Anda di halaman 1dari 56

375.

615 1
Ind
f

FARMAKOGNOSI
Jilid III ( untuk kelas III )
Cetakan Pertama

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001


KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Departemen Kesehatan RI
Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pusdiknakes
2004
FARMAKOGNOSI
Jilid III ( untuk kelas III )
Cetakan Pertama

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001


KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Tim Penyusun :
1. Dra. Elizabeth Linggiana, Apt.
2. Dra. Titi Lestari, Apt.
3. Zulfahmi

Tim Pembahas / Editor :


1. Dra. Sri Hartati, Apt.
2. Zulfahmi
3. Muhammad Yani Zamzam
4. Basril, A.Md.

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan petunjuk-Nya, buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi telah
dapat disusun kembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum baru yakni
Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001.
Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir
oleh Sekretariat Bersama Sekolah Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan
seluruh unsur SMF Se Indonesia.
Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa / peserta didik, guru / tenaga
pendidik di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya,
selanjutnya dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi
khususnya dan dibidang kesehatan umumnya.
Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran
perbaikan dan kritik dari semua pembaca.

Jakarta, Mei 2002

ii
PENGANTAR DARI SEKBER

Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi telah diikuti
dengan perombakan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum Sekolah
Menengah Farmasi 2001. Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi seorang Asisten
Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi lainnya.
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Buku Farmakognosi Jilid III
untuk siswa kelas III Sekolah Menengah Farmasi dapat terbit pada waktunya. Buku Farmakognosi
III ini disusun kembali untuk disesuaikan dengan Garis – Garis Besar Program Pengajaran
Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001 disertai dengan harapan akan menjadi buku pegangan
yang sangat bermanfaat bagi siswa Sekolah Menengah Farmasi.
Perlu kita sadari bahwa buku ini adalah buku pegangan bagi murid dalam menerima
pelajaran, dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga beberapa referensi lainnya sehingga
diharapkan para guru dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan seperti kesalahan redaksional atau
kesalahan cetak. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan – masukan untuk penyempurnaan
buku ini.
Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Pembahas dan Editor yang telah
bekerja keras sehingga buku ini dapat terbit pada waktunya.

Jakarta, Mei 2004

iii
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ii

Pengantar dari Sekber iii

Daftar Isi iv

Bab I Simplisia dari Phycophyta, Myophyta dan 1


Mycophyta

Bab II Getah, Damar dan Malam 6

Bab III Pengolahan Bahan Nabati 16

Bab IV Simplisia dari Hewan 23

Bab V Simplisia dari Mineral 29

Bab VI Antibiotika 33

Bab VII Immunosera 43

Bab VIII Vaccina 45

iv
BAB I
SIMPLISIA DARI PHYCOPHYTA, MYOPHYTA
DAN MYCOPHYTA

1. Agar 3. Secale cornutum


2. Saccharomyces Siccum 4. Usnea thallus

1. AGAR

Nama lain : Agar – agar, Gelosa, Vegetable gelatin.

Tanaman asal : Gelidium cartilagenium (L)*


Gracilaria confervoides (L)**
Sejenis ganggang merah***

Keluarga : * Gelidiaceae
** Sphaerococcaceae
*** Kelas : Rhodophyceae

Zat berkhasiat : Garam kalsium dari gelosa, yaitu hidrat


utama / Isi arang kompleks yang tersusun dari
rangkaian galaktosa dimana molekul yang
terakhir berikatan dengan asam sulfat,
iodium

Persyaratan : 20 – 100 bagian per juta


kadar
Penggunaan : Karena mampu mengisap dan mengikat air,
sehingga dalam usus berfungsi sebagai
pelumas dan penambah isi usus, maka
banyak dipakai pada pengobatan sembelit
yang kronis. Juga sebagai bahan penolong
pada berbagai sediaan obat.

Pemerian : Umumnya berupa berkas potongan –


potongan memanjang yang tipis seperti
selaput dan berlekatan atau berbentuk
keping, serpih / butiran, abu – abu
kekuningan sampai kuning pucat atau tidak
berwarna, tidak berbau atau berbau lemah,
rasa berlendir, jika lembab liat, jika kering
rapuh.

Bagian yang : Koloidal hidrofil yang kering yang


digunakan diperoleh dari penyarian.

Cara panen : Cara California :


Ganggang direndam air, dibersihkan dari
pasir dan kotoran lainnya, direbus dengan
1
tekanan, disaring selagi masih panas, sari
dimasukkan ke dalam tabung – tabung
pendingin, gudir yang terjadi digerus,
dibekukan dan dipisahkan dari air
dinginnya secara disaring hampa berputar,
pengeringan selanjutnya dilakukan dengan
mengalirkan udara panas.

Cara Jepang :
Ganggang yang dipelihara di dekat pantai
dikeringkan,dipukul – pukul untuk
memisahkan pasir, kerang dan kotoran
lainnya, berganti – ganti dicuci dan dijemur
sampai pucat warnanya, kemudian disari
agarnya

Cara Australia :
Ganggang dibersihkan dari pasir dan
dikelantang, direbus pada suhu 94o – 98o
selama 2 – 4 jam sebagai larutan 4% dan
pH dibuat 5 - 6, bagian – bagian yang
padat dipisahkan secara pemusingan dan
cairan yang telah jernih dicuci dengan norit,
dikentalkan, didiamkan, kotoran – kotoran
organik dibilas dengan aliran air dan
dikeringkan pada suhu 40o – 50o.

Jenis - jenis : Agar Sailan, dibuat dari Gracilaria


lichenoides (Graville)
Agar Makasar, dibuat dari Eucheuma
spinosum (Ag) tercampur dengan garam
dapur.
Agar Amerika, agar pantai di Pasifik
diperoleh dari ganggang Gelidium
cartilagenium, Gelidium amansii, Anhfeltia
plicata.
Agar Pantai Atlantik, diperoleh dari
Gracilaria confervoides, Hypnea
muciformis dan ganggang merah lainnya.
Agar Jepang, dibuat dengan nama Japanese
Isinglass, diperoleh dari Gelidium
cartilagenium, dan Gloiopeltis tenax.
Agar Australia, dari Gracilaria
confervoides dan Sphaerococcus
compressus (Ag).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2
2. SACCHAROMYCES SICCUM

Nama lain : Ragi kering, Dry yeast

Tanaman asal : Saccharomyces cerevisiae (Meyen) atau


Candida utilis (Hannegeng)

Keluarga : Ascomycetes

Zat berkhasiat : Vitamin dan putih telur.


utama / Isi
Penggunaan : Sumber vitamin B komplek dan zat putih
telur.

Bagian yang : Ragi yang diperoleh dari biakan pilihan.


digunakan
Cara panen : Ragi yang berasal dari pabrik bir disebut
ragi bir kering, dan apabila telah
dihilangkan rasa pahitnya disebut ragi bir
kering tidak pahit.
Ragi yang berasal dari kultur dengan
media yang serasi disebut ragi utama
kering.

Keterangan : 10 gram ragi setara dengan 35 kalori; 4,6


gram protein nabati; 0,2 gram lemak; 3,7
gram hidrat arang; 11 mg kalsium; 189
mg fosfor anorganik dan 1,8 mg besi.

3. SECALE CORNUTUM

Nama lain : Sekale kornutum, Gandum Induk, Mother


of Rye, Ergot, Horn Seed.

Tanaman asal : Claviseps purpurea *, Secale cereale **

Keluarga : Hypocreaceae *, Poaceae **

Zat berkhasiat :  Alkaloida, terbagi 3 golongan:


utama / Isi 1. Ergotamina (ergotamina, ergotaminina,
ergosinina).
2. Ergotoksina (ergokristina, ergokriptina,
ergokornina, ergokristinina, ergo-
kriptinina, ergokomina).
3. Ergobasina, (ergobasina / ergonivina,
ergobasinina, ergonovinina.

 Tiramina, histamina, ergotionina dan


glikokolbetaina.

3
 Lemak terdiri dari trioleinat,
trioksileinat dan fitosterin, lesitin,
ergosterin, asam sfaselin, manit,
trehalosa dan mineral utama asam
fosfat.

Persyaratan :  Kadar alkaloida jumlah dihitung


kadar sebagai ergotoksina tidak kurang
dari 0,2%;
 Kadar alkaloida yang larut dalam
air dihitung sebagai ergometrina
(ergonovina) tidak kurang dari 0,03%.

Penggunaan : Semua alkaloida – alkaloida ini


menyebabkan kontraksi otot polos
terutama otot uterus. Jika dosis lebih besar
maka juga menguncupkan otot saluran
kemih, usus dan pembuluh darah

Pemerian : Bau dan rasa tidak enak

Bagian yang : Sklerotium dari Claviseps purpurea yang


digunakan tumbuh dalam buah Secale cereale

Sediaan : 1. Ergometrini maleas ( FI ) untuk :


- Ergometrini Compressi (F.N)
- Ergometrini Injectio (F.N)

2. Ergotamini Tartras ( FI ) untuk :


- Ergotamini Injectio (F.N)
- Ergotamini Compressi (F.N)
- Ergotamini Solutio (F.N)
- Coffeini Ergotamini Pulveres (F.N)

3. Secalis Cornuti Pulvis (FI)


4. Secalis Cornuti Extractum (FI), untuk
Secalis Guttae (F.N)
5. Secalis Cornuti Tinctura (FI)

Penyimpanan : Dalam keadaan utuh ditempat sejuk dan


kering.

4
4. USNEA THALLUS

Nama lain : Kayu angin, Linchen Dasypogus

Tanaman asal : Usnea misaminensis (Vain) Not, Usnea


dasypoga (Acharius) atau Usnea sp.

Keluarga : Usneaceae

Zat berkhasiat : Asam urat, zat pahit, hidrat arang


utama / Isi
Penggunaan : Astringen, obat sakit perut, anti septik

Pemerian : Bau lemah, rasa pahit

Bagian yang : Seluruh thallus, berbentuk benang, pada


digunakan umumnya bulat memanjang, bercabang –
cabang berwarna abu – abu sampai biru
kehijauan pucat.

5
BAB II
GETAH, DAMAR & MALAM

1. Balsamum Peruvianum ( F.I )


2. Balsamum Tolutanum ( E.F.I )
3. Benzoinum ( F.I )
4. Chrysarobinum ( E.F.I )
5. Gummi Acaciae ( F.I )
6. Gummi Arabici Desenzymatum ( E.F.I )
7. Myrrha ( F.I )
8. Opium ( F. I )
9. Papainum ( F.I )
10. Tragacantha ( F.I )

1. BALSAMUM PERUVIANUM

Nama lain : Balsam Peru

Tanaman asal : Myroxylon pereirae ( Royle )

Keluarga : Papilionaceae

Zat berkhasiat : 50 % - 60 % sinamein (campuran benzil


utama & bensoat dan bensilsinamat), 20 – 30 %
Persyaratan damar. Asam benzoat, asam sinamat,
kadar vanillin dan peruvinol (= nerolidol).

Penggunaan : Obat gudik, obat luka, obat wasir dan obat


batuk.

