Anda di halaman 1dari 27

FF “Nothin’ On You” Part 4 [Kyuhyun-Channie]

Author : Deani [@yesungcharger]

Cast : Cho Kyuhyun, Park Channie

Support  Cast :  Lee Donghae, Kang Minhyuk, Etc

Genre :  Romance/?

Ratting :  NC-17

Ps :  Typo!!! Ratting!!! Dont Bash!!! Ingat, Ratting! Jadi, protes kalau menemukan banyak
adegan 18+

Hai-hai-hai~~~~>,,< dengan segala kuasa Tuhan, saya bisa meng-apdet cerita mesum ini
wkwkwkw Part ini lumayan panjangggg, semoga tidak bosan -…-

Okelah, langsung saja. Happy Reading~~^^

“Mandikan aku, atau kau yang aku mandikan. Channie.” bisik Kyuhyun tepat di telinganya.
Walau suara guyuran air shower memenuhi ruangan ini. Tapi, Channie bisa mendengar dengan
jelas, apa kata Kyuhyun, barusan.

Seketika Channie mendongak. Tatapan mereka bertemu. Sorot mata Kyuhyun benar-benar
membuatnya sulit berkutik. Menggelap dan penuh gairah. Kyuhyun kini menunduk lagi. Hingga
wajahnya sejajar dengan wajah Channie. Jantungnya berdebar kencang. Sangat kencang.

“Aku tidak bisa menunggu. Lebih lama ,lagi—” gumam Kyuhyun tepat di depan bibir Channie.

Part 4

Jantung Channie semakin berdebar dengan keras saat Kyuhyun mengatakan ini. Menelan
ludahnya dengan susah payah. Mencoba mencerna kata-kata Kyuhyun dengan akal sehatnya.
Tapi, tatapan intens Cho Kyuhyun yang penuh dengan gairah dan dirasa sangat teduh,
membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Seluruh sel sarafnya seakan mati—tidak bisa bekerja
dengan baik. Tidak bisa jika Kyuhyun terus menatapnya seperti ini. Dan, ya… rambut pria di
depannya yang sudah basah malah membuatnya semakin sulit mengalihkan pandangannya,
karena pria ini jauh lebih sialan seksi. Ia memanas seketika.

Tangan Kyuhyun menarik pinggangnya—hingga tubuhnya mendekat lekat pada tubuh Kyuhyun.
Apalagi, Kyuhyun sudah melepas kemeja yang melakat pada tubuhnya. Tubuh basah mereka—
terutama dada mereka bersentuhan, menimbulkan sengatan listrik membangkitkan gelenyar di
seluruh tubuh mereka berdua. Ya, ampun, Kyuhyun sudah sangat terangsang dan panas. Channie
bisa merasakan pangkal paha Kyuhyun yang mengeras—menekan pada tubuhnya. Wajahnya
merona.
Sialan. Pipi Channie memerah, membuat Kyuhyun ingin melahap Channie. Sekarang. Juga.

Channie makin terlihat cantik—dalam keadaan basah bahkan lebih terlihat, sialan cantik dan
seksi. Polos dan menggairahkan disaat yang bersamaan. Kombinasi yang membuatnya sulit
mengalihkan tatapan dan membuat nyeri di bagian bawah tubuhnya. Dia tidak pernah setertarik
ini pada gadis manapun. Manapun. Tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, sebelumnya.
Kecuali pada, dia. Park Channie.

“Menunggu—apa maksudmu?” suara Channie terdengar serak. Antara terdengar habis menangis
dan menahan gejolak gairahnya yang timbul. Ya Tuhan. Suara seraknya, membuat Kyuhyun
menahan erangannya, seksi sekali. Channie seakan tahu apa yang ada di pikiran Kyuhyun—
terlihat dari sorot matanya yang menyala, Ia benci dengan gairah ini. Kenapa tubuhnya selalu
merespon seperti ini jika berdekatan dengan Kyuhyun. Padahal dia masih marah. Bahkan, sangat
marah dengan pria yang ada di depannya.

“Oh, ayolah. Kau mengerti maksudku.” jawab Kyuhyun tak kalah serak. Dia, kini mati-matian
menahan gejolak yang meledak-ledak dalam dirinya. Dia sangat menginginkan Channie, bahkan
mulutnya tepat ada di depan mulut Channie. Ingin melahap bibir Channie. Hingga habis.

“Perjanjiannya—”

“Persetan dengan perjanjian itu.” Kyuhyun menghembuskan nafasnya kasar dan terasa panas
menerpa permukaan kulit wajahnya. Channie semakin gugup. Kyuhyun selalu tidak main-main.
Kenapa semua menjadi seperti ini. Ya, Tuhan. Dia juga menginginkan Kyuhyun. Tapi, pria ini
baru saja bercumbu dengan wanita lain. Bercumbu??? Hatinya sakit mengingat itu. Matanya
memanas kembali.

Kyuhyun tahu apa yang dipikirkan oleh gadis di depannya ini. Hatinya terasa nyeri melihat gadis
ini sedih karenanya. Karena perbuatan dan kekacauan yang dibuatnya. Dia akui, dia sangat
bodoh. Brengsek! Menyakiti Channie, adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan.
Membayangkan kembali saat wajah sedih dan kecewanya Channie saat berada di club—saat dia
memangku tubuh wanita sialan itu, dadanya seperti dihantam batu berton-ton. Tapi, dia akan
mengurus siapa yang memberi Channie kartu masuk ke dalam ruangan khusus di Club itu. Dia
akan dapatkan itu.

“Baiklah, kau diam. Aku anggap kau setuju.” desah Kyuhyun. “Cepat mandikan aku, Park
Channie. Atau aku akan menidurimu. Sekarang. Juga. Disini.” suara Kyuhyun terdengar serak
namun tidak terbantahkan.

Belum sempat protes, Kyuhyun menarik resleting celananya dan kini hanya boxer yang
menempel di tubuh tinggi tegapnya itu. Channie tidak berani menatap ke bawah. Bisa sangat
membahayakan hatinya. Dia tahu Kyuhyun sudah sangat amat bergairah kepadanya. Channie
belum pernah sedekat ini dan menatap pria yang hampir telanjang di depannya, begitu erotis
karena mereka berdua telah bayah kuyup. Kulit putih Kyuhyun yang biasanya terlihat pucat, kini
agak memerah karena air shower yang hangat menerpanya. Membuat Channie lagi-lagi, sulit
bernafas—hanya membayangkan, ia menjamahi setiap jengkal tubuh Kyuhyun.
Kyuhyun melihat Channie masih terdiam menatapnya. Entah terpesona atau Channie memang
masih berpikir? Kyuhyun tidak bisa menerka. Atau dua-duanya? Sialan. Masa bodoh dengan apa
yang ada di dalam kepala cantik Channie.

“Bersihkan aku, dari jamahan wanita sialan itu.” bisik Kyuhyun sambil tangannya ada di bahu
Channie. Meyakinkan Channie. “Maaf…” ucapnya lemah dan terdengar begitu terluka, “Aku
membuatnya semakin sulit. Ayo… Channie, bersihkan aku.” perintah Kyuhyun tegas, sambil
memberikan Channie botol sabun. Tidak dengan puff. Oh, ya ampun dia ingin merasakan
sentuhan tangan gadis ini. Sangat. Kyuhyun masih menatap Channie, masih ada perasaan terluka.
Andai saja kau tahu, apa maksudku—ada di ruangan tadi bersama wanita itu, apa kau bisa
mengerti, Channie? Batin Kyuhyun.

Entah darimana Channie mendapat kekuatan untuk menggerakkan tangannya—untuk mengambil


sabun cair, dari tangan Kyuhyun. Menuangkan sedikit, lalu Channie mulaimenggosokkan pelan
pada tubuh Kyuhyun. Dia bingung harus memulai dari mana. Maka, ia mengambil inisiatif untuk
membersihkan bagian leher Kyuhyun terlebih dahulu—bagian yang di ciumi oleh wanita itu.
Hatinya terasa nyeri kembali. Ia tidak berani menatap wajah Kyuhyun. Karena, ia tahu tatapan
mata Kyuhyun terus tertuju padanya. Seperti predator yang mengincar memangsa mangsanya,
dia terlihat sangat lapar.

Kyuhyun mengamati setiap gerak-gerik dan juga ekspresi wajah Channie, di depannya ini. Demi
Tuhan. Channie ini sangat amat cantik dengan rona wajah yang seperti ini, juga terlihat sangat
ingin di tiduri. Itu, menurutnya. Memerah dan malu, Channie menggosok tubuhnya, masih di
area leher dan kini turun di area bahunya. Kyuhyun mengeram dalam tenggorokannya saat
Channie menyentuhnya dan membuat panas seketika ke pangkal pahanya. Kyuhyun
memejamkan matanya kuat-kuat. Seperti ada yang ingin meledak dalam tubuhnya. Bahkan
Channie belum melakukan apa-apa, hanya basah— dan menyentuh tubuhnya. Tapi, reaksi
tubuhnya selalu seperti ini.

Kyuhyun, dia bisa saja menarik Channie dalam pelukannya dan berakhir dengan percintaan
panas, di dalam kamar mandi ini. Tapi— ketika melihat wajah terluka Channie, ia
mengurungkan niatnya. Apa! Yang benar saja, Cho Kyuhyun? Bukankah kau berniat untuk—
STOP! Kyuhyun bergejolak dengan pikirannya sendiri.

Channie berulang kali menelan ludahnya dan berusaha menormalkan detak jantungnya yang
terus berpacu dengan cepat. Ia yakin, wajahnya terus merona. Ia bisa merasakan dada bidang
Kyuhyun, otot pria ini. Ya, Tuhan! Ini memalukan. Kau juga terangsang, kan? Tubuh pria yang
selalu menyita pikirannya setiap saat dan kini ia cintai, ada di depannya sedang ia jamah, basah
dan siap untuknya. Menginginkannya. Bukankah ini hal yang paling indah?

Kemudian, dia berpindah ke lengan Kyuhyun. Channie mendengar nafas Kyuhyun yang panjang.
Entahlah, dia juga tidak tahu kenapa. Hingga saat ini, dia tidak berani menatap langsung wajah
Kyuhyun—saat dia membersihkan tubuh Kyuhyun. Apakah nanti, bagian bawah juga? Channie
seketika memejamkan matanya dan menghilangkan pikiran itu. Kini, ia mulai menggosok bagian
dada Kyuhyun. Seketika, hatinya berdesir saat menyentuh bagian itu. Apalagi kini ia mendengar
nafas Kyuhyun yang terengah saat ia mengusap tepat di bagian detak jantung Kyuhyun.
Kyuhyun sangat terpengaruhi oleh gerakan tangannya ini. Tunggu. Ada sedikit bekas luka, di
dada pria ini. Saat tangan Channie mengulang menyentuh bagian ini, sepertinya Kyuhyun
menahan nafasnya kuat-kuat.

Tangan Channie perlahan turun ke bawah hingga menyentuh bawah dada Kyuhyun dan saat
mengusap happytrail pria ini, Channie mendengar nafas Kyuhyun yang memburu. Ia tersentak
ketika Kyuhyun mencekal pergelangan tangannya. Ia seketika mendongak dan mendapati tatapan
Kyuhyun yang menggelap namun terlihat begitu tersiksa dan tentu menyala penuh gairah. Dada
Channie berdebar dengan hebat, begitu juga Kyuhyun. Mata mereka saling menatap.
Menyalurkan rasa yang mereka kirim masing-masing. Begitu terasa membakar. Kini wajah
Kyuhyun begitu dekat dengan wajahnya. Nafasnya dan nafas Kyuhyun menyatu—memburu,
sangat panas terasa di permukaan wajah mereka masing-masing.

