Resviya
Universitas PGRI Palangka Raya
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengali kekayaaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat
suku Dayak Bakumpai yang ada di Kalimantan Tengah. Adapun hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan untuk pembelajaran di program pendidikan sejarah khususnya mata
kuliah media pengajaran sejarah dan sejarah lokal. Dalam budaya masyarakat suku Dayak pun
banyak tradisi lokal yang memiliki peranan yang penting dalam praktik ritual pada komunitas
khususnya pada masyarakat suku Dayak Bakumpai yang berada di Kabupaten Barito Selatan.
Tradisi balapas bidan bidan memegang peran yang sangat penting, proses tersebut meliputi
lima tahap yaitu: tahap pertama mampandui anak (memandikan bayi) ritual pertama yang
dilakukan oleh bidan dengan mencampurkan kambat dan mayang ke dalam air untuk
memandikan bayi. Tahap kedua mahunjeng petak (menginjakkan kaki ke tanah) merupakan
proses bayi pertama kali menginjakkan kaki di tanah yang berisi koin (uang logam).Tahap
ketiga proses manuyang anak (mengayunkan bayi) pada ayunan yang berlapis tiga kain sarung.
Tahap keempat proses mengibas ayam pada ayunan bayi yang berfungsi secara simbolik untuk
menghilangkan sial pada si anak (bayi). Pinduduk merupakan simbol personifikasi hakekat
manusia, kelapa simbol kepala, gula simbol darah, kain sarung simbol pembungkus, besi
simbol tulang, dan uang merupakan lapisan roh. Tahap kelima proses Batampung tawar adalah
acara semacam selamatan untuk menyambut kelahiran seorang anak. Makna ritual bapalas
bidan adalah : 1) makna religius, 2) makna budaya, sebagai suatu tradisi atau budaya yang
mengakar yang memiliki nilai oleh karena dihasilkan dari sebuah pemikiran yang halus dan
termotivasi oleh nilai-nilai agama.
Resviya
Jurnal MERETAS Juni 2020, Volume 7 Nomor 1
waktu berumur 40 hari dan tidak boleh lewat Ermawati (2016) berjudul “Ritual Baayun
dari waktu tersebut. Seorang bayi yang baru Anak Dan Dinamikanya”, Berdasarkan hasil
lahir dinyatakan sebagai anak bidan sampai temuan pada penelitian-penelitian terdahulu
dilaksanakannya upacara bapalas bidan, yakni terhadap Tradisi Bapalas Bidan, peneliti
suatu upacara pemberkatan yang dilakukan beranggapan bahwa tradisi Bapalas Bidan
oleh bidan terhadap si bayi dan ibunya. yakni yang dimiliki oleh masyarakat Suku Dayak
memberi hadiah sebagai syarat (pinduduk) Bakumpai juga sangat menarik untuk diteliti
berupa beras, gula merah, pisau, kelapa dan mengingat masyarakat Suku Bakumpai
sedikit uang kepada bidan yang menolong. identic suku Dayak yang menganut
Fokus dalam penelitian ini adalah kajian kepercayaan islam. Hal tersebut perlu
dinamika tradisi bapalas bidan pada dilakukan sebagai upaya untuk menggali
masyarakat suku Dayak Bakumpai di Barito pengetahuan, pendidikan, sejarah, nilai-nilai
Selatan. Berdasar hal tersebut, maka moral, dan nilai-nilai kearifan lokal dan
dirumuskan pertanyaan penelitian yang lebih kebermanfaatan Bapalas Bidan bagi
spesifik sebagai berikut: Bagaimana sejarah masyarakat dan bagi dunia pendidikan, baik
kemunculan bapalas bidan di Kabupaten pendidikan formal maupun nonformal.
