Anda di halaman 1dari 11

35

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

EFEK PENAMBAHAN POLIVINIL PIROLIDON TERHADAP DISOLUSI TABLET


PARASETAMOL

Iskandar Soedirman, Agus Siswanto, Reza Pramitha Habsari

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto 53182

ABSTRAK

Parasetamol merupakan obat yang mempunyai sifat agak sukar larut dalam air
sehingga di tambahkan bahan pembasah untuk menurunkan sudut kontak agar mudah
terbasahi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan polivinil
pirolidon terhadap sifat fisik dan disolusi tablet parasetamol. Dalam penelitian ini dibuat
tiga formula tablet parasetamol dengan konsentrasi polivinil pirolidon yang berbeda
(0,10%, 0,15%, 0,20%) sebagai bahan pembasah. Tablet dibuat dengan metode granulasi
basah dan kemudian tablet diuji sifat fisiknya meliputi kekerasan, kerapuhan, waktu
hancur. Diuji disolusinya dengan medium dapar fosfat pH 5,8. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa penambahan polivinil pirolidon sebagai bahan pembasah
berpengaruh terhadap sifat fisik tablet parasetamol. Semakin besar konsentrasi bahan
pembasah, maka tablet semakin rapuh, kekerasannya semakin kecil, waktu hancurnya
semakin cepat, persentase kadar terlarut pada menit ke-30 semakin tinggi. Dan yang
memenuhi syarat farmakope adalah yang konsentrasinya 0,15% dan 0,20%.

Kata kunci : polivinil pirolidon, bahan pembasah, tablet parasetamol

ABSTRACT

Paracetamol is kind of drug which is rather difficult to dissolve so it should be


added water for its dissolving decrease relating for. The aim of this research were to
know the effect of polyvinylpyrolidone addition. In this research four formula of
paracetamol tablet were made by varied concentration of polyvinylpyrolidone (0.10%,
0.15%, 0.20%) as wetting agent. Paracetamol tablet were formulated by wet granulation
method, and the tablet were tested its physical characteristics including the hardness,
friability, disintegration time. Disolution rate were assaid by phosphate buffer medium at
pH 5,8. The result of this research showed that addition of polyvinylpyrolidoneas wetting
agent influenced on paracetamol tablet physical characteristics. The more concentration
of wetting agent, the more friability, the less of hardness, the faster of disintegration
time and the increasing of C30. and at concentration 0.15% and 0.20% are according to
pharmacopea.

Keywords : Polyvinylpyrolidone, wetting agent, paracetamol tablet

106
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

Pendahuluan mempengaruhi proses disolusi tablet


Parasetamol adalah derivat adalah ada atau tidaknya bahan
asetanilida yang berkhasiat sebagai pembasah (Sulaiman, 2007 : 209-211).
analgetik dan antipiretik tetapi tidak PVP (Polivinilpirolidon) adalah
anti radang (Tan dan Rahardja, salah satu jenis bahan tambahan yang
2002:318). Parasetamol larut dalam 70 mudah membentuk kompleks dengan
bagian air hal ini berarti parasetamol bahan obat yang sukar larut dalam air
agak sukar larut dalam air dengan sehingga dapat meningkatkan
pemerian serbuk hablur putih, tidak kelarutannya (Genedi, 1978:114-115).
berbau, rasa sedikit pahit (Depkes RI, Suatu bahan obat yang
1979:37). diberikan pada pasien tidak harus
Bahan-bahan hidrofobik memiliki daya larut air untuk
mengakibatkan pembasahan menjadi kemanjuran terapeutiknya. Umumnya
buruk oleh partikel-partikel karena senyawa yang kelarutannya kecil dalam
adanya tegangan antar muka antara air, memperlihatkan absorbsi yang kecil
fase air, fase uap dan fase padat. pula, sehingga menghasilkan respon
Pembasahan menjadi buruk karena terapeutik yang minimum (Lachman
adanya kantung-kantung udara yang dkk, 1994:482).
sangat kecil yang berada pada zat padat Pemberian obat melalui mulut
sehingga sulit terbasahi oleh media air, merupakan cara pemberian yang paling
maka obat akan sulit terdisolusi utama untuk memperoleh efek
(terlarut) (Lachman dkk, 1994:987). Dan sistemik. Dari obat-obat yang di berikan
disolusi merupakan tahapan yang melalui mulut sediaan padat merupakan
mengontrol laju absorpsi obat-obat bentuk yang paling disenangi (Lachman
yang mempunyai kelarutan rendah dkk, 1994:643).
seperti pada tablet parasetamol (Martin
dkk, 1993:846). Metode Penelitian
Disolusi didefinisikan sebagai Alat dan Bahan
jumlah obat yang terlarut per satuan Bahan bahan yang digunakan
waktu dibawah kondisi, temperatur, dalam penelitian ini adalah sebagai
dan komposisi medium yang telah berikut parasetamol (kualitas farmasi
distandarisasi. Salah satu faktor yang dari Brataco), PVP (kualitas farmasi),

