Isi Makalah
Isi Makalah
Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunianya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. Makalah ini berjudul “Audit Keselamatan Jalan Raya”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keselamatan Jalan Raya yang diberikan oleh Dosen pengampu mata kuliah. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi penulis
dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal upaya meminimalisir terjadinya
kecelakaan lalu lintas.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan
kami, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi saya khususnya sebagai
penulis.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................. 18
A. Kesimpulan ............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan di jalan raya merupakan hal paling penting saat berkendara. Banyak
kecelakaan terjadi justru disebabkan oleh faktor kelalaian penggunanya. Hal ini
disebabkan oleh tingkat kesadaran pengguna jalan raya yang semakin rendah. Yang
mana faktor keselamatan di jalan raya harus diprioritaskan karena dapat
menghilangkan nyawa manusia pengemudi dan juga pengendara yang lainnya.
Banyak faktor dan juga penyebab tingginya kecelakaan di jalan raya salah satunya
ialah disebabkan oleh tingkat kepatuhan terhadap peraturan jalan raya atau lalu
lintas yang masih rendah. Menerobos lampu merah dan palang pintu kereta api
masih sering kita temui saat ini. Padahal lampu merah dan palang pintu kereta api
berguna untuk menjaga keselamatan pengguna jalan sendiri.
Kalau kita perhatikan lebih teliti, bahwa sebagian besar faktor kecelakaan lalu lintas
justru disebabkan oleh pelanggaran terhadap undang undang lalu lintas yang
berlaku saat ini yaitu undang undang lalu lintas no 22 tahun 2009. Sehingga jika
kita mematuhi undang undang lalin tersebut tentu keselamatan saat berkendara akan
terwujud.
1
B. Batasan masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas, penulis perlu membatasi pembahasan dalam
makalah ini. Pembatasan yang penulis terapkan yaitu :
1. Sasaran dilakukannya dan mengapa dibutuhkan audit keselamatan jalan
2. Tujuan dan manfaat dilaksanakannya audit keselamatan jalan
3. Ketentuan umum dan ketentuan teknis audit keselamatan jalan
4. Prinsip keselamatan dan audit jalan
C. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud keselamatan jalan?
2. Apa yang dimaksud audit keselamatan jalan?
3. Faktor apa saja yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas?
4. Bagaimana melakukan audit keselamatan jalan?
5. Bagaimana prinsip keselamatan dan audit jalan?
D. Tujuan
1. Mampu memahami audit keselamatan jalan.
2. Mampu memahami tentang tujuan dan manfaat dilaksanakannya audit
keselamatan jalan.
3. Mampu memahami atau minimal mengenal tentang pengerjaan audit
keselamatan jalan.
4. Mampu memahami atau minimal mengenal prinsip keselamatan.
E. Manfaat
1. Menambah wawasan seputar Audit Keselamatan Jalan bagi pembaca dan juga
penulis.
2. Dapat digunakan sebagai referensi pengantar bahan ajar Audit Keselamtan
Jalan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecelakaan Lalu-Lintas
Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-
sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan
lainnya, yang mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda (PP No.
43 Tahun 1993).
3
Faktor manusia (human factor)
Akibat tingkah laku pengemudi itu sendiri seperti pelanggaran kecepatan,
pelanggaran rambu-rambu lalu lintas, mendahului pada waktu belum aman, kondisi
pengemudi yang letih, mengantuk atau mabuk, tidak bisa mengendalikan
kendaraannya dengan baik (out of control).
1. Faktor kendaraan (vehicle factor)
Kendaraan bermotor sebagai hasil produksi suatu pabrik, telah dirancang dengan
suatu nilai faktor keamanan untuk menjamin keselamatan bagi pengendaranya.
Kendaraan harus siap pakai, oleh karena itu kendaraan harus dipelihara dengan baik
sehingga semua bagian mobil berfungsi dengan baik, seperti mesin, rem kemudi,
ban, lampu, kaca spion, sabuk pengaman, dan alat-alat mobil. Dengan demikian
pemeliharaan kendaraan tersebut diharapkan dapat :
a) Mengurangi jumlah kecelakaan.
b) Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.
c) Mengurangi besar kerusakan pada kendaraan bermotor.