Sediaan : Peruviani unguentum (F.N)


Balsamum papillare (FOI).

Pemerian : Cairan kental tidak lengket, bebas dari


serat warna coklat tua, lapisan tipis
transparan berwarna ciklat kemerahan, bau
khas, enak, rasa pahit dan getir, bau
aromatik khas menyerupai vanilin.

Bagian yang : Eksudat kental yang diperoleh dari batang


digunakan yang telah dihanguskan dan dilukai.

Waktu & cara : Mulai umur 5 tahun sampai 30 tahun


panen atau lebih dapat diambil balsemnya. Pada
permulaan bulan November / Desember
batang dipukul - pukul(tanpa menge-
lupaskan kulitnya pada sekeliling-nya
dengan meninggalkan sisa yang utuh.
6
Kulit yang dipukul-pukul itu akan retak
atau digoreskan irisan – irisan padanya.
Setelah 5 – 6 hari, kulit yang rusak itu
dibakar dan seminggu kemudian kulit
itupun lepaslah/dikelupas.
Dari kayunya keluar cairan ditampung
dengan secarik kain yang ditutupkan pda
luka jika kain sudah penuh dengan balsem
lalu dicelupkan ke dalam air mendidih,
balsam yang lebih berat akan mengendap
dan dipisahkan.
Aliran balsam yang kedua timbul 7 – 10
hari kemudian, ini dikumpulkan seperti di
atas.
Setelah itu luka diserut dan keluarlah aliran
balsam yang ketiga. Kulit yang rusak itu
akan sembuh dalam jangka waktu 2 tahun
setelah itu dapat diperlakukan seperti
semula.

Ketiga macam balsam yang keluar itu


berturut-turut disebut :
- Tagauzonte.
- Balsamo de trapo
- Balsamo de contaripique

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. BALSAMUM TOLUTANUM

Nama lain : Balsam Tolu

Tanaman asal : Myroxylun balsamum ( L )

Keluarga : Papilionaceae

Zat berkhasiat : Campuran zat-zat serupa damar, terdiri


utama / dari asam sinamat, asam benzoat serta ester
persyaratan dari kedua asam ini; damar sebanyak 75 –
kadar 80%; alkohol dari ester tersebut adalah
toluresinotanol; asam-asam aromatik
sebanyak 36%; asam sinamat bebas 12%
dan asam benzoat bebas 8%; minyak atsiri
yang amat aromatik sebanyak 1,5 – 3%
dan terdiri atas bensil benzoat,
bensilsinamat, filandren dan farnesol.

Penggunaan : Obat batuk dan fiksatif.

7
Pemerian : Bau aromatik mirip buah vanilin rasa
aromatik, jika dihangatkan dan ditekan
diantara 2 lempeng kaca dan diperiksa
dengan kaca pembesar, tampak hablur
asam sinamat.

Bagian yang : Balsam yang diperoleh dengan penorehan


digunakan batang.

Cara panen : Dibuat irisan-irisan berbentuk huruf V


yang sedemikian dalam sampai mengenai
kayunya. Cairan yang keluar ditampung
dalam cawan-cawan kecil. Isi cawan
dikumpulkan kedalam kantong – kantong
yang ditaruh di atas punggung keledai.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. BENZOINUM / BENZOE

Nama lain : Kemenyan Sumatra

Tanaman asal : Styrax benzoin (Dryand),


Styrax paralleloneurus (Perkins)

Keluarga : Styracaceae

Zat berkhasiat : Lubanolbenzoat (=koniferilbenzoat),


utama / 1 – bensoresinol (=sumare Sinol), vanilin,
Persyaratan stirol, benzaldehida, bensil -sinamat, fenil-
kadar propil Sinamat.

Penggunaan : Bahan pengawet (mencegah tengik) obat


batuk, tinctur untuk antiseptikum.

Pemerian : Massa keras, rapuh, tersusun atas butiran


agak putik yang terbenam dalam massa
bening berwarna coklat beabuan hingga
coklat kemerahan, bau khas enak, rasa
agak getir.

Bagian yang : Damar balsamik yang diperoleh dengan


digunakan penorehan batang.

Cara panen : Kemenyan ini keluar akibat patologis


(pada tanaman sendiri tiada saluran
damar). Setelah pohon mencapai umur 6

8
tahun dibuat luka dekat asal cabang yang
terendah.
Cairan yang pertama keluar adalah yang
terbersih, menghasilkan kemenyan yang
paling putih, dan bau yang paling enak.
Pembuatan luka dapat diulangi tiap tahun.

Sediaan : Benzoes Tinctura

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. CHRYSAROBINUM

Nama lain : Krisarobin

Tanaman asal : Andira Aroraba ( Aquiar )

Keluarga : Papilionaceae

Isi / Syaratan : 70% Krisarobin yaitu hasil reduksi dari


kadar asam krisofanat (=Metil dioksi antrakinon)

Penggunaan : Obat psoriasis, obat trikhofitosis.

Pemerian : Serbuk hablur renik ringan, warna kuning


atau coklat kekuningan, tidak berbau, tidak
berasa.

Bagian yang : Campuran zat yang diperoleh dengan


digunakan penyarian araroba yang terdapat dalam
rongga batang. Tepung araroba ini disebut
juga tepung goa.

Sediaan : Chrysarobini unguentum (Form.nas)

5. GUMMI ACACIAE

Nama lain : Gom Arab, Acacia, Gummi Mimosae

Tanaman asal : Species Acacia antara lain Acacia Senegal


(Wild)

Keluarga : Papilionaceae

Zat berkhasiat : Arabin, yaitu garam kalium, kalsium dan


utama / magnesium dari asam arabinat yang
Persyaratan tersusun atas arabinosa, ramnosa, galaktosa
kadar dan asam aldobionat; enzim dari tipe
oksidase.

9
Penggunaan : Bahan penolong pada pembuatan sediaan
obat misalnya suspensi, emulsa, trokisi,
basila, pil dan tablet.

Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti


lendir.

Bagian yang : Eksudat gom kering yang diperoleh dari


digunakan batang dan dahan.

Cara panen : Gom Arab keluar sendiri dari retakan-


retakan kulit batang dan mengeras di
udara. Tanaman yang telah berumur 6
tahun mulai dapat diambil gomnya. Untuk
memper-banyak produksi kadang-kadang
kulit batang diiris-iris (dibuat luka).

Jenis - jenis : 1. Gom Arab atau gom kordofan : mutu -


nya terbaik. Dikumpulkan di kordofon
Propinsi Sudan. Ada dua kwalitas yaitu :
 Bleached gum berupa butir-butir
bulat telur atau potongan bersudut-
sudut, putih atau agak kuning
luarnya retak-retak.
 Natural gum yang lebih tembus
cahaya dan retak-retaknya tidak
sedemikian banyak, warna lebih
kuning atau berwarna merah jambu.
Gom senegal (Gom Afrika Barat), berasal
dari Senegal, daya rekatnya bagus, maka
banyak dipakai dalam industri. Umumnya
berupa butir-butir jorong atau bulat dan
utuh, atau berupa potongan-potongan
bentuk bumbung yang lurus atau terpilin,
jenis yang terbaik berwarna agak putih
(tidak berwarna), tetapi umumnya tampak
kekuningan, kemerahan atau merah coklat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Keterangan : Lima abad sebelum masehi, oleh


Herodotus sudah ditulis tentang pemakaian
gom Arab oleh orang Mesir purba untuk
dipakai sebagai perekat. Hipporates pada
tulisan - tulisannya antara 450 - 350
sebelum Masehi menyebabkan penggunaan
gom arab sebagai bahan obat.

10
6. GUMMI ARABICI DESENZYMATUM

Nama lain : Gom Arab bebas enzim

Tanaman asal : Species Acacia antara lain Acacia Senegal


(Wild.)

Keluarga : Papilionaceae

Zat berkhasiat : Sama seperti gom Arab hanya tanpa enzim


utama / oksida
Persyaratan
kadar
Penggunaan : Zat tambahan

Pemerian : Lempeng tipis, hampir tidak berbau, rawa


tawar seperti lendir.

Pembuatan : Bagian gom arab dicampur dengan 1,5


bagian air, campuran dipanaskan dalam
aliran uap air selama 1 jam atau dalam uap
o
air bersuhu 107 selama 30 menit.
Campuran diratakan sebagai lapisan-
lapisan tipis pada lempeng kaca, kemudian
dikeringkan.

7. M Y R R H A

Nama lain : Mira

Tanaman asal : Species Commiphora antara lain


Commiphora molmol.

Keluarga : Burseraceae.

Zat berkhasiat : 40 – 70 % gom ( galokto – siloaraban ), 25


utama / – 45 % damar yang berisi fenol-fenol
Persyarat (Heraboresam, herabomirol, mirolol).
kadar Asam-asam damar 3 – 10 %, minyak atsiri
(mirol dan mirenol) berisi pinen, limonen,
herabolen, egenol, kresol, sinamilaldehid
dan kuminaldehid; mineral, zat pahit, asam
semut, asam cuka dan asam mirol.

Penggunaan : Untuk pembuatan dupa dan parfum.


Tinctura mira untuk obat kumur.

Pemerian : Bau aromatik enak, rasa pahit dan getir.


11
Jika digerus dengan air, terbentuk emulsa
berwarna kuning.

Bagian yang : Damar gom minyak yang diperoleh dari


digunakan batang.

Cara panen : Batang-batang dilukai kulitnya, kulit ini


berisi kelenjar schisogen yang
mengandung damar (harsa) warna putih
kekuningan.
Pada pengeringan warna berubah menjadi
coklat kekuningan sampai coklat
kemerahan. Ada pula yang keluar sendiri
dari retakan-retakan kulit batang.

Jenis - jenis : Mira Somali (Mulmul) diperoleh dari


C.Molmol.
Mira Arab diperoleh C. abyssinica. Mira
arab tidak searomatik Mira Somali.

Sediaan : Tinctur myrrhae (FI) untuk Colutorium


adstringens (Form.nas)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8. O P I U M

Nama lain : Opium mentah, candu, Thebaicum,


Meconium

Tanaman asal : Papaver Somniferum (L).

Keluarga : Papaveraceae

Zat berkhasiat : Alkaloida-alkaloida morfina, narkotina,


utama / Isi kodeina,tebain .papaverina dan narseina.
Alkaloida-alkaloida ini terikat apada asam
sulfat, asam laktat dan asam mekonat. Zat
putih telur, gula, malam, lemak, lendir,
garam sulfat dan fosfat dari logam kalsium
dan magnesium.

Persyaratan : Kadar morfina tidak kurang dari 10,0 %


kadar (dihitung sebagai morfin anhidrat).

Penggunaan : Pengobatan terhadap gejala - gejala


mencret dan sebagai sudorifika,
narkotikum.

12
Pemerian : Masa padat, coklat, bau khas kuat rasa
khas sangat pahit.

Bagian yang : Getah kering yang diperoleh dengan


digunakan penorehan buah tua tetapi belum masak.