107
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

Laktosa (kualitas farmasi), Avicel pH 101 (abrasive tester), alat uji kekerasan
(kualitas farmasi), Magnesium stearat (Hardness Monsanto stokes), alat uji
(kualitas farmasi), Gelatin (kualitas kehancuran, corong waktu alir, alat
farmasi), Kalium fosfat monobasa disolusi tipe dayung (LID-6D dissolution
(kualitas farmasi), Natrium hidroksida terster, vanguard pharmaceutical),
(kualitas farmasi), Alkohol 96% (kualitas spektrofotometer UV, pH meter,
farmasi). pengaduk kaca, labu takar (pirex), pipet
Alat yang digunakan dalam volume (pirex), kuvet, gelas piala (pirex),
penelitian ini adalah : neraca analitik dan gelas ukur (pirex).
(Shimadzu Ay 220), oven (Memert), Cara Kerja
penggaris, stopwatch (casio), mesin Pembuatan tablet parasetamol
pencetak tablet, alat uji kerapuhan

Tabel 1. Rancangan Formulasi Tablet Parasetamol


Formula
Bahan
I II III
Parasetamol (mg) 250 250 250
Laktosa (mg) 25,275 25,275 25,275
PVP(mg) 0,065 0,0975 0,13
Mg stearat (mg) 0,975 0,975 0,975
Avicel (mg) 48,75 48,75 48,75
Gelatin (mg) 16,5 16,5 16,5
Catatan :Bobot tiap tablet 325 mg

Parasetamol dicampur dengan granul dikempal lalu dipatahkan tidak


PVP yang sudah dilarutkan dalam ada massa yang rontok. Selanjutnya
alkohol 96% sampai zat aktif terbasahi. diayak dengan No ayakan 12 Mesh dan
Kemudian tambahkan zat pengisi dilanjutkan pengeringan granul tersebut
(laktosa), bahan penghancur (avicel) pada oven dengan suhu 40-600C selama
sebanyak 9,750 g diaduk sampai 17 jam. Granul yang telah kering diayak
homogen. Ditambahkan musilago lagi dengan ayakan No. 14 Mesh agar
gelatin 16,5 g selanjutnya pembuatan diperoleh ukuran yang optimum.
massa granul sampai diperoleh granul Setelah didapatkan granul kering di
yang baik ditandai dengan bila massa tambahkan bahan penghancur (Avicel)

