Anda di halaman 1dari 17

RESUME PRESENTASI

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT KRONIS SISTEM


RESPIRASI

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen pembimbing
Nuzul Quraniati, S.Kep., Ns., MNg., PhD

Disusun oleh

Oktavia Jakti Wahyu Wibowo (132011123001)


Devita Fajrina (132011123002)
Priscila Estari Nathinataniella (132011123003)
Imam Rusydi (132011123004)
Gracea Zafany Gunawan (132011123005)

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
Presentasi dilakukan via zoom pada tanggal 24-09-2020 pada pukul 15.00. Moderator dalam
presentasi ini Mutiara Handasari, dan penyaji materi adalah seluruh anggota kelompok 1.
Adapun resume materi yang dipresentasikan adalah sebagai berikut :
Tuberculosis
1. Definisi
Menurut Febrian, M. A. (2015) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penularan Tuberkulosis pada anak yaitu karena status gizi, penderita
TBC disekitar lingkungan dan status imunisasi BCG.
2. Etiologi Tuberculosis
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan
ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.Individu yang
rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan
memperbanyak diri.
3. Penatalaksanaan Tuberkulosis
Penatalaksanaan tuberkulosis paru dibagi menjadi tiga bagian, pengobatan, dan
penemuan penderita (active case finding).
4. Asuhan Keperawatan pada anak dengan tuberkulosis
Pada proses pengkajian didapatkan data pasien Penyakit tuberculosis (TB) dapat
menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan hampir
sama anatar laki-laki dengan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada
pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya
cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim. Tuberculosis pada anak dapat terjadi di
usia berapapun, namun usia yang paling umum apada usia dalah antara 1-4 tahun.
Anak-anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) disbanding TB
paru-paru yaitu dengan perbandingan 3:1. Tuberculosis luar paru-paru adalah
tuberculosis berat yang terutama ditemukan pada usia < 3 tahun. Angka kejadian atau
prevalensi TB paru-paru pada usia 5-12 tahun ckup rendah, kemudian meningkat
setelah usia remaja dimana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa.
Riwayat kesehatan Keluhan yang sering muncul antara lain : demam , batuk, sesak
nafas, nyeri dada, malaise, sianosis, sesak nafas, kolaps. Perlu ditanya dengan siapa
pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit
keturunan namun merupakan penyakit infeksi menular. Diagnosa keperawatan yang
sering muncul antara laink etidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
mokus dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa
sekresi, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan,
keletihan otot pernapasan, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar-kapiler . Intervensi keperawatan dilakukan sesuai nanda nic noc
yaitu :

DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
jalan napas berhubungan tindakan keperawatan a) Bersihkan jalan nafas
dengan mokus dalam diharapakan status dengan teknik chin lift
jumlah berlebihan, eksudat pernafasan : kepatenan atau jaw thrust sebagai
dalam jalan alveoli, sekresi jalan nafas dengan kriteria mana mestinya
bertahan/sisa sekresi hasil : b) Posisikan pasien untuk
Definisi : a) Frekuensi pernafasan memaksimalkan ventilasi
Ketidakmampuan tidak ada deviasi dari c) Lakukan fisioterapi
membersihkan sekresi atau kisaran normal dada sebagai mana
obstruksi dari saluran b) Irama pernafasan tidak mestinya
nafas untuk ada deviasi dari kisaran d) Buang secret dengan
mempertahankan bersihan normal memotivasi pasien untuk
jalan nafas Batasan c) Kemampuan untuk melakukan batuk atau
karakteristik : mengeluarkan secret tidak menyedot lender
1. Penurunan bunyi nafas ada deviasi dari kisaran e) Instruksikan bagaimana
2. Perubahan frekensi normal agar bias melakukan batuk
nafas 3. Perubahan pola d) Suara nafas tambahan efektif
nafas tidak ada
4. Sputum dalam jumlah e) Dispnea dengan Monitor pernafasan
yang berlebihan aktifitas ringan tidak ada a) Monitor kecepatan,
5. Suara nafas tambahan f) Penggunaan otot bantu irama, kedalaman dan
pernafasan tidak ada kesulitan bernafas
b) Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu
pernafasan dan retraksi
otot
c) Monitor suara nafas
tambahan
d) Monitor pola nafas
e) Auskultasi suara nafas,
catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan.
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
nafas berhubungan dengan tindakan keperawatan a) Bersihkan jalan nafas
hiperventilasi Definisi : diharapkan status dengan teknik chin lift
Batasan karakteristik pernafasan : ventilasi atau jaw thrust sebagai
1. Bradipnea dengan kriteria hasil : mana mestinya
2. Dyspnea a) Frekuensi pernafasan b) Posisikan pasien untuk
3. Penggunaan otot bantu tidak ada deviasi dari memaksimalkan ventilasi
pernafasan kisaran normal c) Lakukan fisioterapi
4. Penurunan tekanan b) Irama pernafasan tidak dada sebagai mana
ekspirasi ada deviasi dari kisaran mestinya
5. Penurunan tekanan normal d) Buang secret dengan
inspirasi c) Suara perkusi nafas memotivasi pasien untuk
6. Pernafasan cuping tidak ada deviasi dari melakukan batuk atau
hidung kisaran normal menyedot lender
d) Kapasitas vital tidak e) Instruksikan bagaimana
ada deviasi dari dari agar bias melakukan batuk
kisaran normal efektif
f) Auskultasi suara nafas
g) Posisikan untuk
meringankan sesak nafas

Terapi oksigen
a) Pertahankan kepatenan
jalan nafas
b) Siapkan peralatan
oksigen dan berikan
melalui system humidifier
c) Berikan oksigen
tambahan seperti yang
diperintahkan
d) Monitor aliran oksigen
e) Monitor efektifitas
terapi oksigen
f) Amati tanda-tanda
hipoventialsi induksi
oksigen
g) Konsultasi dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan selama
kegiatan dan atau tidur.
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Terapi oksigen
berhubungan dengan tindakan keperawatan a) Pertahankan kepatenan
perubahan membran diharapakan status jalan nafas
alveolar-kapiler Definisi : pernafasan : pertukaran b) Siapkan peralatan
Kelebihan atau deficit gas dengan kriteria hasil : oksigen dan berikan
oksigenasi dan/atau a) Tekanan parsal oksigen melalui system humidifier
eliminasi karbondioksida di darah arteri (PaO2) c) Berikan oksigen
pada membrane tidak ada deviasi dari tambahan seperti yang
alveolarkapiler Batasan kisaran normal diperintahkan
karakteristik b)Tekanan parsial d) Monitor aliran oksigen
1. Diaphoresis karbondioksisa di darah e) Monitor efektifitas
2. Dyspnea arteri (PaCO2) tidak ada terapi oksigen
3. Gelisah deviasi dari kisaran f) Amati tanda-tanda
4. Hipoksemia normal hipoventialsi induksi
5. Hipoksia c) Saturasi oksigen tidak oksigen
6. pH arteri abnormal ada deviasi dari kisaran g) Konsultasi dengan
7. Sianosis normal tenaga kesehatan lain
d)Keseimbangan ventilasi mengenai penggunaan
dan perfusi tidak ada oksigen tambahan selama
deviasi dari kisaran kegiatan dan atau tidur
normal
Monitor tanda-tanda
vital
a) Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
pernafasan dengan tepat b)
Monitor tekanan darah
saat pasien berbaring,
duduk dan berdiri
c) sebelum dan setelah
perubahan posisi
d) Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hipotermia dan
hipertermia
e) Monitor keberadaan
nadi dan kualitas nadi
f) Monitor irama dan
tekanan jantung
g) Monitor suara paruparu
h) Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban

Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul jika
perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Evaluasi adalah tahap kelima dari
proses keperawatan.

