Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PROGRAM GIZI

PENANGANAN MASALAH GIZI DI PUSKESMAS


RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Doni (
2. Emi (
3. Nurul Aini
4. Rima Putri Dwi Meilinda (200104016P)

PROGRAM STUDY GIZI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu masalah yang belum nampak menunjukan titik terang
keberhasilan penanggulangannya adalah masalah kekurangan zat besi atau dikenal
dengan anemia gizi besi. Masalah gizi pada ibu hamil yang paling umum yaitu
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), dan anemia gizi. Di
Indonesia tahun 2001 prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu 40% dan prevalensi
Kurang Energi Kronik (KEK) yaitu 41% (Depkes, 2003). Anemia merupakan
salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang
diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia.Anemia merupakan salah
satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil. Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia adalah tertinggi bila dibandingkan dengan Negara ASEAN
lainnya.Perempuan yang meninggal karena komplikasi selama kehamilan dan
persalinan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 289.000 orang.Target
penurunan angka kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO,
2015).
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur
status gizi masyarakat. Jika asupan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi.
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolism energi. Karena itu,
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkatkan selama kehamilan.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, serta perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%.
Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang
terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013).Menurut
data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu
21,7%denganpenderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%
penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37, 1 %. Pemberian tablet
Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami
peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,3 %. Meskipun
pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil
yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode
kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian
anemia masih tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011 didapat
hasil ibu hamil yang mendapat tambahan darah/ Fe 1(30 tablet) sebanyak 91.148,
sedangkan Fe 3 (90 tablet) sebanyak 78.282 (Dinas Provinsi Lampung).
Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil di Kabupaten Lampung Timur pada
tahun yang 2008 adalah 71,02. Laporan yang didapat dari puskesmaspuskesmas
yang terdapat di Lampung Timur sasaran ibu hamil tahun 2009 berjumlah 24039
orang.Banyaknya ibu hamil pada Kunjungan pertama sebanyak 21298 orang
sedang Kunjungan ke-4 sebanyak 20661 orang. Dari jumlah keseluruhan, 19231
ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan Hb, dan di dapat 40 % ibu hamil yang
ditemukan anemia (Profil Dinas Kesehatan Lampung Timur, 2009). Menurut data
yang didapat dari Dinas kesehatan kabupaten Lampung Timur tahun 2011 didapat
jumlah ibu hamil 24.503, dengan cakupan Fe1 (pertama kali ibu mendapatkan
tablet Fe sebanyak 30 tablet) sebanyak 20.450 (83,46%) dan cakupan tablet
Fe3( pemberian tablet Fe berikutnya sebanyak 90 tablet) sebanyak 19.394
(79,15%) (Profil Kesehatan Lampung Timur, 2011).
Puskesmas Raman Utara merupakan salah satu jenis puskesmas rawat
jalan. Puskesmas Raman Utara terletak di Jl. Merdeka No.04, Kecamatan Raman
Utara, Kabupaten Lampung Timur. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan
progam giziterkait masalah status gizi ibu hamil anemia, sehingga akan
mengurangi resiko bayi BBLR, lahir prematur atau bahkan kematian saat
persalinan di kabupaten Lampung Timur khususnya kecamatan Raman Utara.
BAB II
ANALISA SITUASI