108
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

sebanyak 9,750 g dan bahan pelicin (Mg jarum penunjuk berada pada skala 0.
Stearat) kemudian di aduk sampai Putar ulirnya sehingga tablet akan
homogen. Selanjutnya campuran granul terjepit semakin kuat, dengan
siap dikempa dan di uji sifat mengalir. menaiknya tekanan tablet yang
Kemudian campuran granul ditablet ditransfer melalui sebuah per maka
dengan mesin tablet. Kemudian tablet akhirnya tablet tersebut pecah.
yang diperoleh diuji sifat fisik tablet dan Besarnya tekanan dibaca langsung pada
uji disolusinya. skala (Voigt, 1995:221).
Uji Sifat Fisik Granul Kerapuhan tablet
Timbang granul kering 50 g, Pengujian kerapuhan yaitu
dimasukan dalam alat uji kecepatan alir, dengan cara bebaskan debu 20 tablet
yang berupa corong dan di hitung waktu dengan aspirator. Tablet ditimbang
alirnya untuk serbuk atau granul. Pada pada neraca analitik, kemudian
umumnya serbuk dikatakan mempunyai dimasukan dalam alat uji keausan
sifat alir yang baik jika 100 g serbuk abrasiv tester yang diputar pada
yang di uji mempunyai kecepatan alir 10 kecepatan 25 putaran permenit dan uji
g/detik (Sulaiman, 2007:150). selama 4 menit (Voigt, 1995:223).
Pemeriksaan sifat Tablet Percobaan ini dilakukan 3 kali pada
Keseragaman Bobot setiap formula. Kehilangan berat lebih
Timbang 20 tablet satu persatu, kecil dari 0,5% - 1% masih dapat
hitung rata-rata bobot tablet, tidak dibenarkan (Lachman dkk, 1994:654).
boleh lebih dari 2 tablet yang masing- Waktu hancur
masing bobotnya menyimpang dari Untuk menguji waktu hancur
bobot rata-ratanya lebih besar dari 5%, memakai 6 tabung gelas sepanjang 3
dan tidak satu tablet pun yang inci yang terbuka dibagian atas,
bobotnya menyimpang dari bobot rata- sedangkan dibagian bawah keranjang
ratanya lebih dari 10% (Depkes RI, ada saringan ukuran 10 Mesh untuk
1995:911). menguji waktu hancur, tiap tabung diisi
Kekerasan Tablet oleh 1 tablet, kemudian keranjang
Letakan sebuah tablet dalam diletakan pada beaker berisi air bersuhu
alat logam kecil lalu diatur tekanannya, 37o C. Keranjang ini bergerak turun naik,
sehingga tablet stabil ditempatnya dan tablet harus tetap berada 2,5 cm dari

109
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

permukaan atas cairan dan 25 cm dari Cara Analisis penelitian


atas beaker, gerakan naik turun 1. Pendekatan teoritis
keranjang berisi tablet diatur oleh Hasil uji sifat fisik dan uji
sebuah motor yang bergerak sepanjang disolusi yang diperoleh dibandingkan
5-6 cm pada frekwensi 28-32 kali dengan persyaratan Farmakope
permenit, kerapuhan tablet dinyatakan Indonesia IV dan pustaka lainnya.
hancur. Tablet tidak bersalut 2. Pendekatan statistik
mempunyai standar waktu hancur 5-15 Hasil uji sifat fisik yaitu
menit (Lachman dkk, 1994:658). kekerasan tablet, kerapuhan, waktu
Uji Disolusi Tablet hancur dan hasil uji disolusi yaitu C30
Medium dapar phospat pH 5,8 yang diperoleh dilakukan uji anava satu
sebanyak 900 ml dimasukan ke dalam jalan dengan taraf kepercayaan 95%.
labu disolusi, pengaduk dayung diatur Jika ada perbedaan yang bermakna
pada kecepatan 50 rpm. Tablet maka dilanjutkan dengan uji BNT.
ditimbang dan dimasukkan kedalam
labu disolusi. Suhu labu dipertahankan Hasil dan Pembahasan
370C + 0,50C. Kemudian sampel diambil Uji sifat alir granul
pada menit ke 5, 10, 15, dan 30 setiap Hasil pada tabel 2 menunjukan
pengambilan sampel diambil sebanyak bahwa kecepatan alir granul yang di
5 ml. Sampel diukur serapannya dengan peroleh pada formula I, formula II, dan
spektrofotometer pada panjang formula III kurang baik karena tidak
gelombang maximum parasetamol memenuhi persyaratan yaitu 10 g/detik.
(Depkes RI, 1995:650).

Tabel 2. Data hasil uji sifat alir granul parasetamol


Replikasi Kecepatan Alir Granul (g/detik)
Formula I Formula II Formula III
1 7,82 7, 86 7,84
2 7,75 7,76 7,76
3 7,73 7,74 7,75
x̄ 7,77 7,78 7,78

