andreas dkk
(Surabaya:Momentum , 2010), 921-922.

105
Bible Work, Versi Yunani, ver, 10.0.4.114, Software Alkitab, [CD-ROM]
49
yang artinya “melempar, membuang, menebarkan, menghamburkan, menjatuhkan,

menerjunkan, meletakan, membaringkan, membawa, menyemburkan, memasukan,

memukul, mengayunkan”106 Kata βεβληκότος, ini merupakan berbentuk kata kerja

yang menggunakan kala kini aktif, partisip dengan kasus genetif maskulin tunggal.

kala kini aktif menunjuk kepada suatu tindakan yang sedang terjadi. Sedangkan

partisip bertidak sebagai kata kerja sekaligus penjelasan kata sifat. Dan kasus genetif

merupakan penjelasan atau milik dari pekerjaan iblis. dalam hal ini subjek yaitu iblis

sebagai pelaku yang melakukan tindakan, artinya bahwa Iblis sedang melakukan

tindakan atau membisikan rencana penghianatan kepada Yudas.

Herman N Ridderbos menuliskan dalam bukunya yang berjudul Injil

Yohanes, menjelaskan tentang penghianatan Yudas dengan menuliskan:

Iblis telah mengambil posisi yang dalam, didalam lingkungan akrab para
murid Yesus, dalam hati Yudas Iskariot. Dengan mendorong dia kepada
keputusan untuk menghianati Yesus. Bagaimana ia melakukan hal ini cukup
terkenal dan tidak digambarkan disini, tetapi kata yang digunakan merupakan
kata kunci dalam seluruh kisah kesengsaraan bagi “diserahkannya Yesus
kedalam tangan manusia” inilah titik berangkat inilah titik berangkat iblis
dalam proses yang meliputi seluruh kisah dari mulai sampai selesai sebagai
suatu rangkaian ketidak setiaan”107

Dapat dikatakan bahwa iblis telah berhasil menggantikan posisi Yesus dalam hati

Yudas, mengambil alih kehidupan Yudas dari seorang murid kini menjadi

pengkhianat bagi gurunya dan iblis telah menguasai kehidupan Yudas secara penuh

sebab Yudas telah memberikan kesempatan bagi iblis untuk bekerja dalam hatinya

memberikan kesempatan bagi sang iblis memasang jerat dan membiarkan dirinya

dijerat oleh iblis, iblis yang merusak dan membinasakan dengan leluasa bekerja dalam

hati Yudas sehingga tanpa godaan yang beratpun Yudas dengan mudahnya jatuh
106
Pdt. Hasan Susanto, D.Th., Perjanjian Baru Interlinear dan Konkordansi Perjanjian Baru,
(PBKI), (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), 140.
107
Herman N. Ridderbos, Injil Yohanes Suatu Theologi, Pen., Lanna Wahyuni (Surabaya:
Momentum, 2012), 498.
50
kedalam tangan iblis, sebab pekerjaan iblis hanyalah mencuri dan membunuh dan

membinasakan (lih. Yoh 10:10)

Bahkan lebih lanjut pada ayat 18 Yesus membeberkan tentang pekerjaan

Iblis atau dengan kata lain penghianatan Yudas.“Bukan tentang kamu semua Aku

berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang

yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku” ayat ini menguraikan

tentang pemberitahuan perencanaan pengkhianatan Yudas, dibagian 18a Ia berkata

“bukan tentang kamu semua Aku berkata” berkaitan dengan ini Yesus sedang

mengatakan bahwa tidak semua murid-Nya akan melakukan pengkhianatan karena

selanjutnya dikatakan “sebab Aku tahu siapa yang telah Ku-pilih” hal ini menjelaskan

bahwa Yesus mengetahui dengan persis, bahkan sangat memahami siapa yang

menjadi pengikutnya Mattew Hennry menuliskan: … “mereka yang terpilih dipilih

sendiri oleh Kristus, Ia sendirilah yang menentukan siapa-siapa yang menjadi bagian

dalam tugas pekerjaan-Nya”108

Ayat 18 merupakan pengumuman kepada murid-murid bahwa Yesus akan

mengalami penghianatan dari murid-Nya sendiri. Yesus mengetahui siapa yang Ia

pilih menjadi bagian-Nya, namun Yesus menekankan bahwa Ia harus menggenapi

tujuannya kedalam dunia. dikatakan “haruslah genap nas ini” dalam terjemahan

Bahasa Indonesia Setiap Hari dituliskan “tetapi apa yang tertulis dalam Alkitab harus

terjadi” dalam hal ini ditekankan haruslah genap. dalam bahasa Yunani kata genap

menggunakan kata πληρωθη dari akar kata πληρόω yang artinya memenuhi,

menggenapi, mencukupi, habis, lewat, menyatakan dengan penuh, memberitakan

kemana-mana, menyelesaikan dan melakukan, kata ini digunakan sebanyak 86 kali.

108
Mattew Henry, tafsiran MattewHenry Injil Yohanes 12-21, pen., Iris Andreas dkk
(Surabaya:Momentum , 2010), 947.
51
kata πληρόω adalah kata kerja aoris pasif subjungtif orang ketiga tunggal, merupakan

kata kerja yang sudah terjadi namun masih terjadi. Sedangkan Subyungtif

menyatakan suatu himbauan. dalam terjemahan New International Version dipakai

kata fulfill yang artinya memenuhi, menggenapi, mencukupi. Jadi jelaslah bahwa

firman yang tertulis harus terjadi dan harus tergenapi. Dalam hal ini Yesus mengutip

Firman yang terdapat dalam kitab Mazmur 41:10. bahkan sahabat karibku yang

kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.

Pada bagian ini Yesus tidak menyebutkan sahabat karib (Maz 41:10a)

tetapi menyebutkan “Orang yang memakan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya

terhadap Aku” ini merupakan sebuah ungkapan yang dipakai oleh Yesus untuk

memberitahu kepada murid-murid-Nya tetang sebuah tindakan pengkhianatan yang

akan terjadi terhadap diri-Nya. ungkapan memakan roti-Ku melambangkan satu

hubungan yang baik dengan seseorang atau hubungan persahabatan, sebab dalam

budaya timur “makan roti dengan seseorang merupakan tanda persahabatan dan suatu

tindakan kesetiaan”109 dari hal ini dapat dilihat bahwa Yesus memiliki hubungan yang

erat dengan para murid tidak terkecuali dengan sang penghianat. sebab Yesus sendiri

berkata kepada murid-murid-Nya dalam pasal 15:14 “kamu adalah sahabat-sahabat-

Ku” jelaslah bahwa Yesus memiliki hubungan yang sangat erat dan akrab dengan para

murid, bukan hanya sebatas guru dan murid tetapi memiliki hubungan yang lebih

dekat yaitu sebagai sahabat.

