Anda di halaman 1dari 131

ANTI NUTRISI DAN KOMPONEN AKTIF

DALAM BAHAN MAKANAN TERNAK


Disampaikan dalam Mata Kuliah
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Semester II
Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
2020
Materi
• Pendahuluan
• Definisi antinutrisi dan senyawa aktif
• Klasifikasi antinutrisi
• Antinutrisi dalam bahan pakan ternak
• Analisis antinutrisi
• Senyawa aktif dalam bahan pakan ternak
• Formulasi Ransum Unggas

Quis dan Ujian semester melalui e-learning


1. Pendahuluan
Peningkatan produksi ternak tergantung bibit, pakan
dan manajemen pemeliharaan
Pakan 
Biaya terbesar dalam produksi ternak
- 80% pada ayam petelur (Nurtini et al., 1988)
- 73% pada ayam broiler (Prawirokusumo, 1988)
- 53% pada itik pedaging (Sinurat et al., 1993)
- 61,6% pada itik petelur (Lasmini et al., 1992).
 Harus tersedia secara kuantitas dan kualitas 
Artinya cukup tersedia dari segi jumlah yang
dibutuhkan dan memiliki kualitas yang baik untuk
mencapai tujuan produksi yaitu menghasilkan
pangan asal hewan (PAH) yang ASUH (Aman,
Sehat, Utuh dan Halal) sesuai yang dicanangkan
Kementerian Pertanian pada tahun 2014.
Aman  pakan yang diberikan aman untuk
dikonsumsi oleh ternak, tidak menyebabkan
keracunan, tidak mengandung antinutrisi dan tidak
menurunkan performa ternak, tidak mengakibatkan
akumulasi zat tertentu sehingga tidak mengandung
penyakit dan residu atau unsur lain yang dapat
mengganggu kesehatan manusia yang mengkonsumsi
produk ternak tersebut.
Sehat  pakan yang diberikan mengandung zat-zat
yang berguna dan seimbang bagi kesehatan dan
pertumbuhan tubuh, memberikan pengaruh positif
terhadap kesehatan ternak dan penampilan ternak.
Utuh  Utuh berarti tidak dicampur dengan
bagian lain dari hewan tersebut atau dipalsukan
dengan bagian dari hewan lain.
Halal  produk yang dihasilkan halal untuk
dikonsumsi oleh Umat Islam yaitu disembelih dan
ditangani sesuai dengan syariat agama Islam.

Salah satu kendala dalam pakan ternak terutama


yang bersumber dari nabati atau tanaman baik
produk utama, produk olahan, produk sampingan
maupun limbah adalah keberadaan antinutrisi
Definisi Antinutrisi
- Menurut KBBI (2011)
Anti berarti tidak setuju; tidak suka; tidak
senang, tidak sejalan
Nutrisi berarti (1) proses pemasukan dan
pengolahan zat makanan oleh tubuh;
(2) makanan bergizi;
(3) ilmu tentang gizi.
- Menurut Kumar (2003)
senyawa yang dihasilkan di dalam bahan pakan alami
oleh proses metabolisme normal dan oleh perbedaan
mekanisme seperti pengtidakaktifan beberapa zat
makanan, interfensi dalam proses pencernaan atau
pemanfaatan produk dari proses metabolisme bahan
makanan tersebut dengan memberikan pengaruh yang
bertentangan terhadap zat makanan secara optimum.
- Menurut Jansen (1996)
senyawa yang terdapat dalam bahan makanan yang
dapat menyebabkan keracunan walaupun tidak
menjadi media atau senyawa aktif
Anti nutrisi adalah :
- Senyawa yang tidak diinginkan/diharapkan
keberadaannya dalam proses pemasukan dan
pengolahan zat makanan di dalam tubuh
- senyawa yang dapat menghambat proses
pemasukan dan pengolahan zat makanan yang
ada di dalam tubuh.
- Substansi yang secara alami terdapat dalam
bahan pakan yang jika dikonsumsi dalam jangka
waktu dan jumlah tertentu dapat mengakibatkan
gangguan pencernaan atau metabolisme
Ciri-ciri antinutrisi 
1. Bersifat racun tetapi bukan racun
2. Dapat menyebabkan kematian / allelochemical
setelah mengkonsumsi dalam beberapa waktu
3. Jika terkonsumsi dapat mengganggu proses
pemasukan dan pencernaan makanan,
penyerapan dan pemanfaatan zat makanan
terutama protein, mineral, vitamin
4. Pengaruhnya tidak langsung /indirect effect
Fungsi Antinutrisi
• Melindungi tanaman dari predator / sebagai
pencegah dari serangan predator

