Anda di halaman 1dari 36

TUGAS , WEWENANG BIDAN

DAN STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

A. TUGAS , WEWENANG BIDAN


Tugas dan Wewenang Bidan sebelumnya telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No.28 Tahun 2017 pada pasal 18-21 dan pelimpahan
wewenang pasal 22-27. Selanjutnya disempurnakan dalam UU Kebidanan
No.4 Tahun 2019, dengan penjelasan sebagai berikut :

Pasal 46
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan
bertugas memberikan pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan
wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
tertentu.
(2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan secara bersama atau sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Pasal 47
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan
dapat berperan sebagai:
a. pemberi Pelayanan Kebidanan;
b. pengelola Pelayanan Kebidanan;
c. penyuluh dan konselor;
d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. penggerak peran serta masyarakat dan
pemberdayaan perempuan; dan/atau
f. peneliti.
(2) Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 48
Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.

Paragraf 1
Pelayanan Kesehatan Ibu

Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a,
Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum
hamil;
b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan
normal;
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan
dan menolong persalinan normal;
d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu
hamil, bersalin, nifas, dan rujukan; dan
f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi
padamasakehamilan,masapersalinan,
pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan
pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
Paragraf 2
Pelayanan Kesehatan Anak

Pasal 50
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b,
Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir,
bayi, balita, dan anak prasekolah;
b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah
Pusat;
c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi,
balita, dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus
penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan rujukan; dan
d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan
pada bayi baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.

Paragraf 3
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan
Keluarga Berencana

Pasal 51
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang
melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan
memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 51 diatur
dengan Peraturan Menteri.
Paragraf 4
Pelimpahan Wewenang

Pasal 53
Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. pelimpahan secara mandat; dan
b. pelimpahan secara delegatif.

Pasal 54
(1) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 huruf a diberikan oleh dokter
kepada Bidan sesuai kompetensinya.
(2) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis.
(3) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan tanggung jawab berada
pada pemberi pelimpahan wewenang.
(4) Dokter yang memberikan pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan
pengawasan dan evaluasi secara berkala.

Pasal 55

(1) Pelimpahan wewenang secara delegative sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 53 huruf b diberikan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah kepada Bidan

(2) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) yang diberikan oleh Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah dalam rangka:
a. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
tertentu; atau
b. program pemerintah.
(3) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.

Pasal 56
(1) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf e
merupakan penugasan pemerintah yang dilaksanakan
pada keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau
tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan
bertugas.
(2) Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga
kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
(3) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Bidan yang telah mengikuti pelatihan dengan
memperhatikan Kompetensi Bidan.
(4) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Dalam menyelenggarakan pelatihan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4), Pemerintah Pusat dan/atau


Pemerintah Daerah dapat melibatkan Organisasi Profesi
Bidan dan/atau organisasi profesi terkait yang
diselenggarakan oleh lembaga yang telah terakreditasi.

Pasal 57
(1) Program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
55 ayat (2) huruf b merupakan penugasan Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah untuk melaksanakan
program pemerintah.
(2) Program pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan .
(3) Pelaksanaan program pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Bidan yang telah
mengikuti pelatihan dengan memperhatikan Kompetensi
Bidan.
(4) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Dalam menyelenggarakan pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah dapat melibatkan Organisasi Profesi
Bidan dan/atau organisasi profesi terkait yang
diselenggarakan oleh lembaga yang telah terakreditasi.

Pasal 58
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 sampai dengan Pasal
57 diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 5
Keadaan Gawat Darurat

Pasal 59
(1) Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian
pertolongan pertama, Bidan dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sesuai dengan
kompetensinya.
(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien.
(3) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan keadaan yang mengancam nyawa Klien.
(4) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Bidan sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.
(5) Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat 141
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

B. STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Untuk dapat menjaga mutu pelayanan kebidanan organisasi profesi,


IBI telah menetapkan standar pelayanan kebidanan yang terdiri dari 24
standar.

1. Format Standar Pelayanan Kebidanan


Dalam mempelajari tiap standar pelayanan kebidanan digunakan
format sebagai berikut:
a. Tujuan: merupakan tujuan standar.
b. Pernyataan standar: berisikan pernyataan tentang pelayanan
kebidanan yang dilakukan, dengan penjelasan tingkat kompetensi
yang diharapkan,
c. Hasil: hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan
dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur,
d. Prasyarat: hal-hal yang diperlukan (misalnya: alat, obat,
keterampilan) agar pelaksana dapat menerapkan standar,
e. Proses: berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk
penerapan standar.

Penjelasan tambahan dicetak miring. Hal-hal yang perlu diingat,


ringkasan dan hasil penelitian yang berpengaruh terhadap pelayanan
kebidanan ditulis dalam kotak.

a. Standar Pelayanan Umum

Standar 1: Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat

Tujuan
Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan

Pernyataan Standar Hasil


Bidan memberikan penyuluhan dan - Masyarakat dan perorangan ikut
nasehat penyuluhan kepada serta dalam upaya mencapai
perorangan keluarga dan masyarakat kehamilan yang sehat
terhadap segala hal yang berkaitan - Ibu, keluarga dan masyarakat
dengan kehamilan, termasuk meningkat pengetahuannya
penyuluhan kesehatan umum, gizi, tentang fungsi alat-alat
keluarga berencana, kesiapan dalam reproduksi dan bahaya kehamilan
menghadapi kehamilan dan menjadi pada usia muda
calon orang tua, menghindari kebiasaan - Tanda-tanda bahaya pada
yang tidak baik dan mendukung kehamilan diketahui oleh keluarga
kebiasaan yang baik. dan masyarakat
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang
bertanggung jawab.
Prasyarat
a. Bidan bekerja sama dengan kader kesehatan dan sektor terkait
sesuai dengan kebutuhan.
b. Bidan dididik dan dilatih dalam hal sebagai berikut:
1) Penyuluhan kesehatan;
2) Komunikasi dan keterampilan
3) Siklus menstruasi, perkembangan kehamilan, metode kontrasepsi,
gizi, bahaya kehamilan pada usia muda, kebersihan dan kesehatan
diri, kesehatan/kematangan seksual dan tanda bahaya pada
kehamilan.
c. Tersedianya bahan untuk penyuluhan kesehatan tentang hal-hal tersebut
di atas.

Proses
Bidan
harus:
a. Merencanakan kunjungan secara teratur ke posyandu, kelompok
ibu atau KPKIA,
sekolah dan tempat kegiatan masyarakat untuk memberikan
penyuluhan tentang kesehatan atau kebersihan secara umum,
kesiapan menghadapi kehamilan, makanan bergizi, pencegahan
anemia, kematangan seksual, kehidupan seksual yang bertanggung
jawab dan bahaya kehamilan pada usia muda. (Perlu dibuat
kesepakatan tentang waktu penyuluhan, tempat dan topik pembicaraan.
Semua kesepakatan hendaknya ditepati, kecuali pada keadaan darurat).
b. Hormati adat-istiadat setempat atau perorangan ketika memberikan
penyuluhan dan berikan dukungan untuk kebiasaan tradisional yang
positif. (Namun, perlu dicegah mitos atau tabu yang membahayakan
kehamilan, persalinan dan perawatan nifas).
c. Beri penyuluhan yang dapat memotivasi masyarakat untuk
meningkatkan kesehatannya, dan buatlah agar mereka mau
mengajukan pertanyaan.
d. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan sopan.
e. Berikan jawaban yang lebih jelas, kemudian bila jawaban belum tuntas
saat itu, janjikan jawaban pada kunjungan berikutnya.
f. Gunakan alat bantu yang menunjang dan bahasa yang mudah dipahami.
h. Beritahukan jadwal kegiatan bidan untuk memeriksakan kehamilan
dan konseling perorangan.
i. Adakah konseling perorangan di tempat khusus, agar kerahasiaan
terjaga.
INGAT !