Channie merasakan tubuhnya terdorong ke dinding dan Kyuhyun menarik tengkuknya cepat
sebelum dia mendengar geraman tertahan dari Kyuhyun, dalam sekejab Channie merasakan bibir
Kyuhyun sudah melahap bibirnya dengan lapar. Seketika hatinya berdesir, diiringi detakan
jantungnya yang berpacu makin cepat. Channie terengah dan tidak bisa bernafas, saat ia
membuka mulutnya, lidah Kyuhyun dengan cepat masuk mencari lidahnya. Menghisap,
membelit dan memainkannya di dalam rongga mulut dan lidah Channie dengan liar.
Memberikan sensasi lain pada tubuhnya hingga Channie juga menyambut lidah Kyuhyun dan
membalas lumatan-lumatan bibir Kyuhyun, kemudian ia mendengar Kyuhyun menggeram dalam
tenggorokannya. Seperti ini, dia tidak pernah bisa menolak ciuman intens dari Kyuhyun. Dia,
Kyuhyun sangat hebat dalam berciuman, pikir Channie.

Kyuhyun semakin menekankan tubuhnya pada Channie, kulit basah mereka semakn bergesekan.
Channie bisa merasakan pangkal Kyuhyun yang mengeras menyentuh pinggangnya. Tangan
Kyuhyun yang mengusap pinggangnya, turun ke area pahanya, mengusap-usap dengan penuh
gairah. Membuat Channie mendesah. Seolah darahnya mendidih hingga Channie bisa merasakan
panas di area sensitifnya. Basah kuyup. Ini tidak mungkin.

Kyuhyun memiringkan kepalanya, lagi. Dan kembali menautkan bibirnya, melumat bibir
Channie dengan lebih lembut kali ini. Mencecapi setiap lekuk bibir Channie dan kini lidahnya
kembali beraksi di dalam mulut Channie. Ya,ampun. Kenapa bibir Channie manis sekali. Seolah
ia ingin melahap bibir ini hingga habis, rasa bibir ini terlalu nikmat. Bahkan wine—paling
mahal, yang ia anggap candu, masih jauh kalah nikmat di banding bibir Channie.  Sialan. Dia,
tidak pernah kecanduan seperti ini.

Nafas mereka beradu dengan cepat dan dada mereka yang saling bersentuhan satu sama lain,
bergerak naik-turun seolah sulit mengambil oksigen—semakin membuat gairah Kyuhyun
meningkat. Sentuhan sedikit saja dari Channie seolah memberikan energy tersendiri baginya.
Sengatannya sampai ke area paling sensitifnya. Ini, sialan. Begitu nikmatnya. Walau hanya
berciuman saja. Tapi, pangkal pahanya sudah panas dan sangat sakit menahan semua ini.
Berminggu-minggu. Ia bahkan tidak bisa meniduri wanita lain, karena gadis ini. Sangat sulit
dipercaya, seorang Cho Kyuhyun, bahkan bisa menahan diri—lebih tepatnya ia tidak bisa
bergairah dengan wanita manapun. Setiap memulai dengan salah satu dari mereka. Pangkal
pahanya bereaksi sedikit, kemudian, tidak lagi. Seperti impotent, tapi selalu turn-on dengan
Channie-nya ini. Sialan, kan!

Saat Kyuhyun melepaskan ciuman panas, ada perasaan kecewa yang timbul di hati Channie.
Kyuhyun menempelkan dahinya pada dahi Channie. Terengah. Nafas mereka berdua sama-sama
terdengar memburu. Channie melirik sekilas, dan Kyuhyun masih memejamkan matanya. Seolah
masih menikmati ciuman yang membuat dirinya di bakar gairah yang begitu hebat. Channie
sendiri tidak tahu. Kenapa ia sangat suka ciuman Kyuhyun yang begitu bergelora padanya. Dia
tidak pernah begitu bergairah sejauh ini. Gairahnya masih dalam tahap normal, dan dengan
Kyuhyun seolah dia tidak bisa mengenali dirinya sendiri.

Saat masih menikmati wajah tampan Kyuhyun— dengan bibir penuhnya yang memerah, sehabis
berciuman, rambut coklat Kyuhyun yang acak-acakan, sialan bertambah tampan di mata
Channie. Ia, di kejutkan dengan Kyuhyun yang membuka matanya, hingga tatapan mereka
bertemu. Tatapan sendu Kyuhyun, langsung membakar area sensitifnya yang masih terasa basah,
kini panas kembali. Ya, ampun. Ada apa dengan mu, Park Channie. Hanya dengan tatapan saja,
kau langsung bergairah kembali?

Kyuhyun menarik nafasnya, dalam. Tepat di depan bibir Channie, ia berbisik, “Kau—kau kenapa
membuatku seperti ini, huh?” suaranya serak, dan terdengar sangat frustasi.

“Apa?” tanya Channie ragu.

“Ya, Tuhan. Apa yang kau lakukan padaku? Tubuhku, sebelumnya tidak pernah seperti ini
terhadap wanita. Tidak pernah. Hanya padamu. Padamu.” Kyuhyun masih berbisik, nafas
Kyuhyun yang terdengar putus-putus membuat Channie, meremang.

“Tidak.” Channie menggeleng lemah, ia ingat kembali wanita yang tadi bersama Kyuhyun. “Kau
bisa bersama wanita lain, buktinya sudah—“

“Tidak. Tidak.” potong Kyuhyun menggeram, ia melihat guratan sedih di wajah Channie ketika
membahas ini.“Oke, kita perlu bicara. Tapi kau juga butuh makan sebelum itu.” Channie terkejut
dengan apa kata Kyuhyun barusan, langsung menatap Kyuhyun dengan tatapan tidak
percayanya.

Apa! Kyuhyun bicara ‘Makan’? ‘Makan’? Setelah dia membakar gairahnya, Kyuhyun bilang
‘Makan’?

Jadi, Kyuhyun tidak jadi melakukan, melakukan hubungan intim dengannya? Dan, kenapa kau
kecewa Park Channie? Gila. Seolah ia dihempaskan kedalam lubang yang sangat dalam.
Bukankah, Kyuhyun juga sangat menginginkannya? Tapi, kenapa? Apa dia tidak semenarik
wanita yang pernah Kyuhyun tiduri. Hatinya nyeri jika perasaan ini muncul.

Kyuhyun seolah tahu apa yang ada di dalam pikiran Channie. Ia tersenyum miring. Lalu
menyesap bibir Channie, singkat. “Kau perlu makan, aku tahu kau sangat lapar.” Kyuhyun
menegaskan kata lapar. Lapar dalam artian lain. Bukan makanan. Channie memerah mendengar
ini.

“Aku juga sangat lapar.” Kyuhyun menahan nafasnya sejenak, “Jadi, aku juga ingin makan
terlebih dulu. Ayo.” Channie tergagap, tidak bisa menjawab Kyuhyun. Kyuhyun segera
mengambil handuk yang tak jauh dari tempatnya dengan Channie. “Kau lepas sendiri
pakaianmu, atau aku yang lepaskan?”

Channie seketika merengut dan menatap Kyuhyun tajam. Kyuhyun malah menunjukkan
smirknya. Apa dia bodoh, membiarkan Kyuhyun membuka pakaiannya.

“Jangan harap.” jawab Channie tegas, namun terdengar sedikit gugup, Kyuhyun hanya
mengedikkan bahunya. Ia sangat maklum, Channie bersikap seperti ini padanya. Ia pantas
mendapatkannya, setelah apa yang ia lakukan tadi. Sial. Dia sangat merasa bersalah pada gadis
di depannya ini. Hatinya terasa nyeri kembali.

“Baiklah, aku akan ganti baju di kamar. Kau tetap di sini.” Kyuhyun kemudian keluar dari kamar
mandi ini, dengan keadaan menahan segala hasratnya termasuk dengan menahan sakit di pangkal
pahanya. Ini sangat. Menyiksa.

Channie ternganga melihat Kyuhyun seketika langsung menyetujui apa keinginannya, biasanya
juga mereka berdebat. Tapi, ia melihat keadaannya yang basah kuyup. Dan, ya ampun. Channie
menatap seluruh tubuhnya sendiri di depan kaca yang ada di dalam kamar mandi ini. Terlihat
begitu jelas, segala lekuk tubuhnya. Wajahnya seketika memerah mengingat reaksi raut wajah
dan sikap Kyuhyun saat menatapnya tadi. Ia masih ada di depan kaca, tiba-tiba pintu terbuka,
Kyuhyun datang dengan handuk melilit bagian bawah tubuhnya, dada telanjang dan rambut
basah. Dia sangat terlihat panas, tampan dan juga masih tampak bergairah. Channie, terpesona,
lagi-lagi. Ia menahan nafasnya sejenak.

Channie memalingkan wajahnya, ia tidak mau Kyuhyun tahu, wajahnya merona ketika melihat
wajah pria itu. Kyuhyun mendekat, ia semakin gugup. Mau apa pria ini.

“Ini. Pakailah.” Kyuhyun menyerahkan pakaian untuk Channie, “Termasuk pakaian dalamnya.
Aku tidak ingin kau sakit, hanya karena bra dan celana dalam mu itu basah.” Kyuhyun
menyerahkannya pada Channie, dan dengan cepat Channie meraihnya tanpa pikir panjang, tanpa
menatap wajah Kyuhyun. Sungguh, ia tahu kalau pipinya sudah sangat merah.

Sialan, Kyuhyun. Mengatakan kalau celana dalamnya basah, seolah bukan karena air, melainkan
karena rangsangannya tadi saat berciuman. Dasar, pria gila. Kenapa selalu saja membuatnya
merona, ketika menyangkut hal paling pribadi.

“Cepat. Aku tunggu di ruang makan. Jangan membantah.” Kyuhyun pergi dan meninggalkan
Channie yang menatap pakaian dalamnya. Bagaimana bisa, pria itu berpikir sejauh ini. Apa dia
juga sering melakukan ini, pada wanita yang selalu ia tiduri. Mengambilkan pakaian dalam.
Channie tersenyum masam. Dan, bagaimana bisa ia menolak segala pesona pria ini. Kau dalam
bahaya, Channie.
***

Channie melangkah dengan ragu menuju ruang makan yang terletak tak jauh dari pantri dapur
bersih mereka. Ia melihat Kyuhyun yang terlihat sibuk, apa yang pria itu lakukan? Memasak?
Yang benar saja. Pria macam Kyuhyun bisa memasak? Tapi, pria ini terlihat lain dengan Tshirt
hitamnya. santai namun tetap tampan dan mempesona.

Kyuhyun menoleh dan mendapati Channie yang sedang berdiri— menatapnya. Nafasnya
berhenti, sejenak. Terpesona. Ternyata Channie memakai apa yang Kyuhyun berikan tadi. Dia
merasa senang Channie menurut padanya, entahlah ia juga tidak tahu kenapa perasaannya senang
selain melihat Channie memakai mini dress yang ia pilihkan. Terlihat begitu cantik— dengan
rambut panjangnya basah yang sedikit kering dibiarkan terurai, wajah polos tanpa make-up dan
pipi memerah natural tanpa bluss-on. Sialan kau Cho Kyuhyun. Hanya menatapnya saja, celana
mu mengetat. Kyuhyun kemudian mengalihkan tatapan—terpesonanya pada Channie dengan
makanan yang sudah ia siapkan. Maksudnya, sudah tersedia di dalam lemari es super besar dan
juga dalam mickrowavenya.