2. Faktor jalan dan lingkungan (road factor and environment)
Geometrik permukaan jalan yang kurang baik, desain persimpangan dan atau
tikungan yang kurang memadai, serta terbatasnya pemasangan rambu-rambu,
marka dan tanda jalan.
.
Gambar 2.1. Interkasi faktor penyebab kecelakaan lalulintas
Sumber : Pengantar Rekayasa Keselamatan Jalan,Dirjen Bina Marga
5
Pada umumnya program penanganan kecelakaan yang sedang dan akan
dilakukan meliputi berbagai program penanganan, pencegahan dan program
pengurangan kecelakaan lalu lintas dalam pengertian penanganan terhadap jumlah
kecelakaan (number of accident) maupun terhadap tingkat luka korban (severity).
Upaya program pencegahan dan atau pengurangan kecelakaan dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan keselamatan lalu lintas jalan di Indonesia.
6
pelanggaran rambu-rambu yang dapat diwakilkan dengan cara menitipkan sejumlah
uang kepada aparat. Masih sedikitnya dukungan lembaga pemerintah atau swasta
yang terkait dalam masalah keselamatan jalan serta pendanaan yang masih
setengah-tengah bahkan tidak mendapatkan prioritas.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan keselamatan jalan
antara lain (Dirjen Perhubungan Darat, 2006) :
1. Bidang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan
a. Kondisi jalan dan jembatan banyak yang rusak
Pada saat ini kondisi jalan yang rusak di Indonesia cukup banyak, bahkan
di Jakarta sebagai ibu kota negara masih tidak mampu mengatasi kerusakan
jalan, khususnya kerusakan jalan selama musim penghujan. Kondisi di luar jawa
lebih parah seperti di Kalimantan, Sumatra maupun pulau-pulau lain-lainnya.
Dengan anggaran yang sangat terbatas maka sistem pelaksanaan pembangunan
dan perbaikan jalan di Indonesia diperlukan skala prioritas.
b. Perlintasan sebidang masih membahayakan pemakai jalan
Perlintasan antara jalur kereta api dengan jaringan jalan di Indonesia,
khususnya di pulau Jawa masih banyak menggunakan perlintasan sebidang dan
masih banyak yang tidak dilengkapi dengan pintu perlintasan dimana hal ini
sangat membahayakan pemakai jalan.
c. Banyaknya daerah rawan kecelakaan yang belum ditangani
Banyaknya daerah, ruas jalan maupun titik rawan kecelakaan yang belum
tertangani secara terinteregrasi lintas sektoral. Hal ini dapat dilihat dari banyak
rambu-rambu yang dipasang oleh masing-masing instansi yang merasa
berwenang dalam pemasangan rambu tersebut, seperti dinas perhubungan,
kepolisian dan Jasa Raharja. Karena banyaknya daerah rawan kecelakaan maka
harus segera diantisipasi oleh pihak yang berwenang, antara lain Kimpraswil
dalam hal teknis jalan, perhubungan dalam hal
rekayasa dan manajemen lalu lintas serta kepolisian dalam pengaturan lalu
lintas.
d. Keberadaan rambu marka dan marka jalan kurang dipatuhi
Pada umumnya kecelakaan lalu lintas yang terjadi diawali dengan
7
pelanggaran lalu lintas, terutama pelanggaran rambu dan marka jalan. Hal
tersebut dapat terjadi karena rekayasa dan manajemen lalu lintas yang kurang
baik, seperti perletakan rambu yang terlalu kecil, pada persimpangan dapat
dikarenakan waktu siklus Traffic Light yang pendek, serta pelanggaran batas
kecelakaan rencana pada suatu ruas jalan.
