Anda di halaman 1dari 64

EVALUASI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL

PADA PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA HOME INDUSTRI TRIPLE 8


DI KOTA MALANG
( Studi Kasus pada Home Industri Triple 8 - kota Malang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

OLEH :

MARKUS BOES PARERA

NIM :2016110133

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

MALANG

2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

EVALUASI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL


PADA PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA HOME INDUSTRI TRIPLE 8
DI KOTA MALANG

SKRIPSI
Oleh :
MARKUS BOES PARERA
NIM : 2016110133

Disetujui oleh Dosen Pembimbing


Untuk Dipertahankan di Depan Tim Penguji
Pada tanggal : ...........................

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing,


Utama, Pendamping,

(Dr. Hendrik Suhendri. SE.,M.SA.,CSRA) (Dra. Poppy Indrihastuti, MM)

Mengetahui,

Ketua Program Studi,

(Dr. Hendrik Suhendri. SE.,M.SA.,CSRA)

NIDN. 0725047501

ii
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL


PADA PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA HOME INDUSTRI TRIPLE 8
DI KOTA MALANG

SKRIPSI
Oleh :

MARKUS BOES PARERA


NIM : 2016110133

Telah dipertahankan di hadapan dan telah diterima tim penguji skripsi


Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Tim Penguji :

1. Dr. Hendrik Suhendri. SE.,M.SA.,CSRA ........................................

2. Dra. Poppy Indrihastuti, MM ..........................................................

3. Risnaningsih, SE., MSA (HumBis)...................................................

Mengesahkan,
Dekan Fakutas Ekonomi,

(Dr. Nur Ida Iriani, MM)

NIP. 19620105 198803 2 002

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : MARKUS BOES PARERA


NIM : 2016110133
Program Studi : Akuntansi
Program : Sarjana

Judul : EVALUASI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN

INTERNAL PADA PERSEDIAAN BAHAN


BAKU PADA HOME INDUSTRI TRIPLE 8 DI
KOTA MALANG

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Skripsi yang saya


tulis ini benar-benar tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian
maupun seluruhnya.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Laporan


Skripsi ini hasil plagiasi, baik sebagian maupun seluruhnya, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Malang, 01 April 2010


Yang membuatpernyataan,

MARKUS BOES PARERA


NIM : 2016110133

iv
Skripsi Ini Kupersembahkan Kepada :

Tuhan Yesus Kristus Dan Bunda Maria

Kedua orang tua tercinta, Ayah Fidensius Parera dan Ibunda Benedita

Daghe juga Kakak dan adik-adik tersayang

Segenap keluarga besar serta sahabat-sahabat terbaikku

Untuk kampus tercinta Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

v
MOTTO

“Kita menentukan jalan, tuhan membuat keputusan”

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas segala berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dalam bentuk
skripsi dengan judul “EVALUASI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN
INTERNAL PADA PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA HOME INDUSTRI
TRIPLE 8 DI KOTA MALANG”. Dalam penelitian ini, penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan
dari pihak lain, oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Handayanto, M.Se. Selaku Rektor Universitas Trbhuwana
Tunggadewi Malang.
2. Ibu Dr. Nur Ida Iriani, MM. Selaku Dekan fakultas Ekonomi Universitas
Trbhuwana Tunggadewi Malang.
3. Bapak Ahmad Mukoffi, SE., MSA. Selaku Wakil Dekan Universitas
Trbhuwana Tunggadewi Malang.
4. Bapak Dr. Hendri Suhendri, SE., MSA., CSRA. Selaku ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, serta sebagai dosen
pembimbing I yang dengan sabar memberikan pengarahan, bimbingan dan
masukan dari awal sampai akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Ibu Dra. Poppy Indrihastuti, MM. Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan
sabar memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan dari awal sampai
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang yang telah memberikan ilmunya dan
mendidik penulis sehingga bisa berguna untuk masa depan.
7. Bapak Fredy selaku pemilik Home Industri Triple 8 yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian.
8. Kedua orang tua tercinta, Papa Fidensius parera dan Mama Benedita Daghe
yang telah banyak memberikan dukungan baik dari segi moral maupun spritual

vii
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas Do’a, perhatian, dan cinta
yang tak pernah berhenti saya terima selama ini. Dukungan kalian adalah
motivasi terbesarku untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak, adik-adik dan semua saudara-saudara saya yang selalu mendukung
saya selama ini.
10. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan serta doa demi
kelancaran penyusunan skripsi ini.
11. Sahabat seperjuangan, Enu yuni, Enu Nova, Enu Dian, Enu, Selin, odeh indah,
Konco edo, Bang juli, Ama eky, dan masih banyak lagi teman teman lainya
yang sudah berjuang bersama saya dari awal kuliah sampai sekarang, yang
sudah banyak membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini, serta selalu
setia memberikan dukungan dalam bentuk apapun, kalian adalah sahabat-
sahabat terbaik dan terhebat yang pernah saya miliki.
12. Orda IKAMATRI, IKBLM, KKM, dan UKM Aquinas serta Organisasi
HIMAKA yang sudah membentuk karakter saya menjadi lebih baik.
13. Seluruh teman-teman akuntansi angkatan 2016, semoga kesuksesan selalu
bersama kita

Penulis menyadarin bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam


penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak demi
sempurnanya skripsi ini sangat penulisi harapkan agar penyusunan skripsi ini
dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.

Malang, 2020
Penulis

Markus Boes Parera

viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………….………………………..vii

DAFTAR ISI……………………………………………….…………………… ix

DAFTAR TABEL……………………………………………..…………………xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ..............................................................................6
2.2 Efektivitas ................................................................................................7
2.2.1 Pengertian Efektivitas ................................................................7
2.2.2 Ukuran Efektivitas .....................................................................8
2.3 Pengendalian Internal ............................................................................9
2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal ............................................9
2.3.2 Tujuan Pengendalian Internal ................................................11
2.3.3 Komponen Pengendalian Internal ..........................................12
2.3.4 Keterbatasan Pengendalian Internal ......................................18
2.4 Persediaan Bahan Baku .......................................................................19
2.4.1 Pengertian Persediaan .............................................................19
2.4.2 Jenis-Jenis Persediaan .............................................................20
2.4.3 Fungsi-Fungsi Persediaan........................................................21
2.4.4 Pengertian Bahan Baku ...........................................................22
2.4.5 Jenis-Jenis Bahan Baku ...........................................................23
2.5 Kerangka Berpikir ...............................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .....................................................................................25

ix
3.2 Lokasi Penelitian...................................................................................25
3.3 Fokus Penelitian ....................................................................................26
3.4 Sumber Data .........................................................................................26
3.5 Informan Penelitian ..............................................................................27
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................27
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................28
3.8 Keabsahan Data ....................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .....................................................................................31
4.1.1 Gambaran Umum Home Industry Triple 8 ...........................31
4.1.2 Struktur Organisasi Home Industry Triple 8........................31
4.1.3 Alat Produksi Home Industry Triple 8 ..................................33
4.1.4 Bahan Baku Home Industry Triple 8 .....................................34
4.1.5 Metode Pencatatan dan Penilaian Bahan Baku ....................34
4.1.6 Pengendalian Intern atas Persediaan Bahan Baku ...............36
4.2 Pembahasan ..........................................................................................42
4.2.1 Evaluasi Lingkungan Pengendalian Persediaan Bahan Baku42
4.2.2 Evaluasi Aktivitas Pengendalian Persediaan Bahan Baku ..45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................48
5.2 Saran ......................................................................................................48

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat Produksi Home Industry Triple 8 ...............................................33


Tabel 2. Pemasok Bahan Baku Home Industry Triple 8 ..................................34

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir............................................................................24


Gambar 2. Teknik Triangulasi ...........................................................................30
Gambar 3. Struktur Organisasi Home Industry Triple 8 ................................32

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya perkembangan perekonomian di era globalisasi akan

menimbulkan perkembangan di berbagai bidang perindustrian maupun

perdagangan. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk mendapatkan

keuntungan bagi kelangsungan berdirinya perusahaan.

Memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) membawa pengaruh

besar terhadap perkembangan ekonomi khususnya di Indonesia. Hal ini terlihat

dengan adanya persaingan yang ketat dalam dunia usaha, baik perdagangan

maupun perindustrian, serta adanya peningkatan tuntutan dari konsumen akan

barang atau produk yang dikonsumsinya.

Persaingan yang ketat ini mengharuskan perusahaan untuk mengelola

semua sumber daya yang dimilikinya seoptimal mungkin agar perusahaan

dapat menghasilkan dan menawarkan produk yang dibutuhkan dan diinginkan

konsumen dengan kualitas tinggi pada harga yang memadai. Sumber daya

yang dimiliki perusahaan salah satunya adalah persediaan. Perusahaan yang

memiliki sumber daya persediaan dapat dikonversikan ke dalam bentuk kas

ketika terjadi suatu transaksi penjualan.

Persediaan umumnya merupakan salah satu jenis harta lancar yang

jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Persediaan adalah salah satu

aset yang rawan terjadi penyimpangan. Untuk meminimalkan permasalahan

1
2

tersebut, ada baiknya perusahaan melakukan evaluasi efektivitas pengendalian

internal.

Persediaan merupakan aset terbesar dalam bisnis retail sehingga

semakin baik pengendalian internal atas persediaan barang, maka semakin baik

pula manajemen persediaan dalam menjalankan bisnis tersebut. Persediaan

barang dagangan terdapat pada perusahaan perdagangan yang jenis kegiatan

utamanya membeli dan menjual barang dagangan. Sedangkan, persediaan

bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi terdapat pada jenis

perusahaan manufaktur, yang mempunyai kegiatan utama mengolah bahan

baku menjadi barang jadi.

Bagi perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku merupakan faktor

pemegang peran penting. Persediaan bahan baku selalu dibutuhkan dalam

perusahaan manufaktur, baik didalam perusahaan kecil, menengah maupun

dalam perusahaan besar. Bahan baku merupakan indikator utama yang dapat

menunjang kelangsungan proses produksi dalam suatu perusahaan. Dengan

adanya persediaan bahan baku yang cukup, diharapkan kemacetan dalam

proses produksi dapat teratasi.

Persediaan bahan baku yang tidak dikelola dengan baik akan

menghambat proses produksi dan akan menimbulkan kerugian yang cukup

besar dan vital bagi perusahaan. Selain itu, perusahaan juga menjaga agar

persediaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya yang

timbul dari persediaan tidak terlalu besar atau berkelebihan juga.


3

Home Industry Triple 8 merupakan industri manufaktur yang bergerak

di bidang pembuatan mie. Home Industry Triple 8 setiap harinya

membutuhkan persediaan bahan baku untuk memproduksi mie. Sehingga,

Home Industry Triple 8 membutuhkan suatu pengendalian internal yang dapat

menjaga dan mengawasi ketersediaan bahan baku untuk menjamin kelancaran

proses produksi.

Pengendalian internal adalah segala rencana kegiatan organisasi dan

metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aset, untuk

menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga

memperbaiki efisiensi dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen

(Krismiaji, 2010).

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,

mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan

mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Pengendalian yang memadai

dapat mengurangi terjadinya kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak

disengaja dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, serta kemungkinan

terjadinya kesalahan akan dapat diketahui dan diperbaiki sedini mungkin

(Mulyadi, 2014:163).

Dengan adanya sistem pengendalian intern persediaan bahan baku yang

baik, maka akan mempermudah Home Industry Triple 8 dalam mengontrol dan

melakukan management terhadap persediaan bahan baku yang diterapkan oleh

perusahaan terutama dalam pengambilan sebuah keputusan dan dalam


4

menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan, terutama

dalam persediaan bahan baku agar berjalan dengan lancar.

Sehingga, peneliti menganggap pentingnya pengendalian intern pada

persediaan bahan baku Home Industry Triple 8. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pengendalian

Internal Persediaan Bahan Baku pada Home Industry Triple 8”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengendalian internal persediaan bahan baku yang diterapkan

pada Home Industry Triple 8?

2. Apakah pengendalian internal persediaan bahan baku pada Home

Industry Triple 8 sudah efektif dalam mengatasi masalah persediaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengendalian internal persediaan bahan baku yang

diterapkan pada Home Industry Triple 8.

2. Untuk mengetahui pengendalian internal persediaan bahan baku pada

Home Industry Triple 8 sudah efektif atau belum dalam mengatasi

masalah persediaan.
5

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

serta untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama berada di

bangku perkuliahan terkait pengendalian internal persediaan.

2. Bagi Home Industry Triple 8

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi manajemen

perusahaan untuk memperbaiki berbagai kelemahan pada pengendalian

internal perusahaan.

3. Bagi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai referensi

baru di perpustakaan untuk sebagai bahan bacaan dan ilmu pengetahuan

bagi mahasiswa.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti

lain yang akan melakukan penelitian dengan topik atau tema yang

serupa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan peneliti dalam

melakukan penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Azkiyah Nurul Chotimah (2017) dengan judul Evaluasi Sistem Pengendalian

Intern Persediaan Bahan Baku pada PT. Mutiara Permata Bangsa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa semua faktor dalam lingkungan pengendalian

pada PT. Mutiara Permata Bangsa sudah cukup memadai seperti struktur

organisasi sudah berjalan secara fungsional, karena menunjukkan garis-garis

wewenang dan tanggungjawab yang jelas dalam aktivitas operasional dan

telah memenuhi pengawasan yang baik dalam perusahaan.

2. Mikale Rendi Bagaskara (2018) dengan judul Evaluasi Efektivitas

Pengendalian Internal Persediaan Bahan Baku. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengendalian internal sistem persediaan bahan baku di

restoran Fish and Cocabang Ambarukmo Plaza selama ini sebagian besar

telah memenuhi unsur-unsur pengendalian internal menurut AICPA. Namun,

ada beberapa kelemahan yang ditemukan, antara lain : proses pembelian

bahan baku hanya bisa dilakukan jika semua karyawan yang berwenang

telah memberikan otorisasi tapi dalam kenyataannya masih bisa dilakukan

tanpa otorisasi yang lengkap, dampaknya adalah ada beberapa dokumen

yang tidak terotorisasi.

6
7

3. Yeni Mariani Gala (2018) dengan judul Evaluasi Efektivitas Pengendalian

Internal pada Persediaan Barang Dagangan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengendalian internal yang dilakukan oleh PT. Indo Traktor belum

sepenuhnya efektif, masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan

lima komponen COSO yaitu komponen aktivitas pengendalian dan

komponen pemantauan.

2.2 Efektivitas

2.2.1 Pengertian Efektivitas

Menurut Masruri (2014:11), efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang

dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan.

Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik

dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif.

Menurut Bungkaes (2013:45), efektivitas adalah hubungan antara output dan

tujuan. Dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output,

kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam

pengertian teoritis dan praktis, tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa

yang dimaksud dengan “efektivitas”.

Menurut Mahmudi (2005:92), menyatakan bahwa efektivitas merupakan

hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output

terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.

Selain itu, Kurniawan (2005:109) mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan

melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu
8

organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara

pelaksanaannya.

Lebih lanjut, Rizky (2011:1) menjelaskan efektivitas adalah suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai.

Dimana semakin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah pencapaian sebuah tujuan yang dilakukan dengan cara yang baik dan hasil yang

baik oleh individu, kelompok ataupun sebuah organisasi.

2.2.2 Ukuran Efektivitas

Menurut Tangkilisan (2005:141), kriteria atau ukuran mengenai pencapaian

tujuan efektif atau tidak adalah sebagai berikut :

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya karyawan

dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan

organisasi dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah

pada jalan yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai

sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam

pencapaian tujuan organisasi.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan

tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan.