a. Penyuluhan kesehatan akan efektif bila pesannya jelas dan tidak membingungkan
b. Penyuluhan dan nasehat akan efektif bila dapat diterima oleh adat/tradisi
setempat.
c. Tidak semua kebiasaan tradisional membahayakan.
d. Pasangan berhak mendapat informasi tentang metode KB yang tepat dan bisa
diterima oleh tradisi setempat.
e. Kehamilan hendaknya direncanakan, dan hal ini adalah tanggung jawab suami dan
istri. Standar 2: Pencatatan dan Pelaporan

Tujuan
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk
pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian

Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan semua
kegiatan yang dilakukannya dengan
seksama seperti yang sesungguhnya yaitu
pencatatan semua ibu hamil di wilayah Hasil
kerja, rincian pelayanan yang telah - Terlaksananya
diberikan sendiri oleh bidan kepada pencatatan dan
seluruh ibu hamil/ bersalin nifas atau bayi pelaporan yang baik.
baru lahir semua kunjungan rumah dan - Tersedia data untuk audit
penyuluhan kepada masyarakat. Di dan pengembangan diri.
samping itu, bidan hendaknya - Meningkatnya
mengikutsertakan kader untuk mencatat keterlibatan masyarakat
semua ibu hamil dan meninjau upaya dalam kehamilan,
masyarakat yang berkaitan dengan ibu kelahiran bayi dan
hamil, ibu dalam proses melahirkan, ibu pelayanan kebidanan.
dalam masa nifas, dan bayi baru lahir.
Bidan meninjau secara teratur catatan
tersebut untuk menilai kinerja dan
menyusun rencana kegiatan pribadi untuk
meningkatkan pelayanan

kinerja.

Prasyarat:
a. Adanya kebijakan nasional/ setempat untuk mencatat semua kelahiran
dan kematian ibu dan bayi.
b. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
c. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami
masalah kesehatan setempat.
d. Register Kohort Ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS ibu hamil, Buku KIA, PWS
KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan.
Bidan memiliki persediaan yang cukup untuk semua dokumen yang
diperlukan.
e. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format
pencatatan tersebut di atas.
f. Pemetaan ibu hamil.
g. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat
jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.

Proses
Bidan harus:
a. Bekerja sama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu
hamil di wilayahnya tercatat.
b. Mencatat dengan seksama semua pelayanan langsung yang diberikan
selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Seluruh catatan harus
dilengkapi dengan tanggal, waktu, dan tanda tangan bidan yang
mencatat.
c. Ibu diberi KMS Ibu Hamil atau Buku KIA untuk dibawa pulang.
Mengajarkan pada ibu untuk membawa semua dokumen tersebut pada
saat kunjungan pemeriksaan antenatal dan menyediakannya pada saat
ibu mulai masuk proses bersalin.
d. Lakukan ketentuan nasional/setempat tentang pencatatan dan
pelaporan. Ikut serta dalam proses pengkajian profesional yang terjadi
di wilayahnya, seperti misalnya kegiatan pengkajian (Peer Review).
e. Jaga kartu / buku pencatatan tersebut agar tidak mudah rusak. Hasil
pencatatan dan pelaporan diperlukan untuk dipelajari bersama
supervisor dan untuk proses audit.
f. Pastikan bahwa semua kelahiran, kematian ibu dan bayi baru lahir
tercatat, termasuk surat keterangan lahir dan satu copy lembar
partograf.
g. Pelajari kartu/buku pencatatan secara teratur (sedikitnya sebulan
sekali). Simpan kartu secara sistematis. Ketika melakukannya, carilah
hambatan dalam pelayanan; kesamaan dalam masalah, komplikasi,
atau pola yang mungkin terjadi. Perlu pula dicatat jumlah persalianan,
pelayanan antenatal, pelayanan nifas dan perawatan bayi untuk
dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya dan mengetahui
adanya perubahan dalam pola kerja atau jumlah pelayanan, untuk
menjadi perhatian bidan koordinator.
h. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan, buatlah rencana tindak
lanjut pribadi. Rencana tersebut hendaknya meliputi :
1) Hal-hal yang akan dibicarakan dengan bidan koordinator,
2) Masalah atau perubahan nyata jumlah ibu yang mendapat
pelayanan kebidanan, yang akan dibicarakan dengan masyarakat
setempat dan/atau bidan koordinator,
3) Kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan atau
kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
4) Mencatat keberhasilan suatu tindakan, sehingga tindakan
semacam itu dapat dicoba lagi pada keadaan yang serupa.
i. Mencari langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah/
kesenjangan yang ada.
j. Melakukan tinjauan terhadap rencana tindak lanjut secara berkala,
untuk melihat apakah rencana telah dilaksanakan sesuai dengan
jadwal dan berhasil. (sebaiknya buat catatan tentang hal ini pada
buku/jurnal harian, terutama tentang hasil pemikiran pribadi dan
peninjauan).

INGAT !
a. Pencatan dan pelaporan merupakan hal penting bagi bidan untuk mempelajari
hasil kerjanya.
b. Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan pelayanan.
Menunda pencatatan akan meningkatkan risiko tidak tercatatnya informasi
penting dari catatan.
c. Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal,
waktu dan paraf.
d. Pencatatan dan pelaporan penting untuk kesinambungan pelayanan dan rujukan.
e. Pencatatan dan pelaporan berguna untuk menggambarkan kejadian
penting/kritis, yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan dan
menghindari masalah yang mungkin terjadi

2. Standar Pelayanan Antenatal

b. Standar pelayanan Antenatal

Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil

Tujuan
Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
Pernyataan Standar Hasil
Bidan melakukan kunjungan - Ibu memahami tanda dan gejala
rumah dan berinteraksi kehamilan
dengan masyarakat secara - Ibu, suami, anggota masyarakat
berkala untuk memberikan menyadari manfaat pemeriksaan
penyuluhan dan memotivasi kehamilan secara dini dan
ibu, suami dan anggota teratur,serta mengetahui tempat
keluarganya agar mendorong pemeriksaan hamil.
ibu untuk memeriksakan - Meningkatnya cakupan ibu hamil
yang memeriksakan diri sebelum
kehamilannya sejak dini dan
kehamilan 16 minggu.
secara teratur

Prasyarat
a. Bidan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah
memeriksakan kehamilannya secara dini dan teratur.
b. Bidan harus memahami:
1) Tujuan pelayanan antenatal dan alasan ibu tidak
memeriksakan kehamilannya secara dini dan teratur.
2) Tanda dan gejala kehamilan :dan
3) Keterampilan berkomunikasi secara efektif.
c. Bahan penyuluhan kesehatan yang tersedia dan sudah siap digunakan
oleh bidan.
d. Mencatat hasil pemeriksaan pada KMS ibu Hamil/Buku KIA dan Kartu
ibu.
e. Transportasi untuk melakukan kunjungan kemasyarakat tersedia bagi
bidan.