PROFIL PUSKESMAS
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes RI No.75 tahun 2014).
Wilayah Puskesmas Raman Utara mempunyai persebaran Penduduk yang
kurang merata secara geografis. Hal ini disebabkan oleh aspek cultural, historis,
budaya, ekologis serta kwalitas dan kwantitas infrastruktur. Berdasarkan data
terakhir puskesmas tahun 2018 luas wilayah kerja Puskesmas Raman Utara
adalah 40.51 Km2. Adapun penggunaan Lahan terdiri dari Pemukiman, lahan
pertanian/ perkebunan, persawahan dan Peladangan. Persebaran penduduk
diwilayah kerja Puskesmas Raman Utara berorientasi pada potensi pertanian
dengan kepadatan penduduk tertinggi di desa Raman Aji yaitu sebesar 6.108
jiwa. Pada tahun 2018 penduduk diwilayah Puskesmas Raman Utara sebesar:
22.368 jiwa. Rata rata kepadatan penduduk sebesar 549 jiwa/km2 dengan
Kepadatan tertinggi desa Kota Raman yaitu: 1284 jiwa/km2. Dan terendah
didesa Rukti Sedyo sebesar: 359 jiwa. Secara geografis wilayah Puskesmas
Raman Utara terletak di sebelah barat Kecamatan Purbolinggo dan berbatasan
dengan Puskesmas Rejo Katon, Puskesmas Purbolinggo dan Puskesmas Sukaraja
Nuban.
Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan puskesmas Raman Utara tahun
2020 yaitu dokter umum 1 orang dan dokter gigi 1 orang. Jumlah tenaga
keperawatan dan kebidanan di fasilitas kesehatan puskesmas Raman Utara yaitu
perawat 5 orang dan bidan 16 orang. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat,
kesehatan lingkungan, analis kesehatan (laboratorium) dan gizi di fasilitas
kesehatan puskesmas yaitu kesehatan masyarakat 1 orang, kesehatan lingkungan 1
orang, analis kesehatan (laboratorium) 1 orang dan gizi 1 orang. Jumlah tenaga
kefarmasian di fasilitas kesehatan yaitu tenaga teknis kefarmasian 1 orang dan
apoteker 0.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan di puskesmas Raman Utara
Kabupaten Lampung Timur, diperoleh hasil sebagai berikut:
No Upaya Target (%) Pencapaian (%) Masalah
1 Persentase Adanya kesenjangan
ibu hamil presentase 1,4% dari
anemia target 28%. Terdapat 10
28% 29,4%
ibu hamil yang mengalami
anemia

2 Persentase Adanya kesenjangan


bayi usia 6 presentase 7,6% dari
bulan 50% 42,4% target
mendapat Asi 50%.
Eksklusif
3 Persentase Adanya kesenjangan
balita yang presentase 10,5% dari
80% 69,5%
ditimbang target 80%.
(D/S)

Identifikasi masalah gizi yang terdapat pada Puskesmas Raman Utara


yaitu : 1. Berdasarkan hasil olah data yang didapat dari pengambilan data di
lapangan, diperoleh hasil presentase ibu hamil anemia cukup tinggi. Hal ini
terlihat dari kesenjangan antara presentase ibu hamil anemia di Puskesmas Raman
Utara dibandingkan dengan target nasional. Kesenjangan presentase tersebut yaitu
sebesar 1,4 %. Hal ini diperoleh dari selisih presentase jumlah kasus sebanyak
29,4% dan target nasional sebesar 28%. Keseluruhan jumlah ibu hamil anemia di
Puskesmas Raman Utara yaitu 10 orang. Distribusi frekuensi ibu hamil anemia
di Puskesmas Raman Utara dapat dilihat pada tabel 1 dan grafik 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Anemia di Puskesmas Raman Utara


Jumlah Persentase
Ibu hamil tdk anemia 24 70.6
Ibu hamil anemia 10 29.4
Total 34 100.0

30

25

20

15 Ibu hamil tdk anemia


Ibu hamil anemia

10

0
ibu hamil anemia

Grafik 1. Distribusi Frekuensi ibu hamil anemia di Puskesmas Raman Utara

2. Berdasarkan hasil olah data yang didapat dari pengambilan data dilapangan,
diperoleh hasil presentase bayi usia 6 bulan mendapat Asi Eksklusif cukup
rendah. Hal ini terlihat dari kesenjangan antara presentase bayi yang mendapat
ASI esklusif di Puskesmas Raman Utara dibandingkan dengan target nasional.
Kesenjangan persentase tersebut yaitu sebesar 7,6%. Hal ini diperoleh dari selisih
presentase jumlah kasus sebanyak 42,4% dan target nasional sebesar 50%.
Keseluruhan jumlah bayi usia 6 bulan yang mendapat ASI esklusif di Puskesmas
Raman Utara yaitu 14 bayi. Distribusi frekuensi bayi yang mendapat ASI esklusif
di Puskesmas Raman Utara dapat dilihat pada tabel 2 dan grafik 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi bayi yang mendapat ASI esklusif di Puskesmas


Raman Utara
Jumlah Persentase
Tidak ASI Ekslusif 19 57.6
ASI Ekslusif 14 42.4
Total 33 100.0
20
18
16
14
12
10 Tidak ASI Ekslusif
ASI Ekslusif
8
6
4
2
0
Bayi mendapat ASI Ekslusif

