Anda di halaman 1dari 3

Bab 1

Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa sehingga
memenuhi prasyarat menjadi ideologi yang terbuka. Keterbukaan Pancasila,
mengandung pengertian bahwa Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara
dinamis.

Nilai-nilai Pancasila tidak berubah, namun pelaksanaannya disesuaikan dengan


kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap waktu. Hal ini
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis,
antisipatif, serta senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan, teknologi, serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.

Keterbukaan ideologi Pancasila harus selalu memperhatikan:

a. stabilitas nasional yang dinamis;


b. larangan untuk memasukan pemikiran-pemikiran yang mengandung nilai-nilai
ideologi marxisme, leninisme dan komunisme;
c. mencegah berkembangnya paham liberal;
d. larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan
masyarakat;
e. penciptaan norma yang harus melalui kesepakatan.

Berdasarkan uraian di atas, keterbukaan ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai


sebagai berikut.
a. Nilai dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa;
kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia; kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan;
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai dasar tersebut,
bersifat universal sehingga di dalamnya terkandung citacita, tujuan, serta nilai-
nilai yang baik dan benar.
Adapun perwujudan nilai dasar Pancasila sebagai ideologi terbuka tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Nilai ketuhanan dalam Pancasila, sebagai ideologi terbuka merupakan bentuk
hubungan warga negara Indonesia sebagai insan pribadi atau makhluk
individu dengan Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam semesta. Bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang religius atau bangsa yang beragama memiliki
keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa.
2) Nilai kemanusiaan dalam Pancasila, diwujudkan dalam bentuk hubungan
warga negara Indonesia dengan sesama manusia sebagai insan sosial.
3) Nilai persatuan dalam Pancasila, diwujudkan dalam bentuk hubungan warga
negara Indonesia dengan bangsa dan negaranya sebagai insan politik. Setiap
warga negara, terikat oleh peraturan perundangundangan yang berlaku di
negara tersebut.
4) Nilai kerakyatan dalam Pancasila, diwujudkan dalam bentuk hubungan
warga negara Indonesia dengan kekuasaan dan pemerintahan sebagai
pemegang kedaulatan rakyat. Setiap warga negara memiliki hak dan
kewajiban untuk ikut serta dalam pemerintahan.
5) Nilai keadilan dalam Pancasila, diwujudkan dalam hubungan warga negara
Indonesia dengan kesejahteraan serta keadilan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Nilai instrumental, ini sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila
berupa peraturan perundangan dan lembaga pelaksanaannya. Misalnya; UUD,
ketetapan MPR, UU, serta peraturan perundangundangan lainnya. Dapat
disesuaikan dengan perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat berdasarkan
nilai-nilai Pancasila.
c. Nilai praksis, merupakan realisasi dari nilai-nilai instrumental berupa suatu
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Suatu ideologi, selain memiliki aspek-aspek yang bersifat ideal berupa cita-cita,
pemikiran-pemikiran, serta nilai-nilai yang dianggap baik, juga harus memiliki norma
yang jelas. Hal ini dikarenakan suatu ideologi harus mampu direalisasikan dalam
kehidupan nyata. Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural
memiliki tiga dimensi. Adapun ketiga dimensi Pancasila tersebut, diantaranya sebagai
berikut.
a. Dimensi idealisme
Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila yang bersifat sistematis, rasional, dan menyeluruh itu, pada hakikatnya
bersumber pada filsafat Pancasila.
b Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma. Artinya, Pancasila
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang merupakan tertib hukum tertinggi dalam Negara Republik
Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang
fundamental).
c. Dimensi realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu
mencerminkan realitas kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Pancasila
memiliki keluwesan yang memungkinkan adanya pengembangan pemikiran-
pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai nilai dasarnya. Oleh karena itu,
Pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakatnya secara nyata,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara

Anda mungkin juga menyukai