Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri

dengan hubungan jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling

percaya, dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk

mencapai tujuan bisnis bersama. Selama ini istilah kemitraan ini telah dikenal

dengan sejumlah nama, diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan

(strategic customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic

supplier alliance) dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership

sourcing).

Pola kemitraan inti plasma merupakan hubungan antara petani,

kelompok tani , atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti

yang bermitra uasha. Perusahaan inti menyediakan lahan , sarana produksi ,

bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan

hasil produksi. Sementara itu kelompok mitri bertugas memenuhi kebutuhan

perusahaan inti sesuai dengan persyeratan yang telah ditentukan.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian kemitraan inti plasma ?

b. Bagaimana implementasi inti plasma?

c. Bagaimana penjelasan Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang inti

plasma ?

d. Apa keunggulan dan kelemahan inti plasma ?

1
1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian kemitraan inti plasma.

b. Untuk mengidentifikasi implementasi inti plasma.

c. Untuk mengetahui Peraturan Pemerintah R.I No 16 Tahun 1997 tentang

Waralaba

d. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan inti plasma

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemitraan Inti Plasma

inti-plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha

menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha

kecil yang menjadi plasma dalam penyediaan lahan, penyediaan sarana

produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha, produksi, perolehan,

penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan

efisiensi dan produktifitas usaha. Program inti-plasma ini, diperlukan

keseriusan dan kesiapan, baik pihak usaha kecil sebagai pihak yang mendapat

bantuan untuk dapat mengembangkan usahanya, maupun pihak uasaha besar

yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk mengembangkan usaha kecil

sebagai mitra usaha dalam jangka panjang.

Pola kemitraan inti plasma menetapkan perusahaan (inti) sebagai

developer dan avails. Artinya, inti bertanggung jawab untuk membangunkan

kebun dan menyediakan atau mencarikan dananya. Dengan demikian, fungsi

dan perannya menjadi lebih nyata (lebih bertanggung jawab sampai dengan

terwujudnya kebun dan lunasnya kredit petani). Pada pola ini, pendampingan

dan pemberdayaan petani menjadi lebih terencana, dengan kontrak manajemen

satu siklus dan sistem manajemen satu atap. Pengelolaan seluruh kebun, baik

milik perusahaan inti maupun milik petani plasma mendapat perlakuan yang

sama, mulai dari persiapan penanaman, pengelolaan kebun, hingga

pengolahan hasil. Pengelolaan kebun plasma selama satu siklus tanaman

3
melibatkan petani semaksimal mungkin, sehingga stabilitas produksi, usaha

tani, dan pendapatan petani plasma lebih diprioritaskan

2.2 Implementasi Inti-Plasma


Untuk mewujudkan kemitraan antara pihak inti dan plasma, melalui 5

tahap yaitu tahap pertama, pembangunan kebun inti beserta fasilitas kantor

oleh pihak perusahaan inti. Khusus di Aceh, PT. Perkebunan Nusantara I

Langsa mempunyai kebun inti untuk komoditas karet dan kelapa sawit. Tahap

kedua, membangun kebun plasma. Dalam pembangunan kebun plasma, pihak

perusahaan perkebunan mengunakan petani plasma sebagai tenaga kerja

dimana pada tahap ini proses alih teknologi mulai diperkenalkan. Tahap ketiga,

membangun lahan pangan dimana lahan pangan ini diandalkan sebagai sumber

pendapatan sampingan bagi petani plasma sebelum tanaman utama

menghasilkan. Hal ini dilakukan mengingat tanaman perkebunan mulai

menghasilkan tiga tahun setelah tanam. Jadi pada tahap menunggu tanaman

utama menghasilkan petani memperoleh pendapatan dari tanaman pangan

seperti padi dan kacang-kacangan. Tahap keempat, membangun perumahan

dan fasilitas umum. Penyediaan fasilitas tersebut untuk mewujudkan sebuah

kawasan dimana petani plasma dapat hidup dengan layak sebagaimana dialami

juga oleh masyakarakat di perkotaan. Dengan kata lain, pada kawasan

pengembangan tersebut dapat menjadi sebuah kawasan agropolitan (kota

pertanian) dengan segala fasilitas yang dimiliki sebagaimana layaknya fasilitas

yang ada di perkotaan. Tahap kelima, pembinaan yaitu kegiatan yang

dilakukan semenjak pembangunan kebun plasma sampai pada tahap kebun di

konversikan kepada petani plasma. Hal ini dilakukan setelah seluruh komponen

4
kredit yang menjadi kewajiban petani plasma dilunasi. Bentuk konkrit dari

keberhasilan pembinaan yang dilakukan adalah petani plasma telah dapat

mengadopsi budaya kebun dengan segala bentuk manajemen dari perusahaan

inti kepada petani plasma.