Asma
1. Pengertian
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa
bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
2. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari asma adalah faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor
infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri sedangkan faktor non infeksi seperti
alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer, 2000).
3. Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak nafas,
dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi otot
dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah.
4. Komplikasi
Adapun komplikasi yang timbul yaitu bronkitis berat, emfisema, atelektasis,
pneumotorak dan bronkopneumonia.
5. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Asma
Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik. Dari data subyektif pada pasien asma
biasanya diperoleh data anak dikeluhkan sesak nafas, batuk, pilek, nafsu makan
menurun, lemah, kelelahan dan gelisah. Dari data obyektif diperoleh data
mengi/wheezing berulang, ronchi, dada terasa tertekan atau sesak, pernapasan cepat
(takipnea), sianosis, nafas cuping hidung dan retraksi otot dada. Dari pengkajian yang
dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul seperti ketidak
efektifan bersihan jalan nafas b.d mucus dalam jumlah berlebihan peningkatan produksi
mucus , eksudat dalam elveoli dan bronkospasme, ketidak efektifan pola nafas b.d
keletihan otot pernafasan dan deformitas dinding dada, gangguan pertukaran gas b.d
retensi karbon dioksida, penurunan curah jantung b.d perubahan kontakbilitas dan
volume sekuncup jantung, intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hiposia) kelemahan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d laju metabolic, dipsnea saat makan , kelemahan otot mengunyah.,
ansietas b.d keadaan penyakit yang diderita

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Ketidak efektifan Respiratory status : 1. Tentukan dasar status
bersihan jalan nafas ventilation pernafasan sebagai titik
Respiratory status : airway pembanding
patency 2. Dapatkan pengukuran
Kriteria Hasil : spirometry (rasio FEV1,
1.Mendemonstrasikan FVC) sebelum dan
batuk efektif dan suara sesudah penggunaan
nafas yang bersih, tidak bronkodilatordengan
ada sianosis dan dsypneu efek yang cepat
(mampu mengeluarkan 3. Monitor puncak dari
sputum, mampu bernafas jumlah aliran
dengan mudah, tidak ada pernafasan (PERF)
pursed lips) dengan tepat
2.Menunjukkan jalan nafas 4. Monitor reaksi asma
yang paten (klien tidak 5. Tentukan pemahaman
merasa tercekik, irama klien/keluarga
nafas, frekuensi mengenai penyakit dan
pernafasan dalam rentang manajemen
normal, tidak ada suara 6. Instruksikan pada
nafas abnormal) keluarga klien mengenai
3.Mampu mengidentifikasi pengobatan anti
dan mencegah factor inflamasi dan
yang dapat menghambat bronkodilator beserta
jalan nafas. penggunaannya
7. Ajarkan Teknik yang
tepat untuk
menggunakan
pengobatan dan alat
(misalnya inhaler,
nebulizer, peak flow,
meter)
8. Tentukan kepatuhan
dengan penanganan
yang diresepkan
9. Bantu untuk mengenal
tanda dan gejala
sebelum terjadi reaksi
asma
10. Amati pergerakan dada
termasuk juga simetris
atau tidak penggunaan
otot bantu pernafasan.
11. Informasikan kepada
orang tua/pengasuh
kapan anak
membutuhkan
pengobatan PRN di
sekolah dengan tepat.
Ketidak efektifan pola Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk
nafas ventilation memaksimalkan
Respiratory status : airway ventilasi
patency 2. Identifikasi kebutuhan
Vital sign status actual dan potensial
Kriteria Hasil : pasien untuk
1. Mendemonstrasikan memasukkan alat
batuk efektif dan suara membuka jalan nafas
nafas yang bersih , tidak 3. Lakukan fisioterapi
ada sianosis/dyspneu. dada sebagaimana
2. Menunjukkan jalan mestinya
nafas yang paten (klien 4. Buang secret dengan
tidak merasa tercekik , memotivasi pasien
irama nafas, frekuensi untuk melakukan batuk
pernafasan dalam , 5. Motivasi pasien untuk
rentang normal, tidak bernafas pelan, dalam,
ada suara nafas berputar dan batuk
abnormal 6. Gunakan Teknik yang
3. Tanda-tanda vital dalam menyenangkan untuk
rentang normal memotivasi bernafas
dalam kepada anak-
anak (missal : meniup
gelembung, meniup
kincir, peluit,
harmonica, balon)
7. Auskultasi suara nafas
catat area yang
ventilasinya
menurundan tidak ada
dan adanya suara
tambahan.
8. Ajarkan pasien
bagaimana
menggunakan inhaler
sesuai resep
sebagaimana mestinya.

