Tadi malam September berpamitan pulang. Dia membawa serta kantong kresek berisi:
asap, polusi, dan sedikit debu yang kerap kali bersengketa di perempatan jalan
Dia duduk sendirian sambil mengaduk secangkir kopi. Di kepalanya ada rintikrintik
rindu yang telah lama ia peram
di dalam kegelapan
MAHONI
Ratusan tahun masa silam rambutmu rindang, sekawanan burung kerap menggodamu
dengan nyanyian di sela embun yang berjatuhan
Namun, kini kekasih yang kau tunggu tak juga kunjung datang. Kulitmu melepuh
jenggot dan rambutmu memutih
Ada senja yang kian menjalar di kakimu. Lantas mulut keriputmu berujar “hidup
segan matipun tak mau”
Rumahrumah Tuhan
Dengan tadarusan