Keuntungan kemitraan inti plasma yang terpenting adalah adanya

kesinambungan usaha baik bagi pihak inti maupun plasma. Pada satu sisi,

petani plasma terus dapat memasok hasil produksi kepada inti yang tentunya

memiliki pabrik pengolahan dengan teknologi canggih dan investasi yang besar

yang sukar dilaksanakan oleh petani plasma.

2.3 Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Inti Plasma

“Inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau

usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan

inti melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi,

bimbingan teknis, samapai dengan pemasaran hasil produksi.”

2.4 Keunggulan dan kelemahan Inti Plasma

 Keunggulan inti plasma

Berdasarkan kondisi yang ada maka dapat dilihat bahwa sebenarnya

pola inti plasma merupakan suatu hubungan kerja sama timbal balik yang

saling menguntungkan. Beberapa keunggulan dari pelaksanaan pola inti plasma

adalah sebagai berikut:

5
1. Memberikan keuntungan timbal balik antara perusahaan inti dengan plasma

melalui pembinaan dan penyediaan sarana produksi, pengolahan

serta pemasaran hasil, sehingga tumbuh ketergantungan yang saling

menguntungkan.

2. Meningkatkan keberdayaan plasma dalam hal kelembagaan, modal sehingga

pasokan bahan baku kepada perusahaan inti lebih terjamin dalam jumlah

dan kualitas.

3. Usaha skala kecil/gurem yang dibimbing inti mampu memenuhi skala

ekonomi, sehingga usaha kecil ini mampu mencapai efisiensi.

4. Perusahaan inti dapat mengembangkan komoditas, barang produksi yang

mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di pasaran.

5. Keberhasilan pola inti-plasma dapat menjaadi daya tarik bagi investor

lainnya sehingga dapat menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

yang baru yang pada gilirannya membantu pemerataan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat.

Dalam pelaksanaan pola inti plasma tersebut ada beberapa catatan yang

perlu dicermati agar peaksanaannya dapat berjalan saling mengutungkan baik

itu di pihak inti maupun di pihak plasma, yaitu:

1. Persiapan dan tahapan awal merupakan proses yang menyita waktu,

perhatian,memerlukan kesabaran daan upaya yang terus menerus, sebelum

menjadi pola yang berhasil dan saling menguntungkan.

2. Pola inti plasma ini akan berhasil baik, bila jenis usaha inti sama atau terkait

dengan apa yang dihasilkan plasma.

3. Kemitraan akan berhasil baik bila dilaksanakan pada skala ekonomi layak.

6
4. Kemitraan harus didasarkan pada perjanjian kerja yang merinci secara jelas

atas hak-hak dan kewajiban pihak-pihak yang bermitra.

 Kelemahan inti plasma

Disamping memiliki beberapa keunggulan inti plasma juga memiliki

kelemahan diantaranya adalah:

1. Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga

kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancer.contoh produk

plasma sering tidak dijual ke prusahaan inti.

2. Komitmen perusahan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan

kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan plasma.

3. Belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas

plasma sehingga terkadang perusahaan inti mempermainkan harga

komoditas plasma.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inti-plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan

mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasma dalam penyediaan

lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis

manajemen usaha, produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan

teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktifitas

usaha.

3.2 Saran

Untuk pembaca makalah ini dapat menjadi bahan bacaan dan

pedoman buat makalah selanjutnya. Makalah ini tidak luput dari

kesalahan dan kekurangan, bagi saya kritik, saran dan tambahan sangat

saya butuhkan agar kedepannya saya bisa membuat makalah lebih baik

lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agus Adi Dewanto, Sh. (2005). Perjanjian Kemitraan Dengan Pola Inti Plasma
Pada Peternak Ayam Potong/Broiler Di Pemerintah Kabupaten Grobogan
Jawa Tengah. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan
Universitas Diponegoro

Diah Anjaswari, Lussy Luthfiana, dan Widia Musarofah. (2017). Makalah Pola
Kemitraan Usaha. Tangerang Selatan: Program Studi Mamajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pamulang.

http://portal-tugas.blogspot.com/2017/11/makalah-kemitraan-agribisnis-model-
kemitraan.html?m=1

http://ukiranjejak.blogspot.com/2015/05/pola-kemitraan.html?m=1

Uhang rantau. (2011). Pola kemitraan agribisnis. [Diakses pada tanggal 19


september 2011] http://deckygusdinata.blogspot.com/2011/09/pola-
kemitraan-agribisnis.html

Yuninda Gerdiana Putri dan Rosidah. (2012). Kemitraan usaha. Jawa Timur:
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”.

Anda mungkin juga menyukai