Selanjutnya ungkapan “mengangkat tumitnya terhadap Aku” ini

menunjukan suatu sikap yang telah bertolak belakang dari kesetiaan seorang sahabat

menjadi seorang musuh “dalam bahasa Ibrani secara harafiah berbunyi “dia membuat

109
Budi Asali M.Div, Eksposisi Injil Yohanes,www. Golgothaministry.org. 18/02.2020, jam
09:30.
52
besar tumit” dan itulah ungkapan yang menyatakan kekerasan yang keji”110 dalam

terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari dituliskan bahwa “orang yang makan

bersama Aku, akan melawan Aku” ungkapan ini jelas menunjukan perlawanan yang

akan dilakukan oleh seorang kawan dekat, bahkan tindakan ini juga merupakan

tindakan penghinaan. Seperti yang diungkapkan Herman Ridderbos dalam tulisannya:

Kutipan itu bukan hanya meneguhkan bahwa apa yang Yudas lakukan
dinubuatkan kitab suci tetapi tidak kurang mengungkapkan sifat licik dan tidak
setia dari perbuatannya; ia hampir meninggalkan Dia yang rotinya ia makan
dan yang persekutuan akrab dengan-Nya telah ia nikmati selama ini”111

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa perbuatan penghianatan ini

merupakan suatu hal yang harus terjadi sebab Yesus sendiri telah berkata bahwa

haruslah genap nas ini, nas yang dikutip dari kitab Mazmur dan penggenapan itu

terjadi lewat pribadi Yudas.

Dibagian ayat 21-29 disana diuraikan Yesus memperingatkan Yudas dan

Yesus memberi tahukan siapa yang akan menghianati-Nya akan tetapi tidak ada dari

para murid yang mengerti dengan perkataan Yesus. pada ayat yang 26 Yesus telah

mengisyaratkan siapa yang akan mengkhianatinya sebab Yesus mengetahui segala

sesuatu. Yesus berkata: kepada dialah itu yang kepadanya akan Ku berikan roti yang

telah Ku celup. hal ini Yesus menunjukan bahwa kasih-Nya kepada Yudas, sebab

Yesus menginginkannya untuk bertobat akan tetapi Yudas tidak mengindahkan hal itu

bahkan lebih di tegaskan lagi pada ayat 27 “Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia

kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat,

perbuatlah dengan segera” dari ayat ini jelas bahwa iblis telah sepenuhnya menguasai

110
William Braclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Yohanes pasal 8-21 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011), 225.
111
Herman Ridderbos, Injil Yohanes Suatu Tafsiran Theologis, Pen., Lanna Wahyuni,
(Surabaya: Momentum, 2012), 508.
53
Yudas, dengan kata lain iblis telah masuk kepadanya. Dan pada ayat 30 Yudas

menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam. dalam tafsiran

dituliskan “ menurut Carson roti itu diberikan kepada Yudas sebagai tanda kasih

terakhir dan sebagai himbauan supaya dia bertobat”112 walaupun Yesus mengetahui

rencana tersebut namun Ia tetap mengasihi Yudas sampai akhir sebab kasih Allah

merupakan kasih yang konsisten.

Paskah (1a)

Tindakan Yesus membasuh kaki para murid ini dilakukan pada waktu

menjelang hari raya paskah. Hari raya paskah adalah hari raya yang penting bagi umat

Israel, paskah “adalah hari raya yang paling kuno diantara hari-hari raya yang lain,

dilangsungkan pada sekitar tanggal 1 April. Memperingati bangsa Yahudi yang

mendapat kebebasan dari belenggu dan keluar dari tanah perbudakan di Mesir”113 hari

raya ini merupakan hal yang penting, karena menjadi suatu peringatan sejarah bagi

bangsa Israel.

Selama 430 tahun nenek moyang bangsa Israel tertindas di Mesir menjadi

budak bagi orang Mesir. Karena kasih-Nya, Tuhan menunjukan kuasa-Nya dengan

membebaskan bangsa Israel dan membawa bangsa Israel ke tanah perjanjian. paskah

dalam bahasa Ibrani adalah “(pesakh) berasal dari kata kerja yang artinya melewatkan

dengan makna penyelamatan (kel; 12:13,27 dst) jelas pandangan yang mengatakan

bahwa Allah secara harafia melewati rumah-rumah orang Israel yang sudah berlabur

112
Tafsiran elektronik Yohanes 13:26, Sabda dan tim Alkitab Android, vertion 1. 3. 2.
113
Lukas Tjandra, Latar belakang Perjanjian Baru (Malang: Literatur SAAT, 2008), 66.
54
darah dan membunuh orang-orang mesir”114. Dan perlu diingat bahwa paskah

merupakan perayaan penting bagi bangsa Israel, sehingga bangsa Israel

menjadikannya sebagai peringatan turun-temurun.

Dibagian pembukaan kisah Yesus membasuhan kaki murid-murid-Nya,

diayat yang pertama disana dituliskan bahwa mereka berkumpul dan makan sebelum

hari raya Paskah. ayat 1a Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai. Akan tetapi

bila dibandingkan dengan kitab Matius dan Markus ada hal yang berbeda, sebab

dituliskan bahwa mereka melakukan paskah pada malam hari. Bila diperhatikan

penjelasan kitab Yohanes dan injil Matius dan Markus sepertinya bertentangan, sebab

ada perbedaan waktu dalam melakukan perayaan paskah.

perayaan paskah merupakan perayaan yang selalu diadakan pada tanggal

15 bulan Nisan, dalam injil Yohanes dituliskan bahwa mereka melakukan kegiatan

pembasuhan kaki dan perjamuan sebelum hari raya paskah mulai, artinya mereka

melakukan itu pada waktu rembang petang menjelang malam hari pada tanggal 14

Nisan. karena bila dilihat dari pertukaran waktu bangsa yahudi, pertukaran waktu

mereka dimulai pada malam hari pada waktu matahari terbenam. Sedangkan dalam

kitab injil sinoptik dituliskan bahwa Yesus dan murid-murid-Nya melakukan paskah

pada malam hari, dengan kata lain mereka melakukan perjamuan paskah pada taggal

setelah pergantian hari (tanggal 15 Nisan)