4. Perencanaan yang matang, pada hakikatnya berarti memutuskan sekarang

apa yang dikerjakan oleh organisasi di masa depan.


9

5. Penyusunan program yang tepat. Suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila

tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja. Salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan

prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien. Bagaimanapun baiknya suatu program

apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka organisasi

tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan

organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik, mengingat

sifat manusia yang tidak sempurna, maka efektivitas organisasi menuntut

terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

2.3 Pengendalian Internal

2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Arens (2013:370), sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan

dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak

bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini

sering kali disebut pengendalian, dan secara kolektif membentuk pengendalian internal

entitas tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2013:39), pengendalian internal adalah

sistem yang meliputi organisasi semua metode dan ketentuan yang terorganisasi yang
10

dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mengecek

kecermatan dan keandalan data akuntansi serta meningkatkan efisiensi usaha.

Menurut Romney dan Steinbart (2015:216), pengendalian internal adalah sebuah

proses yang diimplementasikan untuk memberikan jaminan yang memenuhi beberapa

objektif dari pengendalian internal, diantaranya yaitu menjaga aset, menjaga catatan

dalam detail yang cukup untuk pelaporan aset perusahaan yang tepat dan akurat,

menyediakan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, menyiapkan laporan

keuangan dengan kriteria yang ditentukan, mendorong dan meningkatkan efisiensi

operasional, mendorong ketaatan dalam hal manajerial, dan memenuhi persyaratan

dari regulasi dan peraturan yang ada.

Sedangkan, menurut Hery (2013:159) pengendalian internal adalah seperangkat

kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala

bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi

perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum

atau undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan

sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001:163), sistem pengendalian intern meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan

organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi

dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.


11

2.3.2 Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Arens (2008:316), tujuan pengendalian internal adalah sebagai berikut :

1. Keandalan Laporan Keuangan

Manajemen memiliki tanggungjawab hukum maupun profesional untuk

menyakinkan bahwa informasi disajikan dengan wajar sesuai dengan

ketentuan dalam pelaporan seperti General Accepted Accounting Principle

(GAAP).

2. Efisiensi dan Efektivitas Kegiatan Operasi

Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan sumber

daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran

yang dituju perusahaan.

3. Kepatuhan Terhadap Hukum dan Peraturan

Perusahaan publik, perusahaan non publik, maupun organisasi nirlaba

diharuskan untuk mematuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan.

Menurut Hery (2013:160), tujuan pengendalian internal tidak lain adalah untuk

memberikan jaminan yang memadai bahwa :

1. Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana mestinya

dan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan semata, bukan untuk

kepentingan individu (perorangan) oknum karyawan tertentu. Dengan

demikian, pengendalian internal diterapkan agar seluruh aset perusahaan

dapat terlindungi dengan baik dari tindakan penyelewengan, pencurian, dan

penyalahgunaan.
12

2. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat diandalkan.

Ini dilakukan dengan cara memperkecil resiko baik atas salah saji laporan

keuangan yang disengaja (kecurangan) maupun yang tidak disengaja

(kelalaian).

3. Karyawan telah menaati hukum dan peraturan.

Jadi, tujuan utama dirancangnya pengendalian intern dari segi pandang

manajemen adalah untuk dapat diperolehnya data yang dapat dipercaya, dipatuhinya

kebijakan akuntansi, dan pengamanan aset perusahaan. Namun, pada umumnya tujuan

pengendalian intern tersebut merupakan tujuan ideal yang harus dicapai setiap

perusahaan, tercapai atau tidaknya tujuan tersebut tergantung pada kelengkapan unsur-

unsur pengendalian intern yang dilaksanakan oleh perusahaan serta hubungan yang

saling menangani diantara unsur-unsur tersebut.

2.3.3 Komponen Pengendalian Internal

Menurut IAPI (2011:319), komponen pengendalian internal terdiri dari :

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen

pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur.

Lingkungan pengendalian mencakup faktor-faktor berikut ini :

a. Integritas dan Nilai Etika

Integritas dan nilai etika merupakan produk dari standar etika dan

perilaku entitas, bagaimana hal ini dikomunikasikan, dan ditegakkan

dalam praktik. Standar tersebut mencakup tindakan manajemen untuk

menghilangkan tindakan tidak jujur atau melanggar etika.


13

b. Komitmen Terhadap Kompetensi

Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen

atas tingkat kompetensi untuk pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat

tersebut diterjemahkan ke dalam persyaratan keterampilan dan

pengetahuan.

c. Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit

Atribut yang berkaitan dengan dewan komisaris atau komite audit ini

mencakup independensi dewan komisaris atau komite audit dari

manajemen, pengalaman dan tingginya pengetahuan anggotanya, luasnya

keterlibatan dan kegiatan pengawasan, memadainya tindakan, tingkat

sulitnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dewan atau komite

tersebut kepada manajemen, dan interaksi dewan atau komite tersebut

dengan auditor intern dan ekstern.

d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen

Filosofi dan gaya operasi manajemen menjangkau tentang karakteristik

yang meliputi antara lain; pendekatan manajemen dalam mengambil dan

memantau resiko usaha; sikap dan tindakan manajemen terhadap

pelaporan keuangan dan upaya manajemen untuk mencapai anggaran,

laba serta tujuan bidang keuangan dan sasaran operasi lainnya.

e. Struktur Organisasi

Struktur organisasi suatu entitas memberikan kerangka kerja menyeluruh

bagi perencanaan, pengarahan dan pengendalian.


14

f. Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab

Metode ini mempengaruhi pemahaman terhadap hubungan pelaporan dan

tanggungjawab yang ditetapkan dalam entitas.

g. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia

Praktik dan kebijakan karyawan berkaitan dengan pemekerjaan,

orientasi, pelatihan, evaluasi, bimbingan, promosi, dan pemberian

kompensasi, dan tindakan perbaikan.

2. Penaksiran Resiko

Penaksiran resiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan

pengidentifikasian, analisis, dan pengelolaan resiko yang relevan dengan

penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Resiko dapat timbul atau

berubah karena keadaan seperti berikut ini :

a. Perubahan dalam Lingkungan Operasi

Perubahan dalam lingkungan peraturan dan operasi dapat mengakibatkan

perubahan dalam tekanan persaingan dan resiko yang berbeda dapat

mengakibatkan perubahan dalam tekanan persaingan dan resiko yang

berbeda secara signifikan.

b. Personel Baru

Personel baru mungkin memiliki fokus yang berbeda atas atau

pemahaman terhadap pengendalian intern.


15

c. Sistem Informasi Baru atau yang di Perbaiki

Perubahan signifikan dan cepat dalam sistem informasi dapat mengubah

resiko berkaitan dengan pengendalian intern.

d. Pertumbuhan yang Pesat

Perluasan operasi yang signifikan dan cepat dapat memberikan tekanan

terhadap pengendalian dan meningkatkan resiko kegagalan dalam

pengendalian.

e. Teknologi Baru

Pemasangan teknologi baru ke dalam operasi atau sistem informasi dapat

mengubah resiko yang berhubungan dengan pengendalian intern.

f. Lini Produk

Dengan masuk ke bidang bisnis atau transaksi yang di dalamnya entitas

belum memiliki pengalaman dapat mendatangkan resiko baru yang

berkaitan dengan pengendalian intern.

g. Restrukturisasi Korporat

Restrukturisasi dapat disertai dengan pengurangan staf dan perubahan

dalam supervisi dan pemisahan tugas yang dapat mengubah resiko yang

berkaitan dengan pengendalian intern.

h. Operasi Luar Negeri

Perluasan atau pemerolehan operasi luar negeri membawa resiko baru

atau seringkali resiko yang unik yang dapat berdampak terhadap

pengendalian intern, seperti resiko tambahan.


