Anda di halaman 1dari 16

MURNIKAH SEDIAAN BAHAN BAKU INI?

Oleh: Kelompok 3

Dosen Pembimbing: Dr. Roihatul Muti’ah, S.F., M. Kes, Apt

Ketua Kelompok : Fitrati Hasanah Luthfi (18930069)


Sekretaris Kelompok : Nabila Amirotul Aisy Faridah (18930079)
Nama Anggota : Salsabila Oktali Ichlassultyas (18930086)
Nabhila Anisa Risqi Nisrina Alfany (18930089)
Dimas Febrian Rezky (18930096)
Jesi Aulia Bustami (18930098)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 1
SKENARIO................................................................................................................................... 2
BAB I KATA SULIT .................................................................................................................... 3
BAB II DAFTAR MASALAH ..................................................................................................... 6
BAB III BRAINSTORMING ....................................................................................................... 7
BAB IV PETA MASALAH .......................................................................................................... 8
BAB V TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 9
BAB VI TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 10
BAB VII PETA KONSEP........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 15
Skenario 1

1.1 Murnikah sediaan bahan baku ini?

Seorang mahasiswa sedang melakukan identifikasi mikroskopis serbuk simplisia piperis


retrofracti fructus dengan hasil sebagai berikut:

Mikroskopis. Adanya sel perisperm, berisi amilum, endocarp terpotong tangesial dengan sel
endocarp berbentuk polygonal, epidermis dari kulit biji dipotong tangesial, berbentuk persegi
panjang berwarna kuning, dinding samping agak bergelombang dan berwarna kuning
kecoklatan, parenkim dari kelompok sel batu dari hypodermis. Terdapat endocarp, trakheida
serabut, dinding agak tebal, noktah berupa celah, berasal dari poros atau tangkai buah, sel
batu berukuran lebih besar dari sel batu hypodermis, berasal dari poros dari tangkai, saluran
getah parenkim, ditemukan juga stomata tipe anomositik, sel sel kelenjar uniselular dan sel
gabus.

Untuk memastikan mutu sediaan bahan baku sebagaimana yang tercantum pada PerK BPOM
no 12 tahun 2014 tentang persyaratan mutu obat tradisional. Bahan baku wajib memenuhi
persyaratan mutu sebagaimana yang tercantum dalam buku Farmakope Herbal Indonesia
dan Materia Medika. Berdasarkan buku tersebut ternyata mahasiswa menemukan beberapa
perbedaan hasil analisa mikroskopis.
BAB 1

1.1 Kata Sulit

Kata Sulit Keterangan


1. Simplisia Bahan alami yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan
lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60Oc.

2. Piperis Bahasa latin dari cabe jawa, merupakan tanaman penghasil rempah
retrofracti dan fitofarmaka yang penting, baik ditinjau dari pemenuhan
fructus kebutuhan bumbu dan obat tradisional bagi masyarakat maupun bagi
industri makanan , minuman ,jamu dan obat,

3. Potongan Potongan yang tegak lurus terhadap jari-jari.


tangensial
4. Hypodermis Berasal dari korteks dan bukan berasal dari epidermis. Berisi
beberapa kloroplas dan berdinding tebal sehingga ia melindungi
tumbuhan dari kehilangan air.

5. Trakhheida Sel yang memiliki dinding sel yang terdiri dari dinding primer dan
dinding sekunder yang
mengandung lignin.
Bentuknya panjang dan
meruncing yang mempunyai
fungsi untuk membantu
trakea. Sel ini memiliki
beberapa tipe, yaitu : anular,
retikulata, skalariformis,
bernoktah dan helical
6. Noktah Salah satu tempat pada sel tumbuhan yang dinding selnya tidak
mengalami penebalan.
7. Anomostik Salah satu tipe stomata dengan sel penutup yang dikelilingi oleh
sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel
epidermis lainnya.

8. Sel Gabus Jaringan yg tersusun dari sel-sel parenkim gabus. pada tumbuhan
dikotil, jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau felogen
dan terletak disebelah bawah dr jaringan epidermis.
BAB II

2.2 Daftar Masalah

2.2.1 Apakah sediaan baku ini murni?


2.2.2 Apakah bahan baku ini sesuai dengan mutu sediaan bahan baku yang tercantum
dalam BPOM?
BAB III

3.1 Brainstorming

3.1.1 Problematika

1. Apakah sediaan baku ini murni?


Analisis : dari skenario adanya perbedaan dengan Farmakope Herbal Indonesia, di
skenario dijelaskan bahwa ditemukan stomata tipe anomositik, sel-sel kelenjar
uniselular dan sel gabus, tetapi menurut Farmakope Herbal Indonesia tidak ditemukan
sel-sel tersebut.
Penyelesaian : Dijelaskan di MMI bahwa apabila terdapat bahan asing yang tidak
berbahaya dalam jumlah yang sangat kecil yang terdapat dalam simplisia ataupun yang
ditambahkan atau dicampurkan, pada umumnya tidak merugikan , namun hal tersebut
tetap membuat sediaan bahan baku ini tidak murni. Jadi, bahan baku ini tidak murni
dikarenakan ditemukannya stomata tipe anomatik, sel-sel kelenjar uniseluler dan sel
gabus. Sebagaimana yang telah ditetapkan PERATURAN KEPALA BADAN
PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12
TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN MUTU OBAT TRADISIONAL.
Sumber :
- MMI
- Farmakope Herbal Indonesia