Diayat pertama sangat jelas dituliskan bahwa pembasuhan kaki ini

dilakukan sebelum hari raya paskah, artinya kegiatan ini terjadi pada waktu persiapan

paskah, dalam buku berjudul Kristus di bumi yang dituliskan oleh Jacob Van Bruggen

menjelaskan bahwa

114
J.D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2000), 205.
55
Yang dimaksudkannya adalah pastilah hari-hari raya yang mulai pada tanggal
15 Nisan, ia bukan menyebut malam orang memakan anak domba paskah,
melainkan perayaan, yang berlangsung pada tanggal 15-21 Nisan. Sekiranya
yang dimaksud Yohanes perayaan pada akhir tanggal 14 Nisan, tidak masuk
akal kalau ia menyebut 13 Nisan malam sebagai malam “sebelum hari raya
paskah”. Hari sesudah tanggal 13 Nisan tidak dapat seluruhnya disebut “hari
raya paskah” jadi pembasuhan kaki dan perjamuan terakhir bersama murid-
murid-Nya terjadi pada malam hari sebelum tanggal 15 Nisan, yaitu pada
akhir tanggal 14 Nisan. 115

Jadi dari pernyataan dan penjelasan diayat yang pertama dapat ditarik satu

kesimpulan bahwa pembasuhan kaki ini terjadi pada waktu petang menjelang malam

pergantian hari dari 14 Nisan ke 15 Nisan.

Makna Teologis Tentang Pembasuhan Kaki

Sebuah tindakan pastilah mengandung arti didalamnya. Dalam tindakan

Yesus membasuh kaki para murid mengandung pengajaran dan arti khusus sebab ini

merupakan sebuah tindakan yang luar biasa yang membuat setiap orang tercengang

karena hal itu. Yesus adalah Guru dan Tuhan yang memiliki karakter yang luar biasa

yang mampu memberikan pengajaran dalam sebuah aplikasi tindakan nyata. Dengan

mencermati secara saksama, tindakan pembasuhan ini memiliki makna yang dalam

dan juga rohani. Dibagian ini akan diuraikan makna teologis tentang tindakan

pembasuhan kaki.

115
Jacob Van Bruggen, Kristus Di Bumi Penuturan Kehidupan-Nya Oleh Murid-Murid Dan
Oleh Penulis-Penulis Sezaman (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 295.
56

Menunjukan Sikap Kerendahan Hati (4-5)

Selanjutnya pada bagian pertama dari makna pembasuhan kaki, pada ayat

4-5 dituliskan “Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil

sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia

menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya

lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.” Pada ayat 4-5

diuraikan bahwa Yesus berdiri dari tempat Ia duduk dan mengambil posisi untuk

membasuh kaki para murid-Nya. sebagai Guru dan Tuhan, Yesus menunjukan suatu

sikap yang patut dipuji, sebab diantara para murid berupaya untuk mencari tau siapa

yang terbesar dan terkemuka diantara mereka. Sebagai murid kedua belas rasul

seharusnya melayani Yesus, akan tetapi yang terjadi adalah hal sebaliknya, Yesus

yang adalah guru dan Tuhan yang melayani para murid.

Sebagai guru dan Tuhan sudah sepatutnya Yesus menerima pelayanan dari

para murid-Nya, akan tetapi para murid tidaklah menyadari akan hal itu. bahkanYesus

yang adalah Guru dan Tuhan tidak menerima pelayanan dari para murid, terlebih

dalam hal ini mereka sedang berada dalam sebuah perayaan yang penting bagi para

umat Yahudi dan sudah sepantasnyalah para murid melayani Yesus yang adalah guru

bagi para murid, akan tetapi Yesus tidak mementingkan hal itu dan melakukan hal

yang sebaliknya dengan melayani dua belas rasul, hal itu tertulis pada ayat 4.

Pada bagian awal ayat 4 “bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya”

dalam bahasa Yunaninya τὰ ἱμάτια yang arti literalnya pakaian secara umum, pada

bagian ini τὰ ἱμάτια berbentuk jamak dan hal ini menunjukan bahwa Tuhan Yesus

menanggalkan semua jubbah-Nya, layaknya seperti seorang pelayan yang hina Ia


57
menanggalkan jubbah-Nya. membasuh kaki adalah pekerjaan yang hina dan rendah,

dalam tafsiran Injil Yohanes Matthew Henry menjelaskan: “Tindakan ini sungguh

rendah dan menghamba, hanya dilakukan oleh pelayan yang paling rendah

kedudukannya”116 pengertiannya adalah ini pekerjaan yang hanya dilakukan oleh

orang yang statusnya rendah.

Didalam Perjanjian Lama di ceritakan bahwa Abigail adalah istri dari

Nabal seorang yang kaya raya berkata “hambamu ini ingin menjadi budak yang

membasuh kaki para hamba tuanku itu” (1 Samuel 25:41) dari hal ini sangat jelas

bahwa ini merupakan suatu kehinaan karena melakukan tugas seorang hamba yang

hina. Yesus Kristus adalah pribadi yang mulia sebab Dia datang dari sorga, walaupun

demikian Ia rela melakukan hal yang begitu rendah dipemandangan manusia. dalam

terjemahan Bahasa Indonesia sehari-hari dituliskan, sebab itu Ia berdiri, membuka

jubah-Nya dan mengikat anduk pada pinggang-Nya.“Tuhan Yesus mengenakan

pakaian budak yang rendah, pakaian yang dianggap hina, baik oleh orang Yahudi

maupun orang bukan Yahudi”117. Yesus yang memiliki status yang tinggi relah turun

ke posisi yang paling hina dengan menjadi seorang budak atau hamba. “Yesus

menanggalkan jubah-Nya untuk mengambil pekerjaan budak akan pembasuhan

kaki”118 hal ini menunjukan suatu sikap yang mulia, yaitu sikap merendahkan diri-Nya

dengan serendah-rendahnya.

116
Mattew Henry tafsiran MattewHenry Injil Yohanes 12-21, pen., Iris Andreas dkk
(Surabaya:Momentum, 2010), 926.

117
Dave Hagelberg, Tafsiran Yohanes Pasal 13-21 Dari Bahasa Yunani (Yokyakarta: Andi,
2004), 22.

118
Herman N. Ridderbos, Injil Yohanes Suatu Theologis Pen, Lanna Wahyuni, (Surabaya:
Momentum, 2012), 499.
58
Yesus mengikatkan kain lenan pada pinggang-Nya, tindakan ini

menunjukan cara berpakaian seorang budak yang dipandang rendah, hal ini

menunjukan kerendahan hatinya yang sangat besar, dalam hal ini kain lenan

merupakan kain yang digunakan oleh budak untuk melayani. Kain lenan “istilah ini

(Lention, dari bahasa Latin Linteum) adalah kain yang dikenakan oleh budak, kain itu

panjang, sehingga dapat dipakai sebagai pakaian, tetapi masih ada sisa atau unjung

yang dapat dipakai untuk pekerjaan, dalam kasus ini menyeka kaki murid-murid”119.