16

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk

menghadapi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. Umumnya, aktivitas

pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai

kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal berikut ini :

a. Review Kinerja

Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya

dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja periode

sebelumnya; menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi

atau keuangan satu sama lain, bersama dengan analisis atas hubungan

dan tindakan penyelidikan dan perbaikan; dan review atas kinerja

fungsional atau aktivitas, seperti review oleh manajer kredit, konsumen

sebuah bank atas laporan cabang, wilayah, tipe pinjaman, tentang

persetujuan dan pengumpulan pinjaman.

b. Pengolahan Informasi

Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan,

kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokkan aktivitas

pengendalian informasi. Pengendalian umum biasanya mencakup

pengendalian atas operasi pusat data, pemerolehan dan pemeliharaan

perangkat lunak sistem, keamanan akses, pengembangan dan

pemeliharaan sistem aplikasi.


17

c. Pengendalian Fisik

Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva, termasuk penjagaan

memadai seperti fasilitas yang terlindungi, dari akses terhadap aktiva dan

catatan; otorisasi untuk akses ke program komputer dan data files; dan

perhitungan secara periodik dan perbandingan dengan jumlah yang

tercantum pada catatan pengendali.

d. Pemisahan Tugas

Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikan

otorisasi transaksi, pencatatan transaksi, menyelenggarakan

penyimpangan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi

seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus

menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan

tugasnya dalam keadaan normal.

4. Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang

mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun

untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas

(termasuk peristiwa dan keadaan) dan untuk menyelenggarakan akuntabilitas

terhadap aktiva, utang, ekuitas yang bersangkutan. Sistem informasi

mencakup metode dan catatan yang digunakan untuk :

a. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang sah.


18

b. Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi secara cukup rinci untuk

memungkinkan penggolongan semestinya transaksi untuk pelaporan

keuangan.

c. Mengukur nilai transaksi dengan cara sedemikian rupa sehingga

memungkinkan pencatatan nilai moneter semestinya dalam laporan

keuangan.

d. Menentukan periode waktu terjadinya transaksi untuk memungkinkan

pencatatan transaksi dalam periode akuntansi semestinya.

e. Menyajikan transaksi semestinya dan pengungkapan yang berkaitan

dalam laporan keuangan.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian intern

sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi

pengendalian tepat waktu dan tindakan perbaikan yang dilakukan. Dalam

banyak entitas, auditor intern atau personel yang melaksanakan fungsi

semacam itu, membantu untuk melakukan pemantauan atas aktivitas entitas

melalui evaluasi secara terpisah.

2.3.4 Keterbatasan Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2010:173), keterbatasan pengendalian intern adalah :

1. Kesalahan dalam Pertimbangan

Manajemen dan personel lain dapat salah dalam mempertimbangkan

keputusan bisnis yang diambil karena tidak memadainya informasi.


19

2. Gangguan

Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena

personel keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena

kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan.

3. Kolusi

Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan

kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang

dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya

ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern

yang dirancang.

4. Pengabaian oleh Manajemen

Manajemen dapat mengakibatkan kebijakan atau prosedur yang telah

ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer,

penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.

5. Biaya Lawan Manfaat

Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak

boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.

2.4 Persediaan Bahan Baku

2.4.1 Pengertian Persediaan

Menurut Ristono (2009:2), persediaan adalah barang-barang yang disimpan

untuk digunakan atau dijual pada masa yang akan datang.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2014:PSAK No. 14), persediaan adalah aset

yang :
20

1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses

produksi atau pemberian jasa.

Menurut Sartono (2010:443) mengatakan bahwa persediaan umumnya

merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu

perusahaan. Sedangkan, Alexandri (2009:135) mengemukakan persediaan merupakan

suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk

dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih

dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang

menunggu penggunaannya dalam proses produksi.

Lebih lanjut, menurut Sofyan (2008:169) persediaan adalah sejumlah bahan-

bahan, yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam

perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang

disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

2.4.2 Jenis-Jenis Persediaan

Menurut Hanafi (2010:87), jenis persediaan mencakup beberapa jenis persediaan

seperti persediaan bahan mentah, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan

barang jadi (barang dagangan).

Menurut Munawir (2010:16), jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut :

Untuk perusahaan dagang, yang dimaksud dengan persediaan adalah semua

barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau
21

belum laku dijual. Untuk perusahaan manufaktur (yang memproduksikan barang)

maka persediaan yang dimiliki meliputi :

1. Persediaan barang mentah,

2. Persediaan barang dalam proses, dan

3. Persediaan barang jadi.

2.4.3 Fungsi-Fungsi Persediaan

Menurut Rangkuti (2004:15), fungsi-fungsi persediaan adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Decoupling

Apabila persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan

mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada

pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan

pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan

sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam 13

kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya

persediaan.

3. Fungsi Antisipasi

Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu,

yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan

persediaan musiman.
22

2.4.4 Pengertian Bahan Baku

Menurut Nasution (2003:103) bahan baku merupakan input dari proses

transformasi menjadi produk jadi. Cara membedakan apakah bahan baku termasuk

bahan penolong dengan mengadakan penelusuran terhadap elemen-elemen atau bahan-

bahan ke dalam produk jadi. Cara pengadaan bahan baku bisa diperoleh dari sumber-

sumber alam, petani atau membeli.

Perusahaan perlu mengadakan persediaan bahan baku, hal ini dikarenakan bahan

baku tidak bisa tersedia setiap saat. Menurut Ahyari (2012:150), perusahaan akan

menyelenggarakan persediaan bahan baku, hal ini disebabkan oleh :

1. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi dalam perusahaan tidak

dapat didatangkan secara satu persatu sebesar jumlah yang tidak diperlukan

serta pada saat bahan tersebut dipergunakan.

2. Apabila bahan baku belum atau tidak ada sedangkan bahan baku yang

dipesan belum datang, maka kegiatan produksi akan berhenti karena tidak

ada bahan baku untuk kegiatan proses produksi.

3. Persediaan bahan baku yang terlalu besar kemungkinan tidak

menguntungkan perusahaan karena biaya penyimpanannya terlalu besar.

Menurut Ahyari (2012:150), faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku

antara lain :

1. Perkiraan pemakaian bahan baku,

2. Harga bahan baku,

3. Biaya-biaya persediaan,

4. Kebijaksanaan pembelanjaan,
23

5. Pemakaian bahan baku,

6. Waktu tunggu,

7. Model pembelian bahan.

2.4.5 Jenis-Jenis Bahan Baku

Menurut Adisaputro (2010:12), jenis-jenis bahan baku antara lain :

1. Bahan Baku Langsung (Direct Material)

Bahan baku langsung atau direct material adalah semua bahan yang

merupakan bagian dari pada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang

dikeluarkan untuk membeli bahan baku langsung ini mempunyai hubungan

yang erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.

2. Bahan Baku Tidak Langsung (Indirect Material)

Bahan baku tidak langsung disebut juga dengan indirect material, adalah

bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi tetapi tidak secara

langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan.

2.5 Kerangka Berpikir

Banyak perusahaan yang beroperasi menggunakan persediaan bahan baku dan

oleh karena itu evaluasi pengendalian internal persediaan bahan baku sangat

diperlukan agar dapat menjamin kelancaran proses produksi secara efektif dan efisien.

Dalam rangka pengaturan ini, perlu ditetapkan kebijakan-kebijakan yang berkenaan

dengan persediaan bahan baku, baik mengenai pemesanannya maupun mengenai

tingkat persediaan yang optimal.


24

Mengenai pemesanan bahan baku perlu ditentukan berapa jumlah yang dipesan

agar pemesanan tersebut ekonomis, sedangkan mengenai persediaan perlu ditentukan

kapan pemesanan itu kembali dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka

berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berpikir

PERSEDIAAN PENGENDALIAN
EFEKTIVITAS
BAHAN BAKU INTERNAL

Sumber : diolah 2019


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiyono (2010:3), penelitian deskriptif adalah sebuah cara yang berguna

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan hasil penelitian tetapi tidak untuk

memperluas hasil kesimpulan.