Dampak terkonsumsi antinutrisi


• malnutrisi atau nutrisi berada dibatas bawah
kebutuhan.
Senyawa aktif
• Senyawa yang dihasilkan dari proses
metabolisme dalam tubuh tanaman yang
berfungsi untuk meningkatkan kecernaan zat
makanan dan performa ternak apabila
terkonsumsi oleh ternak
• Perannya bertentangan dengan antinutrisi
2. Klasifikasi Antinutrisi
• Berdasarkan asal senyawa atau proses
dihasilkannya  alami dan sintetis
• Menurut kelompok senyawa yang dihasilkan
tanaman
• Berdasarkan zat makanan yang terganggu atau
terhambat proses pencernaan, penyerapan
dan atau pemanfaatannya  tipe A
(antiprotein), tipe B (antimineral) dan tipe C
(antivitamin)
Klasifikasi
faktor
toksik/anti
nutrisi
eksogenus
yang terjadi
pada
tanaman
pakan
berdasarkan
bahan kimia
(diadaptasi
dari Liener,
1975)
Antinutrisi menurut kelompok senyawa yang
dihasilkan tanaman (Kumar, 2003)
Senyawa Antinutrisi Spesies
1. Asam Amino non Protein
a. Mimosin Mimosa pudica
Leucaena leucocephala
b. Indospesin Indigofera spicta
2. Glikosida
a. Cyanogen Acacia giraffae
Acacia cunninghamii
Acacia sieberiana
Bambusa bambos
Barteria fistulosa
Manihot esculenta
Senyawa Antinutrisi Spesies
b. Saponin Albizia stipulata
Bassia latifolia
Sesbania sesban
3. Phytohemagglutinin
a. Ricin Bauhinia purpurea
Ricinus communis
b. Robin Robinia pseudoacacia
4. Senyawa polyphenol
a. Tannin Semua tanaman vaskular
b. Lignin Semua tanaman vaskular
Senyawa Antinutrisi Spesies
5. Alkaloid
a. N-methyl-B-phenetylamin Acacia berlandieri
b. Sesbanin Sesbania vesicaria
Sesbania drummondii
Sesbania punicea
6. Triterpen
a. Azadiracthin Azadirachta indica
b. Limonin Azadirachta indica
7. Oksalat Acacia aneura
Berdasarkan zat makanan yang terganggu /
terhambat proses pencernaan, penyerapan dan
atau pemanfaatannya
Antinutrisi tipe A (antiprotein)
• senyawa antinutrisi yang terutama sekali
mengganggu proses pencernaan protein atau
penyerapan asam amino dan pemanfaatan asam
amino. Oleh karena itu disebut juga antiprotein.
• terdapat didalam tanaman, obat-obatan, antibiotik
dan pestisida.
• Kejadian antiprotein banyak dijumpai pada
vegetarian kebutuhan protein hanya diperoleh
dari nabati tidak diimbangi dan dilengkapi dengan
protein hewani.
• Terutama dijumpai di negara berkembang 
keterbatasan akses ke sumber protein hewani 
harga mahal, ketersediaan terbatas, fokus ke produk
ternak besar.
• Contoh :
protease inhibitors ,
lectins
asam amino non protein : avidin, mimosin
• Protease inhibitor menghambat enzim proteolitik
(enzim pemecah protein). Lectins selain sebagai
antiprotein juga sebagai antimineral dan antivitamin.
Asam amino non protein mengganggu penyerapan
asam amino protein
Protease inhibitors
• senyawa-senyawa penghambat kerja enzim
protease yaitu enzim yang bertugas dalam
penguraian protein melalui pengikatan bagian
aktif dari enzim tersebut.
• lebih banyak dijumpai dalam tanaman
dibandingkan dalam jaringan tubuh hewan.
• pertama kali dijumpai di dalam telur yang
kemudian dikenal sebagai ovomucoid dan
ovoinhibitor, kedua duanya mengakibatkan
ketidak aktifan asam amino trypsin. Selain itu di
dalam telur khususnya putih telur dijumpai
chymotrypsin inhibitor.
• Bahan pakan lain yang juga mengandung trypsin
dan/atau chymotrypsin inhibitor adalah jenis
kacang kacangan (legum seperti kacang kedele),
sayur-sayuran seperti alfafa, susu, sereal seperti
gandum dan umbi-umbian seperti kentang dan
ubi jalar.
• Penghambat protein tidak tahan terhadap
panas, umumnya sensitif pada panas lembab
sedangkan pada panas kering biasanya kurang
efektif.
• Penghambat enzim protease yang relatif tahan
terhadap panas seperti penghambat tripsin
pada susu. Penghambatnya tidak terpengaruh
jika dipanaskan pada suhu sampai 70oC.
• yang juga relatif tahan terhadap panas adalah
penghambat trypsin pada alfafa dan kacang
serendeng dan penghambat chymotrypsin pada
kentang.
Antiprotein dapat dihambat dengan cara
• Pemanasan kacang kedelai menggunakan
autoclave selama 20 menit pada suhu 115oC
atau 40 menit pada suhu 107 sampai 108oC
mampu menghancurkan antiprotein pada
kacang kedele secara maksimal.
• Perendaman awal kacang kedelai di dalam air
selama 12 sampai 24 jam membuat perlakuan
pemanasan ini menjadi lebih efektif.
Penghancuran Protease inhibitor melalui
• Proses pasteurisasi selama 40 detik pada suhu
72oC hanya mampu menghancurkan protease
inhibitor 3 sampai 4%,
• pemanasan pada suhu 85oC selama 3 detik
menghancurkan 44 sampai 45%
• pemanasan pada suhu 95oC selama 1 jam
mampu menghancurkan sampai 73%.
Lectins
• Adalah protein tanaman yang mempunyai sisi yang
sangat kuat terikat dengan karbohidrat dan bersifat
ireversibel (tidak dapat balik).
• terdapat pada akar, batang, daun, terutama dalam
bijinya.
• paling banyak dijumpai di kacang-kacangan dalam
bentuk glycoprotein.
• di dalam kacang merah berupa lipoprotein.
• dapat menggumpalkan sel darah merah sehingga
disebut juga hemagglutinin
• Semua lektin (119 jenis) ditemukan bersifat
aglutinin (hemaglutinin) terhadap eritrosit darah
manusia, kelinci (Al-Sohaimy, et al., 2007;
Fraguas, et al., 2003), babi tetapi tidak eritrosit
domba atau kambing (Ram, et al., 2008).
• Jika terkonsumsi, lektin dapat mengikat
karbohidrat di saluran pencernaan sehingga
penyerapan karbohidrat terganggu. Karbohidrat
yang berikatan dengan lektin tidak akan tercerna
dengan sempurna sehingga tubuh dapat
mengalami kekurangan karbohidrat.
• Lektin banyak digunakan untuk menghindari
obesitas dan mencegah diabetes
• dapat mempengaruhi penyerapan asam
amino, lemak, vitamin dan thyroxine dari usus.
Oleh karena itu lektin di dalam tanaman
khususnya legum termasuk antiprotein ,
antimineral dan antivitamin.
• Juga terdapat di dalam kentang, mangga dan
gandum.
• mengganggu penyerapan zat makanan dan
senyawa esensial lainnya di dalam usus.
• mengikat sel-sel mukosa usus pada tikus.
• dapat merusak sel-sel usus halus manusia
khususnya epitelium usus halus.
• menurunkan penyerapan asam amino,
thyroksin dan lemak tetapi meningkatkan
kebutuhan lipophilic vitamin A dan D.
• Gangguan dalam penyerapan thyroksin
• Paling banyak di dalam kacang merah, paling
toksik didalam biji jarak yang mengandung
ricin penyebab nekrosis sel usus halus.
• lektin juga tidak tahan terhadap panas dan
dapat ditidakaktifkan melalui panas lembab.
Pengtidakaktifan menggunakan panas kering
terbukti kurang efektif.
• Aktivitas hemagglutinin pada beberapa varitas
pea dan spesies kacang kacangan menurun
pada saat pembenihan. Contohnya aktivitas
lektin pada kacang kedelai menurun sebesar
92% selama hari pertama pembenihan.
SAPONIN
• Merupakan kelompok glikosida (senyawa yang
mengandung gula)
• mengeluarkan busa yang bersifat stabil dan
tidak mudah hilang.
• Mengandung senyawa aktif yang membantu
mengurangi kadar kolesterol, sebagai antibakteri,
antitumor. Dan mengurangi stres oksidatf.
• Antinutrisi bagi ikan dan hewan berdarah dingin tapi
tidak bagi manusia. Tetapi jika terkonsumsi dalam