Cara panen : Beberapa hari setelah daun mahkota gugur,


dan buah menjadi tua, pada buah
ditorehkan garis-garis mendatar, tegak
lurus atau berpilin seperti kumparan.
Getah yang keluar dibiarkan mengering 24
jam kemudian dikupas dengan pisau
tumpul. Umumnya sebagian epidermis
buah ikut terkupas dan merupakan 6–10 %
opium. Buah candu hanya menghasilkan
getah 1 kali. Ditempat yang amat panas
iklimnya penorehan dapat diulangi 2-3
kali. Jika udara panas dan kering, getahnya
yang terkumpul sedikit dan kental. Jika
udara lembab, hasilnya lebih banyak tetapi
kadar airnya juga lebih tinggi.

Jenis - jenis : 1. Opium Turki disebut juga Opium Smira,


Opium Asia kecil, Opium Konstatinopel.
Luarnya keras, sebelah dalam lunak,
plastik coklat kemerahan. Untuk mencegah
melengketnya satu sama lain, sebelah luar
ditempeli sisa-sisa daun candu dari
tanaman Rumex. Bau sangat khas dan
pahit.

2. Opium Masedonia (Opium Saloniki)


berasal dari Papapaver Somniferum var
album dan jenis yang abu-abu-ungu. Kadar
morfina tinggi (13-17%) kodeina 0,464%,
narseina 0,025%.
3. Opium Iran (Opium Persia), getah
opium yang terkumpul dicampur dengan
gom sampai sama rata, dipotong bentuk
batu bata, dijemur, dibungkus kertas
merah (jarang kertas putih) dan diikat
dengan tali merah atau kuning. Kadar air
lebih kecil dari opium Turki, bau apek
rasa sangat pahit.

4. Opium India, kadar morfina rendah,


kadar narseina lebih tinggi dari kadar
morfina, warna coklat tua atau kehitaman
jika masih menyerupai pasta.
5. Opium Tiongkok, berupa bulat

13
pipih,dibungkus kertas putih.

6. Opium Mesir, mutu rendah yang terbaik


hanya berisi 6-7% morfina, sering
dipalsukan dengan pasir, abu, biji-biji
tanaman, sari buah candu, gom arab,
tragakan, jadam, potongan-potongan besi.

Sediaan : 1. Opii extractum (F.I)


2. Opii pulvis (F.I), untuk dibuat :
- Bismuthi opii pulveres (F.N)
- Opii pulvis compositus (F.I), untuk
dibuat Acidi acetyl salicylici
Camphorae opii Compressi (F.N),
Acidi Acetyl salicy opii Pulveres I,
II, III (F.N)
3. Opii compositi compressi.
4. Opii Tinctura (F.I), dibuat untuk
Benzoici Opii Tinctura (F.N)
5. Opii Tinctura Aromatica (F.I)
6. Opialum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari


cahaya ; dalam lemari yang terkunci
karena obat narkotik.

Keterangan : Opium dianggap bermutu rendah jika :


- Warna kehitam-hitaman.
- Rasa manis, kurang pahit dan agak
memualkan
- Konsistensi lunak seperti lemak.
- Jika dipotong, halus atau berisi benda
asing.
- Tidak memberi warna coklat tua pada
ludah.
- Tidak membentuk cairan kental dengan
air.
- Tidak meninggalkan bekas yang sama
rata gelap setelah digoreskan pada
kertas.

9. PA PAINUM

Nama lain : Papaina

Tanaman asal : Carica papaya (L.)

Keluarga : Caricaceae

14
Zat berkhasiat : Enzima proteolitik
utama / Isi
Penggunaan : Membantu pencernaan zat putih telur,
dan diberikan dalam bentuk serbuk, pil,
tablet, eliksir.

Pemerian : Putih atau putih kelabu, bau khas, rasa


lemah mirip pepsin, sangat mudah terurai.

Bagian yang : Getah buah mentah / hijau dan getah daun.


digunakan
Cara panen : Dibuat pengendapan getah segar dengan
etanol 95% kemudian dilarutkan dalam air
dan diendaplan kembali dengan
penambahan etanol 95% dan dikeringkan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

10. TR AGACANTHA

Nama lain : Tragakan

Tanaman asal : Astragalus gummifer

Keluarga : Papilionaceae

Zat berkhasiat : Zat lendir yang pada hidrolisa


utama / menghasilkan arabinosa, metil pentosa,
Persyaratan galaktosa dan asamgalturonat.
kadar Amylum 3% dan abu yang mengandung
kalium, calsium, Mg, Asam phosphat
bagian yang tidak larut dalam air disebut
basorin.

Penggunaan : Untuk membuat emulsa, gudir, perekat pil


dan trokhisi, juga untuk pelicin alat-alat
kedokteran tertentu.

Bagian yang : Eksudat gom kering diperoleh dengan


digunakan menoreh batang.

Sediaan : Pulvis gummosus (FOI) Confectio Barii


Sulfatis et usum internum (FOI)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

15
BAB III
PENGOLAHAN BAHAN NABATI

1. Aloe ( E.F.I )
2. Camphora ( F.I )
3. Carbo Adsorbens ( F.I )
4. Catechu ( E.F.I )
5. Colophonium ( E.F.I )
6. Gallae
7. Glycyrrhizae Succus ( F.I )
8. Ichthammolum ( F.I )
9. Natrii Alginas ( E.F.I )
10. Pix Carbonis ( E.F.I )

1. ALOE

Nama lain : Jadam, Aloes.

Tanaman asal : Bermacam-macam jenis Aloe :


Aloe perryi (Bakar)
Aloe barbadensis (Miller)
Aloe ferox (Miller)
Aloe africana (Miller)
Aloe spicata (Baker)

Keluarga : Liliaceae

Zat berkhasiat : Damar, aloin, air dan abu. Sifat Purgatif


utama / Isi disebabkan oleh 3 pentosida yaitu
barbaloin (=aloin), isobarbaloin dan
betabarbaloin. Hidrolisa dari barbaloin
antara lain menghasilkan aloe emodin dan
d-arabinosa.

Penggunaan : Pencahar

Pemerian : Semua jenis jadam berasa sangat pahit dan


menimbulkan rasa mual.

Bagian yang : Cairan yang keluar dari potongan daun


digunakan segar.

Jenis – jenis, : 1. Jadam Curacoa diperoleh dari Aloe


cara panen dan barbadensis, Aloe vera, Aloe vulgaris.
perbedaannya Batang sangat pendek dan mengayu,
bunga kuning terang. Pada permulaan
musim semi, daun - daun dipotong pada
pangkalnya, diletakkan miring dalam
16
lubang bentuk V. Cairan yang keluar
ditampung dalam tong, dibiarkan
menguap di udara atau direbus dalam panci
tembaga sampai kental, dimasukkan
cetakan dan dibiarkan menjadi keras.

2. Jadam Cape diperoleh dari Aloe ferox;


Aloe africana , Aloe Spicata (=aloe eru
varcernuta). Batang tinggi seperti pohon
sampai 5 meter, daun - daun sebanyak 30-
50 helai, bunga putih. Daun yang telah
dipotong ditampung cairannya dalam
kanvas atau kulit kambing. Cairan ini
kemudian dikumpulkan dalam drum atau
kaleng, direbus selama 4 - 5 jam dengan
dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan
menjadi keras.

3. Jadam Sekotrin, Massa yang licin,


mengkilap warna hitam kemerahan sampai
hitam kecoklatan kadang - kadang lunak.
Mudah dipatahkan, patahan berbentuk
kerang dengan tepi yang tajam, jadam yang
segar disimpan lama, bau mirip campuran
putik krokus dan mira.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. CAMPHORA

Nama lain : Kamfer

Tanaman asal : Cinnamomum camphora (L.)

Keluarga : Lauraceae

Zat berkhasiat : Kamfer ( C12 H16 O )


utama / Isi
Penggunaan : Karminativa, obat kejang, obat gatal, obat
encok, anti iritansia.

Pemerian : Hablur butir atau massa hablur tidak


berwarna atau putih, bau khas tajam, rasa
pedas dan aromatik.

Cara panen : Potongan akar, batang dan cabang dialiri


uap air, uap yang berisi minyak ditampung
dalam kamar pendingin yang air
pendinginnya mengalir dari atas kebawah
17
melewati dinding kamar, kamfer
menempel disebelah atas dan sebelah
bawah terdapat minyak dan air. Minyak
disaring untuk memisahkan kamfer yang
ada disitu. Kamfer yang diperoleh
masih kotor berwarna agak jambon dan
lunak. Untuk pemurniannya dicampur
kapur sebanyak 1/5 bobotnya dipanaskan
dalam periuk besi untuk membuang air dan
o
minyak atsiri (suhu 100 ) setelah itu suhu
o o
dinaikkan sampai 175 – 200 untuk
mensublimasikan kamfernya.

Sediaan : - Lotio Kummerfeldi (Form.nas)


- Solutio Camphora spirituosa (F.N)
- Tabulae Acidi acetylosalicylici
compositum (FOI)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. CARBO ADSORBENS

Nama lain : Karbo adsorben, arang penyerap.

Ketentuan : Arang yang dibuat dari bahan tumbuh-


tumbuhan tertentu, telah diaktifkan untuk
mempertinggi daya serap.

Penggunaan : Antidota

Pemerian : Serbuk sangat halus, bebas dari butiran,


warna hitam, tidak berbau, tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. CATECHU

Nama lain : Gambir

Tanaman asal : Uncaria Gambier (Hunter Roxb)

Keluarga : Rubiaceae

Zat berkhasiat : 25–50% asam katekutanat, 2-8%


18
utama / Isi isokatekin dan akakatekin, kuersetin,
merah kateku.

Pemerian : Tidak berbau, rasa mula-mula pahit dan


rasa kelat-sepat, kemudian agak manis.

Bagian yang : Sari air kering yang diperoleh dari daun


digunakan dan ranting muda.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. COLOPHONIUM

Nama lain : Gondorukem, Resina, Rosin.

Tanaman asal : Beberapa spieces Pinus.

Keluarga : Pinaceae

Zat berkhasiat : Isomir dan modifikasi dari anhidrat asam


utama / Isi abietat, termasuk golongan ini adalah asam
primarat, asam sapinat.

Penggunaan : Bahan salep dan pleister, berkhasiat


mencegah oksidasi dari lemak, maka
berguna sebagai bahan pengawet salep.

Pemerian : Masa jernih seperti kaca, warna kuning


pucat atau kuning kecoklatan, bersudut-
sudut, rapuh mudah lengket satu dengan
lainnya, bau dan rasa lemah, mirip ter.

Bagian yang : Sisa yang diperoleh pada penyulingan


digunakan minyak atsiri dari damar minyak.