Barito Selatan?; Bagaimana dinamika bapalas Penelitian ini juga akan mengkaji unsur yang
bidan di Kabupaten Barito Selatan? Kajian terkait dalam Bapalas Bidan, fungsi, makna
ini bertujuan untuk mengungkap salah satu dan dinamikanya, serta bentuk
tradisi yang selalu dilaksanakan oleh suku pemanfaatannya sebagai bahan atau media
Dayak Bakumpai di Kabupaten Barito Selatan pembelajaran sejarah. Perbedaan objek
Kalimantan Tengah yaitu bapalas bidan yang penelitian dan bentuk pemanfaatan yang
sampai sekarang masih dipertahankan di dibuat akan menghasilkan kajian yang
tengah perubahan zaman yang demikian berbeda dengan penelitian-penelitian
pesat. sebelumnya. Ermawati (Ritual Baayun Anak
Dan Dinamikanya).“Prosesi ritual balian
KAJIAN LITERATUR
palas bidan diawali dengan : 1) Patuet Balian
Tulisan yang penulis anggap memiliki
yaitu salah satu pihak keluarga
relevansi dengan penelitian ini dapat
menyampaikan maksud serta kehendak
dijadikan acuan di antaranya penelitian yang
sekaligus menyerahkan sarana dan prasarana
dilakukan oleh Edung Tardi (2018) dengan
yang ada untuk dilaksanakan ritualnya oleh
judul “Memahami Ritual Balian Palas Bidan
balian, biasanya balian menyahut atau
Suku Dayak Lawangan Di Ampah Kecamatan
menjawab siap untuk melaksanakan dan
Dusun Tengah Kabupaten Barito Timur
mohon bantuan kepada kerabat, keluarga dan
Provinsi Kalimantan Tengah”, Penelitian
95
TRADISI BAPALAS BIDAN DAN DINAMIKANYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KABUPATEN BARITO SELATAN
Resviya
Jurnal MERETAS Juni 2020, Volume 7 Nomor 1
hadirin yang hadir untuk dapat membantu peninggalan nenek moyang suku Dayak yang
dalam hal membunyikan kenong, gendang masih beragama Kaharingan. Ritual Baayun
dan gong, 2) pelaksanaan balian palas bidan Anak masuk dalam rangkaian ritual Bapalas
biasanya diawali dengan (a) belian tuet, Bidan. Ritual Bapalas Bidan selain
balian duduk sambil membaca mantra atau dimaksudkan sebagai balas jasa terhadap
betinga, (b) belian jakat, balian berdiri sambil bidan, juga merupakan penebus atas darah
menari dan betinga, (c) balian bersembah, yang telah tumpah ketika melahirkan dan
balian menyembah para guru dan sahabatnya, menghilangkan pengaruh magis bidan dari
(d) kapek kuew, balian mensucikan dan sang bayi. Sebagai ucapan terima kasih
membersihkan semua yang terkena pali terhadap bidan, pihak keluarga bayi memberi
pulan/cuntaka, (e) malik sempatung, balian hadiah (piduduk) berupa ketan, beras, buah
beserta keluarga meludahi patung kayu, (f) kelapa, gula, garam, bawang merah dan putih
jemamo, balian berkomunikasi dengan para hingga peralatan untuk menginang seperti
sahabatnya, (g) nok Juwata, balian sirih, kapur dan lainnya. Dalam ritual Bapalas
memanggil penghuni dalam air agar hadir Bidan inilah terdapat ritual Baayun Anak.
dalam ritual, (h) pekenus tia, balian Jadi, pada umumnya masyarakat ketika
memandikan bayi, (i) nakep ju’us, balian berbicara tentang Bapalas Bidan, maka
menangkap roh/atma (j) nempuli Juwata, identik dengan Baayun Anak.” (Ermawati,
balian mengembalikan mahluk dari dalam air 2016:73). Keduanya bagai dua sisi mata uang
dan kembali keasalnya, (k) ngului ju’us, yang tak terpisahkan dalam ritual untuk bayi.
balian menurunkan roh/atma yang ditangkap, Pada awalnya pelaksanaan ritual tersebut
(l) Nempuli mulung Uwok, balian bertujuan untuk melepaskan bayi dari
mengembalikan para sahabatnya, (m) nempuli pengaruh magis bidan yang telah membantu
mulung mo, balian mengembalikan orang- proses kelahirannya dan memastikannya
orang yang diajak turun kembali ke atas, dan menjadi anak kedua orang tuanya.