Broncopneumonia
1. Pengertian
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. ( Bradley et.al.,
2011)
2. Etiolgi
Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti diplococus
pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus, haemophilus influenza, basilus
friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium tuberculosis, disebabkan oleh virus seperti
respiratory syntical virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur
seperti citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices dermatides, aspergillus
Sp, candinda albicans, mycoplasma pneumonia dan aspirasi benda asing (Wijayaningsih,
2013)
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari bronchopneumonia yaitu (Riyadi & Sukarmin, 2009) antara
lain : biasanya didahului dengan infeksi saluran pernafasan atas selama beberapa hari,
demam, anak sangat gelisah, adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
dicetuskan oleh bernafas dan batuk, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan
cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang-kadang disertai muntah
dan diare, adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi
4. Komplikasi
Bronchopneumonia Komplikasi yang terjadi pada bronchopneumonia adalah (Wijaya
& Putri, 2013) atelektasis, empisema, otitis media akut , meningitis ]
5. Asuhan Keperawatan
Fokus pengkajian yang dilakukan pada anak Bronkopneumonia sebagai berikut:
identitas klien, keluhan utama : keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah
sesak napas, keadaan kesehatan saat ini : anak lemah, sianosis, sesak napas, adanya
suara napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah daerah
mulut dan hidung, muntah, diare) riwayat penyakit sekarang (Bronchopneumonia
biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari.
Suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39- 40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi), riwayat penyakit dahulu (anak dengan bronchopneumonia
sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun seperti, bronchopneumonia). Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
antara lain : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi bronkus,
gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh
yang berlebihan, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya
anoreksia, intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran oksigen. Intervensi yang dapat diberikan :
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Diagnosa NOC : Airway Suction
bersihan jalan 1. Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suction
nafas tidak Ventilation 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
efektif 2. Respiratory status : sesudah suction
berhubungan Airway patency 3. Informasikan pada klien dan keluarga
dengan sekresi 3. Aspiration Control tentang suction
bronkus Kriteria Hasil : 4. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
1. Mendemonstrasikan untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
batuk efektif dan suara 5. Gunakan alat yang steril setiap melakukan
nafas yang bersih, tidak tindakan
ada sianosis dan dyspneu 6. Monitor status oksigen pasien
(mampu mengeluarkan 7. Ajarkan keluarga bagaimana cara
sputum, mampu bernafas melakukan suksion
dengan mudah) 8. Hentikan suksion dan berikan oksigen
2. Menunjukkan jalan nafas apabila pasien menunjukkan bradikardi,
yang paten (klien tidak peningkatan saturasi O2, dll.
merasa tercekik, irama Airway Management
nafas, frekuensi 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
pernafasan dalam lift atau jaw thrust bila perlu
rentang normal, tidak 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ada suara nafas ventilasi
abnormal) 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
3. Mampu alat jalan nafas buatan
mengidentifikasikan dan 4. Pasang mayo bila perlu
mencegah factor yang 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dapat menghambat jalan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
nafas suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2