Channie sebenarnya ingin menawarkan bantuan, saat Kyuhyun sibuk menata makanan serta
beberapa alat makan mereka. Tapi, ia canggung. Entah kenapa, tadi tatapan Kyuhyun seakan
membuatnya ada yang salah dari dirinya. Aura dingin di sini juga mengingatkannya agar tidak
membantu Kyuhyun. Tak lama kemudian, Kyuhyun sudah selesai menyiapkannya. Seketika,
Channie merasakan perih di perutnya. Ia lapar, tentunya untuk makanan. Terlintas di benaknya
sebuah pertanyaan. Apa Kyuhyun selalu menyiapkan makan malan seperti ini? Seakan, Kyuhyun
sudah terbiasa menyiapkan makanannya sendiri. Ini di luar dugaannya.

“Bibi Han selalu menyiapkan makanan. Jadi, tinggal menghangatkannya saja.” kata Kyuhyun
sambil menarik kursinya, seolah tahu apa yang ada di benak Channie. “Aku tidak pernah
membangunkan Bibi Han, tengah malam. Jadi, aku selalu menyiapkannya sendiri, kalau aku
lapar tengah malam.” lanjutnya. Ia tahu, apa yang kau pikirkan, Park Channie. Batin Channie
meringis.

“Ayo, makan. Kau, belum makan kan sejak kau pergi dari sini. Tadi.” Kyuhyun menegaskan
katanya. Benar. Ia memang belum makan. Ia tidak nafsu jika mengingat kejadian di Club tadi.
Duduk perlahan, menatap makanan yang memenuhi meja ini. Channie, menatap Kyuhyun yang
mulai menyumpitkan kimbab ke dalam mulutnya. Ia terlihat sangat lahap.

Channie yang melihat Kyuhyun dengan lahap memakan makannya, hatinya kemudian berdesir.
Ia merasa bersalah mengingat kelakuannya tadi. Kenapa, ia bersikap kekanakan dan marah-
marah. Wajar, Kyuhyun seorang pria—yang bergairah, pasti memerlukan kebutuhan
biologisnya. Bahkan, sebelum mengenalnya, Kyuhyun selalu menghabiskan waktunya bersama
wanita-wanita itu. Dan, sesuai perjanjiannya memang Kyuhyun tidak harus tinggal dengan
Channie, kecuali akhir pekan, kan? Lalu sikap Channie yang kekanak-kanakan—dengan marah
dan cemburu yang tidak-tidak tadi, bagaimana? Apa ia pantas? Channie merasa malu, mengingat
itu semua. Tapi, aku istrinya, kan? Bukan sesungguhnya, Channie. Ia sibuk beregelut dengan
pikirannya sendiri.

Kyuhyun menghela nafas panjang sambil menatap Channie, “Aku tahu, bibirmu itu sangat enak
dan manis. Gunakan untuk makan, sekarang. Aku mohon. Dan, jangan mengigitnya.” geram
Kyuhyun. Menahan agar ia tidak menghentikan makannya, kemudian melumat bibir Channie,
hingga lemas.

Channie baru sadar ia tidak sengaja menggigit bibirnya, kemudian perlahan ia menghentikan
aksinya. Mengalihkan pandangannya dengan menatap makanan yang ada di depannya. Ada
beberapa makanan kesukaannya. Bibi Han tau apa saja yang ia suka. Ah, tidak. Tidak mungkin.
Hanya kebetulan saja, beliau memasak ini semua.

Channie segera membereskan peralatan makan mereka, setelah makan malam ini sudah selesai.
Makan malam dalam diam—keheningan, bersama Kyuhyun. Untuk pertama kali. Pertama kali.

“Jangan dibereskan. Biarkan saja, Bibi Han yang akan membereskannya.” cegah Kyuhyun masih
yang masih duduk di kursinya. Channie, sepertinya tidak mengindahkannya.

“Aku sudah terbiasa melakukannya, selagi di rumah dulu.” kata Channie sedikit jengkel.

“Aku tahu. Tapi sekarang, aku ingin bicara.” sergah Kyuhyun. Channie langsung menatapnya,
dan mereka berpandangan. Channie menelan ludahnya, gugup. Tatapan Kyuhyun seolah bisa
membuatnya seperti es batu yang langsung mencair.

“Setelah aku mencuci—“

“Tadi itu semua tidak seperti yang kau lihat.” potong Kyuhyun cepat sebelum Channie beralasan
ingin menghindarinya. Raut wajah Channie berubah seketika, dia tahu Kyuhyun akan membahas
hubungannya tadi, ralat percumbuannya. Hatinya meringis pedih.

Kyuhyun berdiri. Mendekat, berjalan menyebrang ke arah Channie yang masih berdiri
mematung. Channie berusaha mengatur pernafasannya yang mulai tidak teratur. Sangat ingin
sekali ia memeluk tubuh yang kini berdiri tidak jauh, di depannya ini. Menangis puas di dada
pria itu, mengadu kenapa sesulit ini menjalani kehidupan bersama dia, di saat ia sudah tidak bisa
jauh lagi dari pria ini.

“Ya Tuhan, seandainya kau tahu, Park Channie.” desah Kyuhyun, Channie melihat ada guratan
penyesalan di wajah pria ini. Hatinya terasa perih, mengingat hal tadi—Kyuhyun di club, tapi
melihat wajah malaikatnya dengan tatapan penyesalan. Ia yakin, ada hal yang Channie tidak
tahu.

“Jangan membahas itu lagi,” ujar Channie pelan. “Aku tidak ingin mengingatnya dan
membahasnya lagi, itu semua—“ Channie menahan nafasnya sejenak. Itu semua, hal baru dalam
hidupku dan sangat menyakitiku. Menyukai bahkan mencintai pria sepertimu—yang sangat
mudah bermain wanita di tempat tidur. Batin Channie. Ia menunduk, matanya memanas. Dan,
tidak ingin menatap sorot mata Kyuhyun. Ia menjadi lemah karena ini.

Kyuhyun tahu ini akan menyakiti Channie, lihatlah sekarang. Channie terlihat sangat terluka,
hingga ia tidak menatap Kyuhyun. Dengan reflek, Kyuhyun bergerak lebih dekat ke arah gadis
ini. Hingga ia bisa mencium aroma Channie yang sangat ia gilai.

“Kau harus tahu. Kenapa, aku melakukan itu.” tegas Kyuhyun, Channie menggeleng pelan.

“Tidak, tidak perlu. Aku tahu, sikapku tadi berlebihan. Aku marah tanpa memandang, aku ini
siapa. Status istri memang hanya status saja. Aku tidak berhak melarangmu. Bahkan, aku marah?
Maaf karena sikap kekanak-kanakan ku tadi. Dan, sesuai perjanjiannya. Kau memang berhak—“

“Tidak! Tidak!” Kyuhyun membantah. Ia menggeleng cepat, kemudian mengusap wajahnya,


gusar. “Tidak. Jangan berkata seperti itu.” lirih Kyuhyun. Sangat frustasi.

“Ma—maaf. Seharusnya, aku tidak mencampurinya, aku tidak berhak.” mata Channie memanas,
sepertinya ia sudah tidak bisa menahan laju air matanya yang akan segera mengalir, keluar dari
pelupuk matanya. Kyuhyun menggelang cepat, mendengar Channie meminta maaf. Itu bukan
salah gadis ini. Ia tahu, Channie menahan tangisnya. Ia membuat kekacauan yang tidak
termaafkan.

Seharusnya, ia lebih menghargai Channie, sebagai istri. Ia, tahu ia sangat egois. Tapi, ia
melakukan semua keegoisannya agar, ia tetap bisa menjalankan sesuai dengan perjanjiannya—
melakukan hubungan intim, hanya di akhir pekan. Tapi, itu sulit sekali. Mengingat hanya melihat
wajah mempesona Channnie-nya saja, ia bisa langsung orgasme? Gila!

“Aku tahu diri. Lain kali, aku tidak akan melakukannya lagi. Maaf—“ Channie belum sempat
melanjutkan kata-katanya, tubuhnya sudah di tarik dan kini dalam dekapan Kyuhyun. Terkejut
sekaligus ia tidak bisa menahan laju air matanya, air matanya kini mengalir deras ke pipinya. Ia
sedikit meronta tapi, kedua tangan Kyuhyun semakin erat mendekapnya. Kyuhyun
menyandarkan kepalanya di dada bidangnya. Channie bisa mendengarkan detak jantung
Kyuhyun, berdetak cepat, sama seperti detakan jantungnya ini. Aroma tubuh Kyuhyun menyatu
dengan parfum, ini menenangkannya. Ia sangat suka aroma ini. Membuatnya nyaman.

“Jangan ucapkan kata maaf pada bajingan brengsek, seperti ku.” bisik Kyuhyun pelan, namun
terdengar tegas. Ya, kau memang bajingan brengsek. Batin Kyuhyun meyakinkan. “Jangan.”
Kyuhyun menghela nafas beratnya.

Channie merasakan Kyuhyun mencium pelipisnya, puncak kepalanya dan rambutnya.


Menghirup dalam-dalam aroma dirinya, lalu pria itu mendesah panjang. Dada Channie semakin
bergemuruh. Ada perasaan bahagia ketika Kyuhyun melakukan ciuman tadi. Dia hendak
membalas pelukan Kyuhyun, tapi ia urungkan niatnya.

Kyuhyun memaklumi Channie tidak membalas memeluk dirinya. Baginya, sudah dapat mencium
dan memeluk Channie kembali—setelah perbuatannya di club, merupakan kebahagiaan
tersendiri baginya. Kebahagiaan yang tidak terhingga, Channie bisa menerima sentuhannya
kembali. Channie-nya telah kembali. Tidak dapat menyentuh Channie, sedikit pun, ia tidak bisa
membayangkan, akan seperti apa hidupnya. Tidak bisa. Ia butuh gadis ini, di sisinya.

Channie sedikit terkejut, merasakan pangkal tubuh Kyuhyun yang menekan pinggangnya, begitu
keras. Apa Kyuhyun? Ya, ampun. Channie memerah. Apa hanya seperti ini bisa membuat pria
ini, bereaksi?

“Kau tahu kan? Yaa.. seperti ini…” desah Kyuhyun. Kyuhyun seakan tahu, reaksi Channie
setelah merasakan pangkal tubuhnya yang membuatnya tersiksa menahan nyeri. Channie hendak
beringsut dari dekapan Kyuhyun, tapi Kyuhyun masih menahannya. Ia masih ingin memeluk
tubuh mungil Channie. Tubuh mungil tapi sangat berbahaya.

“Bahkan dengan wanita-wanita lain, tidak bisa bereaksi seperti ini.” bisik Kyuhyun, terdengar
sangat frustasi. Channie tidak mampu mendongak—menatap Kyuhyun. Ia terlalu malu, untuk
menampakkan pipinya yang terus memerah. “Hanya denganmu. Ini aneh, kau tahu?”

Kyuhyun melepas dekapannya, kemudian menangkup wajah Channie dengan kedua tangannya.

“Perlu kau tahu, “ Kyuhyun menatap dalam-dalam mata Channie, hingga hembusan nafas
mereka dapat di rasakan di permukaan kulit wajah mereka masing-masing, “Sejak bertemu
denganmu, aku bahkan tidak meniduri wanita lain. Tidak satu pun. Aku tidak bisa.” ucapnya
lirih, tegas dan tepat di depan bibir Channie. Bodoh! Ia telah merendahkan harga dirinya dengan
berkata jujur pada gadis ini. Kau kenapa, Mr. Cho? Intinya, ia tidak ingin melukai Channie.