Jenis - jenis : 1. Gondorukem gom, sisa dari minyak


terpentin yang disuling minyak atsiri,
bubuknya berwarna putih, tidak lunak
o
50 – 70
2. Gondorukem kayu, diperoleh dari kayu
pinus secara penyulingan, penyarian atau
kedua cara ini bersama-sama, bubuknya
berwarna kekuning-kuningan, bagian yang
tidak tersabunkan lebih banyak dari pada
o
gondorukem gom, titik lunak 53 – 55

Sediaan : Solutio Mastichis compositus (FOI)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


19
6. GALLAE

Nama lain : Jenitri

Tanaman asal : Quercus infectoria (Oliver)

Keluarga : Fagaceae

Zat berkhasiat : Asam penyamak 50 – 75 %, asam galat


utama / Isi 2 – 4 %, damar, pati, kalsium oksalat

Penggunaan : Obat wasir (sebagai salep), bagian dari


jamu singset.

Pemerian : Bau lemah, rasa sangat kelat dan agar


manis.

Cara panen : Serangga Cynips tinctoria (keluarga


Cynipidae) menaruh telur – telurnya pada
pucuk-pucuk dan batang-batang muda,
larva yang keluar dari telur tersbut
mengeluarkan cairan berisi enzima yang
dapat merubah pati yang terdapat dalam
sel-sel disekitar larva tersebut menjadi
gula, perubahan dari pati kegula ini,
makin meningkat dan merangsang sel-sel
jaringan yang bulat tengahnya berongga
(karena dimakan larva tersebut). Jenitri
yang baik diperoleh dari jaringan yang
belum ditinggalkan serangganya, berat dan
tergantung warnanya dinamakan jenitri
biru, hijau atau hitam. Jika telah
ditinggalkan oleh serangganya, ringan,
lebih menyerupai bunga karang dan
berwarna pucat, disebut jenitri putih dan
nilainya rendah.

Sediaan : Acidum Tannicum (F.I)

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

7. GLYCYRRHIZAE SUCCUS

Nama lain : Sari akar manis, Succus Liquiritiae.

Tanaman asal : Glycyrrhiza glabra varietas glandulifera

Keluarga : Papilionaceae

20
Zat berkhasiat : Gliserizin sampai 15 %, gula, lendir zat
utama / Isi putih telur, air, zat yang dapat disari 49%
dan yang tidak dapat larut dalam air 5%.

Persyaratan : Kadar glizerin tidak kurang 10% dihitung


kadar terhadap zat yang telah dikeringkan.

Penggunaan : Obat batuk

Pemerian : Batang berbentuk silinder/bongkah besar,


licin agak mengkilap warna hitam, coklat
tua, atau serbuk berwarna coklat, bau
khas lemah, rasa manis khas.

Bagian yang : Akar yang masih segar disari dengan air


digunakan mendidih, sari diuapkan dan dikeringkan
hingga bebas air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

8. ICHTHAMMOLUM

Nama lain : Ichtamol, Ichthyol

Asal : Garam amonium asam sulfonat yang


diperoleh dari batuan bitumen, bercampur
dengan ammonium sulfat dan air.

Zat berkhasiat : Senyawa belerang, amonium sulfat


utama / Isi
Persyaratan : Kadar belerang organik tidak kurang dari
kadar 10,5% dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan, kadar belerang dalam bentuk
sulfat tidak lebih dari 25% dari kadar
belerang jumlah.

Penggunaan : Antiseptika lemah, obat batuk

Pemerian : Cairan kental, warna hampir hitam berbau


khas.

Sediaan : Solutio Ichtammoli Aetheris (Form.Ind.)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

21
9. NATRII ALGINAS

Nama lain : Natrium Alginat

Tanaman asal : Nacrocystis pyrifera (Turn.), Laminaria


sacharina (L.) Laminaria digitata (L.)
Nereocystis luetkeana (Mers.)

Keluarga : Lessoniaceae

Zat berkhasiat : Garam natrium dari asam alginat (suatu


utama / Isi asam poliuronat)

Penggunaan : Emulgator

Pemerian : Serbuk halus atau kasar, warna putih


kekuningan, hampir tidak berbau, hampir
tidak berasa.

Pembuatan : Merupakan karbohidrat yang dimurni-kan


diperoleh dengan penyarian ganggang
coklat menggunakan alkali encer, sebagian
besar dari garam natrium dari asam alginat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

10. PIX LIQUIDA

Nama lain : Ter Kayu

Tanaman asal : Dari keluarga Pinaceae

Zat berkhasiat : Hidrokarbon(benzol, toluol, silol, stirol,


utama / Isi naftalin, parafin, terpen, politerpen),
furfurol, metilfurfuran, dimetilfurfuran,
fenol kresol, pirokatekin, guayakol dan
pirogalol.

Penggunaan : Obat eksim menahun dan obat batuk

Pemerian : Masa kental, lebih berat dari air, warna


coklat tua hampir hitam bau khas, rasa
khas dan empireumatik

Bagian yang : Masa kental yang diperoleh dari


digunakan penyulingan kering kayu.

22
BAB IV
SIMPLISIA DARI HEWAN

1. Adeps Lanae (F.I.)


2. Adeps Suillus (E.F.I.)
3. Cera Alba (F.I.)
4. Cera Flava (F.I.)
5. Cetaceum (F.I.)
6. Gelatinum (F.I.)
7. Mel depuratum (E.F.I.)
8. Thyroidum (F.I.)

1. ADEPS LANAE

Nama Sinonim : Lemak bulu domba anhydrous lanolin,


Wool FAT, Lemak bulu

Nama hewan : Ovis Aries (L.)

Keluarga : Bovidae

Zat berkhasiat : Ester-ester lemak dengan kolesterol,


Utama/Isi oksikolesterol, gamma-lanosterol, lano-
sterol dihidrolanosterol dan agnosterol.
Adapun asam lemaknya adalah asam
palmitat, asam miristinat, asam lano-
palmitat, asam lanoserat, asam serotat dan
asam karnaubat, alkohol-alkohol, setil -
alkohol dan karnaubiealkohol.

Penggunaan : Sebagai salep, sabun, pasta, pil dan serbuk.

Sediaan : - Aethylis Aminobenzoatis Tannini


Unguentum (Form. Nas).
- Bacitracini Neomycini Polymyxini
unguentum (Form. Nas).
- Chloramphenicoli unguentum (Form.
Nas).
- Gamexani cremor (Form. Nas).
- Hydrocortini unguentum (Form. Nas).
- Ichtammoli unguentum (Form. Nas).
- Methylis Salysilatis unguentum (Form.
Nas).
- Tetracyclini Hydrocloridi unguentum
(Form. Nas).

Pemerian : Zat serupa lamak, liat, likat warna kuning


muda atau kuning pucat, agak tembus
23
cahaya bau lemah dan khas.

Bagian yang : Lemak yang dimurnikan dari bulu domba.


diambil
Pembuatan : Pada bulu domba terdapat 10-50 % lemak
yang merupakan selaput luar bulu tersebut.
Air sabun bekas pencuci bulu mengandung
lemak tersebut. Pada air cucian ditambah
asam sulfat dan magma berlemak yang
terpisah diambil, magma diperas panas-
panas untuk memisahkan kotoran-kotoran.
Lemak yang diperoleh dimurnikan lagi, jika
masih berisi asam lemak bebas.
Lemak bulu domba dapat pula diperoleh
langsung yaitu secara disari dengan pelarut
organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari


cahaya atau ditempat sejuk.

2. ADEPS SUILLUS

Nama sinonim : Lemak babi, Lard.

Nama hewan asal : Sus scrofa (L.)

Keluarga : Suidae

Penggunaan : Bahan salap, emplastrum

Sediaan : Emplastrum Plumbi Oxydi.

Pemerian : Lemak lunak, likat, warna putih bau leak


tapi tidak tengik, jika dileburkan menjadi
cairan jernih dan kemudian dibiarkan,
tidak terpisah air.

Bagian yang : Lemak dari rongga perut.


digunakan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. CERA ALBA

Nama Sinonim : Malam putih, White Bees Wax.

Nama hewan : Apis Mellifera (L.) dan species lain.

Keluarga : Apidae

24
Zat berkhasiat : Mirisin (Mirisilpalmitat), terdapat pula
Utama/Isi asam serotinat, serasin (campuran parafin),
asam melisinat, seril-alkohol.

Penggunaan : Bahan salap

Sediaan : Methylis Salicylatis unguentum (F.N),


Unguentum Leniens

Pemerian : Zat pada lapisan tipis bening warna putih


kekuningan, bau lemah.

Bagian yang : Malam dari sarang yang telah dibersihkan


digunakan dan yang telah diputihkan.

Cara memperoleh : Dulu diputihkan secara dijemur dan


bentuk pita-pita tipis. Sekarang dioksidir
dengan hidrogenperosida, kalium
permanganat atau benzoil-peroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. CERA FLAVA

Nama Sinonim : Malam kuning, Yellow Bees Wax

Nama hewan asal : Apis Mellifera (L.)

Keluarga : Apidae

Zat berkhasiat : Mirisin (=Mirisilpalmitat), serin atau asam


Utama/Isi serotinat, asam melisinat, mirisil-alkohol,
hidrokarbon heptakosan dan hentrakontan.

Penggunaan : Bahan salep.

Sediaan : Oculentum Hydrargyri Oxydi Flavi (FOI)

Pemerian : Zat padat, jika dingin agak rapuh, jika


hangat enjadi elastis, bekas patahan buram
dan berbutir warna coklat kekuningan, bau
enak seperti madu.

Bagian yang : Malam yang telah dibersihkan dari sarang


diambil apis

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

25
5. CETACEUM

Nama Sinonim : Setaseum, Spermaseti

Nama hewan asal : Physeter macrosephallus


Physeter catodon (L.) dan Hyperoodon
rostratus (Miller)

Keluarga : Physeteridae

Zat berkhasiat : Setin ( = setilpalmitat ), setilstearat,


Utama/isi setiloleat, setilaurat, setilmiristinat, dan
setil alcohol.

Penggunaan : Bahan salap

Sediaan : Unguentum Leniens (Form. Nas).

Pemerian : Massa hablur bening, licin, warna putih


mutiara, bau dan rasa lemah.

Bagian yang : Malam padat murni yang diperoleh dari


diambil minyak lemak yang terdapat pada kepala,
lemak dan badan ikan.

Cara memperoleh : Binatang menyusui ini kepalanya besar,


bagian atas kepala berisi cairan yang
setelah binatangnya mati, menjadi padat
putih seperti bunga karang, merupakan
campuran setaseum dan minyak lemak.
Dengan perasan, pencucian dengan soda
dan lain sebagainya diperoleh setaseum
murni.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

6. GELATINUM

Nama Sinonim : Gelatina

Zat berkhasiat : Glutina tersusun atas glikokol, leusin,


utama prolin, asam glutamat, lisin, arginin,
alanin, asam asparoginat, fenil-alanin,
oksiprolin dan histidin.

Penggunaan : Bahan kapsul, salep, cairan transfusi.