2. Bidang Sarana Lalu Lintas Jalan
a. Kelayakkan kendaraan bermotor hasil uji berkala banyak yang meragukan
Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, maka kendaraan
bermotor yang akan dioperasikan di jalan diwajibkan memiliki sertifikat uji tipe
dan uji landasan yang dikeluarkan oleh Dirjen Perhubungan Darat yang
menyangkut permasalahan keselamatan operasional, kemudian dilakukan uji
berkala yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Seringkali pelaksanaan uji
berkala kendaraan bermotor hanya dilakukan sebagai legalisasi untuk
mendapatkan sertifikasi uji, sehingga kualitas kendaraan yang telah lulus uji
masih belum memenuhi standar layak jalan, sehingga seringkali walaupun
sertifikasi uji masih menunjukkan layak jalan, akan tetapi banyak kecelakaan
yang diakibatkan oleh faktor kelayakkan, misalnya: rem tidak berfungsi (blong),
ban gundul, dan sebagainya.
b. Banyaknya kendaraan bermotor yang belum dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan
Kewajiban melengkapi dan menggunakan sabuk keselamatan baru
diberlakukan pada bulan November 2003, sehingga dapat dimaklumi bahwa
tingkat luka pada bagian kepala menurut suatu penelitian pada tahun 2001
sebesar 32,01% dari total fatalitas, diharapkan dengan dilaksanakannya
kewajiban memakai sabuk keselamatan dan helm diharapkan tingkat fatalitas
yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dapat dikurangi.
c. Perkembangan desain dan teknologi kendaraan bermotor perlu disesuaikan
dengan kondisi di Indonesia
Kemajuan teknologi kendaraan bermotor yang terjadi di luar negeri
terimbas pula pada teknologi di dalam negeri, karena kebijakan perdagangan
bebas, maka kendaraan yang diproduksi dari luar negeri semakin bebas masuk
8
ke Indonesia, sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi prasarana di Indonesia
menyangkut kecepatan, demensi dan berat. Salah satu upaya untuk
mengantisipasi adalah mendorong pengusaha untuk mengimpor dan mendesain
kendaraan bermotor yang memenuhi standar keselamatan yang disesuaikan
dengan kondisi prasarana yang terdapat di Indonesia.
d. Pemeliharaan kendaraan bermotor kurang memberikan jaminan kelayakkan
Upaya untuk mendorong keselamatan kendaraan baik kendaraan umum
maupun pribadi salah satunya dilakukan dengan pemeliharaan kendaraan secara
berkala, karena peralatan kendaraan mempunyai umur tertentu yang
memerlukan perbaikan. Pada kendaraan umum terdapat keharusan untuk
melakukannya, dikarenakan pada periode tertentu dilakukan pemeriksaan uji
berkala, akan tetapi pada kendaraan pribadi, pemeliharaan kendaraan masih
menjadi kewajiban pemilik tanpa ada suatu aturan yang mengharuskan untuk
melakukannya.
3. Bidang Sumber Daya Manusia
a. Kesadaran tertib berlalu lintas masih rendah
Kendala utama yang dihadapi dalam peningkatan keselamatan jalan
adalah rendahnya disiplin masyarakat dalam berlalu lintas, kurangnya
kedisiplinan ini menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya kecelakaan.
Banyaknya peristiwa kecelakaan yang diawali dengan pelanggaran lalu lintas,
terutama pelanggaran rambu dan lampu lalu lintas. Menurut data dari kepolisian
faktor pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi yang kurang tertib berlalu
lintas ini mencapai lebih dari 80% dari penyebab kecelakaan lalu lintas.
b. Kurangnya pengutamaan keselamatan
Kurangnya public safety awareness yang dimiliki masyarakat
menyebabkan masyarakat dalam berlalu lintas tidak mengutamakan keselamatan
dan lebih banyak mengutamakan kecepatan dan faktor ekonomi.
c. Kompetensi petugas dalam bidang keselamatan masih kurang
Petugas dalam bidang keselamatan lalu lintas yang dimiliki oleh
pelaksana lapangan dirasakan kurang jumlahnya dibandingkan dengan petugas
bidang lainnya, sehingga program-program lalu lintas dan angkutan jalan yang
9
akan dilakukan oleh instansi perhubungan di lapangan kurang mendukung
program keselamatan.