3) ngebagi temai temayen. Biasanya oleh para Menurut Hadi (1999: 29-30) ritual
Mantir Geler Tuha Redeh (para pemutus adat) merupakan suatu bentuk perayaan yang
bersama pihak keluarga menyerahkan upah berhubungan dengan beberapa kepercayaan
paleh temay temayen (upah/ jasa) kepada atau agama yang ditandai dengan sifat khusus
balian dan pengading” (Edung,Tardi, yang menimbulkan rasa hormat atau rasa
2018:11). “Dalam perjalanan sejarahnya, luhur yang merupakan pengalaman yang suci.
ritual Baayun Anak di Sampit mengalami Sedangkan Endaswara (2003: 175)
perubahan dalam hal penyebutan. Pada mengklasifikasi ritual menjadi dua yaitu:
awalnya, Baayun Anak adalah ritual pertama, ritual krisis hidup, artinya ritual
96
TRADISI BAPALAS BIDAN DAN DINAMIKANYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KABUPATEN BARITO SELATAN
Resviya
Jurnal MERETAS Juni 2020, Volume 7 Nomor 1
yang berhubungan dengan krisis hidup Bidan, suatu tradisi pemberkatan yang
manusia. Manusia pada dasarnya akan dilakukan oleh bidan terhadap bayi dan
mengalami krisis hidup ketika masuk dalam ibunya. Tradisi tersebut tetap dilaksanakan
peralihan. Pada masa ini, manusia akan meski kelahiran bayi tidak di bawah
masuk dalam lingkup krisis karena terjadi pengawasan bidan kampung melainkan di
perubahan tahap hidup, termasuk dalam bawah pengawasan bidan pemerintah atau di
lingkup ini antara lain kelahiran, pubertas dan rumah sakit. Dalam hal yang pertama bidan
kematian. Kedua, ritual ganguan, yakni ritual kampung memang dipanggil untuk
sebagai negosiasi dengan roh agar tidak membantu, sedangkan yang kedua bidan
menggangu hidup manusia. Koenjaraningrat tersebut sama sekali tidak berperan. Memang
(1980: 9-10) menguraikan teori religi dalam biasanya bidan yang ditunjuk untuk
upacara bersaji, sebuah teori mengenai azas- melakukan acara itu, bila bukan yang
azas religi. Pelaksanaan tradisi bapalas bidan berperan sepenuhnya, sedikit banyak ada
bertujuan untuk melepaskan bayi dari perannya dalam proses kelahiran bayi tersebut
pengaruh magis bidan yang telah membantu seperti, yang biasa dipanggil untuk mengurut
proses kelahirannya dan memastikannya perut ibu bayi jika diduga ada kelainan, atau
menjadi anak kedua orang tuanya dan warga bidan yang dipilih yang melakukan tradisi
kerabat luas, seiring dengan kedatangan Islam mandi bagi si ibu. Jika tradisi Bapalas Bidan
terdapat perubahan tujuannya. Bapalas Bidan tidak dilaksanakan maka dapat menyebabkan
merupakan sebuah tradisi yang dilakukan si bayi sakit-sakitan. Keperluan Bapalas
oleh penduduk Kalimantan pada umumnya Bidan yang harus disiapkan sebuah ayunan
dan sebagian suku Dayak masih teguh yang yang terdiri dari tiga lapis kain sarung
melaksanakannya. Demikian pula pada (bahalai) yang masih baru, pinduduk, alat-alat
masyarakat suku Dayak Bakumpai di untuk tapung tawar dan rempah-rempah, satu
Kabupaten Barito Selatan, Provinsi ekor ayam kampung, tanah, sarung, piring,
Kalimantan Tengah. Berkenaan dengan dan daun talas, koin, mayang dan daun
tradisi Bapalas Bidan terdapat perbedaan pada kambat.Adapun rempah-rempah yang
masing-masing daerah di Kalimantan,5 dimaksud meliputi; garam, kemiri, bawang
namun pada intinya sama yaitu salah satu merah, bawang putih, lengkuas, kunyit, jahe,
bentuk ungkapan terima kasih terhadap bidan kencur, serai, asam jawa, terasi, dan minyak
dan rasa syukur atas kelahiran seorang bayi. goreng. Pelaksanaan dimulai setelah tamu
Tradisi suku Dayak di Kalimantan, seorang berdatangan, diawali dengan bidan
bayi yang baru lahir dinyatakan sebagai anak melakukan tapung tawar pada bahan-bahan
bidan sampai dilaksanakan tradisi Bapalas pembuat ayunan dan perlengkapannya.