Mengenakan kain lenan adalah sebuah kehinaan besar, sebab Yesus mengenakan kain

yang seharusnya tidak digunakan, dengan demikian menunjukan satu kehinaan besar,

dan karena hal ini dalam seketika Yesus menjadi pribadi yang hina.

Selanjutnya bukan hanya menggunakan kain lenan tetapi juga Ia

menuangkan air dalam sebuah basi dan membasuh kaki para murid-Nya. Yesus

mengerjakan tugas yang seharusnya tidak dilakukan-Nya. banyak pandangan yang

mengatakan bahwa tugas membasuh kaki tidak boleh dilakukan oleh seorang budak

Yahudi sehingga tugas tersebut diserahkan kepada seorang budak kafir. Dari tindakan

Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya jelaslah bahwa ini adalah suatu sikap

kerendahan hati, bagaimana seorang yang mulia seorang Guru dan Tuhan membasuh

kaki para murid. “Tuhan Allah menjelma menjadi manusia, dan merendahkan diri-

Nya sampai Ia menjadi seperti seorang budak hina yang membersihkan segala macam

kotoran dari kaki murid-murid-Nya”120 tindakan ini merupakan sebuah simbol

kerendahan hati Allah yang ditunjukan bagi segenap umat-Nya. dalam tindakan ini

Yesus menunjukan suatu unsur kemuliaan yang besar yaitu kemuliaan dalam

119
Dave Hagelberg, Tafsiran Yohanes Pasal 13-21 Dari Bahasa Yunani (Yokyakarta: Andi,
2004), 22.
120
Dave Hagelberg, Tafsiran Yohanes Pasal 13-21 Dari Bahasa Yunani, 23.
59
kerendahan hati-Nya dan tindakan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya adalah

tindakan Agung yang Yesus lakukan sebagai Guru dan Tuhan.

Pembasuhan Rohani (6-11)

Selanjutnya dalam ayat 6-11 terjadi perdebatan atara Petrus dan Yesus

sebab Petrus menolak untuk dibasuh oleh Yesus. “6 Maka sampailah Ia kepada Simon

Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" 7

Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi

engkau akan mengertinya kelak." 8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan

membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak

membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." 9 Kata Simon Petrus

kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" 10

Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi

selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah

bersih, hanya tidak semua." 11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia.

Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."

Petrus adalah pribadi yang berapi-api dan bersemangat serta pribadi yang

berani. Pertrus adalah satu-satunya murid yang mengomentari dan menolak hal yang

Yesus lakukan. Di ayat yang keenam Petrus bertanya “Tuhan Engkau hendak

membasuh kakiku?” Pada terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari “Tuhan masakan

Engkau yang membasuh kaki saya?” dan dalam terjemahan New International

Version “Lord, are You going to wash my feed?” ini adalah pertanyaan sekaligus

penolakan yang Petrus berikan kepada Tuhan Yesus, bahkan ini merupakan sebuah
60
penolakan keras. Seperti juga yang diutarakan oleh Herman N Ridderbos mengatakan

bahwa:

Yesus menjumpai penolakan yang kuat: Tuhan Engkau hendak membasuh


kakiku? Apa yang mendorong Petrus mengatakan hal ini cukup jelas dari cara
ia mengatakannya. Ia menganggap tindakan Yesus sama sekali bertentangan
dengan hubungan mereka (engkau…aku) bertentangan diatas semua dengan
kemuliaan Yesus sebagai mana Ia, berbicara atas nama seluruh murid yang
telah membiarkan yesus membasuh kaki mereka”121

Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa ada Penolakan yang begitu jelas dari Petrus,

sebab Petrus tidak mengerti dengan apa yang Yesus lakukan baginya, sebagai seorang

murid yang berani, ia menyatakan keberatannya dengan tindakan Yesus dan lebih

lanjut diayat delapan penolakan itu semakin kuat dengan perkataan “Engkau tidak

akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya” artinya bahwa Petrus dengan sangat

keras menolak pelayanan Yesus kepadanya.

Dari penolakan Petrus, Yesus memberikan sebuah jawaban yang mutlak

dan menghentak hati Petrus. Walaupun jawaban yang Yesus berikan pada bagian awal

mendapatkan penolakan, akan tetapi pada jawaban yang kedua membuat Petrus

berbalik seratus delapan puluh derajat …. “tetapi jawaban Tuhan membuat tindakan

pelayanan yang rendah itu terangkat menjadi pelayanan yang bermakna rohani”122.

sebab bagian selanjutnya Yesus berkata “jikalau Aku tidak membasuh engkau,

engkau tidak akan mendapat bagian dalam Aku” jawaban ini merupakan jawaban

yang singkat dan sederhana, akan tetapi ini merupakan kunci dari perubahan hati

Petrus.

121
Herman N. Ridderbos, Injil Yohanes Suatu Theologis, Pen., Lanna Wahyuni, (Surabaya:
Momentum, 2012), 500.
122
The Wykliffe Bible Commentary, editor Charles F. Pfeiffer (Malang: Gandum Mas, 2001),
358.
61
“Jikalau Aku tidak membasuh engkau” pada bagian ini kata membasuh

dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata νίψω dari akar kata νίπτω yang berarti

membasuh. Dalam Perjanjian Lama seorang imam setiap kali masuk dalam kemah

suci haruslah membasuh tangan dan kakinya agar tidak mati (lih. Kel 30:20-21,) pada

bagian ini membasuh tangan dan kaki adalah sebuah keharusan sehingga diri bersih

ketika melayani dalam kemah suci, karena Allah menuntut itu sebab jika tidak

demikian akan mati. Pembasuhan yang Yesus lakukan bukan hanya sekedar

pembasuhan biasa tetapi memiliki makna rohani yaitu pembasuhan dosa atau

pembasuhan rohani, apabila tidak dibasuh oleh Kristus berarti tidaklah bersih.

Selanjutnya Yesus memberi pernyataan “Engkau tidak mendapat bagian

dalam Aku” pernyataan ini adalah pernyataan yang memiliki arti yang khusus.

Banyak hal yang Kristus ajarkan namun para murid sulit untuk mengerti akan hal-hal

yang diajarkan-Nya. pernyataan ini merupakan peringatan bagi Petrus, bila ia tidak

menerima pembasuhan maka Petruslah yang akan ditolak Yesus, dalam tafsiran

dijelaskan“engkau tidak akan diakui sebagai salah seorang murid-Ku, melainkan

layak dikucilkan dan dikeluarkan karena tidak mematuhi perintah”123.