4. Bidang Kelembagaan.
a. Kurangnya koordinasi antar intansi pembina keselamatan
Instansi yang terlibat dalam peningkatan keselamatan jalan
melaksanakan kegiatan peningkatan keselamatan jalan secara sektoral,
accidental, kurang terfokus dan dilakukan dengan dana yang sangat minim,
akibanya adalah kurang memberikan dampak terhadap peningkatan keselamatan
jalan.
b. Kurangnya dukungan secara kelembagaan dalam hal keselamatan
Masih kurangnya wadah/unit yang melaksanakan program di bidang
keselamatan yang didukung oleh instansi yang telah ada, misalnya unit peneliti
daerah rawan kecelakaan. Pada beberapa negara yang telah maju terdapat suatu
dewan keselamatan lalu lintas jalan (Road Safety Board) yang bertugas untuk
merumuskan kebijakan keselamatan jalan dan sekaligus merumuskan
pembiayaan keselamatan jalan dengan road safety fund.
c. Lemahnya penegakan hukum
Penegakan hukum di bidang lalu lintas dan angkutan jalan diarahkan
untuk menjamin keselamatan, dengan kerasnya penegakan hukum ini setidak-
tidaknya akan memberikan shok terapi bagi pelanggar lalu lintas untuk tidak
melakukan pelanggaran lagi, karena seperti diketahui bahwa peristiwa
kecelakaan biasanya diawali dengan terjadinya pelanggaran lalu lintas.
Penegakan hukum ini dapat dibuat keras dengan penerapan hukuman. yang
tinggi berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan hal ini dapat
menimbulkan efek jera.
1. Definisi
Audit Keselamatan Jalan (AKJ) adalah pemeriksaan resmi proyek
jalan/lalu lintas yang mana tim ahli yang indepeden melaporkan potensi tabrakan
dan aspek keselamatan pada proyek (AUSTROADS, 2002). Audit Keselamatan
Jalan/Road Safety Audit (RSA) adalah alat efektif, yang membawa pengetahuan
10
keselamatan lalu lintas ke dalam perencanaan jalan dan proses desain di jalan
baru dengan tujuan mencegah kecelakaan lalu lintas. Hal ini dilakukan oleh
sebuah tim independen yang terlatih untuk memastikan tingkat keamanan yang
tinggi untuk semua pengguna jalan (Ghazwan Al-Haji, 2010)
Sedangkan menurut Design Manual For Roads And Bridge (2003), road
Safety Audit adalah evaluasi dan peningkatan skema jalan selama desain dan
pada akhir konstruksi untuk mengidentifikasi potensial masalah keselamatan
jalan yang dapat mempengaruhi setiap pengguna jalan dan untuk menyarankan
langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi masalah tersebut.
Definisi tersebut lebih jauh mengisyaratkan bahwa AKJ merupakan
suatu proses formal (bukan merupakan pemeriksaan informal) yang harus
diterapkan di dalam berbagai tahapan proyek jalan. Berdasarkan pandangan ini,
AKJ seyogianya sudah harus terintegrasi sejak dalam tahap awal perencanaan
proyek. Kemudian, AKJ sebagai sebuah proses yang independen harus
dilakukan oleh suatu team/auditor yang tidak terkait langsung di dalam proses
perencanaan dan disain proyek jalan. Isu utama dari AKJ tiada lain adalah aspek
keselamatan yang terkait langsung dengan disain geometri jalan serta kondisi
fisik jalan dan lingkungan jalan termasuk kondisi fisik fasilitas penunjang dan
pelengkap jalan.
11
bagian dari pengembangan kajian-kajian keselamatan. Pada tahun 2000, konsep ini
diangkat untuk menjadi salah satu topik kajian sebagai salah satu bagian dari
strategi pencegahan kecelakaan di Indonesia pada Konferensi Teknik Jalan
Nasional ke-6 di Jakarta dengan judul “Pengenalan Konsep Audit Keselamatan
Jalan di Indonesia” [Muhammad Idris dkk, 2000]. Konsep yang diperkenalkan saat
itu adalah AKJ untuk ruas jalan terbangun yang telah beroperasi secara penuh
(existing road).
Adapun latar belakang pengembangan konsep AKJ untuk ruas jalan
terbangun tersebut antara lain:
1) Tingginya angka kecelakaan pada ruas-ruas jalan di Indonesia di mana kondisi
tersebut relatif masih berlangsung dari waktu ke waktu,
2) Banyak ruas-ruas jalan yang memiliki potensi kecelakaan, namun di satu sisi
tidak memiliki data kecelakaan lalu-lintas,
3) Perubahan fungsi jalan berkaitan dengan berubahnya tata guna lahan,
4) Konsep AKJ relatif mudah untuk diaplikasikan dan tidak membutuhkan biaya
yang besar.