97
TRADISI BAPALAS BIDAN DAN DINAMIKANYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KABUPATEN BARITO SELATAN
Resviya
Jurnal MERETAS Juni 2020, Volume 7 Nomor 1
Dengan dibantu oleh perempuan tua lainnya, dan sumber data penelitian ini, jenis data
bidan memasang ayunan. Sementara itu bayi dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
yang berpakaian bagus dipangku oleh ibunya. didukung data kuantitatif. Jenis data kualitatif
Bidan melakukan tapung tawar pada bayi berupa narasi, kata-kata, ungkapan, mantra,
(khususnya ubun-ubun) dan kemudian maupun uraian. Sumber data terbagi menjadi
ibunya. Bapalas bidan selain dimaksudkan dua, yaitu sumber data primer dan sumber
sebagai balas jasa terhadap bidan, juga data sekunder. Data primer adalah data yang
merupakan penebus atas darah yang telah diperoleh di lapangan, hasil wawancara
tumpah ketika melahirkan. Menurut dengan informan, sedangkan sumber data
kepercayaan darah yang tumpah telah ditebus sekunder diperoleh melalui penelusuran
oleh si anak pada upacara bapalas bidan berupa pustaka, penelitian terdahulu yang
tersebut. relevan dan data pendukung lainnya yang
memperkaya penelitian ini. Instrumen
METODE PENELITIAN
penelitian yang akan digunakan dalam
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian ini adalah pedoman wawancara.
kualitatif dan teknik analisis deskriptif-
Mengacu pada rumusan masalah penelitian
kualitatif. Menurut Faisal (2001: 15) metode
ini menggunakan paradigma naturalistik yang
kualitatif berkaitan erat dengan sifat unik dari
salah satu karakteristiknya adalah human
realitas sosial dan dunia tingkah laku manusia
instrument (Danim, 2002: 135). Pengumpulan
itu sendiri. Sedangkan menurut Suparlan
data yang dilakukan dalam penelitian ini
(1994: 25) yang menjadisasaran kajian atau
adalah menggunakan teknik penelitian
penelitian kualitatif adalah kehidupan sosial
lapangan (field research), yakni peneliti
atau masyarakat sebagai kesatuan yang
melakukan pengumpulan data secara
menyeluruh (holistic). Metode kualitatif
langsung di lokasi penelitian dengan
digunakan dalam pengumpulan dan analisis
menggunakan teknik observasi, wawancara
data yang menyadarkan pemahaman, dengan
mendalam (indepth interview) dan Studi
pendekatan makna-makna yang terkandung di
dokumen. observasi merupakan kegiatan
dalamnya atau yang ada di balik kenyataan-
pengumpulan data. Observasi dilakukan
kenyataan yang teramati (Patilima, 2005: 5).