Pernyataan tentang membasuh memiliki makna rohani yang merupakan

pembasuhan diri dari dosa, sehingga pernyataan selanjutnya tidak mendapat bagian

dalam Kristus dapat dipahami tidak mengambil bagian dalam karya kemuliaan

Kristus, tidak mengambil bagian dalam Kristus juga berarti “tidak memiliki

kepentingan apapun didalam-Ku, tidak mempunyai persekutuan dengan-Ku, dan tidak

akan mendapat berkat dari-Ku”124 dapat disederhanakan bahwa tidak mendapat bagian

123
Mattew Henry tafsiran MattewHenry Injil Yohanes 12-21, pen, Iris Andreas dkk
(Surabaya:Momentum , 2010), 932.
124
Tafsiran Elektronik Yohanes 13:8, Sabda dan Tim Alkitab Android, vertion 1. 3. 2.
62
dalam Kristus, berarti tidak memiliki hubungan apapun dengan Kristus, bahkan tidak

mendapatkan hak-hak istimewa yang seharusnya didapatkan. Dave Hagelberg

mengungkapkan bahwa:

Tuhan Yesus tidak dapat berkompromi dengan Petrus. Bagi Dia, urusan ini
bukan hanya masalah pembasuhan kaki dan kerendahhatian. Bagi Dia
pembasuhan kaki adalah lambang pengorbanan-Nya di kayu salib.
Pembasuhan kaki bukanlah syarat keselamatan, tetapi jikalau Petrus tidak
dapat menerima bahwa Mesias merendahkan diri-Nya dan membasuh kaki, dia
juga tidak dapat menerima Mesias mati sebagai pengganti manusia.
seandainya demikian, Petrus tidak mendapat bagian dalam Tuhan Yesus.125

Jika dibandingkan dengan terjemahan lain tentang perkataan Yesus

kepada Petrus, “jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian

dalam Aku” dalam terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari “Jikalau Aku tidak

membasuhmu, engkau tidak ada hubungan dengan Aku”126 kalimat ini merupakan

suatu ungkapan Ibrani yang memiliki arti: “karena tidak menangkap semangat

gurunya maka Petrus terkucilkan dari segenap persekutuan dengan-Nya, tidak dapat

mengambil bagian dalam karya kemuliaan-Nya”127 dengan kata lain pernyataan ini

memiliki arti bahwa tanpa pembasuhan setiap orang tidak memiliki kaitan, relasi dan

terpisah dari kristus dan juga bukanlah milik kepunyaan Kristus sebaliknya setiap

orang yang mengambil bagian dalam kristus berarti, telah di basuh oleh Kristus

sehingga memiliki hubungan, relasi yang baik, bersama dengan Kristus, dan juga

berarti menjadi milik kepunyaan Kristus, sebab pada bagian ini membasuh merupakan

suatu simbol penyucian diri dari dosa, sehingga setiap orang harus menerima

pembasuhan yang Yesus lakukan.


125
Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes (Pasal 13-21) Dari Bahasa Yunani
(Yokyakarta:ANDI, 2004), 26.
126
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear dan Konkordansi Perjanjian Baru, (PBKI)
(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), 570.

127
Tafsiran Elektronik Jerusalem, sabda dan Tim Alkitab Vertion 1. 3.2.
63
Selanjutnya ayat 10 Yesus menanggapi perkataan Petrus pada ayat 9,

dengan berkata barang siapa yang telah mandi ia tidak usah membasuh dirinya selain

kakinya sebab ia sudah bersih. Pada bagian ayat 8 dan 10 memiliki pengertian yang

berbeda tentang pembasuhan kaki. seperti yang diungkapkan oleh Dave Hagelberg:

Dalam ayat 8 pembasuhan kaki mengkiaskan keikut sertaan dalam


keselamatan atau penahiran kekal melalui pengorbanan Tuhan Yesus.
sedangkan dalam ayat 10 pembasuhan kaki mengkiaskan pengampunan
operasional yang di nikmati oleh orang percaya setiap kali mengaku dosa.
(sesuai dengan 1 Yoh 1:7-9) dalam ayat 10 kiasan pembasuhan kaki tidak
merujuk pada pengampunan kekal yang di peroleh saat seseorang menerima
Yesus sebagai Juru Selamat. Dalam ayat 10 keselamatan kekal dikiaskan
dengan istilah mandi. 128

Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa setiap orang yang tidak menerima

pengorbanan Kristus tidak mendapat bagian di dalam-Nya dan setiap orang yang

percaya perlu melakukan pertobatan setiap kali berdosa karena setiap orang yang

telah mandi tidak usah membasuh diri lagi selain kakinya.

Meneguhkan Status-Nya (12-13 dan 19)

Di bagian ini Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya tentang apa yang Ia

lakukan, apakah mereka mengerti atau tidak. Selanjutnya diayat 12-13 Sesudah Ia

membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya.

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat

kepadamu? 13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab

memang Akulah Guru dan Tuhan.

“kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan” pernyataan ini Ia tujukan kepada

murid-murid-Nya. pada bagian ini kata guru yang digunakan adalah didaskalos. Yang

128
Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes (Pasal 13-21) Dari Bahasa Yunani
(Yokyakarta:ANDI, 2004), 27.
64
dalam bahasa Ibrani menggunakan kata rabbi, “istilah didaskalos adalah terjemahan

dari istilah rabbi, yang biasa dipakai oleh seorang murid terhadap gurunya”129

panggilan ini merupakan panggilan yang sudah lazim pada masa itu, sebab panggilan

ini merupakan panggilan kehormatan bagi seorang pengajar bahkan kata ini menjadi

gelar penting bagi pengajar Yahudi dan Yesus mendapatkan penghormatan tersebut.

Dan kata Tuhan yang dipakai oleh Yesus adalah kata Kurios “yang dapat berarti Tuan

(majikan) dan dapat juga digunakan untuk menyapa seseorang yang dihormati”130.