Keterangan : Gelatina adalah protein yang diperoleh


26
dari bahan kalogen.
Ada dua macam tipe gelatina yaitu :
Type A dengan titik iso-electric pada pH
7-9, Type B dengan titik iso-electric pada
pH 4,7-5,0

Kwalitas dan sifat-sifat gelatina ditetapkan


oleh perbandingan antara glutina dan
khondrina yang terdapat padanya.
Gelatina makanan dapat dibuat dari 3
sumber utama, yaitu : tulang-tulang yang
sudah bersih, kulit babi yang baru
dibekukan, dan kulit sapi muda.
Tulang yang diolah dengan asam klorida
menghasilkan garam kalsium yang larut
dalam Osein.

Osein dan kulit sapi muda jika diolah


dengan kapur, memberikan kolagen kotor
yang setelah dimurnikan pada pH 5 – 6
menghasilkan gelatin tipe B.

Kulit babi yang diolah dengan asam


klorida dan disari pada pH 3,5 – 5 akan
menghasilkan lemak dan gelatin tipe A.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

7. MEL DEPURATUM

Nama Sinonim : Madu murni

Nama hewan asal : Apis mellifera (L.)

Keluarga : Apidae

Zat berkhasiat : Gula invert, saccharosa, dekstrin, abu, air,


Utama/Isi zat atsiri aromatik, asam semut (sedikit)

Penggunaan : Sebagai sumber hidrat arang yang mudah


dicerna, reduktor dalam sediaan-sediaan
ferro.

Pemerian : Cairan kental serupa sirup, bening, warna


kuning muda sampai coklat kekuningan,
rasa manis khas bau enak khas, jika
dipanaskan diatas penangas air bau
menjadi lebih kuat, tetapi tidak berubah.

27
Bagian yang : Madu
diambil
Cara memperoleh : Madu yang diperoleh dari sarang apis ini,
dimurnikan dengan pemanasan dibawah
suhu 800, didiamkan, kotoran yang
mengapung diambil, kemudian madu
diencerkan dengan air secukupnya hingga
bobot per ml memenuhi persyaratan.

Jenis-jenis : Di Mesir dan dari apis fasciata, di Senegel


dari apis adamsonii di Afrika dari apis
caffra dan apis scutella.
Di Madagaskar dari apis unicolor. Di
India dari apis dorsata (apis indicata =
apis florea).
Madu erhalus adalah madu yang diperoleh
tanpa pemerasan tetapi dibiarkan mengalir
dari sarang lebah, jika dipusingkan
memberika madu yang paling jernih.
Virgin honey adalah madu yang diperoleh
dari sarang yang belum perbah terbuka.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8. THYROIDUM

Nama Sinonim : Tiroida

Nama hewan asal : Serbuk kering dari kelenjar tiroid binatang


menyusui, telah dibersihkan dari jaringan
pengikat dan lemak.

Zat berkhasiat/isi : Tiroksin, triyodotironin, diyodotirosin,


Mono yodo tirosin.

Persyaratan kadar : Kadar yodium yang terikat sebagai


senyawa organik tidak kurang dari
0,17 % dan tidak lebih dari 0,20 %

Penggunaan : Pengobatan terhadap hipotiroidisme


(kerdil dan myxoedema).

Sediaan : Thyroidi Compressi – F.I.

merian : Serbuk warna kekuningan hingga coklat,


bau lemah, mirip bau daging rasa asin.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung


dari cahaya.

28
BAB V
SIMPLISIA DARI MINYAK MINERAL

1. Paraffinum Liquidum (F.I.)


2. Paraffinum Solidum (F.I.)
3. Vasolinum Album (F.I.)
4. Vaselinum Flavum (F.I.)

1. PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama Sinonim : Parafin cair, White mineral oil liquid


petrolium, Mineral oil.

Zat berkhasiat : Hidrocarbon (C17H36 sampai C27H56


Utama/isi hidrokarbon siklis, hidrokarbon tidak jenuh
dan derivat derivat dari benzen).

Penggunaan : Bahan salep dan pencahar

Sediaan : - Betamethasoni cremor (Form. Nas).


- Cliquilini cremor (Form. Nas).
- Cliquinolini Hydrocortisoni cremor
(Form. Nas).
- Clioquinolini Hydrocortisoni (F.N)
- Gentamycini cremor (Form. Nas).
- Dexamethasoni Neomycini cremor (Form.
Nas).
- Dibucaini cremor (Form. Nas).
- Dienostroli cremor (Form. Nas).
- Gentamycini unguentum(Form. Nas).
- Hydrocortisoni cremor (Form. Nas).
- Hyoscini oculentum (Form. Nas).
- Prednisoloni unguentum (Form. Nas).
- Triamcinologi Acetonidi unguentum
(Form. Nas).
- Unguentum Leniens (Form. Nas).

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak


berfluorosensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak berasa.

Cara : Diperoleh dari minyak mineral.


memperoleh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari
cahaya.

29
2. PARAFFINUM SOLIDUM

Nama Sinonim : Parafin padat.

Cara : Minyak mineral


memperoleh Diperoleh dari residu minyak tanah kasar,
residu ini disuling lagi, maka diperoleh
minyak parafin sebagai distilat yang kemudian
diolah dengan asam sulfat dan selanjutnya
dengan larutan natrium hidroksida (selama
pengolahan dibuat tetap cair secara
dipanaskan dengan uap air setelah terpisah
dari bagian airnya, minyak parafin dibekukan
menjadi zat yangsetengah padat kemudian
diperas.
Bagian minyak yang cair dipakai sebagai
minyak pelumas, bagian yang padat dicairkan,
dibekukan dan diperas lagi pada suhu yang
tidak lebih tinggi dari tadi, hasilnya dikenal
sebagai refined wax.
Zat ini dicuci, diperas, dicairkan dan dialirkan
lewat arang tulang (atau bahan-bahan lain
sejenis), dan dibekukan, terbentuk massa yang
keras, tembus cahaya dan tidak berwarna.

Zat khasiat : Sama seperti parafin cair.


utama
Penggunaan : Bahan pengeras salep, zat tambahan.

Sediaan : Balsamum Album


Balsamum Rubrum

Pemerian : Padat, sering menunjukkan susunan hablur,


warna putih atau tidak berwarna, tidak berasa,
agak licin, jika terbakar nyala terang jika
dileburkan menghasilkan cairan yang tidak
berfluorosensi.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. VASELINUM ALBUM

Nama sinonim : Vaselni putih, White petrolium

Zat berkhasiat : Hidrokarbon berat molekul tinggi terutama


Utama parafin-parafin, senyawa-senyawa
hidrokarbon siklis dan hidrokarbon tidak
30
jenuh.

Penggunaan : Bahas salep, pencahar lemah

Sediaan : - Bacitracini Neomycini


Polymix ini unguentum (F.N).
- Balsamum Album (F.N).
- Betamethasoni cremor (F.N).
- Cloramphenicoli unguentum (F.N).
- Chrysarobini unguentum (F.N).
- Clioquinolini cremor (F.N).
- Getamycini cremor (F.N).
- Dexamethasoni Phophatis cremor (F.N).
- Dibucaini cremor (F.N).
- Gentamycini unguentum (F.N).
- Hyoscini oculentum (F.N).
- Ichtamoli unguentum (F.N).
- Hydrocortisoni unguentum (F.N).
- Tetracyclini Hydrochloridi unguentum
(F.N).
- Triamcioloni Acetonidi cremor (F.N).
- Triamcioloni Acetonidi unguentum (F.N).
- Triprllenamini cremor (F.N).
- Zinci unguentum (F.N).
- Vaselinum Hydrophylium (F.N).

Pemerian : Massa lunak, lengket, bening warna putih,


warna ini tetap setelah zat dileburkan dan
dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk,
berfluorosensi lemah, juga jika dicairkan tidak
berbau, hampir tidak berasa.

Cara : Vaselinum flavum yang telah diputihkan.


memperoleh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. VASELINUM FLAVUM

Nama Sinonim : Vaselin kuning, petrolium.

Zat berkhasiat : Serupa dengan vaselin putih.

Penggunaan : Bahan salep, pencahar lemah.

Sediaan : - Aethylis Aminobenzoatis unguentum


(F.N).
- Aethylis Aminobenzoatis Tannini
unguentum (F.N).
- Balsamum Rubrum (F.N).
31
- Olei Iecoris unguentum (F.N).
- Peruviani unguentum (F.N).
- Prednisoloni unguentum (F.N).
- Recorcinoli unguentum compositum
(F.N).
- Zinci pasta (F.N).

Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, warna kuning


muda sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan dingin tidak diaduk.
Berfluorosensi lemah, juga jika dicairkan,
tidak berbau, hampir tidak berasa.

Cara : Diperoleh dari minyak mineral


memperoleh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

32
BAB VI
ANTIBIOTIKA

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh jasad renik, dan dalam kadar
yang sangat kecil mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan jasad renik lain (virus, riketsia, bacteria, protozoa, cendawan).
Dewasa ini pengertian antibiotika juga mencakup senyawa-senyawa kimia yang
bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan atau yang bersifat
bakterisida (membunuh kuman) dan diperoleh secara sintesia murni (misalnya
kloramfenikol dan tetrasiklina) atau secara semi sintesia (misalnya ampisilina dan
kloksasilina).
Contoh dari antibiotika golongan penisilia yang diperoleh dari biakan jasad renik
dan yang diperoleh dengan cara semisintesa adalah sebagai berikut :

Penisilina alam : Benetamina penisilina, benzatina


penisilina, benzil penisilina,
Fenoksimetil penisilina, prokaina
penisilina.

Penisilina semisintesa : Ampisilina, kloksasilina, metisilina,


nafsilina, oksasilina, penamesilina,
propisilina.

Perkataan antibiotika berasal dari 2 perkataan Yunani, yaitu : anti yang berarti
melawan dan bio yang berarti kehidupan. Antbiotika “Broad spectrum” adalah antibiotika
yang efektif berbagai kelompok jasad renik (kelompok virus, riketsia, kuman dan lain
sebagainya) dan berfaedah untuk pengobatan infeksi ganda.
Antibiotika yang termasuk “Broad spectrum” antara lain adalah ampisilina,
karbensilina, kloramfenikol, klortetrasiklina, demitilklortetrasiklina, doksisiklina,
gentamisina, kanamisina, neomisina, oksitetrasiklina dan derivatnya, rolitetrasiklina dan
tetrasiklina.
Antibiotika yang cocok untuk pengobatan terhadap infeksi kuman-kuman gram
positif antara lain adalah basitrasina, penisilina dan derivatnya, gramisidin, linkomisina,
novohiosina, natrium fusidat, spiramisina, triasetiloleandomisina, tirotrisina dan
vankomisina.
Antibiotika untuk pengobatan infeksi kuman gram negatif, antara lain adalah
kolistina, polimiksina B dan sulfokmiksina.
Untuk pengobatan tuberkulosa dan lepra digunakan sikloserinadihidrostrep tomisina,
streptomisina, rifamisina dan viomisina untuk pengobatan infeksi protozoa digunakan
paranomisina.

1. AMPCILLINUM = Ampisilina (F.I)

Persyaratan : Ampisilina mengandung tidak kurang dari 95 %


Kadar C16H19N3O4S, masing-masing dihitung terhadap
zat anhidrat.