jumlah banyak dapat menyebabkan haemolysis,
menganggu
Terdapat dalam tanaman
• kacang-kacangan  Kacang kedelai, buncis, kacang
merah  paling kaya saponin.
• sayuran
• Anggur merah.
• Invertebrata laut.
Mimosin (C8H10N2O4)
• asam beta-3-hidroksi-4 piridon amino
• Struktur molekul : mirip tirosin
• Pertama diisolasi dari putri malu (Mimosa pudica)
• Dikenal juga dengan nama leusenol, pertama kali
diisolasi dari biji-bijian dari Leucaena glauca
Benth.
• terdapat pada semua bagian tanaman
Mimosaceae, yang termasuk genus Leucaena
(Leucaena leucocephala), Leucaena glauca, dan
leguminosa lain milik Mimosa spp.
• Bekerja antagonis terhadap asam amino tirosin
untuk mensintesis hormon tiroid.
• bersifat toksik bagi organ liver, ginjal dan kulit
(alopesia)
• keracunan kronis  alopesia (rambut rontok),
katarak pada lensa mata, pembengkakan kelenjar
(goiter), anorexia, gastroenteritis, hepatotoxicity
• asupan mimosin yang berlangsung kronis 
menghambat biosintesis senyawa kolagen tulang
rawan sehingga mudah terjadi pendarahan kapiler,
proteinuria dan perforasi uterus.
• Hambatan sintesis DNA (deoksiribonucleic acid)
dan RNA (ribonucleic acid) oleh mimosin
berpotensi menimbulkan mutasi genetik.
Avidin
• Adalah antinutrisi dalam putih telur unggas,
amfibi dan reptil, berbentuk glikoprotein
• Avidin diproduksi dalam oviduct unggas,
berfungsi untuk membatasi pertumbuhan
bakteri pengganggu di oviduct. Avidin akan
terakumulasi pada putih telur unggas, karena
telur berkembang di oviduct.
• Sebutir telur ayam mengandung sekitar 0,05%
(sekitar 1,8 mg) avidin.
• Avidin memiliki kemampuan untuk mengikat
biotin (vitamin B7) sehingga tubuh kekurangan
biotin. Kekurangan biotin banyak terjadi pada
orang yang mengkonsumsi telur mentah atau
telur setengah matang. Biotin berguna untuk
membantu proses metabolisme, terutama pada
proses menghasilkan energi (katabolisme).
• Ciri-ciri kekurangan biotin adalah rambut rontok,
mata merah, dermatitis, depresi, halusinasi, dan
kesemutan.
• Avidin dapat rusak melalui pemanasan yang baik.
Antitripsin = Tripsin Inhibitor
• Antitripsin adalah antinutrisi pada kacang-kacangan.
Terbanyak dijumpai dalam kacang kedele.
• berfungsi untuk mengatur kadar proteinase dalam sel
dan melindungi tumbuhan dari mikroorganisme dan
hewan pemangsa.
• Hewan yang mengkonsumsi antitripsin akan mengalami
gangguan pertumbuhan karena pencernaan protein
terganggu, pertumbuhan yang lambat dan terjadi
pembesaran pankreas.
• Tripsin dihasilkan oleh pankreas dan akan disekresikan
ke usus halus. Apabila kadar tripsin dalam usus halus
rendah, pankreas akan meningkatkan sintesis tripsin,
dan apabila kadar tripsin tinggi maka produksinya akan
dikurangi. Produksi tripsin di pankreas diatur oleh
hormon kolesitokinin yang dihasilkan usus halus.
• Antitripsin dalam usus akan mengikat tripsin,
sehingga jumlah tripsin aktif di dalam usus
menjadi sangat berkurang.
• Usus halus akan mensekresikan kolesitokinin
untuk meningkatkan produksi tripsin di
pankreas sehingga kerja pankreas menjadi
berulang-ulang dan maksimal. Akibat akhirnya
yaitu pankreas akan membesar sedikit demi
sedikit agar mampu menghasilkan tripsin
dalam jumlah banyak.
• Antitripsin dapat dirusak melalui pemanasan.
Antimineral
• Antinutrisi tipe B adalah senyawa antinutrisi
yang terutama sekali mengganggu penyerapan
atau metabolisme pemanfaatan mineral 
antimineral.
• Antimineral  didalam sayur sayuran, buah
buahan dan biji bijian.
• Level mineral dalam bahan makanan jarang
yang menyebabkan pengaruh akut jika ransum
atau pakan atau makanan dalam keadaan
seimbang zat makanannya.
Yang termasuk kedalam antinutrisi tipe B adalah:
• Asam pitat
• Asam oksalat
• Glucosinolat
• Serat dalam makanan
• Gossypol
Asam Pitat
 merupakan chelat (senyawa pengikat mineral)
 asam kuat yang dapat membentuk garam tidak
terlarut dengan berbagai jenis bivalent dan
tervalent ion metal berat.
 menurunkan ketersediaan berbagai mineral
dan unsur esensial lainnya.
 terbukti mempunyai pengaruh negatif dalam
penyerapan zat besi pada manusia.
 Hasil penelitian pada ternak dan manusia
menunjukkan adanya interfensi asam pitat
dalam penyerapan magnesium, zinc, copper
dan mangan.
aktivitas enzim pitase dapat menurunkan level
asam pitat. Pitase adalah enzim yang terdapat
di dalam tanaman yang mengkatalisis
defosforilasi asam pitat.
Kacang kedelai memperlihatkan aktivitas
pitase yang lemah.
Rye mengandung paling banyak enzim pitase
aktif dibandingkan semua jenis biji-bijian
sereal.
Kandungan Asam Pitat dalam Bahan Makanan
Bahan Asam pitat Bahan Asam pitat
Makanan (mg%) Makanan (mg%)
Sereal
- Wheat 170 – 280 Rye /gandum 247
/Gandum hitam
- Jagung 146 – 353 Beras 157 – 240
- Barley 70 – 300 Oats 208 – 355
- Sorghum 206 – 280 Dedak 1170 – 1439
gandum
- Millet 83 Buckwheat 322
(sereal semu)
Kandungan Asam Pitat dalam Bahan Makanan
Bahan Asam Bahan Asam
Makanan pitat Makanan pitat
(mg%) (mg%)
Legum dan sayur-sayuran (mentah)
Kacang hijau 52 Pea (Pisum sativum) 117
((Phaseolus vulgaris)
Kacang (Phaseolus 269 Pea (Lathyrus sativum) 82
vulgaris)
Kacang (Phaseolus 152 Chick pea 140 – 354
lunatus)
Kacang kedelai 402 Vetch (Vicia faba) 500
Lentil 295 Kentang 14
Green pea (Pisum 12 Wortel 0–4
sativum)
Kandungan Asam Pitat dalam Bahan Makanan
Bahan Asam pitat Bahan Asam pitat
Makanan (mg%) Makanan (mg%)
Kacang dan biji-bijian (mentah)
Walnut 120 Hazelnut 104
Almond 189 Peanut 205
Cocoa bean 169 Pistachio 176
nut
Rapeseed 795 Cottonseed 368
Asam oksalat
• Asam oksalat (HOOC–COOH)  menyebabkan
keracunan pada dosis 4 – 5 g.
• Asam oksalat  menurunkan ketersediaan kation
bivalent yang esensial.
• Asam oksalat merupakan asam kuat dan dengan
alkali tanah, atau ion divalent lainnya dapat
membentuk garam yang sangat sulit larut di dalam
air.
• Penelitian pada ternak dan manusia memperlihatkan
adanya pengaruh negatif dari pakan yang kaya
oksalat terhadap penyerapan kalsium.
• Pengaruh negatif dari asam oksalat terhadap
penyerapan kalsium dapat diprediksi dari rasio
oksalat/kalsium dalam bahan makanan. Bahan
pakan yang rasionya lebih dari 1 dapat
menurunkan ketersediaan kalsium, rendah
dari 1 belum mempengaruhi penyerapan
kalsium. Kalsium berikatan secara permanen
dengan asam oksalat oleh karena itu makanan
dengan rasio oksalat/Ca2+ sama dengan 1
bukanlah sumber kalsium yang baik walaupun
bahan tersebut kaya akan kalsium.
• Sayuran yang kaya oksalat seperti bayam,
seledri dan coklat
• Pengaruh oksalat dapat dipengaruhi oleh
status gizi ternak atau manusia, lama
penelitian dan level konsumsi kalsium.
• Konsumsi pakan yang kaya kalsium seperti
susu sapi dan makanan laut sebagaimana
pakan yang kaya vitamin D direkomendasikan
hanya jika sejumlah besar pakan kaya oksalat
terkonsumsi.
Bahan Kandungan Rasio
Makanan oksalat oksalat/kalsium
(mg/100 g bahan) (meq/meq)
Bayam 970 4,3
Bit (tanaman
sumber gula)
- Daun 610 2,5
- Akar 275 5,1
Coklat 700 2,6
Kopi 100 3,9
Teh 1150 1,1
Glucosinolat

• Glukosinolat  kelas dari thioglukosida

• Sebahagian besar glukosinolat adalah goitrogenik


(penyebab gondok atau pembengkakan kelenjar)
• Ada tiga jenis gondok yaitu cabbage goiter (struma),
brassica seed goiter, and legume goiter.
• Cabbage goiter atau gondok yang disebabkan oleh
kelebihan mengkonsumsi sayur kubis dimana
goitrogen kubis menghambat penyerapan yodium
dengan cara langsung mempengaruhi kelenjar
tiroid. Cabbage goiter dapat diobati dengan
suplementasi yodium.
• Brassica seed goiter muncul akibat mengkonsumsi
biji tanaman brassica seperti kubis yang
mengandung senyawa pencegah sintesis tiroksin.
Gondok jenis ini dapat diobati dengan pemberian
hormon tiroid
• Legume goiter adalah akibat dari goitrogen yang
terdapat pada legum seperti kacang kedelai dan
kacang tanah. Berbeda dengan cabbage goiter,
legume goiter bukan dikarenakan keterlibatan
langsung kelenjar tiroid melainkan adanya
penghambatan penyerapan yodium di usus atau
penyerapan kembali tiroksin. Legume goiter
dapat diatasi dengan terapi yodium.
• Ada 50 glukosinolat yang berhasil diidentifikasi
dari tanaman.
• Kubis, strawberi, bayam dan wortel  dapat
menurunkan konsumsi yodium pada kelenjar
tiroid manusia.
Serat dalam makanan
• Serat dalam makanan adalah komponen
dinding sel tanaman yang tidak dapat dicerna
oleh sekresi endogenus pada saluran
pencernaan manusia dan unggas.
• Serat dalam makanan terdiri dari komponen
senyawa pektat, hemiselulosa, polisakarida,
selulosa dan lignin. Tannin, protein tidak
tercerna, pigmen tanaman, wax/lilin, bahan
silika dan asam pitat dapat dikelompokkan
dalam matrik serat.
• Bahan bahan ini bersifat bulky atau
pengeyang.
• Jumlah air terikat dapat menjadi 4 – 6 kali
berat kering serat.
• Bahan makanan yang mengandung 15%
selulosa akan menurunkan penyerapan
nitrogen sebanyak 8 % pada unggas.
• Interaksi antara serat dan gula tidak
menghasilkan reduksi penyerapan gula tetapi
secara perlahan melepas gula ke dalam aliran
darah.
Gossypol
• Gossipol adalah pigmen kuning yang terdapat
pada tanaman katun dan kandungan tertinggi
terdapat di dalam biji katun.
• Gossipol ada dalam 3 bentuk tautometrik
yaitu phenolic quinoid tautomer (I), aldehyde
(II), dan hemiacetal (III).
• Gossipol adalah antimineral dan juga
antiprotein yang membentuk kelat tidak
terlarut dengan berbagai mineral esensial
seperti zat besi dan mengikat asam amino
khususnya lisin sehingga gossipol dapat
menurunkan ketersediaan protein dalam
bahan makanan dan mentidakaktifkan enzim-
enzim yang penting.
• Pengolahan terbukti dapat menghilangkan
gosipol 80 – 99%.
• Pigmen diekstraksi dengan minyak dan
selanjutnya dihilangkan dengan penghalusan dan
pencucian.
• Sekitar 0,5 – 1,2% dari total gosipol umumnya
tertinggal dalam pakan yang sudah diolah. Kurang
dari 0,06% adalah gosipol bebas.
• Penggunaan additif seperti FeSO4 dan Ca(OH)2
mencegah reaksi gosipol dengan lisin selama
perlakuan panas.
• Saat ini di Amerika berhasil dibudidayakan
tanaman katun yang bebas dari gosipol.
• Level gosipol yang diperkenankan dalam
makanan manusia adalah 0.045%.
Antivitamin
• senyawa antinutrisi yang mengakibatkan ketidak aktifan
atau merusak vitamin atau yang dapat meningkatkan
kebutuhan vitamin. Oleh karena itu disebut juga
antivitamin. Antivitamin adalah kelompok senyawa yang
terjadi secara alami yang dapat mendekomposisi
vitamin, membentuk senyawa kompleks yang tidak
dapat diserap atau yang mempengaruhi pencernaan
vitamin atau pemanfaatan produk metabolisme.
• Yang termasuk kedalam antinutrisi tipe C adalah:
• Asam askorbat oksidase
• Faktor Antithiamin
• Faktor Antipyridoksin
Asam Askorbat Oksidase (disingkat
ASKOBASE)
• Adalah enzim yang mengandung Cu dan substratnya
adalah askorbat ( vitamin C )
• merupakan enzim heksosidase yang hanya
mengkatalisis reaksi oksidasi asam askorbat baik
asam askorbat alami ataupun sintesis,
• tidak mengkatalisis senyawa lain seperti sistein,
glutation, tirosin dan phenol.
• mempunyai aktifitas optimal pada pH 5,6 – 5,9.
• mengakibatkan defisiensi vitamin C akibat asupan
zat gizi yang kurang dari makanan.
• terdapat dalam jaringan tanaman (Apandi, 1984).
• metallo-enzim, larut dalam garam dan mempunyai
berat molekul 150.000.
• co-enzim mengandung 6 atom tembaga untuk
setiap molekul protein.
• Seiring dengan kenaikan kadar tembaga, elemen
ini membentuk bagian dari enzim.
• kenaikan suhu 10 °C (diatas nol) jumlah vitamin
yang dioksidasikan naik 2- 2,5 kalinya, dan aktifitas
optimal didapatkan pada suhu sekitar 38 °C.
• berperan dalam batas yang luas dari pH 4 – 7,
tetapi pengaruh maksimal adalah antara pH 5,6 –
6,0 dan jika pH diturunkan menjadi 2,0 maka enzim
menjadi inaktif.
Askobase terdapat pada tanaman kubis, labu,
ketimun, apel, selada, cress (sejenis seledri yang
daunnya pedas), buah persik, bunga kol, bayam,
kacang hijau, kacang kapri, wortel, kentang, pisang,
tomat dan beet.
Ketimun, labu, dan melon kuning lebih kaya akan asam
askorbat oksidase daripada tanaman lain.
Kerja enzim askobase dapat dihambat dengan cara :
pemanasan selama 1 menit pada suhu 100 °C
perlakuan sulfur dioksida dan dalam larutan gula
pekat,
dihambat sangat kuat oleh flavonoids dari buah –
buahan.
Antithiamin
• Antitiamin berinteraksi dengan vitamin B1 atau
tiamin.
• Antitiamin faktor dapat dibedakan sebagai
tiaminase, dan thiamin antagonist
• Interaksi dengan vitamin B1 dapat mengakibatkan
neurotoksik yang serius sebagai akibat dari defisiensi
vitamin B1.
• Secara normal manusia dan ternak tidak akan
mengalami masalah dengan antitiamin kecuali bila
sudah terjadi defisiensi tiamin dan ransum yang
dikonsumsi rendah kandungan tiaminnya.
anti-thiamine factor Mekanisme Sumber
Thiaminase (enzim yang labil pada panas)
Type I mengubah struktur tiamin Ikan mentah atau
fermentasi, kerang, pakis,
beberapa bakteri
Type II Menurunkan aktivitas Bakteri tertentu
biologis tiamin
Thiamine antagonists (Faktor non enzimatik yang tahan panas)
polyphenols (e.g. caffeic mengganggu penyerapan teh, kopi, buah pinang,
acid, chlorogenic acid, atau pencernaan tiamin kubis merah, blueberry,
tannic acid) kismis merah, bit merah,
juga dalam sereal, kacang-
kacangan, minyak sayur
flavonoids (e.g. quercetin, mengganggu penyerapan terdapat dalam buah-
rutin) atau pencernaan tiamin buahan dan sayuran yang
dapat dimakan
haemin mengganggu penyerapan Jaringan hewan
atau pencernaan tiamin
Anti-Pyridoksin
• Faktor antipiridoksin teridentifikasi sebagai
turunan dari hidrazin.
• Faktor antipiridoksin dijumpai pada jamur liar,
jamur yang dijual dan dapat dikonsumsi oleh
manusia dan jamur Jepang Shiitake. Jamur-
jamur tersebut mengandung agaritin. Hidrolisis
agaritin diakselerasikan jika sel-sel jamur
diganggu.
• Penanganan secara hati-hati pada jamur dan
segera diputihkan setelah pencucian dan
pemotongan dapat mencegah proses hidrolisis.
3. Antinutrisi dalam Bahan Pakan
Ternak
Antinutrisi dijumpai pada berbagai bahan pakan
berbentuk biji-bijian seperti biji cereal, biji
legume dan tanaman lainnya.