F. Tujuan AKJ
G. Manfaat AKJ
12
2. Mengurangi parahnya korban kecelakaan;
3. Menghemat pengeluaran negara untuk kerugian yang diakibatkan kecelakaan
lalu-lintas,
4. Meminimumkan biaya pengeluaran untuk penanganan lokasi kecelakaan suatu
ruas jalan melalui pengefektifan desain jalan.
13
Gambar 2.2. Tahapan Proses Audit Keselamatan Jalan
Sumber : Modul 10 Audit Keselamatan Jalan, Kementrian PUPR
14
Audit pada tahap ini dilakukan pada saat penyelesaian DED (Detail
Engineering Desain), namun sebelum persiapan dokumen kontrak.
Rekomendasi yang diberikan biasanya mencakup tata letak geometris, marka
garis, rambu, pencahayaan, perambuan, perincian persimpangan, jarak obyek
pada sisi jalan (rintangan/frangibility tabrakan) dan ketentuan bagi pengguna
jalan yang rentan kecelakaan. Audit pada tahap ini dapat mengurangi banyak
biaya untuk aspek keselamatan sebelum proyek dilaksanakan. Jika audit ini
dilakukan audit pada tahaup prapembukaan dapat ditiadakan.
Audit pada tahap DED: mencakup pemarkaan, pencahayaan,
persimpangan, benda di pinggir jalan, ketentuan bagi pengguna jalan (misalnya
pejalan kaki, pengendara sepeda, orang dengan cacat, truk dan bus),
manajemen lalu lintas sementara selama konstruksi, drainase, lereng dan pagar
pengaman.
4. Audit Pada Tahap konstruksi
Audit pada tahap ini mencakup pemeriksaan keselamatan untuk
rencana manajemen lalu lintas pada berbagai tahap konstruksi untuk proyek
jalan (sebelum pekerjaan dimulai), dan audit ini memeriksa keselamatan jalan
di lokasi pekerjaan jalan selama masa konstruksi. Masalah yang diperiksa
termasuk rambu/marka, batas kecepatan yang aman, pagar keselamatan
sementara, pencahayaan, rute pejalan kaki dll.
5. Audit Pada Tahap Pre-opening
Audit pada tahap ini melibatkan inspeksi memerinci dari proyek jalan
baru sebelum pembukaannya. Jalan baru itu dilewati oleh tim audit dengan
mobil, sepeda motor, dan berjalan kaki untuk memastikan bahwa keselamatan
yang dibutuhkan semua pengguna jalan sudah tersedia. Pada tahap ini, inspeksi
dilakukan pada malam hari sangat penting, untuk memeriksa perambuan,
delineasi, pencahayaan dan masalah terkait malam hari.
Audit pada tahap ini penting, karena beberapa aspek mungkin sulit untuk
diperhatikan dari tahap-tahap sebelumnya kerena masih meninjau secara dua-
dimensi (gambar rencana). Tim audit akan berjalan dengan kondisi yang
berbeda untuk memeriksa kualitas fitur keselamatan dalam kaitannya dengan
proses desain.
15
J. Lingkup pekerjaan jalan yang diaudit
a. Pemilik proyek:
1) Pemilik proyek (pimpinan departemen kimpraswil, dinas pembina jalan
propinsi, pembina jalan daerah atau lembaga/instansi yang memiliki
kewenangan pelaksanaan pembangunan / pengawasan suatu proyek jalan)
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan audit
2) Orang yang bertanggung jawab pelaksanaan audit ini bisa secara langsung
dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan atau pimpinan proyek
yang telah mendapat wewenang penuh dari pimpinan instansi pelaksana
proyek tersebut.
16
2) ketua team audit berperan dalam mengorganisasi dan sekaligus memimpin
pelaksanaan audit di lapangan.
3) ketua team bertanggung jawab di dalam pelaksanaan audit dan juga
bertanggung jawab atas keaslian / keabsahan hasil audit.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Balai Teknik Lalu-lintas & Lingkungan Jalan Pusat Litbang Pekerjaan Umum ,
2006, Penuyusunan rencana umum keselamatan
Transpotasi darat, Jakarta
19
3