Anda di halaman 1dari 7

A. Perkembangan Hukum Hindu.

Hukum Hindu adalah sebuah tata aturan yang membahas aspek kehidupan manusia
secara menyeluruh yang meyangkut tata keagamaan, mengatur hak dan kewajiban manusia
baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, dan aturan manusa sebagai warga
negara (tata negara).

Kehadiran Hukum Hindu dimulai dari adanya sebuah perdebatan di antara para tokoh
agama pada saat itu. Berbagai tulisan yang menyangkut Hukum Hindu merupakan perhatian
khususu bagi para Maharshi terhadap pembinaan umat manusia. Adapun nama-nama para
Maharsi sebagai penulis Hukum Hindu diantaranya: Gautama, Baudhayana, Shanka-likhita,
Wisnu, Aphastamba, Harita, Wikana, Paitinasi, Usanama, Kasyapa, Brhsraspati, dan Manu.

Dengan perdebatan melahirkan beberapa aliran Hukum Hindu di antaranya:

1. Aliran Yajnyawalkya oleh Yajnyawalkya.


2. Aliran Mithaksara oleh Wijnaneswara.
3. Aliran Dayabhaga oleh Jimutawahana.

Hukum-hukum Tata Negara dan Tata Praja serta Hukum Pidana yang berlaku
sebaigan besar merupakan hukum yang bersumber pada ajaran Manawadharmasastra. Desa
Praja adalah administrasi terkecil dan bersifat otonom dan inilah yang diterapkan pada zaman
Majapahit terbukti dengan adanya sesanti, sesana dengan prasasti-prasasti yang dapat
ditemukan di berbagai daerah di seluruh Nusantara.

Darmika : tingkah laku manusia yang baik, yang menjadi tujuan di dalam pengaturan
kehidupan.

Dharma : perbuatan-perbuatan yang mengandung hakekat kebenaran yang menyangga


masyarakat (dharma dharayate prajah)

Hukum : peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-
hari yang diterapkan oleh penguasa, penmerintah, maupun berlakunya itu secara alamiah.

Unsur-unsur yang terpenting dalam peraturan-peraturan hokum memuat dua hal :

1. Unsur-unsur yang bersifat mengatur atau normatif.


2. Unsur-unsur yang bersifat memaksa atau refresif.
B. SUMBER-SUMBER HUKUM HINDU.

Menurut tradisi yang lazim telah diterima oleh para Maharsi tentang penyusunan atau
pengelompokan materi ayng lebih sistematis, hukum Hindu berasal dari Veda Srtudi dan
Veda Smrti.

 Veda Sruti adalah kitab suci Hindu yang berasal dari wahyu Ida Sang Hyang
Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang di dengar langsung oelh para Maharsi
yang isinya dapat dijadikan peedoman dan dilaksanakan oleh umat sedharma.
 Veda Smerti adalah kitab suci Hindu yang ditulis oleh para Maharsi berdasarkan
ingatan yang bersumber dari wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa.

Veda Smrti sebagai submer Hukum Hindu dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu :

1. Kelompok Vedangga/Batang tubuh Veda (Siksa, Wyakarana, Chanda, Nirukta,


Jyotisa, dan Kalpa)
2. Kelmpok Upaveda/Veda tambahann (Itihasa, Purana, Arthasastra, Ayur Veda, dan
Gandharwa Veda)

Bagian terpeting dari kelompok Vedangga adalah Kalpa yang padat dengan isi
HUkum Hindu, yaitu Dharmasastra, submer hokum ini membahas aspek kehidupan
manusia yang disebut dharma. Sumber hokum Hindu yang lain yang juga menjadi
Hukum Hindu dapat dilihat dari berbagai kitab-kitab yang telah ditulis bersumber
pada Veda diantaranya :

1. Kitab Saramuscaya.
2. Kitab Suara Jambu.
3. Kitab Siwasana.
4. Kitab Purwadigama.
5. Kitab Purwagama.
6. Kitab devagama (Kerthopati).
7. Kitab Kutara Manawa.
8. Kitab Adigama.
9. Kitab Kerthashima.
10. Kitab Kerthasima Subak.
11. Kitab Paswara.

Semua kitab memaut berbagai pertauran ytang tidak sama antara satu dengan yang
lainnyakarena masing-masin gkitab tersebut bersumber pada inti pokok peraturan yang
ditekankan.