Sebagian besar zat kimia ini terdeteksi sebagai


unsur yang dibutuhkan tanaman seperti protein,
asam lemak, glycoside, alkaloid yang bisa
didistribusikan seluruhnya atau sebagian ke
tanaman.
Antinutrisi bisa menjadi tidak aktif dengan
berbagai perlakuan seperti pencucian,
perebusan, pengukusan atau pemanasan.
Apabila panas digunakan untuk menginaktifkan
senyawa antinutrisi perlu diperhatikan suhu dan
lama pemanasan agar tidak merubah kualitas
nutrisi bahan pakan.
Panas yang ekstrim dapat mengakibatkan
terbentuknya senyawa toksik.
Keberadaan antinutrisi dalam bahan pakan
dapat menjadi pembatas penggunaannya dalam
ransum, karena antinutrisi dapat menimbulkan
pengaruh negatif terhadap penampilan ternak.
Penggunaan bahan pakan yang mengandung
antinutrisi harus diolah dulu untuk menurunkan
atau menginaktifkan senyawa ini, tetapi perlu
dipertimbangkan nilai ekonomis dari
pengolahan ini.
Bahan Pakan Ternak yang mengandung Antinutrisi
• Singkong (Manihot utilissima dalam literatur lama,
dalam perkembangannya singkong disebut sebagai
Manihot esculenta Crantz.
Berdasarkan kandungan HCN, pakan dapat di bagi
menjadi 5 kelompok :
a. kurang dari 250 ppm : masih rendah dan belum
bahaya.
b. 250-500 ppm : rendah dan belum bahaya.
c. 500-750 ppm : sedang, namun sudah diragukan.
d. 750-1200 ppm: tinggi dan sudah berbahaya.
e. di atas 1200 ppm : sangat tinggi dan sangat
berbahaya sekali .
Umbi dan daun mengandung antinutrisi Cyanogenic
glycoside, cyanoglycosida atau cyanogens, senyawa
yang apabila diperlakukan asam dan diikuti dengan
hidrolisis oleh enzim tertentu akan melepaskan
hydrogen cyanida (HCN).
Level toksik HCN pada ternak ruminansia adalah 2,2
mg/kg bobot badan sapi atau kerbau, 2,4 mg/kg bobot
badan kambing maupun domba.
Ensilase merupakan salah satu cara pengawetan daun
singkong sebagai pakan ternak (Hang 1998) dan efektif
menurunkan kandungan sianida (HCN) pada ubi kayu
setelah 3 bulan ensilase yaitu dari 289 mg/kg menjadi
20.1 mg/kg (Kavana et al. 2005).
• Cyanogenicglycosida tidak beracun tetapi apabila
bertemu enzim tertentu dalam hidrolisis,
cyanogens kemudian mensintesis HCN.
• HCN setelah dilepas dengan cepat diabsorpsi
dari saluran gastro intestinal masuk ke dalam
darah. Ion Cianida (CN- ) berikatan dengan Fe
heme dan beraksi dengan ferric (oxidasi) dalam
mitokondria membentuk cytochrome oxidase di
dalam mitokondria, membentuk komplek stabil
dan menahan jalur respiratori. Akibatnya
hemoglobin tidak bisa melepas oxygen dalam
system transport electron dan terjadi kematian
akibat hypoxia seluler.
Beberapa cara mengurangi cyanogenic glycoside yaitu
1. Proses pembuatan pati menghilangkan cyanogens
2. Pencacahan – dikeringkan atau sebelumnya
disimpan lebih dulu dalam keadaan basah bisa
mengurangi 2/3 cyanogen dari segar.
3. Pencacahan - Perendaman di air mengalir
4. Perebusan
5. Pengukusan
Cara mengurangi pengaruh negatif HCN terhadap
kesehatan ternak adalah dengan menambah unsur
sulfur (S) atau vitamin B-12.
• Talas
Mengandung oksalat. Kalsium oksalat
berbentuk kristal yang menyerupai jarum dan
asam oksalat yang dapat membentuk kompleks
dengan kalsium.
Keberadaan asam oksalat diduga dapat
mengganggu penyerapan kalsium. Asam oksalat
bersifat larut dalam air, sementara kalsium oksalat
tidak larut air tetapi larut dalam asam kuat.
Oksalat di bagian pangkal umbi biasanya memiliki
kadar oksalat lebih tinggi daripada bagian ujung.
• Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Mengandung mimosin sebesar 3-5 % BK dan
senyawa antinutrisi lain yaitu protease inhibitor,
tannin, HCN dan galactomannan.
Penggunaan dalam ransum unggas dan ternak non
ruminansia maksimal 10 %. Untuk ruminansia
maksimal 60%.
Memberikan dalam ransum lebih dari 10 % dapat
menurunkan pertumbuhan dan menurunkan
produksi telur dan merontokkan bulu unggas.
Puyuh muda lebih sensitif dari pada puyuh dewasa.
Untuk ayam petelur disarankan penggunaan tepung
daun lamtoro kering (bahan kering) tidak lebih 2%
untuk menghasilkan skor warna kuning telur (yolk)
yang berwarna kuning tua dan cerah .
Untuk ayam pedaging penggunaan tepung daun
lamtoro dalam bahan kering sampai 2 % akan
menghasilkan warna kulit daging yang cerah dan
tidak pucat.
• Gamal (Gliricidia sepium)
Mengandung HCN (4mg/kg), leumarin dan
tannin. Pemberian pada ternak unggas tidak
lebih dari 5% karena akan mengakibatkan
penurunan bobot badan, penurunan kecernaan
protein dan dapat menimbulkan keracunan pada
ternak.
Pemberian pada ternak kambing dapat
mencapai 100 % dan memberikan pengaruh
positif terhadap PBBH yaitu 87,5 g, warna bulu
mengkilap, lincah dan selera makan meningkat
(hasil litbang Sulsel).
• Rumput (rumput gajah, rumput benggala,
rumput setaria, dan rumput brachiaria, dll)
Daun rumput umumnya mengandung HCN, asam
oksalat dan asam sitrat.
Rumput setaria sp mengandung asam oksalat
lebih tinggi dibanding rumput lain.
Pakan ternak yang mengandung asam sitrat 2%
sudah membahayakan bagi ternak. Batas
toksisitas ternak ruminansia terhadap asam sitrat
adalah 1 g NO3/kg bobot badan.
4. Analisis Antinutrisi
• Analisis Tannin
Untuk analisis tannin ada beberapa metode yang
dikembangkan diantaranya :
1. Metode Spektrofotometri UV-Vis (AOAC, 1996)
2. Metode Vanillin-HCl (Burns, 1971)
3. Metode Presipitasi Protein (Makkar et al., 1987)
4. Metode Ferric ammonium sulfate (FAS)
(Mejbaum-Katzenellenbogen and Kudrewicz-
Hubica, 1966)
5. Metode Folin-Denis (Burns, 1971)
Cara Analisis Tanin
1. Sampel daun salam dikeringkan dengan sinar
matahari dengan ditutupi kain hitam. Setelah kering
diserbuk.
2. Pembuatan Pereaksi Folin Denis Dalam 700,0 mL
aquabidestilata ditambahkan 100,0 mg natrium
tungstat, 75 gram asam fosfomolibdat dan 50 mL
asam fosfat 85%, 100 mL asam klorida pekat, 100
gram litium sulfat, 50 mL dan beberapa tetes
aquabidestilata, kemudian direfluks selama 10 jam,
diencerkan sampai 1,0 L (Anonim, 1996)
3. Pembuatan larutan sampel  Larutan sampel dibuat
dengan metode penyarian infundasi. Sebanyak 10 gram
masing-masing sampel serbuk daun dimasukkan ke dalam
panci infusa dan ditambahkan aquadestilata sebanyak 10
kali bahan sampelnya, selanjutnya dipanaskan sampai suhu
mencapai 90oC atau selama 15 menit. Infusa disaring
dengan kain flanel saat panas
4. Uji Kualitatif Tanin  Sebanyak 2 mL infusa ditambah
beberapa tetes FeCl3 sampai terbentuk warna hitam
kebiruan, kemudian ditambah 1 mL larutan gelatin, bila
terjadi endapan warna putih menunjukkan adanya tanin.
Cara lain, warna hitam kebiruan akan hilang pada
penambahan asam sulfat encer dan akan menjadi endapan
coklat kekuningan yang menunjukkan adanya tanin.
5. Penetapan panjang gelombang maksimum  Larutan baku tanin
1,0 mL dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL yang berisi 7,5 mL
aquabidestilata. Ke dalam tabung tersebut ditambahkan 0,5 mL
pereaksi Folin Denis dan 1,0 mL larutan NaCO3 jenuh. Dicampur
dengan baik kemudian serapannya dibaca pada panjang
gelombang 400-800 nm untuk memperoleh panjang gelombang
dengan serapan maksimum.
6. Pembuatan Kurva baku  Suatu seri larutan baku tanin dengan
konsentrasi 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7 dan 0,8 mg/mL diambil
masingmasing 1,0 mL, dan dimasukkan ke dalam labu takar 10
mL yang berisi 7,5 mL aquabidestilata. Ke dalam tabung tersebut
ditambahkan 0,5 mL pereaksi Folin Denis dan 1,0 mL larutan
NaCO3 jenuh. Dicampur dengan baik kemudian serapannya
dibaca pada panjang gelombang maksimum
7. Penetapan kadar tanin  Infusa daun salam sebanyak 2,0 mL
diencerkan dengan aquabidestilata sampai 10 mL. Dipipet 1,0 mL
dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL yang berisi 7,5 mL
aquabidestilata. Ke dalam tabung tersebut ditambahkan 0,5 mL
pereaksi Folin Denis dan 1,0 mL larutan NaCO3 jenuh. Dicampur
dengan baik kemudian serapannya dibaca pada panjang
gelombang maksimum.
• Analisis HCN
Secara Kualitatif menggunakan asam pikrat (Jacobs, 1962)
• Rendam 50g bahan berbentuk tepung dalam 50 ml air
menggunakan tabung erlenmeyer dan + 10 ml 5% as.tartrat
• Kertas saring 1x7 cm dicelupkan dalam larutan as.pikrat
jenuh, dikering-anginkan  kemudian basahi dengan larutan
Na2CO3 8% dan digantung dileher erlenmeyer  ditutup,
kertas jangan menyentuh cairan
• Panaskan di waterbath 50oC selama 15 menit, bila warna
kertas berubah dari kuning-oranye menjadi merah  ada HCN
Secara kuantitatif cara 1 (AOAC, 1996)
• Timbang 10-20 gr sampel halus (20 mesh),
tambahkan 100 ml aquades dlm labu Kjeldahl,
rendam 2 jam
• Tambah lagi 100ml aquades  distilasi dng uap
(steam). Tampung distilat dlm erlen-meyer berisi
20ml NaOH 2.5%
• Setelah distilat mencapai 150ml, tambah 8ml
NH4OH, 5ml KI 5% dan dititrasi dng 0.02N
AgNO3 sampai terjadi kekeruhan (letakkan kertas
karbon hitam dibawah labu titrasi).
1 ml AgNO3 = 1.08 mg HCN
Secara kuantitatif cara 2 (AOAC, 1996)
- Timbang 10-20gr sampel halus (20 mesh), +
100ml aquades dlm labu Kjeldahl  rendam 2 jam
- Tambah lagi 100ml aquades  distilasi dng uap (steam).
Tampung distilat dlm erlenmeyer berisi 20ml 0.02N
AgNO3 dan 1ml HNO3
- Setelah distilat mencapai 150ml disaring dng krus
Gooch endapan yg ada dicuci dng air
- Kelebihan AgNO3 dlm distilat dititrasi dng 0.02N
K-tiosianat dng indikator lrt ferri
- Buat titrasi blanko pd 20ml lart standar 0.02N AgNO3
1 ml AgNO3 = 0.54 mg HCN
ml titar (blanko − sampel)
Bobot HCN = 𝑥 0,54 𝑚𝑔 𝑥 100%
mg sampel
Analisa Asam Pitat dengan metoda Davies dan
Reid (1979)
• 5 g sampel + 50 ml larutan HNO3 0,5 M  aduk
dengan magnetic stirer selama 2 jam pada suhu
ruang disaring untuk mendapatkan Filtrat.
• 0,5 ml filtrat + 0,9 ml HNO3 dan 1 ml FeCl 
tabung reaksi ditutup dan direndam dalam air
mendidih selama 20 menit  dinginkan + 5 ml
amil alkohol dan 1 ml larutan amonium tiosianat
 sentrifus pada kecepatan 1500 rpm selama 10
menit.
• Setelah terbentuk dua lapisan, lapisan amil alkohol
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 465 nm dengan blangko amil
alkohol, 15 menit setelah penambahan amonium
tiosianat.
• Hasil yang diperoleh dibandingkan pada kurva standar
Na-fitat yang diperoleh dengan cara seperti di atas.
• Untuk pembuatan kurva standar Na-fitat, konsentrasi
larutan Na-fitat yang digunakan adalah 0,025 mM, 0,05
mM, 0,075 mM, 0,1 mM, 0,125 mM, 0,15 mM,
0,175mM dan 0,2 mM. Kadar asam fitat dalam sampel
dinyatakan dalam mg/g bahan kering
Analisis Kandungan Lignin dalam Bahan Pakan
• Diawali dengan mengukur kandungan ADF
• Penetapan ADF (Acid Detergent Fiber)
Tahapan pengerjaan
1. Kurang lebih 0,5 g (a gram) contoh ditimbang kedalam gelas piala,
kemudian ditambah 100 ml larutan detergen asam (ADS), lalu
dipanaskan dan diekstraksi selama 60 menit .
2. Selesai ekstraksi lalu disaring dengan cawan penyaring yang
beratnya sudah deketahui (bgram)dengan menggunakan pompa
vakum . Residu dibilas dengan airpanas beberapa kali, dan terakhir
dicuci dengan aseton .
3. Dikeringkan pada suhu 105° C, didinginkan dalam eksikator,
kemudian ditimbang (c gram) .
Perhitungan
Kadar ADF = c - b x 100%
a
Penetapan lignin dengan metode H2SO4.
Tahapan pengerjaan
1. Residu ADF dalam cawan (a gram) diletakkan dalam nampan yang
berisi air setinggi 1 cm. Sebelumnya cawan ditutup dengan
penutup karet .
2. Ditambahkan 25 ml larutan H2SO4 72 % (15° C) .
3. Diekstrak dingin selama 3 jam dan diaduk setiap 1 jam.
4. Disaring dan dicuci dengan air panas (90° - 100° C) 3x
5. Dikeringkan dalam oven (105 ° C) selama 8 jam, dan setelah dingin
ditimbang (g gram).
6. Residue yang ada di dalam cawan diabukan selama 3 jam (1500
oC)