110
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

Metode granulasi dapat Uji keseragaman bobot


memperbaiki sifat alir karena dapat Berdasarkan hasil penelitian
memperbesar ukuran partikel dan yang tertera pada tabel 3 menunjukan
membentuk granul yang lebih teratur. bahwa pada formula I, II, III memenuhi
Penambahan bahan pengikat semua persyaratan keseragaman bobot
menyebabkan jarak antar partikel tablet yaitu tidak ada satu tablet pun
semakin dekat, sehingga terbentuk yang bobotnya menyimpang dari
granul (Sulaiman, 2007:135). persyaratan yang ditentukan yaitu
Berdasarkan hasil analisis tablet yang lebih dari 300 mg jika
statistik menunjukan tidak terdapat ditimbang satu persatu tidak ada dua
perbedaan yang signifikan dari tablet yang menyimpang dari bobot rata
kecepatan alir granul parasetamol pada ratanya sebesar 5% dan tidak ada satu
formula I, II dan III. F hitung (0,075) < F tablet pun yang bobotnya menyimpang
tabel 5% (5,143) (Sugiyono, 2009). dari bobot rata ratanya sebesar 10% ini
Berdasarkan hasil tersebut menunjukan dimaksudkan untuk memenuhi sifat alir
bahwa konsentrasi surfaktan tidak granul yang baik (Depkes RI, 1979:7).
berpengaruh terhadap kecepatan alir Uji kekerasan tablet
granul.

Tabel 3 Data hasil uji kekerasan tablet parasetamol


Replikasi Kekerasan Tablet (kg)
Formula I Formula II Formula III
1 4,05 4,05 4,05
2 4,00 4,95 4,90
3 4,60 5,00 4,80
4 5,05 5,00 5,00
5 5,00 5,00 5,00
x̄ 4,54 4,80 4,75

Pada tabel 3 menunjukan analisis statistik menunjukan bahwa F


kekerasan tablet parasetamol dari tiga hitung 0,486 < F tabel 5% (3,885). Ini
formula masih memenuhi syarat yaitu berarti bahwa tidak ada perbedaan
mempunyai kekerasan antara 4-8 kg kekerasan tablet yang signifikan.
(Sulaiman, 2007:199). Berdasarkan hasil

111
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

Uji Kerapuhan tablet


Tabel 4. Data hasil uji kerapuhan tablet parasetamol
Replikasi Kerapuhan tablet (%)
Formula I Formula II Formula III
1 0,15 0,15 0,30
2 0,15 0,30 0,45
3 0,30 0,15 0,15
x̄ 0,20 0,20 0,30

Berdasarkan tabel 4 Berdasarkan hasil analisis


menunjukan bahwa kerapuhan tablet statistik diperoleh F hitung (0,800) < F
parasetamol pada masing-masing tabel 5% (5,143). Dengan demikian
formula memenuhi persyaratan yang penambahan surfaktan yang berbeda
ditetapkan yaitu tablet kehilangan berat tidak mempengaruhi kerapuhan tablet
lebih kecil dari 0,5% (Lachman dkk , parasetamol.
1994:654). Waktu hancur tablet

Tabel 5. Data hasil uji waktu hancur tablet parasetamol


Replikasi Kerapuhan tablet (%)
Formula I Formula II Formula III
1 7,12 5,39 4,06
2 6,54 4,27 4,30
3 7,06 5,26 4,23
x̄ 6,90 5,07 4,19

Berdasarkan tabel 5 dibasahi oleh medium sehingga


menunjukan bahwa waktu hancur penetrasi air semakin cepat maka ikatan
tablet dari semua formula masih antar partikel menjadi lemah kemudian
memenuhi persyaratan waktu hancur tablet pecah (Sulaiman, 2007:95-96).
tablet, yaitu waktu hancur tablet kurang Dari hasil uji waktu hancur
dari 15 menit. tablet hasil analisis statistik didapatkan
Tablet yang kontak dengan F hitung (55,304) > F tabel (5,143)
medium air, akan berpenetrasi melalui menunjukan adanya perbedaan waktu
pori-pori kapiler. Dengan adanya hancur antar semua formula yang
surfaktan maka tablet parasetamol yang selanjutnya dilakukan uji BNT
kurang larut air menjadi mudah menunjukan ada perbedaan yang