Selanjutnya pada Ayat 13b Yesus berkata “ sebab memang Akulah Guru

dan Tuhan” jika dibandingkan dengan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari

dituliskan “dan memang demikian” jika digabungkan dari kedua kalimat ini akan

begitu jelas penekanan Yesus tentang siapa dirinya, para murid memanggil-Nya Guru

dan Tuhan dan Yesus membenarkan hal itu, bahkan Ia menekankan hal itu kepada

mereka, dari hal ini sangat jelas bahwa Yesus sedang meneguhkan status-Nya kepada

murid-murid-Nya dengan berkata “kata mu itu tepat” dalam hal ini Yesus

menekankan dan membenarkan statusnya sebagai Guru dan Tuhan, dan ini

merupakan satu status yang tinggi dan terhormat yang Yesus kenakan pada dirinya,

dan Yesus telah menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan dan status itu di teguhkan-Nya

kepada para murid-Nya.

dalam teks Yunani dituliskan ὑμεῖς φωνεῖτέ με· ὁ διδάσκαλος, καί· ὁ

κύριος, καὶ καλῶς λέγετε· εἰμὶ γάρ. ὑμεῖς 131 adalah kata ganti orang dengan kasus

nominatif jamak yang artinya kamu, ini menunjuk pada murid-murid, dan φωνεῖτέ

adalah kata kerja indikatif kini aktif yang artinya memanggil, με adalah kata ganti
129
Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes (Pasal 13-21) Dari Bahasa Yunani
(Yokyakarta:ANDI, 2004), 29.
130
Howard Clark Kee, dkk, Alkitab Studi (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015), 1756.
131
Bible Work, Versi Yunani, ver, 10.0.4.114, Software Alkitab, [CD-ROM]
65
orang pertama tunggal yang artinya saya. selanjutnya ὁ διδάσκαλος adalah kata benda

nominatif maskulin tunggal yang artinya guru, καί adalah konjungsi sedangkan ὁ

κύριος,adalah kata ganti nominatif maskulin tunggal yang artinya Tuan dan ini

menunjuk pada Yesus sendiri, καὶ καλῶς adalah kata keterangan atau sifat yang

artinya indah/baik dan λέγετε adalah kata kerja indikatif kini aktif·yang artinya kalian

sedang berkata, dan kata εἰμὶ adalah kata ganti orang yang pada bagian ini menunjuk

pada Yesus dan γάρ adalah koordinasi artinya untuk/karena, jika di gabungkan “kamu

sedang memanggil Aku seorang guru dan Tuan (Tuhan) dan katamu itu memang baik

karena Akulah Dia (guru dan Tuhan).

Mathew Hendri memberi penjelasan dengan mengomentari ayat 13 dalam

tafsirannya bahwa “Kamu menyebut aku Guru dan Tuhan, kamu memberi-Ku gelar

tersebut saat berbicara kepada-Ku, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah guru

dan Tuhan. Kamu memang murid-murid-Ku dan Aku melakukan bagian-Ku sebagi

seorang Guru bagimu”132 jika diperhatikan dengan baik dari pernyataan ini maka

makin jelaslah bawa Yesus menegaskan dan meneguhkan status-Nya sebagai Guru

dan Tuhan kepada para murid-Nya.

Selanjutnya lebih di tegaskan lagi pada ayat 19. bagian ini tidak lepas

dengan ayat sebelumnya yang membahas tentang penghianatan Yudas, dari bagian ini

ada penekanan pada kepercayaan para murid kepada Kristus dengan kata lain dalam

bagian ini Yesus sedang meneguhkan para murid-Nya “pengumuman ini dimaksudkan

untuk menuntun ke kepercayaan pada pribadi Tuhan Yesus”133 Karena dikatakan ayat

19 “Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga bila sebelum hal itu terjadi, supaya

132
Mattew Henry tafsiran MattewHenry Injil Yohanes 12-21, pen, Iris Andreas dkk
(Surabaya:Momentum , 2010), 938.
133
A. Simanjuntak dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2012), 313.
66
jika hal itu terjadi, kamu percaya bahwa Akulah Dia” jika dicermati dengan baik

diayat 19a adalah sebuah peringatan yang Yesus berikan berkaitan dengan ayat 18.

Karena penghianatan yang akan terjadi bisa saja mengguncang para murid, Kristus

sangat memahami para murid-Nya sehingga Yesus perlu untuk meneguhkan para

murid.

Dalam meneguhkan para murid, sangatlah jelas tujuan Yesus supaya para

murid Percaya, kata yang dipakai πιστεύσητε (Jn. 13:19 BGT) berbertuk kata kerja

subyungtif aoris aktif orang kedua jamak dalam New International Version dipakai

kata believe yang artinya percaya, jadi dapat dikatakan bahwa Yesus menekankan

kepada murid-Nya agar mereka percaya atau yakin kepada Yesus. Dari hal ini kata

percaya bukan lagi menunjukan kepada percaya untuk pertama kali atau awal dari

para murid percaya kepada Kristus melainkan makin percaya atau bertumbuh dalam

iman pada Kristus.

Dan selanjutnya dibagian terakhir ayat 19 Yesus mengatakan “bahwa

Akulah Dia” kalimat ini mengacu kepada satu hal yaitu Yesus menekankan diri-Nya

adalah Mesias. Pernyataan Akulah Dia ini sama seperti pada awal mula Allah

menyatakan diri-Nya pertama kali kepada Musa dengan mengatakan “Aku adalah

Aku” dalam istilah Ibrani menggunakan YHWH atau Yahweh “ yang menunjukan

tindakan. Allah sebenarnya mengatakan kepada Musa, Aku ingin dikenal sebagai

Allah yang hadir dan aktif, dalam nama Yahweh terkandung janji terkandung janji

kehadiran hidup dari Allah sendiri ada bersama dengan umat-Nya hari lepas hari”134

dengan kata lain nama ini memiliki arti penyertaan Allah yang kekal atau Allah yang

tidak berubah atau Allah yang tetap menyertai.

134
Antony E. Sorbo dkk, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2004), 99.
67
Yesus menggunakan frase Yang sama dengan mengatakan Akulah Dia

dalam bahasa Yunani menggunakan ἐγώ εἰμι. (ego eimi) kata ego dalam Yunani yang

merupakan kata ganti orang, jenis orang pertama tunggal yang memiliki arti “saya”.

sedangkan eimi merupakan kata kerja berkala kini, bentuk aktif orang pertama

tunggal yang berarti aku adalah, dalam New International Vertion dipakai I am yang

artinya saya, jadi bila digabungkan memiliki arti Aku adalah Aku. kata ini merujuk

penyataan diri Yesus sebagai Tuhan. Namun dalam New International Vertion

dituliskan I am He yang berarti Aku adalah Dia dan kata Dia merujuk kepada pribadi

Mesias.