7. Setelah dingin ditimbang kembali (h gram) .


Perhitungan
lignin =g - h x 100%
a
Penetapan lignin dengan metode KMnO4
Tahapan pengerjaan
1. Residu ADF dalam cawan (c gram) diletakkan dalam nampan yang
berisi air setinggi 1 cm, sebelumnya cawan ditutup bagian
bawahnya dengan penutup karet .
2. Tambahkan 25 ml larutan lignin ke dalam cawan, larutan diaduk
dengan batang pengaduk.
3. Larutan dibiarkan selama 9 - 10 menit pada suhu 20 - 25°C .
4. Selanjutnya cawan dipindahkan ke penyaringan yang dihubungkan
dengan pompa vakum, kemudian cawan + residue ditambahkan
25ml larutan demineral (DS),biarkan selama 20 - 30 menit sampai
serat menjadi putih .
5. Dicuci berturut-turut dengan etanol 80 % dan aseton .
6. Cawan dikeringkan di dalam oven 105 °C selama 8 jam, kemudian
ditimbang (e gram).
Perhitungan
% lignin = c - e x 100%
a
Analisis Avidin
Dengan cara mengukur kandungan biotin,
senyawa yang diikat oleh avidin. Metode yang
digunakan HPLC/avidin-binding assay dengan
akurasi 95%.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM
C1450323/

Analisis Lektin
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123
456789/12763/2/D09rra.pdf
Analisis Mimosin
http://eprints.um.edu.my/16776/1/Ilhametal2015-
ProChem.pdf

Analisis Antitripsin
• Dikembangkan oleh Soetrisno (1981) dengan
memodifikasi dari metode Kakade dkk.
(1974) dan Hamerstrand dkk.(1981)
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm
/article/view/2216/2452
• Atau
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456
789/12763/2/D09rra.pdf
Strategi Pemberian Pakan Mengandung Antinutrisi
Jika tidak dapat dihindari pemberian hijauan atau
bahan pakan yang mengandung antinutrisi kepada
ternak maka ada beberapa hal yang dapat
dilakukan:
1. Memberikan hijauan atau bahan pakan tersebut
dalam jumlah sedikit.
2. Kombinasikan pakan yang diberikan  efek
sinergisitas
3. Memberikan bahan pakan yang rendah
kandungan antinutrisinya  mengetahui
kandungan nutrisi dalam bahan
4. Memberi perlakuan pendahuluan terhadap
hijauan atau bahan pakan yang mengandung
antinutrisi sebelum diberikan kepada ternak 
fermentasi, pemanasan pada suhu maksimal 60
oC, pencucian di air mengalir