Gangguan NOC : 1. Kaji adanya tanda dehidrasi


keseimbangan Nutritional Status : food 2. Jaga kelancaran aliran infus
cairan tubuh and Fluid Intake 3. Periksa adanya tromboplebitis
berhubungan Kriteria Hasil 4. Pantau tanda vital tiap 6 jam
dengan 1. Volume cairan normal 5. Lakukan kompres dingin jika terdapat
kehilangan 2. Pengeluaran BAB hipertermi suhu diatas 380C
cairan tubuh normal (tidak terjadi 6. Pantau balance cairan
yang berlebiha peningkatan) 7. Berikan nutrisi sesuai diit
3. Tidak ada tanda 8. Awasi turgor kulit
dehidrasi
4. Suhu tubuh normal
36,50C-37 0C
5. Kelopak mata tidak
cekung
6. Turgor kulit baik
7. Akral hangat
Gangguan NOC : Nutrition management
nutrisi kurang Nutritional Status : food and 1. Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan nutrisi
berhubungan 1. Adanya peningkatan yang dibutuhkan pasien.
dengan adanya berat badan sesuai 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
anoreksia dengan tujuan intake Fe
2. Berat badan ideal sesuai 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
dengan tinggi badan protein dan vitamin C
3. Mampu 5. Berikan substansi gula
mengidentifikasi 6. Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
4. Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
malnutrisi 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
5. Tidak terjadi penurunan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
berat badan yang berarti 8. Ajarkan pasien atau keluarga bagaimana
membuat catatan makanan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan 
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan berat badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang


biasa dilakukan

4. Monitor interaksi anak atau orangtua


selama makan

5. Monitor lingkungan selama makan

6. Jadwalkan pengobatan  dan tindakan


tidak selama jam makan

7. Monitor kulit kering dan perubahan


pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan


mudah patah

10. Monitor mual dan muntah

11. Monitor kadar albumin, total protein, dan


Hb

12. Monitor makanan kesukaan

13. Monitor pertumbuhan dan


perkembangan

14. Monitor pucat, kemerahan, dan


kekeringan jaringan konjungtiva

15. Monitor kalori dan intake nuntrisi


16. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. (Edisi 2). Jakarta: EGC
Hidayat, A.A.A.(2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Salemba Medika
Espeland, N. (2008). Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya
Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Y
Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Howard, G. J. (2018). Nursing Interventions Classification. United Kingdom:


Elsevier.yogyakarta: Graha Ilmu
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S., Alverson B., Carter E.R., Harrison C., Kaplan
S.L., Mace S.E., Jr G.H.M., Moore M.R., Peter S.D.S., Stockwell J.A. and Swanson J.T.,
2011, The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older
Than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases
Society and the Infectious Diseases Society of America, Clinical Infectious Diseases, 1–52.
Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan : Jakarta. TIM.
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa antara lain :