2. Apakah bahan baku ini sesuai dengan mutu sediaan bahan baku yang tercantum
dalam BPOM?

Penyelesaian : BPOM RI pada BAB 3 Persyaratan Mutu bahan baku pasal 3


disebutkan bahwa bahan baku sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 tentang ruang
lingkup yang meliputi ketentuan persyaratan mutu ayat (1) huruf a (Bahan Baku)
wajib memnuhi persyaratan mutu sebagaimana tercantum dalam MMI dan Farmakope
Herbal Indonesia, sedangkan sudah dijelaskan pada rumusan masalah yang pertama
bahwasannya tidak murni jadi mutu tidak sesuai.
BAB IV

4.1 Peta Masalah


BAB V

5.1 Tujuan Pembelajaran Tutorial

1. Mahasiswa mampu menganalisa masalah dalam bentuk scenario


2. Mahasiswa mampu berpikir kritis dan dapat menghargai pendapat orang lain (kelompok)
3. Mahasiswa dapat mengetahui murni atau tidaknya bahan baku tersebut
4. Mahasiswa dapat mengetahui standart mutu sediaan bahan baku yang telah ditetapkan
BPOM.
BAB VI

6.1 Tinjauan Pustaka

6.1 Identitas Tanaman

Nama Tanaman : Cabe Jawa


Nama Latin : Piperis retrofratum Vahl.
Nama simplisia : Piperis Retrofracti Fruktus (buah cabe jawa)

6.2 Simplisia dan Pembuatannya

6.2.1 Identifikasi Simplisia


A. Makroskopik
Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian
ujung agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2-7 cm, garis
tengah 4-8 mm, bertangkai panjang.
B. Organoleptik
Berwarna hijau coklat kehitaman atau hitam, keras. Biji bulat pipih, keras,
coklat kehitaman. Bau khas, aromatis, rasa pedas.
C. Ciri lainnya
 Habitat
Cabe jawa merupakan tumbuhan asli Indonesia, ditanam di pekarangan,
ladang, atau tumbuh liar di tempat-tempat yang tanahnya tidak lembab dan berpasir
seperti di dekat pantai atau di hutan sampai ketinggian 600 m dpl. Tempat tumbuh
tanaman merambat pada tembok, pagar, pohon lain, atau rambatan yang dibuat
khusus. Cocok ditanam di tanah yang tidak lembab dan porus (banyak mengandung
pasir). Perbanyakan tanaman dilakukan dengan stek batang yang sudah cukup tua
atau melalui biji.Tumbuhan menahun, percabangan tidak teratur, tumbuh memanjat,
melilit, atau melata dengan akar lekatnya, panjangnya dapat mencapai 10 m.
Percabangan dimulai dari pangkalnya yang keras dan menyerupai kayu. Daun
tunggal, bertangkai, bentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal seperti jantung atau
membulat, ujung agak runcing atau meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip,
permukaan atas licin, permukaan bawah berbintik-bintik, helaian daun liat seperti
daging, warna hijau, panjang 8,5-30 cm, lebar 3-13 cm, tangkai daun 0,5-3 cm.
Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh tegak atau sedikit
merunduk; ibu tangkai bunga 0,5-2 cm; daun pelindung bentuk bulat telur sampai
elips, 1-2 mm, berwarna kuning selama perkembangan bunga; bulir jantan 2-8 cm;
benang sari 2, jarang 3, sangat pendek; bulir betina 1,5-3 cm; kepala putik 2-3,
pendek, tumpul. Buah majemuk, termasuk tipe buah batu, keras, berlekatan atau
bergerombol teratur dan menempel pada ibu tangkai buah, bentuk bulat panjang
sampai silindris dengan bagian ujung menyempit, warna buah merah cerah; biji
berdiameter 2-3 mm (Becker, 1962:171).
 Simplisia
Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung
agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2-7 cm, garis
tengah 4-8 mm, bertangkai panjang, berwarna hijau coklat kehitaman atau hitam,
keras. Biji bulat pipih, keras, coklat kehitaman. Bau khas, aromatis, rasa pedas
(Becker, 1962:171)
Kandungan Kimia
Alkaloid: piperin, kavisin, piperidin, isobutildeka-trans-2-trans-4-dienamida;
saponin, polifenol, minyak atsiri, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, 1-
undesilenil-3,4-metilendioksibenzena, dan sesamin (Kametani dkk, 2005:64-71)
D. Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah sel perisperm, penuh berisi pati; fragmen endokarp
terpotong tangensial dengan sel endokarp berbentuk poligonal, dinding samping
berpori lebar, fragmen epidermis dari kulit biji terpotong tangensial, berbentuk
persegi panjang berwarna kuning, dinding samping agak bergelombang dan
berwarna kining kecoklatan; fragmen parenkim dengan kelompok sel batu dari
hipodermis; fragmen kulit biji berwarna coklat atau kuning kecoklatan dan masih
berlekatan dengan endokarp, terakheida serabut, dinding agak tebal, noktah berupa
celah, berasal dari poros atau dari gagang buah; sel batu berukuran lebih besar dari
sel batu hipodermis, berasal dari poros dan dari gagang; saluran getah pada
parenkim.
E. Organoleptik serbuk
Bau khas aromatis, rasa pedas, berwarna kelabu kecoklatan.
6.2.3 Tahapan Pembuatan Simplisia