Menurut Sugiyono (2010:15), metode penelitian kualitatif adalah suatu metode

penelitian yang berlandaskan pada filsavat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan

dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan informasi mengenai pengendalian

internal pada persediaan bahan baku pada Home Industry Triple 8 Kota Malang.

Selanjutnya, data tersebut diolah sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh

hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang ada.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Home Industry Triple 8 yang beralamat di

Komplek Perumahan Villa Sengkaling Blok R1, Dusun Sengkaling, Kelurahan Mulyo

Agung, Kecamatan Dau, Kota Malang.

25
26

3.3 Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2014:237), menyatakan bahwa fokus penelitian dimaksudkan

untuk membatasi studi kualitatif, sekaligus membatasi penelitian guna memilih data

yang relevan dan baik. Dalam metode kualitatif, fokus penelitian berguna untuk

membatasi bidang inquiry. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh

banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu, fokus penelitian akan

berperan sangat penting dalam memandang dan mengarahkan penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada proses pengendalian internal

persediaan bahan baku di Home Industry Triple 8 dan untuk mengetahui apakah sudah

berjalan dengan efektif atau belum.

3.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Adapun penjelasan dari kedua sumber data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2010:225), data primer merupakan sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini,

data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan subjek

penelitian, yaitu pemilik Home Industry Triple 8 Kota Malang.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2010:225), data sekunder merupakan sumber data yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui

orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder

diperoleh melalui studi pustaka berupa buku, jurnal.


27

3.5 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi.

Informan penelitian adalah sesuatu baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi)

yang sifat keadaannya diteliti (Sukandarumidi, 2002:65). Informan dalam penelitian

ini adalah pemilik dari Home Industry Triple 8 Kota Malang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan digunakan dengan mempelajari buku-buku ilmiah,

referensi dari para ahli yang relevan, serta sumber informasi lain untuk

memperoleh teori-teori yang berguna untuk menunjang penulisan penelitian

ini.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara datang langsung ke lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, penelitian

lapangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap data yang menjadi objek penelitian

(Sugiyono, 2014:145). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

pengamatan langsung ke Home Industry Triple 8 untuk mengetahui

bagaimana pengendalian internal pada persediaan bahan baku.


28

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung

terhadap sumber-sumber data dan informan, yakni responden atau orang

yang terlibat langsung maupun tidak yang menjadi subjek penelitian

(Sugiyono, 2014:137). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

wawancara kepada pemilik dari Home Industry Triple 8.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan

mempelajari data-data dan dokumen-dokumen berupa catatan dan

gambar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Sugiyono,

2014:241). Dokumentasi dalam penelitian ini berupa struktur organisasi,

dan foto-foto kegiatan selama peneliti melakukan penelitian di Home

Industry Triple 8.

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012:333), analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2012:337), reduksi data adalah proses berpikir sensitif

yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang


29

tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat

mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui

diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat

mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori

yang signifikan.

2. Penyajian Data

Menurut Sugiyono (2012:339), penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya.

Selanjutnya, disarankan dalam melakukan display data, selain dengan teks

yang naratif, juga dapat berupa grafik matrik. Sehingga akan melengkapi

data hasil temuan yang diperoleh selama melakukan penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Menurut Sugiyono (2012:343), kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat untuk mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.8 Keabsahan Data

Menurut Moleong (2009:234), untuk menetapkan keabsahan data maka

diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas

sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat; 1)
30

kepercayaan (credibility), 2) keteralihan (transferability), 3) kebergantungan

(dependability), dan 4) kepastian (confirmability).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik

triangulasi untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya, data diperoleh

dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dan dokumentasi (Moleong,

2009:330).

Berikut ini merupakan bagan teknik triangulasi dalam penelitian ini :

Gambar 2. Teknik Triangulasi

Wawancara Observasi

BAB IV
Dokumentasi
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Home Industry Triple 8

Home Industry Triple 8 merupakan industri yang bergerak di bidang pembuatan

mie yang dinamakan dengan nama Mie Setan. Sejarah berdirinya Home Industry

Triple 8 dimulai oleh pemiliknya Bapak Arif yang mencoba memproduksi mie dan

berwirausaha dari pengalaman yang dimiliki. Bapak Arif melakukan kerja sama

dengan Bapak Fredy yang merupakan pemilik outlet Mie Setan.

Home Industry Triple 8 didirikan pada tahun 2016 untuk memenuhi kebutuhan

produksi pada beberapa outlet Mie Setan di Kota Malang. Pada awal produksi, Home

Industry Triple 8 hanya memiliki 4 karyawan, namun sekarang sudah memiliki 12

karyawan, dengan rincian 7 karyawan pada bagian produksi dan 5 karyawan pada

bagian pengemasan. Selain itu, Home Industry Triple 8 juga sudah memproduksi mie

untuk didistribusikan ke beberapa Kota seperti Surabaya, Bali dan Yogyakarta.

4.1.2 Struktur Organisasi Home Industry Triple 8

Adanya struktur organisasi Home Industry Triple 8 menunjukkan bahwa usaha

ini memiliki pembagian kerja, wewenang dan tanggungjawab dari setiap anggota

organisasi, mulai dari pengelola hingga karyawan dalam melaksanakan tugasnya

masing-masing. Berikut ini disajikan bagan struktur organisasi Home Industry Triple 8

31
32

Gambar 3. Struktur Organisasi Home Industry Triple 8

PEMILIK
BAPAK FREDY

SUPERVISOR SUPERVISOR
ARIF SUPRASTIO IKE KUSUMAWATI

BAG. BAG. BAG. BAG.


PRODUKSI PRODUKSI PENGEMASAN PENGEMASAN
PAK KUS WAHYU ANGGI WILDA

Sumber : Home Industry Triple 8 (2020)

Adapun tugas dari masing-masing bagian yang ada pada Home Industry Triple 8

adalah sebagai berikut :

1. Tugas Pemilik :

a. Penyedia dana untuk kebutuhan produksi.

b. Merancang perencanaan jangka panjang mengenai jalannya operasional

usaha.

c. Pemilik sebagai penyedia fasilitas produksi seperti peralatan untuk

produksi.
33

2. Tugas Supervisor :

a. Koordinator produksi dan pengawas produksi yang mengontrol semua

kegiatan produksi dan pengemasan mie.

b. Penyedia bahan baku produksi.

3. Tugas Karyawan Bagian Produksi :

Karyawan bagian produksi bertugas untuk melakukan kegiatan produksi.

4. Tugas Karyawan Bagian Pengemasan :

Karyawan bagian pengemasan bertugas untuk melakukan kegiatan

pengemasan mie sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan.