112
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

sangat nyata antara Formula I, Formula persamaan garis linear dan dapat
II, dan Formula III dengan taraf digunakan untuk menentukan kadar
kepercayaan 99%. parasetamol dalam sampel (Sugiyono,
Uji Disolusi Tablet 2006:373).
Panjang Gelombang Maksimum Uji Disolusi
Hasil scanning Spektrofotometer Untuk obat yang mempunyai
Ultraviolet didapatkan hasil bahwa kelarutan yang kecil dalam air akan
larutan baku Parasetamol dalam mempengaruhi absorbsi obat dimana
medium dapar fosfat pH 5,8 adsorbsinya akan menurun. Oleh karena
mempunyai serapan maksimum 243 itu agar obat dapat diabsorbsi maka
nm. Ini berarti bahwa hasil scanning obat tersebut harus larut dalam cairan
sama dengan yang tertera pada pada tempat absorbsinya (Martin dkk,
Farmakope Indonesia edisi IV. 1993:853). Disolusi merupakan proses
Kurva Baku suatu zat padat masuk kedalam pelarut
Data yang didapat menunjukan sehingga dapat terlarut. Disolusi
bahwa semakin besar konsentrasi maka merupakan suatu kontrol kualitas yang
serapannya juga semakin besar. dapat digunakan untuk memprediksi
Persamaan kurva baku yang diperoleh bioavaibilitas (Sulaiman, 2007:209).
dari beberapa seri konsentrasi larutan Pada penelitian ini uji disolusi
parasetamol yaitu: digunakan secara in vitro karena tidak
Y = 0,96733 x – 0,0707 secara langsung mengukur avaibilitas
r = 0,9878 obat dalam tubuh. Medium yang
Perhitungan harga r hitung digunakan adalah dapar fosfat pH 5,8.
(0,9878) lebih besar dibandingkan Larutan dapar digunakan untuk
dengan r tabel (1%;0,798) sehingga mempertahankan pH dari medium.
persamaan kuva baku diatas merupakan Kadar terlarut pada menit ke-30 (C30)

Tabel 6 Hasil C30 tablet Parasetamol dengan medium dapar fosfat pH 5,8
Replikasi % parasetamol terlarut pada menit ke-30 (C30)
Formula I Formula II Formula III
1 67,41 88,94 91,36
2 64,74 81,46 90,73
3 70,12 89,21 91,04
x̄ 67,42 86,54 91,04

113
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

Tabel 8 menunjukan bahwa II dan Formula III dengan taraf


formula II dan III dengan konsentrasi kepercayaan 99%.
0,15% dan 0,20% memenuhi syarat
pada Farmakope Indonesia edisi IV Kesimpulan
karena memiliki % parasetamol terlarut Semakin besar konsentrasi
yang lebih dari 80%. Sedangkan FI yang polivinil pirolidon dalam tablet
mempunyai PVP dengan konsentrasi parasetamol maka waktu hancurnya
0,10%, hasil disolusinya kurang dari 80% semakin cepat dan semakin meningkat
sehingga tidak memenuhi syarat. disolusi yang ditunjukan dengan C30
Dengan demikian konsentrasi PVP yang semakin tinggi. Tablet parasetamol
lebih dari 0,15% menghasilkan tablet dengan konsentrasi polivinil pirolidon
parasetamol yang baik. 0,15% dan 0,20% menunjukan hasil
Salah satu faktor yang disolusi yang memenuhi syarat dari
mempengaruhi disolusi tablet adalah Farmakope Indonesia yaitu disolusinya
ada tidaknya bahan pembasah. Adanya tidak kurang dari 80%.
PVP sebagai bahan polimer maka dapat
membantu kelarutan tablet Daftar Pustaka
parasetamol (Sulaiman, 2007:211). Aiache, J.M., Devissaguet,J., 1993.
PVP sebagai bahan pembasah Farmasetika 2, (Terjemahan).
mampu menurunkan sudut kontak Soeratri, Widji, Surabaya:
dengan meningkatkan daya basah Airlangga University Press. 172-
melalui cairan sehingga waktu hancur 197.
meningkat dan akan mudah terdisolusi. Abdou HM,. Dissolutions Bioavailability
Berdasarkan hasil analisis and Bioequivalence. Mark
statistik menunjukan bahwa semakin publishing Co. 1989.
tinggi kosentrasi polimer polivinil Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan
pirolidon maka konsentrasi pada menit farmasi. Bandung : ITB. Hlm
ke 30 semakin tinggi karena didapatkan 188, 192, 191, 190, 189, 180,
F hitung (10,010) > F tabel (5,143) 173.
(Sugiyono, 2009). Hasil uji BNT Anief, M. 2002.
menunjukan ada perbedaan yang Farmasetika.Yogyakarta: UGM
sangat nyata antara Formula I, Formula Press. Hal 211