Grafik 2. Distribusi Frekuensi bayi yang mendapat ASI esklusif di Puskesmas


Raman Utara

3. Berdasarkan hasil olah data yang didapat dari pengambilan data dilapangan,
diperoleh hasil presentase Persentase balita yang ditimbang (D/S) cukup rendah.
Hal ini terlihat dari kesenjangan antara persentase balita yang ditimbang (D/S) di
Puskesmas Raman Utara dibandingkan dengan target nasional. Kesenjangan
persentase tersebut yaitu sebesar 10,5 %. Hal ini diperoleh dari selisih presentase
jumlah kasus sebanyak 69,5% dan target nasional sebesar 80%. Keseluruhan
jumlah balita yang ditimbang (D/S) di Puskesmas Raman Utara yaitu 941 balita
dari 1354 balita. Distribusi frekuensi Persentase balita yang ditimbang (D/S) di
Puskesmas Raman Utara dapat dilihat pada tabel 3 dan grafik 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi balita yang ditimbang (D/S) di posyandu di


Puskesmas Raman Utara
  Jumlah Persentase
Balita yg ditimbang diposyandu 941 69.5
Balita yg tdk ditimbang diposyandu 413 30.5
Total 1354 100.0

1000
900
800
700
600
Balita yg ditimbang
500 diposyandu
Balita yg tdk ditimbang
400 diposyandu
300
200
100
0
Balita yang ditimbang diposyandu (D/S)

Grafik
3. Distribusi Frekuensi balita yang ditimbang (D/S) di posyandu di Puskesmas

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH


Setelah identifikasi masalah gizi dilakukan, kemudian dilakukan proses
analisis untuk menentukan prioritas masalah yang akan dijadikan acuan utama
program gizi di Puskesmas Raman Utara. Penentuan prioritas masalah gizi
tersebut dilakukan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, dan
Growth) yaitu sebagai berikut:
N ANALISIS
ISSUE JUMLAH Rank
O U S G
Persentase ibu hamil anemia cukup
1 tinggi yaitu 29,4%, 1,4% lebih tinggi 4 5 5 14 1
dari target 28%
Persentase bayi usia 6 bulan mendapat
2 Asi Eksklusif rendah yaitu 42,4%, 4 4 5 13 2
7,6% lebih rendah dari target 50%
Persentase balita yang ditimbang
3 (D/S) rendah yaitu 69,5%, 10,5% 4 4 4 12 3
lebih rendah dari target 80%

Berdasarkan hasil skoring perhitungan masalah gizi menggunakan metode


skoring tersebut, dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah gizi di Puskesmas
Raman Utara dengan total skor tertinggi 14 yaitu ibu hamil anemia.

ANALISIS PENYEBAB MASALAH GIZI


Diagram akar masalah ibu hamil anemia
Diagram Fishbone Analisis Penyebab Ibu Hamil Anemia
Program Kespro belum
optimal

PHN belum optimal Penyuluhan belum

Anemia bumil
di mulai saat remaja
PMT salah sasaran
Cara mengukur Hb belum pas Kinerja petugas
Kelas ibu belum optimal belum optimal
Kemampuan petugas
Kerjasama lintas program belum optimal
belum optimal

Pemberian tablet Fe pada remaja -


Alokasi dana desa untuk
PMT Pemulihan tidak
ada Pemberian tablet Fe pada bumil -

Tk pendidikan Faktor genetik


rata-rata SD
Bumil punya penyakit
Ketersediaan bahan tertentu
Social ekonomi menengah
pangan terbatas ke bawah
Pola makan yang salah
Kurangnya pengetahuan
Social ekonomi masyarakat Kebiasaan
makan bumil Alat pemeriksaan Hb tidak
menengah ke bawah
tidak tepat dikalibrasi
Asupan gizi saat remaja
belum optimal
Pendapatan rendah
Pemanfaatan bahan
Tidak ada biaya untuk
pangan local terbatas Fe tidak diminum pemeliharaan
Kebiasaan menu keluarga timbangan
Dukungan keluarga/suami PMO tidak ada
Cara minum Fe tidak tepat
BAB III
TUJUAN PROGRAM

TUJUAN JANGKA PANJANG


Tujuan jangka panjang program gizi di Puskesmas Raman Utara ini yaiu
untuk menurunkan presentase kejadian ibu hamil anemia di Puskesmas Raman
Utara dari 29,4% menjadi kurang dari 28% yang merupakan target nasional ibu
hamil anemia.

TUJUAN JANGKA PENDEK


Berdasarkan tujuan jangka panjang program gizi di Puskesmas Raman Utara
tersebut, tujuan jangka pendek program gizi di Puskesmas Raman Utara ini yaiu :
1. Pencegahan perdarahan post-partum atau perdarahan yang berlebihan setelah
melahirkan, plasenta previa atau tali plasenta berada di bagian bawah rahim,
kelahiran premature, berat badan lahir yang rendah (BBLR) dan kematian janin
2. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu dan balita
BAB IV
PERENCANAAN PROGRAM

Menentukan alternatif program dari penanggulangan masalah ibu hamil


anemia harus bersifat relevan, tidak bertentangan sosial budaya, secara
teknisdapat dilakukan, dan layak secara ekonomi (finansial). Alternatif program
harus berdasarkan analisis tujuan penanganan masalah. Prioritas masalah di
Puskesmas Raman Utara ini adalah ibu hamil anemia dan tujuan penanganan
masalah ini bersumber dari penyebab masalah ibu hamil anemia yang kemudian
menjadi tujuan jangka pendek dari program gizi ini. Tujuan jangka pendek
program gizi di Puskesmas Raman Utara ini yaitu untuk menurunkan proporsi ibu
hamil anemia dengan peningkatan kualitas dan kuantitas asupan energi dan
protein pada ibu hamil serta tablet tambah darah (TTD) ibu hamil. Penyebab ibu
hamil anemia salah satunya adalah asupan makan bersumber protein yang kurang
yang sehingga program yang akan dilakukan berhubungan dengan peningkatan
status gizi, penanganan penyakit infeksi, dan peningkatan konsumsi tablet tambah
darah (TTD) pada ibu hamil. Alternatif program penanganan ibu hamil anemia
yaitu:
1. Menggerakkan dukungan suami dan keluarga agar ibu hamil patuh minum
tablet tambah darah (TTD) pada saat kehamilan.
2. Mengusahakan agar ibu hamil melakukan pemeriksaan berkala di puskesmas
secara rutin.
3. Pemberian konsultasi dan edukasi mengenai gizi seimbang untuk ibu hamil.
4. Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT) untuk ibu hamil kek maupun
anemia.
5. Membuat jadwal kunjungan rumah keluarga sasaran Ibu hamil Anemia
6. Menilai status gizi sasaran setiap bulan dan melaporkan secara berkala
7. Membina hubungan kerjasama yang baik dan melakukan koordinasi
dengan petugas gizi, bidan desa dan petugas kesehatan lain di wilayah
kerjanya.
8. Intervensi PHBS (Pola Hidup Bersih dan Seimbang)
Asupan ibu hamil dari segi kualitas dan kuantitas harus disesuaikan.
Kurangnya pengetahuan Ibu hamil tentang pentingnya konsumsi sumber makanan
protein dan suplementasi tablet tambah darah (TTD) masih merupakan salah satu
masalah yang menyebabkan ibu hamil mengalami anemia. Alternatif program
penanganan ibu hamil anemia yaitu:
1. Pemberian makanan tambahan yang bersumber protein yang kaya akan
kandungan zat besi dan asam folat sesuai dengan trimester.
2. Penyuluhan tentang gizi seimbang untuk ibu hamil.
3. Pemberian konseling kepada ibu hamil tentang pentingnya memantau
pertumbuhan dan perkembangan janin pada masa kehamilan.

Program gizi dengan tujuan penurunan ibu hamil anemia dapat dilakukan
dengan peningkatan pelayanan kesehatan dan higiene sanitasi yaitu :
1. Meningkatkan dan memudahkan akses air bersih.
2. Kegiatan, Informasi, dan Edukasi (KIE) sanitasi dan cuci tangan pakai
sabun.
3. Pemberian Jamkesmas.
4. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti peningkatan jumlah
klinik, puskesmas, atau rumah sakit.
5. Suplementasi zat besi (Fe) untuk manajemen diare.
6. Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Program gizi dengan tujuan peningkatan konsumsi ibu hamil dapat