Pemerian : Serbuk hablur renik, warna putih, tidak berbau

33
atau hampir tidak berbau, rasa pahit.

Sediaan : Ampicillini Capsulae (F.I), Ampicillini


Trihidrat, Ampicillini Trihydratis Capsulae,
Ampicillini Pro Suspension.

2. BACITRACINUM = Basitrasina (F.I)

Sumber : Basitrasina adalah antimikroba yang dihasilan


oleh biakan Basillus licheniformis atau Basillus
subtilis var. Tracy (Familia Basillaceae).

Pemerian : Serbuk warna putih sampai coklat, tidak berbau


atau berbau lemah, rasa pahit.

Sediaan : Bacitracinum pro Injectione, Bacitracini


Oculentum, Bacitracini unguentum

3. CEPHALEXINUM (F.I)

Sumber : Sefalaksina berasal dari fungus Cephalosporium


aeromonium.

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai putih kuning


gading, bau khas

Sediaan : Cephalexini Capsulae, Cephalexini Compressi

4. CEPHALORIDIUM = Sefaloridini (F.I)

Pemerian : Serbuk hablur, putih bau lemah mirip piritina,


rasa pahit

Sediaan : Cephalorodinum pro Injectione

5. CHLORAMPHENICOLUM = Kloramfenikol (F.I)

Persyaratan : Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari


Kadar 97,0% dan tidak lebih dari 103,0 C11H12Cl2N2C5,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng


memanjang warna putih sampai putih kelabu
atau putih kekuningan, tidak berbau, rasa sanga
pahit, dalam larutan asam lemah, mantap.

34
Sediaan : Chloramphenicoli Capsule, Chloramphenicoli
Ucolentum, Chloramphenicoli Unguentum,
Chloramphenicoli Palmitas, Chloramphenicoli
Palmitatis Suspensio.

6. CHLORTETRACYCLINI HYDROCHLORIDUM
= Kloratetrasiklalina Hidroklorida (F.I)
Sumber : Kloratetrasiklina hidroklorida adalah garam
hidroklorida zat anti mikroba yang dihasilkan
oleh biakan pilihan Streptomyces aureofaciens
(Familia streptomycetaceae) atau diperoleh
dengan cara lain

Pemerian : Hablur kuning, tidak berbau, rasa pahit.

Sediaan : Chlortetracyclini Hydrochloridi Oculentum

7. CLINDAMYCINI HYDROCHLORIDUM (F.I)


= Klindamisina Hidroklarida

Pemerian : Serbuk hablur warna putih, rasa pahit.

Sediaan : Clidamysini Hydrochloridi Capsulae

8. DEMECLOCYCLINI HYDROCHLORIDUM (F.I)

Sumber : Adalah garam hidroklorida. Zat anti mikroba


yang dihasilkan oleh biakan Streptomyces
aureofaciens (Familia Streptomycetaceae), atau
yang dibuat denngan cara lain.

Pemerian :
Serbuk hablur warna kuning, tidak berbau, rasa
pahit.

Sediaan : Demeclocyclini Hydrocloridi Capslae (F.I)

9. DOXYCYCLINUM (F.I)

Sumber : Termasuk golongan tetracycline dan dibuat


secara sintesa

Pemerian : Serbuk hablur kuning.

Sediaan : Doxycyclinum pro suspension, Doxycyclinum


Hydrochloridum Capsulae

35
10. ERYTHOMYCINUM = Eritromisina (F.I)

Sumber : Zat anti mikroba yang dihasilkan oleh biakan


pilihan Streptomyces erythreus Waksman
(Familia Streptomycetaceae)

Pemerian : Serbuk hablur, warna putih atau agak kuning,


tidak berbau, atau hampir tidak berbau, rasa
pahit, agak higroskopik.

Sediaan : Erithromycini Compressi, Erithromycini Stearas.

11. FRAMYCETINI SULFAS = Framisetina Sulfat (F.I)

Sumber : Zat anti mikroba yang yang dihasilkan


oleh biakan pilihan Streptomyces fradial
atau Streptomcyces decaris (Famila
streptomyceataceae).

Pemerian : Serbuk putih, putih kekuningan, tidak berbau,


hampir tidak berbau, tidak berasa, higroskopik.

12. GENTAMICINI SULFAS = Gentamicina Sulfat (F.I)

Sumber : Gentamicina Sulfat adalah garam sulfat zat anti


mikroba yang dihasilkan oleh Micromonosphora
purpurea.

Persyaratan : Potensi tiap mg setara dengan tidak kurang dari


Kadar 590 mcg gentamisina, dihitung sebagai zat
anhidrat.

Pemerian : Serbuk, warna putih sampai coklat.

Sediaan : Gentamycini Sulfatis Cremor, Gentamycini


Sulfatis Compressi.

13. GRISEOFUIVINUM = Griseofulfina (F.I)

Sumber : Griseofulfina adalah anti fungi yang dihasilkan


oleh biakan pilihan Penisillinum
griseofulvumatum atau diperoleh dengan
cara lain

Persyaratan : Mengandung tidak kurang 97,0%dan tidak lebih


Kadar dari 102,0% C17H17ClO6, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.

36
Pemerian : Serbuk warna putih sampai kuning gading pucat,
tidak berbau tidak berasa, umumnya ukuran
zarah maksimum sampai 5 µm, boleh terdapat
beberapa zarah berukuran lebih dari 30 µm.

Sediaan : Griseofulvini Compressi (F.I)

14. KALII BENZYLPENICILLINUM


= Kalium Benzilpenisilina (F.I)

Sumber : Kalium penisilina G. adalah garam kalium asam


zat anti mikroba yang dihasilkan oleh biakan
pilihan Penicilium notatum (Familia
Aspergilaseae) dan jasad renik sejenis, atau
dibuat dengan cara lain.

Persyaratan : Kadar Penisilina jumlah, dihitung sebagai


Kadar C16H17KN2C4S, tidak kurang dari 90,0%

Pemerian : Serbuk hablur renik, halus warna putih. Jika


diperiksa dalam parafin cair ringan
menggunakan mikroskop polarisasi, sebagian
besar tampak sebagai bagian yang dapat larut,
membias rangkap dan jika bidang polarisasi
diputar mempunyai tempat pemadaman.

Sediaan : Kalii Benzylpenicillina Compressi (F.I)

15. KANAMYCINI SULFAS = Kanamisina Sulfat (F.I)

Sumber : Kanamisina sulfat adalah garam monosulfat,


C18H36N4C11SO4 (BM 582,60) atau garam sulfat
asam C18H36N4O111,7H2SO4 (BM 651,20)
kanamisina, zat anti mikroba yang dihasilkan
oleh Streptomyces kanamycetus (Familia
Streptoecetaseae)

Pemerian : Serbuk hablur, warna putih atau hampir putih,


tidak berbau atau hampir tidak berbau

Sediaan : Kanamycini Sulfatis Injectio

37
16. NATRII BENZYPENICILLINUM (F.I)

Sumber : Natrium dari asam bersifat anti mikroba yang


dihasilkan oleh biakan pilihan Penicillinum
notatum (Familia Aspergillaceae), atau jasad
renik sejenis, atau dibuat dengan cara lain

Persyaratan : Kadar Penicillina jumlah dihitung sebagai


Kadar C16H17N2Na4S, tidak kurang dari 90,0% kadar
natrium benzulpenicillina, C16H17NaO4S tidak
kurang dari 90,0%.

Pemerian : Serbuk hablur warna putih

17. NATRII CARBENICILLINUM (F.I)

Persyaratan : Mengandung tidak kurang dari 89%


Kadar C17H16N2Na2O6S dihitung terhadap zat anhidrat

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau,


rasa pahit, higroskopik.

Sediaan : Natrii Carbenicillinum Pro Injectio.

18. NATRII CEPHALOTHINUM (F.I) = Natrium sefalotina

Pemerian : Serbuk hablur putih atau hampir putih, hampir


tidak berbau, rasa pahit.

Sediaan : Natrii Cephalothinum pro Injectio

19. NATRII DICLOXACILLINUM (F.I)


= Natrium Dikloksasilina

Sumber : Derivatnya Penicillina.

Pemerian : Serbuk hablur tidak berwarna, rasa pahit

Sediaan : Natrii Dicloxacillini Capsulae, Natrii


Dicloxacillinum Suspension.

20. NEOMYCINI SULFAS = Neomisina Sulfat (F.I)

Sumber : Neomisina sulfat adalah campuran garam sulfat


zat anti mikroba yang dihasilkan oleh biakan
pilihan Streptomyces Fradiae (Familia

38
Streptomycetaceae).

Pemerian : Serbuk warna putih atau putih kekuningan,


hampir tidak berbau, higroskopik.

21. NOVOBIOCINUM CALCINUM


= Novobiosina Kalsium (F.I)

Sumber : Novobiosina kalsium adalah garam kalsium zat


anti mikroba yang dihasilkan oleh Streptomyces
niveus (Familia Streptomycetaceae) atau jasad
hidup sejenis atau yang dibuat dengan cara lain.

Pemerian : Serbuk hablur, warna putih kekuningan, tidak


berbau, rasa manis kemudian pahit.

Sediaan : Novobiocini Compressi

22. NOVONIOCINUM NATRIUM


= Novobiosina Natrium (F.I)

Sumber : Novobiosina natrium adalah garam natrium zat


antu mikroba yang dihasilkan oleh Streptomyces
niveus (Familia Streptomytaceae) atau jasad
hidup sejenis, atau yang dibuat dengan cara lain.

Pemerian : Serbuk hablur, warna putih atau hampir putih


kekuningan, tidak berbau, rasa manis, kemudian
pahit.

Sediaan : Novobiosini Compressi

23. NYSTATINUM = Nistatina (F.I)

Sumber : Nistatina adalah zat anti fungi yang umumnya


dihasilkan oleh biakan Streptomyces nursei
(Familia Streptomycetaceae) atau dengan
cara lain.

Pemerian : Serbuk warna kuning sampai coklat muda, bau


khas

Sediaan : Nystatini Compressi, Nystatinum pro


Suspensione, Nystatini Unguentum

39
24. OXYTETRACYCLINI HYDROCHLORIDUM
= Oxytetrasiklina Hidroklorida (F.I)

Sumber : Oksitetrasiklina hidroklorida adalah garam


hidroklorida zat anti mikroba yang dihasilkan
oleh biakan pilihan Streptomyces remosus
(Familia Streptomycetaceae) atau yang dibuat
dengan cara lain.

Pemerian : Serbuk hablur, warna kuning, tidak berbau, rasa


pahit, hidrogrospik.

Sediaan : Oxytetracyclini Hydrochloridi Capsule,


Oxytetracyclini Hydrochloridi pro Injection.

25. POLYMYXINI B SULFAS = Polimiksina B Sulfat (F.I)

Sumber : Polimiksina B sulfat adalah campuran garam


sulfat anti mikroba yang dihasilkan oleh biakan
pilihan Bacillus polymixa (Familia Bacillaceae),
atau yang dibuat dengan cara lain.