Pembagian bidang-bidang Hukum Hindu mengambil submer ajaran Dharmasastra yaitu :

1. Bidang Hukum Keagamaan, bidang yang banyak memaut ajaran-ajaran mengatur


tentang tata cara keagamaan yang menyangkut tentang,
2. Bidang Hukum Kemasyarakatan, bidang ini banyak memuat tentang aturan atau tata
cara hidup bermasyarakat satu dengan yang lainnya.
3. Bidang Hukum Tata Kenegaraan, bidang ini banyak memuat tentang tata cara
bernegara, dimana teralinya hubungan warga masyarakat dengan negara sebagai
pengatur pemerintahan yang juga menyangkut hubungan dengan bidang keagamaan.

Kitab Hukum Hindu yang pertama dikenal adalah Dharmasutra. Ada tiga penulis yang
terkenal terkait dengan keberadaan Kitab Dharmastura.

1. Gautama adalah penulis Dharmastura yang karya hukumnya lebih menekankan


pembahasan aspek hokum dalam rangkain peletakan dasar tentang fungsi dan tugas
rasa sebagai pemegang dharma.
2. Apastamba adalah penulis kitab Dharmastrua yangkarya hukumnya lebih menekankan
pembahasan tentang pokok-pokok materi wyawaharapada dengan beberapa masalah
yang belum di bahas dalam kitab Gautama.
3. Baudhayana adlah penulis kitab Dharmasutra yang karya hukumnya leibh
menekankan pada pembahasan tentang pokok-pokok hokum seperti hokum mengenai
bela diri, penghukuman karena seorang brahmana, penghukuman atas golongan
rendah membunuh brahmana.

Menurut kitab Dharmasastra yang ditulis oleh Mnau, keberadaan title hokum atau
wyawaharapada dibedakan jenisnya menjadi delapan belas (18) antara lain :

1. Rinadana yaitu ketentuan tentang tidak membayar hutang.


2. Niksepa adalah hukum mengenai deposito dan perjanjian.
3. Aswamiwikrya adalah tentang penjualan barang tidak bertuan.
4. Sambahuya-samuthana yaitu perikatan antara firman.
5. Dattasyanapakarma adalah ketentunan mengenai hibah dan pemberian.
6. Wetanadana yaitu hukum mengenai tidak membayar upah.
7. Samwidwyatikarma adalah hukum mengenai tidak melakukan tugas yang
diperjanjikan.
8. Krayawkrayamusaya artinya pekasanan jual beli.
9. Swamipalawiwada artinya peselisihan antara buruh dengan majikan.
10. Simawiwada artinya perselisihan mengenai perbatasan.
11. Waparusya adalh mengenani penghinaan.
12. Dadaparusya arinya penyeranagan dan kekerasan.
13. Steya adalah hukum mengenai pencurian.
14. Sahasa artinya mengenai kekerasan.
15. Stripundharma adalah hukum mengenai kewajiban suami-istri.
16. Stridharma artinya hukum mengenai kewajiban seorang istri.
17. Wibhaga adalah hukum pembagian waris.
18. Dyutasamahwya adalah hukum perjudian dan pertaruhan.

Kitab Dharmasastra menurut bentuk penulisannya dapat dibedakan menjadi dua macam,
antara lain :

1. Sutra, yaitu bentuk penulisan yang amat singkat yakni semacam aphorisme.
2. Sastra, yaitu bentuk penulisan yang berupa uraian-uraian panjang atau lebih terinci.

Hukum Hindu berdasarkan periode berlakunya dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,
antara lain :

1. Pada zaman Krta Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis
oleh Manu.
2. Pada zaman Treta Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis
oleh Gautama.
3. Pada zaman Dwapara Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra yang
ditulis oleh Samkhalikhita.
4. Pada zaman Kali Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis
oleh Parasara.

Sumber Hukum Hindu dalam Arti Sosiologi


 Kitab Sruti, Smerti, Sila (tingkah laku orang-orang beradab), acara (adat-istiadat
atau kebiasaan setempat) dan atmanastusti (segala sesuatu yang memberikan
kebahagiaan pada diri sendiri).

Sumber Hukum Hindu dalam Arti Formal.

 Menurut Mr. J. L. Van Aveldoorm, sumber hokum yang berdasarkan bentuknya


dpat menimbulkan hokum positif, artinya sumber hokum yang dibuat oleh badan
atau lembaga yang berwenang. Susunan sumber hokum formal sebagai berikut :
a. Undang-undang.
b. Kebiasaan dan adat
c. Traktat
d. Yurisprudensi
e. Pendapat ahli hukum yang terkenal.