5. Memberikan supplemen yang dapat mengatasi


dampak senyawa antinutrisi  tidak dianjurkan
terus menerus
6. Menggunakan mikroba rumen untuk mengurangi
atau menghilangkan sifat racun yang terdapat di
dalam antinutrisi
STRATEGI PENGELOLAAN
ANTINUTRISI DALAM BAHAN PAKAN
 Pemanasan  pemanasan pada suhu tertentu
(60 – 80 oC) dapat menurunkan kandungan
antiprotein, pemanasan dengan cara dikukus
lebih optimal dalam menurunkan kandungan
antiprotein
 Pencucian  pencucian diair mengalir dapat
menurunkan kadar asam sianida, kadar racun
dan antimineral
 Fermentasi  mengurangi kandungan
antinutrisi dan racun serta meningkatkan
kualitas pakan
 Suplementasi  Suplementasi DL-metionin
atau agen pengikat tanin seperti Gelatin, PVP
atau polyvinyl pyrrolidone, dan Polyethylene
glycol
Pakan Ternak yang Mengandung
• Daun Saga
Senyawa Aktif
(Adenanthera pavonina)
• Daun memiliki rasa yang agak manis
• dipercaya sebagai tanaman obat herbal.
• Dapat di konsumsi secara langsung
• memiliki kandungan alkaloid, abrine, abraline,
precatorine, choline, trigonelline, squalene, beta-
amyrin, abrussic acid, dan asam galat (biji).
• Akar, batang, dan daun mengandung glycyrrhisic
acid. Anggota famili Leguminoceae itu memiliki sipat
pedas, pahit, netral, dan sangat beracun (biji).
• Saga juga bermanfaat untuk mengatasi parasit
(parasitisida), antiradang, dan melancarkan
pengeluaran nanah. Akar, batang dan daun saga
bersifat manis dan netral.
• biji saga mengandung beberapa macam protein yang
sangat beracun  antinutrisi
Dadap Ayam atau Dadap Serap
(Erythirna Subumbrans Merr)
• Daun-daun dadap yang muda dapat digunakan
sebagai sayuran  meningkatkan produksi susu,
obat tidur dan melancarkan peredaran darah
• Antihelminthes, anti radang
• Bijinya, batang, buah, dan akar dadap mengandung
racun asam hidrosianida, eritrina, alkaloid eritralin
dan hipaforin  menyebabkan hewan menjadi
hyperaktif dan over dosis menyebabkan kelumpuhan
 digunakan sebagai pembasmi serangga
• Mengandung protein yang tinggi, baik untuk
pakan ternak atau untuk pupuk hijau.
• Daun tidak bersifat racun.
Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala)
Biji lamtoro tinggi
protein
(208,56 mg/g),
Karbohidrat (gula
reduksi
164,29 mg/g, pati
179,50 mg/g), Le
mak mencapai
80,86 mg/g
• Biji lamtoro terasa pahit dan netral.
• Berguna untuk peluruh air seni (diuretik) dan anti
helminthes usus
• Juga mengandung mimosin, leukanin, leukanol,
alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, kalsium, fosfor, besi,
dan vitamin (A, B1, dan C)
• Ekstrak metanol lamtoro dapat menyebabkan
berkurangnya berat badan dan panjang fetus (janin)
seiring dengan meningkatnya dosis pemberian, walaupun
tidak nyata
• Ekstrak biji lamtoro yang diberikan secara oral dosis 0,5
g/kg dan 1 g/kg bb (berat badan) menunjukkan
penurunan kadar glukosa darah tikus
• ekstrak air dari lamtoro menunjukkan efek anti-
diabetes yang signifikan setelah diberikan secara oral
Bandotan (Ageratum conyzoides L)
• Rasanya pahit. pedas dan sifatnya netral.
• Berkhasiat stimulan, tonik, pereda demam
(antiperik), antitoksik, menghilangkan
pembengkakan, menghentikan perdarahan
(hemostatis). Daun bandotan dapat digunakan pula
sebagai insektisida nabati.
• Mengandung asam amino, organacid, pectic
substance, minyak asiri kumarin, friedelin, β-
sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur dan potasium
klorida.
• Akar bandotan mengandung minyak asiri, alkaloid
dan kumarin.
• Dapat digunakan sebagai pengganti yodium untuk
mengobati luka
Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)
• Patikan kebo mengandung senyawa alkaloid,
komositin, larasterol, taraxerol, friedlin, betha
amyrin, betasitosterol, beta eufol, euforbol,
triterpenoid, tirukalol, eufosterol, hentriacontane,
flavonoid, tanin, dan elagic acid.
• Mengandung xanthorhamin, getahnya mengandung
Euphorbora, herba mengandung senyawa polifenol
(seperti asam gallat), flavonoid terutama glicosida,
saponin, fenolik, dan terpenoid
• Efek terapik yang ditimbulkan yaitu antialergi,
antiflamasi, anti penghambat pertumbuhan
tumor, efek yang ditimbulkan karena pengaruh
metabolism asam arakidonat.
Sidaguri (Sida cordifolia)
Sidaguri (Sida cordifolia)
• Daun mengandung alkaloid, flavonoid, fitosterol,
saponin, phenol, asam amino, minyak atsiri dan
tannin, serta zat phlegmatic untuk expectorant dan
lubricant.
• Batang mengandung Calsium oksalat dan tanin.
• Akar mengandung alkoloid, steroid dan efedrine.
• Nurhayati dkk. (2009) melaporkan bahwa sidaguri,
patikan kebo dan bandotan merupakan gulma yang
tumbuh di halaman dapat diberikan pada ternak
sampai taraf 5 % dan ketiganya memberikan
pengaruh yang sama terhadap penampilan ayam
broiler.
Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa
(L) Lamk)
• Mengandung senyawa hentriacontan,
stigmasterol, asam ursolat, asam oleonat, ß-
sitosterol, sitisterol, D-glukosida, p-asam
kumarat, flavonoid, tannin, kumarin, ursolic acid,
dan flavonoid glycosides
• Tidak mengandung Kafein tetapi mengandung
paling sedikit 5 senyawa iridoid, satu di
antaranya adalah Asperulosid
• Bersifat antibakteri, antijamur, dan antivirus
serta anticancer
Mengkudu (Morinda citrifolia)
•Mengandung protein, pythosterol,
Scolopetin, alizarin, lycine, sodium,
caprylic acid, arginine, antrakuinon,
acubin dan alizarin, proxeronine, antra
quinines, trace elemens,
phenylalanine, magnesium, xeronin
dan precursor xeronin (proxeronin).
Proxeronin akan diubah menjadi
xeronin didalam usus oleh enzim
proxeronase dan zat zat lain
•Bersifat anti stress, anti bakteri,
antivirus, antihelminthes, dan anti
kanker
• Penggunaan mengkudu baik dalam bentuk
tepung dalam ransum maupun jus dalam air
minum pada level 5 % belum mempengaruhi
penampilan ternak tetapi pemberian lebih
dari 5% dalam ransum (Nurhayati dan
Nelwida, 2010) atau lebih dari 7,5% dalam air
minum cenderung menurunkan bobot badan
(Nurhayati, 2008).
Kulit Nanas
• Potensinya 27 persen dari produksi buah nanas
• Mengandung enzim bromelin untuk mencerna
protein di dalam makanan sehingga mudah untuk
diserap oleh tubuh, mengurai protein dalam daging
sehingga dapat melunakkan daging, membantu
membersihkan tubuh dan mengimbangi kadar
keasaman dalam darah
• Mengandung asam sitrat dan asam malat sebagai
sumber rasa asam dan manis
• Mengandung bakteri laktobasilus
• Sumber serat dan energi bagi ternak
• Serat dari 150 gram nanas setara dengan separuh
dari jeruk.
• Sumber vitamin C
• Dapat menurunkan kolesterol dalam darah dan
mengurangi resiko diabetes dan penyakit
jantung.
• Mengandung Asam chlorogen, yaitu antioksidan
dapat memblokir formasi dari nitrosamine, zat
yang dapat menyebabkan kanker. Nitrosamine
terbentuk ketika mengkonsumsi daging olahan
yang diberi pengawet.
• Mengandung asam amino esensial dan non
esensial untuk membantu memperkuat sistem
imun dalam tubuh, mengatasi kelelahan dan
meningkatkan stamina dan energi.
• Mengandung valine dan leucine, untuk
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan otot,
mempertahankan kadar energi tubuh
• Mengandung asam amino non esensial, proline,
untuk mempertahankan fungsi sendi dan tendon
serta menguatkan otot jantung.
• Mengandung cystine, untuk pembentukan kulit
dan rambut, membentuk formasi kulit dan
mempercepat penyembuhan luka serta
memperlambat proses penuaan dini.
• Kualitas kulit nanas dapat ditingkatkan dengan
cara fermentasi baik dengan kapang maupun
bakteri.
• Penggunaan bakteri asam laktat dalam
fermentasi kulit nanas dapat memperbaiki
kualitas kulit nanas ((Nurhayati, dkk., 2013) dan
meningkatkan kecernaan serat kasar dan
retensi protein pada unggas (Nurhayati, dkk.,
2014)
Bawang Putih (Allium sativum)
• Mengandung senyawa antibakteri, antihipertensi
dan antitrombotik (Majewski, 2014), anti inflamasi
(Bayan, 2013).
• Mengandung 33 komponen sulfur, enzim, 17 asam
amino dan mineral (Londhe, 2011)
• membantu metabolisme lemak, menurunkan
kolesterol jahat (LDL dan trigliserida), meningkatkan
kolesterol baik (HDL), melindungi pembuluh darah
dan jantung, menurunkan aktivitas HMG CoA dan
enzim lainnya (Bayan, 2013).
Kandungan gizi Bawang Putih
Formulasi Ransum Unggas
• Terutama untuk unggas yang dikandangkan
secara intensif
• Untuk unggas yang diumbar, dikandangkan hanya
malam hari memiliki peluang untuk memperoleh
/ mencari makan di halaman pada siang hari
• Harus cermat karena biaya pakan adalah biaya
terbesar dalam pemeliharaan ternak terutama
ternak unggas
Formulasi Ransum Unggas (lanjutan)
• Ransum disusun berdasarkan
1. kebutuhan ternak
2. tujuan produksi
• Bahan yang digunakan dalam ransum dipilih
berdasarkan
1. Nilai nutrisi  lihat tabel kandungan gizi :
protein, lemak, serat, energi metabolis
2. Harga  bahan berkualitas tetapi murah
3. Ketersediaan  tersedia setiap saat dan mudah
diakses
Metode Penyusunan Ransum
• Metode bujursangkar (Pearson’s Square Method)
 mudah tetapi tidak dapat menyusun bahan
makanan dan kebutuhan zat-zat makanan dalam
jumlah
banyak.
• Metode Persamaan aljabar / persamaan x dan y
(Simultaneous Equation)  dapat menyusun
bahan makanan dan kebutuhan zat-zat makanan
dalam jumlah banyak tetapi bisa menghasilkan
bahan negatif, butuh banyak persamaan dan
butuh waktu lama
Metode Penyusunan Ransum
(lanjutan)
• Metode coba-coba (trial and error method) 
paling mudah tetapi butuh waktu lama dan
biaya besar
• Metode Konstan Kontrol (constant control
method)  paling teliti dan paling lengkap
tetapi butuh waktu lama dan ketelitian
• Metode komputer  aplikasi : sangat cepat
dan mudah untuk menghasilkan pakan murah
berkualitas  excel, program linier, winfeed,
feedmania, dll
Metode Penyusunan Ransum (lanjutan)
• Metode bujur sangkar
Susunlah pakan puyuh petelur dengan Protein Kasar (PK)
= 18% menggunakan Pollard (PK 15), Konsentrat (PK 21)
dan top mix 3%.
Jika ransum yang disusun 100 kg dan mengandung top
mix 3%, maka ransum yang disusun terdiri dari konsentrat
dan pollard adalah 100 – 3 = 97 kg.
97 kg ransum mengandung PK 18 % berarti kandungan PK
dalam 100 kg ransum yang harus disusun dari konsentrat
dan pollard adalah 18/97 x 100 % = 18,56 %
Pollard 15 21 - 18,56 = 2,44

18,5
6 18,56 – 15 = 3,56
Konsentrat 21
6,00
• Pemakaian Pollard = 2,44/6 x 100% = 40,67 %
• Pemakaian konsentrat = 3,56/6 x 100% = 59,33%
Kebutuhan bahan untuk menyusun 97 kg ransum yaitu
Pollard = 40,67% x 97 kg = 39,45 kg
Konsentrat = 59,33% x 97 kg = 57,55 kg
Top mix = 3 kg

Bagaimana jika ransum yang disusun dengan banyak bahan? Jika


menggunakan metode bujur sangkar maka pekerjaannya membutuhkan
waktu lebih lama karena kita harus mengelompokkan bahan menjadi 2
kelompok yaitu sumber protein dan sumber energi. Lalu hitung rata-rata
protein pada bahan pakan sumber protein dan rata rata protein pada
bahan pakan sumber energi. Masukkan data rata-rata di kiri atas dan
bawah bujur sangkar, protein yang akan disusun ditengah. Lakukan
pengurangan sehingga didapat bagian untuk kelompok bahan sumber
energi dan bahan untuk sumber protein. Persentase yang didapat lalu
dibagi ke bahan-bahan yang digunakan dengan melihat kandungan protein
masing-masing bahan.
Metode ini kurang tepat digunakan untuk menyusun ransum
menggunakan bahan lebih dari 3 macam.
• Metode trial dan error
Untuk menggunakan metode ini maka harus tersedia data
1. kandungan zat makanan semua bahan yang
dibutuhkan atau yang akan digunakan  tidak
menggunakan kandungan zat makanan yang tertinggi
atau terrendah.
2. Kebutuhan zat makanan dan energi ternak yang akan
disusun ransumnya
3. Harga masing-masing bahan yang akan digunakan agar
ransum yang tersusun memiliki harga yang murah.
Masukkan semua data tersebut ke tabel data, setelah itu
lakukan coba-coba membuat formula berdasarkan data
yang ada. Ini memakan waktu yang lama dan biaya. Tetapi
hasil yang didapat akan mendapatkan ransum dengan
kualitas baik dan harga murah.
Pencampuran Ransum
Bentuk bahan harus sama  tepung semua
• Manual
• Mesin
Manual
- Bahan berbentuk cair diaduk dengan bahan yang mudah menyerap
cairan
- Pencampuran dimulai dari bahan yang paling sedikit dengan yang
sedikit, dst sampai terakhir digabungkan dengan yang paling banyak
- Kelemahannya : bahan tidak tercampur rata
Mesin
Bahan tercampur rata tetapi harus banyak tidak bisa hanya
mencampur sedikit bahan
References
AOAC. 1996. Official Methods of Analysis of AOAC International, 16th vol
II AOAC International, Maryland USA.
Burns, R.E. 1971. Method for estimation of tannin in grain sorghum.
Agronomy Journal 63 : 511 – 512
Makkar, H.P., R.K. Dawra and B. Singh. 1987. Protein precipitation assay for
quantitation of tannins: determination of protein in tannin-protein
complex. Anal Biochem 166 (2) : 435 – 439
Mejbaum-Katzenellenbogen, W and Z. Kudrewicz-Hubica (1966).
Application of urea, ferric ammonium sulfate and casein for
determination of tanning substances in plants. Acta Biochim. Pol. 13
: 57
Toth, G.B. and H. Pavia. 2001. Removal of dissolved brown algal
phlorotannins using insoluble polyvinylpolypyrrolidone (PVPP). J.
Chem. Ecol., 27: 1899-1910.
...
Terima kasih
Selamat belajar, Sukses untuk semua
Masa depan tidak pernah terlihat tapi bisa
ditentukan dari usaha yang kita lakukan
sekarang
Kita membutuhkan orang lain untuk sukses
tetapi kesuksesan kita tidak tergantung
orang lain
Mempercayai kemampuan diri sendiri akan
memudahkan dalam meraih kesuksesan
(Nurhayati Agus Nanang, 2014)

Anda mungkin juga menyukai