secara sistematis maupun observasi
Dengan demikian, penekanannya bukan pada
partisipan. Observasi partisipan adalah sutau
pengukuran, akan tetapi lebih pada penjelasan
proses pengamatan yang dilakukan peneliti
yang bersifat holistik sehingga pendekatan
dengan ikut terlibat dalam kehidupan
yang digunakan adalah pendekatan kajian
masyarakat suku Dayak Bakumpai menjadi
budaya, yakni pendekatan etnografi, tekstual,
“orang dalam” yang merasakan dan
dan resepsi (Barker, 2006 : 29). Adapun jenis
98
TRADISI BAPALAS BIDAN DAN DINAMIKANYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KABUPATEN BARITO SELATAN
Resviya
Jurnal MERETAS Juni 2020, Volume 7 Nomor 1
mengalami situasi secara pribadi. Di satu menginjakkan kaki di tanah yang berisi koin
pihak peneliti juga sebagai “orang luar” yang (uang logam).Tahap ketiga proses manuyang
dapat mengamati situasi dengan sikap yang anak (mengayunkan bayi) pada ayunan yang
lebih objektif. Manfaat observasi partisipan berlapis tiga kain sarung. Tahap keempat
akan memperat hubungan peneliti dengan proses mengibas ayam pada ayunan bayi yang
informan, sehingga data yang diperoleh berfungsi secara simbolik untuk
semakin leluasa. Lebih dari itu, keterbukaan menghilangkan sial pada si anak (bayi).
informan juga akan semakin lebar. Peneliti Adapun fungsi Pinduduk berisikan beras,
juga lebih memahami dari berbagai aspek atas enyuh (kelapa), pisau lading (pisau), piring,
budaya yang diteliti (Endraswara, 2006: 142). gula merah, kain sarung, dan koin (uang
Wawancara mendalam (indepth interview) logam) yang dimasukkan ke dalam mangkok
dilakukan dengan cara tatap muka dan tanya (wadah mangkok yang terbuat almunium)
jawab secara langsung dengan informan Pinduduk merupakan simbol personifikasi
untuk mendapatkan informasi secara bebas hakekat manusia, kelapa simbol kepala, gula
dan mendalam mengenai proses menjadi simbol darah, kain sarung simbol
balas bidan, fungsi, makna dan dinamika pembungkus, besi simbol tulang, dan uang
perannya. Penelitian ini menggunakan teknik merupakan lapisan roh. Tahap kelima proses
pertanyaan terbuka (open-ended interview). Batampung tawar adalah acara semacam
Teknik pertanyaan terbuka membuka selamatan untuk menyambut kelahiran
kebebasan kepada informan untuk menjawab seorang anak. Tepung Tawar sebagaimana
secara luas dengan bahasa, gayanya sendiri, dikenal masyarakat Indonesia dan Malaysia
lebih fleksibel terhadap situasi dan kondisi diadopsi dari ritual agama Hindu yang sudah
informan.Jawaban-jawaban tersebut dicatat, lebih dulu dianut masyarakatnya. Ketika para
direkam oleh peneliti. pedagang dari Gujarat dan Hadralmaut
membawa ajaran Islam ke kawasan ini sejak
PEMBAHASAN
abad ke-7 Masehi, mereka berhadapan dengan
Pada tradisi balapas bidan bidan
kebiasaan animisme (kepercayaan pada
memegang peran yang sangat penting, proses
kehidupan roh) dan dinamisme (kepercayaan
tersebut meliputi lima tahap yaitu: tahap
pada kekuatan ghaib benda-benda) – yang
pertama mampandui anak (memandikan bayi)
direstui agama Hindu yang sangat kuat di
ritual pertama yang dilakukan oleh bidan
setiap lapisan masyarakat. Salah satunya
dengan mencampurkan kambat dan mayang
adalah upacara Tepung Tawar (disebut juga
ke dalam air untuk memandikan bayi. Tahap
Tepuk Tepung Tawar). Upacara ini menyertai
kedua mahunjeng petak (menginjakkan kaki
berbagai peristiwa penting dalam masyarakat,