Channie tercengang mendengar ini. Kyuhyun masih menatapnya, dan sekarang ia terlihat
memejamkan matanya kuat-kuat disertai hembusan nafasnya yang pendek-pendek. Channie,
benar-benar tidak menduga, Kyuhyun tidak melakukan hal yang pikirkan selama ini. Apa ini
karena, dirinya? Wow. Sesuatu yang mengejutkan baginya.

“Tidurlah—“ Kyuhyun kemudian mengecup sudut bibir Channie, dan Channie langsung
merasakan seperti ada sengatan listrik menjalar di seluruh tubuhnya. Ia memejamkan matanya.
Tapi, Kyuhyun hanya mengecupnya sekali. Saat ia membuka mata, Channie melihat punggung
Kyuhyun yang menuju ruang kerjanya. Ia terpaku sendiri di sini. Apa dia menginginkan, ciuman
lebih? Kenapa dirinya menjadi gadis yang sangat mesum?

***

Kyuhyun menghempaskan dirinya di sofa single yang ada di ruang kerjanya. Memejamkan
matanya, dan hembusan nafasnya terengah-engah. Detakan jantungnya masih berpacu dengan
cepat. Ia menggeram hebat. Ia juga bingung dengan apa yang barusan ia katakan pada Channie.
Ia tidak ingin, gadis itu salah paham. Ia juga tidak ingin, gadis itu mengira dia akan
mempermainkannya.

Apa-apaan itu tadi? Channie bahkan memejamkan matanya. Kalau sampai, Kyuhyun tadi
melumat bibir Channie, bisa-bisa berakhir di ranjang. Bayangan saat ia akan melakukannya di
kamar mandi, bercinta sampai ia puas dengan Channie, sirna saat melihat sorot mata Channie
yang terlihat terluka saat Kyuhyun menyuruhnya membasuh bekas-bekas jamahan wanita sialan
itu. Sampai dia berpikir masa bodoh, dengan perjanjiannya—yang meminta kewajiban Channie,
hanya di akhir pekan. Bahkan, ia tidak peduli. Dia sangat-sangat menginginkan Channie, lebih
dari yang Channie tahu.

Bayangan wajah terluka Channie—saat melihatnya di Club, bahkan tidak bisa hilang dari
benaknya. Hingga kini. Ia sendiri tidak bisa memaafkan perbuatan brengseknya. Padahal,
memang sebelum bertemu dengan Channie, hal itulah yang dia selalu lakukan untuk
menghilangkan kepenatannya. Seks. Tapi, setelah bertemu Channie, dunianya goyah. Gadis itu
menjungkir-balikkan dunia-nya selama ini. Apakah nanti, Channie-nya akan selalu terluka jika
hidup bersamanya? Kepalanya langsung pusing mengingat semua ini.

Kyuhyun meraih ponselnya. Menekan touchscreen-nya dengan cepat. Ia perlu tahu, dari mana
Channie, bisa mendapat Gold-card untuk masuk, ke dalam ruangan dia di Club, miliknya.

***

Channie merasakan tubuhnya terlempar ke dalam kolam renang. Setelah ia berhasil menguasai
diri, dan memijak dasar kolam—yang hampir menepi ke pinggir kolam. Ia terkejut, kenapa
banyak orang di sini. Ada beberapa pria dan wanita. Diantaranya, ada Jungsoo. Channie
tersenyum menatap sepupunya itu, dan saat ia akan naik tapi, seketika banyak siulan untuknya.

Channie melihat ke arah tatapan orang-orang ke tubuhnya. Beberapa pria menatap dengan lapar,
dan beberapa wanita menatap seperti mencemoohnya. Mini dress putih—yang sangat minim,
yang ia pakai, kini basah dan sangat ketat membungkus tubuhnya yang basah, hingga lekuk
tubuhnya terpampang jelas. Ia seperti telanjang di depan banyak orang. Channie malu. Menutup
bagian dadanya dengan tangannya, sementara ia masih berpijak dasar kolam. Menatap Jungsoo.
Tapi, pria itu hanya menatapnya saja. Tidak berniat menolongnya, keluar dari kolam. Ia perlu
kain atau apa untuk menutupi tubuhnya ini.

Sorakan-sorakan, menghina bahkan melecehkannya, jelas terdengar oleh Channie. Ia ingin


menangis sekarang. Tidak adakah orang yang bersedia menolongnya.

“Wanita murahan.” suara Juyeon mengagetkannya. Channie mendapati Juyeon yang kini sedang
mengamit mesra lengan Jungsoo. “Tubuhmu, layak jadi tontonan. Adik ipar. Hahaha…” tawa
Juyeon menyakitkannya.

Tanpa dia sadari, ada handuk putih besar yang membalut tubuh-nya yang basah. Channie
menoleh, dan yang melakukannya adalah Kyuhyun. Pria itu dengan cepat, mengangkat tubuhnya
dari kolam, menuju tepian. Dia menggendong Channie. Channie, menatap Kyuhyun dan pria itu
juga menatapnya. Tatapannya sangat lembut dan penuh kasih sayang, membuat dirinya
menghangat. Ia meremang. Tidak pernah ia sebahagia ini. Ia merasa perasaannya pada Kyuhyun
terbalas. Dan Kyuhyun, dengan sangat pengertian menolongnya. Channie merasakan tubuhnya di
lantai, Kyuhyun menurunkannya begitu saja sebelum Kyuhyun melumat singkat bibirnya.
Apa? Kyuhyun sekarang meninggalkannya. Channie melihat punggung Kyuhyun menjauh.
Tidak. Tidak! Channie berdiri dan hendak mengejar Kyuhyun, tapi bayang-bayang Kyuhyun
semakin menghilang. Dia kehilangan Kyuhyun. Channie berteriak ‘Jangan. Pergi! Jangan
tinggalkan aku!’ dengan begitu terluka. Rasanya sampai ingin mati saja. Tapi, Kyuhyun
menghilang. Tidak menoleh lagi padanya. ‘Jangan!’ Channie berteriak frustasi.

“Tidak. Tidak. Jangan pergi! Jangan!”

“Channie, buka matamu. Channie. Bangun…bangun…”

Itu suara Kyuhyun? Suaranya terdengar sangat nyata dan sangat khawatir dengannya,
“Bangun….” lanjutnya lagi, lebih lembut. Channie membuka matanya dengan nafasnya yang
masih tersengal, bahkan ia berkeringat dingin. Pertama kali, yang ia lihat adalah Kyuhyun—
sangat dekat dengannya. Ia lega, Kyuhyun ternyata masih ada.

Jadi, tadi hanya mimpi. Channie menatap lekat Kyuhyun, begitu juga sebaliknya. Channie takut,
ini hanya halusinasinya. Channie menggerakkan kedua tangannya perlahan, menyentuh wajah
Kyuhyun. Mengusapnya dengan lembut. Memastikan Kyuhyun nyata di dekatnya. Kyuhyun
memejamkan matanya, menikmati sentuhan telapak tangan Channie di wajahnya. Ia menahan
nafasnya, menahan gejolak yang tiba-tiba muncul dari sentuhan kecil ini. Kyuhyun membuka
matanya, saat mendengar isakan Channie. Gadis itu mengeluarkan air matanya. Menangis.

Kyuhyun meraih kepala Channie, dan menyandarkan di dadanya. “Ssshhh… Sudah jangan
menangis.” Kyuhyun menenangkan, dengan mengusap rambut Channie kemudian mencium
rambut gadis ini. Channie dalam dekapannya, lagi. Channie tidak menjawab, ia bahkan memeluk
tubuh Kyuhyun erat. Seperti takut, Kyuhyun akan pergi meninggalkannya.

Kyuhyun terkejut dengan reaksi Channie ini. Dadanya berdebar keras. Channie memeluknya
erat. Ada rasa bahagia tersendiri dalam hatinya yang sulit ia gambarkan. Apa sebenarnya mimpi
Channie? Sebaiknya, besok saja ia mencoba menanyakannya. Kini yang terdengar hanya
isakannya yang sudah agak mereda.

“Sshh… Itu hanya mimpi buruk. Tidurlah.” ujar Kyuhyun pelan, di telinga Channie. Tapi,
Channie menggeleng, dan semakin erat memeluk tubuh Kyuhyun. Channie hanya tidak ingin
tidur dan takut kalau mimpi itu kembali lagi. Ia takut.

Tiba-tiba Kyuhyun membaringkannya, dan posisinya masih tetap ia dalam dekapan Kyuhyun.
Kyuhyun, jadi semakin khawatir. Apa Channie sering mimpi buruk seperti ini?

“Tenang. Ada aku di sini. Tidurlah…” bisik Kyuhyun, lalu mencium pelipisnya. Kyuhyun tidak
mau mengambil resiko untuk melumat bibir Channie yang menggoda, bisa fatal akibatnya. Ini
saja, Kyuhyun sangat mati-matian menahan gairahnya—untuk tidak menyerang Channie, karena
wajah Channie menyeruak di lekukan lehernya dan nafas gadis ini—yang menerpa kulit
lehernya, membuat pikirannya kacau dan pelukan Channie sangat menganggu akal sehatnya.
Channie merasa nyaman, berada dalam pelukan Kyuhyun, apalagi menghirup aroma pria ini.
Menenangkannya. “Temani aku,” pinta Channie pelan—ia tidak menyadarinya— dan tanpa
menatap ke arah Kyuhyun, terdengar memohon dan takut sekali.

“Ya. Tidurlah. Aku akan memelukmu sampai pagi,” ucap Kyuhyun lembut sambil menciummi
rambut Channie dan berakhir di puncak kepalanya. Membuat Channie bisa memejamkan
matanya kembali. Samar-samar Channie mendengar suara pelan Kyuhyun, “Maaf.. Maafkan,
aku.”

***

Channie menggeliatkan badannya, tidak pernah ia merasakan tidur senyaman ini—selama


tinggal bersama Kyuhyun. Sepertinya ia menghirup aroma yang sangat ia kenal. Aroma
Kyuhyun, yang ia sukai. Ia juga merasakan ada yang lain kali ini. Channie membuka matanya
perlahan. Terkejut, mendapati sesosok tubuh yang terbaring di hadapannya dan tangan Kyuhyun
melingkar posesif di tubuhnya. Benar, pria ini benar-benar, Cho Kyuhyun.

Channie menutup mulutnya, takut ia menjerit. Kenapa pria ini ada di ranjangnya. Melihat
pakaiannya sendiri, yang masih utuh. Kemungkinan memang. Hanya tidur, saja. Channie
menatap wajah tampan Kyuhyun yang masih tidur dengan damai. Tersenyum simpul. Ternyata,
pria ini terlihat polos kalau sedang tidur, dan tetap tampan. Ia benci, mengingat wajah tampan ini
bisa membiusnya.

Kemudian, tanpa Channie sengaja, ia mengingat potongan kejadian tadi malam. Dari mulai
mimpinya sampai Kyuhyun datang. Memberi kata-kata yang membuat ia tenang, begitu tulus
dan lembut. Sedetik kemudian, Channie menjadi sedikit takut. Apa dia mengatakan hal-hal yang
aneh pada Kyuhyun. Kau dalam masalah, Channie.