Sumber hukum Hindu dalam arti Filsafat.

a. Harus berdasarkan pada dharma.


b. Harus diusahakan melalui keilmuan (Jnana)
c. Hukum didasarkan pada kepercayaan (Sadhana)
d. Harus diddasarkan pada usaha yang secara terus menerus dengan pengendalian
pikiran, ucapan, dan perilaku.

Sloka kitab suci.

..

Hubungan hukum Hindu dengan budaya, adat-isitadat, dan kearifan daerah setempat.

    Hubungan Hukum Hindu dengan budaya, adat-istiadat, dan kearifan daerah setempat.
Dalam  praktiknya  di  tengah  masyarakat  memang  tampak  gejala  yang  bertaut-menaut
antara hukum Hindu dengan Hukum Adat. Kitab-kitab Hukum Hindu dalam bentuk
kompilasi seperti; Adigama, Agama, Kutaragama, Purwadigama dan Kutara Manawa,
memang amat sering diajadikan sumber penyusunan Hukum Adat. Hanya transfer ke dalam
Hukum Adat tidak dilakukan sepenuhnya, karena tidak semua materi dalam hukum Hindu
tersebut sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan masyarakat. Hukum adat menduduki
orbit yang sentral dan telah berperan dominan dalam suatu lingkungan budaya tertentu, yakni
lingkungan masyarakat adat yang mendukungnya. Konsekuensi dari peran yang dominan itu
menjadikan hukum Adat semakin mengakar dan melembaga dalam interaksi sosial
masyarakatnya, dalam arti bahwa kepatuhan masyarakat terhadap Hukum Adat tersebut tidak
dapat dibantahkan.
Konsekuensi lainnya adalah membawa akibat yang sangat fatal, di mana mulai muncul
tokoh-tokoh hukum adat yang tidak lagi menerima anggapan bahwa hukum adat bersumber
kepada hukum hindu, berkesempatan mengemukakan hasil penelitiannya. Gde Pudja lebih
jauh mengemukakan, “Hukum Hindu-lah yang merupakan sumber dasar dari Adat di
Indonesia terutama di daerah-daerah di mana pengaruh Hindu itu sangat besar. Untuk daerah
Bali dan Lombok, pembuktian itu tidaklah begitu sulit, karena seluruh pola pemikiran dan
tata kehidupan masyarakat yang beragama Hindu, tetap mendasarkan pada ajaran-ajaran
agama Hindu yang mereka .
Menurut “Soerjono Soerkarto” yang mengemukakan bahwa hukum Adat bersumber
dari perkembangan perilaku yang berproses melalui cara, kebiasaan, tata kelakuan, dan adat
istiadat, baru kemudian menjadi hukum adat, akan semakin mempertegas mengenai
pembuktian adanya hukum hindu menjiwai hukum adat. Namun kerangka teori  ini  akan
melahirkan  adat  murni, karena  ia  bersumberkan  kepada  perilaku menjadi manusia, baik
personal maupun umum. Dalam proses menjadikan kebiasaan, tata dan adat-istiadat, kitab
Dharmasastra atau hukum hindu sedikit banyak memberi pengaruh, berhubung kebiasaan,
tata kelakuan dan adat istiadat itu dibatasi oleh suatu norma-norma sosial dan norma-norma
agama yang bersumber langsung dari Wahyu Tuhan. Hukum Hindu dalam pembahasan di
muka dinyatakan berdasarkan pada adat.
Berbagai pengaruh hukum hindu terhadap hukum adat sebagaimana contoh yang
dikedepankan di atas, menunjukkan skala pengaruh hukum hindu terhadap hukum adat pada
dimensi “Pawongan”dan”palemahan”. Adanya pengaruh hukum Hindu terhadap hukum adat,
tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa hukum adat itu tidak ada. Gde Pudja
mengatakan, hukum adat haruslah tetap ada, sebagai kadiah yang asli pada masyarakat
primer. Namun sejauh ini pembuktian untuk membedakan hukum adat dengan hukum hindu,
belum banyak dilakukan. Kalau ada, penulisan ini belum sampai melihat kemungkinan
bahwa hukum itu bersumber pada Hukum Hindu.
Demikianlah hubungan hukum Hindu dengan budaya, adat-istiadat, dan kearifan
daerah setempat telah menyatu saling memelihara diantaranya. Keberadaan adat- istiadat di
Indonesia patut dipelihara guna mewujudkan cita-cita bangsa ini yakni menjadi bangsa yang
sejahtera dan makmur serta bahagia

Anda mungkin juga menyukai