4.1.3 Alat ProduksiHome Industry Triple 8

Pada proses produksi mie di Home Industri Triple 8 digunakan beberapa alat

untuk mendukung proses tersebut antara lain sebagai berikut :

Tabel 1. Alat Produksi Home Industry Triple 8


No. Keterangan Fungsi
Untuk mencampur semua bahan baku
1 Mesin Mixer Bahan Baku sehingga bahan baku dapat menjadi
adonan yang dapat dipipihkan.
Untuk memipihkan sedikit demi sedikit
adonan yang sudah dicampur dan terus
2 Mesin Giling Bahan Baku dilakukan berulang-ulang sampai
adonan menjadi tipis sesuai dengan
ketentuan.
Untuk memotong mie yang sudah
3 Mesin Pemotong Mie
dipipihkan agar terbentuk menjadi mie.
Untuk menimbang mie yang sudah jadi
4 Timbangan agar dapat dikemas ke dalam plastik
sesuai dengan ketentuan.
Sumber : Home Industry Triple 8 (2020)
34

4.1.4 Bahan Baku Home Industry Triple 8

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi mie pada Home Industry

Triple 8 adalah :

1. Tepung cakra

2. Tepung tapioka

3. Telur

4. Garam

5. Air

6. Bahan lain : sttp, cmc, soda, pewarna makanan

Untuk pemasok dari bahan baku, Home Industry Triple 8 melakukan kerja sama

dengan beberapa toko langganan, berikut disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 2. Pemasok Bahan Baku


No. Bahan Baku Pemasok
1 Tepung Cakra Toko Taruna dan Saribumi
2 Tepung Tapioka Toko Taruna dan Saribumi
3 Telur Toko Dau
4 Garam Toko Taruna dan Saribumi
5 Bahan Lainnya Ibu Kiki
Sumber : Home Industry Triple 8 (2020)

4.1.5 Metode Pencatatan dan Penilaian Bahan Baku

1. Metode Pencatatan Bahan Baku

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa, metode

pencatatan bahan baku Home Industry Triple 8 adalah menggunakan sistem

pencatatan perpetual. Hal ini berdasarkan kegiatan observasi penelitian yang

telah dilakukan, dimana pencatatan persediaan bahan baku dilakukan dari

saat bahan baku masuk ke gudang, hingga saat bahan baku digunakan dalam

proses produksi.
35

Sehingga, jumlah persediaan bahan baku dapat diketahui setiap saat.

Pencatatan terhadap bahan baku dilakukan langsung oleh pimpinan Home

Industry Triple 8. Meskipun pencatatan bahan baku dilakukan secara

sederhana yang dicatat pada buku persediaan masuk dan persediaan

digunakan, namun pencatatan ini dianggap efektif karena jumlah persediaan

bahan baku yang tidak terlalu banyak dan masih memungkinkan untuk

dilakukan perhitungan secara langsung ke tempat penyimpanan bahan baku.

Hal ini juga berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada pimpinan

Home Industry Triple 8 untuk mengetahui bagaimana pemantauan terhadap

persediaan bahan baku, berikut ini adalah hasil jawaban dari Pak Fredy

selaku pimpinan Home Industry Triple 8 terkait hal tersebut.

“Cara pemeriksaan atas persediaan bahan baku yang dilakukan pada Home
Industry ini yaitu dengan melihat persediaan bahan baku di gudang, apabila
di gudang sudah tersisa 20%, maka akan segera dilakukan pembelian bahan
baku kembali”. (Wawancara dilakukan pada 15 Januari 2020)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa proses pemantauan persediaan bahan baku pada Home Industry Triple

8 dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada gudang tempat

penyimpanan, dan jika persediaan bahan baku tinggal tersisa 20% maka akan

segera dilakukan pembelian bahan baku kembali.

2. Metode Penilaian Bahan Baku

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa, metode

penilaian bahan baku pada Home Industry Triple 8 adalah menggunakan

metode FIFO (First In First Out) atau Pertama Masuk Pertama Keluar.
36

Penggunaan metode ini dipilih dikarenakan persediaan bahan baku yang

masuk di gudang awal akan dikeluarkan lebih dulu, hal ini dapat mengurangi

resiko adanya barang yang rusak karena terlalu lama dalam penyimpanan.

4.1.6 Pengendalian Intern atas Persediaan Bahan Baku

1. Sistem dan Prosedur Pengendalian Persediaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini disajikan

informasi mengenai sistem dan prosedur dalam permintaan bahan baku dari

tempat penyimpanan menuju ke proses produksi pada Home Industri Triple

8.

a. Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Bahan Baku

Pengeluaran bahan baku merupakan awal dimulainya suatu proses

produksi. Setiap bahan baku yang dikeluarkan, terlebih dahulu harus

disetujui oleh bagian supervisorHome Industry Triple 8. Bagian atau

fungsi yang terkait, dokumen, prosedur dan sistem pengeluaran bahan

baku dari tempat penyimpanan di Home Industry Triple 8 adalah sebagai

berikut :

1) Fungsi yang Terkait

Fungsi yang terkait dalam pengeluaran bahan baku adalah :

a) Fungsi Produksi

Fungsi ini dilaksanakan oleh bagian produksi yang bertugas atau

bertanggungjawab atas pelaksanaan produksi.


37

b) Fungsi Gudang

Fungsi ini dilaksanakan oleh supervisor sebagai koordinator

produksi dan pengawas produksi yang mengontrol semua

kegiatan produksi dan pengemasan mie.

c) Fungsi Akuntansi

Fungsi ini juga dilaksanakan oleh supervisor yang mencatat

pemakaian bahan baku dalam buku catatan yang disiapkan

khusus.

2) Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat pemasukan dan

pengeluaran bahan baku dilakukan secara manual di buku persediaan.

3) Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Bahan Baku

Prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku dari tempat

penyimpanan pada Home Industry Triple 8 adalah sebagai berikut :

a) Bagian Produksi

Bagian produksi meminta bahan baku ke supervisor secara lisan

saat bagian produksi membutuhkan bahan baku untuk proses

produksi.

b) Bagian Gudang

(1) Menyiapkan bahan baku yang diminta oleh bagian produksi.

(2) Menyerahkan bahan baku yang diminta ke bagian produksi.

(3) Mencatat bahan baku yang diminta ke dalam buku persediaan.


38

c) Bagian Akuntansi

Pencatatan bahan baku dilakukan secara langsung tanpa melalui

proses pembuatan jurnal akuntansi dan lain sebagainya. Hanya

dilakukan pencatatan secara manual dan sederhana oleh

supervisor.

2. Komponen Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku

a. Lingkungan Pengendalian

Pengendalian intern persediaan pada Home Industry Triple 8 dapat

dijelaskan berdasarkan faktor-faktor yang menyusun lingkungan

pengendalian berikut ini :

1) Gaya Operasi

Gaya operasi yang digunakan oleh Home Industry Triple 8 adalah

pengawasan yang dilakukan secara langsung oleh supervisor atau

pimpinan Home Industry Triple 8. Hal ini dikarenakan struktur

organisasi yang sederhana dan simpel dengan tugas dan

tanggungjawab yang sedikit tapi jelas.

2) Komitmen Terhadap Nilai Tanggung Jawab

Komitmen pelaksanaan kegiatan operasional di Home Industry Triple

8 menjunjung tinggi tanggungjawab dan peranan dari setiap masing-

masing bagian sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Sehingga setiap

bagian dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam proses

produksi pembuatan mie untuk menciptakan produk yang berkualitas

kepada pembeli/konsumen baik langsung maupun tidak langsung.


39

3) Struktur Organisasi

Pada Home Industry Triple 8, struktur organisasi berdasarkan fungsi

sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan meskipun terkesan

sangat sederhana namun dapat dengan jelas pembagian tugas dan

wewenang dari setiap fungsi yang ada.

Hal ini juga berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada

pimpinan Home Industry Triple 8 untuk mengetahui bagaimana

pembagian wewenang dan struktur organisasi yang ada, berikut ini

adalah hasil jawaban dari Pak Fredy selaku pimpinan Home Industry

Triple 8 terkait hal tersebut.

“Struktur organisasi di Industry Triple 8 ini bisa saya katakan masih

sangat sederhana ya, tapi setiap bagian itu mampu menjalankan

fungsinya dengan baik selama ini, terlebih proses produksi yang

tidak terlalu ribet dan cukup untuk dilakukan sedikit orang”.

(Wawancara dilakukan pada 15 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa struktur organisasi Home Industry Triple 8

memang masih sangat sederhana. Hanya terdiri dari supervisor,

bagian produksi dan bagian pengemasan, tetapi dari setiap bagian

tersebut dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik.

b. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian yang dilaksanakan oleh Home Industry Triple 8

adalah sebagai berikut :


40

1) Pencatatan yang Sederhana

Pencatatan yang dilakukan masih bisa dikatakan sangat sederhana,

karena tidak menggunakan kartu persediaan. Namun hanya

menggunakan pencatatan di sebuah buku untuk mencatat persediaan

bahan baku yang masuk dari pemasok serta bahan baku yang keluar

untuk proses produksi. Namun cara ini masih dianggap cukup efektif

bagi Home Industry Triple 8.