dilakukan dengan peningkatan pelayanan kesehatan di posyandu yaitu
1. Melakukan penyuluhan untuk meningkatan pengetahuan, sikap, dan
perilaku tentang gizi kepada ibu hamil.
2. Melengkapi sarana dan prasarana Posyandu.
3. Melakukan penyegaran kader Posyandu dan pelatihan kader baru jika
jumlah kader posyandu di wilayah kerja mereka kurang.
4. Bersama dengan kader Posyandu melakukan kunjungan rumah kepada
ibu hamil resti
PRIORITAS PROGRAM GIZI
Kajian kelayakan dilakukan dengan memberikan penilaian atau skor
terhadap berbagai aspek terkait program tersebut. Semakin tinggi skor, semakin
layak program tersebut dijalankan, skor tertinggi artinya program memiliki
kelayakan tertinggi. Kriteria penilaian meliputi segi ekonomi (biaya dan
keefektifan program atau cost-effectively), budaya (tidak bertentangan dengan
budaya setempat), sosial (dapat diterima masyarakat dan sustainable), dan secara
teknis (time dan sumber daya). Masing-masing kriteria diberi bobot berdasarkan
pentingnya kriteria tersebut dalam penanganan sebuah program. Bobot berkisar
antara 1-5 yaitu : 1)Tidak penting, 2) Kurang penting, 3) Cukup penting, 4)
Penting, dan 5) Sangat penting. Setelah diberikaan bobot pada tiap kriteria,
langkah selanjutnya adalah memberikan skor pada masing-masing masing kriteria.
Skor berkisar antara 1-10.Semakin tinggi skor yang diberikan, semakin program
tersebut bisa dilaksanakan.
Asupan Higiene Pelayanan
Bobot
Kriteria Sanitasi Posyandu
(B)= 1-5
skor nilai skor nilai skor nilai
cost 4 7 28 6 24 5 20
waktu 4 6 24 6 24 6 24
sumber daya 4 7 28 7 28 7 28
keefektifan 5 8 40 7 35 6 30
Daya terima 5 9 45 6 30 8 40
masyarakat
Tidak 4 7 28 7 28 7 28
bertentangan
dengan
budaya
Keberlanjuta 5 8 40 8 40 8 40
n
total 233 209 210

DESAIN KEGIATAN
Desain kegiatan dijelaskan oleh input, proses, output dan outcome yang
disajikan dalam tabel HIPPOPOC. HIPPOPOC harus memperhatikan
variabelpengganggu (confounder) keberhasilan program, cara mengatasinya, dan
asumsi-asumsi yang digunakan yang dapat menjamin bahwa output dan outcome
akan tercapai. Tabel tersebut juga memfasilitasi pembentukan gambaran yang luas
dan mempromosikan tujuan proyek yang jelas. Informasi rinci dalam tabel
HIPPOPOC termasuk input (diperlukan untuk pelaksanaan intervensi), process
(daftar tindakan atau intervensi yang akan dilaksanakan), output (hasil langsung
dari tindakan atau intervensi yang akan dilaksanakan), dan outcome (perubahan
yang disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan). Hasil yang diharapkan dari
program dan kegiatan yang akan dilakukan adalah perubahan sosial dan perilaku
dalam hal peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek pemberian makan balita
sehingga tercapai asupan energi dan protein yang mencukupi. Variabel
pengganggu dari keberhasilan program yang dilakukan
yaitu:
1. Persepsi budaya antar wilayah yang berbeda-beda, wilayah perkotaan dan
perdesaan (sebaran data sama tidak berbeda jauh antara wilayah perdesaan &
perkotaan)
2. Tenaga kesehatan sulit ditemui
3. Fasilitator kurang mampu untuk menggali informasi
4. Hanya beberapa tenaga kesehatan setempat yang mengikuti pendidikan gizi
5. Tenaga kesehatan setempat kurang kooperatif untuk mengikuti kegiatan
Asumsi – asumsi yang digunakan dapat menjamin bahwa output dan outcome
akan tercapai yaitu :
1. Dana kegiatan yang cukup untuk melaksanakan program
2. Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan tinggi
3. Kerja sama lintas sektor dan lintas program berjalan baik
4. Kesadaran masyarakat akan pentingnya status gizi dan gizi seimbang

Anda mungkin juga menyukai