114
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Cumarin with PEG 6000 and


Sediaan Farmasi. Ed ke 4. their Coprecipitates with
Penerjemah,, Farida, 1. Jakarta : Povidone 25.000, Journal of
UI Press. Terjemahan dari : Pharmaceutical Sciences.
Introduction to Pharmaceutical Vol.67. No 1 Januari 1978. 114-
Dosage Forms. Hlm 96, 224, 115.
247, 252, 255, 266, 269, 212, Lachman, L., Lieberman, HA., Kanig, J.L.
271, 264, 263, 261, 244, 246. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Arikunto, S. 2005. Manajemen Industri. Ed ke 3. Penerjemah:
Penelitian. Jakarta: Rineka cipta. Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press.
Hlm 47. Terjemahan dari: The Theory
Banker, G.S. 1979.Modern and Practice of Industrial
Pharmaceutics.USA : Mack Pharmacy. Hlm 482, 987, 659,
Publishing Company. Hlm 381, 655, 654, 653, 651, 667;668,
382. 658, 699, 656, 690, 706-706,
Chiou W.L., Riegelman S, 703, 702, 698, 647.
Pharmaceutical Applications of Martin A., Swarbick, J., Cammarata A.
Solid Dispersion System. S.of 1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar
pharm.Sci 60(9). 1971: 1281- farmasi Fisik dalam Ilmu
1302. farmasetika. Ed ke 3.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Penerjemah: Yoshita. Jakarta: UI
Ed ke 3.Jakarta: Departemen Press. Terjemahan dari :
Kesehatan Republik Indonesia. Physical Pharmacy. Hlm 845-
Hlm 6, 7, 338, 59, 354, 37. 846, 966; 1135.
___________. 1995. Farmakope Mulya dan Suherman. 1995. Analisis
Indonesia. Ed ke 4.Jakarta: Instrumental. Surabaya:
Departemen Kesehatan Universitas Airlangga. Hal 33-
Republik Indonesia. Hlm 5, 515, 34.
649, 650, 687, 404, 595. Simonelli, A.P., Metha, S.C., and
Geneidi, A. SH., Ali, A.A., Salama, R.B., Higuchi, W.I., 1969. Dissolution
1978. Solid Dispertions of Rates of High energy
Nitrofurantoin, Ethotoin and Polyvinilpyrolidone (PVP)

115
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591

Sulfathiazole Coprecipitate, J Second Edition.London:


Pharm. Sci. 538-549. American Pharmaceutical
Sulaiman, T.N.S. 2007.Teknologi Association Society of Breat
Formulasi Sediaan Tablet. Writain. Hlm 84.
Yogyakarta: Laboratorium Rowe, P.C., Sheskey., S.C. Owen., 2003,
Teknologi Farmasi UGM. Hlm Handbook Of Pharmaceutical
211, 149, 150, 209, 207, 200, Excipients, Fifth Edition.,
199, 203. American pharmacist
Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Association and pharmaceutical
Penelitian. Bandung : Alfabeta. Press, Washington D.C. and
Sugiyono. 2009. Stastistik Untuk London. Hlm. 508.
Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sutriyo, Rosmaladew, Febrian HF. 2005.
Pengaruh Polivinil Pirolidon
terhadap laju disolusi
Furosemid dalam sistem
dispersi padat. Majalah ilmu
kefarmasian II: 30-42.
Tan, H.T, and Rahardja, K. 2002. Obat-
Obat Penting. Jakarta: PT. Elex
Media Compatindo Kelompok
Gramedia. Hlm 318.
Voigt, R. 1995. Pelajaran Teknologi
Farmasi. Ed ke 5. Penerjemah:
Noerono. Yogyakarta: UGM
Press. Terjemahan dari:
Lehrguch Der Pharmazeutischen
Technologi. Hlm. 2004, 223,
211,204, 205, 225, 171, 259,
202, 210,
Wade A, Weller J. 1994. Handbook Of
Pharmazeutical Excipients.

116

Anda mungkin juga menyukai