Tanpa berpikir panjang lagi, Channie berusaha lepas dari pelukan erat Kyuhyun. Tanpa ia
sengaja bagian tubuhnya menyentuh bagian bawah Kyuhyun. Rasanya seperti tadi malam. Saat
pria ini, Ereksi? Sial. Kenapa ia selalu tahu jika Kyuhyun benar-benar dalam keadaan seperti ini.
Wajahnya memerah, seketika. Belum sempat Channie beranjak, Kyuhyun terdengar menggeram
dan membuka matanya perlahan. Channie menelan ludahnya, gugup. Pelukan di pinggangnya,
semakin erat.

Kyuhyun tersenyum samar. Ia tahu, Channie bisa merasakan pangkal pahanya, yang bereaksi
akibat bersentuhan dengan tubuh Channie. Melihat wajah polos—cantiknya Channie sehabis
bangun tidur, di pagi hari, membuat energy tersendiri, baginya. Dan terlebih, pipi gadis ini yang
selalu merona. Untuknya. Membuat Kyuhyun selalu bergairah.

“Hmm… Begitulah,” ujar Kyuhyun serak—seksi, suara khas bangun tidur. Menjelaskan, jika
memang apa yang Channie pikirkan benar. Channie begitu malu dan ingin lepas dari pelukan
yang melilit tubuhnya ini. Kaki Kyuhyun bahkan di topangkan di atas tubuhnya kini.

“Aku—biarkan aku bangun,” pinta Channie, sedikit meronta dari pelukan Kyuhyun.
“Hmm…” Kyuhyun hanya bergumam malas, sambil kembali merapatkan pelukannya pada
pinggang Channie, matanya kembali terpejam—menghirup aroma Channie dalam-dalam, aroma
yang memabukkannya dan menciumi rambut Channie. Ia tidak pernah merasakan perasaan
senyaman ini, di pagi hari. Membuat hatinya terasa menghangat.

“Apa yang terjadi, semalam hingga kau tidur di sini?” Channie sedikit gugup, ia hanya ingin
memastikan. Kyuhyun, tidak mendengar macam-macam dari bibirnya.

“Kau yang memintaku,” desah Kyuhyun, masih enggan melepas pelukannya, Channie ternganga,
“Walau, kau tidak memintanya, aku akan tetap tidur di sini.” lanjut Kyuhyun, tenang.

“Kau—kau tidak bisa—“

“Apa yang aku lakukan, mendengar kau berteriak di tengah malam dan wajahmu pucat. Kau
ketakutan. Yang aku bisa, hanyalah menemanimu. Itu saja.” Kyuhyun merubah posisinya, hingga
ia ada di atas tubuh Channie. Mengunci tubuh Channie.

Benarkah? Channie terkejut mendengar ini. Apa sebegitunya ia takut Kyuhyun


meninggalkannya, tadi malam dalam mimpinya. Oh, sial! Perasaannya sudah terlalu dalam pada
pria ini.

“Baiklah. Aku akan mandi— sudah siang, takut terlambat,”

“Tidak akan di marahi siapapun, jika alasannya adalah menemaniku di ranjang, dan menikmati
pagi yang indah ini.” jawab Kyuhyun tenang, tanpa perasaan bersalah.

“Tapi, aku tidak mau di cap sebagai karyawan yang—“

“Aku ini, Bos dari Bos, Bos Bos mu, kau tahu kan?” Kyuhyun masih betah menatap Channie di
bawahnya, tatapannya dalam. Mengamati setiap lekuk wajah Channie. Channie mengerang,
mulai lagi sikap Kyuhyun yang seperti ini.

“Aku. Tahu. Tapi—kau berat.” desis Channie, Kyuhyun tersenyum dengan smriknya kemudian
meraih kedua tangan Channie, dan menggegamnya erat dengan satu tangannya dan satu
tangannya yang lain meraih tengkuk Channie, Kyuhyun menurunkan wajahnya hingga dekat
dengan wajah Channie. Tatapan Kyuhyun menggelap dan menyala, langsung membakar area
sensitif Channie. Sialan.

Tanpa menunggu lama, Kyuhyun memejamkan matanya, menempelkan bibirnya, menekannya


tepat di atas bibir Channie yang hendak protes akan tindakannya. Tepat, disaat mulut Channie
membuka, lidah Kyuhyun menyusup masuk dan dengan lincah membelit lidah Channie,
menyesap membuat gelenyar itu bangkit. Membakar dan terasa panas. Kyuhyun terus melumat
kedua bibir Channie, bergantian, tergesa-gesa, menuntut dan tanpa ampun. Membuat area
sensitif Channie, bereaksi.
Channie yang berusaha melepas genggaman tangan Kyuhyun, tapi kemudian ia pasrah karena
ciuman Kyuhyun yang semakin dalam dan panas. Selalu, ia tidak memberontak dan menikmati
setiap perlakuan Kyuhyun, padanya. Membalas lumatan-lumatan Kyuhyun, yang membuatnya
melayang. Ini, sungguh sangat nikmat. Lidah Kyuhyun dengan lihai mempermainkan lidahnya,
menyusuri setiap rongga mulutnya. Channie mendengar Kyuhyun menggeram tiap kali, ia
membalas semua perlakuannya. Tangannya kini sudah terlepas dari genggaman Kyuhyun dan
bertengger di leher pria ini, sesekali menjambak-jambak kasar rambut Kyuhyun. Sempurna.
Menambah semangat, Kyuhyun untuk terus mengeksplorasi hasratnya pada Channie.

Kyuhyun seakan tidak peduli lagi dengan waktu, ia tahu, ia tidak pernah terlambat ke kantor.
Kalau ia tahu, nikmatnya berciuman sehabis bangun tidur, di pagi hari dengan Channie begitu
nikmat seperti ini, mungkin, ia akan terlambat setiap hari. Sial! Bibir Channie walau ia
melahapnya, mungkin candunya tidak akan pernah habis.

“Oh, sial! Bibirmu. Ya, ampun— Channie—hhh” Kyuhyun menyalurkan rasa bersalah,
frustasinya dan perasaan yang entah ia tidak tahu apa artinya, ke dalam ciuman panas ini. Entah
sudah berapa lama mereka saling menyalurkan perasaan masing-masing, ke dalam ciuman yang
liar ini—memporak-porandakan tatanan bed cover dan selimut di atas king zise mereka.

Channie bergeliat ketika, ciuman Kyuhyun turun ke lehernya, ke tulang selangkanya,


menciummi dan menghisapnya. Lidah Kyuhyun. Benar-benar. Sialan. Erangan Channie kini
berubah menjadi desahan. “Kyu—hhh” Kyuhyun tidak menghiraukannya, bahkan ia semakin
terbakar mendengar Channie menyebut namanya, dalam desahan.

“Cha—Channie—“ bibir nya berpindah ke area paling sensitif Channie, di sekitar tengkuk dan
belekang telinga gadis ini. Gerakan tubuh mereka berdua sudah tidak terarah lagi.

Tangan Kyuhyun mulai menyusup di balik tshirt longgarnya, mengusap perut datarnya, hingga
tangan Kyuhyun memainkan dadanya. Meremasnya. Channie mendesah hebat ketika itu, dan ia
frustasi, kenapa tidak bisa menghentikan ini semua. Kyuhyun sudah sangat hafal oleh tubuhnya.
Hingga bisa membuatnya melayang seperti ini. Panas di tubuh keduanya—karena terbakar hasrat
dan gairah, serta deru nafas mereka yang memburu bersahutan, membuat gejolak mereka
semakin menggebu. Hingga, Kyuhyun sadar, kalau tidak dihentikan, bisa berbahaya. Hey, Calm
Down, Cho Kyuhyun!

Melepas tautan bibirnya, dan menarik wajahnya, kemudian menempelkan dahinya pada dahi
Channie, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Dada mereka berdua masih naik-turun
dengan cepat. Menatap Channie dalam-dalam, Channie juga menatapnya. Seakan masih sibuk
dengan pikiran masing-masing. Kyuhyun yakin, ia akan mengambil keputusan. Setelah ini.

Kyuhyun bangun dari atas tubuh Channie, ia mengernyit menahan sakit di pangkal pahanya.
Mengusap wajahnya kasar, melirik Channie yang sedang membenahi letak tshirtnya—
berantakan akibat ulah tangannya. Pipi gadisnya ini masih memerah. Kyuhyun sangat suka ini.
“Kau akan di antar oleh Young Min. Aku, akan berangkat sendiri karena mampir ke apartmentku
dulu. Ada arsip yang tertinggal di sana, “ jelas Kyuhyun, masih duduk di tepi ranjang Channie.
Channie hanya mengangguk, ia masih belum mau menatap Kyuhyun.

“Dan, Channie-ya. Mulai hari ini, aku akan tinggal di sini. Bersamamu. Termasuk, tidur satu
ranjang. Denganmu.”

Channie tercengang mendengar apa kata Kyuhyun barusan, ia mendongak dan akan mengajukan
pertanyaan, tapi di luar dugaannya. Bibir lembut Kyuhyun mengecupnya, singkat. Channie
mengerjapkan matanya. Dasar. Pria mesum.

“Kita bertemu, di ruang makan. Sarapan.” Kyuhyun dengan santainya keluar dari kamarnya.
Meninggalkan Channie yang kesal sekaligus ada rasa bahagia di hati kecilnya.

***

Channie duduk gelisah di kantornya, bagaimana tidak. Ia sibuk memikirkan apa yang ia katalan
setelah Kyuhyun datang ke dalam kamarnya, tadi malam. Maksudnya, apa dia mengatakan hal
aneh, misalnya meminta Kyuhyun jangan pergi darinya? Hah! Ini, konyol. Belum lagi, dadanya
terus berdetak dengan cepat ketika sarapan bersama Kyuhyun. Untuk pertama kalinya mereka
makan bersama, setelah makan malam tadi malam. Dan, ia juga mengetahui Kyuhyun bahkan
tidak melakukan hal yang ia pikirkan selama ini, melakukan seks dengan wanita-wanita nya
setelah bertemu dengannya.

Sedikit menahan senyum, ia mengakui kalau ia merasakan gejolak lain di hatinya. Ia, bahagia
mendengar penjelasan Kyuhyun, tadi malam. Kyuhyun akan tinggal di Penthouse, bersamanya?
Tapi, kenapa Kyuhyun juga harus sekamar dengan Channie. Jangan. Jangan!

“Park Channie, ada sesuatu terjadi padamu?” tanya Yura heran, melihat Channie memerah dan
kadang menahan senyum, sementara temannya ini juga tidak melakukan pekerjaannya.
Berkasnya masih utuh di atas mejanya.

Channie mengerjap, ia baru sadar setelah Yura menggoyangkan bahunya, “Apa?” tanya Channie
salah tingkah, Yura hanya menatap penuh curiga. “Yura-ya, kau kenapa? Jangan menatapku
seperti itu,”

“Kau senang sekali ya, hari ini?” sindir Yura, “Ada hal lain ya, yang membuat mu senang, selain
Sujin-Sadis itu terkena teguran keras dari Direktur kita?”

Channie terkejut mendengar apa kata Yura barusan. Apa! “Mak—maksudmu apa?” tanya
Channie.

“Astaga, Channie!” pekik Yura, selalu nyaring suara gadis mungil ini, “Kau tidak tahu? Bahkan
Sujin-musuh kita itu akan di turunkan dari jabatannya, atau di mutasi ke luar kota.” jelas Yura,
terlihat gemas menatap wajah tercengang-nya Channie.
“Dan, yang paling membuat terkejut alasan itu semua adalah,” Yura menatap Channie lekat,
Channie merasa ini aneh. Ya, temannya ini memang aneh. “Yura, cepat katakan!” desis Channie
penasaran.

