Anda di halaman 1dari 3

PRINSIP MENJAGA DIRI DAN KELUARGA

DARI API NERAKA*)

Keluarga adalah miniatur masyarakat terkecil yang memiliki peren yang sangat
menentuka. Islam adalah agama yang memberikan perhatian besar kepada
keluarga. Hal ini karena sejatinya membangun keluarga bagi seorang muslim tidak
hanya untuk kehidupan di dunia, namun berlanjut hingga di akhhirat kelak. Karena
itulah ada beberapa prinsip agar keluarga terjaga keselamatannya dari pedihnya
neraka Allah Swt. Prinsip-prinsip terbiyah ini sangat jelas disampaikan dalam kisah
Luqman al-Hakim berikut ini:

1. Aqidah Yang Kuat

ُ ‫ك َل‬
(13( ‫ظ ْل ٌم َعظِ ي ٌم‬ ُ ‫َوإِ ْذ َقا َل لُ ْق َمانُ اِل ْب ِن ِه َوه َُو َيع‬
َ ْ‫ِظ ُه َيا ُب َنيَّ اَل ُت ْش ِركْ ِباهَّلل ِ إِنَّ ال ِّشر‬

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi


pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” (QS. Luqman: 13)

Bahasan yang paling awal dididikkan kepada anak adalah tentang keyakinan
kepada Allah, Al-Ahad. Itulah pondasi pendidikan yang pertama dan utama
ditanamkan dalam pikiran anak-anak. Sembahlah Allah saja, dan jangan
menyekutukannya dengan apa atau siapa pun, di mana pun dan kapan pun!

2. Kesadaran akan pengawasan Allah ‘azza wa jalla


Pada kesempatan berikutnya, setelah iman tertanam kuat di dada, Luqman berkata,

(‫ض‬ِ ْ‫ت أَ ْو فِي اأْل َر‬ َّ ‫ ْخ َر ٍة أَ ْو فِي‬V‫ص‬


ِ ‫ َم َاوا‬V‫الس‬ ٍ ْ‫ ر‬V‫ك م ِْث َقا َل َح َّب ٍة ِمنْ َخ‬
َ ‫دَل َف َت ُكنْ فِي‬ ُ ‫َيا ُب َنيَّ إِ َّن َها إِنْ َت‬
ِ ْ‫َيأ‬
16( ‫ت ِب َها هَّللا ُ إِنَّ هَّللا َ َلطِ يفٌ َخ ِبي ٌر‬

“(Luqman berkata), “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)


seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus
lagi Maha mengetahui.” (QS. Luqman: 16)
Di sini anak dididik sadar akan pengawasan dan hukum Allah. Betapa kebaikan dan
keburukan yang diperbuat akan selalu diketahui-Nya, dan diberi balasan yang
benar-benar setimpal oleh Allah ta’ala. Lathiifun, Maha Halus pengetahuan-Nya,
sehingga segala sesuatu tiada yang tersembunyi betapa pun lembut dan halusnya.
Khabiirun, Maha Mengetahui langkah-langkah semut sekecil apa pun yang ada di
kegelapan malam yang sangat pekat. (Ibnu Katsir jilid III: 1990: 428-429).
3. Shalat, amar ma’ruf nahi mungkar, dan sabar

Aqidah yang kokoh dan kesadaran akan pengawasan Allah perlu dibuktikan dengan
perbuatan. Maka Luqman menuntun putranya kepada amal saleh atau kebaikan
yang harus dilakukan. Di ayat ke-17 Luqman menasihati putranya:

َ َ‫ا أ‬VV‫ ِبرْ َع َلى َم‬V‫اص‬ ْ َّ ‫َيا ُب َنيَّ أَق ِِم ال‬
َ Vِ‫َذل‬
( ْ‫ك ِمن‬ َّ‫ك إِن‬ َ ‫ا َب‬V‫ص‬ ِ V‫صاَل َة َوأمُرْ ِب ْال َمعْ رُوفِ َوا ْن َه َع ِن ْال ُم ْن َك‬
ْ ‫ر َو‬V
17( ‫ُور‬ ُ ‫َع ْزم اأْل‬
ِ ‫م‬ ِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Luqman menghasung putranya untuk melaksanakan shalat, berdakwah dan
bersabar, sebagai tanda bakti dan bukti kesetiaan hamba kepada Penciptanya.

4. Tidak sombong

Seseorang tidak akan mampu hidup sendiri di dunia ini. Ia bersama triliunan
makhluk Allah lainnya hidup bersama di jagat raya ini dan saling tergantung satu
dengan lainnya. Karenanya tak ada satu makhluk pun yang patut membanggakan
diri di hadapan makhluk lainnya. Inilah yang menjadi pokok nasihat Luqman
berikutnya.

ٍ ‫ال َف ُخ‬
(18( ‫ور‬ ِ ْ‫مْش فِي اأْل َر‬
ٍ ‫ض َم َرحً ا إِنَّ هَّللا َ اَل ُيحِبُّ ُك َّل م ُْخ َت‬ ِ ‫اس َواَل َت‬
ِ ‫ك لِل َّن‬ َ ‫َواَل ُت‬
َ ‫صعِّرْ َخ َّد‬

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

5. Sederhana

ِ ‫ت ْال َحم‬
(19( ‫ِير‬ ُ ‫ص ْو‬ ِ ‫ِك إِنَّ أَ ْن َك َر اأْل َصْ َوا‬
َ ‫ت َل‬ َ ‫ص ْوت‬ َ ‫َوا ْقصِ ْد فِي َم ْش ِي‬
ْ ‫ك َو‬
َ ْ‫اغضُضْ ِمن‬

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya


seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS.Luqman: 19)
Di bagian akhir nasihat Luqman kepada anaknya adalah hasungan untuk bertindak-
tanduk dan bertutur kata yang sopan dan sederhana. Mengapa sikap tersebut
demikian penting?
Tidak lain karena sikap sederhana menghindarkan manusia dari iri dengki yang
membawa permusuhan. Bukankah banyak permasalahan hidup yang timbul gara-
gara dipicu sikap atau tutur-kata yang berlebih-lebihan dan menyakitkan?

Apa yang diajarkan Luqman al-Hakim kepada putranya tampak jauh lebih sederhana
dalam ukuran kita saat ini. Tetapi dalam kesederhanaan itu terdapat makna yang
dalam, yang menjadi inti kepribadian muslim. Iman, sadar, shalat, amar makruf nahi
mungkar, sabar, rendah hati, dan sederhana. Mari kita terapkan pada diri sendiri,
kita tanamkan pada jiwa anak-anak dan keluarga tercinta, dan kita sebarkan pada
lingkungan sekitar. Insya Allah negeri ini akan menjadi lebih Islami dan diberkahi
Allah Subhaanahu wa ta’aala.

*)Disampaikan oleh Ahmad Zainal Arifin, S.Pd: dalam acara siraman Qolbu Ramadhan
1442 H, di Radio Suara Sampang FM, Pada hari Selasa, 20 April 2021. Pukul 17.00 Wib
s.d. menjelang adzan Maghrib.

Anda mungkin juga menyukai