Ipi 362995
Ipi 362995
ABSTRAK
Parasetamol merupakan obat yang mempunyai sifat agak sukar larut dalam air
sehingga di tambahkan bahan pembasah untuk menurunkan sudut kontak agar mudah
terbasahi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan polivinil
pirolidon terhadap sifat fisik dan disolusi tablet parasetamol. Dalam penelitian ini dibuat
tiga formula tablet parasetamol dengan konsentrasi polivinil pirolidon yang berbeda
(0,10%, 0,15%, 0,20%) sebagai bahan pembasah. Tablet dibuat dengan metode granulasi
basah dan kemudian tablet diuji sifat fisiknya meliputi kekerasan, kerapuhan, waktu
hancur. Diuji disolusinya dengan medium dapar fosfat pH 5,8. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa penambahan polivinil pirolidon sebagai bahan pembasah
berpengaruh terhadap sifat fisik tablet parasetamol. Semakin besar konsentrasi bahan
pembasah, maka tablet semakin rapuh, kekerasannya semakin kecil, waktu hancurnya
semakin cepat, persentase kadar terlarut pada menit ke-30 semakin tinggi. Dan yang
memenuhi syarat farmakope adalah yang konsentrasinya 0,15% dan 0,20%.
ABSTRACT
106
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
107
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
Laktosa (kualitas farmasi), Avicel pH 101 (abrasive tester), alat uji kekerasan
(kualitas farmasi), Magnesium stearat (Hardness Monsanto stokes), alat uji
(kualitas farmasi), Gelatin (kualitas kehancuran, corong waktu alir, alat
farmasi), Kalium fosfat monobasa disolusi tipe dayung (LID-6D dissolution
(kualitas farmasi), Natrium hidroksida terster, vanguard pharmaceutical),
(kualitas farmasi), Alkohol 96% (kualitas spektrofotometer UV, pH meter,
farmasi). pengaduk kaca, labu takar (pirex), pipet
Alat yang digunakan dalam volume (pirex), kuvet, gelas piala (pirex),
penelitian ini adalah : neraca analitik dan gelas ukur (pirex).
(Shimadzu Ay 220), oven (Memert), Cara Kerja
penggaris, stopwatch (casio), mesin Pembuatan tablet parasetamol
pencetak tablet, alat uji kerapuhan
108
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
sebanyak 9,750 g dan bahan pelicin (Mg jarum penunjuk berada pada skala 0.
Stearat) kemudian di aduk sampai Putar ulirnya sehingga tablet akan
homogen. Selanjutnya campuran granul terjepit semakin kuat, dengan
siap dikempa dan di uji sifat mengalir. menaiknya tekanan tablet yang
Kemudian campuran granul ditablet ditransfer melalui sebuah per maka
dengan mesin tablet. Kemudian tablet akhirnya tablet tersebut pecah.
yang diperoleh diuji sifat fisik tablet dan Besarnya tekanan dibaca langsung pada
uji disolusinya. skala (Voigt, 1995:221).
Uji Sifat Fisik Granul Kerapuhan tablet
Timbang granul kering 50 g, Pengujian kerapuhan yaitu
dimasukan dalam alat uji kecepatan alir, dengan cara bebaskan debu 20 tablet
yang berupa corong dan di hitung waktu dengan aspirator. Tablet ditimbang
alirnya untuk serbuk atau granul. Pada pada neraca analitik, kemudian
umumnya serbuk dikatakan mempunyai dimasukan dalam alat uji keausan
sifat alir yang baik jika 100 g serbuk abrasiv tester yang diputar pada
yang di uji mempunyai kecepatan alir 10 kecepatan 25 putaran permenit dan uji
g/detik (Sulaiman, 2007:150). selama 4 menit (Voigt, 1995:223).
Pemeriksaan sifat Tablet Percobaan ini dilakukan 3 kali pada
Keseragaman Bobot setiap formula. Kehilangan berat lebih
Timbang 20 tablet satu persatu, kecil dari 0,5% - 1% masih dapat
hitung rata-rata bobot tablet, tidak dibenarkan (Lachman dkk, 1994:654).
boleh lebih dari 2 tablet yang masing- Waktu hancur
masing bobotnya menyimpang dari Untuk menguji waktu hancur
bobot rata-ratanya lebih besar dari 5%, memakai 6 tabung gelas sepanjang 3
dan tidak satu tablet pun yang inci yang terbuka dibagian atas,
bobotnya menyimpang dari bobot rata- sedangkan dibagian bawah keranjang
ratanya lebih dari 10% (Depkes RI, ada saringan ukuran 10 Mesh untuk
1995:911). menguji waktu hancur, tiap tabung diisi
Kekerasan Tablet oleh 1 tablet, kemudian keranjang
Letakan sebuah tablet dalam diletakan pada beaker berisi air bersuhu
alat logam kecil lalu diatur tekanannya, 37o C. Keranjang ini bergerak turun naik,
sehingga tablet stabil ditempatnya dan tablet harus tetap berada 2,5 cm dari
109
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
110
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
111
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
112
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
sangat nyata antara Formula I, Formula persamaan garis linear dan dapat
II, dan Formula III dengan taraf digunakan untuk menentukan kadar
kepercayaan 99%. parasetamol dalam sampel (Sugiyono,
Uji Disolusi Tablet 2006:373).
Panjang Gelombang Maksimum Uji Disolusi
Hasil scanning Spektrofotometer Untuk obat yang mempunyai
Ultraviolet didapatkan hasil bahwa kelarutan yang kecil dalam air akan
larutan baku Parasetamol dalam mempengaruhi absorbsi obat dimana
medium dapar fosfat pH 5,8 adsorbsinya akan menurun. Oleh karena
mempunyai serapan maksimum 243 itu agar obat dapat diabsorbsi maka
nm. Ini berarti bahwa hasil scanning obat tersebut harus larut dalam cairan
sama dengan yang tertera pada pada tempat absorbsinya (Martin dkk,
Farmakope Indonesia edisi IV. 1993:853). Disolusi merupakan proses
Kurva Baku suatu zat padat masuk kedalam pelarut
Data yang didapat menunjukan sehingga dapat terlarut. Disolusi
bahwa semakin besar konsentrasi maka merupakan suatu kontrol kualitas yang
serapannya juga semakin besar. dapat digunakan untuk memprediksi
Persamaan kurva baku yang diperoleh bioavaibilitas (Sulaiman, 2007:209).
dari beberapa seri konsentrasi larutan Pada penelitian ini uji disolusi
parasetamol yaitu: digunakan secara in vitro karena tidak
Y = 0,96733 x – 0,0707 secara langsung mengukur avaibilitas
r = 0,9878 obat dalam tubuh. Medium yang
Perhitungan harga r hitung digunakan adalah dapar fosfat pH 5,8.
(0,9878) lebih besar dibandingkan Larutan dapar digunakan untuk
dengan r tabel (1%;0,798) sehingga mempertahankan pH dari medium.
persamaan kuva baku diatas merupakan Kadar terlarut pada menit ke-30 (C30)
Tabel 6 Hasil C30 tablet Parasetamol dengan medium dapar fosfat pH 5,8
Replikasi % parasetamol terlarut pada menit ke-30 (C30)
Formula I Formula II Formula III
1 67,41 88,94 91,36
2 64,74 81,46 90,73
3 70,12 89,21 91,04
x̄ 67,42 86,54 91,04
113
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
114
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
115
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591
116