“Alasannya adalah, karena. Kau. Channie.” tegas dan jelas apa kata Yura barusan, membuatnya
berhenti bernafas, “Bayangkan, hanya karena menyuruhmu ke ruangan CEO—tampan kita, Cho
Kyuhyun, dan kau menundanya untuk datang. Nenek Sujin langsung mendapat semua
akibatnya.”

Channie ternganga. Apa! Tidak mungkin, Kyuhyun melakukan ini semua. Dasar pria gila!
Sinting!

“Tidak mungkin.” gumam Channie tidak percaya, ia pusing seketika. Ada gejolak lain, di
perutnya. Kyuhyun sangat di luar dugaannya. “Yura, bagaimana mungkin—“

“Kurasa, sang CEO—panas dan berbahaya kita memang, tertarik padamu.” potong Yura,
mantap.

“Kau gila, Kim Yura!” Channie berusaha menyangkal. Wajahnya memerah seketika. Yura
menautkan alisnya, menatap Channie penuh minat. Temannya ini, kemungkinan besar juga
sangat tertarik pada CEO—seksi mereka. Tapi, Yura mencium ada yang Channie sembunyikan?
Apa yang Yura tidak tahu? Ia penasaran. Dan ia akan mencari tahu jawabannya. Channie sangat
mudah di tebak, olehnya.

“Channie, kau juga tertarik kan, pada CEO, kita?” tuntut Yura, “Ada yang kau sembunyikan?
Ayolah, setelah kejadian menggemparkan di Hall—tempat pertemuan dulu. Saat, kau pingsan,
Cho Kyuhyun dengan suka rela menggendongmu. Dia, seperti tidak ingin pria lain
menyentuhmu. Dan—“

“Yura. Stop!” Channie merasa dirinya terancam. Sialan, Kim Yura, dia selalu tahu apa yang ia
sembunyikan. Apa gadis ini, mempunyai indra ke-enam? Channie berusaha menormalkan raut
wajahnya—yang masih tampak gugup, “Perutku sakit. Aku ke toilet dulu.” Channie langsung
bergegas meninggalkan Yura yang ternganga, tidak percaya. Tebakannya benar! Channie, ada
hubungan dengan CEO—panas dan seksi, yang ia kagumi. Cho Kyuhyun. Tubuh Yura seketika
bergetar. Shock!

***

Donghae menghela panjang nafasnya. Ia menggelengkan kepalanya. Putus asa. Percuma, ia


menerangkan pada Kyuhyun, tapi pria ini terus saja tersenyum—aneh menatap layar ponselnya
dan kadang menerawang—sambil menggosok bibirnya dengan jari panjangnya. Gila! Ada yang
tidak beres dari otak seorang Cho Kyuhyun, hari ini.

Tidak biasanya, Kyuhyun seperti ini. Pasti terjadi sesuatu padanya? Atau ini menyangkut,
Channie. Wajah Kyuhyun juga terlihat, berseri-seri. Temannya ini, sedang berbunga-bunga
rupanya. Menggelikan.
Tidak disangka-sangka, Kyuhyun melibatkan hatinya dalam permainannya sendiri. Lucu. Ia
harus bertanya pada Kyuhyun. Apa dia sudah berhasil, di ranjang dengan Channie? Donghae
cukup terkejut, Kyuhyun mengejar Channie tadi malam, ia mengira Kyuhyun akan membiarkan
gadis itu, pergi begitu saja. Di tambah lagi, saat Kyuhyun memeluk erat Channie, setelah berhasil
menangkap tubuh gadis itu, terlihat Kyuhyun sangat takut kehilangannya. Ya, ampun. Kyuhyun
sudah memasuki, zona berbahaya.

Donghae kemudian menghardikkan bahunya, ke arah Minhyuk yang ada bersamanya, di ruangan
CEO mereka. Cho Kyuhyun, yang kini sedang sinting dan aneh setelah aksi mencengangkan di
Club, tadi malam.

Minhyuk, meraih map dan menatap layar datar yang ada di tangannya, “Hyung.” panggil
Minhyuk pada Kyuhyun, Kyuhyun hanya menatapnya sekilas seperti menanyakan ‘Ada, apa?’
dari raut wajahnya.

“Aku akan membacakan, beberapa ketentuan perjanjian, yang sudah di revisi antara perusahaan
yang akan bergabung dengan Cho Enterprises Holding Inc, dan beberapa perusahaan yang telah
diakusisi dalam tiga bulan terakhir. Lalu, mengenai Pulau buatan yang akan segera selesai, dalam
waktu dekat ini. Jonghyun mengatakan semua aman dan walau kemungkinan banyak pro dan
kontra tapi Donghae hyung dan aku bersama—“

Minhyuk tercengang ketika Kyuhyun mulai dengan sikap—anehnya lagi. Minhyuk mengerang,
frustasi. Lagi, lagi. Pria di depannya ini tidak fokus. Ya, Tuhan! Seandainya ia punya kekuatan
untuk menendang pantat, Kyuhyun. Ia akan lakukan, kalau saja pria yang sudah sinting di
depannya ini bukanlah, BOS besar-nya. Donghae tersenyum melihat sepupunya ini frustasi.

“Hyung—aku,”

“Dia sedang kasmaran, kau tahu?”

“Tssk! Walau aku juga tengah kasmaran, aku juga tidak sesinting dia, sampai tidak menganggap
ada orang, nyata di depannya!” desis Minhyuk, lalu merubah raut wajahnya, seketika. Sialan. Dia
baru saja mengatakan, rahasianya? Donghae menautkan alisnya.

“Kau—kau dengan—” Donghae menatap sepupunya dengan senyum jahil, “Sudah ku duga,”
Donghae tersenyum miring. Baguslah, tinggal dia kini yang belum mempunyai tujuan, untuk
hatinya. Sudah cukup, ia patah hati sekali oleh seorang gadis, yang kini bahkan sudah menikah
dan mempunyai seorang anak. Sialan. Dia tidak harus mengingat masa lalunya. Lagi. Ini salah,
Kang Minhyuk!

“Ya! Kerja dengan benar, Kang Minhyuk! Dan, ingat. Jangan bermesraan, dengan Soojung. Di
depanku! Kalau itu terjadi. Aku akan menghilangkan dua bolamu.” ucap Donghae tenang namun
tegas. Kenapa dengan Hyung-nya ini? Aneh sekali. Minhyuk melihat, ada rasa iri di raut wajah
tampan kakak sepupunya ini. Menggelikan. Minhyuk menahan senyum, mendengar ancaman
Donghae.
“Hyung, aku belum resmi. Aku dan dia masih—“

“Ah, sudahlah.” potong Donghae, sebal. “Kau tetap di sini. Tunggu, dia sampai. Sadar.” ujar
Donghae sambil menatap Kyuhyun, kesal. “Aku ada urusan, sebentar.” Donghae kemudian
meninggalkan ruangan ini, tinggal dirinya dan seorang yang masih—sinting, di depannya.

Bunyi ponsel, mengagetkan Kyuhyun yang masih menikmati lamunan dan juga fantasinya. Tsk!
Mengganggu sekali. Menekan, kasar dan ia berteriak, “Ya, Young Min!” Kyuhyun mengernyit,
“Hmm, Sudah beres? Ya, termasuk pakaian kerjanya sudah di pindahkan? Okey! Bagus!”
Kyuhyun mengakhiri percakapannya, tanpa salam. Ia bahkan tidak sadar, Minhyuk menatapnya
dengan kesal.

“Oh, Donghae mana?” tanya Kyuhyun saat menyadari Minhyuk hanya sendiri di sini, lalu
Donghae sejak kapan keluar dari ruangannya? Dan, sial. Berapa lama dia melamun? Terlihat
Minhyuk menatapnya dengan kesal, itu berarti dia, lumayan. Lama.

“Menurutmu?” jawab Minhyuk memutar bola matanya, kesal. Ada CEO seperti dia?

“Aku—aku tadi hanya—“ Belum sempat melanjutkan penjelasannya, ponselnya kembali


berdering. Nama Channie, tertera di layar datarnya. Tiba-tiba, jantungnya berdebar dengan
kencang.

“Ya,” jawabnya dengan nada dibuat tidak peduli-nya, padahal sebaliknya. Minhyuk hanya
mencibir menatap raut wajah Kyuhyun yang menggelikan.

“Apa yang kau lakukan pada, Nona Sujin?” geram Channie. Oh, soal itu. Kyuhyun mengira,
Channie akan mengajaknya makan siang, terlebih dulu. Ternyata, dia salah besar.

“Kau hanya bertanya soal, nenek sihir itu.” jawab Kyuhyun, ketus.

“Ya. Dan, kau tahu, semua orang memandang aneh padaku. Apa hanya karena kemarin aku
menga—“

“Channie, kau tahu. Dia, memang memberitahu mu, tapi salahnya, kau tidak segera beranjak.
Maka, dari itu. Dia. Bersalah.”

“Kau—kau bilang, apa?” Channie terdengar kesal, dan itu sangat Kyuhyun sukai, pasti Channie
bertambah cantik dan menggairahkan. Celananya mengetat hanya dengan membayangkan wajah
Channie. Brengsek, sekali kau Cho Kyuhyun.

“Aku bilang, jika semua yang menghalangi jalanku, untuk bertemu atau berhubungan dengan
mu. Terhambat. Maka, tahu sendiri akibatnya.” jelas Kyuhyun, terdengar dia seperti seorang
psycopat. Ini, konyol memang. Dan, Kyuhyun melihat Minhyuk sedang menahan senyum.
Senyum mengejek? Oh, kau akan tahu akibatnya, Kang Minhyuk!

“Mr. Cho Kyuhyun, yang terhormat. Aku tahu kekuasaan mu itu sangat—“
“Nah, itu kau tahu, Nona Park—yang bermulut manis dan berbahaya,” potong Kyuhyun cepat,
“Dan, kalau kau mendebatkan masalah tidak penting ini lagi. Aku akan benar-benar memecat,
Kim Sujin dari perusahaan ini.” lanjut Kyuhyun dengan tegas. Ia tidak tahu, wajah Channie yang
ternganga mendengar kegilaan Kyuhyun. Kenapa ada manusia, sejenis Cho Kyuhyun. Dan, apa
kata Kyuhyun barusan? Mulut manis dan berbahaya?

“Kau, benar-benar—“ sambungan telepon langsung di akhiri oleh Channie. Kyuhyun tersenyum
miring. Baiklah, nanti Kyuhyun akan mengajak Channie makan siang. Kalau dia menolak? Dia
punya rencana khusus, membuat semua Channie tidak bisa berkutik.

Kemudian Kyuhyun mengetik pesan, ‘Maka dari itu. Menurut padaku, Mrs. Cho. Bekerja
dengan baik. Dan patuhi apa kata Bos-mu ini.’ Kyuhyun tersenyum setelah mengetik pesan ini.
Pasti pipi Channie langsung merona, membaca Mrs. Cho.

“Baiklah, aku akan pergi—“ desah Minhyuk. Tidak ada gunanya di sini. Lebih baik, ia bertemu
dengan Soojung-nya. Ah, ya ampun. Dia sudah merindukan gadis cerewet itu.

“Hey! Kau belum menjelaskan perihal—“

“Aku dan Donghae Hyung bahkan sudah menjelaskan. Tapi, kau sedang sibuk berfantasi dengan
Istri—yang membuat mu tergila-gila. Jadi, lebih baik. Aku menungu waktu yang tepat, hingga
kau sudah sadar. Dan siap untuk meeting.” Minhyuk tidak menggubris Kyuhyun yang berteriak
frustasi memanggilnya. Masa bodoh, ia tetap menuju pintu keluar.

Belum sempat mengumpat untuk Minhyuk, ponselnya berbunyi lagi. Ia meraih ponselnya,
tentunya dengan wajah yang masih terlihat kesal, “YA!” ia berteriak pada Ryeowook.

“Ryeowook! Kau tahu, kan aku masih akan sibuk dengan proyek Pesawat dan juga Ponsel? Ya.
Suruh Changmin tetap di Manhattan, dan Jonghyun masih dengan Pulau buatan. Dia ke Jeju,
besok. Iya! Kapalnya akan sampai sebentar lagi? Bagus. Pulau buatannya, ada masalah sedikit?
Sungmin Hyung bisa melacaknya, segera. Okey.”

Kyuhyun memijit kedua alisnya. Ia pusing seketika. Belum sempat ia beranjak, pesan dari
Donghae membuatnya membaca dua kali. “Wanita-mu yang kemarin malam. Ada di ruanganku.
Dia gila dan mengamuk. Tapi, sudah aku bereskan. Jaga dirimu,” Kyuhyun mencibir membaca
kata terakhir Donghae. Jaga dirimu? Dasar ikan sialan.

Ia melihat ponselnya. Channie belum membalas pesannya. Apa dia sedang sibuk? Kyuhyun
kembali ke mejanya. Menyalakan laptopnya—mencari CCTV khusus di ruangan Channie. Oh,
dia memang bekerja. Lalu kenapa tidak membalas pesannya. Belum sempat Kyuhyun akan
menelpon Channie, telepon di mejanya berdering.

“Ya, Jihye. Apa? Dari siapa? Park Jungsoo? Baik. Sambungkan.” Kyuhyun tidak menyangka.
Jungsoo? Sepupu sekaligus pria yang—masih atau tidak di cintai oleh Channie-nya. Ada apa?
“Selamat siang,” sapa Jungsoo dari seberang, Kyuhyun membenahi letak duduknya. Ia
mempunyai firasat, ini ada hubungannya dengan Channie. “Selamat siang,” jawab Kyuhyun
dengan nada dingin.

“Maaf, aku menganggumu.” ujar Jungsoo. Sangat! Batin Kyuhyun, “Erm, aku sebenarnya ingin
bicara dengan mu. Apa kau ada waktu?”

Tepat! Benar sekali dugaannya, pikir Kyuhyun. “Kapan? Tentang apa?” jawabnya masih sama
dengan nada dingin. Sejak, ia tahu pria ini memiliki hati Channie. Ia sudah tidak menyukai pria
yang menurutnya, memang tampan dan berkharisma. Apalagi, Channie memeliki rasa pada pria
ini. Ada apa dengan dirinya?

“Ini, tentang adikku, Channie…” jawab Jungsoo sambil menghela nafas panjangnya, “Kau bisa,
siang ini? Kalau kau tidak bisa. Aku bisa untuk datang—“

“Aku bisa siang ini. Di mana? Dan, Channie kenapa? Dia sehat-sehat saja buk—”

“Ya. Dia sehat. Ini bukan tentang, kesehatannya,” potong Jungsoo. “Baiklah. Tempatnya,
terserah padamu saja. Kau kirimi aku pesan. Nomor ponselku ada di panggilan ini.” lanjutnya
Jungsoo, “Baik. Nanti aku kirim pesan untukmu,” lanjut Kyuhyun.

“Erm, Terima kasih.” dan Kyuhyun pun menutup sambungan teleponnya sebelum ia
mengucapkan salam terima kasih juga. Ini menyebalkan, kan?

***

Di tempat lain, dua orang perempuan sedang berbincang-bincang serius. Dengan senyum tenang,
perempuan satunya itu menanggapi segala umpatan tidak jelas dari lawan bicaranya—wanita
berambut pirang.

“Ini kan, gadis yang mengacaukan segala keinginanmu?” sambil menyodorkan foto Channie.

“Kau mengenal dia? Gadis ini. Memang benar-benar. Brengsek.” geramnya, marah.

“Kau bisa menemuinya, di kantor Cho Kyuhyun. Dia, bekerja di sana. Aku, hanya tahu dari
temanku. Katanya, gadis itu memang suka menggoda kekasih orang. Selain, dia juga murahan.
Menjual diri hanya demi uang.” katanya tegas dan penuh dengan dendam. Sudah cukup,
pernikahannya dengan lelaki pujaannya di tunda yang entah mengapa menjadi kan alasan
pekerjaan untuk hal ini. Lalu, ia akan di mutasi ke bagian lain, dan di luar kota Seoul. Brengsek!

“Benarkah? Tidak menyangka. Wajah polosnya, benar-benar menipu. Baiklah, aku akan
menemuinya. Akan aku buat dia sedikit menyesal, telah mengganggu kesenanganku.”

“Begitu, lebih baik. Aku juga tidak menyangka, dia menjerat semua pria dengan wajah sok
polosnya itu. Memuakkan.” matanya menyala, penuh dendam.
“Juyeoon-ssi, terima kasih. Atas informasinya.”

“Sama-sama. Senang berkenalan denganmu. Jieun-ssi.”

***

Channie beserta Yura dan beberapa karyawan lainnya, mulai masuk ke dalam lift—waktu pulang
kantor. Walau banyak orang dan Yura tetap berceloteh di sampingnya. Tapi, pikirannya tidak
fokus. Tertuju pada, Cho Kyuhyun. Bahkan, beberapa pesan Jungsoo, ia hanya membalasnya
dengan singkat-singkat.

Channie tidak habis pikir, Kyuhyun benar-benar membuatnya bingung. Setalah kejadian tadi
malam—termasuk Kyuhyun akan tidur sekamar dengannya. Ini membuatnya, berdebar. Lalu,
dimana Kyuhyun sangat tidak masuk akal, dengan ‘menghukum’ Sujin—supervisornya karena
dia, Channie tidak menuruti apa perintah Kyuhyun. Gila. Dan, setelah pesan yang menyebutnya
Mrs. Cho, membuatnya ingin tersenyum senang, tapi ia urungkan. Ia kesal. Kyuhyun juga tidak
mengingatkan dia, tentang makan siangnya. Biasanya, pria itu selalu memberi pesan. Untuk.
Makan!

PING!

Pintu lift terbuka, dan ia belum mendapat pesan dari Kyuhyun, sejak pesan tadi dengan Mrs.
Cho. Pulang bersama siapa dia? Kenapa Kyuhyun juga tidak mengabarinya? Young Min juga.
Lalu ia bagaimana? Channie berjalan beriringan dengan Yura, kemudian berpisah—di depan
loby ketika Yura ketika tiba-tiba Yura mendapat pesan, dan pergi dengan cepat.

Channie menunggu di luar loby dengan tidak memperhatikan sekitarnya. Ada sepasang mata
yang mengawasinya. Kemudian, mendekat ke arahnya.

“Park Channie,” Channie yang merasa ada yang memanggilnya, segera mencari ke sumber suara.
Hanya menoleh saja, dia sudah bisa melihat sesosok wanita yang dengan tubuh tinggi, langsing,
dan pakaiannya, lumayan seksi. Lumayan, cantik. Tapi, tatapannya tajam, menatapnya.

“Anda—memanggil, saya?” tanyanya ragu. Channie tetap di tempat. Lalu wanita itu, maju
selangkah mendekatinya. Ia seperti pernah melihat wanita ini. Tapi dimana? Demi Tuhan. Dia.
Wanita sialan itu, kan?

“Sudah ingat, aku siapa?” ujarnya sinis. Menatap Channie, dari atas sampai bawah dengan
tatapan mencela. Channie, kemudian mencoba untuk tidak terintimidasi oleh wanita murahan di
depannya ini.

“Ada, urusan apa? Mencariku.” wanita itu mendekat, lagi. “Hah? Kau bilang ada urusan apa?
Kau bodoh atau apa. Brengsek!” seketika tubuh Channie terdorong ke lantai, wanita ini
mendorongnya, sekitarnya menjadi riuh dengan orang-orang yang menatap Channie dan Jieun.
Jieun setengah menunduk, sambil tersenyum sinis menatap Channie yang sepertinya kesakitan
akibat dorongannya tadi—kakinya sedikit nyeri. Dadanya bergemuruh. Marah dan seperti di
lecehnya oleh wanita semacam ini. Bukan salahnya, kan? Kalau Kyuhyun meninggalkannya,
untuk mengejar Channie.

“Bagaimana? Malu kan rasanya? Marah?” ujar Jieun lagi. “Kau membuatku, kehilangan
Kyuhyun! Kesempatan yang aku tunggu. Hilang gara-gara kau hadir! Brengsek! Kau tahu, kau
lebih brengsek dari wanita murahan manapun!”

Plak! Channie menampar dengan kekuatan penuh. Matanya memerah, karena amarahnya. Sialan
benar wanita ini. Dia ingin menangis. Tapi, tidak mungkin di depan pelacur ini.

“Kau—Berapa harga kau jual diri kepada, Cho Kyuhyun!” teriak Jieun. “Tutup mulutmu! Kau
wanita pelacur! Kyuhyun tidak sudi, menidurimu!” Sementara Jieun, dia menggeram. Marah.
Tangannya hendak mendorong Channie lagi, tapi Channie bisa menahannya—walau keadaannya
masih duduk di lantai, dan Jieun tidak kehilangan akal, ia akan menampar gadis yang membuat
kesempatannya hilang ini. Menggerakkan tangannya, untuk menampar Channie. Tapi tiba-tiba
tangannya di tahan oleh seseorang.

“Kyu—hyunhh…” gumam Channie dengan nafasnya yang berat. Kyuhyun menahan tangan dan
menatap marah ke arah, Jieun. Kemudian tatapannya beralih kepada Channie, membuat hati
Channie, berdesir. Jantungnya berdebar cepat. Ada tatapan terluka, ke arah Channie. Tidak. Ini
bukan salah Kyuhyun kan, jika wanita ini menginginkannya. Semua wanita menginginkan, dia.
Cho Kyuhyun.

“Kau urus wanita ini.” Kyuhyun menghardikkan bahunya, ke arah dua orang pria berpakaian
hitam di belakangnya. Wajah Jieun nyaris pucat. Dia menggeleng cepat.

***

Channnie berusaha mengatur hembusan nafasnya agar tidak terdengar mirip desahan, dan
debaran jantungnya ini, benar-benar sialan. Jarak antara wajahnya dengan wajah Kyuhyun dekat
sekali. Hingga ia bisa mencium aroma Kyuhyun, yang memabukkan. Sekaligus ia sukai. Apalagi
pipinya, pasti memerah dengan sendirinya. Channie benci reaksi tubuhnya yang berlebihan jika
menyangkut, Kyuhyun.

Kyuhyun mengernyit tiap kali Channie membasuh luka cakaran kuku wanita sialan itu—Jieun,
yang tadi tiba-tiba hendak menyerang Channie. Seperti orang yang kerasukan arwah atau apa,
Jieun benar-benar marah, dan gila tadi. Hingga Kyuhyun menahannya dan terkena cakaran yang
hendak di tujukan untuk Channie, kalau Kyuhyun tidak sigap, mungkin pipi Channie sudah
tergores luka, mengerikan ini. Sepertinya sengaja, Jieun mengukir kukunya menjadi lancip.
Untuk melukai Channie.