Sediaan : Serbuk warna putih sampai kuning gading, tidak


berbau atau berbau lemah

26. RIFAMYCINUM (F.I) = Rifamisina

Sumber : Adalah kelompok bagi sejumlah zat anti


mikroba yang dihasilkan oleh biakan pilihan
Streptomyeces mediterranei

Jenis-jenis rifamisina ditandai dengan huruf-


huruf dibelakang namanya. Rifamisina A, B, C,
D dan E diperoleh dari alam.

Rifamisina O, S dan SV adalah derivat dari


rifamisina B.

Sediaan : Rifamycini Capsulae

27. STREPTOMYCINI SULFAS = Streptomisina Sulfat (F.I)

Sumber : Streptomysina Sulfat adalah garam sulfat zat


antimikroba yang dihasilkan oleh biakan pilihan
Streptomyces griseus (Kransky) Waksman et
Nenrici (Familia Streptomycetaceae), atau yang
dibuat dengan cara lain.

40
Pemerian : Zat padat warna putih atau hampir putih, tidak
berbau atau berbau lemah, rasa agak pahit

Sediaan : Streptomycini Sulfatis Injectione, Streptomycini


Sulfatis Pro Injectione.

28. TETRACYCLINUM (F.I) = Tetrasiklina


Sumber : Tetrasiklina adalah zat antimikroba yang
duperoleh dengan cara deklorinasi
klotetrasiklina, atau dengan mereduksi
oksitetrasiklina, atau dengan cara fermentasi.

Pemerian : Serbuk hablur renik, warna kuning tidak berbau

Sediaan : Tetracyclini Suspensione

29. TETRACYCLINI HYDROCHLORIDUM (F.I)


= Tetrasiklina hydroklorida F.I.

Sumber : Tetrasiklina Hydroklorida adalah garam


hidroklorida zat antimikroba yang diperoleh
dengan cara mereduksi katalitik klortetrasiklina
atau dihasilkan oleh biakan pilihan Streptomyces
aureofaciens (Familia Streptomycetaceae).

Sediaan : Tetracyclina Hydrochloridi Capsulae.

30. VANCOMYCINI HYDROCHLORIDUM F.I.


= Vankomisina Hidroklorida

Sumber : Antimikroba yang umumnya dihasilkan oleh


biakan pilihan Streptomyces orientalis (Familia
Streptomecetaceae), atau yang dibuat dengan
cara lain

Pemerian : Serbuk warna coklat muda, tidak berbau, rasa


pahit

41
31. VIOMYCINISULFAS = Viomisina Sulfas (F.I)

Sumber : Viomisina sulfat adalah garam sulfat


antimikroba yang dihasilkan oleh biakan pilihan
Streptonyces griseus var purpureus (Familia
Streptomycetaceae) atau dengan cara lain.

Pemerian : Serbuk pahit, agak higroskopik

Sediaan : Viomycini Sulfatis pro Injectione

42
BAB VII
IMMUNOSERA

Imunoserum

Imunoserum adalah sediaan cair atau sediaan kering beku, mengandung


imunoglobulin khas yang diperoleh secara pemurnian serum hewan yang telah dikebalkan.
Imunoserum mempunyai khasiat khas menetralkan toksin kuman atau bisa ular atau
mengikat kuman atau virus atau antigen lain yang sama dengan yang digunakan pada
pembuatannya.
Imunoserum diperoleh dari hewan sehat yang telah dikebalkan dengan penyuntikan
toksin atau toksoida, bisa ular atau suspensi jasad renik atau diberi penisilina.
Zat pengawet yang cocok dapat ditambahkan, dan harus ditambahkan untuk sediaan
yang disimpan dalam dosis ganda. Sediaan yang diperoleh dengan pengeringan bekuan
mengandung air tidak lebih dari 1,0 %. Rekontutitusi dilakukan pada saat akan digunakan.

Pemerian :
Imunoserum cair : Tidak keruh, hampir tidak berwarna
atau kuning sangat lemah, hampir tidak
berbau kecuali bau bakterisida yang
ditambahkan.

Imunoserum kering : Serbuk atau kerak, tidak berwarna atau


beku kuning pucat.larutan dalam air
menyerupai imunoserum cair

Persyaratan berikut berlaku untuk imunoserum cair dan imunoserum kering beku yang
direkonstitusi.

1. IMUNOSERUM ANTIDIPHTHERICUM
= Imunoserum Antidifteri = Antitoksin Difteri

Persyaratan : Imunoserum antidiferi mengandung globulin


Kadar dengan antitoksin khas yang dapat menetralkan
toksin Corynebacterium diphtherioe potensi
kurang dari 1000 UI per ml.

Pemerian : Keasaman-kebasaan : Albumin : Protein asing :


protein jumlah : Toksisitas abnormal :
Penyimpanan Memenuhi syarat yang tertera
pada Imunosera.

Identifikasi : Mempunyai aktivitas khas menetralkan toksin


Corynebacterium diphtheriae dan tetap tidak
berbahaya bagi hewan yang peka

43
2. IMUNOSERUM ANTIRABIENICUM
= Imunoserum Antirabies = Antitoksin Rabies

Persyaratan : Imunoserum Antirabies mengandung globulin


Kadar anti khas rabies yang dapat menetralkan virus
rabies.

Pemerian : Keasaman-kebasaan ; Albumin; Protein Asing ;


protein jumlah; Toksin abnormal; Sterilitas,
penyimpanan memenuhi syarat yang tertera pada
immunosera.

Identifikasi : Mempunyai aktivitas khas menetralkan virus


rabies dan tetap tidak berbahaya bagi hewan
yang peka.

3. IMUNOSERUM ANTITETANICUM
= Imunoserum Antitetanus = Antitoksin Tetanus

Persyaratan : Imunoserum Antitetanus mengandung globulin


Kadar antitoksin khas yang dapat menetralkan toksin
Clostridium tetani.

Pemerian : Keasaman-kebasaan ; Albumin; Protein Asing ;


protein jumlah; Toksisitas abnormal; Streilitas,
penyimpangan memenuhi syarat yang tertera
pada immunosera.

Identifikasi : Mempunyai aktivitas khas menetralkan toksin


Clostridium tetani dan tetap tidak berbahaya
bagi hewan yang peka

4. IMUNOSERUM ANTIVENINUM POLYVALENTE


= Imunoserum Antibisa Polivalen = Antibisa Ular

Persyaratan : Imunoseru Antibisa Polivalen adalah larutan


Kadar steril, terutama mengandung glubolin dengan
anti zat khas dapat menetralkan bisa
Ankystrodon rhodostoma, Bungarus fasciatus
dan Naja sputatrix. Potensi tiap mili menetralkan
tidak kurang dari 10 LD50 dan tidak lebih dari 25
LD50 bisa Ankystrodon rhodoston, tidak kurang
dari 25 LD50 dan tidak lebih dari 50 LD50 – bisa
Naja Sputatrix.

Pemerian : Keasaman-kebasaan ; Toksisitas abnormal;


Streilitas, Susut pengeringan; penyimpanan;
Penandaan memenuhi syarat yang tertera pada
immunosera.

44
BAB VIII
VACCINA

Vaksina adalah sediaan mengandung antigen, dapat berupa kuman mati, kuman
inaktif, kuman hidup yang dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya,
digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif dan khas terhadap infeksi kuman atau
toksinnya.
Vaksin dibuat dari bakteri, riketsia, virus atau toksin dengan cara berbeda-beda
sesuai jenisnya seperti tertera pada masing-masing monografi, sedemikian rupa sehingga
masih tetap identitasnya dan bebas cemaran jasad renik.
Zat tambahan yang cocok dapat ditambahkan sewaktu pembuatan, tetapi penisilina
atau streptomisina tidak boleh digunakan pada setiap tahap pembuatan atau dalam hasil
akhir. Jika streptomisina digunakan dalam pembuatan biakan sel untuk vaksin virus, harus
dibebaskan dari medium pembenihannya sewaktu hendak ditunasi virus.
Hasil akhir diwadahkan secara teknik aseptik ke dalam wadah steril dan akhirnya
ditutup kedap untuk menghilangkan cemaran. Bakterisida yang cocok dapat ditambahkan
ke dalam vaksin inaktif steril dan selalu ditambahkan, kecuali dinyatakan lain, jika sediaan
yang diedarkan dalam wadah tertutup kedap kemungkinan akan terjadi kemunduran
aseptiknya dalam kondisi yang berbeda.
Untuk vaksin yang kering dibekukan, cara pengeringbekuan harus sedemikian rupa
sehingga memungkinkan mengurangi kadar air hingga tidak kurang dari 2,0 %. Jika vaksin
mengandung fenol, kadar tidak boleh lebih dari 0,5 % b/v. Penambahan fenol tidak
diharuskan.
Sterilitas semua vaksin steril harus memenuhi syarat uji sterilitas yang tertera pada
uji keamanan hayati. Penyimpanan kecuali dinyatakan lain, vaksin cair disimpan pada suhu
20 hingga 100, hindarkan terjadinya pembekuan, vaksin kering disimpan pada suhu tidak
lebih dari 200, terlindung dari cahaya.

Penandaan pada etiket harus juga tertera :


1. banyaknya ml jumlah dalam wadah, untuk vaksin cair.
2. dosis dan
3. daluwarsa

Vaksin Bakteri
Biakan bakteri dapat ditumbuhkan pada medium perbenihan padat. Kuman dipanen
dari perbenihan menggunakan larutan klorida P atau zat pembawa lain yang cocok.
Medium perbenihan cair dapat juga digunakan untuk biakan bakteri sebagian atau
seluruhnya. Biakan dapat digunakan untuk membuat vaksin yang dapat dilakukan secara
kimia, fisika atau biokimia. Untuk vaksin steril, kuman dimatikan sedemikian rupa
sehingga harus tetap menguasai potensi pengebal.
Dapat ditetapkan jumlah bakteri yang hidup atau yang mati per ml species atau
varietas bakteri yang terdapat dalam sediaan. Dapat juga ditetapkan derajat kesuburan.
Pemerian suspensi : umumnya putih dalam cairan tak berwarna atau cairan agak berwarna.
Toksisitas abnormal memenuhi syarat toksisitas abnormal yang tertera pada uji keamanan
hayati.

45
Vaksin Virus dan Vaksin Riketsia
Vaksin dibuat dari jaringan darah yang diperoleh dari hewan yang terinfeksi dari
biakan perbenihan telur atau biakan jaringan. Kuman dapat dimatikan sebagian atau
seluruh biakan yang dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia, atau biokimia.
Bakterisida yang cocok dapat ditambah ke dalam vaksin steril vaksin virus hidup
atau vaksin riketsia hidup asalkan bakterisida itu tidak mempunyai keaktifan terhadap virus
atau riketsia.