Ungkapan ego eimi sering dipakai oleh Yesus dan penggunaan ungkapan

ini dihadapan kaum Israel dan berarti Yesus sedang menyamakan diri-Nya dengan

YHWH, namun pada bagian ini Yesus sedang meneguhkan para murid-Nya, dengan

menyatakan diri sebagai mesias yang sedang dinantikan oleh bangsa Israel. Jadi

Yesus meneguhkan para murid-Nya agar ketika penghianatan terjadi para murid dapat

percaya dan yakin bahwa Yesus adalah Tuhan, dalam tafsiran Matthew Hendry

dituliskan:

Kristus memberi alasan mengapa Ia memberi tahu mereka sebelumnya


mengenai penghianatan Yudas itu, (ay.19) Aku mengatakannya kepadamu
sebelumnya sebelum hal itu terjadi, sebelum Yudas benar-benar melaksanakan
rancangannya yang jahat itu, supaya jika hal itu terjadi, kamu tidak akan
tersandung, melainkan benar-benar percaya, bahwa Akulah Dia, Dia yang
akan datang itu”135

Seperti pada ayat 13 Yesus membenarkan para murid memanggil-Nya

sebagai Guru dan Tuhan, dan dalam dan ayat 19 bagian ini Yesus ingin mereka tetap

135
Mattew Henry tafsiran MattewHenry Injil Yohanes 12-21, pen, Iris Andreas dkk
(Surabaya:Momentum , 2010), 949.
68
teguh dalam kepercayaan mereka kepada Kristus sebagai Tuhan sebab kristus telah

menyatakannya kepada mereka dengan berkata Akulah Dia yang akan datang itu.

Memberi Teladan (14-15)

Yesus adalah Guru Agung dan Tuhan yang merupakan panutan yang tidak

ada bandingnya, bagi para murid Yesus adalah model seorang pengajar. dalam

mengajar para murid Yesus memiliki cara atau metode tersendiri, sebagai seorang

guru bagi para murid-Nya yesus mampu menjadi teladan. diayat 14 Yesus mengajar

para murid-Nya untuk saling membasuh kaki atau dengan kata lain saling melayani.

“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka

kamu pun wajib saling membasuh kakimu;” bagian ayat ini memiliki penekanan

penting sebab Yesus berkata “maka kamu pun wajib saling membasuh kaki” dalam

terjemahan New International Version “Now that I, your Lord and Teacher, have

washed your feet, you also should wash one another's feet.” Dalam terjemahan ini

menggunakan kata should yang artinya sebaiknya, dengan pengertian lain para murid

sepatutnya atau sepantasnya saling membasuh kaki. bagian ini merupakan sebuah

perintah yang harus dilakukan, sebab Yesus telah mempraktekannya terlebih dahulu

dengan membasuh kaki para murid, Kristus adalah Guru yang ideal sebab pengajaran

yang diberikan melalui perkataan yang disertai dengan tindakan nyata.

Lebih lanjut pada ayat 15 Dia berkata “sebab Aku telah memberikan suatu

teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah kuperbuat

kepadamu” dalam terjemahan bahasa Indonesia sehari-hari “Aku memberi teladan ini

kepada kalian, supaya kalian juga melakukan apa yang telah Ku lakukan kepada

kamu” kalimat ini merupakan kalimat penegasan dari ayat 14, bahwa teladan adalah
69
hal yang harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat menjadi panutan dan teladan bagi

orang lain. hal yang sama di ungkapkan oleh Tulus Tu’u S.Th., M.Pd. dalam bukunya

dituliskan “teladan adalah suatu sikap, perkataan dan perbuatan yang baik, yang

dimiliki seseorang, yang patut diteladani oleh orang-orang lain, oleh karena hal-hal

yang baik itu telah membawa dampak yang baik bagi dirinya, tetapi juga baik bagi

orang-orang lain”136 dengan kata lain Yesus mampu menunjukan suatu sikap yang

dapat memberikan dampak bagi Orang lain. sehingga lewat tindakan-Nya

memberikan dampak dan perubahan bagi orang lain.

Dalam ayat ini Yesus dengan tegas menunjukan keteladanan-Nya, Yesus

berkata Aku telah memberikan suatu teladan “dari kata Hupodeigma, istilah ini dapat

diterjemahkan teladan atau pola”137. bukan hanya sekedar berkata-kata tetapi juga

dengan pola tindakan langsung … “dengan kata Teladan Yesus menggambarkan

perbuatan-Nya sebagai aturan hidup”138, dapat dipahami bahwa hal ini adalah sesuatu

yang harus dikerjakan dan dilakukan, sebab selanjutnya dikatakan supaya setiap

murid dapat mengikuti apa yang Yesus lakukan, “supaya kamu juga berbuat seperti

yang telah Kuperbuat kepadamu” Yesus bukan hanya berkata-kata tetapi juga

menunjukan keteladanan-Nya dalam sebuah tindakan nyata dengan membasuh kaki

para murid-Nya dan selanjutnya meminta mereka melakukan hal yang sama dengan

apa yang Yesus lakukan.

Mengajarkan Sikap Hamba (16-17)


136
Tulus Tu’u, S.Th., M.Pd., Pemimpin Kristiani Yang berhasil 2 (Bandung: Bima Media
Informasi, 2010), 40.
137
Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes (Pasal 13-21) Dari Bahasa Yunani
(Yokyakarta:ANDI, 2004), 30.
138
Herman N. Ridderbos, Injil Yohanes Suatu Theologis, Pen, Lanna Wahyuni (Surabaya:
Momentum, 2012), 504.
70

Selanjutnya pada ayat 16-17 dituliskan, 16 Aku berkata kepadamu:

Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun

seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. 17 Jikalau kamu tahu semua ini,

maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Pada bagian ini Yesus

mengajarkan kepada murid-murid-Nya tentang satu sikap yang harus dimiliki, yaitu

sikap sebagai seorang hamba dan bukan sikap yang meninggikan diri.

Dengan tegas Yesus berkata: “sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih

dari pada tuan, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya” dalam

terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-Hari dituliskan “seorang hamba tidaklah lebih

besar dari pada tuannya, dan seorang utusan tidak lebih besar dari yang mengutusnya”

dalam hal ini Yesus bukan hanya sekedar berkata tetapi ada teguran keras yang Yesus

berikan kepada para murid-Nya, hal yang sama di ungkapkan oleh Dave Hagelberg

yang menuliskan dalam buku tafsiran injil Yohanes demikian: “Apa yang

disampaikan melalui sindiran, sekarang ditegaskan melalui pepatah. Jika tidak ada

pelayanan yang terlalu hina bagi Tuhan kita, maka sombonglah kita jika kita tidak rela

melakukan segala pelayanan hina”139.