Proses
Bidan harus:
a. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara
teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu
hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.
b. Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasinya agar
memeriksakan kehamilannya sejak dini (segera setelah terlambat haid
atau diduga hamil).
c. Melalui komunikasi dua arah dengan beberapa kelompok kecil
masyarakat, di bahas manfaat pemeriksaan kehamilan. Ajak mereka
memanfaatkan pelayanan KIA terdekat atau sarana kesehatan lainnya
untuk memeriksakan kehamilan.
d. Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat, ibu,
suami keluarga dan dukun bayi jelaskan prosedur pemeriksaan
kehamilan yang diberikan. Hal tersebut akan mengurangi keraguan
mereka tentang hal yang terjadi pada saat pemeriksaan antenatal, dan
memperjelas manfaat pelayanan antenatal dan mempromosikan
kehadiran ibu untuk pemeriksaan antenatal.
e. Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu dan bayi
yang sehat pada akhir kehamilan. Agar tujuan tersebut tercapai,
pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan begitu di duga
terjadi kehamilan dan dilaksanakan terus secara berkala selama
kehamilan.
f. Berikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda kehamilan, dan
fungsi tubuhnya. Tekankan perlunya ibu mengerti bagaimana
tubuhnya berfungsi. (wanita harus memperhatikan siklus haidnya. g.
Bimbingan kader untuk mendata/mencatat semua ibu hamil di
daerahnya. Lakukan kunjungan rumah kepada mereka yang tidak
memeriksakan kehamilanya. Pelajari alasannya, mengapa ibu hamil
tersebut tidak memeriksakan diri, dan jelaskan manfaat pemeriksaan
kehamilan.
h. Perhatikan ibu bersalin yang tidak pernah memeriksakan
kehamilannya. Lakukan kunjungan rumah, pelajari alasannya. Berikan
penyuluhan dan konseling yang sesuai untuk kehamilan berikutnya,
keluarga berencana dan penjarangan kelahiran.
i. Jelaskan dan tingkatkan penggunaan KMS ibu hamil atau buku KIA dan
karti ibu.

Mengapa ibu tidak memeriksakan kehamilannya?


Ada banyak alasan mengapa ibu tidak melakukan pemeriksaan
antenatal. Di bawah ini ada beberapa kemungkinan penyebab ibu tidak
memeriksakan kehamilanya:
a. Ibu sering kali tidak berhak memutuskan sesuatu, karena hal itu tak
suami atau mert sementara mereka tidak mengetahui memeriksakan
kehamilan d hanynamengandalkan cara-cara tradisional.
b. Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, tidak memungkinkan kerahasiaan, harus
menunggu lama atau perlakuan petugas yang kurang memuaskan.
(petugas tidak melakukan asuhan sayang ibu).
c. Beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan
kehamilannya maka ibu tidak melakukannya.
d. Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan
kehamilan maupun bagi bidan untuk mendatangi mereka.
e. Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang
wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan seorang
kehamilannya.
f. Takhyul dan keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada
petugas kesehatan (terlebih pulak jika petugasnya seorang laki – laki).
g. Ketidakpercayaan dan ketidaksegangan pada tenaga kesehatan
secara umum beberapa anggota masyarakat tidak mempercayai
semua petugas kesehatan pemerintah.
h. Ibu dan/ atau anggota keluarganya tidak mampu membayar atau
tidak mempunyai waktu untuk memeriksa kehamilan

INGAT!
a. Jika terdapat salah satu hal di atas, bidan-bidan harus bekerjasama dengan
masyarakat untuk mengembangkan strategi dalam mengatasi masalah ini.
b. Setiap ibu harus melakukan paling sedikit 4 kali pemeriksaan antenatal selama
kehamilanyan!.Satu kali kunjungan pada trimester pertama, satu kali kunjungan
pada trimester kedua dan dua kali kunjugan pada trimester ketiga.
c. Bekerja sama dengan setiap ibu, suami dan keluarga untuk membuat suatu
strategi yang memungkinkan ibu untuk melakukan perawatan antenatal.

Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Tujuan
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi
kehamilan

Pernyataan Standar Hasil

Bidan memberikan sedikitnya 4 x - Ibu hamil mendapatkan


pelayanan antenal. Pemeriksaan pelayanan antenatal
meliputi anamnesis dan pemantauan minimal 4x selama
ibu dan janin dengan seksama untuk kehamilan.
menilai apakah perkembangan
- Meningkatnya
berlangsung normal. Bidan juga harus
pemanfaatan jasa bidan
mengenal kehamilan risti/ kelainan,
oleh masyarakat. Deteksi
khususnya anemia, PMS/ infeksi HIV;
dini dan penanganan
memberikan pelayanan imunisasi, komplikasi kehamilan.
nasehat dan penyuluhan kesehatan
serta tugas terkait lainnya yang
- Ibu hamil, suami,
keluarga dan masyarakat
diberikan oleh puskesmas. Mereka
mengetahui tanda
harus mencatat data yang tepat pada
bahaya kehamilan dan
setiap kunjungan. Bila di temukan
tahu apa yang harus
kelainan, mereka harus mampu
dilakukan.
mengambil tindakan yang diperlukan
dan merujuknya untuk tindakan - mengurus transportasi
selanjutnya. rujukan jika sewaktu-
waktu terjadi kedarurat

Prasyarat
a. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk
penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan (kartu ibu).
b. Alat untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaan baik dan
berfungi, antara lain; stetoskop, tensimeter, meteran kain, timbangan,
pengukur lingkar lengan atas, stetoskop janin.
c. Tersedia obat dan bahan lain, misalnya; vaksin TT, tablet besi, dan
asam folat serta anti malaria (pada daerah endemis malaria), alat
pengukur Hb Sahli.
d. Menggunakan KMS Ibu Hamil/ Buku KIA, kartu ibu.
e. Terdapat sistem rujukan yang berfungsi dengan baik, yaitu ibu hamil
risiko tinggi atau mengalami komplikasi dirujuk agar mendapatkan
pertolongan yang mememadai.
Proses
Bidan harus:
a. Bersikap ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan.
b. Pada kunjungan pertama, bidan;
1) Melakukan anamnesis riwayat dan mengisi KMS Ibu
Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu secara lengakap.
2) Memastikan bahwa kehamilan itu diharapkan.
3) Tentukan hari taksiran persalinan (HTP). Jika hari pertama haid
terakhir (HPHT) tidak diketahui, tanyakan kapan pertama kali
dirasakan pergerakan janin dan cocokkan dengan hasil
pemeriksaan tinggi fundus uteri. Jelaskan bahwa hasil taksiran
persalinan hanyalah suatu perkiraan.
4) Memeriksa kadar HB
5) Berikan imunisasi TT (tetanus toksoid) sesuai dengan ketentuan.
c. Pada setiap kunjungan, bidan harus:
1) Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil.
2) Memeriksa urine untuk tes protein dan glukosa urine atas
indikasi. Bila ada kelainan, ibu dirujuk.
3) Mengukur berat badan dan lingkar lengan atas. Jika beratnya
tidak bertambah, atau pengukuran tentang gizi, beri penyuluhan
tentang gizi, beri penyuluhan tentang gizi dan rujuk untuk
pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.
4) Jika berat badan naik lebih dari ½ kg per minggu, segera rujuk.
5) Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau
berbaring, posisi tetap sama pada pemeriksaan pertama maupun
berikutnya. Letakkan tensi meter di permukaan yang datar
setinggi jantungnya. Gunakan selau ukuran manset yang sesuai.
Ukur tekanan darah. (tekanan darah diatas 140 & 90 mmHG, atau
peningakatan distol 15mmHG/ lebih sebelum kehamilan 20
minggu ,atau paling sedikit pada pengkuran dua kali berturut-
turut pada selisih waktu 1 jam, berarti ada kenaikan nyata dan ibu
perlu dirujuk).
6) Periksa Hb pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 28
minggu atau lebih sering jika ada tanda-tanda anemia. Pada
daerah andemis malaria beri profilaksi dan penyuluhan saat
kunjungan pertama(lihat Standar 6).
7) Tanyakan apakah ibu hamil meminum tablet zat besi sesuai
dengan ketentuan dan apakah persediaannya cukup. Tablet zat
besi berisi 60 mg zat besi dan 500 lg asam folat paling sedikit
diminum satu tablet sehari selama 90 hari berturut- turut
ingatkan ibu hamil agar tidak meminumnya dengan teh/kopi.
8) Tanyakan dan periksa tanda/gejala penyakit menular seksual
(PMS) dan ambil tindakan sesuai dengan ketentuan.
9) Tanyakan apakah ibu hamil merasakan hal-hal di
bawah ini: Pendarahan, nyeri epigastrium,sesak
nafas, nyeri perut, demam.
10) Lakukan pemeriksaan fisik ibu hamil secara lengkap. Periksalah
payudara, lakukan penyuluhan dan perawatan untuk pemberian
ASI eksklusif. Pastikan bahwa kandung kencing ibu kosong
sebelum diperiksa.
11) Ukur tinggi fundus uteri dalam cm dengan menggunakan meteran
kain (tinggi fundus sesudah kehamilan lebih dari 24 minggu sama
dengan umur kehamilan dalam cm, bila diambil ukuran tinggi
fundus dari simpisis pubis sampai ke fundus uteri, lihat standar 5).
Jika ukuran berbeda nyata dengan umur kehamilan dalam minggu
(misalnya berbeda 3 cm atau lebih), atau tidak terjadi
pertumbuhan janin, rujuklah ibu untuk pemeriksaan lebih lanjut.
12) Tanyakan apakah janin sering bergerak dan dengarkan denyut
jantung janin. Rujuk jika tidak terdengar atau pergerakan janin
menurun pada bulan terakhir kehamilan.
13) Beri nasihat tentang cara perawatan diri selama kehamilan, tanda
bahaya pada kehamilan, perawatan payudara,kurang gizi dan
anemia.
14) Dengarkan keluhan yang disampaikan ibu dengan penuh minat
dan beri nasihat atau rujuk jika diperlukan. Ingat, semua ibu
memerlukan dukungan moril selama kehamilannya.
15) Bicarakan tentang tempat persalinan, persiapan transportasi
untuk rujukan jika diperlukan. Beri nasihat mengenai persiapan
persalinan (lihat standar 8).

INGAT !

a. Segera rujuk jika ditemukan kelainan yang memerlukan


pemeriksaan lanjutan.
b. Tindak lanjuti setiap rujukan.
c. Rujukan sebaiknya dilakukan tepat waktu, untuk menghindari
komplikasi.
16) Catat semua temuan pada KMS ibu hamil/buku KIA, Kartu Ibu.

Standar 5: Palpasi Abdomen


Pelajari semua temuan untuk menentukan tindakan selanjutnya, termasuk
rujukan ke fasilitas rujukan/rumah sakit.
Tujuan
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin,
penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.

Pernyataan Standar
Hasil
Bidan melakukan pemeriksaan
abdomen dengan saksama & - Perkiraan usia kehamilan
melakukan partisipasi untuk yang lebih baik
memperkirakan usia kehamilan. - Diagnosis dini kelainan
Bila umur kehamilan letak, dan merujuknya
bertambah, memeriksa posisi, sesuai dengan kebutuhan.
bagian terendah, masuknya - Diagnosis dini kehamilan
kepala janin ke dalam rongga ganda dan kelainan lain,
panggul, untuk mencari serta merujuknya sesuai
kelainan serta melakukan dengan kebutuhan.
rujukan tepat waktu.

Prasyarat
a. Bidan telah dididik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar.
b. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi
baik.
c. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima
masyarakat.
d. Menggunakan KMS Ibu Hamil /KIA, Kartu Ibu untuk pencatatan.
e. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan
rujuk

Proses
Bidan harus:
a. Melaksanakan palapsi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.
b. Tanyakan pada ibu hamil sebelum palpasi: apa yang dirasakannya,
apakah janinnya bergerak, kapan haid terakhir atau kapan pertama kali
merasakan pergerakan janin.
c. Sebelum palpasi abdominal, mintalah ibu hamil untuk mengosongkan
kandung kencingnya.
d. Baringkan ibu hamil terlentang dengan bagian atas tubuhnya disangga
bantal. Jangan membaringkan ibu hamil terlentang dengan punggung
datar, karena uterus dapat menekan pembuluh darah balik ke jantung,
sehingga akan mengakibatkan pingsan.
e. Periksa abdomen: adakah parut (tanyakan penyebabnya), tanda-tanda
kehamilan sebelumnya, tanda-tanda peregangan uterus yang
berlebihan atau kehamilan ganda (perut terlalu besar,banyak bagian
janin yang teraba, terabanya lebih dari satu kepala janin). Catat semua
temuan dan rujuk tepat waktu ke rumah sakit jika ditemukan bekas
bedah sesar, tanda berlebih/kurangnya cairan amnion, kehamilan
ganda.
f. Perkirakan usia kehamilan. Setelah minggu ke-24, cara yang paling
efektif adalah dengan menggunakan meteran kain.
g. Ukur dengan meteran kain dari simfisis pubis ke fundus uteri; catat
hasilnya dalam cm. Jika hasilnya berbeda dengan perkiraan umur
kehamilan (dalam minggu) atau tidak sesuai dengan gravidogram
berarti terdapat pertumbuhan janin lambat/tidak ada, ibu perlu
dirujuk.
h. Lakukan palpasi dengan hati-hati untuk memeriksa letak janin
(seharusnya memanjang, jika tidak, dan usia kehamilan 36 minggu atau
lebih, rujuk ke rumah sakit).
i. Dengan menggunakan dua tangan, lakukan palpasi abdominal untuk
menentukan letak bawah janin (kepala teraba keras dan lebih besar
dibandingkan bokong jika kepala berada di fundus uteri, biasanya
melenting).
j. Pada trimester ketiga, jika bagian bawah janin bukan kepala,
persalinan harus dilakukan di rumah sakit.
k. Setelah umur kehamilan 37 minggu, terutama pada kehamilan
pertama, periksa apakah telah terjadi penurunan janin (kepala janin
sudah melewati pintu atas panggul atau kepala janin teraba hanya dua
jari di atas pintu atas panggul). Bila kepala tidak masuk panggul,
rujuklah ibu ke rumah sakit.
l. Periksa letak punggung janin dan dengarkan denyut jantung janin
(dengarkan selama satu menit penuh, perhatikan kecepatan dan
iramanya). Jika tidak ditemukan denyut jantung janin, atau pergerakan
janin sangat lemah, rujuklah ibu ke rumah sakit.
m. Bicarakan hasil pemeriksaan dengan ibu hamil, suami/anggota
keluarga yang mengantarnya.
n. Catat semua temuan, pelajari dan jika ada kelainan rujuk tepat waktu
ke puskesmas atau rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan.
INGAT !

Kelainan yang memerlukan pemeriksaan lanjutan , meliputi


a. Tinggi fundus uteri berbeda dengan usia kehamilan dalam minggu.
b. Kelainan letak: bokong, letak lintang, letak yang berubah –ubah.
c. Dugaan kehamilan ganda.
d. Denyut jantung kurang dari 100 kali /permenit, atau lebih dari 160 kali/menit
atau iramanya tidak teratur.
e. Gerak janin lemah atau menurun (kurang dari 10 kali dalam 12 jam) pada bulan
terakhir kehamilan.
f. Cairan amnion berlebihan (dinding perut bulat dan mengkilat), atau kurang
(bagian janinSm
taunddaahr t6e: rPliehnagt edlaorlialaunarA).nemia pada Kehamilan

Standar 6, Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Tujuan
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan
tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan
berlangsung.

Pernyataan Standar Hasil

Bidan melakukan tindakan pencegahan, - Ibu hamil dengan anemia


penemuan, penanganan dan/atau berat segera dirujuk.
rujukan semua kasus anemia pada - Penurunan jumlah ibu
kehamilan sesuai dengan ketentuan melahirkan dengan anemia.
yang berlaku. - Penurunan jumlah bayi baru
lahir dengan anemia/BBLR.

Prasyarat
1) Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan.
2) Bidan mampu:
a) Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
b) Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia
3) Alat untuk mengukur kadar Hb yang berfungsi baik.
4) Tersedia tablet zat besi dan asam folat
5) Obat antimalaria (di daerah andemis malaria)
6) Obat cacing
7) Menggunakan KMS ibu hamil/Buku KIA, kartu ibu

Proses
Bidan harus:
a. Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama, dan
pada minggu ke-
28. Hb di bawah 11gr% pada kehamilan termasuk anemia; di bawah 8
gr% adalah anemia berat (lihat standar 4). Bila alat pemeriksaan tidak
tersedia, periksa kelopak mata dan perkirakan ada/tidaknya anemia.
b. Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90
hari berturut- turut. Bila Hb kurang dari 11 gr% teruskan pemberian
tablet zat besi.
c. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang
perlunya minum tablet zat besi, makanan yang mengandung zat besi
dan kaya vitamin C serta menghindari minum teh/kopi atau susu
dalam 1 jam sebulum/sesudah makan (teh/kopi atau susu mengganggu
penyerapan zat besi ). Beri contoh makanan setempat yang kaya zat
besi.
d. Jika prevalensi malaria tinggi, selalu ingatkan ibu hamil untuk berhati-
hati agar tidak tertular malaria. Beri tablet klorokuin 10mg/KgBB per
oral, sehari 1 kali selama 2 hari. Kemudian dianjurkan dengan
5mg/KgBB pada hari ke 3. (klorokuin aman dalam 3 trimester
kehamilan).
e. Jika ditemukan/diduga anemia (bagian dalam kelopak mata pucat),
berikan 2-3 kali 1 tablet zat besi per hari.
f. Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap penyakit
cacing/parasit atau penyakit lainnya, dan sekaligus untuk
pengobatannya.
g. Jika diduga ada anemia berat (misalnya: wajah pucat, cepat lelah, kuku
pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat), segera rujuk ibu hamil
untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Ibu hamil dengan
anemia pada tri semester ketiga perlu diberi zat besi dan asam folat
secara IM.
h. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk bersalin di
rumah sakit .
i. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi
sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

INGAT !
a. Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk
terhadap kehamilan/persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan
penanganan yang hati-hati, termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab
b. Jika prevalensi malaria tinggi, tekankan untuk menggunakan kelambu dan
memberantas nyamuk.
c. Pencegahan anemia pada kehamilan dimulai dengan memberikan makanan
bergizi bagi anak perempuan, utamanya remaja putri.
d. Pada ibu hamil dengan anemia, syok dapat terjadi pada perdarahan yang sesedikit
mungkin pada saat persalinan.
Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Tujuan
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang di perlukan.

Pernyataan Standar Hasil


Bidan menemukan secara dini - Ibu hamil dengan tanda
setiap kenaikan tekanan darah preeklamia mendapat
pada kehamilan & mengenali perawatan yang memadai
dan tepat waktu.
tanda serta gejala preeklamsia
- Penurunan angka kesakitan
lainnya serta mengambil tindakan akibat eklamsia.
yang tepat dan merjuknya.

Prasyarat
a. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran
tekanan darah.
b. Bidan mampu:
1) Mengukur tekanan darah dengan benar
2) Mengenali tanda-tanda preeklamsia
3) Mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan
tindakan lanjut sesuai dengan ketentuan.
c. Tersedianya, tensimeter air raksa, dan stetoskop berfungsi dengan baik.
d. Menggunakan KMS Ibu hamil/Buku KIA, Kartu Ibu.
e. Alat pemeriksaan protein urin.

Proses
Bidan harus:
a. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan
kehamilan, termasuk pengukuran tekanan darah dengan teknik yang
benar.
b. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari.
c. Ukur tekanan darah pada lengan kiri posisi ibu hamil duduk atau
berbaring dengan posisi yang sama pada tiap kali pengukuran.
1) Letakkan tensi meter di tempat yang datar, setinggi jantung ibu
hamil.
2) Gunakan ukuran manset yang sesuai.
d. Catat tekanan darah.
e. Jika tekanan di atas 140/90 mmHg atau peningkatan diastol 15 mmHg
atau lebih (sebelum 20 minggu) , ulangi pengukuran tekanan darah
dalam 1 jam bila tetap, maka berarti ada kenaikan tekanan darah
periksa adanya edama, terutama pada wajah atau pada tungkai bawah/
tulang kering dan daerah sakral (pembengkakan jari dan pergelangan
kaki mungkin bersifat fisiologis, terutama karena cuaca panas atau
karena berjalan/berdiri lama).
f. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urine
terhadap albumin pada setiap kali kunjungan.
g. Rujuk ibu hamil ke rumah sakit, jika ditemukan:
1) Kenaikan tekanan darah dengan proteinuria (++ atau lebih/tapa
edema)
2) Edema pada punggung tangan atau wajah yang timbul mendadak.
Catatan : bila ibu tidak dirujuk dan kenaikan darah 160/110
mmHG, berikan Metildopa 250 mg peroral dilanjutkan dengan
dosis yang smam setiap 8 jam.
h. Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika :
1) Tekanan darah sangat tinggi (misalnya di atas 160/110 mmHg ),
atau lebih.
2) Kenaikan tekanan darah terjadi secara tiba tiba ,atau
3) Berkurangnya air seni (sedikit dan berwarna gelap ),atau
4) Edema berat yang timbul mendadak, khususnya pada
wajah/daerah sakral punggung bawah atau proteinuria.
Catatan: jika ibu tidak dirujuk berikan bolus MgSO4 2 g 1V
dilanjutkan dengan MgSO4 4 g IM setiap 4 jam dan Nifedipin 10
Mg peroral di lanjutkan 10 Mg setiap 4 jam.
i. Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema, sedangkan dokter
tidak mudah dicapai, maka pantaulah tekanan darah, periksa urine
terhadap proteinuria dan denyut jantung janin dengan sesama pada
keesokan harinya atau sesudah 6 jam istirahat.
j. Jika tekanan darah tatap naik, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan,
walaupun tak ada edema atau proteinuria.
k. Jika tekanan darah kembali normal, atau kenaikannya kurang dan 15
mmHg:
1) Beri penjelasan ibu hamil, suami/keluarganya tentang tanda-
tanda eklamsia yang mengancam, khususnya sakit
kepala,pandangan kabur, nyeri ulu hati dan pembengkakan
mendadak pada kaki punggung/wajah.
2) Jika tanda tersebut di temukan, segera rujuk ke rumah sakit.
l. Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarganya.
m. Catat semua temuan pada KMS Ibu hamil/buku KIA, Kartu Ibu.
INGAT !
a. Tekanan darah harus diukur dengan seksama,sebaliknya pada lengan
kiri,dalam posisi duduk atau berbaring dengan punggung kiri ditinggikan
dengan bantal.
b. Jangan memiringkan ibu hamil terlentang pada punggungnya, karena dapat
menyebabkan pingsan atau hasil pengukuran tekanan darah yang salah
c. Baca angka pada tensimeter setinggi mata, bila menggunakan tensi meter air
raksa.
d. Gunakan ukuran manset yang tepat, sedikitnya 60% manset melingkari lengan,
dengan selang manset dibagian dalam, tepi bawah manset 2 cm di atas lipatan
siku.
e. Gunakan stetoskop dengan benar, bagian telinga harus terpasang dengan
baik.
g. Periksa apakah semua peralatan bekerja dengan baik
Catat tekanan sistol dan diastol

Standar 8: Persiapan persalinan

Tujuan
Untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang
aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

Pernyataan Standar
Bidan memberikan saran yang
tepat kepada ibu hamil, Hasil
suami/keluarganya pada trimester - Ibu hamil, suami dan keluarga
III memastikan bahwa persiapan tergerak untuk merencanakan
persalinan bersih dan aman persalinan yang bersih dan aman.
suasana yang menyenangkan akan - Persalinan direncanakan di tempat
direncanakan dengan baik, di yang aman dan memadai dengan
samping persiapan transportasi pertolongan bidan terampil.
dan biaya untuk merujuk . bila tiba- - Adanya persiapan sarana
tiba terjadi keadaan gawat darurat. transportasi untuk merujuk ibu
Bidan mengusahakan untuk bersalin, jika perlu.
melakukan kunjungan ke setiap - Rujukan tepat waktu telah
rumah ibu hamil untuk hal ini. dipersiapkan bila diperlukan

Prasyarat
a. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester
terakhir kehamilannya.
b. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang
indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah
sakit.
c. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan
yang aman dan bersih.
d. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia
dan dalam keadaan berfungsi, termasuk: air, mengalir, sabun, handuk
bersih untuk mengeringkan tangan, beberapa pasang sarung tangan
bersih dan DTT/steril, fetoskop/Doppler, pita pengukur yang bersih
stetoskop dan tensimeter.
e. Perlengkapan penting yang diperlukan untuk melakukan pertolongan
persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan desinteksi
tingkat tinggi (termasuk partus set DTT/steril, sarung tangan DTT/steril,
peralatan yang memadai untuk merawat bayi baru lahir, lihat standar 9,
10, dan 13)
f. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat
jika terjadi kegawatdaruratan ibu dan janin.
g. Menggunakan KMS ibu hamil/Buku KIA , Kartu Ibu dan partograf
h. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama kehamilan.

Proses
Bidan harus:
a. Mengatur pertemuan dengan ibu hamil dan suami/keluarganya pada
trimester III untuk membicarakan tempat persalinan dan hal-hal yang
perlu diketahui dan dipersiapkan. (Lihat buku Pedoman Pelayanan
Kebidanan Dasar. Untuk persalinan yang akan dilakukan di rumah
tersebut).
b. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian
keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih (Kuku harus
dipotong pendek dan bersih) setiap kali sebelum dan sesudah
melakukan kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan bersih
kapan pun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh. Gunakan sarung tangan bersih untuk semua
pemeriksaan vagina. Jika dicurigai bahwa ketuban sudah pecah atau
ibu dalam proses bersalin gunakan sarung tangan DTT/steril.
c. Melakukan anamnesis dan riwayat kehamilan ibu secara rinci hingga
yang terbaru dan melaksanakan seluruh pemeriksaan antenatal (lihat
Standar 5), sebelum memberikan nasehat kepada ibu hamil.
d. Memberikan informasi agar mengetahui saat akan melahirkan, dan
kapan harus mencari pertolongan, termasuk pengenalan tanda bahaya
(sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, nyeri di bagian perut ,
ketuban pecah sebelum waktunya dan pendarahan pada kehamilan
yang bukan darah lendir normal/show perlu pertolongan secepatnya).
e. Jika direncanakan persalinan di rumah atau didaerah terpencil :
1) Beritahukan kepada ibu hamil perlengkapan yang diperlukan
untuk persalinan yang bersih dan aman. Paling sedikit tersedia
tempat yang bersih untuk ibu berbaring sewaktu bersalin, sabun
yang baru, air bersih yang mengalir dan handuk bersih untuk cuci
tangan; kain bersih dan hangat untuk membersihkan dan
mengeringkan bayi serta ruangan yang bersih dan sehat.
2) Sistem yang berjalan dengan baik dalam menyediakan obat-obatan
dan perlengkapan yang tepat pada saat persalinan (termasuk
sintosinon, lidokain 1%, benang Chromic 3,0 dan jarum DTT/steril,
bola karet penghisap/penghisap DeLee DTT, klem/benang tali
pusat, metergin, alat suntik sekali pakai).
3) Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk membantu
proses persalinan dan kelahiran`(harus disepakati tentang
bagaimana dan kemana merujuk, jika terjadi kegawatdaruratan).
4) Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan memanggil bidan
(misalnya jika ketuban pecah atau timbulnya rasa mulas yang
teratur dan jika tanda-tanda atau gejala komplikasi timbul).
5) Harus tentang bagaimana dan kemana merujuk ibu jika terjadi
kegawatdaruratan, ibu, suami dan keluarga, semuanya, harus
setuju dengan perencanaan ini.
6) Harus ada rencana untuk mendapatkan dan membayar transfusi
darah, bila transfusi di perlukan.
7) Sebagai persiapan untuk rujukan, atur transportasi ke rumah
sakit bersama ibu hamil dan suami/keluarganya (termasuk
persetujuan jenis dan biaya transportasi yang diperlukan bila
terjadi keadaan darurat).
f. Jika direncanakan persalinan di rumah sakit atau tempat lainnya;
1) Beri penjelasan pada ibu hamil dan suami/keluarga tentang kapan
ke rumah sakit dan perlengkapan yang diperlukan. Hal ini dapat
berbeda tergantung keadaan , tapi setidaknya diperlukan sabun
dan handuk bersih , pakaian bersih untuk ibu dan bayi serta
pembalut wanita.
2) Ibu hamil dengan kondisi di bawah ini harus dirujuk untuk
melahirkan di rumah sakit atau puskesmas yang memiliki
perawatan kegawat daruratan /obstetric yang penting:
- Riwayat bedah sesar
- Penyakit khronis: kencing manis, jantung asma berat,
TBC, kesulitan bernafas
- Perdarahan pervaginam
- Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu)
- Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
- Ketuban pecah lama (> 24 jam)
- Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (< 37 minggu)
- Ikterus
- Anemia berat
- Preeklampsi berat
- Tinggi fundus uteri > 40 sentimeter (makrosomi,
kehamilan kembar, polihidramnion)
- Demam (suhu > 38ºC)
- Gawat janin
- Presentasi bukan belakang kepala
- Tali pusat penumbung

INGAT!
a. Peringatkan ibu hamil agar tidak memasukkan/mengoleskan minyak atau bahan
lainnya kedalam vagina pada akhir kehamilan, terutama menjelang persalinan.
Hal ini dapat menimbulkan infeksi dan membahayakan ibu janin.
b. Peringatkan ibu hami, suami/keluarganya bahwa mereka harus mencari bidan
jika ketuban telah pecah dan/ pada saat mulai menjadi mulas pada proses
persalinan.
c. Peringatkan ibu hamil bahwa setiap perdarahan pervaginam selama kehamilan
atau persalinan yang bukan darah lendir normal, adalah tanda bahaya dan
harus segera di bawa ke tempat rujukan terdekat atau memanggil bidan,
meskipun perdarahannya hanya sedikit.
d. Pastikan bahwa ibu hamil, suami/keluarganya mengerti tanda dan gejala
preeklamsia berat. Pusing , penglihatan kabur, sakit kepala, nyeri epigastrik,
pembengkakan pada wajah memerlukan rujukan segera.

2. Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan


Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Standar pelayanan umum
Terdapat dua standar pelayanan umum sebagai berikut:
1) Standar 1: Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Pernyataan Standar: Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat
penyuluhan kepada perorangan keluarga dan masyarakat terhadap
segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan
kesehatan umum, gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam
menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari
kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
2) Standar 2: Pencatatan dan pelaporan
Pernyataan standar: Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan
yang dilakukannya yaitu registrasi semua ibu hamil di wilayah kerja,
rincian pelayanan yang di berikan kepada setiap ibu
hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir. Semua kunjungan rumah
dan penyuluhan kepada masyarakat. Bidan hendaknya
mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan
meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu dan bayi baru
lahir. Bidan meninjau secara teratur catatatan tersebut untuk menilai
kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan
pelayanannya.

b. Standar pelayanan antenatal


Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal sebagai
berikut:
1) Standar 3: Identifikasi ibu hamil
Pernyataan standar: Bidan melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur.
2) Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan antenatal
Pernyataan standar: Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan
janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung dengan normal. Bidan juga harus mengenali kehamilan
risti/kelainan, khuususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,
PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil
tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya.
3) Standar 5 : Palpasi abdominal
Pernyataan standar: Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah memeriksa posisi,
bagian terendah janin dan masuknya kepala janin kedalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat
waktu.
4) Standar 6: Pengelolaan anemia pada kehamilan
Pernyataan standar: Bidan melakukan tindakan pencegahan,
penemuan, penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai ketentuan yang berlaku.
5) Standar 7: Pegelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Pernyataan standar: Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan
tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda dan gejala pre-
eklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.
6) Standar 8 : Persiapan persalinan
Pernyataan standar: Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu
hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik,
disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-
tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan
kunjungan rumah untuk hal ini.

c. Standar pertolongan persalinan


Terdapat empat standar dalam standar pertolongan persalinan sebagai
berikut:
1) Standar 9: Asuhan persalinan Kala I
Pernyataan standar: Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan
sudah mulai kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang
memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung.
2) Standar 10 : Persalinan Kala II yang aman
Pernyataan standar: Bidan melakukan pertolongan persalinan yang
aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta
memperhatikan tradisi setempat.
3) Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif persalinan Kala III
Pernyataan standar: Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan
benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
secara lengkap.
4) Standar 12 : Penanganan Kala II dengan gawat darurat janin melalui
episiotomi Pernyataan standar: Bidan mengenali seara tepat tanda-
tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan
episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
dengan penjahitan perineum.

d. Standar pelayanan nifas


Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas sebagai berikut:
1) Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir
Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir
untuk memastikan pernapasan spontan mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani
hipotemia.
2) Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi
terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan,
serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya
kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI
3) Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Pernyataan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah pada hari
ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali
pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, perawatan bayi baru lahir, Pemberian ASI, imunisasi dan
keluarga berencana.

d. Standar penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal


Terdapat sembilan standar dalam standar penanganan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal sebagai berikut:
1) Standar 16: Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III
Pernyataan standar: Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
perdarahan pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan
merujuknya.
2) Standar 17 : Penanganan kegawatan pada eklamsia
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
eklamsia mengancam serta merujuk dan/atau memberikan
pertolongan pertama.
3) Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada partus lama/macet
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
partus lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan
tepat waktu atau merujuknya.
4) Standar 19 : Persalinan dengan penggunaan Vakum Ekstraktor
Pernyataan standar: Bidan mengenali kapan diperlukan ekstrasi vakum
melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan
dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan bayinya
5) Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan
memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan
penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhannya.
6) Standar 21 : Penanganan perdarahan post partum primer
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang
berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan post
partum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk
mengendalikan perdarahan.
7) Standar 22 : Penanganan perdarahan post partum sekunder
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini
tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan
pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.
8) Standar 23 : Penanganan sepsis puerperalis
Pernyataan standar : Bidan mampu mengamati secara tepat-tanda
dan gejala sepsis perperalis, serta melakukan pertolongan pertama
atau merujuknya.
9) Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonatorum
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru
lahir dengan asfiksia serta melakukan resusitasi secepatnya,
mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan
perawatan lanjutan

B. IDENTIFIKASI STANDAR PERSYARATAN MINIMAL

Standar persyaratan minimal adalah menunjuk pada keadaan minimal


yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang bermutu. Standar persyaratan minimal ini dibedakan atas
3 macam, yakni standar masukan, standar lingkungan, dan standar proses.

1. Standar Masukan
Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur
masukan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Jika standar masukan tersebut menunjuk pada
tenaga pelaksanaan disebut dengan nama standar ketenagaan (standard of
personel). Sedangkan jika standar masukan tersebut menunjuk pada sarana
dikenal dengan nama standar sarana (standard of facilities).
Contohnya jenis dan jumlah tenaga kesehatan, jenis, jumlah dan spesifikasi
sarana, serta jumlah dana (modal)

2. Standar Lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Populer dengan sebutan standar organisasi dan
manajemen (standard of organization and management)
Contohnya garis-garis besar kebijakan, pola organisasi serta sistem
manajemen yang harus
dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan.

3. Standar Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses
yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bermutu. Dikenal dengan nama standar tindakan (standard of conduct).
Karena baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan
oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses, maka haruslah dapat
diupayakan tersusunnya standar proses tersebut.
Misalnya tindakan medis dan tindakan non medis pelayanan kesehatan.

C. IDENTIFIKASI STANDAR PENAMPILAN MINIMAL


(MINIMUN PERFORMANCE STANDARD)

Standar penampilan minimal adalah menunjuk pada penampilan


pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini menunjuk
pada unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran (standard of
output), atau populer pula dengan standar penampilan (standard of
performance). Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan masih dalam batas-batas yang wajar atau tidak, perlulah
ditetapkan standar keluaran. Contohnya standar keluaran aspek medis
(angka kesembuhan, angka efek samping, angka komplikasi dan angka
kematian) dan standar keluaran aspek non medis (hubungan dokter pasien,
keramahtamahan petugas, keluhan pasien dan kepuasan pasien).
Keempat standar ini perlu dipantau serta dinilai secara obyektif dan
berkesinambungan, apabila ditemukan penyimpangan, perlu segera
diperbaiki. Secara sederhana kedudukan dan peranan keempat standar ini
dalam program menjaga mutu dapat Anda lihat sebagai berikut:
D. PENYUSUNAN DAN PENGGEMBANGAN STANDAR

Pada umumnya standar yang dipergunakan dalam pelayanan


kesehatan bersifat universal atau berlaku umum, tidak hanya untuk
institusi kesehatan yang setingkat dalam satu negara namun juga di
mancanegara. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan oleh para pelaksana
pelayanan hanya mengumpulkan serta mempelajari standar yang telah ada
untuk kemudian memilih serta menerapkannya di institusi kesehatan
masing-masing. Standar yang telah ada tersebut, ada yang disusun oleh
pemerintah, ada yang disusun oleh lembaga pendidikan tinggi, ada yang
disusun oleh organisasi profesi dan ada pula yang disusun oleh institusi
kesehatan sendiri. Pelajari, pilih, lalu tetapkan pilihan yang dinilai paling
sesuai dengan institusi.
Hanya saja, dalam praktik sehari-hari, kadang-kadang berbagai
standar yang telah ada dirasakan kurang sesuai (terlalu tinggi dan atau
terlalu rendah), sehingga diperlukan penyusunan ulang atau
mengembangkan sendiri. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam menyusun atau mengembangkan standar.

1. Menetapkan Tingkatan Organisasi yang Memerlukan Standar


Standar dapat dirumuskan pada setiap tingkat organisasi. Tetapkanlah
tingkatan organisasi yang paling memerlukan standar. Pilihan biasanya
lebih diutamakan pada tingkat organisasi yang paling bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan utama organisasi, yakni yang paling erat
hubungannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Misalnya, setelah
melakukan kajian yang seksama, tingkatan organisasi yang memerlukan
standar adalah bagian poliklinik.

2. Menetapkan Area Fungsi yang Memerlukan Standar


Setiap tingkatan organisasi dapat mempunyai beberapa area fungsi.
Kajilah dan tetapkan area fungsi yang paling penting, yakni yang berkaitan
dengan pencapaian tujuan organisasi. Tetapkan area fungsi yang
memerlukan standar. Misalnya, setelah melakukan kajian yang seksama,
are fungsi yang memerlukan standar adalah fungsi pelayanan.

3. Menetapkan Kegiatan Pokok yang Memerlukan Standar


Setiap area fungsi dapat memiliki beberapa kegiatan pokok. Kajilah
kegiatan pokok tersebut, yakni yang merupakan kegiatan utama yang harus
diselenggarakan oleh organisasi. Tetapkanlah kegiatan pokok yang
memerlukan standar. Misalnya setelah melakukan kajian, kegiatan pokok
yang memerlukan standar adalah imunisasi hepatitis B.

4. Menetapkan Bagian Dari Kegiatan Pokok Yang Memerlukan Standar


Pada setiap kegiatan selalu ditemukan unsur masukan, lingkungan,
proses dan keluaran jadi bagian yang dimaksud adalah keempat unsur
tersebut. Untuk dapat menetapkan keempat unsur tersebut, maka
lakukanlah pengkajian, tetapkanlah unsur-unsur yang paling menentukan,
yang menggambarkan ciri-ciri atau kriteria utama dari masukan,
lingkungan, proses serta keluaran yang berkaitan dengan kegiatan, dalam
hal ini dikaitkan dengan kehendak untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Misalnya, setelah dilakukan kajian ditetapkan unsur-unsur yang paling
menentukan sebagai berikut.
a. Unsur masukan : tenaga pelaksana, sarana, dan bahan-bahan habis
pakai
b. Unsur lingkungan: kebijakan personalia
c. Unsur proses : penyuluhan, tindakan sterilisasi, tindakan imunisasi.
d. Keluaran: kekebalan terhadap penyakit hepatitis B

5. Menetapkan Kriteria Standar yang Akan Diperlukan


Manfaatkanlah ilmu pengetahuan dan teknologi muktahir yang telah
teruji kebenarannya dalam menyusun kriteria standar tersebut. Berikut
adalah contoh dari kriteria standar untuk pelayanan imunisasi, yaitu
hepatitis B yang bermutu.
a. Unsur masukan : tenaga pelaksana telah mendapatkan pelatihan yang
cukup dalam teknik dan dosis imunisasi, suhu lemari es tempat
menyimpan vaksin sesuai dengan ketentuan, vaksin tidak
kadaluwarsa, serta alat suntik tersedia dengan jumlah yang cukup.
b. Unsur lingkungan: kebijakan personalia membenarkan semua tenaga
medis aktif menyelenggarakan imunisasi
c. Unsur proses : teknik penyuluhan dilakukan dengan benar, teknik
sterilisasi alat suntik dilakukan dengan benar, teknik imunisasi
dilakukan dengan benar.
d. Unsur keluaran: penduduk terlindung dari penyakit hepatitis B.

6. Merumuskan Standar yang Akan Dipergunakan


Unsur masukan: semua tenaga pelaksana Selanjutnya yang dilakukan
adalah merumuskan pernyataan dari standar tersebut, yang sesuai dengan
kriteria standar yang telah ditetapkan baik unsur masukan, lingkungan,
proses dan keluaran. Contoh standar untuk pelayanan imunisasi hepatitis
B adalah sebagai berikut:
a. Telah mendapatkan pelatihan teknik dan dosis imunisasi, semua lemari
es tempat menyimpan vaksin terkontrol suhunya, semua vaksin tidak
kadaluwarsa dan jumlah alat suntik tersedia sesuai dengan jumlah
penduduk yang akan diimunisasi.
b. Unsur lingkungan; semua petugas medis aktif menyelenggarakan
imunisasi
c. Unsur proses; semua calon peserta imunisasi mendapat penyuluhan
dengan teknik yang benar, semua alat suntik disterilisasi dengan benar,
dan semua teknik imunisasi dilakukan dengan benar
d. Unsur keluaran; semua penduduk yang telah mendapat pelayanan
imunisasi terlindung dari penyakit hepatitis B.

Keenam langkah yang telah diuraikan di atas harus dilaksanakan


secara utuh dan sebaiknya dilakukan oleh satu tim, misalnya tim menjaga
mutu yang seharusnya dibentuk di tiap institusi kesehatan.

Ringkasan

Standar pelayanan kebidanan terdiri dari 24 standar yaitu: standar


pelayanan umum (2 standar), yaitu: standar 1 : persiapan untuk kehidupan
keluarga sehat; standar 2 : Pencatatan dan pelaporan; standar pelayanan
antenatal (6 standar), yaitu standar 3 : Identifikasi ibu hamil ; standar 4 :
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal; standar 5 : Palpasi abdominal,
standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan; standar 7 : Pengelolaan dini
hipertensi pada kehamilan; standar 8 : Persiapan persalinan standar
pertolongan persalinan (4), yaitu: standar 9 : Asuhan persalinan kala I;
standar 10: Persalinan kala II yang aman; standar 11: Persalinan Aktif
persalianan kalai III; standar 12: Penanganan kala II dengan gawat janin
melalui episiotomi standar pelayanan nifas (3), yaitu: standar 13: Perawatan
bayi baru lahir; standar 14: Penanganan pada dua jam pertama setelah
persalinan; standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas standar
penanganan kegawatdaruratan obstetri – neonatal (9 standar), yaitu: standar
16: Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III; standar
17: Penanganan kegawatan dan Eklampsia; standar 18: Penanganan
kegawatan pada partus lama/macet; standar 19: Persalinan dengan
menggunakan vakum ekstraktor; standar 20: Penanganan retensio lasenta;
standar 21: Penanganan perdarahan post partum primer; standar 22:
Penanganan perdarahan post partum sekunder; standar 23: Penanganan
Sepsis puerperalis; standar 24: Penanganan asfiksia neonatorum.
Standar pelayanan minimal terdiri dari standar masukan, standar
lingkungan, standar proses, sedangkan standar penampilan minimal adalah
menunjuk pada standar keluaran (standard of output). Keempat standar ini
perlu dipantau serta dinilai secara obyektif dan berkesinambungan, apabila
ditemukan penyimpangan, perlu segera diperbaiki. Langkah- langkah yang
perlu dilakukan dalam menyusun atau mengembangkan standar, antara
lain: menetapkan tingkatan organisasi yang memerlukan standar,
menetapkan area fungsi yang memerlukan standar, menetapkan kegiatan
pokok yang memerlukan standar, menetapkan bagian dari kegiatan pokok
yang memerlukan standar, menetapkan kriteria standar yang akan
diperlukan dan merumuskan standar yang akan dipergunakan.

Daftar Pustaka

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Ed. 3. Jakarta: Bina


Rupa Aksara. Nurmawati. 2010. Mutu pelayanan Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media

Nurunniyah, S., & Nurhayati, A.S. 2013. Mutu Pelayanan Kebidanan.


Yogyakarta: Fitramaya. Pohan, I. S. 2006. Jaminan Mutu Layanan
Kesehatan. Jakarta: EGC.

Saifuddin, A..B. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo Soemohadiwidjojo, A. T. 2014. Mudah menyusun SOP.
Jakarta: Penebar Plus.

Sondakh, J. J. S., Marjati, & Pipitcahyani, T. I. 2013. Mutu Pelayanan


Kesehatan dan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Syafrudin, Masitoh S., & Rosyanawati, T. 2011. Manajemen Mutu


Pelayanan Kesehatan Untuk Bidan. Jakarta: Trans Info Media.

Wijono, W. 2003. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai