Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN UAS FILSAFAT KOPERASI

Menganalisa dan mengembangkan pemikiran mengenai tata kelola kehidupan sosial-ekonomi yang
mengaitkan hubungan-hubungan terintregrasi diantara petani/pekebun, KUD dan Pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit, sehingga terwujud suatu sistem sosial ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai, norma dan
prinsip Koperasi.

a. Kesatuan sistem pengorganisasian diantara petani pekebun, KUD dan Industri pengolahan
penghasil CPO’
Analisis :
Manajemen Operasional Koperasi
(1) Struktur Tata Kelola Koperasi Dalam manajemen koperasi, pemegang kekuasaan
tertinggi pada KUD terletak pada Rapat Anggota sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Koperasi3 . Susunan organisasi koperasi pada level Top Manajemen terdiri atas
Ketua, Badan Pengawas dan Pembina/Pelindung. Pada level Middle Management terdapat
Kepalakepala Unit atau bidang usaha yang bertanggung jawab atas operasional
masingmasing unit usaha, dan khusus untuk Unit Usaha Plasma, pada level Low
Management terdapat Ketua Kelompok Tani yang bertanggung jawab atas operasional
kebun plasma di lapangan. Faktor kepercayaan anggota kepada pengurus koperasi
merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan koperasi. bahwa pengurus
koperasi, khususnya ketua koperasi dalam pemilihan pengurus yang dilaksanakan secara
demokratis pada forum Rapat Anggota, dipercaya oleh anggota untuk memimpin
koperasinya lebih dari satu periode.
(2) Operasional Kebun Plasma Pananggung jawab pengelolaan kebun plasma di lapangan
adalah Ketua kelompok tani, sedangkan pelaksanaannya untuk masing-masing KUD
berbeda-beda. Kelompok Tani adalah gabungan petani sehamparan yang anggotanya
adalah para petani plasma. Pada usaha perkebunan, wilayah kerja kelompok tani dapat
disamakan dengan satu afdeling.,pengelolaan operasional kebun di lapangan dilaksanakan
oleh kelompok tani, sedangkan di KUD Jaya Makmur, operasional pengelolaan kebun oleh
masing-masing individu petani palsma dibawah koordinasi Ketua kelompok tani. Dalam
pengelolaan kebun plasma, KUD bertanggung jawab dalam pengadaan sarana produksi,
penjadwalan rotasi panen dan pemasaran TBS dari kebun plasma yang dikelolanya.
Kemitraan Inti Plasma Secara garis besar, di Indonesia pola kemitraan yang paling sering
digunakan adalah pola inti plasma. Terdapat tiga pola kemitraan inti plasma, yaitu Pola
PIR, Pola KKPA, dan Pola PRP.46

a. Kemitraan Pola PIR (Perusahaan Inti Rakyat) Kemitraan Perusahaan Inti Rakyat
merupakan kemitraan perkebunan generasi pertama yang dimulai pada tahun 1980-an.
Program PIR merupakan pola pengembangan perkebunan rakyat dengan menggunakan
perkebunan besar sebagai inti dan sekaligus sebagai pelaksana pengembangan kebun
plasma. Pola ini awalnya dibangun perusahaan perkebunan Negara untuk masyarakat
diwilayah pedesaan. Dalam pola ini, perkebunan besar membangun kebun inti, pabrik, lalu
membangun plasma. Secara rinci, pekerjaan pembangunan program PIR meliputi tiga
tahap. Tahap pertama, perusahaan inti melaksanakan pembangunan kebun. Pada tahap
kedua, dilakukan pengalihan kebun kepada petani plasma dan akad kredit konversi.
Selanjutnya, tahap ketiga dilakukan pengembalian atau pelunasan kredit (hutang petani).

b. Kemitraan Pola KKPA (Kredit Koperasi Primer kepada Anggota)


Kemitraan pola KKPA merupakan pola kemitraan perusahaan inti dan petani dalam wadah
koperasi untuk meningkatkan daya guna lahan petani peserta dalam usaha meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan para anggota melalui kredit jangka panjang dari bank.
Perusahaan inti sebagai pengembang melaksanakan pembangunan kebun kelapa sawit
untuk petani peserta dengan biaya pembangunan dari kredit bank hingga tanaman kelapa
sawit menghasilkan. Perusahaan inti juga membangun kelembagaan petani sebagai wadah
pembinaan dan bimbingan bagi petani peserta budidaya dan manajemen perkebunan kelapa
sawit. Pembinaan minimum dilakukan selama satu siklus tanam. Pada pola kemitraan
KKPA, perusahaan inti bertanggung jawab atas pengembalian kredit bank. Angsuran kredit
ini diambil dari pemotongan hasil jual TBS dari petani plasma. Artinya petani wajib
menjual hasil kebunnya pada perusahaan inti. Dalam hal ini, perusahaan inti wajib membeli
hasil TBS petani plasma dengan harga plasma yang telah ditetapkan oleh instansi yang
berwenang. Selama proses ini, koperasi sebagai wadah petani berhak melakukan
pengawasan pada perusahaan inti.

Pola pengambilan keputusan


Pengambilan keputusan meliputi berbagai aspek dan keadaan. Ada putusan-putusan yang
rutin sifatnya, ada yang tidak pasti,ada yang meliputi berbagai segi dan seterusnya.
Dasarnya pun berbeda-beda, ada yang intuisi, menghitung kancing baju, ada yang rasional
dengan dibantu teknik-teknik ilmiah tertentu. Ada yang memerlukan waktu cepat ada yang
harus diselesaikan dengan hati-hati dan memakan waktu yang relatif lama.
Pada hakikatnya proses pengambilan keputusan itu seyogyanya meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pengenalan persoalan yang dihadapi;
2. Mengumpulkan data yang penting dan perlu yang berhubungan dengan persoalan
yang dihadapi;
3. Menganalisis data;
4. Menemukan berbagai alternatif pemecahan soal;
5. Memilih alternatif pemecahan soal yang terbaik;
6. Implementasi alternatif yang dipilih;
7. Follow-up.
Adapun unsur-unsur pengambilan keputusan itu menurut Wilson dan Alexis terdiri dari:
1. Keadaan/sifat putusan yang ada dan lingkungan si pengambil keputusan.
2. Orang yang mengambil keputusan bisa sendiri atau dipengaruhi oleh golongan
tertentu.
3. Tujuan bisa individual, golongan, lingkungan koperasi atau kombinasinya.
4. Alternatif.
5. Rankingnya
6. Pilihan final.

Sebelum dilakukan proses analisa tentu saja orang yang akan mengadakan analisis
soal harus mengadakan penilaian tentang data yang ada. Dengan perkataan lain
penentuan soal yang sebenarnya mungkin terjadi setelah dilakukan analisa terhadap
data beserta bukti-bukti.
Misalnya saja penentuan soal “bahwa koperasi tidak likuid” harus disertai dengan bukti-
bukti yaitu berdasarkan alat-alat/teknik pembuktian tertentu misalnya bahwa current
ratio rendah, quick ratio rendah, cash ratio rendah, analisa sumber-sumber dan
penggunaan dana (dana jangka pendek untuk membelanjai kebutuhan modal jangka
panjang) dan seterusnya. Dengan demikian orang harus menentukan persoalan atau
mengetahui soal dengan jelas.
Kemudian untuk memperjelas analisa soal dilakukan pemecahan ke dalam aspek-aspek
yang penting artinya ditemukan alasan-alasan, faktor-faktor atau sebab-sebab yang
menimbulkan soal tersebut misalnya dalam hal ketidaklikuiditasan koperasi karena
beberapa hal: kas terlalu sedikit, terlalu banyaknya persediaan, pesanan sedikit.
Dengan dikelompokkannya sebab-sebab tersebut akan dikenali sebab manakah yang
menonjol yang paling mempengaruhi soal. Misalnya terlalu banyaknya persediaan.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Dengan diajukannya pertanyaan-pertanyaan dapatlah
diketahui sebab pokok yang menimbulkan soal sehingga bisa dicarikan alternatif
pemecahannya.

Anda mungkin juga menyukai