Toksida Bakteri
Dibuat dari toksin yang dihasilkan biakan bakteri dengan menghilangkan atau
setidaknya mengurangi toksisitasnya hingga batas serendah mungkin dengan cara kimia,
fisika atau biokimia tanpa menghilangkan atau mengurangi daya pengebalannya.
Pemerian cairan jernih : tidak berwarna atu suspensi, zarah putih atau abu-abu dalam
cairan tidak berwarna atau kuning.
Toksisitas abnormal memenuhi syarat toksisitas abnormal yang tertera dalam uji keamanan
hayati.

Vaksin Campur
Merupakan campuran dua vaksin tunggala atua lebih.
Pemerian : cairan jenuh atau suspensi dengan berbagai opelesennya : umumnya putih
dalam cairan tidak berwarna atau agak berwarna.
Toksistas abnormal memenuhi syarat toksisitas abnormal yang tertera pada uji keamanan
hayati.

1. VACCINUM BACILLI CALMETTE GUERINI CRYODESICCATUM = Vaksin


Basil Calmette Guerin Beku Kering

Cara : Vaksin Basil Calmette Guerin adalah vaksin


memperoleh bakteri hidup biakan pilihan Basil Colmette
Guerin Mycobacterium tuberculosis varbosis
yang dikeringkan. Biakan pilihan dipelihara
sedemikian rupa hingga tetap mempunyai daya
membuat manusia peka terhadap tuberculin dan
relatif tidak patogen terhadap manusia dan hewan
uji.

Bakteri ditumbuhkan pada perbenihan yang


cocok selama tidak lebih dari 14 hari. Hasil panen
biakan, jika perlu diencerkan hingga diperoleh
kadar yang dikehendaki, disuspensikan dalam
larutan isotonik yang cocok dan steril yang dapat
mengawetkan daya antigen serta kemampua
hidup vaksin, dimasukkan ke dalam wadah kaca
steril, dibekukeringkan kemudian ditutup kedap.
Sebelum digunakan, ditambahkan pelarut steril
yang cocok.

46
2. VACCINUM CHOLERAE = Vaksin Kolera

Cara : Vaksin kolera adalah suspensi steril biakan pilihan


memperoleh Vibrio Cholerae yang cocok, mengandung tidak
kurang dari 8.000 juta kuman tiap dosis tunggal, 1
dosis tunggal tidak lebih dari 1 ml.

Pemerian : Toksisitas abnormal, sterilitas, penyimpanan,


penandaan memenuhi syarat yang tertera pada
vaccina

Identifikasi : Dilakukan secara aglutinasi menggunakan


immunoserum khas.
Penetapan potensi, penetapan dilakukan dengan
membandingkan dosis sediaan uji terhadap dosis
sediaan baku, masing-masing dapat memberikan
perlindungan yang sama pada mencit terhadap
biakan pilihan Vibrio cholerae yang cocok.

3. VACCINUM DIPHTHERIAE ADSORBATUM


= Vaksin Difteri Jerap

Cara : Vaksin Difteri jerap adalah toksida formol difteri


memperoleh terjerap pada zat jerap, umumnya alumunium
hidroksida atau alumunium fosfat dengan
kemurnian tidak kurang dari 1500 lf per mg
protein N

Pemerian : Sterilitas, penyimpanan memenuhi syarat yang


tertera pada vaccina.

Identifikasi : Mempunyai aktifitas khas membentuk antitoksin


yang dapat menetralkan toksin Corynebacterium
diphtheriae.

.
4. VACCINUM DIPHTHERIAE PERTUSSIS ET TETANI ADSORBATUM =
Vaksin Difteri Pertusis Tetanus Jerap
= Vaksin DPT Jerap

Cara : Vaksin Difteri Pertusisi Tetanus jerap adalah


memperoleh campuran toksoida formol tetanus suspensi kuman
mati Bardeella pertusis terjerap pada zat jerap
umumnya alumunium hidroksida atau alumunium
fosfat, dengan kemurnian tidak kurang dari 1000 lf
per ml protein N.

Pemerian : Sterilitas, Penyimpanan memenuhi syarat yang


tertera pada vaccina.

47
Identifikasi : Memenuhi aktifitas khas membentuk antitoksin
yang dapat menetralkan toksin Corynetacterium
diphteriae dan toksin Clostridium tetani serta
membentuk zat anti terhadap Bordetella pertusis.

Ketentuan : Vaccinum Diphtheriae Et Pertusis EFI, vaksin


Difteri dan pertusis EFI.
Vaksin Difteri dan pertusis adalah campuran
Difteri dan Vaksin Pertusis

5.VACCINUM DIPHTHERIAE ET TETANI ADSORBATUM


= Vaksin Difteri Tetanus Jerap

Cara : Vaksin Difteri Tetanus jerap mengandung toksoida


memperoleh formol tetanus terjerap pada zat jerap umumnya
alumunium hidroksida akan alumunium fosfat.

Pemerian : Sterilitas, penyimpanan, memenuhi syarat yang


tertera pada vaksin.

Identifikasi : Mempunyai aktifitas khas membentuk antitoksin


yang dapat menetralkan toksin Corynebacterium
diphtheriae dan toksin Clostridium tetani.

6. VACCINUM PERTUSIS = Vaksin Pertusis

Cara : Vaksin pertusis adalah suspensi Boedetella


memperoleh pertusis mati dalam larutan natrium klorida P.
Mengandung bakterisida yang cocok dalam kadar
yang tidak berpengaruh terhadap daya pengebal
vaksin. Potensi tidak kurang dari 4 UI tiap dosis
tunggal, 1 dosis tunggal tidak lebih dari 1 ml.

Pemerian : Toksisitas abnormal; Sterilitas; Penyimpanan


memenuhi syarat yang tertera pada vaccina.

Identifikasi : Dilakukan secara aglutinasi menggunakan


antiserum khas.

7. VACCINUM POLIOMYELITIDIS INACTIVACUM


= Vaksin Polio Inaktif

Cara : Vaksin polio inakif adalah suspensi biakan virus


memperoleh tipe 1,2 dan 3 atau campuran dari padanya yang
telah mati, mengandung tidak kurang dari
3 x 106 TC LD50 tipe 1 dan 3, dan tidak kurang dari

48
1 x 106 TC LD50 tipe 2 per ml.

Pemerian : Tidak berwarna atau kemerah-merahan.

Identifikasi : Jika disuntikkan pada hewan akan merangsang


pembentukan zat penawar terhadap virus tipe
1,2 dan 3.

8. VACCINUM POLIOMYLIDIS PERORALE


= Vaksin Polio Oral
Cara : Vaksin Polio Oral adalah suspensi biakan pilihan
memperoleh virus tipe 1, 2 dan 3 hidup yang dilemahkan atau
campuran dari padanya. Mengandung tidak
kurang dari 3 x 5 10 5 TC LD50 tipe 2 untuk tiap
dosis.

Pemerian : Cairan bersih, tidak berwarna atau kemerah-


merahan.

Identifikasi : Setelah dicampur dengan imonoserum antipolio


tipe yang sesuai, tidak dapat lagi menginfeksi
perbenihan jaringan yang peka.

9. VACCINUM RABIEICUM = Vaksin Rabies

Cara : Vaksin Rabies adalah suspensi biakan pilihan virus


memperoleh rabies yang dimatikan dan berasal dari
penyuntikan infrocerebrum hewan yang cocok dan
tidak tercemar dalam larutan natrium klorida P
atau larutan lain yang cocok dan isotonik terhadap
darah.
Mengandung tidak kurang dari 5 % b/v/jaringan
otak diolah dengan fenol atau zat kimia lain yang
cocok hingga virus tidak lagi menginfeksi mencit.

Pemerian : Suspensi gumpalan; putih atau keruh.

Identifikasi : Melindungi hewan yang peka terhadap infeksi biak


asli rabies.

10. VACCINUM TETANI ADSORBATUM


= Vaksin Tetanus Jerap

Cara : Vaksin tetanus jerap mengandung toksida formol


memperoleh tetanus jerap ada zat jerap, umumnya alumunium
hidroksida atau alumunium fosfat. Tingkat
kemurnian toksoida formol ttanus tidak kurang
dari 1000 lf per mg protein N.

49
Pemerian : Sterilitas : Penyimpanan : Penandaan memenuhi
syarat yang tertera pada vaccina.

Identifikasi : Jika disuntikkan pada hewan yang cocok, akan


membentuk antitoksin yang dapat menetralkan
toksin Clostridium tetani.

11. VACCINUM TYPHOIDI = Vaksin Tifus

Cara : Vaksin tifus adalah suspensi biakan pilihan


memperoleh Salmonela typhi yang mematikan dan mengandung
tidak kurang 1 g bakteri per dosis. Dosis tidak
boleh lebih dari 1 ml.
Vaksin diperoleh dari satu atau lebih biakan
pilihan licin Salmonella typhi yang mempunyai
komplemen lengkap antigen –C,H dan antigen –
VI.
Bakteri dimatikan dengan cara pemanasan
suspensi atau dengan penambahan bakterisida.

Pemerian : Sterilitas; Penyimpanan memenuhi syarat yang


tertera pada Vaccina.

Identifikasi : Dilakukan secara aglutinasi menggunakan


imunoserum khas.

12. VACCINUM TYPHOIDI ET PARATYPHOISI AB


= Vaksin Tifoid dan Paratifoid AB

Cara : Vaksin Tifoid dan Paratifoid AB adalah campuran


memperoleh suspensi kuman Salmonella typhi, Salmonella
paratyphia A dan Salmonella typhi paratyphi B,
mengandung tidak kurang dari 1 x 109
Salmonella typhi dan masing-masing tidak kurang
dari 5 x 108 atau 75 x 107 masing-masing
Salmonella paratyphi A dan Salmonella paratyphi
B.

Pemerian : Sterilitas ; Penyimpanan memenuhi syarat yang


tertera pada Vaccina.

Ketentuan : Vaccinum Typgosa Et Paratyphi A-B EFI, Vaksin


Tifus dan paratifus A-B EFI.
Ketentuan : Vaksin Tifus dan paratifus A-B adalah
campuran suspensi A dan Salmonella paratyphi B.
Tiap ml mengandung 1000 juta jasad renik
paratifus B.
Biakan pilihan yang digunakan dan cara

50
mematikan seperti tertera pada vaccinum
Cholerae, Typhosa et Paratyphi.

13. VACCINUM VARIOLAE CRYODESICCANUTUM


= Vaksin Cacar Beku Kering

Cara : Vaksin cacar adalah vaksin beku kering


memperoleh mengandung virus vaksin hidup dari biakan
pilihan yang cocok.

Pemerian : Serbuk, hampir putih.

Identifikasi : Rekonstitusi vaksin, tanam pada kulit kelinci yang


telah digores, pada membrana choria allantois
embrio ayam atau pada biakan jaringan,
menimbulkan luka khas.
Jasad renik hidup lain rekostitusi vaksin, mati
secara mikroskopik atau cara pembiakan yang
cocok terhadap jasad renik patogen terutama
Streptomyces hemolyticusm, Staphylococcus.
Vaksin harus bebas jasad renik tersebut. Jumlah
total kuman tidak patogen tidak boleh lebih dari :
500 UI per mililiter.

51

Anda mungkin juga menyukai