Hal ini juga berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada

pimpinan Home Industry Triple 8 untuk mengetahui bagaimana

pencatatan mengenai persediaan bahan baku di Home Industry Triple

8, berikut ini adalah hasil jawaban dari Pak Fredy selaku pimpinan

Home Industry Triple 8 terkait hal tersebut.

“Kita melaksanakan pencatatan masih sangat manual dan

sederhana, tidak menggunakan kartu persediaan dan segala macam

itu, tetapi hanya menggunakan buku khusus untuk mengetahui jumlah

bahan baku yang masuk, yang digunakan dan yang sudah habis, itu

saja”. (Wawancara dilakukan pada 15 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pencatatan persediaan bahan bakuHome

Industry Triple 8 memang masih sangat sederhana dan manual.

Karena tidak menggunakan sistem pencatatan menggunakan kartu

persediaan, seperti halnya di perusahaan pada umumnya. Tetapi


41

hanya menggunakan buku khusus, untuk mencatat bahan baku yang

masuk atau dibeli, yang sedang digunakan, dan yang sudah habis.

2) Tidak Ada Pemisahan Tugas

Tidak ada pemisahan tugas yang dimaksud disini adalah seluruh

pencatatan persediaan bahan baku yang masuk, pencatatan

persediaan yang masih tersedia, dan pencatatan persediaan yang

digunakan semuanya dilaksanakan oleh supervisor sebagai

penanggung jawab dan pengawas proses produksi.

Hal ini juga berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada

pimpinan Home Industry Triple 8 untuk mengetahui bagaimana

pemisahan tugas terhadap pencatatan persediaan bahan baku, berikut

ini adalah hasil jawaban dari Pak Fredy selaku pimpinan Home

Industry Triple 8 terkait hal tersebut.

“Berkaitan dengan jumlah karyawan yang sedikit serta pembagian

tugas dan wewenang sesuai dengan struktur organisasi, maka

pencatatan saya rasa tidak perlu dilakukan oleh banyak orang,

cukup supervisor sebagai penanggungjawab penyedia, pelaksana

dan pengawas dari ketersediaan bahan baku”. (Wawancara

dilakukan pada 15 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pemisahan tugas pencatatan persediaan bahan

bakuHome Industry Triple 8 hanya dilakukan oleh supervisor tanpa

melibatkan karyawan yang lain. Hal ini karena setiap karyawan


42

sudah memiliki tugasnya masing-masing dan tugas mencatat dirasa

tidak terlalu sulit dan tidak membutuhkan banyak tenaga.

c. Informasi dan Komunikasi

Untuk sistem informasi dan komunikasi dalam permintaan dan

penggunaan bahan baku untuk proses produksi dilakukan secara lisan

oleh bagian produksi kepada supervisor yang kemudian supervisor akan

menyediakan dan menyerahkan bahan baku kepada bagian produksi.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Evaluasi Lingkungan Pengendalian Persediaan Bahan Baku

1. Gaya Operasi

Gaya operasi mencerminkan ide seorang pemimpin tentang bagaimana

kegiatan operasi perusahaan harus dikerjakan. Untuk membuat karyawan

mengerti akan pentingnya mematuhi tata tertib yang ada serta selalu

menciptakan hubungan yang baik dengan seluruh bagian yang berhubungan

dengan perusahaan.

Hal ini juga berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada pimpinan

Home Industry Triple 8 untuk mengetahui bagaimana evaluasi gaya operasi

pimpinan yang diterapkan, berikut ini adalah hasil jawaban dari Pak Fredy

selaku pimpinan Home Industry Triple 8 terkait hal tersebut.

“Sebagai pemimpin dari Home Industry Triple 8, tentu tugas utama saya

adalah mengawasi setiap aktivitas yang dilakukan oleh karyawan. Meskipun

saya tahu bahwa karyawan saya sangat bertanggungjawab dalam setiap


43

tugasnya masing-masing, tapi saya tidak bisa mengabaikan begitu saja,

pengawasan secara langsung tetap penting dilakukan, sehingga apabila

terjadi permasalahan di bagian tertentu, saya juga bisa langsung turut

andil, tanpa harus menyalahkan satu dengan yang lain. Menurut saya

tanggungjawab adalah hal yang utama bagi seorang pemimpin

perusahaan”. (Wawancara dilakukan pada 15 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa gaya operasi yang diterapkan oleh manajemenHome Industry Triple 8

adalah tanggungjawab yang tinggi dan pengawasan satu sama lain. Baik itu

dari pemimpin, supervisor hingga ke karyawan harus saling mendukung dan

memperhatikan setiap pekerjaan yang ada, sehingga apabila terjadi

permasalahan tidak akan saling menyalahkan satu sama lain.

2. Komitmen Terhadap Nilai Tanggung Jawab

Penting bagi pemimpin untuk menciptakan budaya organisasi yang

menekankan pada integritas dan nilai-nilai etika. Meskipun jumlah karyawan

di Home Industry Triple 8 dapat dikatakan sedikit, namun pemimpin

perusahaan mengharapkan adanya komitmen dalam nilai tanggungjawab dari

setiap bagian yang bertugas dalam bagiannya masing-masing. Sehingga,

setiap bagian dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal dan penuh

tanggungjawab.

Hal ini juga berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada pimpinan

Home Industry Triple 8 untuk mengetahui bagaimana evaluasi terhadap


44

komitmen terhadap nilai tanggungjawab yang diterapkan, berikut ini adalah

hasil jawaban dari pimpinan Home Industry Triple 8 terkait hal tersebut.

“Seperti yang saya katakan bahwasannya setiap anggota di Home Industry

Triple 8 ini termasuk saya, harus menanamkan sifat tanggungjawab atas

setiap pekerjaan yang diberikan. Karena itu merupakan amanah. Sehingga

komitmen untuk menjaga nilai tanggungjawab itu harus selalu mengingat

bahwa tugas ini adalah amanah yang telah diberikan kepada saya. Oleh

karena itu, saya harus melaksanakannya dengan sebaik mungkin”.

(Wawancara dilakukan pada 15 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa komitmen terhadap nilai-nilai tanggungjawab adalah melalui

kesadaran diri mengenai amanah dari setiap pekerjaan yang telah diberikan.

Sehingga, dengan kesadaran diri yang tinggi maka tanggungjawab juga akan

semakin tinggi.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi disusun untuk menentukan wewenang, posisi, tugas dan

tanggungjawab dan hubungan antar satuan organisasi dalam Home Industry

Triple 8. Hal ini hampir sama dengan penjelasan di atas, yang mana

meskipun struktur organisasi Home Industry Triple 8 sangat sederhana,

namun setiap bagian memiliki tugas dan tanggungjawab yang jelas atas

fungsinya masing-masing.

Hal ini juga berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada pimpinan

Home Industry Triple 8 untuk mengetahui bagaimana evaluasi terhadap


45

pembagian wewenang dan struktur organisasi yang ada, berikut ini adalah

hasil jawaban dari Pak Fredy selaku pimpinan Home Industry Triple 8 terkait

hal tersebut.

“Struktur organisasi di Industry Triple 8 ini bisa saya katakan masih sangat

sederhana ya, tapi setiap bagian itu mampu menjalankan fungsinya dengan

baik selama ini, terlebih proses produksi yang tidak terlalu ribet dan cukup

untuk dilakukan sedikit orang”. (Wawancara dilakukan pada 15 Januari

2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa struktur organisasi Home Industry Triple 8 memang masih sangat

sederhana. Hanya terdiri dari supervisor, bagian produksi dan bagian

pengemasan, tetapi dari setiap bagian tersebut dapat melaksanakan tugas dan

tanggung jawab dengan baik.