ke tanah) merupakan proses bayi pertama kali
99
TRADISI BAPALAS BIDAN DAN DINAMIKANYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KABUPATEN BARITO SELATAN
Resviya
Jurnal MERETAS Juni 2020, Volume 7 Nomor 1
100
TRADISI BAPALAS BIDAN DAN DINAMIKANYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KABUPATEN BARITO SELATAN
Resviya
Jurnal MERETAS Juni 2020, Volume 7 Nomor 1
dengan hati yang tulus ikhlas ditujukan sebagai penampakan dari tradisi keagamaan
kepada Tuhan, 3) fungsi etika nilai-nilai etika sehingga agama menjadi sangat kuat dan
dan moral dapat dijadikan tuntunan dalam lestari dalam kehidupan manusia, agama
kehidupan. 4) fungsi estetika, sarana dan sebagai roh atau jiwa dari suatu budaya
prasarana ritual mengandung nilai keindahan, sehingga dapat hidup bertahan lama dalam
sebagai rasa syukur yang diekspresikan dalam prilaku hidup manusia, 3) makna sosial
bentuk seni, diantaranya seni patung, tarian ekonomi, ritual balian palas bidan dapat
sacral dan seni relief yang digunakan, meningkatkan kesejahteraan hidup baik
mengandung nilai keindahan dan kesakralan, secara material maupun secara finansial,
5) fungsi sosial budaya, kehadiran sanak karena didasarkan pada faktor kesejahteraan
keluarga, kerabat dan handai taulan dalam lahir dan bathin, 4) makna etika, bermanfaat
proses pelaksanaan ritual bapalas bidan untuk membimbing dan mengarahkan
merupakan suatu kehormatan, spirit/dorongan perilaku orang-orang agar dapat menjadi baik,
dan sebagai tempat untuk mempererat jalinan etika dalam hal ini memberikan arahan, garis,
kekerabatan dalam sistem sosial yang mulai patokan atau pedoman kepada pelaku ritual
mengalami kemunduran yang diimplentasinya dalam masyarakat. Tutunan bimbingan atau
dengan saling bekerja sama, saling membantu petunjuk dimaksud sangat diperlukan agar
dan bergotong-royong. Makna ritual bapalas pergaulan selama pelaksanaan ritual balian
bidan adalah : 1) makna religius, bahwa palas bidan dapat berjalan dengan baik dan
pelaksanaan ritual bapalas bidan adalah lancar. Menurut Sigai (2016: 225) intensitas
bagian dari manusia yang bertujuan untuk frekuensi ritual memberi pengaruh terhadap
menyucikan manusia secara lahir dan bathin, transmisi budaya. Proses transmisi tradisi
agar dapat mengenali jati dirinya sebagai menjadi penting karena praktik ritual
bagian dari ciptaan Allah SWT, maka merupakan pranata sosial budaya yang
manusia akan mengerti arti tujuan hidupnya menyeluruh. Bagi individu yang jarang
untuk mencapai kesejahteraan lahir dan melaksanakan ritual aksesnya semakin jauh
bathin, 2) makna budaya, bahwa ritual dengan nenek moyangnya. Upacara berfungsi
bapalas bidan bila dilihat dari tindakan dan untuk mengembalikan dan mengingatkan
prilakunya, sebagai suatu tradisi atau budaya kembali keanggotaan seseorang dalam
yang mengakar yang memiliki nilai oleh kelompok kerabatnya (Rudito,2013: 26).
karena dihasilkan dari sebuah pemikiran yang
halus dan termotivasi oleh nilai-nilai agama.
Suatu hasil budaya yang bersifat religius dan
mengandung nilai seni (estetika). Budaya
101
TRADISI BAPALAS BIDAN DAN DINAMIKANYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KABUPATEN BARITO SELATAN
Resviya
Jurnal MERETAS Juni 2020, Volume 7 Nomor 1
Resviya
Jurnal MERETAS Juni 2020, Volume 7 Nomor 1
103
TRADISI BAPALAS BIDAN DAN DINAMIKANYA PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KABUPATEN BARITO SELATAN
Resviya