Dengan jelas dalam perkataan Yesus menunjukan bahwa hamba dan

utusan tidak akan lebih dari tuan dan pengutus. perkataan ini mengandung sebuah

peringatan besar sebab dibagian awal ayat 16 Tuhan Yesus memberi sebuah

penekanan dan meyakinkan dengan berkata “sesungguhnya” artinya bahwa yang

dikatakan-Nya adalah sebuah kenyataan yang harus diterima. Dari hal ini Yesus

menekankan kepada para murid-Nya bagaimana seharusnya menjadi seorang hamba,

139
Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes (Pasal 13-21) Dari Bahasa Yunani
(Yokyakarta:ANDI, 2004), 31.
71
Yesus berkata kepada mereka seorang utusan dan hamba tidaklah mungkin

melampauwi posisi dari tuan dan yang mengutus.

Dapat di artikan bahwa seorang murid haruslah memiliki sikap sebagai

seorang hamba, seperti kristus yang walaupun Ia adalah pribadi yang mulia sebagai

Anak Allah, ia tidak menganggap hal itu sebagai suatu yang harus dipertahankan

tetapi Ia menanggalkan semuanya itu, menjadi seorang hamba yang hina dan mau

melakukan pekerjaan hina dengan membasuh kaki para murid-Nya … “Kristuspun

mengingatkan mereka mengenai kedudukan mereka sebagai hamba-Nya. mereka

tidak lebih baik dari pada guru mereka, dan apa yang sesuai bagi martabat-Nya pasti

juga sesuai dengan martabat mereka. Jika ia saja rela merendahkan diri-Nya, maka

mereka tidak selayaknya meninggikan diri mereka”140. Sebuah penekanan yang luar

biasa yangYesus ajarkan kepada para murid-Nya bahwa memang sebagai pengikut

Tuhan harus memiliki sikap sebagai seorang hamba, sebab Yesus sendiri telah

menunjukan sikap sebagai hamba.

Lebih lanjut ayat 17 dituliskan “Jikalau kamu tahu semua ini, maka

berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” dalam terjemahan Bahasa Indonesia

Sehari-hari dituliskan “kalau kalian sudah tau semuanya ini, bahagialah kalian jika

melakukannya” kata bahagia dalam bagian ini menggunakan kata makarios, yang

memiliki arti “yang berbahagia, yang penuh bahagia, yang diberkati, yang penuh

berkat”141 jadi dapat disimpulkan bahwa jika setiap murid melakukan dan

mengerjakan apa yang Yesus ajarkan, maka para murid akan mendapat kebahagiaan

penuh dan juga diberkati karena melakukannya, dengan demikian bahwa Yesus bukan

140
Mattew Henry tafsiran MattewHenry Injil Yohanes 12-21, pen, Iris Andreas dkk
(Surabaya:Momentum , 2010), 943.
141
Hasan Susanto, D.Th. Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Dan Konkordansi
Perjanjian baru (PBIK) (Jakarta:Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), 498.
72
hanya sekedar mengajarkan sikap sebagai hamba namun Ia juga menuntut setiap

murid untuk mengaplikasikannya, karena tidaklah cukup hanya mendengarkan

memahami dan menerima apa yang benar, namun yang terpenting adalah

melakukannya.

Kesimpulan (ayat 20)

Dibagian terakhir dari kisah pembasuhan kaki ayat 20 adalah kesimpulan

dari seluruh ayat, sebab pada bagian ini merupakan klimaks dari seluruh tindakan

yang Yesus telah berikan dan ajarkan. Para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih

oleh Yesus, diayat 18 Yesus berkata “Aku tahu siapa yang kupilih” artinya Yesus

sangat mengenal siapa yang dipilih-Nya. Sebagai orang-orang yang akan diutus

untuk melaksanakan tugas amanat agung, Yesus mempersiapkan dan memperlengkapi

muri-murid-Nya dengan memberikan pengajaran kepada murid-Nya baik dalam

perkataan dan juga tindakan nyata. Sebagai seorang murid, para rasul harus

mengikuti apa yang telah Yesus ajarkan. Di kisah pembasuhan kaki, ayat 20 adalah

ayat penegasan dan penguatan.

Ayat 20 dituliskan bahwa “barang siapa menerima orang yang Kuutus, ia

menerima Aku, dan barang siapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus

Aku” ini adalah perkataan yang berkesinambungan dan memiliki penjelasan yang

berkembang, dari menerima utusan Yesus, selanjutnya menerima Yesus dan yang

terakhir menerima Dia yang mengutus Yesus. ini adalah penegasan yang menyatakan

bahwa setiap orang yang menerima para murid, sama dengan menerima Kristus dan

Allah Bapa, tujuannya agar para murid tidak ragu dalam menjalankan tugas dan

panggilan sebagai seorang rasul. …. “maksud Tuhan Yesus disini ialah, jangan
73
dipikirkan terlalu banyak mengenai orang yang tidak menerima Dia. Penerimaan

Allah atas mereka yang diutus oleh Yesus adalah jauh lebih penting”142 artinya bahwa

Yesus menekankan agar para murid melakukan perintah Allah.

Melayani dengan mengikuti teladan Kristus dan kerendahan hati Yesus hal

yang mutlak yang harus di ikuti, Yesus datang kedalam dunia diutus oleh Bapa untuk

menyatakan kasih-Nya kepada dunia. demikian halnya dengan para murid yang akan

diutus sebagai saksi Allah. seperti yang diungkapkan oleh William Braclay

“pada suatu hari murid-murid yang sama akan membawa dan memberitakan
tentang Yesus kepada dunia. Bila mereka nanti berbuat yang demikian itu,
mereka akan benar-benar menjadi wakil Allah sendiri. Seorang duta tidak akan
pergi secara pribadi, dilengkapi dengan sifat-sifat dan wewenang pribadi saja.
Dia pergi membawa semua kehormatan dan kemuliaan negaranya;
menghormati dia berarti menghormati Negara yang dia wakili; menyambut dia
berarti menyambut penguasa yang mengutus dia.143

Dalam hal ini secara tidak langsung ada suatu hal yang tegas yang Yesus

tekankan kepada para murid-Nya, bahwa mereka akan diutus untuk menjalankan

tugas sebagai saksi Allah. dan bagi yang menerima mereka sebagai saksi sama halnya

dengan menerima Tuhan sebagai pengutus para rasul.

142
A. simanjuntak, dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini Matius-Wahyu (Jakarta:Yayasan
Komunikasih Bina Kasih, 2008), 313.
143
William Braclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Yohanes pasal 8-21 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011), 226.

Anda mungkin juga menyukai