4.2.2 Evaluasi Aktivitas Pengendalian Persediaan Bahan Baku

1. Pencatatan yang Sederhana

Pencatatan yang sederhana pada persediaan bahan baku merupakan salah

satu masalah utama yang harus diperhatikan oleh Home Industry Triple 8.

Tidak adanya pembuatan kartu persediaan untuk setiap item bahan baku

membuat pencatatan disamakan yang mana membuat pencatatan terlihat

tidak rapi dan kurang efektif. Meskipun bahan baku yang digunakan tidak

terlalu banyak dan masih bisa dihitung dengan cara fisik, namun pentingnya

pembuatan kartu persediaan adalah hal yang harus di evaluasi dari Home

Industry Triple 8.
46

Hal ini juga berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada pimpinan

Home Industry Triple 8 untuk mengetahui bagaimana evaluasi terhadap

pencatatan mengenai persediaan bahan baku di Home Industry Triple 8,

berikut ini adalah hasil jawaban dari Pak Fredy selaku pimpinan Home

Industry Triple 8 terkait hal tersebut.

“Saya menyadari bahwa pencatatan yang kami lakukan masih terbilang

sangat minim dari pencatatan dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu,

kami mungkin nantinya akan berupaya untuk bisa menerapkan pencatatan

persediaan menggunakan kartu atau dengan media yang lain”. (Wawancara

dilakukan pada 15 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa evaluasi pencatatan persediaan bahan baku Home Industry Triple 8

akan diupayakan dengan cara melakukan pencatatan menggunakan kartu

persediaan atau media pencatatan yang lain yang dirasa lebih efektif. Namun

tentu semua itu perlu proses dan penyesuaian terlebih dahulu.

2. Tidak Ada Pemisahan Tugas

Tidak ada pemisahan tugas yang dimaksud disini adalah seluruh pencatatan

persediaan bahan baku yang masuk, pencatatan persediaan yang masih

tersedia, dan pencatatan persediaan yang digunakan semuanya dilaksanakan

oleh supervisor sebagai penanggung jawab dan pengawas proses

produksi.Pencatatan persediaan bahan baku masih dianggap efektif karena

memang merupakan tugas dan tanggungjawab dari supervisor dalam

mengkoordinasi dan mengawasi proses produksi, serta Home Industry Triple


47

merasa tidak memerlukan karyawan baru atau bagian khusus untuk

pencatatan persediaan.

Hal ini juga berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada pimpinan

Home Industry Triple 8 untuk mengetahui bagaimana evaluasi terhadap

pemisahan tugas terhadap pencatatan persediaan bahan baku, berikut ini

adalah hasil jawaban dari Pak Fredy selaku pimpinan Home Industry Triple 8

terkait hal tersebut.

“Saya rasa untuk saat ini, pencatatan masih akan dilakukan oleh supervisor

saja, tanpa adanya bagian khusus seperti staf keuangan dan administrasi.

Karena untuk sekarang pencatatan masih bisa di handle meskipun tanpa

adanya pemisahan tugas untuk mencatat persediaan bahan baku. Tetapi

tidak menutup kemungkinan bahwa nanti akan direkrut karyawan, khusus

untuk bagian pencatatan keuangan dan persediaan bahan baku”.

(Wawancara dilakukan pada 15 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa evaluasi pemisahan tugas untuk saat ini akan masih dilakukan oleh

para supervisor, namun tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada

pemisahan tugas yang khusus untuk bagian pencatatan persediaan barang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Proses pengendalian internal persediaan bahan baku di Home Industry Triple

8 dilakukan dengan cara pengawasan langsung oleh supervisor Home

Industry Triple 8. Sehingga adanya pengawasan yang jelas dan tegas

terhadap proses penyediaan bahan baku. Selain itu, pengawasan yang

dilakukan secara rutin setiap hari juga menambah nilai baik bagi

pengendalian internal persediaan bahan baku di Home Industry Triple 8.

2. Pengendalian internal persediaan bahan baku di Home Industry Triple 8

sudah dilakukan dengan baik dan efisien. Hal ini dikarenakan adanya sistem

pengawasan yang jelas dari supervisor sebagai penanggungjawab proses

produksi, serta pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam

proses kegiatan usaha di Home Industry Triple 8.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan, maka saran yang dapat

diberikan oleh peneliti adalah Home Industry Triple 8 dapat terus meningkatkan dan

melakukan evaluasi terhadap pengendalian internal persediaan bahan baku. Agar

kemungkinan terjadinya permasalahan yang menghambat proses produksi dapat

diminimalisir dengan baik. Selain itu, pengawasan yang dilakukan dapat dengan

melibatkan semua personel yang ada di Home Industry Triple 8.

48
DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan. 2010. Manajemen Pemasaran : Analisis untuk Perancangan


Strategi Pemasaran. Yogyakarta. UPP AMP YKPN
Agung, Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta. Pembaharuan
Agus, Ristono. 2009. Manajemen Persediaan. Yogyakarta. Graha Ilmu
Agus, Sartono. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta.
BPFE
Ahyari, Agus. 2012. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. Yogyakarta.
BPFE
Alexandri, Moh Benny. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis : Teori dan Soal.
Bandung. Alfabeta
Arens, Alvin., Randal J. Elder., Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Asuransi :
Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1. Edisi 12. Jakarta. Erlangga
Arens, Alvin., Randal J. Elder., Mark S. Beasley. 2013. Jasa Audit dan Asuransi :
Pendekatan Terpadu. Jakarta. Salemba Empat
Bungkaes, H. R., Posumah, J. H., dan Kiyai, B. 2013. Hubungan Efektivitas
Pengelolaan Program Raskin dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
di Desa Mamahan Kecapatan Gemeh Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal
Acta Diurna, Vol. 3 No. 17
Hanafi, Mahmud M. 2010. Manajemen Keuangan. Cetakan 5. Yogyakarta. BPFE
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta. Raja
Grafindo Persada
Hery. 2013. Auditing : Pemeriksaan Akuntansi 1. Cetakan Pertama. Jakarta. CAPS
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta.
Salemba Empat
J. Moleong, Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung. PT Remaja
Rosdakarya

J. Moleong, Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung. PT


Remaja Rosdakarya

48
49

Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 3. Yogyakarta. UPP AMP YKPN
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta. UPP AMP YKPN
Masruri. 2014. Analisis Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan. Padang. Akademia Permata
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Jakarta. Salemba Empat
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Cetakan 5. Jakarta. Salemba Empat
Munawir, S. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Cetakan 5. Yogyakarta.
Liberty
Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi 1.
Cetakan 2. Surabaya. Guna Widya
Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta.
PT Raja Grafindo Persada
Romney, Marshall B dan Steinbart. 2015. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 13.
Jakarta. Salemba Empat
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung. Alfabeta
Sukandarumidi. 2002. Metode Penelitian. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
Tangkilisan, Nogi Hessel. 2005. Manajemen Publik.Jakarta. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
50

LAMPIRAN

Dokumentasi sewaktu melakukan penelitian


51

RIWAYAT HIDUP
Nama : Markus Boes Parera
Tempat, tanggal lahir : Daleng, 25 April 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Khatolik
NIM : 2016110133
Program Studi : Akuntansi
Alamat Asal : Wae Nakeng, Kecamatan Lembor
Kabupaten Manggarai Barat- NTT

Anak : Ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Fidensius Parera dan
Mama Bededita Daghe
Alamat di Malang : Jl. Tirto Rahayu Gg. 9 No.4

Riwayat pendidikan
1. 2004-2010 : SDI Daleng
2. 2010-2013 : SMPN 1 Lembor.
3. 2013-2016 : SMAK Diakui Santa Familia Wae Nakeng
4. 2016-2020 : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

Anda mungkin juga menyukai