“Ssshh—hhh Channie,” Kyuhyun merasakan perih ketika Channie mengolesi obat di lehernya.
Sialan. Benar-benar perih. Tapi, dengan menatap wajah teduh dan lembut, Channie. Ia bisa
merasakan ketenangan. Nyaman. Dan reaksi tubuhnya—terhadap sentuhan Channie selalu,
membuatnya frustasi.
Apalagi hembusan nafas—panas Channie, menerpa lehernya. Ia menahan nafas, untuk
menghindari erangan dari tenggorkannya. Dan sialnya lagi, pipi gadis ini. Damn! Selalu
memerah. Bibirnya, juga selalu seperti memintanya untuk dilumat habis. Brengsek! Hentikan
pikiran mesummu, Cho Kyuhyun.

Gadis ini, kenapa tidak marah-marah dengannya, walaupun kata-kata wanita jalang tadi, benar-
benar membuat Kyuhyun ingin membunuhnya. Kyuhyun tahu, di balik wajah Channie terlihat
tenang—sedikit terintimidasi olehnya, karena jarak wajah mereka yang dekat. Tersimpan
kesedihan. Hati Kyuhyun seketika seperti teriris-iris.

Akhirnya, penderitaan Channie berakhir. Ia selesai menutup luka Kyuhyun. Penderitaan dari
tatapan Kyuhyun yang terus tertuju ke arahnya, hingga membuatnya salah tingkah. Beruntung ia
bisa menyelesaikan ini. “Selesai, “ ucap Channie, kemudian ia menatap Kyuhyun dan pria itu
juga menatapnya. “Aku mandi dulu—“

Kyuhyun menahan tangannya. Channie menelan ludahnya, gugup. “Ap—apa?” Kyuhyun


menariknya hingga ia duduk di samping Kyuhyun. Channie bingung dengan apa yang akan di
lakukan Kyuhyun, padanya.

“Berbaringlah,” Apa? Kyuhyun mengatakan ia untuk berbaring? “Channie, berbaringlah. Aku


hanya melihat kakimu,” Kyuhyun menatapnya tajam. Seperti biasa. Tidak bisa di bantah.

“Aku tidak apa-apa, kakiku hanya—“

“Channie. Menurut saja, apa susahnya. Berbaring.” perintah Kyuhyun sekali lagi. Apa boleh
buat. Ia menuruti pria—sinting ini. Channie berbaring, dan Kyuhyun menarik kaki Channie
untuk di letakkan di atas pahanya. Terlihat memerah di sekitar pergelangan kaki Channnie.
Demi, Tuhan! Gadis ini memliki kaki yang indah. Jenjang dan— Sial. Kyuhyun terpaksa
memejamkan matanya sejenak. Ini sempurna.

Kyuhyun memanggil Bibi Han, untuk mengambilkan obat oles dan tidak lama, Kyuhyun sudah
mengolesi sambil sesekali memijit di sekitar pergelangan kaki Channie. Channie mendesis—
menahan sakit, terasa sedikit nyeri. Tapi, ia yakin tidak terlalu parah. Setiap Channie bergeliat
atau mengeluarkan suara seperti desahan. Kyuhyun selalu menahan nafasnya. Sial. Celananya
sudah mengetat. Nyeri.

“Channie, jangan.” geram Kyuhyun, Channie sadar Kyuhyun terpengaruh. Sama seperti dirinya
tadi.

“Tahan, Channie. Ini agak sedikit sakit, tapi besok kakimu akan membaik. Aku jamin,” ucap
Kyuhyun serak. Meyakinkan Channie, “Tidak sembarang obat, kau tahu,” gurau Kyuhyun, “
sentuhan tanganku ikut andil dalam penyembuhan ini.”

Channie hanya mencibir mendengar ocehan Kyuhyun yang mulai percaya diri. “Kau mencibirku,
Nona Park,” Kyuhyun menatapnya, Channie mengangguk dan menahan senyum melihat raut
wajah Kyuhyun yang terlihat lucu apalagi dengan balutan—luka di lehernya.
“Apa, ada yang lucu?” tanya Kyuhyun dengan raut wajah yang

“Ya.” jawab Channie mantap, sambil matanya melebar, “Kau, Cho Kyuhyun.” Channie terlihat
menantang Kyuhyun. Kyuhyun menarik kaki Channie dan seketika meraih tubuhnya, untuk di
dudukkan di pangkuannya. Menghadapnya.

Channie terkejut, kenapa dengan tiba-tiba ia sudah duduk di pangkuan Kyuhyun. Kalau, Bibi
Han tiba-tiba muncul bagaimana? Tatapan Kyuhyun yang dalam dan menggelap, membuat
Channie—yang tadi menahan tawa, kini menjadi gugup dan membuatnya sulit bernafas.

“Apa sekarang, kau masih ingin menertawaiku?” ucap Kyuhyun pelan. Nafasnya yang menerpa
kulit wajah Channie, membuatnya meremang. Entah dari mana, Channie malah menggeleng.

“Bagus,” bisik Kyuhyun kini di depan bibirnya. Dada mereka terlihat naik-turun dengan nafas
yang terdengar berat. Kyuhyun masih mengamati lekuk wajah Channie, kemudian beralih ke
bibir—yang penuh dengan candu itu. Tanpa menunggu lama, Kyuhyun meraih wajah Channie,
menekan bibirnya ke bibir Channie. Mencecapi, dan menghisapnya. Channie yang juga
menginginkan ciuman ini, dengan segera membuka mulutnya, hingga lidah Kyuhyun bisa leluasa
memainkan dengan lincah, menautkan serta berperang dengan lidah Channie. Tangan Kyuhyun
turun, ke pinggang Channie, menekan tubuh Channie ke tubuhnya, hingga Channie merasakan
ereksi Kyuhyun yang mengeras menyentuh area sensitifnya. Begitu pas posisi tubuh mereka. Oh,
sialan. Kyuhyun mengerang tiap kali Channie bergerak di atas pahanya. Ya, ampun! Tubuh gadis
ini, sialan!

Lumatan Kyuhyun yang tadinya intens, berubah menjadi menuntut dan tergesa-gesa. Tetap,
Kyuhyun menjadi dominan hal seperti ini, hingga Channie kesulitan bernafas.

Terengah! Panas terasa di area sensitif mereka berdua, bahkan tubuh mereka juga. Gairah seolah
tidak pernah redup, selalu berkobar di keduanya. Menyalurkan hasrat dan perasaan masing-
masing.

Channie mencoba mengambil nafas, tapi Kyuhyun dengan cepat menangkap wajahnya kembali,
menekan keras bibirnya pada bibir Channie, hingga ia merasakan lemas di sekujur kakinya.
Tangannya ia eratkan pada leher Kyuhyun—meremas rambut Kyuhyun pria ini. Sentuhan
Channie, membuat Kyuhyun semakin gencar melancarkan ciuman-ciumannya. Membuat
Channie tahu, betapa ia, Cho Kyuhyun. Sangat. Menginginkan. Dirinya. Termasuk, hatinya.
Semuanya.

Kyuhyun sangat ahli memainkan bibir dan lidahnya. Sialan! Perpaduan lidah, bibir Kyuhyun
yang bergerak cepat, dengan gesekan tubuh bawah dan dada mereka berdua membuat keduanya
—Kyuhyun dan Channie sama-sama terbakar gairah. Channie mendesah tertahan di dalam
mulutnya—karena Kyuhyun terus memainkan ciuman liarnya, saat tangan Kyuhyun mengusap
kulit pahanya, hingga menemukan area sensitifnya yang basah. Ia bergeliat.

“Ya, ampun. Channie—hhh,” desah Kyuhyun ketika mengusap area itu dan bibirnya berpindah
di leher serta area tengkuknya, Channie semakin mengeratkan pelukannya di leher Kyuhyun. Ia
tidak sanggup lagi bila tangan ahli Kyuhyun menyentuh area sensitifnya. Apalagi, bibir dan lidah
Kyuhyun bermain di leher serta tengkuknya, menghisap dan mengecupnya. Demi, Tuhan. Pria
ini mungkin, tercipta dari api. Hingga membuatnya selalu terbakar dan panas.

“Kau sangat basah. Aku, harus melakukan apa padamu,” bisik Kyuhyun di telinganya sambil
tangannya terus mengusap—hanya mengusap area sensitif Channie saja. Dengan bibirnya yang
terus menjelajahi leher, dan tulang selangkanya. Channie memejamkan matanya dan kadang
mulutnya membuka, menikmati sentuhan Kyuhyun. Membuat dirinya semakin frustasi.

“Aromamu, memabukkan. Sialan… ya ampun. Channie—“ desahan Kyuhyun—di lekuk


lehernya membuat Channie mengerang, “Kyu—mmphhh—“ Kyuhyun membungkam kembali
bibir—memerah Channie, melahapnya lapar. Hingga Kyuhyun melepas tautan bibirnya, menatap
Channie lekat-lekat.

Bahkan, nafas mereka berdua masih terengah. Terdengar jelas di ruangan ini. Menambah panas
gairah mereka. Rambut acak-acakan, pakaian yang berantakan, bibir yang memerah dan dada
mereka yang masih naik-turun akibat pemanasan barusan. Membuat Kyuhyun, yakin. Satu lagi,
keputusan yang ia ambil. Memiliki Channie. Sebelum ada pria lain, yang ingin memliki gadis—
yang membuatnya gila ini. Kyuhyun mengecup singkat bibir Channie. Posisi mereka masih sama
—saat berciuman.

“Kita butuh tempat yang lebih luas,” bisik Kyuhyun di depan bibir Channie, tatapan sendu—
mereka yang masih di penuhi hasrat— bertemu. Saling menatap, “Ya, Tuhan. Aku ingin
memilikimu. Sekarang.” bisik Kyuhyun lagi. Namun langsung membakar area sensitif Channie,
kembali.

Kyuhyun tahu arti tatapan sendu Channie. Gadis ini, juga menginginkannya. “Kaitkan, kakimu.”
perintah Kyuhyun pelan, seperti desahan yang tertahan, “Kaitkan, kakimu. Di pinggangku.
Sayang.” ucap Kyuhyun sekali lagi. Menatap dalam-dalam ke mata Channie, hingga ia
merasakan kaki jenjang Channie sudah melilit di pinggangnya.

“Bagus. Tetap kaitkan, sampai kita di kamar.” belum sempat Channie menjawab, Kyuhyun
sudah menekan keras bibirnya pada bibir Channie.

***

HIIIAAAAAAAA Part 4 yang nista dan amburadul ini selesai. Btw, makasih ya yang
sudah menyempatkan komen walau gak aku balessssss >,< makasih banyak sudi membaca
cerita rate aneh ini wkwkwk

Apakah? Part selanjutnya ‘Jadi’ atau kayak part sebelumnya yang ketunda melulu?

Sumpah, aku nahan ketawa pas ada yang tanya istilah ‘Blue Balls’ di kira penyakit. Gak
apa-apa sih, kalau gak tahu. Aku bingung jawabnya. Wkwk maklum, aku kan polos/?
Eewwwh *kalo di ranjang sama Yesong *
Tapi, udah aku jawab kan, ya… di kolom komenan juga >,<
Harap maklum ya, kalau misalnya apdetnya lamaaa, tapi aku sekali apdet kan
lumayaannn panjaaaaanggg! Jadi jangan protes, kalau kependekan! *aku bejek-
bejek

Udah ya, Chorong mau latihan vokal, di kamar bareng ayang Yesoongg. Byee<333

Anda mungkin juga menyukai