1. Asma merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran nafas dan sangat mudah
bereaksi terhadap alergen, lalu bagaimana upaya pencegahan agar anak tidak terkena
penyakit asma? (Siti Maryati Puspita Sari)
Jawaban oleh Oktavia Jakti :
Menurut jurnal tentang asma pada anak oleh sari pediatri yaitu Kontrol lingkungan
merupakan upaya pencegahan untuk menghindari pajanan alergen dan polutan, baik
untuk mencegah sensitisasi maupun penghindaran pencetus. Para peneliti umumnya
menyatakan bahwa alergen utama yang harus dihindari adalah tungau debu rumah,
kecoak, bulu hewan peliharaan terutama kucing, spora jamur, dan serbuk sari bunga.
Polutan harus dihindari adalah asap tembakau sehingga mutlak dilarang merokok dalam
rumah. Polutan yang telah diidentifikasi berhubungan dengan eksaserbasi asma adalah
asap kendaraan, kayu bakar, ozon, dan SO2. Penghindaran maksimal harus dilakukan di
tempat anak biasa berada, terutama kamar tidur dan tempat bermain sehari-hari
2. Pada pengkajian anak dgn TB ada pengkajian pola hidup sehari-hari, untuk anak dgn
penyakit kronis TB pola hidup sehari hari apa saja yang terganggu (Aken Larasati)
Jawaban oleh Priscilla Estari Nathinataniella :
a. Pola Eliminasi : pada pasien TB sering terjadi diare berulang-ulang
b. Pola Istirahat Tidur : sulit tidur di malam hari karena pada malam hari penderita
TB akan mengalami menggigil, berkeringat, bahkan mimpi buruk
c. Pola Olahraga : tidak bisa melakukan olahraga karena pasien tb bisa mengalami
nyeri dada dan sesak napas serta mengalami kelelahan.
d. Pola Mobilitas : Pada pasien TB muncul kelemahan dan kelelahan
e. Pola nutrisi : berat badan menurun
f. Bermain: anak dengan TB mengalmi bosan karena hospitalisasi dan
sosialisasinya dengan anak lain terganggu karena dianggap seperti penyebab virul
3. Bayi baru lahir mendapat imunisasi bcg. Kenapa masih bisa terkena TBC ?(Halimatus
Sadiyah)
Jawaban oleh Devita Fajrina :
Berdasarkan jurnal yang berjudul Hubungan Riwayat Status Imunisasi Bacille
Calmette-Guérin (Bcg) Dengan Kejadian Tuberkulosis (Tb) Pada Anak Di Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara Tahun 2015, yang
diteliti oleh Sururu, seorang mahasisw Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Malikussaleh didapatkan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan riwayat
imunisasi BCG dengan kejadian TB pada anak di BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara
tahun 2015. Beberapa pakar menyatakan bahwa efektivitas imunisasi BCG melindungi
penyakit TB hanya 40% dan sekitar 70% kasus TB berat (meningitis TB), imunisasi
BCG tidak dapat mencegah seseorang sepenuhnya untuk terhindar dari sakit TB, tetapi
dapat menghindari seseorang dari sakit TB yang berat. Seseorang yang sudah mendapat
imunisasi BCG tidak mencegah dari sakit TB primer atau ringan, melainkan dapat
mencegah dari sakit TB yang berat seperti meningitis TB, TB miliar atau TB tulang.
Imunisasi BCG tidak dapat mencegah infeksi TB tetapi dapat mengurangi risiko
terjadinya TB berat dan dapat mencegah komplikasinya.
4. Apa sajakah terapi oat dan komplikasinya ? (Muhammad Iqbal)
Jawaban oleh Priscilla Estari Nathinataniella :
Dalam pelaksanaannya terapi OAT selalu dipantau di 2 bulan pertama, jika ada keluhan
komplikasi obat pada dua bulan pertama maka ada obat tertentu yang tetap harus
diteruskan sambil mencari apa penyebabnya, jika tidak ada keluhan maka bisa
dilanjutkan sampai 6 bulan. Komplikasi yang terjadi karena terapi OAT ini adalah
komplikasi pada liver karena penggunaan obat yang terlalu panjang dan dalam jumlah
yang cukup banyak
5. Asma disebabkan oleh alergen, biasanya tubuh membenuk antibodi. Apakah asma bisa
sembuh dengan tubuh membentuk antibodi? (Fifi Rachmawati)
Jawaban oleh Devita Fajrina :
Berdasarkan jurnal yang berjudul Faktor Risiko Asma Dan Perilaku Pencegahan
Berhubungan Dengan Tingkat Kontrol Penyakit Asma (Asthma Risk Factors And
Prevention Behaviour Relate To Asthma Level Of Control) oleh Nursalam, disebutkan
bahwa asma tidak bisa disembuhkan, namun manifestasi klinis dari asma bisa
dikendalikan, peyebab juga dapat dikendalikan. Misalnya seseorang yang alergi dengan
debu, bisa terkena asma bila kontak dengan debu, cara mengurangi kejadia asmanya
yaitu dengan menghindari debu itu sendiri

Anda mungkin juga menyukai