1. Pengumpulan Bahan Baku


Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain tergantung
pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen,
waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
2.Sortasi Basah
Kegiatan sortasi perlu dilakukan untuk membuang bahan lain yang tidak
berguna atau berbahaya. Misalnya rumput, kotoran hewan, bahan-bahan busuk, dan
benda lain yang bisa mempengaruhu kualitas simplisia.
3. Pencucian
Agar bahan baku bersih dan bebas dari tanah atau kotoran yang melekat, harus
dilakukan pencucian. Pencucian bisa menggunakan air PDAM, air sumur, dan air
sumber yang bersih. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air
sebaiknya dicuci sesingkat mungkin.
4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan
bahan simplisia diakukan untuk mempermudah pengeringan, pengepakan, dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil sebaiknya tidak langsung dirajang, tetapi
dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau
atau mesin perajang khusus, sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki atau seragam.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan disimpan dalam waktu yang lama. Mengurangi kadar air
dan menghentikan reaksi enzimatik bisa mencegah penurunan mutu atau kerusakan
simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia dengan kadar tertentu dapat menjadi
media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Pengeringan simplisisa dilakukan dengan sinar matahari atau menggunakan alat
pengering. Hal yang perlu diperhatikan selama proses pegerinagn adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran air, waktu pengeringan, dan luas permukaan
bahan. Mengeringkan simplisisa tidak idanjurkan menggunakan alat atau bahan plastik
karena kurang menyerap air.
6. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda – benda asing, seperti bagiann tanaman
yang tidak diinginkan dengan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan
tertinggal. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus/ dikemas dan disimpan.
7. Pengepakan dan Penyimpanan
Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisisa
tidak rusak atau berubah mutunya karena faktor baik dari dalam maupun luar, seperti
cahaya, oksigen, rekasi kimia, dehidrasi, penyerapan air , kotoran, atau serangga.
Penyimpanan perlu dilakukan, sebaiknya simplisisa disimpan di tempat yang kering,
tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung.
.
BAB VII

7.1 Peta Konsep


Daftar Pustaka

BPOM RI.2010. Acuan Sediaan Herbal, Volume kelima edisi pertama. Jakarta: Direktorat OAI.

Campbel,Reece dan Mitchell.2000. Buku biologi.

BPOM RI.2010. Acuan Sedian Herbal, Volume kelima edisi pertama. Jakarta: Direktorat OAI.

Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Diktorat Jendral POM-
Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Diktorat Jendral POM–Depkes
RI.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Diktorat Jendral POM–Depkes RI.

Gunawan, Didik dan S. Mulyani.2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi Jilid I). Jakarta: Penebar
swadayaPOM–Depkes RI.

Irhamanhayati et al. 2012. Info POM. Jakarta: BPOM RI.

Istiqomah.2013. Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi terhadap piperinn buah
cabe jawa.FKIK-Uin syarif hidayatullah : Jakarta.

Joy Beena, Sandhya C P, and Ramitha K R. 2010. Comparison and Bioevaluation of Piper longum
fruit Extract. India: JOCPR.

Kumoro, A.C., Singh, Harcharan., Hasan, Masitah. 2009. Solubility Of Piperine In Super Critical
and Near Critical Carbon Dioxide. Chinese Journal Of Chemical Engineering, 17
(6) 1014-1020.

Mun’im Abdul, Hanani Endang. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

Rasyid,magrifah,Mimien henie irawati,&Murni suptasari.2017. Anatomi Daun Ficus racemosa L


(BIRAENG) dan potensinya di taman nasional Bantimurung Bulusaraung.
Pendidikan Biologi-UMM : Malang

Rusdi Evizal.2013. Status fitofarmaka dan perkembangan agroteknologi cabe jawa.Fakultas


Pertanian-Universitas Lampung : Lampung.

Tito Sucipto.2009. Struktur, anatomi dan identitas jenis kayu.Fakultas Pertanian-Universitas


Sumatera Utara : Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai